Possessive and Obssesion ( Chapter 8 )

Possessive and Obsession ( Chapter  8 )

untitled-201

A Series  Story by Vifasha Flory

Starring Im Yoona, Lee Donghae, Cho Kyuhyun

Support Cast : Ahn Jaehyun, Jun Ji Hyun,  Kim Soohyun, Kim Tae Hee, Jeong Ji Hoon

Genre : Romance, AU, Family

Length : Chapter

Rating : PG 16

 

Disclaimer : The Cast Is Belong To God. I Just use Their Name to My Story. The Story is PURE Mine. It is PURE from my IMAGINATION. DON’T PLAGIAT THIS STORY WITHOUT MY PERMISSION!!!.

 

DON’T BE SILENT READERS! LEAVE A COMMENT OR LIKE IT! BE A GOOD READER

 

Sorry for Late post, Typo(s). Kesalahan tanda baca, alur cerita yang kurang disukai readers, cerita yang menurut kalian kurang menarik, kurang kreatif dan lain sebagainya.

 

Cover by Ravenclaw ( Thank you Mastah 😀 )

Dipublish juga di YE.

 

Teruslah tenggelam bersama terkaan – terkaanmu, Lee Donghae

.

Jika memang benar itu dirinya, lalu siapa gadis itu?

 

.

 

.

 

 

“Lalu, siapa namamu?”

 

“Aku Aiden Lee” Donghae juga mengulurkan tangannya, bergenggaman dengan tangan hangat gadis itu yang dilapisi sarung tangan wol. Gadis bersurai bagaikan sutra itu mengangguk – anggukan kepalanya.

 

Genggaman tangannya terasa sangat hangat. Hatinya seperti kembali merasakan telapak tangan yang sudah sekian lama tak ia genggam. Ya Tuhan, mengapa genggaman ini terasa sangat mirip dengan genggaman tangan Yoona?

 

Setelah sekian lama mereka bergenggaman tangan, Calistha akhirnya melepaskan genggaman itu dan memasukkan tangannya pada saku mantelnya.

 

Canggung. Itulah kata yang cocok untuk menggambarkan suasana yang terasa sekarang. Mereka masih berkelana dalam pikiran masing – masing. Lee Donghae dengan jutaan pertanyaan yang bersarang di kepalanya, dan Calistha yang masih terlarut bingung dengan pria yang baru saja berkenalan dengannya.

 

Ia tak merasakan apa – apa

 

Jika biasanya seorang gadis sepantarannya akan merasakan jantung yang berdebar dengan cepatnya ataupun mendadak gugup seketika jika mereka baru saja berkenalan dengan pria asing yang sangat tampan seperti pria ini ( kecuali jika memang mereka sangat mencintai pria yang mereka cintai ) tapi berbeda dengan dirinya.

 

Ia sedikit ‘trauma’ untuk masalah seorang pria. Kalian tahu apa alasannya? Itu karena mantan kekasihnya yang  berakhir dengannya  sembilan bulan yang lalu, tertangkap selingkuh dengan sahabatnya di depan manik matanya sendiri, dan yang lebih buruk adalah ia melihat mereka saat mereka sedang berkencan dengan mesranya.

 

Saat itulah ia merasa hatinya seperti ditusuk oleh ribuan pedang. Tak bisa digambarkan sama sekali betapa sakit hatinya saat itu.

 

Oh sialan! Dimana manusia setia bersembunyi di dunia ini? Seseorang tolong bawakan seorang pria yang sangat setia dan ‘anti selingkuh’ di hadapannya, secepatnya, ia sungguh sudah muak dengan pria ‘brengsek’ yang dengan begitu teganya menduakan cinta mereka.

 

“Maafkan aku, sepertinya aku salah orang. Percayalah, tapi kau benar – benar mirip dengan gadis yang sedang kucari! Kurasa tak ada perbedaan sama sekali diantara kalian berdua”

 

“Oh, benarkah? Bagaimana mungkin wajah kami terlihat sangat mirip satu sama lain? Rasanya sulit untuk dipercaya” Sekali lagi, gadis itu terhenyak dalam kebingungannya. Pria ini sangat aneh, pikirnya.

 

“Apa mungkin… Kau adalah dirinya?” Donghae bertanya dengan hati –hati. Bahkan suaranya terdnegar seperti lirihan.

 

“APA?!” Calistha refleks memekik dan membulatkan matanya saat mendengar lirihan pria itu, membuat pria di hadapannya tersentak dan menggigit bibirnya serta tersenyum tanpa dosa. Bodoh. Ia sungguh bodoh! Bagaimana bisa ia mengucapkan itu? Bukankah lebih baik jika salah satu dari terkaannya itu tetap disimpan di otaknya?

 

Apa kalian tahu apa yang membuat Calistha berteriak? Itu karena sekarang ia benar – benar menganggap pria itu gila sungguhan. Bagaimana bisa dirinya disangka adalah orang yang pria itu cari? Itu sama sekali tidak mungkin! Walaupun ia tidak tahu dimana ia dilahirkan, tapi ia menghabiskan hampir seluruh hidupnya di kota tericnta ini, London. Ia sudah bertahun – tahun tinggal di kota dan negara ini. Ia tetaplah dirinya, Calistha Im. Tidak pernah menjadi orang lain untuk satu detikpun.

 

“Tidak, tidak. Aku sungguh gila jika berpikir itu sungguhan. Abaikan saja perkataanku tadi” Lee Donghae mengusap tengkuknya malu dan menyunggingkan senyuman lebar yang menampakkan gigi – gigi putihnya.

 

Calistha menghembuskan nafasnya kasar dan berjalan mendahului Donghae setelah memberikan pria itu delikan sinis. Salah satu sifatnya adalah, -Ia mudah kesal jika ada sesuatu yang membuatnya r kuberitahu salah satu sifatnya pada kalian kesal dan cukup sulit untuk membuatnya tersenyum kembali, kecuali memang jika ada hal yang benar – benar membuatnya tersenyum-

 

Kedua belah tungkai Lee Donghae refleks melangkah mengejar langkah gadis itu. Tangan kanannya ia ulurkan untuk meraih lengan gadis itu dan sedikit menariknya, membuat gadis itu menatap kesal kepadanya.

 

“Apa?!” Tanyanya dengan nada ketus.

 

“Aku tahu cara membuatmu senang kembali…”

 

.

 

.

 

Pria itu masih mengamit telapak tangan Calistha. Sudah berulang kali Calistha mencoba melepaskan genggaman tangan pria itu, tetapi setiap ia mencoba melakukan hal itu, ia tak kunjung berhasil. Pria itu justru semakin mengeratkan genggamannya. Akhirnya ia terpaksa harus menyerah jika tidak ingin merasakan sakit pada telapak tangannya.

 

“Sebenarnya kau ingin membawaku kemana?” Sudah berulang kali pertanyaan yang diiringi dengan nada kesal itu ia keluarkan namun tak kunjung pria itu jawab. Kakinya sudah sedikit lelah karena terus melangkah cepat entah kemana. Berulang kali ia telah menghembuskan nafas kasar ataupun berdecak kesal namun Donghae tetap terfokus pada jalan di depannya dan tak sekalipun melirik kepadanya.

 

London Eye, Lee Donghae akhirnya menghentikan langkahnya hadapan kincir ria terbesar di Eropa itu. Ia tersenyum lebar, memandang kincir ria yang luar biasa besar. Kincir ria yang berada di tepi selatan sungai Thames, tepatnya di Jubilee Garden, London. Kincir ria itu memiliki 32 kapsul penumpang. Ia kemudian mengeluarkan dua buah tiket dari dompet hitamnya, dan menyerahkan dua tiket itu pada petugas disana.

 

Sebenarnya ia telah menyiapkan dua buah tiket itu sejak jauh – jauh hari. Ia berencana untuk menggunakan dua buah tiket itu untuk dirinya dan tunangannya. Namun, karena saat ini otaknya berpikir bahwa Calistha adalah tunangannya, Yoona, maka ia memutuskan untuk menggunakan tiket itu bersama Calistha.

 

Terkaan lagi, eh?

 

.

 

Bibir Calistha tidak henti – hentinya melukiskan senyum kebahagiaan. Hatinya sungguh terasa bahagia dan senang. Siapa orang yang tidak bahagia dan kagum melihat pemandangan kota London dari atas sejauh 40 km dan dari sudut 360°? Melalui kaca bening kapsul London Eye ia bisa melihat itu semua. Dan yang lebih membahagiakannya lagi, ia menikmati itu semua dengan gratis! Tanpa mengeluarkan uang sepeserpun. Ya, karena itu semua telah ditanggung oleh pria yang berdiri tidak jauh darinya. Pria itu berdiri di sisi lain kapsul London Eye. Dari 23 orang lain di kapsul itu, ia masih bisa melihat Donghae yang berdiri di depan kaca bening kapsul, sedang memandang indahnya pemandangan kota London. Ia harus benar – benar mengucapkan terimakasih sebanyak mungkin pada pria itu.

 

Mungkin mereka baru satu hari berkenalan, tapi entah mengapa ia merasa ada perasaan lain yang bersarang di hatinya setelah sekian lama tak ia rasakan setelah kepergian kekasihnya. Hey! Bukankah tadi ia merasa tidak ada perasaan apapun? Tapi berbeda kali ini. Itu berubah dengan begitu cepatnya.

 

Perasaan itu barulah hanya berupa titik. Belum berkembang menjadi perasaan yang lebih besar.

 

.

 

.

 

Semenjak hari itu, Lee Donghae dan Calistha Im ( nama lengkap Calistha ) menjadi semakin dekat. Mereka saling bertukar nomor ponsel dan tak jarang pula saling berkirim pesan ataupun menghubungi satu sama lain. Tak jarang pula mereka pergi ke suatu tempat bersama ataupun bersantai di sebuah kedai bersama. Jika kalian bertanya dimana pria itu tinggal selama di London, maka jawabannya adalah mudah saja, karena ia tinggal di sebuah rumah bersama teman lamanya ( dan rumah itu adalah milik teman lamanya tersebut ) –Youngjae Yoo-. Sepertinya bahkan seribu ucapan terimakasih belumlah cukup untuk membalas jasa ‘penginapan’ rumah itu. Maka dari itu, ia juga sering memberikan teman lamanya yang tampan itu berbagai macam barang ataupun makanan.

 

Baiklah. Mari kita lanjutkan ke kisah perjalanan Lee Donghae yang sedang berusaha untuk mengembalikan ingatan gadis itu ( sekali lagi, itu hanyalah menurut salah satu terkaan yang bersarang di otaknya ).

 

.

 

.

 

 

Lee Donghae mengajak Calistha ke tempat yang  -mungkin- pernah mereka kunjungi di Italia. Mengapa ‘mungkin’? Karena bisa saja opini pria itu mengenai Calistha adalah salah, bukan?

 

Ia kembali membawa gadis itu pada tempat – tempat indah yang pernah ia kunjungi bersama Yoona. Mungkin dengan membawa gadis ini ke tempat – tempat yang pernah ‘kami’ kunjungi, itu  akan membuat ingatannya pulih kembali, pikirnya. Jika memang benar ada sesuatu yang terjadi pada ingatan gadis itu.

 

Ia masih tidak tahu apa yang terjadi pada gadisnya. Apakah benar jika gadis yang sekarang sedang bersamanya ini adalah tunangannya? Apakah benar ia Im Yoona? Mengapa ia merasa sedikit ragu akan hal itu? Atau mungkin… Ia hanyalah ‘orang asing’yang bahkan belum pernah ia kenal?

 

Jika memang benar gadis ini adalah Im Yoona, tapi apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa gadis ini melupakannya?

 

Apakah ia kecelakaan? Lalu otaknya mengalami amnesia? Jika memang itu terjadi, lalu siapa yang membawanya ke Inggris? Bukankah seharusnya ia tetap di Korea Selatan? Atau mungkin ada seseorang yang sengaja membawanya ke negara ini? Tapi jika itu memang benar, siapa orang itu?

 

Masih ada dua kemungkinan dari terkaannya lagi.

 

Terkaannya yang kedua, Apakah ada ‘seseorang’ yang mencuci otak tunangannya? Yang membuat tunangannya melupakan dirinya? Tapi jika memang itu benar, siapakah orang itu? Apa maksud dan tujuannya mencuci otak tunangannya?

 

Itu lebih gila dan mungkin lebih tidak mungkin, pikirnya.

 

Terkaannya yang terakhir, apakah gadis ini adalah kembaran Yoona? Yang telah lama terpisah dari keluarga Im? Karena biasanya memang seperti itu ( itu menurut drama dan film yang pernah pria itu tonton sekilas ). Itu lebih tidak mungkin dan jika benar rasanya sulit dipercaya! Jikapun itu memang benar, lalu dimana tunangannya? Dimana ia bersembunyi ataupun disembunyikan?

 

.

 

.

 

Musim dingin telah berakhir. Tak ada lagi butiran salju bertetesan dari awan ataupun salju yang terkumpul di pinggiran jalan. Hari ini adalah hari pekan pertama musim semi tahun ini di Italia. Trevi Fountain, Piazza Navona, Collosseum, Castel Sant’ Angelo, Donghae mengajak Calistha ke semua tempat yang sangat mengagumkan itu. Bahkan mereka juga menginap di hotel yang sama seperti hotel yang ia gunakan bersama Yoona –The Inn at the Spanish Steps-. Ya, walaupun mereka tidur di kamar yang berbeda.  Ia kembali mengunjungi Italia untuk yang kedua kalinya. Tapi, ia penasaran akan sesuatu. Penasaran apakah ini juga yang merupakan kedua kalinya bagi Calistha atau tidak.

Dan juga, demi melakukan semua ini ia rela meninggalkan semua pekerjaan kantornya pada Kim Woobin yang notabenenya adalah sekretaris keluarganya. Sepulang dari Italia nanti, ia harus mengucapkan banyak terimakasih pada pria dengan alis mengagumkan itu dan pastinya ia harus membelikan sesuatu untuk pria itu sebagai iringan rasa terimakasihnya.

 

Tujuan ia melakukan semua ini adalah untuk membunuh rasa penasarannya. Ia berpikir mungkin kepala gadis itu akan kesakitan karena mengingat sesuatu disana atau ia merasa aneh akan tempat yang ia kunjungi karena merasa tak asing dengan tempat itu. Ya, itu mungkin saja jika memang benar Calistha adalah Im Yoona yang selama ini ia cari.

 

Bagaimana jika tidak?

 

.

 

Beberapa hari perjalanan di Italia rupanya membuat hati Calistha perlahan – lahan melunak. Tidak tidak, sebenarnya hati gadis itu sudah mulai melunak saat ia mendengar suara Donghae di ponselnya ataupun saat mereka pergi ke suatu tempat bersama di London.

 

Ia merasakan perasaan yang sudah sejak lama tidak dirasakannya. Sepertinya, benih – benih cinta sudah mulai tumbuh di hatinya. Ia merasa nyaman saat bersama pria itu. Ia tidak bisa berhenti tersenyum saat melihat wajah tampan pria itu dan ia juga tidak bisa berhenti memikirkan pria itu setiap detiknya. Bayangan mantan kekasih sialannya itu sudah sirna dari benaknya. Ya, ia sudah sepenuhnya melupakan mantan kekasihnya itu karena Lee Donghae.

 

.

 

Malam ini adalah malam terakhir mereka di Italia sebelum mereka kembali ke Korea Selatan esok hari. Sejujurnya, Donghae merasa bingung. Perjalanan mereka di negeri ini sama sekali diluar ekspetasinya. Ia berharap disini mungkin gadis itu akan merasakan sakit pada kepalanya karena mengingat sesuatu disana atau ia merasa aneh akan tempat yang ia kunjungi karena merasa tak asing dengan tempat itu. Dengan ia merasakan hal itu, maka peluang ingatannya kembali akan terbuka ( jika memang benar ada sesuatu terjadi pada kepalanya ). Tetapi, hal ini berbeda. Gadis itu berbeda. Ia bersikap layaknya orang normal. Sama sekali tidak merasakan sakit sama sekali di kepalanya.

 

Sifatnya juga sedikit berbeda dari Yoona. Calistha bersikap lebih lembut, anggun, dan penyabar dari Yoona.

 

Mereka memutuskan untuk menikmati secangkir Mochacinno dan Cappucinno di Caffe Greco, tempat yang sama seperti yang pernah Donghae kunjungi bersama Yoona. Karena letak Caffe itu yang dekat dengan hotel tempat mereka menginap, maka mereka memutuskan untuk berjalan kaki bersama menuju Caffe itu. Perjalanan mereka tidak berlangsung canggung. Walau perjalanan itu tidak berlangsung lama, tapi setiap langkah kaki mereka pasti terdengar suara tawa ataupun obrolan akrab dari bibir keduanya. Tak jarang juga Calistha menyunggingkan senyum manisnya saat memandang wajah pria itu dari samping, merasa kagum atas ciptaan Tuhan yang sangat indah itu. Wajah yang sangat tampan, tentu saja.

Ah! Jika kalian bertanya siapa yang menanggung semua biaya atas perjalanan mereka disini, tentu saja Lee Donghae. Jika Calistha ingin mengeluarkan uang –bahkan sedikitpun-, pria itu selalu mencegahnya. Bahkan gadis itu sudah berulang kali memaksa agar gadis itu mengganti uang pria itu yang digunakan untuk membeli barang – barangnya ataupun untuk biaya lain, pria itu selalu menolaknya. Donghae selalu mengeluarkan black cardnya selama ini. Calistha merasa sangat berhutang pada pria itu. Dan juga, jika tidak karena bujukan dan paksaan pria itu untuk mengajaknya ke Italia, ia tak mungkin ada disini. Lontaran kata penolakan sudah berulang kali keluar dari bibirnya, tapi akhirnya ia menyerah saangat pria itu mengancam sesuatu yang bisa dibilang cukup aneh baginya. Bahkan sangat aneh.

 

 

 

Saat mereka hampir memasukki pintu cafe itu, Donghae baru menyadari sesuatu yang aneh baginya. Matanya tanpa sengaja menangkap sebuah tanda lahir yang tidak terlalu besar di lengan kiri atas gadis itu. Calistha kebetulan memakai sebuah dress tanpa lengan yang menunjukkan semua bagian lengan putihnya. Sebuah pilihan yang sedikit ‘bodoh’ mengingat suhu udara malam hari yang amat mencekam, tapi semua itu tertutupi oleh keanggunan yang dipancarkan oleh dress berwarna violet itu.

 

Ini aneh. Benar – benar aneh. Im Yoona tidak memiliki tanda lahir di lengan kiri atasnya. Apa gadis ini benar – benar Yoona, tunangannya? Entah kenapa keraguan tiba – tiba saja tumbuh di hatinya. Tapi jika ia bukan Yoona, lalu siapa ia? Mengapa wajahnya sangatlah mirip dengan Yoona?

 

Setelah mereka mendudukkan diri pada dua buah kursi di caffe itu, mereka kemudian memesan dua cangkir Mochacinno dan Vanilla Latte hangat. Setelah itu, tiba – tiba ponsel Calistha bergetar. Ia kemudian bangkit dan melangkahkan kakinya keluar dari caffe itu, setidaknya ia butuh ketenangan saat mengangkat panggilan dari teman jauhnya itu mengingat suasana cafe yang cukup ramai dengan hiruk pikuk pengunjung cafe itu.

 

Setelah beberapa detik gadis itu pergi, bergetar pula ponsel Donghae.  Ia mengangkat salah satu alisnya saat membaca siapa yang menghubunginya. Orang itu cukup jarang menghubunginya dan jika menghubunginya pasti akan berhubungan dengan Yoona yang notabenenya adalah adik semata wayangnya, siapa lagi jika bukan Yuri. Ia menghembuskan nafas pelan sebelum menekan tombol hijau untuk mengangkat teleponnya, dalam hatinya ia berharap agar panggilan Yuri berhubungan dengan keberadaan Yoona.

 

“Halo?”

 

Halo, Donghae. Aku punya kabar yang benar – benar baik untukmu! Aku yakin kau akan sangat bahagia setelah mendengar kabar ini!

 

“Kabar apa itu?”  Jantung pria itu mulai berdetak lebih cepat. Tangannya mulai bergetar. Entah mengapa ia menduga jika apa yang akan Yuri sampaikan adalah…

 

YOONA! DIA SUDAH KEMBALI! DAN DIA ADA DI SAMPINGKU SEKARANG! SEKARANG CEPAT KEMBALI KE KOREA DAN TEMUI DIA! DIA SANGAT MERINDUKANMU, HAE! Selengkapnya dan bagaimana dia bisa kembali akan kuceritakan padamu setelah kau kembali ke Korea. Cepat, Hae! Kau pasti sangat merindukannya, bukan? Bisa kutebak hatimu pasti berbunga – bunga dan sangat lega saat ini, bukan?

 

Jantung pria itu terasa berhenti di tempat. Seluruh tubuhnya bergetar. Dalam benaknya ia bertanya – tanya, bagaimana ini semua bisa terjadi? Bagaimana bisa Yoona ada di samping Yuri sekarang? Lalu, gadis yang sekarang sedang mengangkat panggilan dari teman jauhnya… Siapa gadis itu? Ia melirik Calistha yang masih sibuk dengan teleponnya di luar caffe itu melalui jendela, sesekali gadis itu sedikit mengangguk – anggukan kepalanya. Sial, ini aneh! Sungguh aneh! Bagaimana bisa ada dua orang dengan wajah yang sangat mirip di dunia ini? Otaknya sibuk berputar kesana – kemari. Bagaimana ini bisa terjadi? Rasanya benar – benar sulit dipercaya!

 

Halo, Donghae? Apa kau masih disitu? Mengapa kau hanya diam? Bukankah kau seharusnya memberikan respon yang luar biasa akan kabar ini?

 

“Tidak, aku sangat terkejut. Ini benar – benar luar biasa! Aku tak sabar ingin bertemu dengannya! Kau benar, aku sangat merindukannya. Aku benar – benar ingin melihat wajahnya sekarang”

 

Apa kau benar – benar ingin melihat wajahnya saat ini juga? Baiklah, aku akan menghubungimu lagi melalui Skype dan kalian bisa mencurahkan rasa rindu kalian sepuasnya, haha. Baiklah, selamat tinggal”  Setelah itu, Yuri kemudian memutuskan sambungan teleponnya. Tubuh pria itu masih bergetar. Hatinya benar – benar tak sabar menunggu panggilan video call Yuri di Skype.

 

Tak lama kemudian, ponselnya kembali bergetar, menandakan Yuri telah menghubunginya di Skype.  Ia menatap sedikit takut pada ponselnya. Bagaimana jika ini memanglah benar kenyataan?  Bagaimana jika ia tidak bermimpi?

 

Ia memutuskan untuk mengangkat panggilan itu. Ia berusaha menguatkan hatinya. Dalam benaknya ia berpikir, bukankah seharusnya ia bahagia? Mengapa ia sangat tegang?

 

Baiklah Lee, sekarang pasang senyum terbaikmu dan berusahalah setenang mungkin –ia berusaha menguatkan dirinya sendiri-.

 

.

 

Setelah ia memutuskan untuk mengangkat panggilan itu, betapa terkejutnya ia! Matanya refleks membulat saat ia melihat siapa yang ada di layar ponselnya sekarang. Seorang gadis dengan surai berwarna mahogany copper brown sedang melengkungkan bibirnya yang terbalut lipstik merah muda membentuk senyum lebar. Iris hitam arang itu menatapnya dengan tatapan berseri – seri. Kerinduan terpancar jelas di mata beningnya. Mata gadis itu berkaca – kaca saat menatap sang tunangan yang sudah lama ia rindukan.

 

OPPA!!!!” Gadis itu sedikit memekik. Membuat Donghae tersadar dari keterkejutannya. Ini nyata! Ini sungguh nyata! Itu Im Yoona, tunangannya yang selama delapan bulan ini ia cari. Tunangannya yang membuatnya sangat hancur karena kehilangan gadis itu.

 

Lee Donghae masih terpaku pada sosok di layar ponselnya. Tubuhnya terasa membeku. Bibirnya setengah terbuka karena masih tenggelam dalam rasa terkejutnya yang sangat dalam.

 

Tidak. Ini mustahil! Tidak mungkin! Bagaimana bisa ini terjadi?

 

Oppa! Mengapa kau hanya diam? Apa kau tidak merindukanku? Aku benar – benar merindukanmu, Oppa!” Pria itu kemudian tersadar dari lamunannya. Dengan cepat ia segera membentuk senyuman lembut di bibirnya. Rasa bahagia yang amat sangat tentu saja dirasakannya, tetapi rasa bahagia itu dikelilingi oleh rasa kebingungan yang dalam juga.

 

“Im Yoona, apa… itu benar – benar kau, sayang? Ya Tuhan, akhirnya aku menemukanmu! Aku benar – benar bahagia dan lega sekarang! Tentu saja aku sangat merindukanmu, sayang! Rasanya aku ingin memeluk dan menciummu sekarang juga! Bagaimana keadaanmu? Apa kau baik – baik saja?”

 

Aku juga menginginkan itu Oppa.  Aku baik – baik saja Oppa. Oppa, cepatlah kesini! Ada hal penting yang ingin kuceritakan padamu

 

“Aku akan berusaha secepat mungkin menemuimu, Yoong”

 

Kau dimana Oppa? Aku sudah ke apartementmu dan salah satu tetanggamu berkata jika kau telah pergi sejak beberapa hari yang lalu dan kau juga membawa koper. Apa kau sedang berada di luar negeri? Apa yang sedang kau lakukan?

 

Donghae memutar otaknya untuk menjawab rentetan pertanyaan itu. Tidak mungkin jika ia mengutarakan alasannya ke Italia. Gadis itu pasti akan langsung tertawa dan tidak mempercayai omongannya dan memaksanya untuk berbicara yang sebenarnya.

 

“Aku sedang berada di luar negeri. Ada suatu hal yang harus kuurus”

 

Luar negeri? Dimana itu?

 

“Selama ini kau berada dimana? Mengapa kau tidak mengabariku sama sekali, Yoong? Kau tahu, Aku sangat mengkhawatirkanmu. Bahkan aku sampai stress dan sedikit depresi karena lelah mencarimu kemana – mana tapi tak kunjung menemukanmu. Aku benar – benar hancur tanpamu, Yoong…” Pria itu lebih memilih  menghindari pertanyaan itu dan mengalihkan ke pertanyaan lain, daripada ia tenggelam dalam kebingungannya bagaimana cara menjawab pertanyaan itu.

 

Tapi sekarang kau telah menemukanku, bukan?Aku akan menceritakan tentang kepergianku selama ini setelah kau sampai di Korea nanti. Ceritanya sangat panjang dan aku jamin kau akan sangat terkejut saat kuceritakan nanti. Bisa kupastikan juga emosimu akan memuncak saat mendengar cerita itu nanti

 

“Aku sangat penasaran akan cerita itu, Yoong. Oh, apa kau mewarnai rambutmu? Warna rambutmu sepertinya terlihat lebih gelap. Apa kau tahu, kau semakin cantik, Yoong! Ya, walaupun kau memang sudah sanga cantik seperti dewi sejak dulu…”

 

Keahlian merayumu memang tak pernah hilang sejak dulu, Oppa. Oppa, kau juga semakin tampan saja. Kau benar, aku memang mewarnai rambutku. Kau tidak berselingkuh selama aku ‘menghilang’ bukan? Kau tidak mencintai satupun wanita selain diriku, bukan? Kau masih sangat mencintaiku aku, bukan?” Awalnya gadis itu terkekeh kecil, namun dengan cepat kekehannya itu berubah menjadi death glare andalannya.

 

Jika kau jatuh hati pada wanita selain aku, bisa kupastikan kau akan mati di tanganku, Oppa!

 

“Hahaha, tentu saja tidak, Yoong. Di hatiku tetaplah hanya terukir namamu dengan indah disana. Kupastikan itu tidak akan pernah hilang ataupun tergantikan oleh orang lain, selamanya….” Gadis itu tersenyum kecil. Kedua pipinya bersemu merah. Ia sedikit menundukkan kepalanya.

 

Baiklah Oppa, sampai sini dulu, ya. Sepertinya eomma sudah memanggilku untuk makan malam. Jangan lupa, cepatlah kembali ke Korea dan temui aku! Aku akan selalu menunggu dan merindukanmu. Selamat tinggal… Aku sangat mencintaimu, Donghae Oppa…

 

“Selamat tinggal… Aku juga sangat mencintaimu, Yoong…”  Satu detik setelah itu, wajah gadisnya hilang dari pandangannya. Ia sedikit tersenyum paksa menahan kesedihannya. Sedih karena ia tak bisa lagi melihat wajah cantik gadis yang sangat dirindukannya itu. Karena rasa rindunya yang sangat meluap – luap, ia memutuskan untuk kembali ke Korea lusa, sedangkan esok hari ia akan mengurus segala keperluannya untuk kembali ke Korea.

 

Orang – orang di cafe menatapnya dengan berbagai macam tatapan. Ia memutar kepalanya kesana kemari, menatap kembali orang – orang yang menatapnya. Ada yang menatapnya tajam, datar, tak bisa diartikan, ataupun menatapnya seolah – olah ia adalah seorang playboy tingkat dewa dengan seligkuhan dimana – dimana dan beberapa dari mereka juga menggeleng – gelengkan kepalanya ataupun menyeringai, seolah – olah tak habis pikir karena mereka melihat seorang playboy tingkat akut di hadapan mereka saat ini.

 

Sialan! Itu tidak benar! Mereka salah paham! Apa yang membuat berbagai terkaan – terkaan bahwa ia sedang berselingkuh kini bertebaran di otak mereka? Oh sudahlah, lagipula ia juga tidak peduli dengan opini orang lain. Biarkan saja orang – orang itu bermain – main dengan opini mereka sendiri, bukan kenyataan yang sebenarnya cukup rumit untuk dijelaskan dan ia juga tidak perlu repot –repot untuk menjelaskan itu semua kepada mereka. Toh, mereka hanyalah orang asing yang tidak berarti apa – apa untuknya.

 

Kaki jenjang Calistha kembali melangkah ke meja mereka. Ia tersenyum sekilas dan memasukkan ponselnya ke dalam tas kecilnya. Sejenak setelah Calistha kembali duduk, seorang pelayan pria tampan dengan rambut pirang dan mata biru terang datang membawakan pesanan mereka, dua cangkir Mochacinno dan Vanilla Latte hangat. Pelayan itu tersenyum kecil dan sedikit membungkuk sebelum kembali bergegas.

 

“Siapa yang menghubungimu tadi?” Tanya pria itu sesaat sebelum menyesap sedikit Mochacinnonya.

 

“Sahabat lamaku. Ia tinggal di Korea Selatan. Ia mengajakku reuni bersama sahabat – sahabat lamaku yang lain di Korea Selatan. Kami sudah lama tidak bertemu setelah 5 tahun lamanya. Aku sangat merindukan mereka semua,”

 

“aku akan kembali ke London lusa malam. Aku akan menyiapkan segala keperluanku untuk menemui sahabat – sahabatku, setelah itu aku akan Korea Selatan”

 

Ya Tuhan, takdir apa lagi ini? Seru pria itu dalam hati.

 

“Lee Donghae, terimakasih banyak atas semua yang telah kau lakukan padaku. Aku tahu, kata ‘terimakasih’ tentu saja tidak cukup untuk membalas semua kebaikanmu. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk membalas setiap kebaikanmu. Maafkan aku…”

 

“Tidak apa – apa. Kau tidak perlu meminta maaf. Aku tidak merasa kau memiliki hutang budi apapun padaku. Aku sangat senang melakukan semua ini, Cal…”

 

“Bolehkah aku jujur? Sebenarnya aku sedikit bingung mengapa kau melakukan hal ini padaku. Bukankah kita belum lama kenal? Kita bukanlah seorang sahabat atapun teman yang sangat dekat yang telah mengenal satu sama lain sejak lama. Kita baru saja menjadi teman dalam waktu yang singkat. Jika boleh aku bertanya, mengapa kau melakukan hal ini padaku? Mengapa kau sangat baik kepadaku?”

 

“Apa itu membutuhkan jawaban?” Sebuah pertanyaanyang sangat bodoh yang lolos begitu saja dari mulut pria itu.

 

“Tentu saja. Pertanyaan pastilah memiliki jawaban”

 

“Bagaimana jika pertanyaan itu tidak memiliki jawaban?”

 

“Apa maksudmu?” Calistha menautkan kedua alisnya bingung.

 

“Ah, tidak apa – apa” Beruntung ia segera tersadar akan apa yang ia katakan tadi. Bodoh, mengapa ia berkata seperti itu?

 

“Dasar aneh…” Gumaman Calistha terdengar jelas di telinganya. Samar – samar ia sedikit menyunggingkan senyum kecilnya.

 

“Aku juga akan pergi. Aku akan ke Korea Selatan juga” Pria itu membuka suaranya. Entah mengapa hati Calistha seketika terasa seperti ditumbuhi bunga – bunga. Rasa bahagia berterbaran begitu saja di hatinya. Di benaknya ia berpikir mungkin pria itu ingin mengikutinya juga ke Korea. Mungkin saja pria itu akan menjaganya seperti pengawal yang selalu berada di sisinya. Dalam hatinya senyuman lebar nan bahagia terlukis jelas.

 

Sial! Apa yang ia pikirkan? Tidak seharusnya ia berpikir kemungkinan yang sangat membahagiakan seperti itu. Karena jika itu tidak sesuai dengan kenyataan dan terbalik dengan pikirannya, rasanya akan benar – benar menyakitkan, laksana setelah terbang tinggi ke angkasa, dihempaskan begitu saja ke daratan yang dipenuhi kerikil tajam.

 

“Aku akan kembali kesana. Kau tentu tahu, jika aku menetap disana. Aku ke London hanya untuk menyelesaikan urusan bisnisku dan sekedar jalan – jalan. Begitu pula disini, kecuali tentang urusan bisnis” Ya, badai dan petir serta rintikan hujan seakan begitu saja terasa menggantikan bunga – bunga yang telah tumbuh di hatinya. Ia merasa sedikit sakit. Seharusnya ia tidak terlalu berharap terlalu tinggi.

 

Tidak , apa haknya untuk merasakan sakit? Toh,  mereka belum lama berkenalan dan mereka hanya sekedar ‘berteman’.

 

“Kapan kau akan pergi?”

 

“Kurasa aku akan pergi lusa juga. Bagaimana jika kita berangkat ke bandara bersama – sama?”

 

“Kurasa tidak buruk”  Calistha tersenyum dan sedikit mengangguk – anggukan kepalanya. Mereka kemudian kembali berbincang hangat dan saling tertawa atau tersenyum satu sama lain. Setelah itu, Donghae mengeluarkan sebuah pena dan sebuah kertas kecil yang sudah ia lipat dari saku jas hitamnya. Ia menuliskan sesuatu di atas kertas itu, membuat gadis di hadapannya mengerutkan keningnya. Setelah selesai, ia kemudian memberikan kertas itu pada Calistha dan tersenyum singkat.

 

“Apa ini?”

 

“Alamat apartementku di Korea. Kau bisa mengunjunginya jika kau ada waktu. Aku akan mengenalkanmu pada tunanganku”

 

Calistha refleks membulatkan matanya saat pria itu mengucapkan kata ‘tunanganku’. Hatinya terasa remuk seketika. Apa? Jadi ternyata pria ini telah memiliki tunangan? Sialan! Mengapa sekarang ia merasa sangat bodoh selama ini? Seharusnya sebuah terkaan tentang pria ini yang telah memiliki pasangan, baik itu kekasih, tunangan, atau istri mungkin, lewat di otaknya, walaupun itu hanya sekali. Mengapa selama ini ia tidak pernah berpikir tentang hal itu? Justru berpikir jika pria ini masihlah lajang dan tidak emmiliki seorangpun di hatinya?

 

Sakit. Sangat sakit, itulah yang ia rasakan sekarang. Ia kembali merasakan itu untuk yang kedua kalinya untuk hari ini. Dadanya sesak, sampai ia tidak bisa bernafas. Oksigen di sekitarnya terasa semakin menipis baginya.

 

“Tu… Tunangan? A…Apa maksudmu? Apa kau telah memiliki tunangan?” Sesungguhnya, lidahnya terasa sangat kelu untuk berkata – kata. Nada suaranya rendah. Ia menurunkan volume suaranya saat mengucapkan kalimat – kalimat tadi.

 

“Ya,aku telah memiliki seorang tunangan,” Pria itu menjawab dengan tegas dan senyuman lebar di bibirnya.Pandangannya sedikit ke atas, seolah – olah sedang membayangkan wajah sang tunangan tercintanya.

 

Ingin rasanya gadis itu menangis saat ini. Tapi tidak mungkin.

 

“dan aku sangat mencintainya, lebih dari aku mencintai diriku sendiri”

 

Bagaimana mungkin takdir rumit ini tertulis dalam kisah hidupnya? Bagaimana bisa pria yang ia cintai ternyata mencintai gadis lain? Ia menyesal telah jatuh cinta pada pria dengan sejuta pesona ini. Haruskah ia tersakiti lagi untuk yang kedua kalinya? Mengapa ia harus terlanjur mencintai pria ini?

 

“Jika kau telah memiliki tunangan, lalu apa arti dari kebaikanmu selama ini kepadaku?”

 

“Haruskah aku menjawabnya?”

 

“Tentu saja!”

 

“Aku akan memberitahumu jawabannya di Korea nanti. Aku akan menjelaskan semuanya. Untuk itu, berkunjunglah ke apartemenku”

 

“Untuk apa?! Bukankah kau hanya akan mengenalkan tunanganmu kepadaku?! Aku tidak peduli semua omong kosong itu!!!” Calistha meninggikan nada suaranya. Matanya berkaca – kaca, menahan kristal – kristal bening yang telah siap tumpah di kedua pipinya. Donghae tertegun. Pria itu sungguh tidak mengerti mengapa gadis ini sangat marah. Apa penyebabnya?

 

“Hey, tenanglah! Apa yang terjadi padamu? Mengapa kau sangat marah? Apa maksudmu tentang ‘omong kosong’ yang kau ucapkan tadi?” Calistha merutuki dirinya sendiri. Ia sangat bodoh! Mengapa kata – kata itu bisa lolos begitu saja dari mulutya tanpa ia seleksi terlebih dahulu? Pria itu pasti bertanya – tanya apa penyebab dari kemarahannya. Untuk apa ia marah? Bukankah ia tidak memiliki hak untuk marah? Siapa dirinya?

 

“Ah, tidak. Maafkan aku. Aku sungguh tidak tahu apa yang terjadi pada diriku. Kumohon, abaikan saja yang baru saja kuucapkan. Sekali lagi, maafkan aku….”

 

“Tidak apa –  apa. Tapi mengapa kau sangat marah? Apa mungkin…”

 

“Jangan – jangan kau… Menyukaiku?” Sekali lagi, kedua mata indah gadis itu refleks melebar. Tubuh gadis itu terasa terpaku, tak bisa bergerak. Donghae tergelak dengan kata – katanya sendiri.

 

Aku tidak hanya menyukaimu, tapi aku telah jatuh cinta kepadamu…

 

Seandainya saja aku bisa memilikimu…

 

Seandainya saja aku bisa mengatakan perasaanku yang sejujurnya kepadamu…

 

Seandainya saja kau mencintaiku….

 

Tapi sayang, semua itu hanyalah harapan – harapan yang tertanam jauh di lubuk hatinya.

 

“Hahaha… Itu sama sekali tidak mungkin, bukan?” Aneh. Pria itu bertanya sekaligus menjawab pertanyaannnya sendiri.

 

“Bukankah kita hanya sekedar berteman?” Lanjut pria itu. Hati Calistha terasa nyeri, sangat menyakitkan. ‘Teman’? Pria itu hanya menganggapnya sebagai seorang teman? Tapi, setidaknya itu lebih baik daripada ia hanya menganggap dirinya sebagai ‘sahabat’, itu jauh lebih menyakitkan.

 

“Tentu saja kau benar, kita adalah teman” Calistha berharap, pria itu tidak menyadari getar di setiap kata yang ia ucapkan. Pastilah setelah makan malam ini, ia akan menagis sejadi – jadinya di kamar tidurnya. Ia akan mengeluarkan segala rasa sesak di hatinya, dan melampiaskannya dengan memekik sambil menjambak rambutnya atau menghancurkan barang  sepuasnya di kamarnya.

 

“Kurasa, bukankah seharusnya kita mengucapkan selamat tinggal sekarang sebelum berpisah lusa?”

 

“Mengapa harus sekarang?”

 

“Apa salah mengucapkan kata ‘selamat tinggal’ lebih dari sekali?” Donghae bertanya dengan sarkatis. Calisthe menghembuskan nafasnya pelan dan tersenyum paksa.

 

“Selamat tinggal…”

 

“Selamat tinggal, dan jangan lupa kunjungi apartemenku, temanku yang cantik” Kedua pipi Calistha menghangat dan bersemu merah. Cantik. Satu kata yang mampu membuat jantungnya berdebar tak karuan seketika. Ia sedikit menundukkan kepalanya dan berpura – pura sibuk dengan ponselnya.

 

Jantung bodoh! Mengapa kau harus berdebar hanya karena mendengar kata pujian yang sebenarnya sudah sangat umum itu?

 

.

 

.

 

.

 

Calistha termenung di hadapan cermin besar di kamar tidurnya. Ia memandang kosong bayangan dirinya yang terlukis di cermin. Gadis itu menghela nafas dan menundukkan kepalanya. Otaknya penuh dengan berbagai pikiran. Sudah pasti pria itu memenuhi seluruh bagian pikiran otaknya.

 

Hatinya dipenuhi rasa iri dengan ‘gadis beruntung’ itu. Ya, gadis beruntung alias sang tunangan pria yang dicintainya.

 

Seperti apa gadis beruntung itu? Apakah dia lebih cantik dari dirinya? Apa kelebihan gadis itu dibanding dirinya? Bukankah ia juga cantik? Ia rasa hatinya juga cukup lembut.

 

Semua in hanya tentang waktu. Andai saja ia menemui pria itu lebih dulu daripada tunangan pria itu. Pria itu pasti akan bersamanya dan ia tak perlu merasakan rasa perih yang amat sangat di hatinya.

 

Apa ia terlalu cepat untuk mencintai seseorang? Tapi ia rasa tidak. Pria itu memang pantas ia cintai. Pria itu tampan luar dan dalam. Hal itulah yang membuat ia sangat terpesona akan pria itu. Baru kali ini ia merasa perasaaan seperti ini setelah putus dari mantan kekasih lamanya.

 

Ia merasa kemungkinan untuk mendapatkan Donghae sangatlah kecil bagi dirinya. Namun peluang tetaplah ada walaupun hanyalah setitik.

 

Ia berpikir bagaimana caranya agar pria itu bisa berada di pelukannya. Ia harus bisa mendapatkan pria itu! Harus. Bagaimanapun caranya. Ia tak ingin tersakiti untuk yang kedua kalinya.

 

Walaupun dengan cara yang cukup kejam dan curang

 

Ekspresi gadis itu tampak sedang berpikir. Tak lama kemudian, muncul sebuah ide di otaknya. Ia kemudian berbalik dan melangkahkan kakinya menuju nakas di samping ranjangnya. Ia mengambil sebuah suntikan berisi obat bius dan menyeringai.

 

Sebuah rencana jahat telah tertulis di otaknya. Ia cukup cerdas untuk mendapatkan rencana kejam itu.

 

Setelah di Korea nanti, ia pasti akan menyempatkan waktunya untuk bertemu dengan Donghae. Ketika Donghae sendiri, ia akan bergerak cepat untuk menyuntikkan cairan yang mampu membuat Donghae tidak sadarkan diri untuk waktu yang cukup lama kepada Donghae. Ia juga akan meminta teman –  temannya untuk membantunya. Ya, berharap saja semoga teman – temannnya bersedia untuk membantu rencana liciknya. Kemudian setelah itu, ia akan membawa Donghae kembali ke London dengan sebuah koper besar yang kini tersimpan rapih di ruang bawah tanah rumahnya karena sudah lama tidak dipakainya.

 

Ia tidak tahu apakah rencananya akan berjalan dengan lancar atau tidak, karena jujur saja, ia sama sekali belum berpengalaman dalam hal ‘jahat’ seperti ini. Sama sekali belum pernah mencoba melakukannya.

 

Tetapi demi mendapatkan pria itu, ia harus rela melakukan apapun.

 

Bahkan ada ribuan pria yang jauh lebih baik dari Lee Donghae, tetapi kenapa harus pria itu? Pria yang jelas – jelas telah memiliki tunangan. Pria  yang jelas – jelas sama sekali tidak mencintainya.

 

Tetapi tenang saja

 

Setelah ia membawa Donghae kembali ke Korea nanti, Lee Donghae pasti akan jatuh cinta padanya.

 

Sangat mudah?

 

Tentu saja. Tapi, bagaimana caranya?

 

Tentu saja dengan ‘mencuci otak’ pria itu

 

Sangat mudah tapi terlampau curang

 

.

 

.

 

.

 

Incheon Airport

 

Senyum sumringah terpancar jelas dari kedua sudut bibirnya. Tatapan matanya berbinar menatap keadaan bandara yang tampak sangat ramai ini. Kedua kakinya melangkah dengan cepat menuju seorang pria tampan dengan kulit putih pucatnya. Kim Woobin berdiri tidak jauh darinya dengan senyum sumringahnya sembari mengangkat banner bertuliskan ‘Lee Donghae’. Donghae lantas berjalan menuju pria itu dan memeluknya.

 

“Senang melihatmu kembali dalam keadaan baik – baik saja, Tuan Lee” Kim Woobin dan sedikit membungkuk memberi hormat dengan senyum lebar terlukis di bibirnya.

 

“Bagaimana keadaan di perusahaan?”

 

“Semuanya baik – baik saja karena aku yang mengurus semuanya. Benar – benar membuatku sakit kepala menggantikan semua tugasmu selama ini. Ada urusan penting apa sebenarnya kau ini, hmm?” Lee Donghae tertawa pelan dan berusaha mengalihkan pembicaraan.

 

“Terimakasih banyak. Aku sungguh – sungguh berterimakasih. Sebagai balasannya, aku mebawakanmu sesuatu yang menarik dari London”

 

“Benarkah???!!! Kau serius??? Baiklah, aku akan membantumu membawa kopermu dan kita harus cepat, aku benar – benar penasaran apa yang kau berikan untukku, Hae!” Donghae terkekeh pelan akan kelakuan pria itu. Woobin segera membawa kopernya dan mereka berdua kini berjalan beriringan menuju mobil audi a5 hitam mewah dengan supir yang sudah selalu siap di bangku kemudi mobil itu.

 

Ia kembali pada tanah kelahirannya lagi. Sejuta pertanyaan memenuhi kepalanya, meminta untuk jawaban yang sebenarnya. Di negeri inilah ia akan mendapat jawaban – jawaban itu, sekaligus mencurahkan rasa rindunya pada tunangan tercintanya.

 

.

 

.

 

.

 

Jantung pria itu terasa berdebar jauh lebih kencang dari biasanya. Tangan pria itu sedikit gemetar dan keringat dingin mulai bercucuran dari tangannya. Sudah satu menit ia berdiri di depan pintu rumah mewah keluarga tunangannya, namun tangannya belum sekalipun terjulur untuk mengetuk pintu ataupun menekan bel. Ia masih berusaha menguatkan hatinya agar tidak gugup ataupun pingsan saat melihat Im Yoona.

 

Bel rumah itu sudah ia tekan, dan kini ia hanya menanti seseorang untuk membuka pintu ini.

 

“Oh, Tuan Lee? Kau disini?” Bibi Jung, pelayan di rumah itu menyambutnya dengan tatapan berbinar – binar.

 

“Halo, Bi. Apa Im Yoona ada di dalam?”

 

“Tentu saja! Nona Im sudah menunggumu dari tadi. Silahkan masuk, tuan”

 

Kini giliran kaki pria itu yang bergetar. Jantungnya semakin berdebar tak karuan saat kedua matanya menangkap sosok gadis yang duduk membelakanginya di sofa rumah itu. Saat langkahnya telah sampai di belakang gadis itu, tangannya terjulur untuk menyentuh pundak gadis itu. Jantungnya semakin menggila.

 

“Yoo… Yoona?” Gadis di hadapannya menoleh dan seketika kedua insan itu melebarkan matanya.

 

“Op… Oppa? Donghae oppa?” Donghae mengangguk pelan dan melebarkan senyumnya. Yoona seketika bangkit dan memeluk tubuh pria itu. Mata mereka berkaca – kaca menahan liquid bening yang siap menganak sungai di kedua pipi mereka. Tangan Donghae terangkat untuk membalas pelukan gadisnya.

 

“Oppa… Aku sangat merindukanmu! Aku sangat mencintaimu, Oppa!”

 

“Aku juga sangat merindukanmu, Yoong. Aku sangat sangat sangat mencintaimu, lebih dari apapun!” Pelukan keduanya semakin erat. Donghae mencium puncak kepala gadisnya dan mengusap rambut halusnya.

 

“Apa yang selama ini terjadi padamu, Yoong? Kemana saja kau selama ini? Aku benar – benar mengkhawatirkanmu, kau tahu?”

 

“Maafkan aku, Oppa. Aku janji setelah ini aku dan Yuri eonni pasti akan menceritakan apa yang selama ini terjadi dan apa yang aku lakukan selama aku menghilang”

 

“Ceritakan kepadaku apa yang selama ini terjadi padamu, Yoong. Kumohon…”

 

.

 

.

 

“Darimana harus kuceritakan ini semua, Yoong? Cerita ini sangatlah panjang…” Yuri duduk di sana dengan rasa bingungnya. Ia bingung harus diceritakan darimana cerita yang sangat mengejutkan itu.

 

“Ceritakan saja dari awal, eonni. Donghae oppa sepertinya sudah benar – benar penasaran”

 

Yuri menghembuskan nafasnya pelan dan menguatkan hatinya untuk menceritakan pengalaman yang sama sekali tidak indah ini. Donghae duduk di sana dengan perasaan tegang yang menyelimuti seluruh lubuk hatinya. Hanya tinggal beberapa detik lagi jawaban dari pertanyaan – pertanyaan di benaknya akan didengarnya.

 

“Baiklah. Lee Donghae, aku tidak tahu apa kau akan terkejut atau tidak mengetahui siapa ‘dalang’ dibalik ini semua. Aku tidak tahu apakah kau sebelumnya sudah menebaknya atau belum. Namun, apa kau tahu siapa dalang dibalik hilangnya Yoona selama ini?”

 

“Aku benar – benar tidak tahu”

 

“Cho Kyuhyun. Manusia sialan yang selama ini terobsesi dengan adikku ialah dalang dibalik semua ini. Ia memainkan rencananya dengan sangat lihai. Adikku benar – benar menjadi korban akan rasa obsesinya!”

 

“Kumohon ceritalah, Yuri”

 

“Baiklah, aku dan Yoona akan menceritakan itu. Tapi berjanjilah jangan melampiaskan rasa amarahmu sekarang! Lampiaskanlah rasa amarahmu nanti, saat kau bertemu dengan Kyuhyun…”

 

“…. Walaupun aku tidak yakin apakah kau bisa melampiaskan rasa marahmu dalam waktu dekat ini”

 

“Mengapa mungkin aku tidak bisa?”

 

“Kau akan mengetahui jawabannya saat kau sudah selesai mendengar semua cerita ini” Yuri tersenyum misterius.

 

“Baiklah. Sekarang, ceritakan padaku apa yang terjadi”

 

.

 

.

 

.

 

.

 

.

 

.

 

To be continue…..

 

Halo! Aku sungguh – sungguh minta maaf akan keterlambatan pemostingan kelanjutan cerita ini. Tadinya ini adalah chapter terakhir, namun aku bagi menjadi dua bagian karena jika disatukan akan terlalu panjang dan bakalan lama jadinya pasti, hehe. Bisa – bisa setelah UN nanti baru akan kupost hehehe.

 

Maafkan aku juga karena udah PHP-in kalian karena aku bilang ini adalah chapter terakhir, hehehe….

 

Maaf ya jika jalan ceritanya makin kesini makin amburadul, ga seru, ga jelas, membosankan dan lain – lain. Karena aku tau, aku masih amatir, sama sekali belum profesional dan masih butuh banyak belajar. Maaf juga untuk typonya hehe.

 

Jika ada pertanyaan, tanya aja, ok. Jangan sungkan – sungkan, Insha Allah akan aku jawab, hehe.

 

Jangan lupa untuk RCL….

 

Selamat bertemu di chapter terakhir!!!

33 thoughts on “Possessive and Obssesion ( Chapter 8 )

  1. Yah kan bener chalista jadi parasit ahhhh..ngebayangin dia cuci otak donghae gkuat duluaannn.kan kasian yoona.chalista gausah jadi pengganggu laaahhh.next jangan lamaaaa.

  2. Kalo Yoona udh ada lah trus Calistha siapa? Kembaran Yoona kah? Ini bner” aneh. Itu knp calistha jadi jahat…gmna yah ntar reaksi mereka(calistha yoona) klo ketemu…
    Knp yoona bisa menghilang d apa yg terjadi sma kyuhyun…yuri mau cerita aja muter” dulu bkin penasaran aja….

    Next.a cpet yah…jgn lama”….ditunggu

  3. Nah loh??? Kok bisa Chalista mirip sama Yoona???? Jangan kau buat doghae jatuh cinta sam Calista dong,,,trus lanjutin ceritanya Yoona yg d culik sama Kyuhyun 😊

  4. Awalnya kirain chalista itu yoona eh taunya bukan-_- laaahh rencana chalista jahat itu gaboleh tuh gabagus huuu, donghae harus sama yoona :p kyuhyun kemanaaa. lanjut thour penasaran sama chapter akhirnyaa:D

  5. Akhirnya setelah sekian lama update juga ni ff, msh banyak menimbulkan pertanyaan di part ini or mungkin juga karena sdh terlalu lama jd ada sedikit yg lupa ceritanya knp yoona bisa hilang? Trus siapa sebenernya calista? Akankan calista benar2 melancarkan aksinya uk mencuci otak donghae hadeuh tambah bikin penasaran please thir klo bs jgn terlalu lama ya next nya biar gk lupa sama cerita awalnya hehehe gomawo sdh meluangkan wktunya tuk buat kelanjutan ff ini daebak pokoknya fighting author

  6. awalnya aku kira chalista lim itu yoong tapi setelah mengetahui chalista punya tanda lahir aku jdi pesimis,, siapapun itu gagalkan rencana chalista.
    aku heran kenapa yuritersenyum penuh misterius. sebenarnya apa yg terjadi knpa yoong selama mrnghilang

  7. Hahhh ternyata calustha bukan yoona jgn sampe donghae sama calistha, untung yoona asli muncul. Itu kyuhyun kemana? Yuri mw cerita apaan yg sebenarnya terjadi? Mw cerita aja muter2 dulu,,,,, bwt yoonhae bersatu dong! Jgn sampe rencana jahat calista menimpa mereka. Next!!!

  8. setelah nunggu berabad2 akhirnya mncul jg nichhhh,,, knpa g sekalian dipost jg,,,,
    heeeemmmm jd calista bkn yoona,,,,
    dan disaat calista mulai menyukai hae,,,,
    yoona kmbli,,,,,dan calista bkal jd irg ketiga dlm hub yoonhae & dia mau cuci otak hae,,,,,aduchhhh knapa ceritanya selalu aja ada msalah2 baru dlm hub yoonhae,,,,,
    aduchhhh jd selama ini kyuhyun yg ada dibalik hilangnya yooona,,,,,
    Dan kayaknya bkal lma lagi nungguinnya dan kyaknya g jdi end,,,,cerita mkin rumit bgeeetttssss hlg satu mncul lgi,,,,,

  9. Uuhh..
    Si cho biar sama callistha aja deh, biar dibawa pergi sekalian -,-
    cho kitati uwe ame elu -3-
    neexxtt.. habis un? inshallah kuat nunggu kok 😀

  10. bagaimana pun gw g akan prnh benci chalista..krna chalista itu sama muka’y sm yoona..so..
    siapapun itu chalista atw yoona..its fine to me..kkkk…
    d tunggu update.an slanjut’y….

  11. Halaah thor..baru balikan masa udah mau pisah lagi..jangan ah..kenapa calista sama kyuhyun jahat bgt sih..

  12. oh please cal.. semoga rencana jahatmu itu gagal yah! kk~ yeayyy finally setelah sekian lama di update juga ff nya. Next part juseyo, fighting 🙃

  13. Ceritanya makin banyak konflik nya
    Tapi kenapa lebih banyak Donghae sama Challistha nya dibanding sama Yoona??

    Challistha jahat bgt sampe ngerencanain kaya gitu,
    Semoga rencananya ga berhasil dan YoonHae ga terpisahkan 🙂

    Tapi sebenernya Challista sama Yoona ada hubungan apa sampe wajah mereka mirip bgt??
    Semoga Donghae ga nganggep itu baik lagi, semoga Donghae tau kalo dia itu jahat

    Terus apa yg dilakukan Kyuhyun sampe ngebuat Yoona menghilang??

    NEXT secepatnya thor 🙂
    Kalo kelamaan ntar udah lupa dulu sama ceritanya

  14. Andwae ToT , kenapa calistha jadi parasit ?!!!! Please mereka baru aja ketemuan , jgn smpe hub. Yoonhae jdi renggang . Btw chingu ,buatin happy ending ya , gomabta ^^

  15. Jadi Calistha itu bukan Yoona jadi dia cuman orang yg mirip sma Yoona, Ya ampun itu Calistha ada rencana jahat lagi sma Donghae
    next thor

  16. jadi chalista itu bukan yoona?
    ya ampun ceritanya bikin pusing..semoga aja chalista ga bnr2 ngerusak hubungan yoonhae..
    ditunggu chap terakhirnya thor..

  17. Wahhh yoong udh kmbali,, tpi bgaimna dgn chalista?? Jdi kyuhyun yg jdi dlang hilangnya yoong.. kepo sma gmna yoong bisa hilang..

    Next.. Hwaiting!

  18. Calista..yoona apakah mreka kmbar..
    penasaran sma chap terahirnya thor..di tunggu next nya ya thor..
    Moga nilai UN nya nanti jg bagus”

  19. yaampun next chap.a terakhir ya…. huuhuhu gk rela,,, waahh sdh kudga si kyu oppa dlang.a tpi chalista itu siapa jdi pnsran bgt nihhh…. dpart akhir.a bnykin yh moment ya thor kngen atuhh hehe dtggu next part.a fighting 😀

  20. penasaran sama next chapternya…
    kok bs yoona kembali..
    terus calista itu saudara kembarnya yoona.. yg bakalan jahat oooohhh

  21. Semoga yoonhae tetap bersatu, jangan sampai callistha memisahkan mereka . . .
    penasaran cerita kenapa yoona bisa menghilang karena kyuhyun dan siapa sebenarnya callistha . . .
    Next ya, jangan lama2

Komentarmu?