Chance ( 2 of 2 )

Chance ( 2 of 2 ) { Final }

poster ff chance 2 (pink)
Author : Vifasha Flory

Main Cast : Im Yoona, Lee Donghae, Xi Luhan, Tiffany Hwang
Genre : Married Life, Romance, AU
Length : Twoshoot
Rating : 15+
Note : FF ini merupakan remake dari ff ‘Forget and Sorry’ dengan beberapa perbedaan di jalan ceritanya. FF ini konfliknya aku percepat dan langsung to the point tidak bertele-tele lagi. Yang saya lihat di ff Forget and Sorry di setiap chapter komennya semakin menurun, jadi menurutku mungkin yang minat di ff itu berkurang. Tapi di ff twoshoot ini semoga saja komennya tidak menurun. Malah menambah. Jadi kuharap kritik dan saran dari all readers.

Konflik antara Yoona-Donghae-Tiffany di masa lalu bisa kalian temukan di Forget and Sorry chapter 2. Di bagian flashbacknya.

Chapter 1 Forget and Sorry Chapter 2

Disclaimer : The Cast Is Belong To God. I Just use Their Name to My Story. The Story is PURE Mine. It is PURE from my IMAGINATION. DON’T PLAGIAT THIS STORY WITH MY PERMISSION!!!.

DON’T BE SILENT READERS! LEAVE A COMMENT OR LIKE IT! BE A GOOD READER

Sorry for Typo(s). Kesalahan tanda baca, alur cerita yang kurang disukai readers, cerita yang menurut kalian kurang menarik, kurang kreatif dan lain sebagainya. Dan juga Late Post nya. Mianhamida.

.

“Annyeong Oppa!”

“Ada apa?” Jawab Donghae dengan nada yang cukup dingin. Raut wajah yang datar dan juga tatapan mata yang tajam.

“Mengapa bicaramu dingin sekali Oppa? Bukankah kita sudah lama berteman?”

“Kau bukan temanku”

Final Chapter

“Kau bukan temanku”

Perkataan itu berhasil membuat Tiffany terpaku diam. Hatinya mencolos. Kata-kata tadi bagaikan pisau tajam yang berhasil menusuk di jantungnya. Meninggalkan luka-luka yang amat dalam sakitnya.

Tapi itu Mustahil

3 kata tersebut sangatlah mustahil Donghae ucapkan padaku

Namun telingaku tak mungkin salah dengar

Aku masih normal

Cukup lama terdiam, Tiffany akhirnya menyadari semuanya.
Matanya mulai berkaca-kaca. Menatap Donghae dengan tatapan sendu.

“A….Apa maksudmu Oppa?” Tiffany berkata dengan suara yang bergetar.

Donghae menghela nafas kasar. Memandang Tiffany datar nan dingin. Merasa tidak bersalah dan berdosa mengucapkan kata-kata tadi. Tak memikirkan rasa sakit hati yang sangat dalam yang dialami Tiffany saat ini.

“Kuyakin telingamu masih normal, Tiffany-ssi”

Rasa sakit itu semakin dalam. Sungguh sangat sakit. Donghae tak pernah seperti ini di masa lalu.

Masa lalu

Hanya masa lalu

Donghae yang sekarang telah berubah

Apa salahku?

“Ya… Telingaku memang masih normal”

“Sebenarnya apa salahku?”

“Apa salahmu? Apa salahmu eoh? Apa kau lupa kejadian di masa lalu? SAAT KAU MENCOBA MENGHANCURKAN HUBUNGANKU DENGAN YOONA”

Donghae sedikit berteriak di depan Tiffany. Dan sedikit membentak juga. Membuat beberapa orang sempat menghentikan langkahnya hanya untuk memerhatikan mereka. Bahkan beberapa wanita penggosip berbisik-bisik tentang mereka.

.

.

Tiffany mencoba mengingat semua kenangan masa lalunya. Ia, Donghae dan Yoona. Otaknya berfikir keras. Berusaha menggapai semua ingatan-ingatan itu.

Namun nihil. Usahanya sia-sia. Semua kejadian itu sudah ia pendam terlalu dalam. Berusaha melupakannya. Beruasaha melenyapkan semua kejadian-kejadian itu. Seluruh kejadian di masa lalu pada saat ia pernah menjadi trouble maker penyebab hubungan Yoona-Donghae yang merenggang, seperti dimasukkan ke dalam sebuah kotak. Dan kotak itu dikunci-digembok-dan dirantai kemudian dimasukkan ke dalam lubang yang sangat dalam dan sangat sulit untuk dibongkar kembali.

Namun kini, pada saat ia mulai membongkar kembali kejadian-kejadian itu, kepalanya terasa sangat sakit. Tak mampu lagi mengingat semuanya. Kepalanya terasa seperti ditusuk-tusuk oleh sebuah pedang yang ujungnya sangatlah runcing. Meninggalkan rasa sakit yang teramat dalam.

Ia tak lagi mengingat kejadian itu

Masa lalunya seolah sudah hilang ditelan bumi

Yang ia ingat hanyalah….

Donghae

Lee Donghae

Nama itu seolah ‘candu’ baginya

Ia seperti terobsesi padanya

Obsession or Love?

.

Yang penting Donghae milikku

You’re Mine LEE DONGHAE

Dan aku tak akan melepaskanmu sampai kapanpun

Tak peduli walaupun mungkin jika kau sudah mempunyai istri

*

*

Donghae menghela nafas kasar. Merasa menyerah untuk membuat Tiffany
sadar.

“Awwww” Rintih gadis itu. Donghae terkesiap. Tangannya refleks memegang
lengan Tiffany. “Gwenchana?’” ucap Donghae dengan nada khawatir.

“Nde” Tiffany melepaskan tangan Donghae. Lalu mencoba berjalan meninggalkannya walaupun kepalanya masih sangat terasa sakit. Sesekali tangannya terlihat menyanggah dinding untuk mempertahankan badannya agar tidak jatuh.

Donghae hanya bisa memandangnya. Tanpa berniat mengantarkannya ataupun menemani gadis itu. Ia memandangnya dengan khawatir. Sesungguhnya ia tidak tega. Ia tidak pernah seperti ini kepada perempuan sebelumnya.

Mianhae Tiffany… Aku terbawa emosi

Entah mengapa tiba-tiba masa lalu itu berputar-putar di otakku

Jika melihatmu, mengingatkanku pada luka pedih yang dulu pernah aku dan Yoona alami

KARENA KAU

^

^

Tiffany POV

Sudah beberapa hari ini hubunganku dengan Donghae Oppa merenggang. Aku tak lagi mendekatinya. Sedikit menjaga jarak dengannya.

Bukan karena aku tak menyukainya lagi

Ya…. Walaupun sebenarnya perkataannya waktu itu cukup membuatku sakit hati, tapi tak apa

Cinta memang buta

Bukankah begitu?

Sebenarnya ini adalah misiku. Ada rencana dibalik semua itu. Menjauhinya sangat membuatku merindukannya.

Aku tinggal menunggu Donghae Oppa meminta maaf lalu semua rencana itu akan berjalan mulus

“Tap…Tap…Tap”

Aku mendengar suara langkah berjalan mendekatiku yang sedang berdiri di lorong sepi ini. Siapakah itu? Donghae oppa kah?

Tak lama lagi Donghae Oppa akan kembali ke dalam pelukanku

Ia terlihat sangat tampan saat ini. Dengan rambut coklat yang disisir rapih dan balutan jas hitam mewah dan jangan lupakan kemeja putih di dalamnya yang membuatnya terlihat semakin cool. Serta parfum mewah nan mahal menyeruak di indra penciumanku. Membuat jantung ini benar-benar berdetak lebih cepat dari biasanya.

Ia berdiri di hadapanku saat ini. Tatapan matanya tak bisa diartikan.

10 detik berlalu. Belum ada yang memecah keheningan. Suasana canggung mulai menyelimuti lorong sepi ini.

“Ada apa?” Tanyaku to the point tanpa menyertakan panggilan Oppa.

“A…Aku minta maaf”

Aku sedikit tercengang. Rencana ini benar-benar berjalan lebih cepat dari yang kuperkirakan.

“Atas kejadian beberapa hari lalu. Aku benar-benar menyesal”

“Tak apa Oppa. Aku sudah melupakannya” jawabku disertai sebuah fake smile. “Benarkah?” Ia sedikit membulatkan matanya. Sedikit tidak percaya dengan perkataanku tadi.

Tentu saja itu tak benar Oppa. Mana mungkin aku melupakannya?

Author POV

Tiffany berjalan pelan meninggalkan Donghae. Seolah-olah mempunyai arti di balik setiap langkahnya.
Kepalanya terlihat menoleh perlahan-lahan. Menatap Donghae dengan tatapan yang… Entahlah.
Bibirnya membentuk sebuah seringai jahat. Ini benar-benar bukan terlihat seperti Tiffany yang biasanya!

“Mungkin saja… Kau akan melihatnya nanti”

.

.

Donghae masih merasa tak enak hati dengan Tiffany. Perasaan bersalah masih menyelimuti hatinya. Hei! Bukankah seharusnya Tiffany yang merasakan itu? Bukankah seharusnya ia yang kesal bahkan benci dengannya? Perbuatannya di masa lalu bukankah lebih menyakitkan daripada perkataannya?

Entahlah

Ini sungguh aneh

Entah apa yang membuat pria yang memiliki mata dengan sinar teduh itu mulai mendekati Tiffany. Tidak-tidak… Bukan karena ia cinta dengan gadis berkulit putih susu itu, melainkan ia merasa belum benar-benar diamaafkan oleh Tiffany. Seperti masih ada perasaan yang masih janggal di hatinya.

Mencoba membantunya sedikit tidak buruk bukan?

Seperti membantunya menyelesaikan tugas perusahan yang belum ia pahami

Membantunya mencari data yang hilang

Menemaninya saat waktu senggang

Atau mengajaknya makan siang?

Bukankah perusahaan mereka berbeda?

Dan hanya terjalin oleh kerja sama?

Hei! Itu benar-benar tidak masuk akal! Lee Donghae tidak seperti ini! Kemana Lee Donghae yang sangat membenci Tiffany? Seolah olah Tiffany adalah parasit yang harus ia lenyapkan. Kemana Donghae yang mempunyai beribu-ribu perasaan dendam di hatinya? Mengapa ia tak melampiaskannya? Mengapa kini sekarang ia ynag terjebak dengan Tiffany?

Donghae semakin lama semakin dekat dengan Tiffany

Apakah rencana gadis itu berhasil?

Sepertinya aku salah

Di hati pria itu benar-benar terukir dengan indahnya nama ‘Im Yoona’

Pria itu masih mencintai wanita itu

Benar-benar mencintainya

Dan gadis bermarga ‘Hwang’ itu tak akan bisa menempati posisi Yoona di hatinya

Tak akan pernah bisa

SELAMANYA

*

*

Sudah 6 bulan Donghae meninggalkannya sendirian di negeri ginseng ini. Pria itu masih di Jepang. Entah bersama siapa ia sekarang.

Apakah pria itu bertemu dengan Tiffany?

Apakah pria itu tak melupakannya?

Apakah pria itu masih mencintainya?

Entahlah

Berharap saja seperti itu

Yoona benar-benar merindukan sosok pria bermarga ‘Lee’ itu.
Ia ingin memeluk pria itu lagi
Ia ingin menatap manik mata teduh pria itu
Ia ingin mengusap surai lembut pria itu
Ia ingin memegang pipi putihnya
Ia ingin memasakkan sebuah masakan spesial terlezat buatannya
Ia ingin membangunkan pria itu lagi saat ia masih terlelap
Ia ingin pria itu menyelimutinya lagi
Ia ingin ketika terbangun dari tidurnya pria itulah yang pertama dilihatnya
Ia ingin memberikan back hug kepadanya lagi

Tapi kapan? Kapan pria itu pulang? Kapan ia bisa melakukan semua itu lagi?

Kini ia sendirian

Ia merasa sangat kesepian

Dan hanya pria itulah yang bisa membuatnya tak kesepian lagi

Membuatnya kembali tersenyum bahagia lagi

Membuatnya tak merasa sendirian lagi

^

^

^

Luhan POV

Hari ini merupakan hari pertamaku menginjakkan kakiku kembali ke Korea setelah kepergian lamaku dari Swiss. Aku benar-benar merindukkan negara ini. Lebih tepatnya merindukan seseorang. Seorang perempuan yang benar-benar sudah mencuri hatiku. Membuat diriku jatuh ke dalam pesona cantiknya.

Aku tak tahu ia sudah bersuami atau belum. Aku tak sempat menanyakannya.

Tapi kata-kata yang pernah kuucapkan 2 tahun lalu tentu tak pernah kulupakan. Aku benar-benar akan menepatinya. Aku benar-benar akan melakukannya.

Im Yoona You’re MINE

#

#

#

Yoona POV

Entah mengapa hatiku merasa sangat tidak enak. Seperti sesuatu yang buruk akan terjadi. Seperti akan ada sebuah bencana menimpa rumah tanggaku dan Donghae Oppa. Aku memejamkan mataku pelan. Mencoba menghilangkan rasa yang buruk ini.

Tapi tak bisa. Justru rasa ini malah semakin menjadi-jadi. Jantungku entah mengapa detakannya beda dari biasanya. Benar-benar lebih cepat.

Kepalaku sedikit pusing. Sepertinya menyenangkan jika hari ini aku shopping untuk menghilangkan rasa jenuhku di rumah yang –menurutku- sepi ini. Padahal tidak. Sebenarnya ada Jung Ahjumma, Cho Ahjussi, dan Kim Ahjussi yang menemaniku di rumah ini. Lebih tepatnya mereka bekerja di rumah yang kutempati sekarang ini.

Kebetulan hari ini aku libur bekerja. Mungkin rasa pusing ini akan hilang jika aku berbelanja di Mall terdekat.

Aku segera mengganti bajuku dan mengambil tasku serta kunci mobilku. Kemudian melangkah pergi meninggalkan kamar ini.

20 menit kemudian, aku mendengar Hpku bergetar. Tanda seseorang sedang menelefonku.

“…….”

“Annyeong Oppa! Bagaimana kabarmu?”

“…….”

“Nde, aku baik-baik saja. Aku ingin shopping ke Mall Oppa”

“……..”

“Nde, aku sedang menyetir mobil”

“…….”

“Ok Oppa! Ehm. Oppa Apa kau…. AAAAAAAAAAA”

“……..?……..?…….?”

.

.

Luhan POV

Aku mengendarai mobilku menuju apartemenku. Mataku tak sengaja menangkap sebuah kendaraan yang terasa tak asing bagiku.

Hei! Bukankah itu mobil Yoona? Sedang apa ia melewati jalan ini? Apakah di ingin ke Mall?

Mobil Mercy putih dengan warna yang masih kemilau. Terlihat seperti baru. Padahal kutahu itu sudah lama Yoona punyai.

Tanpa kuduga, kulihat ada sebuah truk melaju kencang dari arah berlawanan. Entah mengapa tiba-tiba truk itu oleng dan melaju di arah yang berlawanan.

Itu mobil Yoona! Tak jauh dari tempat truk itu berada!

“YOONA AWASSSS!!!!” Aku hanya bisa berteriak dari dalam mobilku. Membulatkan mataku sempurna saat mobil Mercy itu ditabrak hancur oleh pengendara truk.

Truk sialan!

Supir truk sialan!

Seharusnya orang sepertimu tidak perlu bekerja sebagai supir truk! Dasar bodoh!

Apa kau mabuk eoh?

Mustahil ada orang mabuk di siang hari seperti ini

Apakah Yoona baik-baik saja? Apakah ia selamat? Aku harus memeriksa keadaannya.

Tanganku membuka seatbelt yang terpasang di badanku. Lalu dengan cekatan membuka pintu mobil dan berlari kencang menuju mobil Yoona.

Mataku refleks membulat sempurna. Melihat Yoona berlumuran darah. Kepalanya yang paling banyak mengeluarkan darah. Kepalanya masih bersender di stir mobil.

Aku harus cepat-cepat membawanya ke rumah sakit. Sebelum tubuhnya mengeluarkan semakin banyak darah. Tanganku bergerak membawanya menuju mobilku. Tak lupa aku membawa tas merahnya juga.

Aku segera melajukan mobilku cepat. Aku benar-benar sangat panik sekarang. Yoona tergeletak di sampingku tak berdaya. Kepalanya masih tetap mengeluarkan beberapa tetes darah. Tak peduli jok mobilku akan kotor karena darahnya. Toh aku bisa membersihkannya lain waktu.

*

*

*

Normal POV

Gadis itu terbangun. Dengan pemandangan pertama yaitu ruangan yang serba putih. Serta bau obat-obatan menyeruak memenuhi ruangan ini. Suhu udaranya cukup dingin. Karena Air Conditioner yang terpasang di ruangan itu. Serta selimut tebal yang menyelimuti tubuhnya. Tak salah lagi. Pasti ia berada di rumah sakit sekarang.

Kepalanya terasa sangat berat. Tubuhnya mencoba bangun untuk duduk. Tapi ia tak mampu Kepalanya terasa sedikit pusing. Tangan mungilnya mencoba menyentuh kepalanya.

Apa ini?

Raut wajahnya tampak kebingungan. Tangannya baru saja merasakan sebuah perban yang terlilit rapih di kepalanya.

Apa dia kecelakaan?

Apa yang terjadi dengannya?

Sungguh ia tak mengingat apapun saat ini

Otaknya terasa kosong dan hampa

Amnesia kah?

.

.

Seorang pria masuk ke dalam ruangan itu. Pria berparas tampan dengan garis keturunan cina terpantri jelas di wajahnya. Pria itu menyunggingkan senyumnya. Dan melangkah menuju gadis itu.

“Kau sudah sadar? Apa kau masih pusing?”

Gadis itu hanya menatapnya bingung. Seolah-olah pria itu adalah orang asing baginya. Itu tidak benar. Mereka sudah saling kenal satu sama lain sejak lama.

Pria itu lantas menaikkan salah satu alisnya. Merasa ada yang janggal dengan gadis di hadapannya.

“Si…Siapa kau?” Tanya gadis bersurai coklat itu hati-hati dengan pandangan menyelidik. Luhan semakin bingung. Apa yang terjadi dengan Yoona?

“Aku? Kau tidak tahu namaku?” Tanya Luhan sambil menunjuk dirinya sendiri. Yoona menggeleng.

Luhan mulai memifikirkan sesuatu. Apa mungkin gadis ini amnesia? Mungkin saja karena seingatnya kepalanya yang paling terluka parah. Terkena benturan kencang mungkin menjadikannya amnesia. Entah ini hanya sementara atau permanen.

Apakah ini kesempatan untuk membuat Yoona berada di pelukannya? Untuk menjadikan Yoona miliknya? Hei! Bukankah ini sebuah kesempatan? Kesempatan emas yang tak boleh ia lewati. Atau ia akan hanya menyesal seumur hidup jika tidak memanfaatkan kesempatan itu.

Seringai tipis mulai terlukis di wajah Luhan. “Apa kau mengingat namamu? Apa kau tahu kau siapa?” Lagi-lagi gadis itu menggeleng lemah. Raut kesedihan tampak tersirat di matanya.
Luhan tersenyum tipis. Kemudian ia memencet sebuah tombol yang berfungsi untuk memanggil perawat atau dokter.

Tak lama kemudian, sang dokterpun datang bersama seorang perawat yang berperawakan tak terlalu tinggi.
Dokter itu memeriksa Yoona dengan hati-hati. Mencermati semua data-data tentang Yoona.

Dokter itu membeku. Memandang kosong entah ke arah mana. Tak lama kemudian ia menatap Luhan. Dengan tatapan yang sulit diartikan.

“Bagaimana keadaan kekasihku Dokter? Apakah dia baik-baik saja?” Tanya Luhan yang mulai memainkan perannya.

Ia sungguh jahat

Benar-benar jahat

Bahkan Yoona tak mempunyai setitik perasaan cinta kepadanya

Luhan tau Yoona enggan bersamanya

Dan selalu merasa canggung jika bersamanya

Tapi jika dia amnesia? Dan Luhan berkata bahwa ia adalah kekasihnya?

Apakah semua itu masih terjadi?

Ia akan melakukan yang terbaik agar Yoona jatuh cinta padanya

Dan akan melupakan pria ‘itu’

“Dia amnesia. Kepalanya terbentur sangat kencang oleh stir mobil. Otaknya tak mengingat apapun lagi. Hanya beberapa hal umum yang ia ingat. Tapi ini hanya amnesia sementara. Ingatannya akan kembali dengan sendirinya” Dokter itu berkata dengan secerca raut kesedihan terpancar di wajahnya. “Saya turut menyesal. Maafkan saya” sambungnya. Kali ini kepalanya sedikit tertunduk. Tak berani menatap manik maat Luhan yang mungkin saja kecewa padanya.

Kecewa? Luhan justru bahagia!

Sebab ini adalah Kesempatan emasnya! KESEMPATAN

Luhan sedikit mendecak pelan. Seharusnya dokter itu mengatakan jika Yoona amnesia permanen

Agar ia bisa memiliki Yoona selamanya

Sebenarnya ia sangat bahagia. Namun, raut bahagianya itu dengan cepat disembunyikannya. Memulai ‘akting’nya lagi.

,

,

,

“Amnesia itu apa?” tanya Yoona setelah dokter itu pergi. Luhan tidak menjawabnya. Ia hanya tersenyum kecil.

“Apa kau tahu kau siapa?” Tanya pria itu. Yoona hanya menggeleng.

“Kau Im YoonA” Luhan menatap manik mata Yoona dalam. “Dan aku Luhan. Xi Luhan kekasihmu” Luhan tersenyum simpul.

“Kekasih?” Yoona tampak terkejut dan bingung.

“Ya”

“Dan kita akan menikah 2 minggu lagi” 2 minggu lagi? Bukankah itu terlalu cepat? Tapi itu tak masalah. Ia bisa mengurusi acara pernikahannya hanya dalam sekejap. Pria itu sungguh kaya raya. Hartanya melimpah ruah. Kesuksesannnya dalam bidang bisnis telah dikenal semua orang.

Bisnis? Memang rumit. Apalagi jika kau sudah mempunyai tanggung jawab terhadap perusahaan. Tapi disanalah rata-rata orang kaya berada. Bisnis di perusahaan besar memang menghasilkan keuntungan dan uang yang banayk. Tapi jika pailit, mungkin akan sulit membangunnya lagi dan harus dimulai dari 0.

.

Yoona cukup terkejut mendengar perkataan Luhan. Ia benar-benar merasa aneh dengan pemuda ini.

Pria itu merogoh-rogoh saku celanannya. Kemudian mengeluarkan sesuatu.

“Apa itu?”

“Ini Handphone” Luhan sedikit tertawa kecil.

“Untuk apa?”

“Macam-macam. Tapi yang paling penting adalah berkomunikasi dengan teman atau keluargamu bisa orang lain juga” Yoona hanya mengangguk mengerti.

“Apa kau tahu ini siapa?” Luhan menunjukkan foto seseorang di dalam handphone itu.

Tunggu!

Yoona merasa tidak asing dengan orang itu. Lelaki berparas sangat tampan dengan mata coklat bening yang selalu memancarkan sinar keteduhan dari dalamnya.

Tapi ia tak ingat

Siapa pria itu?

Yoona menggeleng. Kepalanya entah mengapa terasa sedikit sakit saat melihat wajah pria berkemeja putih yang berparas sangat tampan. Dengan rambut hitam yang sedikit berantakan dan hidung runcing serta mata coklatnya yang mampu membuat siapapun yang menatapnya akan merasa tenang.

Tersenyum ke arahnya

Tidak-tidak. Lebih tepatnya tersenyum manis ke kamera.

Entah darimana Luhan mendapatkan foto pria itu. Namun sepertinya foto itu belum lama dan bukan baru juga.

.

Yoona merasa tahu siapa pria itu. Namun, ia benar-benar tidak mengingatnya

Kemudian Luhan menunjukkan foto seseorang lagi. Seorang gadis yang memakai dress pink dengan eye smile yang membuatnya semakin terlihat cantik dan menawan.
Rambut ikalnya tergerai dengan indahnya. Dilengkapi pita kecil di sisi kanan rambutnya. Tersenyum manis.

Lagi-lagi Yoona merasa tahu siapa gadis itu. Namun lagi-lagi ia tak mampu mengingatnya.

Yoona hanya bisa menggeleng lemah.

Lagi-lagi Luhan hanya tersenyum. Senyum yang tak bisa diartikan maknanya.

“Dan apa kau tahu siapa mereka ini?” Luhan menunjukkan sebuah foto lagi. Dimana di foto tersebut ada dua orang berbeda jenis kelamin tersenyum lebar ke arah kamera. Sepertinya mereka sudah berumur. Namun kharisma yang mereka miliki masih terpantri jelas di wajah mereka.

Mereka tersenyum lebar. Menampilkan sederetan gigi-giginya yang masih telihat cemerlang walaupun mereka sudah tidak muda lagi. Sang lelaki memegang pundak wanita dengan lembut.

Sekelebat kenangan muncul di otak Yoona. Namun, Yoona tak berhasil menangkapnya. Alhasil Yoona hanya dapat menggeleng pelan.

Luhan tersenyum puas.

Sebentar lagi rencananya akan berjalan dengan lancar

^^^^^^^

“Luhan-ah, kita dimana?”

Hari ini Yoona diperbolehkan pulang. Dan Luhan membawa gadis itu ke apartemen miliknya. Soal pakaian dan segala perlengkapan wanita itu ia sudah menyuruh orang untuk membeli dan menyiapkannya.

Namun bagaimana dengan mobil Mercy putih milik wanita itu?

Mobil itu tersimpan rapih di dalam garasi rumahnya

Orang tua Luhan?

Mereka di luar negeri sejak 2 tahun yang lalu. Entahlah kapan mereka pulang. Luhan tidak tahu dan tidak peduli. Ia sudah terbiasa hidup sendiri dan mandiri sejak kecil. Bertemu orang tuanyapun sangat jarang. Orang tuanya memang workaholic sejak Luhan kecil.

Walaupun jika ia menikah dengan Yoona orang tuanya tak akan menyaksikannya

Walaupun jika ia menyelenggarakan resepsi besar-besaran pernikahannya dengan Yoona orang tuanya tak akan datang

Luhan yakin itu

100% yakin

.

“Di apartemenku” Jawab Luhan sambil tersenyum kecil.

“Kenapa kita kesini?” Tanya Yoona yang mata rusanya masih sibuk melihat sekeliling pandangan di apartemen Luhan.

“Mulai sekarang ini apartemen kita berdua” Luhan memutar tubuh Yoona. Memegang kedua pundaknya dan memandang Yoona lembut.

“Ber…Berdua?”

“Ya”

“Ta…Tapi bagaimana dengan…”

“Tenang saja. Segala perlengkapanmu semuanya sudah beres” Jawab Luhan sambil mengacak rambut Yoona pelan.

“Ayo kita ke kamar”

.

“Luhan-ah, apa aku mempunyai keluarga?”

DEG

Pertanyaan itu… Luhan belum sempat memikirkan jawaban jika pertanyaan itu keluar dari bibir mungil itu.

Dan sekarang semuanya terlambat

Luhan hanya terpaku. Memandang kosong entah kemana

“Luhan-ah jawab aku” Yoona menatap Luhan intens. Seolah-oleh tahu jika Luhan menyembunyikan sesuatu.

“Foto wanita dan pria paruh baya tadi… Entah mengapa aku merasa mereka mirip denganku”

DEG

“Terutama wajah sang wanita. Kurasa ada beberapa kemiripan antara wajahku dengan beliau”

DEG

“Apa dia ibuku?”

DEG

“Dan pria yang memakai kemeja putih yang kau tunjukkan tadi, entah mengapa aku merasa kenal dengannya. Aku merasa tahu siapa dia”

“Dan juga perempuan yang memakai dress pink tadi. Aku tidak tahu mengapa kurasa aku juga mengenalnya. Tapi aku tak ingat”

Kata ‘Tak ingat’ yang barusan diucapkan oleh Yoona memberikan setitik kelegaan dalam hati Luhan. Luhan menghembuskan nafasnya pelan. Jawaban apa yang harus ia ucapkan? Sungguh, ia benar-benar bingung sekarang! Tak mungkin bukan jika ia bongkar semuanya? Sama saja semuanya pengharapannya kepada Yoona akan gagal total. Dan tak ada kesempatan lain seumur hidupnya selain sekarang ini.

“Kau bahkan belum mengenalkan aku kepada keluargamu Luhan-ah. Dan aku juga ingin melihat ayah dan ibuku”

Nafas Luhan tercekat. Tenggorokannya terasa sangat sakit sekarang. Dadanya terasa sesak. Luhan tak bisa bernafas. Jantungnya seolah-seolah berhenti bekerja saat itu juga.

“Drrrrttt…Drrrrttt” Getar ponsel Luhan mengalihkan rasa penasaran gadis itu. Panggilan di ponsel itu benar-benar menyelamatkannya!

Sekretaris pribadinya memanggilnya! Sepertinya ada urusan kantor yang penting. Ia harus mengucapkan terima kasih pada sekretarisnya! Alasannya cukup konyol memang.

“Sekretarisku memanggilku. Aku harus keluar” Luhan mengambil ponselnya kemudian berjalan keluar kamar. Yoona hanya menghembuskan nafasnya kasar.
Sedikit berdecak kesal karena Luhan.

Aku benar-benar penasaran akan semuanya

.

.

Sudah beberapa hari ini Yoona tak pulang ke rumahnya. Hal ini membuat Bibi Jung, Kim Ahjussi, dan Cho ahjussi ( yang notabone adalah tukang kebun dan supir Yoona Donghae ) merasa sangat khawatir akan keberadaan Yoona.

Apa yang terjadi dengannya?

Mengapa ia belum pulang?

Apakah ia shopping selama itu?

Tapi tak mungkin…

Pasti ada yang tidak beres

Atau kecelakaan kah?

Belum ada kabar sama sekali tentang Yoona. Mereka belum mendengar apapun tentang Yoona belakangan ini. Sungguh! Mereka sangat cemas dan khawatir. Mereka tidak tahu apa yang terjadi dengan ‘nyonya’ mereka. Dan mereka tidak tahu harus mencari tahu kemana dan dimana.

“Apa kau sudah dapat kabar tentang Yoona Noona?” Tanya Kim Ahjussi kepada Bibi Jung dengan raut wajah khawatir yang tergambar jelas di wajahnya.

“Belum” Bibi Jung menggeleng lemah. Ia benar-benar sedih. Sedari tadi wajahnya hanya menunduk.

“Apa yang sebenarnya terjadi dengan Yoona Noona?” Cho Ahjussi mengacak rambutnya kasar. Merasa frustasi karena belum menemukan titik terang dimana keberadaan Yoona.
Suasana menjadi hening seketika. Semua sibuk dengan pikiran masing-masing. Mencoba menebak-nebak dimana gadis itu sekarang.

“Kringggg….. Kringggg” Suara dering telepon memecah keheningan. Bibi Jung dengan sigap mengangkatnya.

“Yeoboseyo…..”

“………..”

“Kami tidak tahu dimana ia sekarang Nyonya”

“……..????!!!”

“Maafkan kami Nyonya…. Kami benar-benar merasa bersalah…. Beberapa hari lalu, kami melihat Yoona Noona pergi shooping. Ia membawa mobil pribadinya, Nyonya. Ia sempat pamit ke kami. Lalu, setelah itu kami tidak pernah melihatnya lagi. Ia belum pulang Nyonya. Entah dimana Yoona Noona sekarang Nyonya. Kami tidak tahu. Belum ada kabar sama sekali tentang dimana keberadaannya sekarang Nyonya”

“……..?”

“Orang yang dikenal Yoona Noona? Kami sudah bertanya kepada teman-temannya. Tapi tidak ada satupun teman Yoona Noona yang tahu dimana keberadaaannya Nyonya”

“…..”

“ Annyeong Nyonya”

.

Bibi Jung berbalik menghadap Kim dan Cho ahjussi. Raut kesedihan makin terlihat jelas di wajah wanita paruh baya itu. Ia menghela nafas. Sepertinya sudah pasrah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Entah apa yang terjadi selanjutnya.

Saat ini kedua orang tua Yoona sedang berada di luar negeri. Mereka diberi tugas disana. Sudah dua bulan kedua insan itu pergi. Mereka akan kembali kira-kira satu bulan lagi.

Kim dan Cho ahjussi hanya terdiam memandangi bibi Jung. Tak perlu bertanyapun mereka sudah tahu apa isi percakapan antara bibi Jung dan Nyonya mereka. Lagi-lagi suasana menjadi hening seperti semula.

“Apa kalian tahu siapa saja orang yang mungkin dikenal oleh Yoona Noona?”

“Teman-teman dekatnya mungkin?”

“Aku sudah menghubungi semua teman-teman Yoona Noona, tapi tak ada satupun yang tahu dimana ia berada”

“Mengapa kita tak lapor saja ke polisi?”

“Aku malas berurusan dengan polisi”

“Aku juga”

“Apa kita harus menghubungi Tuan Donghae? Untuk memberitahukannya bahwa Yoona Noona menghilang?”

“Jangan… Kupikir perjalanan bisnis Tuan Donghae akan terganggu jika kita beritahu hal ini kepadanya. Ia pasti akan merasa cemas dan khawatir. Sehingga tidak fokus lagi dengan tugasnya di Jepang”

“Lalu, apa yang harus kita lakukan?”

“Cobalah mengingat semua teman atau siapapun yang dikenal olehnya. Teman-teman kampusnya dulu ataupun rekan kerjanya sekarang. Kita mengenal Yoona Noona sejak lama bukan? Bahakan banyak dari teman-temannya yang sering berkunjung kesini yang kita kenal bukan?”

Mereka semua berpikir keras. Memutar otak mereka. Mencoba mengingat dan mengingat. Dan… terfikirlah satu orang yang sama dipikiran mereka.

“Aku mengingat satu orang. Entah mengapa aku yakin dia ada kaitannya dengan Yoona Noona”

“Aku juga”

“Aku juga”

“Baiklah, dalam hitungan ketiga kita ucapkan nama orang itu bersama-sama”

“1”

“2”

“3”

“LUHAN!”

.

“Ya…. Entah mengapa aku juga sangat yakin bahwa ialah dalang dibalik semua ini”

“Bukankah dia sedang berada di luar negeri?”

“Bagaimana jika ia sudah kembali?”

“Darimana kau tahu?”

“Entahlah. Perasaanku mengatakan bahwa ia sudah kembali ke Korea”

“Tapi, bagaimana kalian bisa memikirkan ‘Luhan’?”

“Bukankah ia juga pria yang cukup dekat dengan Yoona Noona selain Tuan Donghae? Ia teman kuliah Yoona Noona bukan? Dan ketika Yoona Noona masih kuliah, sering kulihat Luhan berkunjung ke rumahnya”

“Darimana kau tahu?”

“Dulu aku juga pernah bekerja di rumah keluarga Im. Lalu setelah Yoona Noona menikah, aku ditugaskan untuk bekerja di rumahnya oleh Nyonya Im. Sedangkan Nyonya Im, akan mencari pekerja baru”

“Hmmmm….”

“Baiklah, sepertinya kita harus memberitahukan Nyonya dan Tuan Im akan hal ini”

Bibi Jung dengan cepat meraih gagang telepon. Jari-jarinya bergerak lincah menekan tombol-tombol angka yang tersedia di atasnya. Kakinya tak pernah berhenti bergerak tak sabar menunggu suara dari pihak yang dihubungi.

“Hey! Tenanglah sedikit” Cho ahjussi merasa sedikit terganggu karena sikap Bibi Jung yang menurutnya terlalu ‘berlebihan’.

“Yeoboseyo”

“Yeoboseyo Nyonya, kami ingin memberitahukan orang yang ada di fikiran kami saat kami”

“apa maksudmu?”

Bibi Jung menggigit bibirnya. Merasa salah bicara. Lalu melirik ke arah Kim dan Cho ahjussi. Mereka hanya menatapnya kesal.

“A… Ani maksudku saya ingin memberitahu seseorang yang mungkin saja ada kaitannya dengan keberadaan Yoona Noona sekarang ini”

“Benarkah? Siapa?”

“Luhan-ssi”

Belum ada tanggapan dari Nyonya Im. Wanita itu terdiam. Sepertinya ia tengah memikirkan sesuatu. Bibi Jung tahu. Wanita itu pasti akan terkejut. Dan merasa bahwa perkataannya benar.

“Kurasa kau benar”

“Aku akan melacak data Xi Luhan dan memastikan apakah ia dalang dibalik semua ini ataukah orang lain. Aku akan menyuruh orang kepercayaanku untuk memata-matainya sekaligus untuk mencari anakku”

“Lalu, kapan Nyonya akan kembali ke Korea?”

“Entahlah. Mungkin aku akan pulang beberapa hari lagi. Aku akan pulang lebih cepat”

.

.

.

Luhan memperhatikan Yoona yang berdiri di hadapannya dengan mata berbinar. Gadis dihadapannya benar-benar cantik. Bak bidadari yang turun dari khayangan. Ok, ia terlalu berlebihan memang. Tapi, memang itulah kenyataannnya. Dengan gaun putih gading tanpa lengan yang menampilkan bahu putih nan mulus pemiliknya. Dan jangan lupakan aura kemewahan yang terpancar dari gaun itu.

That Dress is very Beautifull and so Luxury!

Ia terlihat benar-benar cantik. Luhan benar-benar terperangah. Ia tidak salah memilih gadis berkulit bak porselen ini menjadi pendamping hidupnya.

Pendamping hidupnya?

Bahkan gadis itu sudah mempunyai suami

Lalu dimanakah suami gadis itu?

Bersama siapa ia sekarang?

Dengan gadis lain kah?

Pandangan Luhan masih terpaku dengan gadis dihadapannya. Hal itu membuat Yoona sedikit risih dan berdecak kesal.

“Yak! Jangan terus memandangiku seperti itu! Katakan sesuatu. Apakah gaun ini cocok untukku?”

“Nde… Nde. Gaun itu sangat cocok untukmu putri yang cantik” Seru Luhan seraya kedua tangannya mengacungkan kedua ibu jarinya dan tersenyum lebar. Saat ini mereka sedang fitting pakaian untuk pernikahan mereka yang akan berlangsung beberapa hari lagi. Semuanya benar-benar berjalan dengan cepat. Tetapi, hanya orang-orang terdekat Luhan saja yang ia undang. Ya… Tidak banyak orang yang tahu tentang pernikahan mereka. Segala tentang aspek pernikahan semua sudah disiapkan Luhan.

Dan dipilihlah gaun cantik itu

Oh! Dan jangan lupakan siapa yang akan mendampingi Yoona pada saat pemberkatan nanti. Luhan sudah menyewa seseorang untuk berpura-pura menjadi ayah Yoona.

Dibalik wajah polos miliknya, Luhan adalah seorang pria yang jahat

Ia bagaikan seorang iblis yang tersesat dalam tubuh malaikat

Jahat

Sungguh ia sangat jahat dan egois

^

^

^

2 Days Before The Wedding Begin

“Apa? Jadi kau sudah mendapatkan informasi tentang siapa yang menyembunyikan anakkku?”

“Sudah Nyonya. Tugas yang Nyonya berikan sudah kami laksanakan. Dan kami berhasil menemukan siapa dalang di balik semua ini. Semua informasi yag kami dapatkan sudah kami selidiki. Dan hasil yang kami dapatkan, Yoona-ssi mengalami kecalakaan seminggu lalu dan ia amnesia. Tapi Nyonya tenang saja, hanya amnesia sementara. Dan situasi itu dimanfaatkan oleh orang ‘itu’. Ia mengaku sebagai kekasih Yoona-ssi dan 2 hari lagi, mereka akan menikah. Dan, orang ‘itu’ belum mengetahui bahwa Yoona-ssi sudah mempunyai suami. Yoona-ssi tinggal di apartement pribadi miliknya”

“Si….Siapa orang itu?”

“Orang itu adalah…. Xi Luhan”

DEG

Jantung Nyonya Im terasa berhenti berdetak. Nafas wanita itu tercekat. Oksigen di sekitarnya terasa hilang begitu saja. Wanita itu menahan nafasnya. Ia benar-benar terkejut. Xi Luhan yang selama ini ia kenal tak pernah selicik ini. Entah ia harus menyebut pria itu apa. Tapi, apakah ia masih bisa memaklumi jika Luhan tak tahu bahwa Yoona sudah memiliki suami?

.

.

“Yeobo, kita harus kembali ke Korea sekarang”

“Kembali ke Korea? Tapi kita belum selesai. Bukankah kita masih disini satu bulan lagi?” Tuan Im merasa tidak setuju dengan Nyonya Im.

“Tapi ini menyangkut Yoona-yya, anak kita. Apa kau tidak mengkhawatirkan anak kita eoh?”

“Tentu saja aku mengkhawatirkannya. Memangnya ada apa dengan anak kita?”

“Yoona mengalami kecalakaan seminggu lalu dan ia amnesia. Ia amnesia sementara. Dan situasi itu dimanfaatkan oleh seseorang. Ia mengaku sebagai kekasih Yoona dan 2 hari lagi, mereka akan menikah. Dan, orang ‘itu’ belum mengetahui bahwa Yoona sudah mempunyai suami. Yoona tinggal di apartement pribadi miliknya. Kau dengar mereka akan MENIKAH”

“A…Apa? Me..Menikah? Bagaimana mungkin Yoona menikah sedangkan ia masih memiliki suami?”

“Itulah mengapa kita harus segera kembali ke Korea”

“Memangnya Yoona akan menikah dengan siapa?”

“Xi Luhan”

“APA???!!! LUHAN????”

“Ya”

“Kurang ajar! Akan kuhajar anak itu jika aku bertemu dengannya”

“Kita harus memberi tahu Donghae”

“Dan kita harus menghentikan pernikahan itu”

*

*

*

*

Donghae POV

Kakiku berjalan menyuri jalanan kota Tokyo ini. Mencari sebuah cafe tempat aku dan Tiffany akan bertemu. Sejujurnya Tiffany lah yang ingin bertemu denganku. Entahlah aku tak tahu apa sebabnya. Aku sendiri sedikit bingung dengannya. Mengapa ia ingin bertemu denganku di cafe yang menurutku cukup jauh sedangkan ia saja bisa menemuiku langsung di hotel? Atau di cafe hotel mungkin?

Aku sendiri bingung dengan diriku sendiri. Mengapa aku tak membawa mobilku saja? Sedangkan kakiku sudah terasa lelah karena sudah cukup lama berjalan.

Oh tak apa lah. Lagipula tujuanku berjalan kaki adalah menikmati setiap sudut kota Tokyo ini. Musim Semi. Bunga Sakura bermekaran dimana-dimana. Sungguh pemandangan yang sangat indah. Dan hari masihlah pagi. Tidak terlalu pagi sebenarnya. Jam 10 AM. Suhunya cukup dingin menurutku. Hawanya juga sangatlah sejuk.

Dengan mantel abu-abu ini cukup membuatku cukup merasa hangat.

Tak terasa aku sudah sampai di cafe tujuanku. Sebuah cafe klasik yang berukuran tak terlalu besar bercat coklat muda dengan jendela-jendela besar di setiap sisinya.

Kulangkahkan kakiku masuk ke dalam cafe ini. Lonceng cafe berbunyi. Seorang pelayan cafe membungkuk ke arahku. Aku hanya membalasnya dengan senyum kecil. Kuarahkan mataku menelisik setiap inchi dari cafe ini. Mencari seorang gadis berambut pirang.

Gadis itu melambai-lambaikan tangannya ke arahku. Disertai senyum manisnya. Kulangkahkan kakiku menuju ke arahnya.

Ugh… Sebenarnya aku sedikit kesal kepadanya. Seharusnya hari ini ( yang kebetulan hari minggu dan tidak ada meeting kecuali mungkin meeting mendadak ) aku bisa tidur sepanjang hari. Mengistirahatkan tubuhku yang terasa sangat lelah karena tugasku di Jepang ini tak kunjung selesai. Entahlah berapa lama lagi aku di negara ini. Yang jelas rasa rinduku kepada istriku tak dapat kutahan lagi.

Aku ingin segera memeluk gadisku. Mencium aroma tubuhnya yang membuatku ‘kecanduan’ untuk memeluknya lagi dan lagi.

Omong-omong tentang gadis itu, sedang apa ya ia sekarang? Aku baru ingat aku belum menghubungi gadis itu sejak seminggu lalu. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku. Ugh… Aku benar-benar suami yang jahat. Aku akan menghubunginya nanti setelah pertemuan ini berakhir.

Sejujurnya rasa benciku terhadap Tiffany belum pudar. Yang kulakukan selama ini hanyalah untuk balas budi.

Bukan karena aku mencintainya

*

“Ada apa?” Tanyaku langsung to the point.

“Aku ingin…”

“Drrttt… Drrtt” Baru satu detik gadis itu berbicara, tiba-tiba ponselku bergetar. Sepertinya ada seseorang yang menghubungiku.

Tertera nama eomma Yoona di layar ponsel itu. entah mengapa perasaanku menjadi tidak enak.

“Wait a minute” Gadis itu sedikit berdecak kesal. Cih… Apa haknya untuk berdecak seperti itu?

.

“Yeoboseyo…”

“Yeoboseyo Donghae-yya. Apa kau tahu apa yang terjadi dengan Yoona?”
Jantungku berdebar sangat kencang. Perasaanku berkata ada yang tidak beres.

“A…Aniyo Eommonim. Ada apa dengan Yoona?”

“Yoona mengalami kecalakaan seminggu lalu dan ia amnesia. Ia amnesia sementara. Dan situasi itu dimanfaatkan oleh seseorang. Ia mengaku sebagai kekasih Yoona dan 2 hari lagi, mereka akan menikah. Dan, orang ‘itu’ belum mengetahui bahwa Yoona sudah mempunyai suami. Yoona tinggal di apartement pribadi miliknya. Mereka akan MENIKAH Donghae!!!”

DEG

Jantungku terasa berhenti berdetak saat itu juga. Tenggorokanku tercekat. Oksigen di sekitarku terasa hilang saat itu juga.

“A…Apa? Amnesia? Ke…Kekasih? Me…Menikah?”

“Iya! Kau harus menghentikan pernikahan itu! Kau harus segera kembali ke Korea sebelum Yoona resmi menjadi istri Luhan”

“APA??? LUHAN???!!!” Kakiku refleks berdiri dari kursi yag kududuki ini. Entah mengapa tiba-tiba aku berteriak seperti ini. Membuat beberapa pengunjung cafe dan pelayan cafe ini melirik ke arahku.
Tiffany sedikit terkejut melihatku.

“Ya… Pria itu adalah dalang dibalik hilangnya Yoona”

Kurang ajar! Darn! Akan kubunuh orang itu jika aku bertemu dengannya.

“Baiklah eommonim, aku akan segera kembali ke Korea”

.

Setelah percakapan itu berakhir, dengan cepat aku kembali memasukkan ponselku ke dalam saku mantelku. Aku segera berbalik.

“Donghae, Tunggu!” Dengan kesal aku berbalik kembali ke arahnya.

“Kau mau kemana? Kita belum selesai”

“Ayolah Fany-yya, aku harus cepat. Kau membuang waktuku!”

“Katakan saja ada apa kau mengajakku bertemu di cafe ini?!” Suaraku meninggi. Aku benar-benar tidak sabar akan tingkah gadis ini.

“A…Aku…” Gadis itu tampak gelagapan. Oh ayolah! Yoona menungguku di Korea. Menungguku melepaskannya dari ikatan iblis terkejam yang pernah kutemui.

“Ada apa? Kau mau kemana? Jawab Aku!” Bukannya menjawab pertanyaanku, dia malah balik bertanya.

Oh sudahlah! Aku benar-benar tidak sabar…

“AKU AKAN KEMBALI KE KOREA SEKARANG. ISTRIKU DALAM KEADAAN BAHAYA! KAU TAHU LUHAN? IA AKAN MEREBUT ISTRIKU! MEREKA AKAN MENIKAH! BAGAIMANA MUNGKIN ISTRIKU MENIKAH LAGI SEDANGKAN IA MASIH MEMPUNYAI SUAMI? JIKA AKU ADALAH KAU, APA YANG AKAN KAU LAKUKAN? TENTU SAJA KAU AKAN KEMBALI KE KOREA BUKAN? OH! TAPI AKU TAK BISA MEMPERCAYAKANNYA! BAGAIMANAPUN KAU ADALAH SEORANG GADIS IBLIS! SAMA SEPERTI LUHAN! PEREBUT SUAMI DAN ISTRI ORANG LAIN!!!!”

“SEHARUSNYA AKU TAK PERNAH MENGENALMU!!!”

Kesabaranku benar-benar sudah habis. Gadis ini benar-benar menyulut amarahku. Entahlah mungkin memang aku yang agak sensitif sekarang.

Emosiku meledak begitu saja. Aku memekik keras. Dan sudah bisa kurasakan wajahku sudah sangat merah sekarang. Seluruh pengunjung cafe dan para pelayan cafe itu mendadak terdiam. Semuanya menatapku.

Tiffany terpaku. Tapi mulutnya sedikit menganga. Matanya berkaca-kaca. Airmatanya menetes satu persatu. Membasahi pipi putihnya.

Ia menutup mulutnya. Merasa sangat terkejut atas perlakuanku. Matanya sudah mulai memerah. Mulutnya tertutup rapat tak mampu berkata-kata.

“Mianhae” Lirihnya pelan. Kepalanya tertunduk. Tak tahan lagi menatap mataku yang masih menyala-nyala.

“Mianhae” Aku juga melirih. Merasa bersalah karena perlakuanku yang justru membuatnya malu.

Kakiku segera berlari meninggalkannya. Aku harus segera ke hotel. Mengemasi semua barang-barangku, dan segera memesan tiket penerbangan ke Korea Selatan.

Aku tak peduli dengan pekerjaanku di Jepang. Aku bisa menyerahkan semuanya ke sekretarisku. Sungguh kejam memang. Tapi aku tak peduli. Yang kupikirkan saat ini adalah hanya Istriku. YOONA.

^

^

^

Yoona POV

Hari ini merupakan hari pernikahanku dengan Luhan. Kini aku sudah siap dengan gaun putih berbunga besar di bagian bawah pinggang yang kupilih bersama Luhan di butik beberapa hari yang lalu. Wajahku sudah dipoles dengan make up natural oleh perias pilihan Luhan.

Aku mengambil tas silverku. Aku ingin mengambil ponselku. Tanganku tak sengaja menyentuh sebuah amplop kuning lengkap dengan pita merah muda kecil yang terletak di sudut kanan amplop. Aku tersenyum tipis melihat amplop itu. Dan dibagian depan amplop itu terdapat tulisan “Im Yoon Ah SARANGHAE”

Aku membuka isi amplop itu. terdapat sebuah surat. Siapa pengirim surat ini?

Entah mengapa kepalaku tiba-tiba merasa pusing. Sekelebat ingatan bermain-main di otakku. Tapi tidak jelas. Aku kurang bisa memahami apa maksud itu semua.

Mataku mulai membaca setiap kata dari surat itu. Menyusuri setiap baris kalimatnya.

“For Im Yoon Ah a.k.a Yoona Istriku tercinta….

Annyeong chagi! Apa kabar? Aku tidak tahu kapan kau akan membaca surat ini. Entah cepat atau lambat aku tahu, kau pasti akan membacanya.
Aku pergi ke Jepang selama satu tahun. Maafkan aku karena telah meninggalkanmu….

Aku merindukanmu Yoongie… Bahkan jika aku tidak bertemu denganmu hanya dalam waktu satu detik, aku sudah merindukanmu… Sangat merindukanmu…

Sebenarnya aku juga tidak ingin ke Jepang. Karena selain akan meninggalkanmu, sepertinya aku juga akan bertemu dengan TIFFANY. Ya… Orang yang dulu pernah mencoba menghancurkan hubungan kita…

Sepertinya ia sangat terobsesi denganku… Kekkekeke

Yoongie, entah mengapa aku merasa akan ada sesuatu dengan hubungan kita di masa depan. Akan ada suatu masalah besar… Yang menyangkut KAU sebagai peran utamanya….

Cerita di masa lalu akan kembali lagi…

Mungkin ini hanya perasaanku saja. Tapi kuharap ini tidaklah benar…

Entah mengapa aku merasa seperti peramal masa depan… Kekekeke

Yoong, jika akan ada seseorang yang merebutmu dariku, atau akan mengambilmu, berjanjilah kau akan menolaknya… Berjanjilah kau akan selalu mencintaiku…

Ingat Yoong! Kita sudah terikat oleh janji suci pernikahan. Dan itu tidak boleh DILANGGAR….

Yoong, jika ada seseorang yang merebutmu dariku, aku janji akan merebut kau kembali ke dalam pelukanku…

Dan jika ada seseorang yang mendekatiku, aku berjanji akan menolaknya… Karena di hatiku hanya ada kau. IM YOON AH Seorang….

Only You in My Heart

Aku mencintaimu Yoongie… SANGAT… SARANGHAEYO

GoodBye… Jagalah dirimu baik-baik selama aku tidak berada di sisimu… Jangan lupa selalu makan tepat waktu dan istirahat yang cukup… Aku tidak mau kau sakit!

Aku selalu merindukanmu Yoong…

{ Suamimu tercinta. Lee Donghae }

#

#

Entah mengapa kepalaku tiba-tiba terasa berdenyut-denyut. Sangat sakit. Dadaku terasa sesak.

Sebenarnya siapa Lee Donghae ini?

Entah mengapa aku merasa dia orang yang tidak asing bagiku. Dia seperti pernah ada di hidupku…

Sekelebat bayangan bermain-main di otakku. Tapi aku tak mampu melihat apalagi mengingatnya…

Apa aku terlalu lemah?

Sebenarnya siapa diriku ini?

.

.

.

Author POV

“Donghae? Apa kau sudah sampai di Korea?”

“Nde Eommonim. Aku sudah sampai di Korea. Dan kini aku sudah di Bandara Incheon. Bisakah Eommonim mengirimkan alamat pernikahannya?:

“Tentu. Akan kukirimkan lewat pesan. Sekarang aku dan suamiku juga sedang menuju ke tempat tersebut”

“Annyeong Donghae-yya”

“Annyeong Eommonim”

.

.

Donghae POV

Sebenarnya aku belum benar-benar sampai di Bandara Incheon. Pesawat ini akan lepas landas kurang lebih 5 menit lagi. Ugh… Bisakah pesawat ini lebih cepat? Ingin rasanya aku memekik kepada sang pilot karena menurutku ia menjalankan pesawat ini terlalu santai. Hmmm… Tidak juga sebenarnya. Dapat kulihat raut ketegangan di wajahnya. Entahlah aku tak tahu mengapa ia seperti itu.

Aku tak bisa berhenti menghentak-hentakkan kakiku ke lantai Pesawat ini. Jantungku berdetk sangat cepat sekarang. Tak sabar menunggu ponselku bergetar menandakan ada sebuah pesan masuk berisi alamat dimana pria ‘brengsek’ itu berada.

Mataku tak sengaja menangkap sebuah amplop putih di tas kerjaku. Entah siapa yang meletakkannya disitu. Tanganku tergerak untuk mengambilnya. Kemudian membuka isinya dan membaca setiap baris kalimat yang terdapat di dalamnya. Sepertinya ini surat.

^^^****^^^

Mataku berair. Airmata terus mengalir di pipiku. Bahkan supir taksi itu beberapa kali melirik ke arahku melalui kaca atas. Ia memandangku dengan iba.

Aku hanya bisa menyesal dan menyesal. Bodoh! Kau bodoh Lee Donghae! Pikiran burukmu menutupi semuanya! Hanya dengan selembar surat airmataku terus mengalir tiada hentinya.

Sudahlah… Aku tidak perlu menangis lagi. Lagipula, dengan menangis, apakah akan merubah segalanya? Apakah akan membuat aku kembali ke masa lalu? Untuk memperbaiki semuanya? Tidak bukan? Yang harus kufikirkan sekarang adalah menghentikan pernikahan ‘terkutuk’ itu. Ya! Aku harus datang sebelum semuanya terlambat. Aku bersyukur akhirnya ada sebuah pesan masuk yang berisi alamat tersebut.

Aku segera meminta supir taksi itu mengendarai taksi ini agar lebih cepat. Aku benar-benar tidak sabar.

Mianhae…

Jeongmal Mianhae….

Mianhae….

##########

Author POV

Yoona sedang berjalan menuju altar dengan seseorang yang sedang menggandeng tangannya di sampingnya. Entahlah.. Kata Luhan itu adalah Appanya. Tapi, Yoona tak begitu yakin dengannya. Karena wajah ahjussi itu sama sekali tidak mirip dengannya walaupun hanya sekilas.

Mengapa acara pernikahan ini tertutup?

Mengapa para tamu undangannya terlihat sangat tegang? Dan sorot mata mereka seolah-olah berkata bahwa ia tidak boleh menjadi istri Luhan?

Mengapa ada sorot mata yang memandangnya iba?

Sebenarnya ada secerca perasaan ragu dalam hati gadis itu. Ia merasa tidak yakin dengan pernikahan ini. Ia merasa bahwa ada orang lain yang sudah mengisi hatinya. Tapi, siapa orang itu

Apa mungkin LeeDonghae?

Tak jauh darinya, ia memandang Luhan yang tersenyum lembut ke arahnya. Pria itu benar-benar tampan. Dengan rambut blonde yang tertata rapi ke atas dan jas putih yang menutupi tubuhnya.

Yoona sampai di hadapannya dan segera berdiri disamping pria itu. Luhan tak henti-hentinya tersenyum. Seolah-olah ini adalah hari paling bahagia yang pernah ia rasakan selama ia hidup di dunia ini. Sedangkan gadis itu? Ia hanya tersenyum kecil. Jauh di dalam lubuk hatinya, ia benar-benar ragu dan tak yakin dengan semua ini. Ia sedikit merasa janggal dengan Luhan.

$$$$$$$$

“Saudara, Xi Luhan , bersediakah anda, dihadapan Tuhan dan disaksikan oleh sidang jemaat ini, berjanji untuk mencintai dan menghargai, baik dalam keadaan sakit maupun sehat, di dalam susah maupun senang, wanita di sebelah kanan anda yang sekarang sedang anda pegang? Apakah anda berjanji untuk menempatkan dia sebagai yang utama dari segala hal, menjadi suami yang baik dan beriman, menjadi tempat bergantung bagi dia, dan hanya bagi dia, selama-lamanya hingga akhir hidup anda? Bersediakah anda?” ucap pendeta

”Saya bersedia” ucap Luhan

“Saudara, Im Yoona , bersediakah anda, dihadapan Tuhan dan disaksikan oleh sidang jemaat ini, berjanji untuk mencintai dan menghargai, baik dalam keadaan sakit maupun sehat, di dalam susah maupun senang, wanita di sebelah kanan anda yang sekarang sedang anda pegang? Apakah anda berjanji untuk menempatkan dia sebagai yang utama dari segala hal, menjadi suami yang baik dan beriman, menjadi tempat bergantung bagi dia, dan hanya bagi dia, selama-lamanya hingga akhir hidup anda? Bersediakah anda?” ucap pendeta

”Sa…Saya” Yoona benar-benar gugup. Pasalnya suara hatinya mengatakan bahwa ia harus menolak pernikahan ini! Ia tidak boleh menjadi istri pria di sampingnya! Sungguh! Jantungnya benar-benar berdegup kencang saat ini. Ia bingung…. Benar-benar bingung.

Ia melirik Luhan. Sorot mata Luhan mengatakan bahwa ia harus bersedia menjadi istrinya. Sorort matanya benar – benar tegas dan meyakinkan.

“Sa…Saya…”

.

.

“HENTIKAN!!!!!!!!!!!”

Donghae datang dengan nafas yang tersengal-sengal. Matanya merah menahan amarah. Ia masih berdiri didepan pintu gereja memandang Luhan dan Yoona dengan geram. Mencoba menstabilkan nafasnya yang terengah-engah. Tangannya terkepal kuat. Siap memukul siapapun yang menghalanginya. Ia benar-benar marah! Sangat marah! Amarahnya keluar begitu saja!

Ia melangkahkan kakinya menuju Luhan. Tak peduli dengan tatapan para tamu undangan yang memandangnya terkejut. Begitu juga Yoona yang matanya membulat karena terkejut akan kehadirannya.

Donghae segera memukul wajah Luhan tepat di pipi namja itu. Ia meraih kemeja Luhan. Kemudian segera memberikan namja itu pukulan yang bertubi-tubi. Sampai akhirnya Luhan menyerah. Tak mampu melawan Donghae. Ia terlihat seperti pria lemah sekarang.

Yoona menutup mulutnya tak percaya. Matanya berkaca-kaca.

Setelah puas dengan pukulan – pukulannya itu, Donghae bangkit berdiri. Ia memandang Yoona. Amarah di matanya hilang begitu saja setelah melihat tepat di manik mata gadis itu. Donghae menatap lekat matanya.

Yoona merasa aneh dengan pria di hadapannya. Siapa pria ini?

“Si…Siapa kau?”

Donghae tak menjawab pertanyaan Yoona. Ia memeluk tubuh mungil gadisnya. Gadis yang sudah amat lama dirindukannya. Gadis yang selalu difikirkan olehnya setiap hari. Tak pernah sekalipun melupakannya. Ia memeluk gadis itu erat. Matanya kembali meneteskan cairan-cairan bening. Ia menangis dalam diam. Kemudian Donghae melepaskan pelukannya.

“Aku suamimu”

“A…Apa?”

“Aku suamimu”

“Suami? Bagaimana bisa?”

“Kau kecelakaan. Apa kau ingat? Kemudian kau amnesia. Dan situasi itu dimanfaatkan oleh namja brengsek ini untuk memilikimu. Sebenarnya aku tahu ia sudah lama terobsesi denganmu dan tidak menyukai hubungan kita. Tapi, Yak! Luhan! Bukankah kau tahu Yoona sudah memiliki suami? Tapi kenapa kau nekat memperistrinya, eoh?”

“A…Aku tidak tahu jika ia sudah menikah” Jawab Luhan dengan sisa – sisa tenaga yang dimilikinya. Sungguh! Luka – luka yang diberikan Donghae atas segala kelicikannya selama ini benar – benar membuatnya tak berdaya.

“Dan… Apa kau ingat dengan ini?” Donghae mendekatkan kepalanya ke wajah Yoona. Tak lama kemudian, bibir mereka bertemu. Donghae melumatnya lembut. Sangat lembut. Membuat sensasi tersendiri bagi Yoona. Hangat. Rasa rindu yang amat sangat terasa itu seolah hilang karena ciuman manis itu. donghae benar – benar pandai dalam hal seperti ini.

Tangan pria itu melingkar di panggang ramping Yoona. Kepalanya ia miringkan agar bisa melumat bibir merah ranum itu lebih dalam lagi.

Ya… Yoona ingat…

Ciuman yang selalu Donghae berikan setiap harinya….

Sebelum Donghae pergi ke Jepang dan Yoona Amnesia…

Ingatan – ingatan gadis itu perlahan – lahan kembali…

Sangat cepat bukan?

Luhan yang melihat itu hanya menggeram. Ia benar – benar kesal sekarang. Tapi mau bagaimana lagi? Apa yang bisa ia lakukan? Ia benar – benar sangat lemah sekarang….

Ia harus menyerah… Dan membiarkan Yoona hidup bahagia dengan Donghae. Walaupun ada perasaan sakit dan tidak rela di hatinya. Tapi, ia akan mencoba membuat orang yang dicintainya bahagia…. Walaupun itu sangatlah menyakitkan baginya. Bukankah cinta tak harus memiliki?

*

*

*

*

Tak lama kemudian, kedua orang tua Yoona datang. Mereka juga datang dengan nafas tersengal – sengal. Mereka bernafas lega saat melihat bahwa Donghae sudah sampai terlebih dahulu. Itu artinya pernikahan Yoona dan Luhan batal. Dan mereka juga sedikit terkejut melihat Luhan yang terpuruk lemah tak berdaya. Dan di sekitar wajah tampannya tampak lebam dan bibir serta hidungnya masih mengeluarkan cairan merah itu.

Mereka berdua segera berjalan Yoona dan Donghae. Appa Yoona mengepalkan tangannya kuat sampai buku – buku jarinya memutih. Ia geram. Sangat geram. Geram terhadap pria ‘brengsek’ yang telah menipu putri tercintanya.

Sesampainya disana, Eomma Yoona langsung memeluk putrinya erat. Airmatanya perlahan – lahan menetes satu persatu. Ia benar – benar merindukan gadis ini. Putri semata wayangnya. Hanya ialah intan berlian yang ia dan suaminya miliki.

Appa Yoona langsung memukul wajah tampan Luhan lagi. Sampai pria itu benar-benar tak berdaya sama sekali. Dengan sekali pukulan, pria itu langsung terpental dan hidungnya makin mengeluarkan banyak darah.

“Bangun kau pria brengsek! Nappeun namja! Berani – beraninya kau menipu putriku! Dan mencoba merusak rumah tangga mereka! Asal kau tahu, Yoona sudah memiliki suami! Apa yang ada difikiranmu hingga kau berani – beraninya memperistri wanita yang sudah bersuami?! Apa kau gila, eoh? KAU SUNNGUH GILA!” Appa Yoona kembali memukulinya lagi. Kali ini di perut namja itu sampai beberapa kali. Ia benar – benar marah. Tak ada orang yang berani menghentikannya. Ia sangat menyeramkan!

“A…Aku…Ti…Tidak tahu jika Yoona sudah bersuami” Lirihnya dengan sisa – sisa tenaga yang masih dimilikinya.

“Mi…Mianhae…Jeongmal Mianhae…” Luhan menangis. Pria itu benar-benar mengangis dalam diam. Menjatuhkan kristal – kristal bening yang sudah sejak tadi berkumpul di mata rusanya. Ia benar – benar menyesal…. Sangat menyesal…

Seharusnya ia tahu Yoona sudah memiliki suami…

Seharusnya Luhan sadar bahwa hati Yoona bukanlah untuknya…

Seharusnya ia tak terobsesi dengan gadis itu…

Dan…

Seharusnya ia tak pernah kenal dengan Yoona…

Gadis yang sangat dicintainya…

Tetapi rasa cintanya haruslah ia hapuskan…

Dan mulai melupakan Yoona

“Dan Yoona, siapakah yang menjadi pendampingmu saat kau berjalan ke altar tadi?” Yoona menunjuk seseorang. Seorang ahjussi yang wajahnya sangat tegang. Kaki dan tangannya gemetar ketakutan. Pelipisnya mulai mengeluarkan keringat. Seolah – olah baru saja melihat makhluk yang sangat mengerikan.

“Hei! Siapa kau? Aku bahkan tak mengenalmu! Apa kau berpura – pura menjadi appa Yoona, eoh?” Appa Yoona mendekati ahjussi itu. segera memukulnya hingga ahjussi itu jatuh dari tempat duduknya. Luka lebam langsung terlihat di pipinya yang sudah sedikit mengkerut.

“Yoona, pria ini bukanlah Appamu. Aku appamu yang sebenarnya…. Dan ini eommamu. Dan Donghae suamimu…”

“Dan kuberitahukan kepada seluruh tamu undangan yang hadir disini. Yoona sudah memiliki seorang suami. Yaitu Lee Donghae. Dan Luhan hanyalah seorang teman kuliahnya dulu. Tidak mungkin bukan jika Yoona menikah lagi sedangkan ia masih memiliki suami?”

Para tamu undangan tampak berbisik – bisik. Bahkan diantara mereka ada yang memandang Luhan tajam. Sepertinya, berbagai pikiran buruk mulai hinggap di otak mereka.

Hati Luhan mencelos. Sakit. Sangat sakit. Sejahat – jahat dirinya, ia masih memiliki hati yang bisa hancur kapan saja. Dan kinilah saatnya hati tersebut pecah berkeping – keping. Perkataan pria itu benar – benar tajam. Yang mampu membuat hati Luhan terasa ditusuk bertubi – tubi.

.

.

“Argh….” Yoona mengerang kesakitan. Kepalanya terasa berdenyut – denyut. Sangat sakit. Semua yang di hadapannya kini terasa bergoyang – goyang. Mendadak semuanya menjadi blur. Sampai akhirnya gadis itu tak dapat mempertahankan posisinya lagi. Gelap. Tak sadarkan diri.

“Yoona…Yoona?” Donghae yang berada di belakang Yoona refleks menahan tubuh Yoona yang hampir saja jatuh. Ia menepuk – nepuk pipi gadis itu. namun gadis itu tak kunjung sadar.

“Donghae-yya, sebaiknya kita membawanya ke rumah sakit”

“Baiklah eommonim”

.

.

.

Sudah satu jam mereka menunggu. Namun sang dokter belum juga keluar dari pintu itu. mereka menunggu dengan cemas. Khawatir dengan keadaan Yoona. Mengapa gadis itu pingsan? Apakah ingatannya sudah kembali?

“Cklekkk”

Pintu itu akhirnya terbuka juga. Terjawablah rasa kekhawatiran mereka. Seorang dokter paruh baya keluar dari pintu tersebut. Ia tersenyum ramah. Walaupun usianya sudah tidak mudia lagi, namun karismanya masih tetap terpancar pada wajahnya yang sudah mulai mengkerut.

“Bagaimana keadaan anak saya Dokter Kim?”

“Yoona baik – baik saja. Sepertinya ingatan – ingatannya sudah mulai kembali. Itu artinya, ia sudah tidak amnesia lagi. Anda dan keluarga anda boleh mengunjunginya sekarang. Ia sudah sadar” Dokter kim mempersilahkan mereka masuk. Ia menggeser badannya sedikit. Memberi celah pada mereka agar bisa masuk dan melihat Yoona.

“Yoona, kau sudah sadar?” Tanya Donghae lembut. Ia mengusap kepala istrinya lembut dan menggegam jari – jari tangannya. Yoona hanya mengangguk kecil.

“Apa… Kau sudah mengingat kami?” Lagi – lagi ia hanya mengangguk kecil. Tapi kali ini disertai senyuman di wajahnya.

“Aku siapa?”

“Kau Lee Donghae. Suamiku yang paling tampan” Donghae tersenyum senang. Alangkah bahagianya hatinya sekarang. Melihat istrinya kembali seperti dulu. Sudah mengingatnya lagi.

“Eomma, Appa?” Yoona terkejut sekaligus senang. Eomma dan appa Yoona berhambur memeluk putri semata wayangnya. Airmata mereka bercucuran. Snagat bahagia.

“Terimakasih Tuhan….” Mereka benar – benar bersyukur sekarang. Yoona mereka telah kembali menjadi Yoona yang dulu lagi.

“Tok…Tok…Tok…”

“Masuklah”

“Cklekkk…” Pintu terbuka. Menampilkan seorang pria berjas putih yang penampilannya sangat berantakan. Rambutnya acak – acakan dan luka – luka lebam terpantri jelas di wajahnya. Ia tersenyum samar. Dongahe dan orang tua Yoona hanya menatap pria itu dingin. Ia tahu kehadirannya disini snagatlah tidak diharapkan.

“Aku kesini untuk minta maaf” Suara pria itu sedikit bergetar. Sejujurnya ia sangat takut datang kesini. Takut perkataan pria paruh baya itu akan menyakitinya lagi. Takut akan mendapat pukulan – pukulan lagi. Dan… Takut Yoona akan membencinya. Tidak.. Tidak ia tidak perlu takut. Sebab tanpa rasa takutnyapun sudah terjawab karena udh pasti Yoona akan membencinya.

“Bukankah kau sudah minta maaf tadi?” Suara dingin itu kembali menggetarkan hatinya.

“Aku ingin meminta maaf langsung. Di depan Yoona” Pria itu perlahan – lahan berjalan mendekati ranjang Yoona. Yoona hanya menatap pria itu bingung.

“Stop! Berhenti disitu! Jangan dekati Yoona! Kau tahu? Kau sudah menyakitinya!”

Luhan berhenti berjalan. Ia menyesal karena sudah melangkahkan kakinya mendekati ranjang itu. Seharusnya ia tahu dan sadar bahwa ia tidak boleh terlalu dekat dengan Yoona. Karena ia sudah jahat… Sangat jahat kepada gadis polos itu.

Luhan berlutut. Matanya menatap lekat tepat pada manik mata Yoona.

“Mianhae Yoona-yya… Mianhae… Jeongmal Mianhae. Aku sangat jahat… Aku pria yang jahat… Sudah membohongimu… Aku bukanlah kekasihmu… Aku bukan siapa – siapa untukmu. Seharusnya aku sadar… Bahwa kau tidak pernah mencintaiku. Kau hanya menganggapku sebagai teman… Tidak lebih. Mianhae… Jeongmal Mianhae…. Maafkan aku… Kumohon maafkan aku” Ia menangis. Pria itu benar – benar menangis. Liquid – liquid bening menganak sungai lagi di kedua pipi putihnya. Matanya kembali memerah. Ia menanngis sesenggukan. Tak peduli jika mereka menganggapnya cengeng atau lemah.

“Ahjussi…Ahjumma… Donghae… Maafkan aku… Aku sudah membohongi Yoona… Aku sangat jahat… Mianhaeyo… Aku juga sudah minta maaf kepada seluruh tamu undangan..” Airmatanya mengalir semakin deras. Tangannya sama sekali tak bergerak untuk menyeka airmatanya. Membiarkan cairan bening itu mengalir di pipinya.

“Maafkan aku juga karena sudah memukulimu tadi” Donghae berjalan mendekati Luhan. Menepuk pundak pria itu pelan. Sejujurnya ia juga merasa bersalah. Tidak seharusnya ia meledakkan semua emosinya kepada Luhan tadi.

“Ahjussi juga minta maaf… Mianhaeyo”

“Gwenchana… Kalian tidak perlu meminta maaf. Lagipula aku yang salah” Luhan bangkit berdiri. Ia menyeka airmatanya.

“Aku berjanji setelah ini aku tak akan lagi muncul di hadapan kalian. Aku akan kembali ke rumah keluargaku di China dan menjalankan perusahaanku yang ada disana. Biarlah perusahaan yang disini kakakku yang mengurusnya. Aku tidak akan kembali lagi. Aku tidak akan mencoba menghancurkan rumah tangga kalian lagi…. Aku berjanji… Sekali lagi maafkan aku”

Appa dan eomma Yoona memandang pria itu iba. Mata Yoona berkaca – kaca memandang Luhan. Siap menjatuhkan air matanya.

Luhan membungkuk kemudian mulai berbaik meninggalkan ruangan ini.

“Luhan-ah” Luhan menghentikan angkahnya. Kemudian berbalik menatap sorang yang memanggilnya.

“Jangan pergi… Kumohon…”

“Mianhae Yoona-yya… Aku tidak bisa. Aku hampir saja menghancurkan rumah tanggamu. Aku merasa bersalah… Aku harus hilang dari hidupmu… Mianhae”

“Jangan lakukan itu… Kumohon…”

“Mianhae… Aku tidak bisa”

“Luhan-ah” Luhan berbalik lagi untuk kesekian kalinya.

“Terimakasih karena sudah pernah ada dalam hidupku. Terima kasih karena sudah menjadi temanku. Maafkan aku yang sudah menyakitimu” Yoona tak dapat menahan airmatanya. Yeoja itu menangis sesenggukan.

“Tidak… Akulah yang menyakitimu”

“Sama – sama Yoona-yya… Selamat tinggal” Luhan melambaikan tangannya kepada Yoona. Yoona hanya tersenyum kecil. Entah mengapa tangannya terasa kaku untuk membalas lambaian itu.

Dan sesuai perkataannya. Luhan sudah pergi dari hidup Yoona dan berjanji tidak akan kembali dan mengganggu kehidupannya lagi.

.

.

.

“Yoong, aku mendapat sebuah surat dari Tiffany” Donghae mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya. Yoona hanya cemberut mendengar ia mengatakan nama yeoja yang sangat ia benci.

“Tenanglah jangan cemberut seperti itu. Setelah membaca surat ini aku yakin kau tidak akan cemberut dan membencinya lagi” Yoona menautkan kedua alisnya. Bingung apa maksud dari perkataan Donghae.

“Kau harus membacanya. Tapi kau bisa membacanya nanti jika kepalamu masih terasa pusing” Donghae menyodorkan amplop itu. Tidak! Yoona akan membacanya sekarang. Ia tak mau mati penasaran hanya karena penasaran apa isi dari surat tersebut.

.

.

.

Setelah membaca surat itu, airmtanya kembali mengalir. Ia menangis lagi. Merasa sangat bersalah dengan yeoja bermarga ‘Hwang’ itu.

Mianhae…

.

.

“Annyeong Oppa…

Setelah kau membaca surat ini, mungkin aku sudah tiada…

Kau tahu kenapa? Aku sakit… Ya… Aku punya leukimia stadium empat. Kau tentu tidak menyadarinya bukan?

Aku memang sengaja tidak memberitahumu Oppa…. Karena aku ingin kau menemani hari – hariku dulu sebelum akau meninggalkan dunia ini untuk selama – lamanya

Kau tahu kenapa aku memintamu bertemu di cafe? Ya aku ingin minta maaf…

Maaf karena sudah mengganggumu… Maaf karena sudah pernah menghancurkan hubungan kau dan Yoona di masa lalu…

Maaf karena aku, kau kehabisan banyak waktu…

Maaf karena aku pura – pura tidak ingat dengan masa lalu kita dan Yoona

Aku sadar seharusnya aku tidak ‘manja’ kepadamu Oppa.. Maafkan aku… Aku tahu kau merasa terganggu dan tidak nyaman… Tapi aku tetap memaksamu… Sekali lagi maafkan aku…

Aku memang jahat karena sudah memanfaatkan kesempatan itu untuk memilikimu. Tapi akhirnya aku sadar aku tidak akan berhasil…

Aku sangat terkejut mendengar bahwa kau sudah mempunyai istri… Istri yang tak lain adalah Yoona yang pernah menjadi sainganku untuk mendapatkanmu

Selamat Oppa!!! ( Aku tahu aku terlambat… Kkkkk )

Sekali lagi maafkan aku Oppa.. Dan terimakasih karena sudah menemani hari – hariku di Jepang sebelumnya…

Dan maaf Yoona… Aku benar – benar yeoja yang jahat dan kurang ajar.. Mengambil kesempatan dalam kesempitan… Kkkk

Ok Oppa… Goodbye..

{ Hwang Mi Young }

******^^^^^******

The End

Hai hai hai!!! Aku baru sadar lho ternyata ff ini lbih panjang dari Unknown :v bahkan sampai 9000 words lho! Maaf ya kepanjangan… hehehe

Dan maaf untuk postnya yang benar – benar lama… Maklum aja… Author’s blockku bener-bener kuat banget… Jadinya kadang ‘mager’ kalo mau lanjutin ff…

Aku gatau deh masih ada atau nggak yang inget sama ff ini… Karena bener – bener lama ya lanjutannya?

Oh iya! Di part sebelumnya ada kata – kata kaya gini kan : ‘Semoga kau baca suratku Oppa’ Maaf ya itu aku hapus di ff ini… Soalnya aku bingung mau naronya dimana..
Pliss ya RCLnya jangan lupa… Plissss… Kasih aku masukan. Kritik saran it’s okay asal jangan bash…

Jangan jadi Silent reader… Jangan asal exit aja tanpa meninggalkan jejak

Terserah hati nurani kalian aja… Hehehhe

Maaf atas semua kesalahan yang terdapat dalam ff ini… Dan mungkin cerita yang gak jelas… Karena author hanyalah seorang manusia biasa yag tak luput dari kesalahan…

Ok bye…. *Lambaikan tangan*

THANKS FOR READING

31 thoughts on “Chance ( 2 of 2 )

  1. Akhirnya dilanjut juga.. sekarang aku ngerti maksud perkataan yoona eonni waktu di chapter 1
    Untung tiffany eonni sama luhan oppa sadar.. cinta memang buta yaaa
    Dan untung juga yoona eonni sama donghae oppa bisa bersama lagi.. donghae oppa makanya jgn pergi terlalu lama kkk~
    Nice storyy.. need sequel

  2. alur ceritanya terlalu cepat thor dan moment Yoonhae nya juga kurang.
    ditunggu ff slanjutnya ya thor
    hwaitting:-)

  3. itu waktu yoona kecelakaan kan dy lagi telponann sama donghae ? atau siapa sih itu yg dipanggil oppa ..
    kan yoona teriak tuh Aaaaaaaaaaa emg yg di telpon itu ga tau yoona kecelakaan ..
    ga nyangka aja tifany kena penyakit leukimia 😀

  4. aduuuuuccccchhhhh alur critAny kecepeten mnururku hehehehe.
    yooonhae momentnya krg, pdhal nichhh kan tentang yoonhae pi disini cuma dkit bgian yoonhaenya, ,,

    sequelllll doooooonnnnnkkkkk , pgen yooonnnhhhhae bhgia dan pny baby ,

  5. hampir lupa sma ni ff..alurnya terlalu cpt thor..moment yoonhae ny jg kurang..tpi sneng happy ending..bkin.sequelny dong..hehehe

  6. hampir lupa sma ni ff..alurnya terlalu cpt thor..moment yoonhae ny jg kurang..tpi sneng happy ending..bkin sequelny dong..hehehe

  7. nangis baca endingnya.. kasihan luhan n tiffany, mereka hnya terobsesi,, obsesi yang berlebihan,, lbih kasihn k tiffany-nya.. setelah di teriaki donghae,dan mngkin itulah terakhir x nya hae meliht fany.. T.T #mewek

  8. Akhirnya happy end juga . .
    Sbenarnya agak gak tega ma lulu opPa,tapi mau gimana lagi.n untuk yo0nhae sm0ga kalian memang telah d takdirkan jadi pasangan d akhir.
    Next ff dtnggu unN . .

  9. Syukurlah yoona tdk jadi menikah dg luhan,. Semoga dg kejadian ini, mereka gak pisah lg & hidup bahagia dg anak2 mereka nnt..

  10. Alurnya sedikit kecepetan, masih bingung juga sama ceritanya mungkin sedikit monoton . . .
    Ff ini juga udah lama jadi sedikit lupa tp keren kok ceritanya . . .
    Di tunggu ff lainnya …

  11. pertama bnci ma luhan krna dy dh mnfaatin yoona eonni yg lg amnesia..tp untung hae oppa bs dtg tepat waktu…n kshn jg si pas lht luhan dihajar hbis2an ma hae oppa n appanya yoona eonni tp tu pantas dy dpt krna dh mnfaatin yoona eonni…wah ternyta fany pnya sakit parah..tp untungnya fany ma luhan dh sdr tas kslhn mreka n yoonhae bersatu…lox bs da sequelnya min bt yoonhae pnya baby gtu hehe

  12. agak lupa2 ingat sih am ff ne thor hbis ny dah lama bnget ngk d post ….. Catatan tmbahan aj mngkin alur ny trlalu cpat Thor … Tetap berkarya di tnggu next ff thor …

  13. jujur aq lupa sma part 1 ny,tp aq ttp ngeh koq wlaupun aq sdkit rada lupa part 1 ny!!hhehee
    akhir ny smua ny happy ending,fanny n luhan menyesali perbuatan ny.bwat ff YH yg bnyk yah thor
    ditunggu ^^

  14. Jujur q kcw sm klnjtn ff ini, ad sbagian pmbc lupa ff ini.,klo menurutku jgn dikeluarkan sequel,. Lebih baik author bikin ff lain dari awal dgn cast YoonHae, pasti bagus, semangat selalu thor

  15. Mianhae..alurnya ngebut thor hehe n YH kurang romantis mreka dh menikah jd romantis gpp donk…
    Semangat trus thor bt bkin ff laennya yg lbh seru

  16. Padahal berharap tadi sewaktu Yoona selesai baca surat nya ada YoonHae moment lagi yg lebih romantis 🙂

    Tapi gpp , cerita nya tetep menarik thor , sama kaya di Forget and Sorry

    Kirain tadi Donghae nangis karna baca surat dari Yoona , oh ternyata surat dari Tiffany , agak kecewa sih kenapa Donghae nangis kaya gitu baca surat nya :-/

    Tapi kasian juga sama Luhan , padahal berharap Yoona sama Luhan masih temenan setelah Yoona minta jangan pergi , tapi yaudah lah yg penting Happy Ending ^_^

    Mian baru baca sekarang 🙂

  17. ko surat dari yoona gak ada sih isinya, tpi gpp lah, sequel dong thor, aku suka banget, ksian bget deh si luhan oppa, pasti dia malu dhadapan tamu undangan,
    lanjutin dong ff compromise chapter 11 smpe END

  18. ko surat dari yoona gak ada sih isinya, tpi gpp lah, sequel dong thor, aku suka banget, ksian bget deh si luhan oppa, pasti dia malu dhadapan tamu undangan,
    lanjutin dong ff compromise chapter 11 smpe END 🙂

Komentarmu?