Bitter Sweet (Chapter 3)

footerg

CHAPTER 3

Ingin ku menerbangkan seribu kupu-kupu yang terdiam di mata senja

Mengepakkan sayapnya pada air mata tak bersuara

Meronta berucap dusta pada setiap fakta

Callistha…

Bahkan jika berulang kali aku menolakmu

Tubuhku selalu saja ingkar

Tittle : Bitter Sweet

Lenght : 6832 words

Chategory : Chapter

Genre : Romance, Marriage Life, School Life, Drama

Cast : Im Yoona and Lee Donghae

Other Cast : Shim Changmin, Choi Minho, Cho Kyuhyun, Tiffany Hwang, Jeno, Victoria Song, Choi Minho

Author Note : harusnya ngga ngepost hari ini. tapi setelah ngecheck typo berulang ulang jadi ngga sabar buat cepet cepet ngepost heheheh. jadi yasudahlah, silahkan baca -3-)~

 

BITTER SWEET

*

*

*

“Mau kah Kau menikah denganku?”

Apa Tuhan mendengarnya? Mendengar teriakan wanita yang kini tampak mengecil dan meronta meminta dirinya terbenam di bahagian terdalam dari inti bumi dan berharap tidak muncul lagi ke permukaan? Pikiran wanita itu terlalu kalut detik itu juga. Bahkan jika Yoona harus berjudi dengan setan, Ia rela untuk menukarkan dirinya saat ini, apapun itu asalkan Ia dapat menghilang dari hadapan Donghae. Bahkan permintaan laknat yang meluncur begitu saja dari bibirnya ini cukup membuat Yoona tak mengerti mengapa bumi berputar sangat lambat, mengapa matahari hanya menyinari selama 12 jam, mengapa awan berterbangan, mengapa Ia tak dapat melihat bintang di siang hari, dan mengapa Ia harus bertemu dengan Donghae lagi, di saat yang sangat tidak tepat dan posisi yang sangat tidak tepat. Dan setelah kalimat yang beberapa detik terakhir Ia dengar masuk dengan teratur ke otaknya, menyadari suara berat itu berasal dari pria di hadapannya, Yoona sadar Ia sudah meninggal di hadapan Donghae, terbang bersama kupu-kupu yang lepas dari perutnya. Sesungguhnya bukan hanya Yoona, Donghae pun merutuki hal yang sama. Tak pernah ada maksud untuk mengatakan hal ini, wajah pria itu masih sama datarnya dengan beberapa menit setelah Ia menormalkan ekspresinya saat Yoona minta dinikahi dengan sangat terang-terangan. Berusaha sekeras mungkin untuk tidak tertawa, lihatlah, wanita itu terlihat lucu di mata Donghae saat Ia terlihat panik. Keluar setelah membereskan buku-buku miliknya dan mengusap wajahnya dengan tangan kanan seraya tertawa tepat di depan pintu kamar Yoona yang telah tertutup rapat. Kamar Yoona cukup kedap suara hingga Donghae tak dapat menerka apa  yang dilakukan oleh wanita itu setelahnya. Yang Donghae rasakan hanya geli yang menggelitik perutnya saat mengingat kembali kejadian ini,

“Kenapa lucu sekali” desisnya seraya terkekeh geli. Ia berjalan beberapa langkah memasuki kamarnya, menghidupkan saklar lampu masih dengan wajah menyala dan tawa yang sesekali keluar begitu saja, menandakan seorang Lee Donghae masih dalam keadaan bahagia. Namun detik ini Ia tampak tertawa, namun detik berikutnya pria itu terlonjak kaget.

“Aaaaih!” pekiknya begitu saja saat mendapati seorang pria duduk bersandar di atas dashboard kasurnya dengan tatapan tajam menoleh pada pria yang menghidupkan lampu dengan deretan gigi yang terlihat jelas.

“Kau tampak bahagia sekali malam ini Lee Donghae-ssi” ujarnya dengan suara sedatar mungkin. Wajahnya bahkan tampak lebih kelam penuh kekalutan. Pria itu kemudian menurunkan kedua kakinya dari atas kasur,

“Apa yang Kau lakukan di kamarku?” tanya Donghae seraya meletakkan setumpuk buku itu di atas nakas nya,

“Kau terlambat lima menit dari jam yang seharusnya” menghiraukannya dan masih mengintropeksi pria yang kini menghapus seluruh ekspresi bahagia yang terlontar sangat jelas beberapa detik lalu,

“Lucu sekali, apa urusanmu Shim Changmin-ssi” Ya, Donghae tau pria ini begitu membencinya sama halnya seperti dirinya yang membenci Changmin setengah mati. Donghae telah mengambil hak Pria jangkung itu dan Changmin telah membawa Donghae masuk ke neraka. Setimpal bukan?

“Hanya memastikan. Tentu saja ini tugasku untuk mengawasi Callistha” ujarnya diiringi dengan senyum diplomatisnya. Donghae benci mengatakan ini, tapi malam ini pria itu tampak lebih seperti setan saat berhadapan dengannya di banding malam-malam yang lainnya. Sepertinya sesuatu telah terjadi padanya.

“Ya, kau bekerja dengan sangat baik. Tapi tidak dengan memasuki kamarku” geram Donghae

“Kenapa? Ini hanya fasilitas sementaramu” ujar Changmin. Donghae menoleh, menarik ujung bibirnya dan mulai menebak,

“Apa dulu ini milikmu juga?” tak ada jawaban dari pria jangkung dihadapannya ini, “Aku telah mengambil milikmu terlalu banyak” ejek Donghae

“Kamarku ada di bawah jika kau merindukanku” elak Changmin seraya berjalan keluar dari kamar ini dengan wajah tak kalah kusutnya dari saat Donghae mendapatinya duduk diatas kasur tadi, “Aku akan kesini lagi besok, besoknya lagi dan seterusnya”

“Kenapa tidak tinggal disini saja berdua?” ejek Donghae

“Ide bagus, akan ku coba” ujarnya dan detik berikutnya Changmin sudah tenggelam di dalam pintu yang tertutup rapat. Membuat Donghae terkikik melepas tawanya. Tak tau ekspresi seperti apa lagi yang harus di keluarkannya saat mendapati wajah kalut pria itu.

***

Pagi pagi sekali Yoona terjaga, melihat kearah balkon dan menemukan Donghae berdiri disana. Berdiri membelakanginya, dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya serta rambut acak-acakan yang menggoda. Sial, calon suaminya selalu tampak lebih sexy. Mengapa Donghae maupun Jeno sangat suka dengan sunrise maupun sunset? Apa sebuah kedatangan dan kepergian begitu indah di mata mereka?

Yoona memutar tubuhnya menuju kamar Jeno, tampaknya wanita itu masih belum siap jika harus berhadapan dengan Donghae setelah perihal tadi malam. Yoona sadar jika Jeno sudah bangun sejak pagi-pagi sekali. Ia tidak ingin mengganggu Jeno di kamarnya tadi malam karena pangerannya pasti sudah terlalu lelah dengan teman barunya. Berharap jika Jeno benar-benar menyukai lingkungannya yang baru dan Yoona sadar jika Ia harus bergegas siap-siap untuk ke sekolah.

“Pagi, sayang” sapa Yoona pada Jeno yang tengah berlutut diatas kasurnya menoleh pada jendela yang telah di bukanya. Jeno benar-benar mengagumi rumah barunya. Jika pagi-pagi sekali mereka biasa melihat matahari terbit maupun terbenam di atas sepeda di pinggiran tangga menurun perumahan kecil mereka ataupun di rerumputan jalan menuju pulang, namun ini hanya cukup berdiri di balkon atau bahkan dari jendela kamar sudah cukup menyuguhkan matahari yang indah.

Eomma” seru Jeno kemudian duduk di hadapan Ibunya,

“Hmh! Bau! Belum mandi ya?” ejek Yoona

“Jeno baru bangun” gerutu Jeno sambil mengusap matanya manja,

Aigo kenapa begitu malas” Yoona kemudian menggelitik pinggang Jeno dan membiarkan anaknya tertawa terbahak-bahak, meminta ampun dari Ibunya agar di lepaskan dan segera berlarian ke kamar mandi. Kehebohan pagi ini sangat jarang menghampiri rumah keluarga Im. Membuat wanita tua di lantai satu itu menoleh dan tersenyum tipis.

Sajangnim, ini jadwal untuk hari ini”

“Kau sudah memastikan pada Donghae dan Yoona?”

“Mereka setuju, sajangnim” ujar pria dengan kaca mata dan rambut yang dibelah itu, wanita itu merespond dengan anggukan pelan dan duduk di meja makan. “Persiapkan wedding organizer terbaik untuk mereka” Ujarnya tegas.

***

“Kenapa tidak menggunakan baju sekolah lagi?” Tanya Yoona pada Changmin

“Karena kejadian kemarin, Presdir Im memintaku untuk tidak membuat masalah lagi” ujarnya tampak gundah, suatu hal yang benar-benar menghancurkan mood nya dari kemarin sore hingga pagi ini. Tapi secepat mungkin Changmin dapat merubah ekspresinya kembali serius dan menepikan mobilnya. Setelah Jeno dan Taemin pamit, mereka melanjutkan perjalanan menuju sekolah Yoona. Menenggelamkan lehernya hingga dagunya ke dalam scarf sembari menoleh keluar jendela mobil, mendapati betapa salju berbondong-bondong menyerbu bumi dan Yoona yakin jalanan akan macet karena pengikisan salju di pinggiran jalan. Tapi Changmin cukup cermat dalam memilih jalan dan mereka sampai tepat waktu, bersamaan dengan Donghae yang baru saja turun dari mobilnya. Pria itu mengendarai mobil pribadi dengan plat yang berurutan dengan mobil yang Yoona naiki pagi ini. Jelas sekali itu milik I AM Group. Memalingkan tatapannya pada Yoona sebelum beranjak, Donghae mengencangkan coat-nya dan sedikit bergidik dengan cuaca pagi ini. Yoona hanya berharap jika Donghae tak seperti Jeno yang sangat sensitive pada cuaca dingin saat winter.

“Aku menunggu disini, jika ada masalah telpon saja” ujar Changmin dari dalam mobil

“Changmin-ssi, jika bosan pergilah kemanapun maumu, Aku akan menelpon saat pulang nanti” ujar Yoona kemudian pamit dan beranjak menuju kelasnya sembari melambaikan tangan dengan senyum yang tak lepas dari wajah cantiknya.  Yoona mendudukkan tubuhnya di bangku kemarin dan kembali tidak mendapatkan Minho disana. Berharap lelaki itu tidak kelelahan karena bekerja keras di cuaca yang dingin ini. Ia telah membawa bekal dan tas milik Jeno yang sudah di jahitnya pagi-pagi sekali. Ia bisa saja meminta neneknya membeli yang baru, tapi Yoona cukup menjunjung tinggi harga dirinya hanya untuk meminta pada wanita itu. Tas Jeno ini Ia dapati dari salah satu perusahaan tempatnya bekerja dulu. Karena termasuk produk gagal, tas itu di berikan percuma pada karyawan dan Yoona mendapatkan salah satunya. Tas ini cukup menenggelamkan tubuh mungil Jeno hingga Yoona harus memecahkan tabungannya dan memberikan Jeno tas yang lebih kecil dan seukuran dengan tubuhnya.

Namun pria itu masih sama, bahkan hingga siang Minho tak menampakkan dirinya dan Yoona menyerah dengan bekalnya. Selepas bel berbunyi Ia memutuskan untuk menghabiskannya sendiri. Apa Minho jatuh sakit? Atau justru kelelahan dengan pekerjanya? Segala pemikiran tentang pria malang itu mengganggu pikiran Yoona.

Berjalan meninggalkan kelas seraya membawa bekal nya. Satu-satunya yang Ia dapati di dapur hanya beberapa bahan makanan khas eropa, gandum, pasta, dan makanan lainnya hingga Yoona sempat bingung beberapa saat untuk mengolahnya sebelum akhirnya Yoona memutuskan untuk membuat bubur jagung kesukaan Jeno dan berharap Minho juga menyukainya. Tapi sepertinya ini sudah cukup dingin. Yoona mengerucutkan bibirnya begitu melangkahkan kakinya dan sampai di atap sekolah, mengambil sendoknya dan tersentak dengan suara seorang pria yang tiba-tiba menyapanya dengan cukup terburu-buru dan nafas yang tersenggal-senggal, menoleh dan mendapati Donghae berdiri di belakangnya dan lagi dengan kening yang mengkerut menatap Yoona. Sejujurnya banyak pertanyaan yang ingin Donghae lontarkan, lantaran Ia tak tau bagaimana harus memulai untuk bertanya dan Yoona terlalu cepat memberikan respond, “Kenapa kesini Donghae-ssi?” tanya Yoona dengan kedua alis mata terangkat serta kening yang mengkerut,

“Aku mengikutimu” ujar pria itu kemudian duduk di samping Yoona, menempatkan kedua tangannya di sela-sela pahanya dan merapatkan pundaknya menahan dingin. Ya Tuhan, Yoona ingin memeluknya hingga Donghae merasa hangat, tapi Ia mungkin sudah gila untuk berpikir seperti itu.

“Lalu ada apa?” Tanya Yoona sambil memasukkan sesendok bubur jagung ke mulutnya, merasa Yoona memecahkan lamuan Donghae pada bubur jagung itu, pria itu kemudian menoleh

“Kau tidak baca pesan dari Presdir Im?” Tanya pria itu

“Ah, Aku meninggalkan ponsel ku di loker” ujarnya. Menunggu Donghae merespon ucapannya, namun tampaknya Donghae terlalu fokus pada bubur jagung milik Yoona dan Yoona tau pasti jika Donghae menginginkannya. Sangat mirip dengan apa yang selalu Jeno lakukan jika Ia ingin sebuah mainan dan tak pernah mengutarakannya pada Yoona.

“Mau?”

“Ah, tidak terima kasih” tolak  Donghae kemudian merogoh saku coat-nya dan membuka pesan di ponselnya, menunjukkannya pada Yoona bahwa Presdir Im ingin mereka segera menemui wedding organizer karena WO itu harus pergi malam ini. Mereka setidaknya sudah harus mengetahui apa yang harus di pikirkan selama kepergian WO itu ke China untuk urusan tertentu.

“Jadi kita harus pergi sekarang?” Tanya Yoona. Dan lagi Donghae tak bereaksi, masih terpaku pada Yoona yang tengah menyuapi sesendok bubur untuk dirinya sendiri. Yoona sedikit kesal melihat tingkah Donghae. Jika biasanya Yoona akan membiarkan Jeno tetap dalam kekeras kepalaannya menolak apa yang Ia inginkan, tapi tatapan pria ini pada bubur jagung miliknya membuat Yoona merasa iba, hingga akhirnya Donghae mengangkat bibirnya,

“Aku juga mau” pinta pria itu dengan mata memelas. Sepertinya Donghae sudah cukup lama bertarung dengan ego dan harga dirinya, membuat Yoona menahan tawanya seraya mengeluarkan satu sendok lagi yang Ia bawa.

Mereka menghabiskan bubur jagung itu berdua dengan dua sendok yang Yoona bawa dari rumah. Berbicara panjang lebar tentang bagaimana seterusnya pernikahan mereka dibawah guyuran salju yang perlahan-lahan mulai berhenti menerjang bumi terus-menerus. Dan di suapan terakhir, Donghae menghembuskan nafas ke udara dengan mulutnya sambil bersorak pelan,

“Ah, enaknya” Yoona yang mendengarnya mendapatkan sebuah apresiasi tersendiri dan tersenyum diam-diam sambil menutup kotak makan milik nya. Ia ingin berlari kepinggiran atap sekolah dan terjun dari sana seraya berteriak, ‘Donghae menyukai bubur jagung milikku!’ Ya, wanita itu senang bisa menghabiskan bubur jagung buatannya bersama Donghae. Mungkin Yoona harus membuat segudang bubur jagung untuk pria ini. Semakin Ia mendekatinya, semakin Ia merasakan hangat yang terpancar dari pria ini dan Yoona sadar jika Jeno benar-benar menjiplak apa yang ada dari Donghae luar dalam. Seketika pipi wanita itu memanas mengingat pria di sampingnya ini akan menjadi suaminya kelak. “Jadi ada apa dengan Februari?” tanya Donghae melanjutkan pembicaraan mereka tadi tentang tanggal pernikahan,

“Kurasa itu terlalu cepat” ujar Yoona mengingat sekarang sudah bulan Januari dan Ia tak ingin secepat itu hidup bersama dengan Donghae. Mengingat mereka akan melakukan segala hal berdua membuatnya merinding sekaligus berjingkrak kegirangan. Biar bagaimanapun pernikahan tidak semudah itu dimata Yoona.

“Lagi pula Aku ingin menikah saat bunga matahari bermekaran” lanjutnya penuh angan sambil menatap langit yang kelabu,

“Yoon” panggil Donghae dengan suara rendahnya, “Kita menikah bukan menggapai cita-cita remaja kita seperti yang lainnya. Ini demi ikatan politik keluargamu” Dan Donghae menghancurkan angannya begitu saja, menghempaskan nya tanpa belas kasihan. Yoona sadar betul apa yang di ucapkan oleh Donghae saat ini. Menghembuskan nafas pelan dan membungkus kotak bekalnya,

“Kita serahkan saja pada WO, ayo pergi” ajak Yoona kemudian pergi meninggalkan Donghae. Yoona tidak menyukai Donghae yang begitu serius dengan pernikahan ini, tidak menyukai Donghae yang setelah begitu hangat padanya kini tampak menjaga jarak dengannya, dan tidak menyukai Donghae yang selalu membuat hatinya berdegup tak karuan detik ini dan detik berikutnya membuat hatinya hancur berlebur-lebur. Namun wanita itu tau dan sadar, seribu point pun untuk menyatakan ketidak sukaannya pada pria ini akan tetap kalah pada satu fakta bahwa Lee Donghae adalah ayah dari Jeno.

***

So georgeous” ujar wanita dengan rambut pirang dan baju super ketat mem-press tubuhnya menyambut kedatangan Yoona dan Donghae, “Take a seat” perintahnya kemudian melenggang memanggil beberapa asistennya, sementara Donghae duduk tepat disamping Yoona yang masih sibuk memeperhatikan interior sekitar. Ia sangat menyukai nuansa coklat keemasan di setiap sudut dengan interior retro classic ini.

So, here is your wedding organizer, she’s busy girl and just get the point, she’s Chinesse and Korean also, so you guys can speak comfortly together” terang wanita itu setelah membiarkan seorang wanita dengan pakaian santai nya. Rambut yang diikat kuda dan celana yang menutupi kaki panjangnya serta baju hangat yang mentutupi hampir keseluruh tubuhnya hingga menutupi leher pucatnya, tapi sayang baju itu tanpa lengan. “Thank You Jess” ujarnya pada wanita dengan rambut pirang yang kemudian melenggang pergi dari hadapan mereka. Wanita dengan ikatan rambut kuda ini tampak mencari seseorang,

“Changmin didn’t here?”

“The one who get married are us, not changmin” Ujar Donghae datar, membuat wanita itu tertawa pelan,

Ouh, Okey then. Let me introduce my self.  I’m Victoria and glad to meet you two” ujarnya dengan senyum terbaiknya. Untuk beberapa saat Ia menangkap seragam sekolah di balik coat milik Yoona, “Ouh, are you student?” Tanya nya kaget, membuat Yoona tak kalah kagetnya saat menyadari wanita dengan lipstick red light ini bicara padanya,

Yes she is. So lets disscuss about our wedding” ujar Donghae mencoba mengalihkan, “And can you speak korean?” Tanya Donghae menyadari Yoona yang tengah sibuk menerjemahkan satu persatu ucapan mereka dengan apa yang Ia pelajari tadi malam. Wanita itu melirik Yoona sebelum akhirnya mengulum senyumnya,

Ouh okey, Sorry then, jadi Aku sudah menyiapkan beberapa hal setelah mendengarkan penjelasan dari assistaint manager kalian, Shim Changmin” lanjutnya, Yoona seketika teringat akan Changmin yang mungkin akan menunggunya di gerbang sekolah

“Donghae-ssi, apa kita nanti kembali ke sekolah?” Tanya Yoona, Donghae memutar bola matanya mencoba memperkirakan waktu mereka yang tidak memungkinkan untuk kembali sebelum jam pulang, “Tidak” jawabnya kemudian.

“Ah, Aku harus hubungi Changmin dulu. Saya permisi sebentar” ujar Yoona kemudian berdiri dan menelpon Changmin, memberitahunya bahwa Ia tak pulang bersama pria itu hari ini.

“Apa legal menikahi anak dibawah umur?” Tanya Victoria penasaran

“Umurnya sudah cukup dan kuharap hubungan kita tidak sejauh itu untuk saling membuka pribadi masing-masing” ujar Donghae sarkatis, membekukan suasana seketika. Victoria kemudian kembali tersenyum dengan ramahnya mencoba menutupi rutukan di dalam dirinya,

“Baiklah, jadi kalian sudah menetapkan tanggalnya?”

“Ah belum” ujar Donghae. Yah, Ia dan Yoona memang belum memikirkan pastinya tanggal berapa

“Lalu ada rencana maunya kapan?” Tanya Victoria kemudian

“Saat bunga matahari sudah bermekaran,” ujar Donghae dengan suara sedatar mungkin, membuat Victoria menahan tawanya dan mencoba meluruskan

“Tapi asistenmu ingin pernikahan ini diadakan secepatnya”

“Ah, baiklah. Tentukan saja, kami akan mengikutinya” lanjut Donghae tampak sedikit kecewa. Dan bodoh, mengapa Ia mengutarakan keinginan Yoona? Bukankah mereka sudah sepakat untuk menikah di bulan Februari?

“Dan dia bukan asistenku, tapi milik Callistha” Ujar Donghae kemudian

“Ouh really? Lucky girl” Ujar wanita itu dengan mata tampak mengkilat menatap Yoona yang kembali duduk di samping Donghae dan setelahnya mereka mulai sibuk membicarakan lokasi, tema, dan tanggal pastinya. Selebihnya mungkin dapat dipirkan setelah mereka bertemu seminggu lagi. Mereka baru menyadari pembicaraan ini telah berada di ujung saat hari telah menggelap. Yoona yakin Jeno sudah kembali ke rumah dan berharap sudah mengganti baju tidurnya. Kasihan Jeno yang selalu Yoona tinggalkan, terlebih lagi karena ini lingkungan baru baginya dan Jeno bukan tipe anak yang mudah mendapatkan teman.

“Setelah mendapatkan bahannya minggu depan Aku akan menunjukkan beberapa sample pada kalian” ujarnya kemudian dijawab anggukan dan pamitan dari Donghae dan Yoona. Itu kalimat terakhir setelah diskusi panjang lebar mereka. Namun setelah sampai di rumah, apa yang mereka dapati? Jeno tengah duduk di pangkuan Presdir Im yang tengah membacakan sebuah cerita dari buku dongeng yang cukup besar dengan gambar pop up yang sangat lucu.

Eomma!” Girang Jeno kemudian turun dari pangkuan nenek buyutnya dan berlari menuju Yoona, merentangkan tangannya dan memeluk wanita itu erat. Untuk beberapa saat Donghae iri pada Ibu dengan satu anak ini, Ia sangat menyukai Jeno terlebih karena anak itu memiliki wajah yang mirip dengannya. Dan Donghae berharap bahwa suatu saat nanti Jeno akan meneriaki namanya dan memeluknya erat seperti Ia memeluk Ibunya saat ini. Tapi apa Jeno akan membencinya setelah Ia menikahi Yoona? Ia harap Jeno bukan anak yang seperti itu.

“Kalian sudah makan?” Tanya wanita tua itu tanpa menoleh pada cucunya maupun  Donghae

Eomma kami sudah makan malam” adu Jeno pada Yoona

“Benarkah? Aah eomma telat” rengek Yoona dengan suara manjanya

“Kami akan menyiapkan makanannya, nona Callistha” ujar seorang pelayan yang baru saja menawarkan jasanya untuk membawa tas milik Donghae, namun mendapatkan penolakan halus dari Donghae, memilih untuk membawa tas miliknya sendiri toh ini tidak seberat beton hingga Donghae harus kelelahan hanya untuk membawanya.

“Apa merepotkanmu? Aku akan bantu masak jika mau” ujar Yoona kemudian, membuat pelayan itu menahan tawanya dan tersenyum dengan sangat lebar,

“Tidak perlu nona,”

“Yoona yang akan masak” ujar seseorang tiba-tiba menengahi pertengkaran kecil ini, Yoona dan pelayan itu menoleh pada sumber suara, begitu pula dengan Jeno, “Ehm, maksudku Callistha” koreksinya. Mengangkat alis dengan ekspresi, ‘am I wrong?’ pada Yoona yang juga menatapnya dengan tatapan, ‘Kenapa harus aku?’ menyadari pertanyaan tersembunyi dari raut wajah Yoona, Donghae kemudian melanjutkan, “Bubur tadi pagi enak” lanjutnya kemudian melanjutkan langkah kakinya menuju tangga. Yoona yakin saat ini Ia sudah ingin mati saja. Apa kalian pernah mendengar seseorang yang mati dengan bahagia saat orang lain memintanya untuk memasak? Jika Yoona tidak kembali bernafas normal saat ini, mungkin kabar kematian Yoona adalah yang pertama yang akan kalian dengar.

Dan berdiri selama lebih dari lima belas menit di dapur memikirkan apa yang harus Ia masak sungguh membuat mual isi perutnya. Beberapa pelayan berulang kali menawarkan jasanya dan meminta Yoona untuk beristirahat. Tapi bukan Yoona jika Ia tidak dengan keras kepalanya masih menolak dan pilihannya jatuh pada sup. Di cuaca yang super dingin ini Jeno selalu suka jika Yoona membuatkannya sup dan berharap Donghae juga menyukai hal yang sama. Ditemani oleh Jeno yang kegirangan karena akhirnya sarannya untuk membuat sup diterima baik oleh Yoona dan bertepuk tangan girang dengan masih duduk di atas meja bar, memperhatikan Yoona yang sibuk memasak sambil terus bercerita tentang dinginnya hari ini kemudian juga tentang Mark,  “Tapi Mark memberikan Jeno roti miliknya terus berlari ke arah Erica untuk menarik rambutnya” adu Jeno, “Terus eomma, Bu guru datang dan memarahi nya karena Erica menangis. Mereka berbicara dengan bahasa Inggris, Jeno tidak mengerti terus ya terus Taemin Ahjussi membisikkan Jeno apa yang mereka bicarakan, katannya Erica sebal terus di ganggu oleh Mark dan ternyata Mark menyukai Erica. Bu Guru sampai memeluk Erica. Tapi Taemin ahjussi datang ngasih Erica permen. Taemin ahjussi kan punya banyak permen! ” adu Jeno panjang lebar sembari menunjukkan kesepuluh jemari kecilnya. Sedikit merasa bersalah, Yoona tak mendengarkan dengan sangat jelas lantaran sibuk memadukan bumbu. Banyak yang berbeda antara London dan Seoul dan Yoona benci harus se-berdebar ini hanya untuk memasak sup yang selalu Ia buat di musim dingin. Dan kehadiran Donghae yang tiba-tiba sudah ada di sebelahnya tambah membuat kakinya lemas hanya untuk berpindah dari tempat cuci piring ke kompor. Sialan, kenapa pria itu tampil dihadapannya dengan kaos tipis dan celana selutut, mengalahkan tampilan Yoona yang sangat aneh dengan piama beruangnya yang sama persis dengan milik Jeno.

“Perlu bantuan?” Tanya Donghae

“Tidak, tapi kuharap Kau bisa mendengarkan dan merespon cerita Jeno. Aku terlalu sibuk untuk itu” bisik Yoona sedikit merasa bersalah, Donghae sedikit tertawa mendengar permintaan itu sebelum akhirnya menoleh pada Jeno dan dengan gaya yang cukup santai, Donghae mendekati lelaki kecil itu yang menyapanya dengan sangat manis

“Eo! Donghae ahjussi sudah mandi?” tanya Jeno

“Tentu saja” ujarnya seraya mengambil tempat duduk tepat di hadapan Jeno

“Boleh ahjussi mendengar ceritamu?”

“Tentu saja” jawab Jeno mencoba meniru jawaban dari Donghae, mereka berdua kemudian tertawa.

“Lalu bagaimana dengan Erica dan Mark?” tanya Donghae tampak tertarik, tentu saja Donghae mendengarnya. Saat Ia menuruni tangga, Ia dapat mendengarkan suara Jeno yang bercerita pada Ibunya, begitu pula beberapa pelayan yang tampak gemas pada anak kecil ini, tertawa geli mendengar cerita Jeno dari jauh.

“Tidak ada, Ibu guru membawa Erica ke kelas juga Taemin ahjussi untuk membantunya dan juga Mark. Mereka berbaikan setelahnya. Terus ya tadi kami ketemu anjing kedinginan di bawah seluncuran”

“Benarkah? Kasihan sekali” ujar Donghae memasang raut sedihnya

“Iya, Jeno dan Taemin ahjussi lalu memeluknya” adu Jeno sembari memeluk dirinya sendiri dan mencoba memperagakan nya, “Sampai hangat dan kami menjadi matahari!” lanjutnya membuat Donghae tertawa kecil, “Anjing itu pasti seperti Jeno. Kami sepakat untuk benci musim dingin”

Ahjussi juga benci musim dingin” Jawab Donghae mulai meng-improvisasi anak kecil ini

“Berarti kita bertiga sama, Tapi Taemin ahjussi menyukai musim dingin. Dia suka salju dan kita harus menyadarkannya jika musim dingin itu buruk” Ujar Jeno penuh ambisi, membuat Donghae kembali tertawa kecil. Lelaki kecil ini sangat menggemaskan. “Lalu ya, Taemin ahjussi menyukai Ibu guru Jeno” bisik Jeno kemudian

“Benarkah? Apa dia cantik?”

“Ya! Ibu guru sangat cantik dan rambutnya panjang” Mereka berdua kemudian sibuk melanjutkan ceritanya tentang pelajaran hari ini yang bersangkutan dengan cita-cita. Hingga ke topik-topik pembicaraan lainnya,

“Benarkah? Jeno lebih suka optimus prime!” Sahutnya penuh antusias

“Tapi ahjussi punya jam tangan bumble bee, keren sekali dan Jeno pasti suka”

“Benarkah?!” Dan Jeno dengan antusiasnya kemudian menceritakan bagaimana Ia menyukai transformer dan segala tetek bengeknya.

“Makanan sudah siaaaap” ujar Yoona, membuat Jeno mengangkat kedua tangannya dan bersorak girang. Melupakan topik transformer-nya dan turun melompat melalui kursi bar ini. Setelah berlari beberapa langkah menuju meja makan, Ia berbalik pada Donghae,

Ahjussi ingat janjinya ya” bisiknya dengan senyum terbaiknya. Jika Donghae bisa mengecilkan tubuh Jeno, maka Ia akan menyimpan lelaki kecil ini di sakunya, membawanya kemanapun dan menjadi teman bicaranya setiap saat. Betapa Donghae menyukainya, lebih dari Donghae menyukai dirinya sendiri.

“Janji apa?” tanya Yoona penasaran saat meletakkan secangkir teh dengan gula yang terpisah di hadapan Donghae yang tengah tersenyum sesumringah

“Sttt jangan kasih tau Eomma” Ujar Jeno dan lihatlah, anaknya bahkan mulai bersekongkol bersama Donghae

“Eoh, mulai main rahasia-rahasiaan yaa” goda Yoona seraya menggelitik tubuh mungil Jeno hingga lelaki kecil itu terkikik geli, mencoba melepaskan diri dari Yoona, tapi selalu saja gagal

Ahjussi toloong!” pekiknya, merasa Jeno dalam keadaan terancam, Donghae segera berdiri dan memeluk tubuh Yoona dari belakang, mengangkatnya serta menjauhkannya dari Jeno hingga membuat wanita itu terdiam kaku, “Jadi lebih baik kita makan dulu sebelum bermain, Ya” ujar Donghae penuh perhatian,

Ndee!!” Sorak Jeno. Melepaskan pelukannya dan kembali pada tempat duduknya yang berada tepat di samping Jeno, membiarkan Yoona yang masih berdiri disana terpaku karena tingkah sederhana dari pria itu. Yoona kembali mendapati dirinya beberapa detik setelahnya.

Mereka kemudian makan dengan damai setelah Donghae mengingatkan sesuatu, “Setelah ini kita langsung mulai belajar ya,” ujarnya sembari melirik jam tangan. Dan Yoona mendesah pelan mengingat setelah jantungnya hampir copot dan kaki kakinya hampir patah karena memasak, sekarang Ia harus mengolah otaknya untuk belajar?!

Yoona kemudian mengaduk-aduk sup nya tak bersemangat.

“Tidak, tidak bisa. Maaf guru Lee, kami harus mengambil jatah belajar Callistha satu jam. Seharusnya dua tapi menimbang hari yang sudah malam untuk sekolah kepribadian” Ujar Tiffany menimpali pembicaraan mereka

“Baiklah kalau begitu” ujar Donghae seraya mengangguk mengerti. Dan lihat mereka berdua ini, mereka membicarakan Yoona seolah membicarakan sebuah barang yang siap di opor-opor kemana pun mereka suka. Pundak wanita itu menurun tak bersemangat seraya mengaduk sup nya lemah.

“Callistha, bukan seperti itu yang ku ajarkan” ujar Tiffany saat mendapati Yoona duduk dengan punggung yang menurun dan memegang sendok yang salah. Membuat ketiga orang di meja makan ini menoleh langsung pada wanita dengan rambut hitam bergelombang ini.

“Kenapa?” tanya Yoona

Eomma makan dengan baik kok, Jeno juga” cerepet Jeno

“Biarkan dia makan seperti itu” tukas Donghae dan mereka bertiga mengutarakannya disaat yang bersamaan. Membuat Tiffany melongo sebelum mendesah kesal karena keluarga kecil ini. Calon keluarga lebih tepatnya.

“Tapi orang-orang akan menertawakan nya,”

“Tidak ada yang akan menertawakan Callistha di rumahnya sendiri” sergah Donghae sinis. Yoona merasa lega bahwa pria itu membelanya hari ini.

“Kau sudah pulang Call?” tanya Changmin “Aku baru saja ke tempat Victoria dan kalian sudah pulang” lanjutnya dengan suara ceria

“Aku bersukur mengajak Yoona pulang lebih cepat” rutuk Donghae

“Tiff, apa Yuri sudah sampai dari Korea?” menghiraukan ejekan Donghae, pria jangkung itu justru membawa Tiffany ke dalam pembicaraannya

“Belum Changmin-ssi. Katanya besok” lanjut Tiffany

“Bisa kah kalian tidak membahas ini di tengah-tengah kami?” tanya Donghae mulai merasa risih

“Tidak, aku suka berdiskusi di sini” Potong Changmin tak kalah sengitnya seraya mengambil kursi tepat di samping Yoona dan di hadapan Donghae tepatnya

“Kenapa kalian selalu saja bertengkar?” geram Tiffany seraya melangkahkan kaki jenjangnya dengan sangat teratur menuju dapur untuk mengambil air mineral “Tadi malam juga begitu” lanjutnya

“Apa mereka bertengkar tadi malam?” tanya Yoona penasaran

“Tidak, kami hanya saling menyapa” Potong Changmin

“Dan saling menannyakan kabar” jawab Donghae sembari menatap tajam kedua bola mata milik Changmin. Meski di lihat dari tatapan kedua orang ini, mereka tidak dalam keadaan akur

“Apa Tiffany-ssi dan Changmin-ssi tidak mau sup?” tanya Yoona

“Sup nya sangat enak” Ujar Jeno mencoba mempromosikan

“Sayang sekali aku sudah makan bersama Victoria tadi” Ujar Changmin,

“Baguslah,” timpal Donghae

“Mereka, maksudku Victoria dan Jessica memaksaku untuk makan” lanjut Changmin mencoba menghiraukan ucapan Donghae

“Sayang sekali” ujar Yoona dengan suara penuh kekecewaan, “Tiffany-ssi?” tanya wanita itu lagi

“Tidak, tapi tidak terima kasih. Ini sudah malam dan aku harus menjaga tubuhku” tolak Tiffany, “Kau juga harus melakukan hal yang sama sebelum Yuri memarahi mu” lanjutnya. Dan setelahnya Yoona hanya mengerucutkan bibirnya kesal. Mendapati itu, kedua pria yang telah duduk berhadap-hadapan ini merespond dengan kalimat yang sama, “Biarkan dia melakukan apa yang Ia suka, Tiff” ujarya serempak. Membuat Tiffany terlonjak kaget mendapati kedua orang pria dewasa kini tampak jauh lebih kekanakan dari Jeno yang duduk tak jauh dari mereka.

***

Sudah cukup lama Donghae mengetuk pintu kamar bercat dark blue itu. Dengan sedikit tidak sabaran, Ia menggenggam ganggang pintu dan membukanya perlahan, it works! Pintu ini sama sekali tidak terkunci dan dengan keadaan kamar yang kosong dan rapi, Ia tidak menemukan Yoona. Ini sudah lewat lima belas menit dari jam yang sudah ditentukannya. Apa Tiffany mengajarinya begitu lama? Donghae menutup pintu itu kembali seraya memutar tubuhnya menuju balkon. Barangkali Yoona ada disana, atau justru duduk di ruang santai di lantai satu?

Dengan sedikit gusar Donghae mencoba mencari Yoona, dan berujung di ruangan kecil disamping kamar Yoona, bercat sama dengan pintu lainnya dan tidak terkunci seperti pintu kamar milik Yoona. Namun disini Ia bisa mendapati Yoona yang tengah duduk di atas kasur dan bersandar di dashboard kasur dengan sebuah buku berukuran cukup besar untuknya. Donghae menghela nafas gusar dan akan segera meluapkan kejengkelannya pada Yoona sampai saat jemari lentik itu berada tepat di depan bibir wanita itu, dengan mata yang sedikit menyipit Ia mengisyaratkan Donghae dari jauh untuk tidak bicara dan menutup pintunya. Sedikit tidak mengerti, Donghae menutup pintu ruangan itu dengan tubuhnya yang sudah dimasukkan ke kamar kecil milik Jeno ini. Berjalan dengan perlahan mendekati Yoona saat wanita itu mulai mengatakan sesuatu tanpa suara. Kening Donghae kembali mengkerut dan semakin Ia mendekat, semakin Ia dapat melihat Jeno yang tertidur pulas di pelukan Yoona dalam kasur yang cukup sempit ini. Donghae masih penasaran dengan apa yang dikatakan Yoona, mengangkat alisnya seraya bertanya dan mendekatkan telinganya pada bibir wanita itu, Ia mendengar Yoona berbisik sangat pelan dan hangat terpancar dari sana. Ah, Donghae mulai memikirkan hal yang aneh saat menyadari panas itu berasal dari bibir Yoona.

“Tolong matikan lampunya, Aku tidak bisa bergerak” bisik wanita itu dan seluruh tubuh Donghae menghangat karena bisikan sederhana itu, Ia sungguh terlalu dekat hingga dapat menghidu aroma strawberry dari tubuh Yoona, menoleh dan mendapati wajah mereka terlalu dekat saat ini hingga Donghae dapat meneliti kesempurnaan terukir jelas di hadapannya. Pria itu sedikit menyesal menyadari wanita di hadapannya ini adalah batu loncatannya, tapi apa salahnya sedikit bermain-main? Pria itu kemudian mendekatkan wajahnya pada wajah Yoona, membuat Yoona melebarkan matanya dan menutupnya rapat setelah sadar bahwa pria ini terus saja memandangi bibirnya, ah ya, Donghae juga menginginkannya, tapi tidak di hadapan Jeno yang tengah terlelap. Bagaimana jika Donghae justru tanpa bisa mengendalikan dirinya malah ikut bergabung bersama mereka di kasur yang sempit ini? Pria itu mengulum senyumnya dan semakin mendekatkan bibirnya pada telinga Yoona hingga wanita itu sadar jika Donghae hanya ingin membisikkannya, bukan menciumnya. Betapa bodohnya Yoona yang berharap Donghae dapat meraup bibirnya dan membawa Yoona kekamarnya. Ah, wanita dewasa ini pasti sudah gila. “Aku tunggu lima belas menit lagi” bisik Donghae pelan dan hangat serta menggoda di telinga Yoona. Ia bahkan dapat merasakan Donghae tersenyum di sana, menghidu dalam-dalam aroma yang sangat Donghae sukai sebelum akhirnya menjauhkan wajahnya, Ia sadar aroma itu sangat berbahaya dan dapat membuatnya candu. Pria itu kemudian menoleh pada Jeno yang berada tepat di hadapannya, tertidur dengan sangat pulas. Ia kemudian mencium pipi Jeno dan merasakan aroma baby’s powder yang sangat nyaman, mengusap kepalanya penuh rasa sayang hingga membuat Yoona melongo dengan perlakuan Donghae pada anaknya. Setelahnya Yoona hanya mendapati Donghae yang beranjak mematikan lampu dan keluar dari kamar ini. Membuat Yoona akhirnya dapat mengisi kembali udara kedalam kedua paru-paru menyedihkannya ini dan menenangkan jantungnya yang sudah menggila.

***

Mereka kemudian melanjutkan belajarnya hingga larut. Dengan seluruh perasaan yang tidak mereka mengerti. Mencoba tampak biasa saja membahas bagaimana I AM Group pernah mengalami kegagalan, tentang seluruh cabang I AM Group yang tersebar hampir di seluruh belahan bumi dalam berbagai bentuk bidang dari sains, bisnis, hiburan, makanan maupun seni, tentang bagaimana mengagumkannya Presdir Im beserta suami nya mendirikan perusahaan ini dan seluruh kontra-nya hingga Yoona terlelap dengan kepala tergeletak diatas tumpukan buku, tanpa Donghae sadari. Donghae masih sibuk dengan penjelasannya dan berhenti saat melihat wanita itu telah menjatuhkan kepalanya diatas tumpukan buku dimeja. Wajahnya terlelap sangat kelelahan. Donghae menghela nafas dan menyadari jam benar-benar sudah menunjukkan pukul satu yang berarti ini sudah cukup. Ia pikir sebaiknya berhenti sekarang dan Yoona? Apa yang harus Ia lakukan? Menggendong tubuh wanita itu ke kasur? Atau membiarkan punggungnya patah tertidur di sini?

Terlalu bergelut dengan pikirannya, Donghae lantas berdiri dan menggendong tubuh Yoona ke kasur. Toh jaraknya hanya kurang dari satu meter. Namun meski tidak sampai satu menit Ia begitu dekat dengan Ibu satu anak ini, Ia semakin dapat menghirup sebuah aroma yang tak asing baginya. Donghae sangat menyukainya, dan nyaman dengan hanya menghirupnya. Rasanya begitu familiar sehingga aroma yang Donghae dambakan selama ini hadir kembali. Semakin mendekatkan wajahnya pada tubuh Yoona, Ia teringat akan sebuah malam. Mengingat kembali aroma ini membuatnya pening serta bergairah untuk merengkuh tubuh Yoona kedalam pelukannya, bagaimana Ibu satu anak ini bisa begitu menggoda hanya dengan aromanya saja? dan bagaimana jika mereka berakhir di ranjang? Sial! Apa Im Yoona ini memakan se-gerobak strawberry hingga aromanya begitu memikat?! Apa yang Ia pikirkan? Aroma ini sangat khas dan Ia tidak mengerti mengapa Ia begitu mendambakan aroma ini. Bahkan Donghae tanpa sadar telah larut dalam leher wanita yang baru saja diletakkannya dengan sangat perlahan dan hati-hati diatas kasur ini. Semakin menenggelamkan wajahnya disana, Ia pening dan begitu bertenaga diasaat yang bersamaan, Donghae bahkan tanpa sadar menempatkan tangannya di pinggang Yoona dan menariknya untuk semakin rapat dengan tubuhnya yang kini menundukkan tubuhnya ke atas kasur Yoona, ah, Donghae bisa mati karena gila dengan wanita ini. Bagaimana bisa Ia begitu memikat bahkan disaat tidur?

Wanita itu tersentak, saat mendapati sesuatu yang hangat di lehernya, menjalar dan sedikit basah mengecup leher pucat wanita itu. Yoona menyadari genggaman seseorang begitu erat di pinggangnya sebelum akhirnya tersadar ini milik Donghae. Pria itu berada di sana dan sebelum wanita itu memberontak, Ia dapat mendengar pria itu menggeram sebal,

“Aaah, ini gila” umpatnya sebelum kemudian benar-benar menghisap leher Yoona, meninggalkan jejak disana dan membuat Yoona mengerang kesakitan.

“D-donghae-aah” kedua tangan wanita itu menahan pundak Donghae untuk mendorongnya dan Donghae sadar jika Ia telah ketahuan,

“A-apa yang Kau lakukan Donghae-ah?” Paniknya seraya duduk di atas kasurnya dan menutup lehernya dengan jemari lentik milik wanita itu. Sadar jika Yoona terjaga karenanya, Donghae segera meluruskan tubuhnya. Berdiri di samping kasur setengah kelalaban seolah baru saja ketahuan telah mencuri

“Aku hanya memindahkanmu,” ujarnya datar tanpa merasa bersalah setelah sekuat mungkin kembali menormalkan ekspresinya, “Tidur di meja belajar bisa mematahkan tulangmu” lanjutnya kemudian pergi keluar dari kamar ini saat Ia yakin Yoona tak akan menunjukkan kembali reaksinya, “Kita sampai disini hari ini, istirahatlah untuk sekolah besok” ujarnya di sela-sela pintu sebelum benar-benar menutupnya. Yoona masih tercengang akan perlakuan pria itu, apa yang diinginkannya? Yang Yoona ingat Donghae bukan sebentar berada sangat dekat dengannya, dan aroma pria itu benar-benar membuatnya terjaga. Sejenak Ia berpikir untuk membiarkannya, namun rasanya Donghae tak kunjung beranjak dari tubuhnya sebelum Yoona  angkat bicara. Bagaimana jika Ia hanya membiarkan Donghae tadi? Mungkinkah Ia akan mendapatkan perlakuan yang sama seperti Donghae memperlakukan Jeno tadi? Donghae mencium pipinya? Atau justru bibirnya? Atau justru mereka kembali terjaga dengan keadaan polos seperti beberapa tahun yang lalu? Menenggelamkan wajah merahnya di kedua telapak tangannya dan berteriak pelan, “Ya tuhaaan, apa yang Aku pikirkan?!”

***

“Oh lord!” Umpat Donghae “Gap! Aku ke-gap!” Ia melayangkan tinjunya ke udara, seolah Ia bisa menggapai langit-langit rumah ini dan menghancurkannya begitu saja. Donghae yakin jika wajahnya sudah semerah tomat saat Yoona mendapati Ia tengah melakukan hal yang cukup intim padanya. Mau di  taruh ke mana wajahnya besok? Besok lagi? atau besok-besoknya lagi?! Pria itu kemudian menggeleng cepat. Ia begitu menginginkan Yoona di pelukannya, tapi sial! Kenapa wanita itu begitu menggoda bahkan hanya dengan duduk diam dan tidak melakukan apapun?!

Membuka pintu kamarnya dan menggeram kesal saat mendapati pria itu lagi, berada disana.  Di atas kasurnya. Menghidupkan saklar lampu dan duduk di pinggiran kasur. Mendapati Changmin tertidur begitu pulas di sana.

“Ia tertidur seperti lelaki polos. Tapi terjaga seperti setan” umpat Donghae pada Changmin yang benar-benar mengiyakan tindakannya untuk tidur di sini kemarin malam.

Donghae tau Ia tidak akan bisa tidur malam ini, rasanya energinya benar-benar terisi dan tak tau harus di salurkan kemana. Ia sudah seperti vampire saat mendapatkan energi hanya dengan menghirup leher wanitai itu. Dan tubuh Donghae meledak-ledak dipenuhi adrenalin.

Setelahnya pria itu berjalan ke balkon. Sepertinya udara malam ini tidak bersahabat, tapi mungkin dapat membekukan pikiran joroknya. Namun apa yang Ia dapati? Wanita itu duduk disana. Menyilangkan kedua kakinya ditepian kolam.

“Kau tidak tidur?” tanya Donghae, mendapati Yoona menoleh dan secepat kilat wanita itu kembali mengalihkan pandangannya.

“Bagaimana aku bisa tidur” umpatnya. Donghae mengerti apa yang Yoona maksud. Donghae juga sama halnya dengan wanita ini,

“Kau sendiri?” tanya Yoona ragu-ragu saat Donghae duduk disebelahnya dan menenggelamkan kakinya di pinggiran kolam

“Changmin begitu ribut” elak Donghae. Ia dapat menangkap wajah kekecewaan dari Yoona saat mendapati jawaban Donghae berbeda dari jawabannya. Ah, Donghae ingin mengutarakan hal yang sama, tapi bagaimana bisa?

“Kalian sekamar berd-”

Omo!” Pria itu memotong perkataan Yoona dan menunjuk pada leher wanita itu, terdapat tanda merah disana

“Apa?”

“M-maafkan aku, ini menimbulkan bekas” ujar Donghae merasa bersalah, membuat kedua mata rusa Yoona menyala,

“Apa yang kau lakukan?!” umpatnya seraya memukul pundak Donghae sebal. Namun pria itu terkikik geli melihat Yoona yang kini tampak panik, “Astaga bagaimana cara menghilangkannya ini?!”

“Kau… tidak tau?” tanya Donghae

“Tentu saja! Ini pertama kalinya aku mendapa-” Yoona menggantungkan perkataanya saat Ia sadari sudah terlalu jauh. Apa yang kau lakukan Im Yoona?! Mengatakan jika Ia tidak punya banyak pengalaman dalam hal intim seperti ini?! Ah, wanita ini begitu polos.

Setelahnya hanya ada kesunyian malam dan mereka kembali terdiam pada pemikiran masing-masing. Membuat Donghae tidak mengerti mengapa Yoona tampak begitu polos meski terkadang Donghae dapat menangkap respond tubuh wanita itu yang memang seperti remaja belasan tahun. Yoona tampak menggemaskan seperti Donghae tampak begitu tua dan liar dihadapannya. Lihatlah betapa wajah wanita itu memerah kembali meski malam ini, duduk di balkon tepat ditepian kolam menjadi titik terdingin untuk di lakukan oleh orang bodoh. Donghae tersenyum saat menyadari Ia tertarik pada wanita ini, wanita yang tampak tengah mencari pembicaraan baru dengannya, menatap malam yang kelam ini dengan bibir yang mengerucut beberapa kali menyadari Donghae menatapnya, tapi justru tidak menoleh, malah mengalihkan bola matanya ke langit tampak salah tingkah, Ah dengan memperhatikan Yoona seperti ini saja Donghae sudah merasa meledak-ledak. Mendekatkan wajahnya pada wajah Yoona hingga wanita itu menoleh dengan kedua alis yang terangkat,

“Ini juga belum?” goda Donghae seraya mendekatkan bibirnya pada bibir Yoona. Wanita itu kembali memerah dan menatapnya tak percaya, meski bibir mereka belum bersentuhan, tapi hidung mereka sudah. Donghae bisa saja kembali pada keisengannya tadi dan tertawa mendapati wajah Yoona, tapi bagaimana jika tubuhnya menginginkan hal yang sama? Hingga Donghae begitu saja meraup bibir wanita itu yang sungguh di luar rencananya, dan Donghae sudah terbakar karena kehangatan bibir ini. Meleleh bersama imajinasi liarnya. Dingin di kakinya tidak terasa lagi tergantikan dengan hangat yang menjalar di sekujur tubuhnya. Ia bahkan mendekatkan tubuh Yoona dan semakin dalam mengulum bibir lembut wanita itu. Ia kemudian sadar jika Yoona minim pengalaman akan hal ini. Apa saja yang Ia lakukan dulu hingga mendapati Jeno?! Tapi apa ini? Bibir mereka begitu pas saat bertemu, membuat Donghae tak ingin melepaskannya malah melumatnya begitu halus dan perlahan, berhati-hati dengan sesuatu yang begitu lembut ini. Donghae kemudian melepaskan bibirnya saat mendapati Yoona yang mulai kehilangan nafasnya, mendorong pundak Donghae dengan jemarinya yang lemah. Bahkan saat ini wanita itu tampak menggoda dengan wajah polosnya, menatap Donghae dengan kedua mata yang melebar dan bibir terbuka, bisa kah mereka menjadikan malam ini sebagai malam yang panjang? Tapi bagaimana bisa Donghae begitu tega saat menyadari Yoona masih tidak bergerak, begitu juga dengan dadanya yang tidak tampak tengah menarik nafas, Donghae sadar jika Yoona telah membeku,

“Bernafas Yoon,” ujar Donghae setelah mendapati tubuh wanita itu masih menegang. Yoona kembali tersentak pada alam sadarnya dan menghembuskan nafasnya, Ia benar-benar kolaps. Wanita itu mendapati Donghae tersenyum sangat manis setelah menciumnya di bawah salju yang perlahan mulai turun. Cukup lama memperhatikan wajah pria itu dengan raut yang sulit di percaya, Donghae menoleh dan mengecup pelan bibir wanita itu, lagi. Ah, betapa Donghae menginginkannya lagi dan lagi. “Tidurlah, besok harus sekolah” bisik Donghae pelan tepat di hadapan bibir Yoona. Dan seperti tersihir begitu saja, wanita itu berdiri dan segera pergi meninggalkan Donghae. kembali menoleh dan mendapati Donghae tersenyum sangat manis disana, Yoona bisa gila berada terus-terusan dihadapan pria itu dan harus segera melarikan diri secepat mungkin dari pria yang baru saja menciumnya beberapa menit yang lalu. Jika tidak, tubuh Yoona akan dengan mudahnya menarik Donghae dan memohon meminta diperlakukan lebih. Donghae mengikutinya dari belakang dan berdiri tepat di depan pintu saat Yoona juga tak beranjak dari pintu kamarnya. Mereka berdua menoleh, membuat Donghae mengangkat alisnya saat mendapati Yoona tampak ragu-ragu seolah ingin mengatakan sesuatu

“Kau ingin aku tidur di kamarmu?” tanya Donghae dengan suara beratnya

“Y-ye?! T-tidak!” elak Yoona, membuat Donghae tersenyum

“Baiklah, kalau begitu selamat malam” ujar pria itu, namun langkahnya terhenti saat mendapati Yoona kembali berujar,

“Jika kau tidak bisa tidur disana, mungkin bisa menggunakan kamarku” ujar Yoona. Dan wanita itu tau Ia salah telah mengundang serigala masuk ke dalam kamarnya tepat jam setengah dua pagi.

“Kau tidak menyesal?”

“Untuk apa? Aku akan tidur di kamar Jeno toh besok pagi kamar ku akan kembali di bersihkan setelah Kau gunakan” ujar Yoona, membuat Donghae menggeram pelan mendapati wanita itu tidak menangkap maksud pria ini.

“Baiklah” ujar Donghae. Sesungguhnya Changmin tidak ribut dalam tidurnya hingga Donghae harus pindah kamar. Tapi pria itu tau Ia tak akan bisa tidur malam ini. Saat Yoona mengambil selimut dan bantalnya, Donghae menahan lengan wanita itu,

“Dengan kasur sempit seperti itu?” tanya Donghae

“Kami sudah biasa dengan yang sempit seperti itu” jawab Yoona sembari mengulum senyumnya

“Tidak, Jeno bisa terbangun dan… Aku tidak akan mengusikmu. Aku hanya akan tidur dan kupastikan kita tidak akan melakukan apapun” ujar Pria itu pasti.

Ya, hanya akan tidur dan tidak melakukan apapun kecuali kini mereka berdua terbangun dengan tubuh yang saling berpelukan. Donghae memeluk tubuh Yoona begitu posesif merengkuh wanita itu kedalam pelukannya yang begitu pas dan Yoona tenggelam pada dada bidang Donghae. Mereka tidur dengan lelapnya dan terjaga di pagi hari dengan keadaan saling berpelukan seperti ini, namun kedua dari mereka enggan untuk beranjak dari pelukan hangat ini. Begitu menikmati pagi yang hangat ini berdua, Yoona menyukai kehangatan ini begitu pula Donghae yang menikmati setiap aroma yang selalu Yoona pancarkan, Donghae mungkin sudah kecanduan. Ia harus mengganti namanya menjadi Donghae YoonAddict.

***

 “Haramoni annyeonghaseyeo” Sapa Jeno seraya mengambil duduk disamping Donghae dan di hadapan Tiffany di kursi tinggi ini. Beberapa asisten rumah tangga kemudian membantunya,

“Donghae ahjussi annyeong” sapa Jeno dan dijawab dengan senyuman terbaik pria itu. “Park ahjussi, Changmin ahjussi, Tiffany ahjumma annyeong” Setelah selesai mengabsen semua orang di meja makan ini, Jeno meraih sendoknya dengan bersemangat. Wanita tua di ujung meja makan ini biasanya tidak menyukai keributan di meja makan. Tapi kali ini Ia membiarkannya lantaran mendapati Jeno yang begitu menggemaskan saat melakukannya, Ia rasa tidak ada salahnya.

“Bagaimana tidurmu?” tanya Donghae

“Nyenyak sekali” ujar Jeno bersemangat, “Kasurnya kan empuk” lanjutnya tanpa tau malu, “Jeno bangun pagi-pagi minta eomma buatkan susu, tapi ahjussi dan eomma tidur sangat lelap di kamar berdua” dan setelahnya lontaran kata yang begitu jujur itu membuat Donghae tersedak, begitu pula dengan Yoona yang saat ini meletakkan secangkir teh yang Donghae minta dengan gula yang terpisah tepat di hadapan Donghae kemudian menatap Jeno tak percaya. Tapi tatapan seisi meja makan justru mengarah pada Donghae, begitu pula Changmin yang tak henti-hentinya menghujami pria ini dengan tatapan menusuknya

“Aku menunggumu di kamar sampai tertidur ternyata kau di kamar Callistha” tutur Changmin begitu saja, membuat Tiffany tersedak mendengarkan pengakuan pria di sampingnya ini.

“Kalian, tidur bersama? M-maksudku… aaaah, Ya aku sudah mencurigainya sejak awal” cerepet wanita itu panjang lebar seraya mengangguk mengerti

“Aku tidak! Apa yang kau pikirkan?!” geram Donghae

“Apa yang memang harusnya di pikirkan” jawabnya santai dan setelah mendapati Yoona duduk tepat disebelahnya, “Kau sungguh kasihan Call” bisik wanita itu

“Tidak bisa kah kalian diam” geram suara wanita di ujung meja sana yang mendapati paginya begitu berisik.

Ahjumma diam! Haramoni marah” umpat Jeno

“Aku sudah diam” bantah Tiffany

“Dia sudah diam Jeno” bela Changmin

Ahjussi juga!” celetuk Jeno dan setelahnya wanita tua itu meletakkan sendok dan garpunya secara bersamaan. Menghela nafas panjang dan meneguk kopinya secara teratur.

“Apa anda baik-baik saja presdir?” tanya sekretaris Park khawatir

“Kalian harusnya lebih tenang di meja makan” ujar wanita tua itu datar

“Apa Jeno juga?” lelaki kecil itu mengeluarkan suara kecilnya yang tampak menciut kecewa,

“Kecuali Jeno” Timpalnya

“Yeee!!!” sorak Jeno, Ia setelahnya mendapatkan tatapan ketidaksukaan dari seisi meja makan kecuali dari Yoona dan Donghae yang tampak bahagia karena anak mereka mendapatkan perlakuan khusus dari Presdir Im. Ya, anak mereka.

***

Jam makan siang sudah hampir berakhir namun Minho tak kunjung menampakkan wujudnya di sekolah. Yoona mulai di serang rasa bosan saat beberapa siswa sibuk berbicara dengan bahasa mereka dan Yoona tak berniat sama sekali untuk bergabung. Ia berharap bisa memakan bekalnya berdua dengan Donghae seperti kemarin atau apa Ia harus menawarkannya pada pria itu dan menghampirinya ke ruang guru?! Tidak-tidak! Sejujurnya Ia masih belum siap bertemu dengan Donghae. Belum saat dirinya terbangun dengan rasa sesak sekaligus nyaman saat Donghae memeluknya begitu erat tanpa Ia sadari.

Yoona menyusuri koridor sekolah dan jemarinya masih setia menyapu tiap tembok yang Ia lalui dan matanya menatap bosan ke setiap kelas yang Ia lalui hingga terdengar di telinganya sebuah alunan piano yang sangat merdu. Membawanya untuk mendekati sebuah ruangan di ujung koridor ini, tepat sebelum tangga. Yoona tak pernah menyadari adanya piano di ruangan ini sebelum Ia benar-benar mendengar alunan yang indah itu.

Hanon” ujarnya seraya tersenyum saat mendengarkan dan mengetahui jenis suara yang masuk secara teratur di telinganya. Merasa tersihir, Ia membuka knop pintu dan melangkah masuk ke ruangan kosong itu. Hanya ada beberapa peralatan musik dengan salah satunya adalah piano. Seseorang tengah memainkannya disana, menoleh karena ada yang mengganggunya, pria itu tersenyum manis saat mendapati siapa yang datang. Yoona menyadari wajah Asia itu, seseorang dengan senyuman yang cukup manis sebelum akhirnya pria itu kembali mengalihkan tatapannya pada piano dan kembali memainkan jemarinya disana. Yoona tak perduli jika Ia tidak mengenali pria tanpa seragam sekolah ini, apa Ia guru atau justru orang asing, yang Ia lakukan kemudian hanyalah berdiri tepat di samping pria itu, terkagum-kagum pada permainannya yang telah berganti. Pria itu menoleh untuk yang kedua kalinya dan menghentikan jemarinya,

“Duduklah” ujarnya. Yoona mengangkat alisnya bertanya namun nalurinya memerintahkannya untuk mengikuti ucapan pria itu. Bersukur jika pria ini tidak menggunakan bahasa inggris padanya seperti orang-orang lainnya. Namun tak begitu perduli dengan hal lain, Yoona terlalu menyukai piano dan mengikuti ucapan pria itu. Setiap toko yang Ia lewati sepulang kerja, Ibu anak satu ini selalu berhenti disebuah toko musik di pinggiran jembatan dan melihat sebuah piano yang terpajang disana, berharap suatu hari Ia dapat membawa piano itu pulang dan bermain disana. Yoona tak pernah melupakan satu kunci dari lagu yang Ia sukai, Memory. Ia menyukai lagu yang di lantunkan tahun 1997 itu. Meletakkan bentonya ke samping kursi panjang ini sebelum jemarinya mulai memainkan tuts piano dengan gugup. Ini untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun lamanya tidak menyentuh piano. Nada-nada yang keluar tidak berantahkan, tidak pula mengalir sangat indah sampai pria di samping Yoona menambahkan dengan jemarinya, menyeimbangi permainan Yoona yang cukup buruk untuk di dengar, namun semua kembali normal dan mengalir indah di telinga nya. Membuat segala kegundahan Yoona beberapa hari terakhir ini terangkat begitu saja, sebuah perasaan nyaman dan aman datang begitu saja hingga di nada terakhir dan Yoona masih tetap dengan senyumnya menoleh pada pria ini,

“Kau bermain dengan baik,” puji pria itu kemudian mengusap kepala Yoona menggemaskan. Hal yang seharusnya dilakukan oleh orang dewasa pada anak-anak dan pria ini hanya melihat Yoona sebagai siswa dengan kemampuan bermain piano yang cukup baik.

“Senang bisa bermain denganmu,” ujar Yoona, “Ahjussi,” tambahnya di akhir kalimat karena Ia tau penyamarannya sebagai siswa saat ini

“Kau harus banyak berlatih, Yoona” ujar pria itu setelah mendapatkan nama wanita di hadapannya ini dari name tag yang tertera di saku kanan baju Yoona,

“Dan namamu?”

“Kyuhyun Cho”

 

Sini ku beri satu rahasia besar tentang takdir

Tentang kebetulan

Yang sebenarnya adalah skenario yang telah disiapkan

Tanpa seorangpun menyadarinya

Dan Tuhan tersenyum

Semua skenarionya berjalan dengan sangat mulus hari ini

to be continued…

Next
“Haramoni masuk ke rumah sakit” 
 “Apa Aku membangunkamu?” 
 “Sialan, apa yang Ia lakukan pada Yoona? Mereka belum resmi menikah”  
 “Apa Kau menyukainya?” “Ye? Siapa... Maksud halmoni?”
 “Ayah Jeno... Apa Kau menyukainya?” 

Hollaaa balik lagi, jangan lupa RCL yaaa.

Yuk diskusi tentang rahasia-rahasia yang masih belum jelas dan belum terbongkar

Gimana menurut pendapatmu? Siapa itu Donghae? siapa itu kyuhyun dan siapa changmin sebenernya? Dan siapa minho? Minho adalah suami author

Setiap orang harusnya punya pendapat yang berbeda-beda tentang apa yang mereka baca dan aku ngga pernah masalahin tentang pendapat kalian karena aku buat cerita ini agar teman-teman lebih berimajinasi dari cerita ku, bukan menyamakan presepsi kita. Make it well, and replace a comment, being a good reader and next story will posted one week again (maybe) lol

See ya~

jangan lupa untuk nonton Teasernya di :

97 thoughts on “Bitter Sweet (Chapter 3)

  1. Apa Donghae kecelakaan yah terus dia lupa ingatan, sebelum Yoona ngasih tau kalau dia hamil anaknya. Lalu apa yang membuat Yoona kabur dari keluarganya..Tau ahh pusing :v
    Jeno gemesin banget elah, tapi syukur lah Donghae sudah mulai jatuh cinta ama Yoona..

  2. omgee gilaa baca’y jg smpe deg-deg.an ini mah..
    huwaaaa..g sabar bca kelanjutan’y..
    you’re t’best thor~~

  3. Yee Kyuhyun udah nongol …
    Jeno itu anaknya YoonA sama Donghae kn? Changmin yg seharusnya nikah sama Yoona tpi tergantikan oleh Donghae …
    dan Minho ….. mungkin bener dia suami Author ff ini #hhihihi …
    Kdan Si Kyuhyun ituuuuuuu suami aku #hhahaaaha …
    oke lh ditunggu next’a aja ^_^

  4. …wahhh ff fav akhirnya d post juga…
    Besok2 cepetan d post lagi yah thor… Hahahhha

    Donghae udh mulai nakal hahaha,,tpi justru bkin ngakak sendiri stelahnya kaku amat yah.. 🙂
    Pleasee gue gk tau asal mula terbentuknya jeno kek gimana,part tu kapan bisa d jelasin? Hahhhahah

  5. jadi donghae beneran tidak ingat dengan apa yg dulu pernah terjadi kepada dia dan yoona sehinga menghasilkan jeno!
    minho gue penasaran banget sama ini orang soalnya kesannya misterius ea hihihi
    next next next please
    semangat author!!!!

  6. donghae masak ga inget yoona sama sejarah penting asal usul jeno siih jadi gregetan. yoonhae momennya bikin gemess. next chap fighting thor!!! jangan lama lama yaa

  7. Seneng ih lanjutan ff nya cepet.. Lagi libur kuliah tah unnn *sok kenal plisss hheheh
    Eh Minong kemana sih, dia ga sekolah? Aku penasaran ama dia…
    Aku kurang ngerti apa niat Dongek sebenernya buat nikahin Yoona?
    Chang ama Hae emang dulu punya masalah satu sama lain gitu? Sukanya kalo ketemu pengen ribut mulu. Mereka jg katanya disini saling ngejerumusin ke neraka? Yg dimaksud neraka disini apa sih? I AM grup ya?

    Masih banyak rahasia2an nih.. Ditunggu lanjutannya~

  8. ternyata donghae ga inget ap2 tentang yoona,tapi ikut seneng karna donghae udah makin deket sama jeno
    ditunggu chapter selanjutnya eonni

  9. Masihh sangat2 prnasaran knp donghae ga ingat sama yoona hafftt dannn ada cast baru nih “kyuhyun” btw si minho manaaa yah? Makin seruu apalagi udah mulai ada yoonhae momentt ditunggu next prtnya..fightinggg^^

  10. Wah wah hae udah brani cium yoong yah.. Jeno suka bnget sma hae.. hae ma yoong bahkan tidur bareng 😀 Mereka kluarga serasi 🙂 Aku kepo sma hbungan changmin ma hae,, mereka slalu berantem tpi changmin slalu ada dikmar hae klo malam?? Jeno polos binggo,, smpai2 mulutnya nghk kekontrol 😀

    Next.. fighting eonni 🙂

  11. Donghae apa ilang ingatan ya ??? tapi dia inget kejadian malam itu tapi dia gak inget sma Yoona ???
    Next,,, thor penasaran sma kelanjutannya.

  12. Aku baru baca ff ini ^^ & kayaknya ff ini bakal jadi ff yg panjang hihi soalnya Banyak masalah yg belum terpecahkan. keep writing thor 🙂 semangat!! Ditunggu kelanjutannya.

  13. Kyaaa…..!!!! Donghae+changmin+kyuhyun… fighting!!! Siapa yg bisa dapatin hati yoona. Ciee. .Donghae ahjussi diam2 mau juga. Hahahha…

  14. Donghae hilang ingatankah?
    Masak donghae nggak inget apapun tentang yoona
    Disini apa mungkin changmin menyukai yoona?

  15. Ceritanya makin seruu..
    Aku penasaran kenapa donghae bisa lupa apa yg terjadi antara dia Dana yoona, dan soal yoona yg polos, tapi bisa menghasilkan jeno di masa lalu dgn hae… 😐 Sumpah penasaran apa sebenarnya dulu yg terjadi antara yoonhae.. Terus changmin itu kayaknya suka Victoria, dan minho itu ada hubungan apa dgn yoona..??

    Tapi aku suka hae yg dekat dgn jeno, dan mulai menunjukan perasaannya sama yoona.. 😄😘

    Pokonya aku tunggu chapter selanjutnya yah, jgn lama2.. 😉 Fighting 🙆👍😃

  16. Aku bacanya sampe senyum2 sendiri wah gila nih ff keren bgt..yoonhae moment tu lucu tapi juga manis..pokoknya suka deeh

  17. author bikin ceritanya daebak banget sampai susuh di tebak, pokoknya beda dari yg lain tapi sumpah ini seru banget,,,
    next author jangan lama2 yah q akan menunggu dengan setia utk cerita next nya
    #faighting

  18. wow…donghae mulai nakal yah…hahaha
    seneng banget liat perubahan sikap donghae k yoona..semoga cepet inget kalo ternyata dia itu ayah jeno…
    d tunggu chapter selanjutnya.. fighting!! 🙂

  19. sebenarnya donghae knp gk ingat yoona?
    terus apa kyuhyun nnt akan menjadi org ketiga hubungn mereka.. ah bukn hanya kyuhyun saja sich tp changmin jg sepertinya suka sama yoona.. apa benar?
    lalu atau apa jangan-jangan kyuhyun ini ada hubungn sama donghae.. mungkin dy org yg d kenal donghae.. entah itu musuh atau teman/saudara..
    tp yg pasti aq penasaran sama lanjutnnya.. please lanjutkan thor.. dan cepat di publish..

  20. Duuuhhh bkin pnasaran bnget. .
    Knapa sih yoona kagak ngmong kalo jeno ntuh anak.nya donghae. .
    Trus donghae ko kagak nydar kalo jeno ntuh anak.ny ??
    Cpetan dipublish dong thor next chap.nya. .
    Ditunggu

  21. Daebaaakk…
    Semakin gregeeett…
    Apakah semua pria yang dekat dengan Yoona oenni itu hanya skenario semata…
    Penuh dengan kejanggalan…
    Dan kenapa Haepa bilang kalau Yoona oenni hanya sebagai batu loncatan…
    Dan kenapa Haepa bisa lupa kalau dia pernah bertemu Yoona oenni dan melakukan hal itu…
    Penuh dengan mysteri…
    FF ini benar2 kereeenn…
    Ditunggu next partnya Chingu…
    Jangan lama2 yaa…heheheee
    Keep Writing and Fighting!!!

  22. haiii..
    aku minta maaf sebelumnya, baru bisa ninggalin jejak dipart 3 ini..
    part 1 dan 2 udh aku baca. awalnya kupikir siwon yg mantan suami yoona, tp setelah nama jeno keluar, entah kenapa lsg ke mikir donghae. tapi ternyata, donghae bukan mantan maupun suami yoona. asal usul terbentuknya jeno pun msh ga tau, ahahhahaa..
    jeno emg bener ank donghae kan..? tp knpa sepertinya donghae ajj nih yg ga tau kl jeno anaknya? changmin, Im halmoni ajj tau donghae ayahnya jeno. donghae pernh terbentur sesuatu atau kecelakaan yg mengakibatkan ia hilang ingatan kah..?? eeh, tapi kok donghae seolah2 pernh ketemu yoona dimasa lalu..? binguuuung..
    changmin itu asisten manajer, tpi kok kyk nyimpen rahasia ya..? knpa asisten itu kyknya tau banyak ttg yoona dan jeno..?? ga mungkin changmin cmn asisten biasa nih..
    dan minho..? trus kyuhyun..? siapa lagi mereka..??
    semoga setelah ini lee jonghyun ga iktan muncul juga.. (efekkyuline)
    semoga minggu ini keluar part 4nya..
    ga sabar..
    fightiiing…!!!

  23. donghae kok g inget y klo dia yg hamilin yoona? haha ilang ingatan krn kecelakaan ato malam itu lgi mabuk berat n g ingat ap2 stlhny.. tau ah..
    ngu author ngungkap semuanya aj di chap berikut2ny..

  24. aku bara baca di part ini hehe ceritanya bagus, suka romantic comedy gitu, disini yoona jadi cewe yang polos kaya bocah, padahal udah punya anak, tapi masih penasaran sama hubungan yoonhae, kenapa mereka bisa mabuk terus bikin yoona hamil, apalagi sekarang ada cowo baru si Kyuhyun, makin seru hihi, ditunggu kelanjutannya yaa 🙂

  25. eh eh eh itu si hae main grepe“ aja hahaha, udah berani bobo breng lg,
    penasaran sama crita masa lalu yoonhae sampe terjdi ada jeno tp knapa hae bisa lupa ama yoon sdgkn yoon msh inget ama hae?
    lnjut lnjut lanjut

  26. eh eh eh itu si hae main grepe“ aja hahaha, udah berani bobo breng lg,
    penasaran sama crita masa lalu yoonhae sampe terjdi ada jeno tp knapa hae bisa lupa ama yoon sdgkn yoon msh inget ama hae?
    lnjut lnjut lanjut lah cpeet

  27. eh eh eh itu si hae main grepe“ aja hahaha, udah berani bobo breng lg,
    penasaran sama crita masa lalu yoonhae sampe terjdi ada jeno tp knapa hae bisa lupa ama yoon sdgkn yoon msh inget ama hae?
    wsh ada teka teki, ayo yoonhae cpet nikah
    lnjut lnjut lanjut lah cpeet

  28. Semua pertanyaan udah di jabarkan oleh author aq cuma nge.iyain aja, soalnya pertanyaanku sama persis , penasaran ama ceritanya, next chap di tunggu ne, fighting

  29. donghae gak tahu siapa itu yoona tapi kenal dengan aroma nya? aku selalu suka sama interaksi jeno donghae… bikin terharu bahagia gitu bacanya 😀

  30. Aku baca ff ini berasa nonton drama korea, deg degan dan greget bngt. Changmin sm Donghae lucu :v Changmin sm aku aja :v

    Wow, ada kyuhyun. Bakalan jd cinta segi berapa ini? Changmin, Donghae, Kyuhyun & Minho.. Nasib jd org cntik mah gitu :v

  31. Baca part ini aq sampai deg-deg seer…
    Mungkin Donghae melupakn yoona tp tdk dng tubuh nya hihihi… #apaan sich.

    Apa mksudnya Donghae mgambil tmpt Changmin, apa Changmin adlh calon suami yoona??

    Wah ada cho kyuhyun ni, kyq nya bakalan tambah seruu.
    Semakin penasara
    Lanjut aja ya.

  32. ah lucu nya keluarga kecil mereka. ayo cepet cepet nikah deh hehe
    ya ampun donghae udah berani aja cium cium yoona , dia ga inget apa dulu pernah ngelakuin yang lebih dari itu haha

  33. apa donghae kecelekaan trus ilang ingatan? apaa karna pas ngelakuin itu dia lagi mabuk? 😀
    ceritanya bagus thor, jarang nemu yg alur ceritanya kaya gini! ^O^
    Ijin baca+ijin ngeshare kata2nya ya thor 😀

Komentarmu?