Obsession (Chapter 1)

6 (2) Author : Lee Hanna

Cast : Im Yoona, Lee Donghae

Other Cast : Shim Changmin,  Tiffany Hwang, Choi Minho

Genre : Marriage Life, Tragedy, Family, Angst

Chategory : Chapter

Lenght : 4300+ words

Note : eum… yaah… author balik lagi dengan FF baru .___.) kan udah siap UN niiih ceritanyaaa dan kali ini dengan cerita yaah kurang lebih cerita mainstream tentang pernikahan, tapi dengan alur yang berbeda tentunya. biasanya cowo yang maksa nikahin cewe, nah ini author balikin 😐

well, semoga semua suka sama ff ini, dan ga illfeel illfeel amat sama sikap yoona 😐 soal Typo… dia masih terlibat cinta segitiga dengan author, jadi wajar aja kalau dia masih sering nongol seperti minho yang selalu ngongol di hati author *slap me please* ok, mungkin cukup memuakkan chit chat /? ini 😐 then… happy reading ^^)~~~

Obsession

Love is as much an object as an obsession, everybody wants it, everybody seeks it, but few ever achieve it, those who do will cherish it, be lost in it, and among all, never forget it.

Pagi yang indah tertera begitu jelas di langit seoul.

Secerah mentari pagi yang selalu menyinari, selembut bintang yang tak henti berkelap kelip di langit gelap, dan semerdu nyanyian burung saling menyahut. Semua orang pasti bahagia mendengarkannya, melihatnya, dan merasakan tiap getaran yang alam berikan,

Namun…

@Im’s mansion, 07.00 AM

“Ani! Tidak di situ!!” Perintah seorang wanita pada salah satu pelayan, Ia berjalan dengan sedikit terburu-buru dan hampir saja menabrak pigura besar “Keure! Dia tidak suka ada bunga mawar di sini, singkirkan meskipun itu hanya lukisan! Dan patung yunani kuno memegang mawar di halaman rumah, diganti!! Ini! Bunga ini, Ganti dengan bunga baby’s breath dengan bunga matahari di tengah tengahnya” perintahnya lagi, mengusik beberapa pelayan yang tengah sibuk bekerja, “Tak ada sedikitpun debu meskipun itu di kolong meja”

“Sajangnim…” Lapor seseorang sambil memperlihatkan lukisan baru yang sangat indah, wanita itu berbalik kemudian melihat dengan lekat lukisan yang di genggam pelayan itu dengan takut-takut “Dia anti strawberry, ganti yang lain” perintahnya lagi “Bawa beberapa lukisannya yang dari Paris! Seburuk apapun itu!” Langkah kaki wanita itu terhenti seketika “Hey, Dia tidak suka dengan warna merah. Cepat ganti kostum kalian dengan pakaian hari kamis, berwarna biru” perintahnya lagi dan semua pelayan yang banyak itu berhamburan untuk mengganti kostum mereka, meninggalkan wanita itu dengan sekretaris yang sedari tadi heboh mencatat perintah-perintahnya “Periksa kamarnya! Letakkan boneka beruang itu di atas tempat tidurnya!” Ujarnya kemudian melangkah menaiki tangga menuju kamar yang sedang di kemas oleh beberapa pelayan. Jemari lentiknya hanya menujuk nunjuk tugas, serta raut paniknya jelas ketara. “Letakkan lukisannya di sana, lalu itu juga di ganti, jangan lupa shower-nya di setting, kecepatan airnya jangan terlalu kencang dan jangan terlalu lembut, bathup-nya jangan sampai tersumbat, cerminnya di ganti, lampunya terlalu terang, tidak… Terlalu redup” perintahnya lagi dan lagi. Kedatangan mendadak dari anak tirinya itu benar-benar membuatnya heboh pagi-pagi seperti ini. “Si anak nakal itu, sudah bertahun-tahun Ia tak datang dan… Aargh!” Desisnya kesal sembari menyapu pandangannya pada tiap sudut di ruangan ini. Menilik sesuatu yang  mungkin kurang.

Saat Ia keluar dari kamar, Ia melihat sebuah foto yang baru saja di gantungkan di sana, di ruang keluarga ini. Foto yang sudah lama tersimpan dan harus menjadi bahan utama di sini setelah kedatangannya. Harus ada…

“Kau beruntung, saat ini” ujarnya sambil melihat foto keluarga bahagia itu. Bukan anaknya yang dituju, tapi seorang wanita cantik yang tengah menggendong Yoona kecil disana.

***

@Kwanghee University, 07.00 AM

“Jinjja? Whoaaaa daebak!” Seru seorang gadis sembari melihat rangking yang sudah di tetapkan berderet hingga selututnya.

“Lihat, lihat! Dia tidak pernah terlihat dan sekarang nilainya jauh Diatasku!” Protes yang satunya

“Tentu saja, Dia memang seperti itu sejak di Senior High School. Berlaku seenaknya dan berakhir sebagai pemenang” terang temannya

“Tidak adil!” Protes yang lainnya

“Dunia memang tidak adil, dear. Apa lagi jika masih ada orang-orang sepertinya di dunia ini” ujarnya sambil tersenyum licik. Saat Kim Hyoyeon-gadis itu- mengatakan hal tersebut, semua tau jika ada sesuatu di balik pikirannya. Kim Hyeyeon yang selalu menjadi pengamat dari tiap kesuksesan tanpa usaha yang dilakukan gadis bermaraga Im itu. Ia cukup muak, tapi apa yang dapat dilakukannya? nothing.

***

@Im’s Mansion, 08.30 AM

Sebuah mobil memasuki pekarangan halaman rumah yang dapat di bilang sangat luas ini. Pintu pagar tertutup kembali dan mobil berhenti setelah berjalan cukup jauh dari pintu pagar. Seorang gadis keluar setelah mobil berhenti, sekitar lima orang pelayan membungkukkan punggungnya memberi hormat, sepertinya hanya para kepala pelayan yang memberi sambutan dengan menyusun puluhan pelayan lainnya berderet untuk menyambut nona besar, Im Yoona. Setelah itu pelayan-pelayan itu segera melanjutkan tugasnya, dan beberapa membantu mengangkat koper gadis itu ke kamarnya, di belakang ada seorang wanita dengan paras yang masih cantik dan seorang pria paruh baya berdiri berdampingan menyambut kehadiran anaknya.

“Kau sudah datang” ujar pria itu

Welcome home Yoona-ya. Kau pasti sangat lelah di pesawat. Apa mereka memperlakukanmu dengan baik?” Tanya wanita itu sedikit melembutkan suaranya. Yoona mendelik padanya, sedikit muak dengan tingkah lakunya yang menjijikkan itu. Bersikap baik padanya seolah tak pernah terjadi apapun, ya seperti itu.

“I’m not a little girl, mom” ujarnya dengan sedikit penekanan di kata yang terakhir “Appa, bagaimana kabarmu?” Tanya Yoona ramah dan tentu saja pandangannya berbalik ke Ayahnya, Ia bahkan mengganti cara menatapnya begitu saja.

“Seharusnya Appa yang menanyakan itu, aigoo… Kau sudah tumbuh dewasa sekarang” pujinya sambil mengelus puncak kepala gadis itu “Istirahatlah, Kau pasti lelah” lanjutnya

“Nee” jawab Yoona,

“Biar Eomma antarkan” ucap wanita itu masih mencoba mengambil hati Yoona sambil berbalik memasuki pintu besar rumah ini dan membawa Yoona menuju kamarnya. Seperti apa yang di pikirkan Yoona, wanita itu selalu saja berbaik hati dihadapan Ayahnya, dan lihatlah! Bahkan semua perabot disini sangat mengkilap seolah baru di bersihkan lima menit yang lalu. Tentu saja Yoona mengetahuinya, saat melewati jalan menuju kamarnya, tangannya meraba setiap tembok dan perabotan yang dilewatinya hingga terdapat kesan basah disana, itu sudah menjadi kebiasaan tersendiri baginya. Ibu tirinya sangat bodoh, bukan?

Saat dijalan, gadis itu sedikit berhenti saat melihat sebuah gambar besar, foto keluarganya. Keluarga saat Ia masih bersama Ibunya, Ibu kandungnya beserta kakaknya dan Ayahnya. Sangat lengkap. Dan foto itu masih tertera indah disana, entah masih atau baru dipasang. Yang jelas foto itu ada disana disaat Yoona menatap ruangan penuh kenangan itu. Teringat betapa bahagianya mereka dulu.

Langkahnya kemudian memasuki kamarnya yang cukup luas dan sebuah pintu tertutup, Ia melirik seorang wanita yang masih berada di balik pintu “Kau tidak keluar?” Tanya Yoona dingin dengan wajah datarnya “Aku lelah berdebat denganmu” lanjutnya

“Kau harusnya mengabariku dulu sebelum ke Korea, Im Yoona” ujar wanita yang ber-notabene sebagai Ibu tirinya itu dengan suara yang tak seramah tadi saat berbincang di luar. Ia menutup pintu agar tak ada yang mendengarkan pembicaraan mereka yang mungkin akan berujung pada pertengkaran besar.

“Kenapa? Agar Kau bisa mengganti semua perabot rumah, ahjumma?” Tanyanya, tak ada yang bisa mengelak dari tatapan Yoona yang datar namun menusuk seolah tak bernyawa. Tatapan tak bernyawa itu benar-benar tak memandang siapa lawan bicaranya,

“Berhenti memanggilku ahjumma” protes wanita itu

“Aku sudah bilang. Aku lelah berdebat denganmu. Nanti malam akan ada porm party terakhir di universitasku, dan itu satu-satunya alasan Aku ke sini. Jadi bersabarlah sebelum Aku kembali ke Paris.” Ujarnya sambil duduk di depan meja rias dan membuka syal pink nya dan membersihkan wajahnya “Jangankan Kau, Aku juga muak saat harus bersikap baik denganmu” ujarnya lagi. Membuat wanita itu naik darah dan ingin segera keluar dari kamar itu, “Jika ingin keluar, bawakan boneka beruang palsu itu sekalian” timpal Yoona sambil melirik teddy home yang bertengger di atas tempat tidurnya. Jelas-jelas itu bukan punyanya, Ia tahu dengan sangat jika teddy home itu baru di beli.

“Itu punyamu. Punya Im Yoona kecil yang kukenal” ucap wanita itu kemudian berbalik menatap sang gadis yang kini sudah berdiri dari duduknya

“Beruangku sudah di bakar, Kang Eun Soo-ssi” ujar Yoona sambil berdiri dan melempar apa yang di genggamnya tadi, matanya menatap wanita yang masih berdiri di pintu itu tajam dan menusuk, seolah menuntut hal yang sangat berharga. Kini rahangnya mengeras dan kakinya melangkah menuju tempat dimana wanita itu berdiri,  “Aku sudah bilang untuk tidak mau berdebat denganmu saat ini, bitch” ujar Yoona tanpa ekspresi dan tanpa penekanan sedikitpun pada setiap katanya. Tapi justru itu yang membawakan angin kematian pada setiap lawan bicaranya, seolah akan merenggut nyawanya begitu mereka mendengarkannya.

“A-apa katamu?” Kini wanita itu sekuat tenaga mengeluarkan suaranya meski sedikit terbata-bata dan lututnya berasa ingin menjatuhkan tubuhnya saat itu juga

“Segera keluar sebelum Aku berteriak. Kau tau ‘kan siapa Aku?” Tanya Yoona

“DIMANA SOPAN SANTUN MU IM YOONA” pekik wanita itu masih bersikeras untuk adu mulut dengan anak tirinya itu, setidaknya demi harga dirinya sebagai seorang Ibu. Tanpa berpikir panjang lagi, Yoona segera berteriak dan berjongkok dengan kedua tangannya memegang kupingnya, “AAAAAAARRRRH!!! GET OUT FROM MY ROOM!!!”Teriakan yang benar-benar terdengar bahkan diruangan kedap suara itu hingga membuat beberapa pelayan berdatangan.

*

*

*

Im Yoona, gadis kelahiran Korea ini mau tak mau harus mendatangi tujuan utamanya untuk kembali ke tanah kelahirannya. Biar bagaimana pun, ini adalah detik-detik terakhirnya berada di kampus. Yah, dengan uang dan kekuasaan, Ia bisa menjadi salah satu mahasiswa teladan meski tak pernah hadir di kampus. Dan serasa Ia adalah putri kerajaan yang selalu dipenuhi keinginannya, Ia mendapatkan apapun yang Ia inginkan. Sungguh, sekolah desain bukanlah keinginan dan pilihannya. Tapi toh orang tuanya mendaftarkan namanya di sana meski di Paris Yoona lebih menyukai kehidupan nya dipenuhi dengan lukisan dan warna.

Dan kepergiannya malam ini menjadikannya alasan untuk mengelak makan bersama di meja makan bersama kedua orang tuanya itu. Hal yang selalu di elakkannya selama hidupnya, bahkan Ia memilih pindah jauh dari orang tuanya hanya untuk ini.

“Aku mau ke salon. Aku pergi dulu” ucapnya kemudian melangkahkan kaki keluar dari rumah mewah itu dan memasuki sebuah mobil merah menyala yang sudah terparkir di depan pintu rumah.. Rumah keluarga Im seharusnya sudah menyediakan salon sendiri atau justru memanggil tukang rias kesini, tapi lagi-lagi Yoona tak menginginkannya, karena yang Ia inginkan hanya pergi dari rumah ini secepat yang Ia bisa.

“Kau di sini?” Tanya Yoona pada seorang pria yang duduk di kursi kemudi

“Ayahmu menelponku. Jadi Aku datang ke Korea” ujar Minho masih menatap lurus ke depan

Great!” Jawab Yoona kemudian memasuki mobil dan duduk di sebelahnya.

 

Menghindar bukan berarti takut.

Hanya tak ingin memperumit keadaan.

***

Malam tampak berbintang, bulan pun tak segan menunjukkan senyumannya. Angin malam kian bertiup membuat para pemuda berkesempatan untuk memberi kehangatan pada kekasihnya. Alunan musik merdu mengiringi acara yang belum resmi di buka ini. Beberapa orang tampak mengobrol satu sama lain, saling bercerita, bercanda, dan bahkan menyusun rencana…

Sementara Yoona dengan gayanya yang sudah menjadi pusat tatapan dari banyaknya mahasiswa dan mahasiswi di sini hanya berdiri di pinggiran meja, mencoba untuk memilih minuman yang menurutnya sangat murah dan rendahan. Di Paris bahkan ini hanya minuman untuk acara amal. Dan berujung pada jarinya yang akhirnya menggenggam tungkai gelas krystal itu dengan anggun dan berjalan menelusuri tempat yang dapat memberikannya ruang besar tanpa ada orang yang terlalu dekat dengannya.

Tentu saja semua mata tertuju padanya, gadis cantik yang tak pernah mereka lihat itu kini semakin berkilau dengan pakaiannya bak princess yang telah siap untuk dijemput oleh pangerannya. Dia benar-benar menjadi center of attention malam ini. Long lace gown dibalut dengan blazer anggun putih selembut kapas dengan hiasan bunga bakung besar yang terbuat dari bahan chiffon di dada sebelah kanan mempercantik penampilannya sebagai putri dari Jong Gil Group. Long lace gown yang terbuat dari chiffon itu cukup tipis untuk di pakai outdoor terutama pada malam hari, namun Yoona tak perduli, justru ‘kedinginan’ yang membuat rona pipinya semakin nyata, dan juga bibirnya yang di polesi  warna merah muda menggunakan coat red navy semakin memerah dan ranum. Rambutnya yang di sanggul itu menampakkan leher jenjangnya yang putih dan mulus. Membuat siapapun pria yang melihanya pasti ingin memiliki dan manjamah Im Yoona. Bunga aster palsu yang berada di balik rambutnya pun cukup indah di padukan pada rambut pirangnya. Wajah dinginnya semakin ketara membuat mereka takut-takut hanya untuk sekedar menggodanya atau menyapanya, atau bahkan melihatnya. Tentu saja mereka hanya dapat berbisik satu sama lain,

“Siapa itu?”

“Kau kenal?”

“Molla..”

“Kalau tak salah Dia putri pemilik Jong Gil Group”

“Dia benar benar goddness

“Dia tak pernah hadir namun nilai akhirnya tinggi”

“Benar kah?”

Dan dengan kaki yang panjang dan mulus, Yoona menghentikan langkahnya dan menatap keramaian dari sini. Tempat ini benar-benar membuatnya muak. Terlebih lagi moodnya sudah benar-benar hancur tadi siang.

Ia meneguk pelan air berwarna biru itu dan kemudian menatap beberapa lilin yang mengapung di kolam indah itu. Acara ini adalah acara terakhir yang di buat oleh universitas untuk mereka yang akan tamat. Dan Diacara ini juga akan diumumkan namanya-Im Yoona- sebagai salah satu dari mahasiswa teladan, sebelum besoknya mereka wisuda. Tentu saja, meskipun Yoona sangat tidak ingin menginjakkan kaki di tempat yang dipilih Ayahnya ini, Ia harus datang setidaknya untuk pertama dan terakhir kalinya.

“Yoona?” Sapa seseorang. Seorang gadis cantik berambut kuning dengan hiasan bunga di atas kepalanya dan tersenyum manis pada Yoona. Yoona mengerutkan keningnya mencoba berpikir, siapa gadis yang cukup berani untuk menyapanya ini. Ia cukup dingin dari dulu hingga sangat malas baginya untuk mengingat siapa saja teman-temannya semasa sekolah dulu. Bukan teman, lebih tepatnya ‘orang yang beruntung dapat melihat Yoona secara dekat karena satu sekolah dengannya’

“Kau lupa? Aku teman Senior High School mu dulu yang pernah meminjamkan mu baju sekolah saat Kau lupa membawa baju olah ragamu. Saat itu Aku PMS jadi tidak olahraga” ujarnya diikuti dengan tawa kecil dibelakangnya. Yoona ingat, gadis itu pernah meminjamkannya baju olahraga saat itu. Saat itu juga Yoona jarang datang ke sekolah. Ia lebih memilik belajar melukis di Paris atau sebagainya. Dan saat itu juga Ia lupa membawa baju olahraga hingga gadis ini meminjamkannya baju olahraganya. Hanya rambutnya yang berubah, dulu Ia tak secerah ini.

“Nan… Kim Hyoyeon-iyeo” ujarnya lagi. Yoona masih tetap mendatarkan wajahnya menatap Hyoyeon dengan ujung manik matanya

“Ada apa?” Tanya Yoona akhirnya mulai mengeluarkan suara.

“Ani, Aku hanya ingin berfoto denganmu, Kau tampak awesome hari ini” ujarnya lagi dengan tatapan penuh harapan. Yoona menarik nafas panjang, benar-benar jenguh dengan sikap orang seperti ini

“Shireo” tolak  Yoona mentah mentah kemudian beranjak pergi

“Ayolaaah” pujuk Hyoyeon sambil terus mengikuti Yoona. Dan atas nama ‘teman’ saat di Senior High School, kini Yoona berbalik dan berdiri di samping gadis itu

“Jangan disini, kita ke tepi kolam saja. Airnya tampak cantik” ujar Hyoyeon bersemangat kemudian berjalan ke pinggir kolam dan meminta salah seorang temannya lagi untuk mengambil gambar. Pada saat Yoona dan Hyoyeon sudah benar-benar di samping kolam, kini Hyoyeon menarik lengan gadis itu dengan kasar dan menghempaskannya ke kolam hingga Yoona terjatuh ke air membuat semua mata kini teralih padanya yang tak kunjung muncul di permukaan lagi. Kini Hyoyeon beserta teman-temannya menertawakan video yang sudah berhasil mereka buat itu, diikuti oleh remaja remaja lainnya.

“Dia tak muncul di permukaan juga!” Pekik seseorang. Membuat semua tawa kini terhenti

“Apa yang terjadi?” Teriak seseorang dan berjalan menuju kolam renang itu dengan langkah cepat “Aku berharap ini bukan sekedar becanda-anmu” ujarnya menatap Hyoyeon tajam kemudian membuka jasnya dan hendak turun melihat gadis yang tak kunjung muncul ke permukaan itu, namun saat Ia hendak turun, gadis itu keluar dan berenang ke tepi, dengan rambut yang sudah tergerai indah dan pesona yang masih tak menghilang dari wajah cantiknya. Make up mahal itu tentu saja tak luntur semudah itu, dan polesan merah muda dengan coat red navy nya berhasil menutupi bibir pucatnya. Tak siapapun yang tau dan mengerti. Yang mereka lihat, hanya seorang Im Yoona yang dengan gilanya berenang di malam hari dengan baju setipis itu, namun tetap saja Ia tampak sensual dengan keadaan basah kuyup seperti itu. Pria yang baru saja membuat Hyoyeon tampak ketakutan dengan bentakannya itu, kini mengulurkan tangannya pada Yoona yang disambut oleh gadis itu. Tak ada seorang pun yang mengerti bahwa kini tangan Yoona bahkan lebih dingin dari jejeran minuman dingin di atas meja sana, hanya pria itu yang menyadari Yoona sudah hampir mati kedinginan, namun tetap saja Yoona menampakkan keangkuhannya dan mendelik tajam pada Hyoyeon seolah ingin gadis itu menyampaikan pesan terakhirnya, hingga disadarinya, Donghae-pria itu- menyangkutkan jas nya di bahu Yoona dan membawanya ke ruangan yang cukup dekat dengan tempat ini. Meninggalkan keheningan dengan setelahnya beberapa ucapan tak menyangka

“Kau tau kan, Dia itu Lee Donghae… Asisten dosen?!” Pekik seseorang

“Dia tak pernah berteriak seperti itu, terutama pada wanita!”

“Kim Hyoyeon, pupus harapanmu mendekati Donghae”

***

“Kau tidak berbicara sejak tadi. Minum tehmu dulu. Apa Kau tak ingin menelpon orang tuamu? Kau bisa mengganti pakaianmu lalu kembali kesini” ujar Donghae masih menjulurkan handphonenya pada gadis yang tengah termenung menatap cangkir teh itu

“Aku tidak ingat nomornya” ujar Yoona serak, terdengar aksen Paris di sana.

“Telpon rumahmu? ” kali ini gadis itu lebih memilih untuk menggelengkan kepala “Bagaimana bisa Kau tidak ingat, huh?”

“Aku baru sehari di Korea! Jangan memperlakukanku seolah Aku yang ingin ini semua terjadi, Aku bukan pencuri atau pembunuh hingga Kau harus menanyaiku itu semua!” Bentak gadis itu kemudian berdiri dan menjatuhkan jas yang tadi berada di pundaknya “Setidaknya Aku ingat jalan pulang” ujarnya kemudian melangkahkan kakinya dan membawa tas nya yang sudah basah. Tentu saja, handphone dan dompetnya basah kuyup saat ini. Dan Ia benar benar tak hapal satupun telpon orang orang di sekitarnya termasuk Minho yang mengantarnya tadi. Dan Ia yakin Minho sudah pulang saat ini. Sejujurnya lelaki itu mempunyai segudang tugas perusahaan selain hanya memantau putri kesayangan dari pemilik Jong Gil Group itu.

Ia melangkahkan kakinya keluar dari gedung ini. Langkah kakinya tersendat dan berhenti lantas tubuhnya membungkuk menggapai kedua heels hitam dengan krystal dibeberapa talinya. Kini kedua heels 7-senti itu di jinjingnya dan berjalan dengan kaki telanjang di trotoar dingin ini, dengan gaun tipis dan basah yang Ia gunakan lebih tepatnya. Di tengah kegusaran seorang Im Yoona, seketika terasa kembali jas tadi menempel secara paksa di tubuhnya “Aku tau salon terdekat di sini”

“Aku tidak mau! Aku tidak mau kembali ke tempat ini sekarang, nanti, dan selamanya!”

“Lalu Kau akan membiarkan semua orang mengataimu ‘pengecut’? Aku tidak kenal dengan mu, nona. Tapi Aku sebagai ketua kesiswaan setidaknya bertanggung jawab atas ini.” Ujarnya kemudian menarik paksa Yoona menuju mobilnya.

***

Im Yoona. Gadis itu keluar dengan pakaian dan penampilan yang lebih sederhana dari pada yang tadi. Gaun koktail merah mudanya yang Diatas lutut sedikit mengembang dan mengepress pinggangnya dengan balutan pita kecil di sana, dan lengan yang panjang berjaring bunga di sekujur tangannya membuat kesan indah. Kerah yang bertengger di lehernya menambahkan kesan manis sebagai seorang remaja disana. Ia tampak lebih sederhana dan berkilau dalam balutan pink-nya ini. Seperti remaja muda yang baru keasmaran. Dan polesan make-up yang sangat ketara dan sederhana dengan wajah cantiknya membuatnya tak kalah cantik dibanding dengan penampilan awal tadi.

Donghae yang menunggu sedari tadi tampak puas melihatnya setelah menjernihkan pikirannya untuk tidak hanya terpaku pada keindahan di hadapannya itu. Tentu saja Ia segera berbalik dan membawa Yoona kembali ke acara itu.

Dan kali ini kehadiran Yoona yang kedua kalinya ini mengundang lebih banyak bisikan. Terutama saat ini acara sudah dimulai.

Beberapa mahasiswa berprestasi di panggil kedepan dan yang pertama kali di panggil adalah, Lee Donghae dengan segudang prestasinya. Itulah yang membuatnya benar-benar bersinar saat berdiri di atas panggung. Membuat puluhan mata tertuju dan terpaku padanya, termasuk Yoona.

*

*

*

Pernahkan Kau merasakan hal seperti ini? Ketika jantungmu berdegup dua kali lebih cepat saat namanya di sebut. Dan Kau tersenyum sendiri untuk hal yang tidak Kau mengerti.

 

“Kim Hyoyeon, saat ini dia sudah berada dirumah sakit karena aksi bunuh diri. Untung cepat diselamatkan” jelas Minho, dan Yoona hanya mengangguk mengerti dengan senyuman yang mengembang tentunya. Siapa lagi jika bukan Yoona yang melakukan semua ini.

“Lanjutkan,” perintahnya

“Lee Donghae… Sepertinya perusahaan keluarga nya yang terbilang kecil itu sedang mengalami masalah dan…”

“Itu!” Dengan cepat Yoona memotong perkataan Minho “Uhuk uhuk!!” Kini gadis itu batuk karena tiba-tiba berbicara keras saat makan

“Aigoo… Tunggu Aku selesai bicara dulu, Yoona-ya” ujar lelaki itu sambil memberikan segelas air. Yoona-ya? Mereka memang sudah dekat dari kecil. Minho selalu menemani Ayahnya bekerja di keluarga Im ini dan sering juga melindungi Yoona kecil saat sekolah dulu. Kebetulan lelaki itu setahun lebih muda dan orang tuanya menyekolahkannya setahun lebih awal. Itulah alasan kenapa kini Minho tak ingin memanggil Yoona dengan panggilan ‘noona’

“Lanjutkan, lanjutkan” ucap Yoona setelah selesai meneguk airnya. Sementara gadis itu menatap dan mendengar  Minho yang tengah membacakan kehidupan singkat Donghae yang Minho dapati dengan meng-hack beberapa situs dan dengan seksama Ia sampaikan pada Yoona. Ya, pagi-pagi sekali Ia harus datang ke kediaman Im seperti biasanya dan menemani gadis itu untuk membacakan apa yang Ia suruh cari tadi malam. Dan sekarang, seperti biasa Yoona makan di kamarnya, di atas tempat tidur dan di temani oleh Minho yang tengah membacakan file di tangannya.

“Coba Kau manfaatkan kebangkrutan keluarganya dan Aku akan memujuk Appa untuk menjodohkannya denganku” ujar Yoona sedikit berbisik. Sementara Minho hanya menyipitkan matanya menatap gadis itu kemudian berdri untuk menyibakkan kebelakang rambut Yoona dan mengikatnya

“Kau ingin makan bersama rambutmu eoh?” Tanyanya, sementara Yoona yang hanya dapat menatap dada lelaki itu kini dapat menghirup aroma after shave-nya

“Kau masih memakai parfume ini ya?” Tanya Yoona

“Apa?”

“Ani… Anak kelas dulu sering membicarakan tentangmu dan parfume mu”

“Ooh. Aku tidak terlalu suka hal yang baru” ujarnya kemudian kembali meraih kertasnya dan melipat kedua tangannya di depan dada “Sekarang jelaskan, apa alasanmu hingga bisa tergila-gila pada seorang Lee Donghae?” Tanya pria itu mulai merubah suasana serius di sekitar mereka.

 

Apa yang membuatmu menyukainya? Apa Kau bisa bertanya pada jantungmu yang tiba-tiba berdegup kencang saat berada disampingnya? Apa Kau bisa bertanya pada matamu yang selalu mencuri pandang padanya dan berharap agar Ia membalas tatapanmu? Dan apa Kau bisa bertanya pada hatimu yang selalu bahagia saat namanya disebut?

*

*

*

“Aku akan melakukan apapun! Termasuk Aku akan menemani ahjum-” Yoona mengerjapkan matanya kemudian memperbaiki kata terakhirnya “Menemani Eomma shoping, tinggal di Seoul lebih lama, datang ke wisuda dan tersenyum bahagia disana meski Aku membenci jurusan desain itu, dan…” Kali ini Yoona menelan salivanya “Dan Aku akan makan bersama dimeja makan, bersama kalian” lanjutnya. Sementara sang Ayah hanya Diam menatapi anaknya yang sedang keasmaran itu kemudian berdiri dan menghela nafas panjang akan apa yang telah Ia simpulkan

“Kau sedang jatuh cinta, nak” ujarnya kemudian “Apa Kau yakin Ia akan mencintaimu kelak?”

“Yakin!” Ucap Yoona pasti. Ia menaikkan dagunya saat ini seolah menantang “Aku Im Yoona. Wajahku jauh lebih cantik dari wanita-wanita disana! Aku bisa melakukan apa yang Ibu rumah tangga lakukan” ucapnya penuh percaya diri.

“Ibu rumah tangga bokongmu,  Kau selalu menggosongkan omelete mu dan membuat bubur saat disuruh memasak nasi” koreksi Ibunya yang sedari tadi berada di sofa ruang kerja Ayahnya ini. Ia meneguk pelan teh hangatnya kemudian menatap Ayah dan anak yang tadinya tengah berdebat kini menatapnya dengan tatapan tidak terima atas ucapan nya barusan. Tidak, Yoona tidak terima saat Ibu tirinya mengatakan tentang omelette dan bubur itu, tapi Ayahnya tidak terima jika istrinya itu menggunakan embel-embel ‘bokongmu’ di akhir kalimat nya.

“Aku akan belajar!” Bentak Yoona mulai mengusik keheningan itu dan dengan hentakan kakinya saat menatap wanita itu

“Lihat, lihat… Apa Kau bisa merubah sikapmu yang satu ini saat bersamanya?” Tanya wanita itu lagi seolah menantang. Kali ini hanya hening yang melambangkan suasana di dalam sana.

“Yoona-ya. Kita… Ditakdirkan untuk mencintai dengan segenap keegoisan. Tapi tak semua cinta yang kita berikan itu akan mendapatkan balasan. Kita ditakdirkan untuk menikmati semua kekayaan, bukan mendapatkan hal bodoh seperti itu.”

“Appa…” Kali ini Yoona beralih menatap pria paruh baya itu dengan tatapan memohon

“Kau sangat tau kelemahanku. Terserah apa katamu. Lagi pula sebuah pernikahan itu tidak buruk. Aku hanya perlu mengedipkan mata pada wartawan jika nanti kalian bercerai dan semua dunia akan Diam”

“Kau yang terbaik Appa” puji Yoona kemudian memeluk erat pria itu. Semua lancar dan mulus. Sama seperti apa yang Ia inginkan.

 

Dan semua itu…

“Maaf mungkin Dia terlambat” ujar pria paruh baya itu. Yoona hanya menatapnya dingin tanpa sebuah senyuman. Ia tak suka berbasa basi, terlebih lagi ini sudah lebih dari lima belas menit mereka menunggu. Wajahnya masih tak kunjung berubah, lagi pula ini juga sebagian dari script yang di berikan oleh Ibu tirinya. Bukankah ini perjodohan yang tak terkira? Ini semua sudah terencanakan dengan sangat rapi oleh Ibu tirinya yang selalu mendramatisir itu. Entah berapa film yang Ia tonton demi mengisi kekosongan harinya hingga Ia meminta Yoona untuk memasang wajah tak terima atas pernikahan ini seperti drama-drama lainnya. Ia benar benar-berlebihan! Tapi toh Yoona juga mengikuti sarannya itu.

Dan sebuah langkah kaki semakin mendekat memasuki restaurant yang sudah di booking khusus untuk pertemuan kali ini

“Maaf Aku terlambat” ujarnya sementara semua mata tertuju padanya. Yoona, kedua orang tuanya, serta kedua orang tua lelaki yang baru saja hadir itu menatapnya, berbeda pada lelaki yang menjadi sorotan itu, matanya menatap kearah Yoona sedikit kaget.

***

“Aku tidak tau takdir macam apa yang membuat kita bertemu lagi seperti ini” ujarnya setelah mereka berdua di biarkan untuk berbicara secara leluasa di luar

“Kau kira Aku ingin menjadi seperti ini?” Ujar Yoona masih mempertahankan sikap dinginnya sementara pria yang berada dihadapannya ini hanya dapat menghela nafas panjang

“Tidak bisakah Kau menolak? Setidaknya Aku sudah tidak bisa karna orang tua ku membawa alasan yang jelas” terang pria itu lagi, tatapannya seolah memohon kini.

“Aku tidak ingin mendadak miskin hanya karna menolak semua ini” jawab Yoona masih memikirkan script yang tadi Ia pertimbangkan bersama Minho dan Minho benar, pertanyaan pertanyaan itu jelas keluar dari bibir Donghae. Pantas saja pria itu selalu mendapatkan nilai tertinggi semasa sekolah.

“Baiklah. Tidak ada jalan lain lagi. Kita harus terjebak dalam pernikahan ini dan… ” mata Donghae kini beralih “Aku sedang menjalankan proyek baru. Jika ini berkembang pesat dan menjadi maju, kemudian Aku akan memilih untuk bercerai karena orang tua ku tak akan terikat lagi dengan hutang keluargamu” ujar Donghae sedikit memasang wajah menyesal karena telah mengatakannya, lagi pula yang disesali lelaki itu adalah… Mengatakan dirinya sebagai penjamin dari hutang yang orang tuanya pinjam dari perusahaan Ayah Yoona.

“Baiklah” ujar Yoona masih terdengar dingin dan datar

“Dan, Aku membebaskanmu untuk berhubungan dengan siapapun karena saat ini Aku tengah menjalin hubungan dengan kekasihku. Sejak setahun yang lalu” lanjutnya lagi, kini Yoona terhenyak dengan perkataan itu.

“M-mwo?!”

***

“Bagaimana bisa Aku menjadi seperti ini? Dan bagaimana bisa Ia memiliki kekasih?! Ini gila! Cerita ini benar benar klasik! Kau tau, seperti seorang gadis yang dijodohkan dengan pria yang sudah memiliki kekasih dan mereka menikah, alhasil Aku hanya melongo melihat mereka berkencan?! Ini gila Choi Minho!!!” Pekiknya. Sangat dijamin jika keadaan kamar nya kini sudah berantahkan, bahkan sangat berantahkan. Dan Minho, boneka hidup yang dihadiahi oleh Ayahnya itu kini hanya dapat menatap Yoona tanpa mengedipkan mata nya.

“Berpikirlah dulu Yoona-ya. Kau masih memiliki kesempatan untuk membatalkannya sebelum kalian benar-benar menikah.” Kini Minho meninggalkan gadis yang tengah berapi-api itu di dalam kamar sendirian. Mungkin Yoona lebih baik diberi waktu untuk berpikir lebih tenang. Saat pintu tertutup, saat itu pula sebuah bantal mendarat di pintu yang tak bersalah itu.

“Kau tidak mengerti, Choi Minho!!” Pekik nya kemudian. Ia lelah… Ia lelah seperti ini.

“Tidak! Gadis itu bukan apa-apa jika Ia hancur… Aku bukanlah seorang gadis yang mengharapkan kisah cinta yang manis lagi” ujarnya penuh ambisi. Sebuah tatapan kini beralih pada lemari jati yang bertengger di sudut ruangan. Kini langkah kaki panjang gadis itu beralih pada lemari itu dan mengambil sebuah surat yang masih terhimpit di sana. Surat tua dengan setangkai mawar kering yang sudah di keraskan.

Surat kecil berwarna merah itu kini tak beraroma wangi lagi dan mawar itu kini tak berseri kembali. Hal yang sangat dibencinya hingga membenci semua yang tertera disana. Kini bibirnya tertarik namun matanya masih menatap tajam penuh kebencian pada surat itu

“Aku tidak tau kisah cinta terlarang seperti apa yang Kau lalui, Eomma. Dan sekarang Aku akan memasukinya, apakah cinta semenarik itu?”

*

*

*

Pernahkah kau jatuh cinta? Saat semua yang kau lakukan berbeda dari biasanya dan kau satu satunya orang yang tak menyadari itu.

 

“Omo omo! Siapa ini?!” Pekik seorang wanita melihat kedatangan beberapa orang aneh yang diherankan gendernya.

“Im Yoona. Tunjukkan kami dimana ruang Im Yoona, ahjumma” pinta seseorang yang berada di posisi depan dengan suara yang cukup merdu dan anggun, tidak sangat cocok dengan beberapa helai kumis yang mulai bertumbuhan di bawah hidungnya

“Yak! Apa katamu?!!  Ahjumma?! Sejak kapan Aku menikahi pamanmu! Panggil Aku madam” bentaknya masih dengan kepercayaan diri yang cukup tinggi mengingat statusnya saat ini.

“Kau sudah datang, rexi-ssi?” Panggil Yoona dari lantai atas, semua orang yang berada dibawah mendongakkan kepalanya dan sedikit melambai centil pada Yoona “Kau bisa naik tangga sekarang dan temui Aku disini” lanjutnya dan beberapa umat yang… Sudah dikatakan, tidak diketahui gendernya itu kini menaiki tangga dan melewati wanita yang hanya dapat mematung kaget itu. Bagaimana bisa diketahui, mereka saja menggunakan rok mini yang cukup mengembang dengan corak yang menjijikkan dan menenteng tas make up ukuran besar, namun rambut warna warni mereka yang cukup pendek dan beberapa helai kumis atau jenggot yang tidak bisa ditahan pertumbuhannya itu mengatakan hal lain, benar-benar diragukan.

“Ahjumma! Malam ini keluarga Lee akan datang dan kau bersiap lah layaknya seorang Ibu, bukan layaknya anak yang akan dinikahkan!” Perintah Yoona dengan sedikit ejekan sebelum akhirnya memasuki kamar bersama ketiga orang itu. Biar dijelaskan, mereka bertubuh pria, ber-rambut wanita dan kulit semulus wanita, dan hati selembut wanita dan… Sikap layaknya wanita. Berani taruhan jika malaikat salah memasukkan ruh wanita ketubuh pria untuk mereka.

Make-up Aku SE-NA-TU-RAL mungkin. Jadi tampak seolah Aku kaget dengan kedatangan mereka, namun tetap cantik” ujar Yoona “Aku tau kalian profesional, jadi jangan kecewakan Aku” lanjutnya

“Dan kau memanggil kami bertiga hanya untuk itu?” Protes yang satunya

“Yaak! Aku membayar mahal untuk ini! Jadi kalian tinggal Diam, dan permak Aku senatural mungkin! Jangan sampai make up nya terlihat!”

Omongan gadis ini membuat ketiga orang di belakangnya saling pandang setelahnya.

***

“Apa kita perlu melakukannya bersama?” Tanya Donghae. Yoona tampak menghela nafas panjang mendengar lagi-lagi pria itu hanya mengeluh.

“Mau bagaimana lagi” ujar Yoona kemudian meletakkan secangkir teh hangat yang baru saja diberikan oleh pelayan di depan pintu kamarnya. Ya, lelaki itu dengan segenap paksaan harus berada di kamar Yoona. Entah apa yang orang tua mereka pikirkan tentang kedua umat ini. Yang jelas, ini adalah settingan dari Yoona, tentunya. Kedua remaja ini menatap jauh pada pemandangan yang sudah menggelap dari jendela kamar Yoona. Hanya langit gelap beserta pohon yang saling bergoyang menandakan angin yang cukup kencang diluar sana.

“Sepertinya akan hujan” ujar Donghae masih menatap langit lagi “Dan kami seharusnya pulang” lanjutnya. Kini Ia menatap Yoona yang masih terperangah pada wajah lelaki itu, sangat tampan. Lelaki itu sedikit menaikkan alisnya kemudian tersenyum “Bersabarlah untuk saat ini dan beberapa hari kedepan selama kita hidup bersama” ujarnya kemudian melangkah pergi keluar dari kamar mewah yang tertata rapi ini. Meninggalkan Yoona dengan jantung yang kemudian berdegup kencang, hanya Ia dan tuhan yang tau berapa kecepatan jantung itu saat ini. Senyuman itu, selembut sutra seolah meninggalkan jejak yang tak mungkin dapat di hapusnya, bagaimana bisa ada pria setampan itu? Pikir Yoona.

*

*

*

Pernikahan…

Satu kata sakral yang melambangkan dua orang saling mencintai kini saling mengikrar janji hidup bersama dengan kebahagiaan.

Satu kata sakral yang memasukkanmu ke dunia kebahagiaan

Dan… Satu kata sakral yang tak dapat kau permainkan.

 

Tersenyum seolah menjanjikan kebahagiaan pada semua orang. Hingga hampir seluruh penjuru korea mengetahui pernikahan mewah ini. Siapa yang tidak kenal? Anak dari pemilik Jong Gil group. Anak satu satunya dan menjadi kebanggaan karena kecantikannya yang tidak ketara. Sempat beberapa penawaran untuk menjadikannya artist atau bintang iklan. Namun, pernah menjadi model di beberapa majalah saja sudah cukup membuat kekacauan karena Yoona memang selalu bertindak semaunya hingga beredarlah sikap dingin yang mengimbangi kecantikan dari gadis itu.

Cerita masa lalu Yoona, kini gadis itu sudah tersenyum cerah didampingi sang Ayah menuju altar. Disana ada seorang pria lagi yang tengah berdiri, tersenyum dengan mata teduhnya dan kini menjulurkan tangan menyambut jemari lentik gadis itu. Dan perjanjian itu adalah awal dari segalanya…

Kisah cinta dari seorang wanita dengan segudang obsesinya baru saja dimulai…

To be Continued…

 

yaah gimanaa? membosankan? ouke, semoga lebih menegangkan di chapter sleanjutnya !! ^^)~~~

jangan lupa RCL yaaa… sarang dan kritiknya sangat berharga :—–3

dan ini treaser dari Youtube. dengan sedikit ke-tidak ahlian author di bidang edit mengedit video.

sebenernya ada tuga sekolah, jadi sekalian aja buat treaser aneh ini. semoga suka. hehe

 

 

104 thoughts on “Obsession (Chapter 1)

  1. yeay seneng deh ff ini di post lagi…
    gomawo eon, mau posting ini ff, biarpun banyak yang ngomongin jelek tentang eonni…

    semangat ne!!! ditunggu next chap-nya.
    aku selalu mendukungmu eon… FIGHTING!!!

  2. lanjut eonnie …. tapiiii story ny harus happy ending y Eonnie

    pokok ny DongHae Oppa n YoonA Eonnie harus bersatu dan saling mencintai,, sama punya anak juga 🙂
    Eonnie ~ ya Daebakkk

  3. Waahh cerita’a menarik
    aku’a penasaran bgt ma kelanjutannya
    hmmm
    walaupun menolak perjodohan,n punya pacar tp oppa’a ga jahat(seneng aku)
    moga happy end ya
    mereka saling mencintai
    ayo nexttttttttttttt

  4. Chingu cepet dilanjut ya ceritanya seru tw, jdi pnsrn sma chapter selanjut’a 🙂
    Di post yg cepet ya next chapter’a
    Hwaitiing 😀

  5. belum bisa berkomentar lebih…
    cuma mau bilang ffnya bagus dan lanjutkan….
    d tunggu, jgn lama”… 🙂

  6. kayanya chapter 1 udh bagus deh,udh bikin penasaran reader, bagus bgt 😀 jangan lupa dilanjut yaa? Hwaiting! 🙂

  7. keren aku penasaran bgt sama masa lalu yoona kenapa dia sikapnya gitu bgt trus soal surat yg udah lusuh itu..dan juga yoona bilang aku akan memasuki cinta terlarang seperti eomma…????banyak” teka-teki
    lanjuttttt

  8. Daebak thor.
    Sbenarnya pas pertama D publish uda coment vi pas bca ulang ternyata ada yg d tmbah pas traakhir jdi coment lgii#abaikan.

  9. ceritanya menarik… ^^
    obsession atau benar2 jatuh cinta? #eh ..
    penasaran dengan surat dan mawar nya. kenapa Yoona benci sama mawar?
    lanjutkan ^^

  10. eonnie! Semua FFmu daebak.. Ahaha =D jalan ceritanya semuanya daebak xD termasuk yang ini^^
    Cepet lanjut jangan lama-lama jeball 😦
    Dan satu lagi, happy ending please dengan YoonHae bersatu ne? 😀

    *mian banyak maunya:D

  11. baru bisa baca hanna, aku udah sering liat treasernya di facebook kamu, seperti yang aku duga, bagus banget ff nya.
    ninggalin jejak dulu , kalo nggak bakal di santet sm hanna kkkkk 😀

  12. Wih critnya keren suka dah pa lg ma karakter yoongie kejam ambisius keras beuh tambah suka jempol dah buat authornya 😉
    ku ngizin baca next chap yah 🙂

  13. Wah…….aku terlambat baca…….keren banget karakter yoong beda disini jadi orang yang egois apapun dia mau harus dia dapetin…..berarti saat ini donghae belum ada rasa ama yoong nih…..jadi penasaran gimana kehidupan mereka selanjutnya……..kayaknya pacarnya donghae harus dah nyiapin mental nih klu ketemu ama yoong………daebakkkk lanjuuuuuuuut

  14. Hmmmm cinta bertepuk sbelah tangan nih , dan dsini yoona yg suka sama donghae , tp apa maksud yoona maksa bnget nikah sama donghae , trus bunga mawar yg d ambil yoona dr lemari iyu apa ???

  15. Daebak >< soooo sweet… Suka sama karakter yoona disini.. Dan boom! Ternyata yoona begitu cepetnya jatuh cinta sama donge… So sweet..

  16. Author-ah kamu kelahiran tahun berapa? -,-
    Haha giliran yang yeoja yang terobsesi. (y)
    Ijin baca next chapternya 🙂
    Fighting!

    1. iya harusnya aku lulus tahun ini. tapi masa SMA nya dipercepat 😀
      wah, eonni dong kamu :p
      baru masuk universitas juga ya? 😀

      1. Hehehe iya eonni 😀 Nggak ngelanjutin akunya *lol 😀 Eh saeng, kapan2 bisa dong kirim ff ke story of Yoonhae?

  17. “Kita ditakdirkan mencintai dengan segenap keegoisan,tapi tak semua cinta yang kita berikan itu akan mendapatkan balasan.
    Kita ditakdirkan untuk menikmati semua kekayaan ,bukan mendapatkan hal bodoh seperti ini”…
    Ya ampun…kenapa ayah Yoona mengatakan semua itu pada Yoona??Apa Yoona nantinya hanya akan memaksakan cintanya karena kekayaannya,tanpa mendapatkan balasan perasaan yang sama dari Donghae??

Komentarmu?