Rendezvous (Chapter 2)

10848025_508079532667160_1403805005661989306_n_副本

pic by: Lee Minda

Tittle : Rendezvous

Author : Ester Lee / Alissya Lee

Cast : Lee Donghae, Im Yoona.

Minor Cast: Yuri. Sooyoung. Jonghyun (CNBlue)

Genre : Romance 

words : +4000

this my new Story please enjoy. MHINY will bee ending soon. Author berharap readers menyukai dan mendukung cerita baru ini . thanks for your support and dont forget to leave comment 🙂

synopsis:

Tidak ada yang bisa dipersalahkan atas takdir, bahkan Tuhan sekalipun tak pantas dipersalahkan. Meskipun takdir terus membawamu kembali pada kehidupan berulang yang nyaris tak berbeda. sperti Rendezvous yang tertata rapi dalam tiap lembaran takdir.

Yoona memutar bola matanya lalu mendecak sebal pada gadis kurus yang tengah menatapnya dengan raut wajah serius, Ia lalu meletekkan dengan sedikit kasar cangkir kopi ditanganya keatas meja,

“sudah kukatakan aku tidak datang ke studio itu lagi” kata Yoona sungguh-sungguh.

Sooyoung menyipitkan mata, Ia benar-benar meragukan pernyataan Yoona bagaimana mungkin Yoona tidak kesana padahal Ia yakin melihat sahabatnya itu keluar dari gedung yang disebutnya studio itu.

“aku melihatmu keluar dari sana” singkat Sooyoung,

“n-nde?” Yoona terkejut, tapi kemudian Ia berusaha merubah ekspresi wajahnya menjadi datar “ohhh geudae?”

“jangan mengelak Kim Yoona, aku jelas-jelas melihatmu disana, jadi katakan yang sebenarnya, dont ever try to trick me!”

Yoona mendesah pelan, sudah dapat dipastikan Ia memang tak akan pernah mengakali sahabatnya itu. Penglihatan dan analisis Sooyoung yang mengerikan itu membuatnya merinding,

“aku memang kesana,,,,”jeda sesaat Yoona melirik kearah Sooyoung tapi gadis itu hanya mentapanya seolah berkata –lanjutkan!- “aku tidak dengan sengaja melakukanya, rekan kerjaku memintaku menemaninya”

“rekan kerjamu? Siapa si tua Leeteuk itu?” tanya Sooyoung tak sabar, sebelah tanganya terangkat dan menepuk pelan meja tanpa dosa dihadapanya penuh emosi.

“bukankah si tua itu tau kau tak seharunya datang lagi kesana, dan tidakkah kau seharusnya menolak?”

“tidak bukan dia” Yoona menggeleng “Lee Donghae, maksudku rekan kerja baruku itu baru datang dari jepang, dan dia sama sekali tak tau menau tentang itu. Dan aku tak memiliki alasan untuk menolak, ini berhubungan dengan pekerjaanku”

“entah dengan alasan apapun kau tak seharusnya kesana Yoong” suara Sooyoung melembut, entah mengapa tatapann kosong dari sepasang mata rusa dihadapanya terasa melumat hatinya membawanya keingatan-ingatan yang tak seharusnya kembali hadir.

“kau bertemu denganya? Atau siapapun yang berhubungan denganya?” tanya Sooyoung, suaranya kini benar-benar melembut Ia sudah berusaha keras menyembunyikan emosinya,

Yoona menggeleng pelan, lalu menyeruput kopinya dan kembali menatap Sooyoung “aku tidak bertemu siapapun kurasa Ia belum kembali”

“sukurlah” desis Sooyoung, “dengar Yoona, jangan pernah datang kesana dengan alasana apapun. Kau ingin membuka scandal itu lagi? Kau akan mendapat masalah Dan kujamin karirnya akan benar-benar tamat”

Yoona tak bisa memberikan reaksi apapun atas peringatan Sooyoung, Ia menghembuskan napas pelan lalu mengalihkan pandangan pada kaca besar yang memisahkanya dengan dunia luar.

“baiklah aku ada jadwal” kata Sooyoung lalu bangkit dari kursinya, “aku pergi dulu Yoona,,semoga harimu menyenangkan” lanjut Sooyoung sambil tersenyum lalu meninggalkan Yoona yang kembali terpekur pada kaca besar cafe setelah membalas senyumnya.

***

Lee Donghae tidak tau apa yang dirasakanya setiap kali melihat Yoona, bayangan Yuri selalu saja berkelebat dalam ingatanya. sepasang mata gadis itu terasa sangat familiar tapi Donghae yakin semua itu bukanlah karena Yoona adalah saudara Yuri. Kedua mata wanita itu sangat berbeda dan Donghae benar-benar mengenal mata tajam milik Yuri, sangat berbeda dengan mata lembut milik Yoona. singkat kata kefamiliaran yang dirasakanya bukan karena kemiripan fisik dengan Yuri. Ada Sesuatu yang lain, tak bisa dijelaskan. Dan Jantungnya, Donghae merasakan debaran-debaran janggal tiap kali bersitatap dengan Yoona, tiap kali gadis itu termenung menatapnya, dan setiap senyum yang melengkung dibibir tipis Yoona selalu berhasil membuatnya tak ingin berpaling dari wajah cantik wanita itu. Jelas ini bukan cinta, Donghae bukanlah tipe orang yang bisa dengan mudah jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan bagaimana laki-laki itu bisa jatuh hati sementara hatinya telah lama mati.

Termenung, dari balik kaca yang memisahkan ruanganya dengan kubikel Yoona Ia melihat gadis itu menatap layar laptopnya dengan tatapan kosong, tak melakukan apapun bahkan berkedip saja seolah jarang dilakukanya. Sinar samar yang terpancar dari kayar laptopnya, membuat wajahnya terlihat……cukup Lee Donghae.

Lee Donghae cepat-cepat mengalihkan pandanganya ketika Yoona memutar kursi kesamping dan beranjak meninggalkan kubikelnya.

Suara ketukan dipintu ruang kerjanya yang memang tidak tertutup membuata Donghae memutar kepala dan mendapati Yoona tersenyum diambang pintu,

“kuharap aku tak mengganggu” katanya,

“tidak Yoona-sshi masuklah, aku juga ingin berterimakasih kau mau mengantarku kestudio kemarin, sayangnya aku tak bisa bertemu temanku mereka mengatak dia sudah pindah.”

Setelah mendapat isyarat dari Donghae, Yoona melangkah masuk dan duduk didepan meja kerjanya.

“oh itu—“ seketika Yoona mengingat perdebatanya dengan Sooyoung saat jam makan siang tadi “tak masalah Donghae-sshi” sebelum Donghae melanjutkan Yoona segera mengalihkan pembicaraan “aku merasa ada sesuatu yang kurang dengan kata-katamu tentang Sungai Han,,,bisakah kau memperbaiki..maksudku menambahkan sedikit kalimat lagi?” tanya Yoona to the point, “secara pribadi aku sangat menyukai tempat itu Donghae-sshi, hanya saja aku sedikit kesulitan merangkai kata— untuk menambahkanya“Yoona mendesah pelan,

“kata-kata romantis?” tebak Donghae sambil terkekeh.

Yoona mengangkat bahunya lalu berkata “just it to hard”

“baiklah, tapi dengan sarat”

“sarat?” Yoona mengerutkan kening,

“temani aku kesana, bagaimana?”

“tunggu,,,kau tidak sedang menrayuku bukan Donghae-sshi?” canda Yoona, lalu terkekeh pelan dan menatap jenaka pada laki-laki dihadapanya meskipun dalam hati Yoona harus berusaha keras memisahkan antara mimpi dan kenyataan dihadapanya.

“anggap saja seperti itu,,,”Donghae tertawa kecil lalu menambahkan “tapi sepertinya aku akan patah hati” ucapnya sambil memasang raut wajah terluka, membuat Yoona tak bisa menolong dan tertawa lebar.

“oh astaga!”

Senyumnya, mata rusa yang sedang melengkung itu Donghae sungguh merasa sangat mengenalnya atau bahkan tidak berlebihan jika Donghae berkata semua tentang senyum Yoona menyejukkan hatinya.

“haaaaaaa Joha…..”

Yoona membentangkan kedua tangan menhadap sungai han yang terhampar luas dihadapanya, Ia selalu menyukai saat-saat seperti ini. Aliran air yang tenang dan pancaran sinar senja yang memerah dan angin semilir yang pelahan menerbangkan rambutnya. Seolah-olah angin yang behembus lembut itu telah berhasil mengangkat seuruh bebanya. Meskipun pada beberapa titik hatinya ada rasa lain yang tak menginginkan kaki-kaki jenjangnya kembali berpijak disana.

“sudah banyak yang berubah…” Donghae membuka pembicaraan, Ia memang tak membentangkan tangan seperti yang dilakukan Yoona tapi Donghae juga menyukainya. Menyukai semua tentang sungai han dan juga kenangan belasan tahun yang lalu.

Yoona menurunkan kedua tanganya yang terbentang lalu menoleh pada Donghae yang berdiri disampingnya,

“ah, Battah,,,aku baru ingat kau tidak tinggal di Korea…..tapi gambar ini–kapan kau mengambilnya Donghae-sshi kurasa gambar itu dan Sungai han sekarang tidak jauh berbeda” Yoona mengeluarkan selembar foto dari tas tanganya memperhatikan foto yang kini diangkat setinggi wajahnya sebentar lalu melihat sungai han dihadapanya,

Donghae mengalihkan pandanganya pada foto itu kemudian tersenyum lembut, “seseorang mengambilnya untukku 3 tahun yang lalu”

Seseorang? Siapa? Wanita? Kekasihnya?

Yoona menepis pertanyaan-pertanyaan aneh dalam otaknya lalu mengangguk-angguk pelan “Ooh Keuroe Kunna (begitu rupanya)….tapi siapapun orang itu sepertinya Ia memiliki selera yang bagus,,,foto ini begitu” Yoona berhenti sebentar, kedua matanya menatap kagum pada foto ditanganya kemudian melanjutkan “indah…dan kurasa kau juga menyukainya”

“bagaimana kau tau aku menyukainya?” tanya Donghae, Ia yakin tak pernah berkomentar apapun tentang foto itu pada Yoona, Pada siapapun sealain wanita itu, ya! hanya wanita itu. Ya selain kalimat pendek yang ditulisnya saat menyerahkan foto itu pada perusahaan.

“aku hanya menebaknya”sahut Yoona ringan “seorang fotographer selalu mempunyai sudut padangnya sendiri, hal-hal dapat berubah dengan kamera ditanganya,,,nothing to be Something dan sebaliknya” Yoona melanjutkan perkataanya sambil melamun, ada jeda sesaat sebelum Ia melanjutkan, pikiranya tanpa bisa dicegah terus berkelana membawanya tak lagi ditempat hanya meninggalkan raganya yang terpaku disamping Donghae.

Yoona segera memutuskan pikiran ngelanturnya setelah melihat Donghae mengerjabkan mata terlihat sedang menunggu kelanjutan dari perkataanya,

“sudut pandang foto ini sesuai dengan cara pandangmu, atau seseorang yang mengambilnya mungkin sangat berarti untukmu…”

Donghae terseyum lagi setelah Yoona menyelesaikan perkataanya, bagaimana wanita itu dalam sekejab dapat menebaknya hanya dengan sekali melihat foto itu.

Yoona balas tersenyum, sinar kemerahan yang terpantul kewajahnya membuat Donghae tak bisa berpaling Yoona terlihat begitu menawan, ingin sekali laki-laki itu mengangkat kamera yang tergantung dilehernya dan mengabadikan keindahan itu. Tapi ditahanya kuat-kuat.

“keduanya..” jawab Donghae pada akhirnya.

“Yoona-sshi?”

Setelah cukup lama terlarut dalam pikiran masing-masing, Donghae mengeluarkan suaranya. Diam seperti itu membuatnya sedikit tidak nyaman, sejak tadi Ia terus saja mencoba mencari kata-kata bagus untuk foto ditangan Yoona tapi tak ada. Ia tak menemukan sebaris kalimatpun. Otaknya terlalu fokus pada hal lain.

Sementara Yoona, Ia tak tau dimana tepatnya otaknya berada kenangan kelam itu terus berputar diotaknya disisi lain pernyataan Donghae tentang siapa yang mengambil foto itu sedikit membuatnya—kecewa entahlah kecewa atau apapun itu yang jelas membuat Yoona tak nyaman.

“nde Donghae-sshi?” sahut Yoona memutar kepalanya kearah Donghae, senja sudah berubah gelap dan lampu-lampu yang berkedip-kedip dihadapanya membuat Yoona bahkan lupa tengah berdiri disana bersama Donghae.

“wanita dalam foto itu….” Donghae menahan ucapanya menunggu reaksi Yoona memastikan gadis itu tau foto mana yang Ia maksud.

Yoona mengerutkan kening beberapa saat tapi tak seberapa lama kerutan itu menghilang, “foto keluargaku?” sahutnya,

Dengan ragu-ragu Donghae menganggukkan kepalanya, memang ini tidak Sopan Ia baru mengenal Yoona dalam hitungan hari tapi Ia tak dapat lagi membendung rasa penasaranya. Benarkah perempuan itu Kim Yuri?

“apa…dia kakakmu?”

Yuri tersenyum merespon pertanyaan Donghae, tapi sungguh hanya perasaan Donghae saja atau memang senyumnya terlihat berbeda. Bukan lagi senyum tulus yang biasa melengkung dibibir tipisnya.

“aku ingin berkata Iya, tapi semuanya tak sesederhana itu….”

Yoona memang tak terlihat keberatan ketika Donghae mananyakanya, tapi saat ini justru Donghae lah yang menyadari bahwa Ia tak seharusnya menanyakanya. Sesuatu pasti telah terjadi hingga membuat Yoona seolah kehilangan ketulusan dalam senyumnya.

“aku lapar…” Donghae segera mengalihkan pembicaraan, “traktir aku ramyun Yoona-sshi” lanjutnya,

“Nde?” Yoona mengerutkan kening “wae kamcagie (kenapa tiba-tiba)—-“ hembusan napas pelan keluar dari bibir tipisnya, sukurlah Donghae tau semua itu tak nyaman untuknya.

“aku menemanimu kesini Donghae-sshi…tidakkah kau sungkan telah merepotkanku dan seharunya kaulah yang menjamuku malam ini?” sambil berkcak pinggang Yoona menatap Donghae sinis.

“begitu? Tapi akulah yang lebih terlihat mengantarmu kesini” godanya.

“Yaa!! Curang… ya sudah kita pulang saja…” dengus Yoona, yang benar saja siang tadi Donghaelah yang mangajaknya kesini. “ngomong-ngomong Donghae-sshi….kau sudah menemukan kata-kata yang kuminta?”

Donghae tersenyum geli lalu menggeleng “tidak ada,,aku tidak mendapatkan apapun…jadi kau harus menemaniku lagi lain kali”

“nde?! Oh Ya Tuhan!”

***

Dengan sedikit kasar Yoona membanting ponselnya keatas Sofa, kemudian mendesah frustasi dan ikut membanting dirinya diSofa empuk ruang tengah apartemenya.

“michinge (aku akan gila)….” desisnya,

Sooyoung mengalihkan pandangan dari LED besar ruang tengah lalu menatap Yoona dengan kedua alis menyatu “ibumu?” tebaknya, tidak ada panggilan ponsel yang bisa membuat Yoona kesal sedemikian rupa selain ‘ibu negaranya’ –ibunya-.

“cek” Yoona mendecak “aku tidak percaya Eomma memaksaku kembali tinggal dirumah hah! Memangnya aku ini anak-anak”

“yaa, Apa salahnya pulang Yoona. Eommamu merindukanmu kurasa”Sooyoung mengakhiri perkataanya dengan satu gigitan besar pada apel merah ditanganya.

“Hah! yang benar saja, kau pikir aku bisa tinggal bersama kakaku setelah semua yang terjadi?”

“Kim Yuri maksudmu? Dia kembali?”

Yoona mendecak lagi “memangnya aku punya kakak lagi selain dia? Dalam waktu dekat”

Sooyoung menghela napas “kenapa hidupmu begitu rumit Yoona, aku tidak menyangka Kim Yuri itu masih tak bisa menerima ayahnya menikah lagi dan memberinya adik manis sepertimu”

Yoona mendesah “aku pantas mendapatkanya Sooyoung-ah”

“Ya! Sudah kukatakan jutaan kali padamu berhenti meyalahkan diri. Kau pikir dengan hanya diam seperti itu Yuri akan menerimamu? Lagi pula Jonghyun bebas memilih siapa wanita yang dicintainya dan Yuri tidak berhak menyalahkanmu ”

Yoona terpaku, nama itu. Sooyoung tak seharusnya membawa lagi nama yang tak pernah ingin didengar Yoona. Hanya desahan napas panjang yang menjadi jawaban, Ia telah kehilangan kata-kata. Nama itu telah menyumpal mulutnya melumpuhkan kerja otaknya hingga tak ada jawaban apapun yang bisa keluar.

“Baiklah aku minta maaf, tidak seharunya nama itu ku sebut lagi…maafkan aku Yoong” diam Yoona membuat rasa bersalah menyeruak dalam benak Sooyoung. Tapi sungguh Ia hanya ingin Yoona bangkit dan berhenti menyalahkan dirinya sendiri atas segala sesuatu yang menimpa Yuri. Yoona bukanlah kambing hitam yang seharusnya menjadi persalahan, takdir yang bergulir diantara kedua saudara se-ayah itu adalah takdir Tuhan. Yuri Tak seharusnya menyalahkan apalagi membenci Yoona.

“dan Yoona…” Sooyoung menggigit keras bibir bawahnya “kurasa kau harus mengetahuinya, Dia-Jonghyun- akan segera kembali ke Korea. Aku sangat berharap kau— kau dan Juga Jonghyun tak membuka kembali scandal 2 tahun yang lalu itu. Aku mohon Yoong”

“Arrayeo…” sahut Yoona, Ia sudah mendengar berita itu pagi ini. Benar ini adalah takdir, tapi kenapa Yoona merasa  takdir benar-benar memperlakukanya dengan sangat buruk. Bukankah keterlaluan jika 2 orang yang telah menderanya dengan kesakitan berat itu kini kembali dalam waktu yang bersamaan?

***

“tapi aku mencintaimu Hana, hanya kau yang kuinginkan Bukan kakakmu”

Yoona baru saja membuka mata, dan terkejut bukan main menyadari Ia berdiri disalah satu sudut ruangan asing yang menyerupai kamar. Yang membuatnya lebih terkejut lagi adalah laki-laki yang duduk dihadapanya bersama seorang wanita yang hanya duduk memmunggunginya, laki-laki yang sama, laki-laki yang selalu hadir dalam mimpinya, laki-laki yang menyerupai Lee Donghae, rekan kerjanya. Tapi kali ini Yoona tak lagi terperangkap dalam tubuh Hana Ia bahkan dapat melihat kedua orang itu didepan matanya.

“Do-donghae-sshi” Yoona mendessis pelan, tapi laki-laki dihadapnya sama sekali tak mendengar. Ia masih menatap manik mata wanita yang dipanggil hana itu, kesedihan masih setia memenuhi mata sendunya seperti biasa. Hanya dengan melihat punggung wanita itu, Yoona sangat yakin perempuan yang duduk tertunduk dihadapan Donghae adalah dirinya, sosok yang sama denganya tapi bernama Hana.

“Oppa…” wanita itu mendongak, tangan kananya terangkat menyentuh pipi Donghae “aku menginginkanmu lebih dari apapun demi Tuhan…bahkan jika aku terlahir kembali hanya kaulah satu-satunya orang yang kuinginkan. Tapi sekarang aku tidak bisa,, kakaku adalah harga mati yang tidak bisa kutawar. Aku mencintainya..hidupnya bergantung padaku Oppa”

“bagaimana dengaku? Aku mencintaimu lebih dair apapun Hana-ya dan sekarang kau memintaku untuk menikahi perempuan lain?”

“dia kakakku Oppa, dia bukan perempuan lain. Aku juga berharap kau bukanlah Han Si Woo dan Han Seung Ji bukanlah Hyung-mu maka semua ini akan lebih mudah”

“Hana—“

“Oppa, Han Si Woo Oppa….aku tak pernah meminta apapun sebelumnya, kali ini aku mohon, aku mohon padamu selamatkan  Eonniku, Nan Jeongmal- aku aku sungguh sangat memohon padamu Oppa. Selamatkan kakakku”

Gadi bernama Hana itu masih menyentuh pipi Han Si Woo, Yoona melihat Punggung Hana bergetar seiring isakan tangisnya yang menjadi-jadi. Dan kesedihan itu membias kedalam hatinya, membuat air mata perlahan jatuh dipipi Yoona.

“Jaebal….”

Han Si Woo mengunci mulutnya rapat-rapat lalu meraih tangan Hana yang menyentuh pipinya, dikecupnya pelan lalu ditariknya tubuh kurus yang makin bergetar itu dan dipeluknya erat.

“ingatlah Ini,,, aku melakukan semuanya untukmu Hana, hanya Untukmu”

“kau mimpi aneh lagi malam ini?”

Sambil mengoles roti dengan selai kacang favouritnya Sooyoung bertanya pada Yoona yang sejak tadi duduk diam dihadapanya. Ia hapal benar setiap kali menemukan Yoona dengan kondisi seperti ini dipagi hari, sahabatnya itu pasti bermimpi lagi.

Yoona menghembuskan napas lalu menatap Sooyoung datar, “seperti biasa” sahutnya ringan lalu mulai mengolesi roti miliknya dengan selai Strawberry.

“mimpi yang sama lagi? Dia ingin menciummu lagi?”

“aniyeo” Yoona menggelengkan kepalanya, gadis itu berpikir beberapa saat, sampai saat ini Ia masih belum menceritakan tentang Donghae, laki-laki yang mirip dengan Han Si Woo dalam mimpinya.

“sejak setahun yang lalu kau selalu bermimpi tentang siapa namanya? Cek! aku lupa, sudahlah tak penting namanya.  Kau selalu di hantui mimpi yang sama sejak setahun yang lalu Yoona. tentang laki-laki yang menyatakan cinta padamu dan juga tentang seorang wanita yang mengaku ibumu. Aku benar?” Soooyoung mengakhiri kalimat panjangnya dengan menggigit roti yang sudah diolesi selai kacangnya.

“nde” sahut Yoona “ tapi malam ini berbeda Soo, aku tak lagi menjadi Hana….”

Sebelum Yoona melanjutkan perkataanya Sooyoung lebih dulu menyela “Lalu? Ouh astaga kau membuatku penasaran hanya karena mimpi konyolmu itu”

“aku ada disana Soo, aku melihat Han Si Woo bersama Hana. Hana menyebut Han Seung  gi, adalah Hyung Han Si Woo ”

“Han Si Woo?” Sooyoung mengerutkan kening, “tunggu, itu artinya Hana, Han Si Woo dan kakak Hana—Cinta segitiga? Lalu Han Seung gi Dia menyukai Hana atau kakaknya?”

“aku tidak mengerti, entahlah…Sooyoung-ah aku tau ini terdengar gila tapi laki-laki itu Han Si Woo, maksudku laki-laki yang mengajakku ke studio beberapa hari yang lalu. Rekan kerja baruku dari jepang itu sangat mirip dengan Han Si Woo, laki-laki dalam mimpiku”

“Nnde!!” Sooyoung hampir saja menyemburkan susu yang baru ditengguknya, untung saja cairan putih itu sempat ia telan sebelum benar-benar muncrat kearah Yoona. “ka-ku yakin?”

“entahlah Soo”

“Yoong!!!” Sooyoung memekik histeris “sudah kukatakan dia pasti laki-laki dari dimensi kehidupanmu yang lain, lihat dia benar-benar menemukanmu. Analisaku memang tak pernah salah. Coba kau tanyakan padanya?”

“kau gila!” Yoona mendecak “ dia akan berpikir aku sinting kau tau, orang waras mana yang menanyakan mimpi konyol seperti itu huh?”

“kau akan lebih gila lagi jika diam saja, lagi pula kau sudah tidak waras sejak dihantui mimpi itu setahun yang lalu” jawab Sooyoung, Ia menengguk lagi susu yang tersisah seperuh digelasnya, “apa salahnya sedikit lebih tak waras lagi”

“YA!!! kau pikir aku sakit jiwa apa? Shierroe!” protes Yoona, bisa-bisanya sahabatnya itu mengatakan dirinya gila sementara Ia tak kehilangan orientasi sama sekali.

“ngomong-ngomong aku penasaran dengan rekan kerjamu itu, seperti apa wajahnya?”

Yoona mengangkat bahu lalu menurunkanya “entahlah—tapi sebaiknya aku tak mempertemukanmu denganya”

“Ya Apa masalahnya!!”

***

Lee Donghae mengerutkan kening melihat hasil gambar pada kamera ditanganya, bukan karena hasil jepretanya jelek atau objek yang menjadi sasaranya hilang. Tapi gadi dalm foto yang baru saja diambilnya membuat laki-laki itu memicingkan mata untuk memastikan bahwa Ia tak salah orang. Pasalnya wanita yang terlihat baru memaski pintu penuh ukiran klasik itu adalah seseorang yang dikenalnya. Ya wanita yang beberapa hari yang lalu mengantarnya ke Sungai Han.

Donghae mendongak, berlaih pada plakat besar yang terpajang diatas pintu berukiran itu. Studio tari. Apa yang gadis itu lakukan disana? Apakah Yoona penari? Tidak sudah jelas Yoona adalah rekan kerjanya dan juga seorang author yang saat ini mengerjakan review untuk foto-fotonya. Donghae tak banyak berpikir kemudian, dilangkahkanya kaki-kaki yang terbalut boot hitam itu dan tanpa sadar Ia telah ikut memasuki pintu dengan ukiran menawan itu.

Donghae melangkah menyusuri lorong kecil yang dipenuhi beberapa dentuman musik didalam studio itu, sepi. Itulah satu kata yang tepat untuk menggambarkan tempat itu. Sangat jauh berbeda dari studio yang didatanginya bersama Yoona tempo hari. Sambil menyusuri lorong Donghae melongokan kepala pada setiap pintu yang dilewatinya,dari celah sedikit lebar dipintu itu Donghae  dapat melihat bagian dalam ruangan.

Donghae berhenti di pintu Ketiga, Ia mulai berpikir mungkin saja Ia salah mengenali perempuan lain sebagi Yoona. Donghae menghela napas sesaat, menyadari seberapa bodoh Ia telah masuk begitu saja ketempat asing ini demi mengejar Yoona yang ternyata menghilang atau justru bukan Yoona. Lee Donghae membalik badan siap melangkah, namun seperti telah tertuliskan dalam takdir, pintu disampinya yang sejak tadi terbuka sedikit kini terbuka lebih lebar, alunan musik langsung menyapa telinganya. Donghae menoleh dan mendapati sesorang yang dicari-carinya disana, dan Ia tidak salah. Yoona, perempuan itu, rekan kerjanya berdiri ditengah tengah ruangan tak terlalu terang itu bergerak gemulai, menari lincah mengikuti musik yang mengalun tanpa menyadari seseorang tengah memperhatikan dari balik pintu.

Donghae tak banyak tau tentang musik, tapi lagu yang terdengar dari dalam ruangan itu Ia pernah mendengarnya. Terus terpaku pada Yoona, tangan Donghae secara otomatis terangkat menyentuh kameranya dan selanjutnya tangan yang sudah lihai itu bekerja cepat seperti biasanya. Mengambil tiap inchi gerakkan menawan milik Yoona.

“si—siapa kau?!!!!”

Donghae terlonjak mendengar pekikan Yoona lalu cepat menurunkan kamera dari wajahnya. musik tak lagi terdengar dan gadis ditengah studio itu melihat kearahnya dengan ekspresi terkejut dan wajah pucat.

‘’Do-Donghae-sshi?” Yoona mengerjabkan matanya. Donghae bisa melihat seketika mata gadis itu yang membulat perlahan kembali keukuran normal.

Donghae tersenyum canggung, bekerja cepat menggeledah alasan yang munkin terbesit diotaknya untuk menjelaskan keberadaan dirinya disana dengan yang jelas-jelas tengah mengarah pada Yoona. hingga akhirnya laki-laki itu hanya mengagkat bahu sambil menggaruk telengkuknya yang tidak gatal.

“aku melihatmu masuk. Dan hanya ingin memastikan aku tak salah orang”

“aku baru tau kau bisa menari,,”

Donghae membuka pembicaraan, meletakkan gelas kertas berisi kopi disisi kirinya lalu menoleh kearah Yoona sebentar dan kembali menatap suangai han dihadapanya.

Yoona tersenyum hambar, tapi kemudian memaksakan senyum cerah membingkai wajahnya.

“Aku juga baru tau kau hoby menguntit?”

“penguntit? Aku?” Donghae kembali menoleh pada Yoona menatapnya dengan tatapan geli “aku hanya memastikan tak salah lihat” lanjutnya membela diri.

“baiklah-baiklah aku percaya,,,”

“tentu saja kau harus percaya Yoona-sshi…” Donghae tersenyum puas lalu menyesap kopinya “dan tenang saja aku bukan penguntit…..menguak kehidupan orang lain bukan pekerjaanku”

Senyum hambar diwajanya tergantikan dengan senyum kecut, Yoona mengalihkan pandanganya dari Donghae. “seharusnya semua fotografer seperti itu”

Tak disana, pikiran Yoona lagi-lagi meninggalkan raganya. Dan perkataan dari bibirnya itu bukan hanya semata-mata untuk Donghae.

Donghae menatap Yoona dengan kening berkerut, untuk kesekian kalinya Donghae mendapati senyum gadis bermata rusa berbeda, tak bersinar. Tak tulus. Donghae membuka mulut untuk memulai pembicaraan lagi tapi tidak jadi. Sudut mata Yoona yag berkilatan itu menutup mulutnya. Ada air mata yang tertahan kuat disana.

***

Kim Yuri menatap Gaun berwarna putih yang tergantung dihadapanya, sorot matanya yang biasa tajam seketika meredup seolah tak sanggup terus menjatuhkan pandanganya digaun mewah itu.

“kau tampak menawan. Sangat”

Kalimat itu, kalimat singkat tapi mampu membuat hatinya berbunga masih melekat kuat dalam ingantanya. Sambil menatap tepat kedua matanya, Yuri Ingat laki-laki pemilik mata sendu, pemilik suara lembut dan pemilik atas segala rasa cintanya menatapnya tanpa bekedip saat pertamakali gaun itu membalut tubuh indahnya. Yuri tau Ia tak boleh lagi membawa ingatanya kesana, tapi siapa yang bisa menekan otaknya sendiri untuk membuang kenangan-kenangan indah-dan meyedihkan- itu.

Pernikahan adalah impian, meraih jemari laki-laki yang dicintainya dipenghujung altar anugrah dan sebuah ciuman untuk menutup sumpah pernikahan yang didambakan setiap wanita, termasuk dirinya. Celakanya! Tuhan menyuratkan takdir lain. Pernikahan bukanlah takdir seorang Kim Yuri 2 tahun yang lalu. Menggandeng lengan lelakinya dan ciuman manis itu juga samasekali bukan takdirnya.

“Demi Tuhan aku tidak melakukanya!!!!”

Teriakkan, Yuri terkejut bukan kepalang malam itu sehari sebelum upacara pernikahnya. Laki-laki yang selalu berkata lembut, yang selalu menatapnya hangat dengan sepasang mata sendu itu. Memekik. Menatapnya garang, ganas. Mencengkeram kuat kedua bahu bergetarnya yang kuyub karena air hujan.

Memberontak, Yuri melepas paksa kedua tangan laki-laki itu dari pundaknya dan balas berteriak. Ia bahkan melempar cicin dijari manisnya dihadapan laki-laki itu sambil bersumpah untuk mengakhiri segalanya. Mengakhiri segala kemanisan itu dan memulai sebuah petaka.

Air mata Yuri mengalir turun. Deras Ia bahkan terisak sekarang.

Dipeluknya gaun putih itu kuat-kuat. Sekuat laki-laki itu memeluk tubuhnya. Segala takdir ini. Tak ada yang pantas dipersalahkan selain dirinya. Jika saja malam itu Ia bisa berpikir jernih, jika saja malam itu Ia mendengarkan penjelasan laki-lakinya, jika saja malam itu Ia mempercayai lelakinya maka takdir laknat ini tidak akan menimpanya.

***

“Ya!!! Choi Sooyoung” kedua mata Yoona membulat sempurna melihat perempuan tinggi kurus itu duduk manis didepan meja kerja Donghae sambil tersenyum-senyum tidak jelas kearahnya.

Yoona berniat memberikan beberapa foto Donghae yang sudah selesai direviewnya namun kepalnya harus berdenyut hebat melihat Sooyoung diruangan Donghae. Wanita Itu sudah pasti mengatakan yag aneh-aneh. Terkutuklah mulutnya sendiri yang sudah menyebut nama Donghae pada artis bernaluri paparazi seperti Sooyoung. Ia bahkan melupakan bagaiman hubungan sahabatnya itu dengan Park Jungsu atasanya.

“masuklah Yoona-sshi”

Ditengah denyutan kepalanya, Yoona melihat Donghae tersenyum mempersilahkanya masuk.

“aku bisa menemuimu nanti. Bukankah Sooyoung-sshi temanmu?” tolak Yoona.

“ya tak usah seperti itu. Kau ingin menutupi kenyataan berteman dengan artis sepertiku?” Sooyoung yang tak terima melakukan protes. “lagi pula Lee Donghae-sshi akan menjadi mitraku”

“mitra?” ulang Yoona tak mengerti.

“yup!” Sooyoung mengangguk puas, diliriknya Yoona dengan tatap menelisik seolah-olah mata bulat gadis itu telah berhasil menelanjanginya dihadapan Donghae. Demi Tuhan Yoona terus berdoa agar sahabatnya itu tak membocorkan apapun tentang mimpinya. Tentang Han Si woo yang berwajah serupa dengan Donghae.

“bukankah Donghae-sshi?” Yoona yang merasa pemotretan dengan model bukan bidang Donghae bertanya lagi.

“jadi fotographer dibidang itu sedang melakukan pelatihan di luar Korea dan sementara waktu bos memintaku menggantikanya” jawab Donghae sambil memberi Isyarat pada Yoona untuk masuk.

Yoona menelan ludahnya dengan susah payah, dipindahkan? Itu artinya Donghae dan Sooyoung akan memiliki banyak waktu bersama. Bagaimana jika mulut sahab tanya itu tidak sengaja menceritakan mimpi konyolnya pada Donghae.

“Tenang saja aku akan bekerja dengan damai” Sooyoung berbisik, sementara Yoona menatap kearahnya dengan wajah pucat.

“Oh aku Lupa Sooyoung-sshi.. tunggu sebentar akan kubuatkan minum”

“tidak usah Donghae-sshi” Tolak Sooyoung tapi laki-laki itu sudah bangkit dan memberi isyarat pada Sooyoung untuk tak menolak tawaranya.

“Ya! Apa saja yang kau katakan poadanya” desak yoona setelah memastikan Donghae keluar ruangan.

Sooyoung mengerucutkan bibirnya sambil memasang ekspresi bodoh.

“tidak banyak” sahutnya ringan.

“apa maksudmu tidak banyak?” desak Yoona lagi.

“tenanglah dia baru tau aku mengenalmu…”

“jangan katakan apapun padanya!” Yoona memperingatkan setengah memohon juga. Ia bergidik nyeri membayangkan Sooyoung menguak segala kekonyolan mimpinya.

“kau tenang saja. sudah kukatakan aku akan bekerja dengan damai— tapi dia lumayan juga. Kenapa kau tak pernah bercerita padaku jika laki-laki dalam mimpimu setampan itu” oceh Sooyoung.

“dasar mata keranjang!” Yoona memutar bola matanya kesal “dari mana kau tau dia Lee Donghae dan kenapa kau yang menemuinya bukan managerm?”

“kau lupa aku sepupu Park Jung su sok keren itu?”

Ouh ayolah! Sekali lagi Yoona memutar bola matanya. Bisa-bisanya Sooyoung menghardik Leeteuk sambil berpijak dilantai dimana laki-laki itu adalah pemiliknya.

“dan kenapa bukan managerku yang menemuinya? Tentu saja karena aku tau nama fotograpernya adalah lee Donghae”

***

 

Yoona merutuki kebodohanya, berpijak di tepian sungai han seorang diri adalah kebodohan keduanya setelah menolak tawaran Donghae untuk mengantarnya pulang. Ditambah hidungnya yang buntu, terserang flu diakhir musim gugur seperti ini memang sudah biasa baginya, tapi yang menjadikanya lebih buruk adalah ketololanya yang membiarkan tubuhnya kini duduk disana, membiarkan hawa dingin semakin menyumbat pernapasn dari hidungnya.

Lee Jonghyun,

Nama itu selalu saja berputar-putar diotaknya setiap kali melihat hamparan sungai han. Kenangan malam itu semuanya terekam jelas diotaknya. Yoona tak pernah bermimpi untuk berhubungan dengan kalangan publik figure khususnya artis kawakan seperti Lee Jonghyun. Tapi Tuhan selalu saja memiliki rencana lain. Garis kehidupanya seolah telah tergari tepat didunia seperti itu, sahabatnya choi Sooyoung miasalnya. Dan juga laki-laki itu lee Jonghyun.

Hujan, Yoona tau dan menyadari seharusnya Ia berteduh. Tidak membiarkan dirinya terlarut dalam kenangan itu. Tidak membiarkan hujan mengguyur tubuhnya. Seperti malam itu, seperti saat ia memutuskan untuk mengakhiri segala mimpinya demi laki-laki itu. Tanpa sadar Yoona terisak, air mata terus turun seiring air hujan yang menerpa wajahnya. Tubuh kurusnya bergetar, bukan karena dingin yang mulai menusuk tulangnya tetapi karena takdir yang menderanya kelewat kejam. Karena tiba-tiba saja Yoona sudah kehilangan segala mimpinya membuangnya. Dan memaksakan diri untuk melakukan pekerjaan lain yang sungguh jauh dari mimpinya.

Yoona menghentikan tangisnya, hujan masih deras. Tapi butiran-butiran itu tiba-tiba saja tak menerpa tubuhnya. Yoona mendongak sebuah payung kini sudah melindungi tubuhnya. Dengan sangat cepat Yoona memutar kepalanya dan kedua mata sembab miliknya langsung bertatapan dengan mata itu, mata yang telah lama tak dilihatnya. Sepersekian detik kemudian kedua matanya melebar sempurna dan napasnya langsung tercekat,

“Jo-Jongyun-sshi??”

70 thoughts on “Rendezvous (Chapter 2)

  1. Menarik…..!!!apa yg akn terjadi yoona ketemu jonghyun??!!!
    Penasaran dlu yoona kerja apa ya???
    Next part please ^_^can’t wait

  2. aku udh bs nebak dikit” jln ceritanya wlwpn msh rada bingung, dan mesti nyiapin diri buat hurt-nya *~*

  3. kepo sama masa lalu mereka semua..
    apa yoona dulu sempat mau jadi artis atau penari tpi gajadi karena ada skandal tentang dia dan jonghyun?
    lalu apa hubungan jonghyun dan yuri?
    ditunggu next chapternya thor….

  4. Yoonhae semakin dekat trus ternyata di dlam mimpi hana itu ngorbanin perasaannya dia sama han si woo trus jonghyun sama yuri balik bakalan seru nih ceritanya

  5. Masih bingung dan penasaran, kalau di mimpinya kan pacar YoonA itu DH. Tapi kalau di kenyataan Jonghyun yaa? ‘-‘

Komentarmu?