Do You Know? – Another Flashback (Chapter 4)

7WMenry
Author : hanasumi
Title : Do you know? – Another Flashback (Chapter 4)
Cast : Im Yoona, Lee Donghae
Genre : Romance
Author note : Hey! Maaf banget ya aku baru update ff ini lagi, akhirnya ujian aku beres! Sekarang aku udah punya banyak waktu luang untuk nulis! ^^ Aku usahain aku selesaiin ff ini trus lanjut yang lain yaaa. Maaf sekali lagi, mungkin kalian juga udah pada lupa sama ceritanya, jadi aku sarankan untuk baca dari awal kalau memang kalian lupa. Bab ini masih kelanjutan dari bab sebelumnya yang dimana juga flashback. Mohon sabar ya, aku akan bawa kalian ke masa-masa sebelum yoona dan donghae ketemu setelah yoona pulang dari amerika. Aku akan jelasin kenapa yoona bisa tiba-tiba ada di amerika. Aku juga akan ngasih kalian beberapa momen yoona dan donghae setelah mereka resmi bertunangan. Semoga kalian bisa terhanyut sama ceritanya yaaa…SEMOGA 🙂 Anyway, langsung aja baca ya. Ga lupa, komentar, kritik, dan saran kalian ya! ^^ Oh ya, minta doa kalian ya semoga aku keterima SNMPTN. Pengumumannya minggu ini!! Bagi kalian ya sama kaya aku, nunggu pengumuman SNMPTN juga, bisa juga komentar di bawah, deg deg-annya kaya apa hehe aku akan doain kalian juga kok! ILOVEYOUREADERS ❤

 “APA?! Kau bercanda, kan?!” Suara tuan Lee terdengar menggelegar di ruang tamu kediaman keluarga Lee. Donghae tampak tidak terkejut dengan reaksi ayahnya. Wajahnya hanya menampakkan ekspresi datar.  

“Tidak, aku serius. Aku ingin membatalkan pertunangan.”

“Kau gila?! Tentu saja kau tidak bisa seenaknya mengambil keputusan secara sepihak seperti itu!”

“Keputusanku ini bukan keputusan secara sepihak. Yoona menyetujuinya. Dia juga tidak menginginkan pertunangan ini.” Jawab Donghae dengan nadanya yang santai tapi masih terkesan serius.

“Tapi, bagaimana dengan-”

“Bisnis? Kerja sama perusahaan? Tenang saja, aku akan pastikan kalau perusahaan tidak akan mengalami kerugian dengan dibatalkannya pertunangan ini.” Kata-kata Donghae terdengar sangat tegas dan meyakinkan. Tidak nampak keraguan dalam kalimat yang baru saja ia ucapkan. Seolah-olah Donghae sudah siap untuk menerima konsekuensi setelah pertunangan dibatalkan nanti.

“Bukan itu yang ayah maksud!”

“Lalu apa?”

“Atas dasar apa kau membatalkan pertunangan ini?” Kali ini tuan Lee merendahkan nada suaranya. Bahunya yang tegang kini sudah mulai melemas.

“Sederhana, kita tidak saling mencintai. Dan juga, bukankah aku sudah pernah bilang pada kalian kalau aku sudah mempunyai kekasih?”

“Lee Donghae…” Nyonya Lee yang sedari tadi diam memandangi kedua pria itu beradu pendapat akhirnya membuka suaranya. Suaranya yang lembut membuat Donghae menghela napas sebelum akhirnya kembali berbicara,

“Jessica. Dia kekasihku dan aku mencintainya,”

“Hentikan omong kosongmu!”

“Sekali lagi aku serius! Tolong batalkan pertunangan ini karena aku dan Yoona sama sekali tidak tertarik dengan hal ini.”

“Cukup! Kita akan bicarakan ini lain kali.” Ucap tuan Lee dengan tegas sebelum akhirnya meninggalkan ruang tamu dengan nafas yang tersenggal-senggal.

“Lee Donghae, memangnya ada apa sampai kau tiba-tiba ingin membatalkan pertunangan?” Ucap nyonya Lee sambil mengusap lengan lembut lengan Donghae. Donghae hanya memberikan senyuman samar kepada ibunya sebelum ia juga beranjak pergi dari ruang tamu.

*****

“Apa? Kau ingin membatalkan pertunangan?” Tuan Im memandang kaget Yoona yang berdiri di depannya.

“Ayah…A-aku tau kalau ayah dan tuan Lee sudah membuat perjanjian ini jauh sebelum kami lahir, dan perjanjian ini sebagian besar bukan karena kalian ingin mencari keuntungan semata, tapi karena ikatan persahabatan kalian yang sudah terjalin jauh sebelum aku ada di dunia ini. Tapi…Tapi, aku benar-benar tidak bisa mewujudkan perjanjian ayah…Maafkan aku, ayah.” Ucap Yoona yang sedari tadi berusaha untuk tidak menatap kedua mata ayahnya.  Suara Yoona yang pelan membuat tuan Im mau tidak mau bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mendekati Yoona.

“Sayang, ada apa? Mengapa tiba-tiba? Bukankah waktu itu kau menyetujui pertunangan ini?” Tanya tuan Im sambil memegang kedua bahu Yoona. Yoona masih terus menundukkan kepalanya di depan ayahnya. Ia tidak bisa menatap kedua mata teduh ayahnya itu. Ia tidak bisa…

“Maafkan aku, ayah…Hanya saja, setelah aku pikir-pikir lagi, a-aku tidak mau terikat dalam suatu hubungan yang tidak didasari oleh cinta,” Oh tidak. Lagi-lagi ia berbohong. Tentu saja cinta itu ada, tapi jika hanya dirinya saja yang memiliki dan merasakan cinta itu, apakah itu pantas disebut sebuah hubungan?

“Dan juga…” Yoona terhenti sejenak. Ia tampak berpikir.

“Apa, Yoona?” Perlahan, Yoona akhirnya mengangkat kepalanya dan kini matanya menatap kedua mata ayahnya. Kedua mata yang tidak pernah memancarkan kebencian atau kemarahan selama hidupnya. Kedua mata itu selalu menatapnya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Dan kedua mata itu selalu berhasil membuat hati Yoona tenang.

“Aku tidak mau merusak sebuah hubungan yang telah terjalin hanya karena perjanjian yang tidak disepakati olehku maupun Donghae.” Hati yoona seketika nyeri oleh perkataannya sendiri.

“Apa maksudmu? Hubungan apa? Apa Donghae juga ingin membatalkan pertunangan kalian?” Kening tuan Im berkerut.

“Donghae…Lee Donghae, dia…Dia sudah mempunyai kekasih. Mereka saling mencintai dan tidak ingin kehilangan satu sama lain. A-aku tidak mau menjadi pemisah hubungan mereka, ayah. Aku tidak mau merebut orang yang paling dicintai oleh Jessica, karena aku tahu rasanya kehilangan seseorang yang sangat aku cintai! Aku tidak mau merebut kebahagian itu darinya, ayah! Aku tidak mau!” Tuan Im cukup terkejut ketika Yoona tiba-tiba meninggikan suaranya dan kini bulir-bulir air mata itu jatuh membasahi kedua pipi putrinya. Melihat itu, tuan Im langsung menarik putrinya ke dalam pelukannya. Ia tahu, ia sangat tahu bahwa orang yang dimaksud Yoona adalah ibunya. Ibunya yang telah pergi meninggalkannya.

“Yoona…Ssshh…Jangan menangis. Ayah mengerti, sayang.” Tuan Im terus mengusap pelan kepala Yoona. Melihat putrinya menangis adalah salah satu kelemahan terbesarnya.

*****

Yoona tengah menatap pantulan dirinya di cermin. Sebuah gaun panjang indah berwarna pastel kini telah melekat indah di tubuhnya. Wajahnya terlihat lebih cerah berkat tangan lihai Kim Miso, seorang make-up artist terkenal yang memang sengaja dipanggil untuk merias Yoona. Rambut panjang indahnya terurai bebas menutupi punggungnya. image

Kedua matanya perlahan menutup. Tidak. Ia tidak boleh menangis. Kim Miso sudah menghabiskan waktu kurang lebih dua jam untuk membuatnya terlihat sangat cantik seperti sekarang. Ia tidak boleh merusaknya dengan menangis sekarang. Yoona hanya bisa menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara pelan.

“Kau baik-baik saja?” Tanpa diduga, Kim Miso bertanya pada Yoona. Yoona membuka matanya lalu melihat Miso dari cermin di hadapannya.

“Eh? A-aku baik-baik saja.” Jawab Yoona sambil tersenyum lemah. Kim Miso mengerutkan keningnya. Jelas-jelas Yoona yang dilihatnya sekarang sungguh sangat jauh dari kata baik-baik saja. Mukanya terlihat sedih dan pucat, walaupun berkat keahliannya, makeup pada wajah Yoona berhasil menutupi wajahnya yang bahkan terlihat lebih pucat dari sebelum ia merias wajahnya.

“Kau yakin? Kau tidak terlihat baik.” Ucap Kim Miso yang hanya mendapat respon sebuah senyuman lagi dari Yoona. Tidak berapa lama, terdengar ketukan pada pintu kamar. Ketika pintu terbuka, nyonya Lee yang sudah terlihat anggun dalam balutan gaun panjang bercorak emasnya berdiri sambil tersenyum ke arah Yoona yang dapat Yoona lihat dari cermin.

“Kau sudah siap, Yoona?” Tanya nyonya Lee pada Yoona. Yoona hanya tersenyum sehingga Kim Miso lah yang menjawab pertanyaan nyonya Lee.

“Dia sudah siap.” Nyonya Lee berjalan mendekati Yoona. Yoona yang melihat itu langsung berdiri dari tempat duduknya dan berbalik menghadap nyonya Lee.

“Wah, kau terlihat sangat cantik, Yoona. Sangat cantik!” Puji nyonya Lee. Kedua matanya bahkan kini terlihat seakan-akan tersenyum melihat penampilan Yoona. Lagi-lagi Yoona hanya bisa tersenyum menanggapi perkataan nyonya Lee.

“Donghae pasti akan terkesima melihatmu seperti ini. Walaupun, seharusnya dia tidak perlu bereaksi seperti itu nanti karena sehari-harinya kau sudah terlihat cantik.” Donghae. Ya, sebentar lagi ia akan menemui laki-laki itu. Sebentar lagi mereka akan terikat oleh sebuah ritual yang biasa disebut pertunangan. Ternyata, semuanya sia-sia. Kedua orang tua mereka tetap bersikeras untuk menikahkan mereka berdua dengan alasan bahwa Donghae adalah pria yang tepat untuk melindungi dan merawat Yoona, begitupun sebaliknya. Donghae sempat berdebat dengan ayahnya. Ia bersikeras ingin membatalkan pertunangan. Tetapi, entah perkataan apa yang nyonya Lee sampaikan padanya hingga pada akhirnya Donghae menyerah dan menerima pertunangan, walaupun ayahnya dan ayah Yoona mengatakan akan mempercepat pertunangan. Yoona bisa menarik kesimpulan melalui kejadian itu. Ternyata, Donghae akan melakukan apapun demi ibunya. Ia sangat menyayangi ibunya. Berbeda dengan sikapnya terhadap tuan Lee, ayahnya.

Dan, sekaranglah waktunya. Tidak lama lagi mereka akan bertunangan. Kedua tangan Yoona mulai berkeringat. Nyonya Lee sepertinya dapat menangkap ekspresi gelisah dari wajah Yoona. Ia menarik kedua tangan Yoona dan menggenggamnya dengan lembut.

“Aigoo, tanganmu sudah berkeringat. Apa kau segugup itu, Yoona? Aku tidak bisa membayangkan, bagaimana nanti ketika hari pernikahan kalian datang. Baru bertunangan saja kau sudah segugup ini, apalagi nanti ketika kalian menikah.” Ucap nyonya Lee sambil tersenyum lebar. Yoona menjadi malu akan perkataan nyonya Lee padanya. Ia malu karena nyonya Lee melihatnya segugup ini.

“Kalau begitu, ayo kita keluar. Para tamu sudah menunggu.”

*****

Tamu-tamu mulai berdatangan. Keluarga Lee dan Im sudah menyebar undangan mengenai pertunangan anak mereka dua hari sebelum hari H. Bahkan, berita pertunangan Donghae dan Yoona disiarkan di seluruh penjuru Korea. Kalangan atas tentulah yang memenuhi undangan mereka.

Salah satu hotel aset keluarga Lee menjadi tempat berlangsungnya acara pertunangan. Para undangan sudah memenuhi ballroom megah itu. Mereka yang berpakaian rapi dengan tuksedo dan gaun mewah tampak saling berbicara satu sama lain.

Lee Donghae tampak memasuki ballroom. Sebelah tangannya berada di dalam saku celananya, wajahnya terlihat santai tetapi bisa terlihat bahwa ia adalah orang yang hanya akan berbicara dengan orang yang dikenalnya saja. Tuksedo hitam bermotif yang hanya khusus didesain untuknya oleh seorang designer terkenal asal perancis melekat sempurna di tubuh proporsionalnya. Kedua matanya berkelana ke seluruh penjuru ruangan, mengabaikan tatapan-tatapan kagum dari para gadis bahkan wanita paruh baya yang ada di sekitarnya. Dengan santai, ia kembali berjalan. image

“Lee Donghae!” Sebuah tepukan mendarat di bahunya, membuat Donghae berbalik dan mendapati sahabatnya berdiri sambil tersenyum lebar di hadapannya.

“Kau terlihat tampan, man!” Donghae hanya mendengus mendengarnya.

“Jadi, kau akan bertunangan dengan Im Yoona? Wah…Aku sangat iri padamu. Sangat iri!”

“Kau boleh menggantikan posisiku sekarang juga kalau kau mau.” Heechul tampak sedikit terkejut mendengar perkataan Donghae yang terlihat santai dan datar. Ia tidak tahu apakah sahabatnya itu baru saja mencoba bercanda atau tidak. Wajahnya pun tidak menyiratkan apakah Donghae bercanda atau serius.

“Eyy…Aku kan cuma bercanda, Hae.” Ucap Heechul sambil sedikit mendorong bahu Donghae.

“Oh ya, tadi aku menelepon Jessica.” Kepala Donghae seketika terangkat. Wajahnya terlihat lebih serius sekarang.

“Ada apa kau meneleponnya?” Kening Donghae berkerut. Gadis itu. Ia sudah lama tidak mendengar kabar tentangnya sejak ia memberitahunya bahwa ia akan bertunangan dengan Yoona. Malam itu, ketika Donghae menelponnya, Jessica mengatakan padanya bahwa ia membutuhkan waktu sejenak untuk memikirkan kelanjutan hubungan mereka. Untuk sementara waktu ia ingin berpisah dari Donghae. Memutuskan segala kontak dengannya. Dan Donghae menuruti permintaan Jessica, walapun dengan sangat terpaksa.

“ Aku hanya menanyakan kabarnya. Aku memberitahunya bahwa aku akan pergi ke acara pertunanganmu.” Donghae tampak membulatkan matanya. Tampak bahwa ia terlihat kesal.

“Dia sudah tahu, Hae. Bahkan seluruh Korea sudah tahu bahwa kau akan melangsungkan pertunangan hari ini!” Donghae mendesah pelan. Keluarganya benar-benar ingin seluruh dunia tahu bahwa dirinya akan bertunangan. Ayolah, ini hanya acara pertunangan yang tidak penting! Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan kedua orangtuanya tentang hari pernikahannya nanti. Apakah nanti seluruh dunia akan benar-benar tahu?

“Kau disini rupanya.” Nyonya Lee menghampiri kedua pria itu. Heechul langsung tersenyum lebar melihat nyonya Lee yang sudah dianggapnya seperti ibunya sendiri.

“Halo, bibi!”

“Oh, Heechul! Lama bibi tidak melihatmu. Apa kabarmu?”

“Aku baik. Bibi sendiri?”

“Bibi juga baik. Maaf mengganggu kalian, tapi acara akan segera dimulai. Donghae, kau harus naik ke atas panggung sekarang.” Donghae hanya mendesah pelan sebelum mengikuti kata ibunya.

*****

Gadis itu segera berlari ketika mendengar ponselnya berdering. Ia mengerutkan keningnya ketika melihat nama di layar ponselnya. Heechul. Ada keperluan apa laki-laki itu menelpon? Tumben sekali.

“Halo?”

“Jessica!”

“Oh, Heechul oppa. Ada apa?”

“Aku…Hanya ingin mengetahui kabarmu.”

“Malam-malam seperti ini?”

“Apa aku salah? Kita sudah cukup lama tidak bertemu, kan? Apa kabarmu?” Jessica tersenyum kecil mendengarnya.

“Aku baik. Bagaimana kabarmu sendiri?”

“Aku juga baik.” Hening. Tidak satupun dari mereka yang melanjutkan pembicaraan.

“Oppa, kau masih disana?”

“Jessica…Aku akan pergi ke acara pertunangan Donghae.” Jessica terdiam, lalu sebuah senyuman tampak di wajahnya. Sangat miris. Jadi ini alasannya menelpon. Tentu saja. Seharusnya ia sudah bisa menebaknya dari awal.

Hening. Tidak ada jawaban dari Jessica.

“Jessica?” Jessica mengerjapkan matanya. Tanpa ia sadari, air mata sudah memenuhi kedua matanya dan sekarang air mata itu jatuh mengalir di kedua pipinya.

“Ya, aku disini, oppa.” Suara Jessica terdengar serak dan pelan. Jessica menarik nafas dengan pelan, mencoba untuk menenangkan dirinya agar Heechul tidak tahu kalau ia sedang menangis.

“Kau baik-baik saja?” Tersirat nada khawatir dari pertanyaan Heechul.

“Ya, aku baik.”

“Ada yang ingin kau sampaikan pada Donghae? Aku bisa menyampaikannya nanti padanya.”

“Tidak ada. Selamat bersenang-senang disana, oppa.”

“Jessica,”

“Sudah dulu ya, oppa. Ada panggilan lain yang masuk dan aku harus menerimanya.” Jessica pun langsung memutuskan sambungan telepon. Air mata kembali membasahi pipinya. Ia memejamkan kedua matanya dengan erat. Mengapa dadanya serasa sesak? Mengapa hatinya terasa sakit?

Tidak lama, ponselnya kembali berdering. Kali ini dari penelpon yang berbeda. Ia mengusap kedua pipinya dan menarik nafas sebelum mengangkat teleponnya.

“Selamat malam, Mister Kim.”

“Get ready and wear something nice because you’re going to a party!” Seru Mister Kim diseberang sana yang membuat Jessica mengerutkan keningnya.

“Maksudmu, Mister Kim? Aku tidak mengerti.”

“Kau akan aku kirim ke pesta pertunangan Im Yoona malam ini. Untuk bagian fashion minggu depan, aku ingin kau membahas mengenai dress yang Yoona kenakan malam ini karena dress itu tak lain dan tak bukan adalah rancanganku! Maka dari itu, aku ingin kau berdandan secantik mungkin sekarang karena acara ini adalah acara berkelas. Acara ini hanya dihadiri oleh kalangan-kalangan atas di Korea, bahkan dari luar Korea. Kau mengerti, Miss Jessie?”

Apa yang baru saja ia dengar? Pesta pertunangan Im Yoona? Itu berarti…Pesta pertunangan Im Yoona dan…Lee Donghae? Ia harus datang kesana? Apa ini sungguhan? Tuhan, apa lagi sekarang?

“Miss Jessie? Kau disana?” Jessica benar-benar tidak bisa mengatakan sepatah kata pun. Otaknya seakan berhenti bekerja dan lidahnya kelu. Ia tidak bisa datang kesana. Ia tidak mungkin datang kesana. Ia tidak sanggup melihat Lee Donghae…Ia tidak bisa!

“Mister Kim, aku minta maaf, tapi aku tidak bisa datang kesana.” Jawab Jessica dengan hati-hati.

“Apa? Kenapa? Apa kau sedang ada acara? Aku tahu seharusnya aku tidak memintamu secara mendadak seperti ini, tapi kau adalah satu-satunya orang dari tim fashion yang dapat memenuhi tugas ini. Aku ingin artikel tentang dress rancanganku ini kau yang tulis karena tulisanmu selalu menghasilkan sesuatu yang luar biasa dan para gadis dan wanita penggila fashion di luar sana sangat tertarik dengan tulisanmu. Jadi, aku mohon datanglah.”

“Tapi, Mister Kim—”

“Jessica, ayolah!” Setelah perdebatan yang cukup lama, akhirnya Jessica menerima tawaran Mister Kim. Tidak, itu adalah sebuah perintah. Ia bahkan dipaksa untuk datang ke acara pertunangan yang sangat dihindarinya. Walaupun, bukan benar-benar “dipaksa”, rayuan Mister Kim berhasil membuatnya memberikan jawaban YA pada pria berkepala plontos itu.

Jessica menjatuhkan dirinya pada kursi di belakangnya. Ia menutup matanya. Pesta pertunangan itu. Itu berarti…Ia akan melihat kekasihnya sendiri bertunangan dengan wanita lain. Bagus, tidak ada yang lebih buruk dari ini.

*****

Suasana di dalam ballroom seketika hening. Berpuluh pasang mata di ruangan itu langsung tertuju ke arah panggung. Menatap kagum seorang gadis yang baru saja naik ke atas panggung. Beberapa dari mereka mulai berbisik satu dengan yang lain, memuji kecantikan gadis yang baru saja memasuki ruangan dan langsung menempati tempat kosong di samping Lee Donghae. Semua orang di ruangan itu tahu bahwa inilah gadis yang ditunggu-tunggu. Im Yoona, calon istri Lee Donghae.

Ya, ketika Yoona menaiki panggung, semua mata langsung tertuju padanya. Ia bisa mendengar orang-orang mulai membisikkan kata-kata yang tidak terdengar jelas di telinganya. Ia mulai berjalan ke tempat yang sudah nyonya Lee tunjuk, yaitu di samping Lee Donghae. Dengan langkah yang berat Yoona mulai berjalan ke tempatnya. Yoona sempat melihat Donghae yang tengah memandang kosong ke depan. Ya, laki-laki itu tidak ingin berada disini. Laki-laki itu tidak menginginkan pertunangan ini. Dan entah kenapa, kenyataan itu membuat hati Yoona sakit.

Kedua tangan Yoona mengepal erat di atas pangkuannya. Ia tidak ingin melakukan ini jika ini membuat laki-laki di sampingnya tersiksa. Ia tahu hati kecilnya menginginkan ini, tapi ia sadar bahwa gadis yang ada di kehidupan Lee Donghae sekarang adalah Jung Jessica. Bukan dirinya! Dirinya sekarang hanyalah orang asing yang tiba-tiba dijodohkan dengannya. Itulah dirinya sekarang di mata Donghae. Semuanya sudah berubah! Lee Donghae tidak akan melihat dirinya sama seperti dulu. Dan mungkin tidak akan pernah…

Suara seorang MC membuyarkan lamunan Yoona. Ia menatap ke arah orang-orang yang ada di ruangan itu. Begitu banyak orang yang datang. Dan bisa dilihatnya bahwa mereka adalah orang-orang terpandang. Matanya tampak sedang mencari seseorang. Tidak lama, pandangannya jatuh pada seorang pria tinggi dan tampan di tengah ruangan. Bahkan kini pria itu semakin terlihat tampan dalam balutan tuksedo abu nya. Cho Kyuhyun. Hatinya menjadi lebih tenang ketika ia menemukan sahabatnya disana. Pria itu tersenyum ke arahnya, dan senyuman itu sukses membuat Yoona menjadi lebih santai.

Acara pun dimulai. MC mulai mengeluarkan kata demi kata yang tidak tertangkap jelas oleh pendengaran Yoona. Ia sama sekali tidak memperhatikan ucapan MC itu. Yang ia tahu adalah ketika orang-orang di ruangan itu mulai bertepuk tangan dan MC itu menyuruh dirinya dan Donghae untuk datang ke tengah panggung. Dirinya mulai sadar ketika ia melihat Donghae yang sudah berdiri di sampingnya sambil menjulurkan tangan ke arahnya. Yoona mendongak dan ia bisa melihat bahwa Donghae tengah tersenyum kepadanya. Yoona sadar kalau Donghae mengajaknya untuk pergi ke tengah panggung. Ia pun meraih tangan Donghae, dan ketika tangannya berada di dalam genggaman Donghae, laki-laki itu menggenggam tangannya dengan erat.

Sedetik kemudian, Yoona sadari bahwa dirinya dan Donghae sudah berdiri saling berhadapan di tengah panggung. Setelah mengucapkan sepatah dua kata yang berisi ucapan terima kasih dan sebagainya, Donghae mengambil cincin yang dibawa oleh nyonya Lee. Ia meraih tangan Yoona. Keningnya mengerut ketika dirasakannya tangan Yoona yang dingin dan berkeringat. Donghae menatap Yoona sejenak. Dilihatnya gadis itu menundukkan kepalanya. Donghae meremas pelan tangan Yoona sehingga berhasil membuat Yoona menatapnya. Selama beberapa detik mereka hanya saling memandang. Dan entah kekuatan darimana, rasa gugup yang dirasakan oleh keduanya menguap. Seakan-akan mata mereka saling mengucapkan kata-kata penenang untuk satu sama lain.

“Kau baik-baik saja?” Tanpa Yoona duga, Donghae bertanya padanya. Yoona diam sejenak sebelum menganggukan kepalanya dengan pelan. Donghae pun tersenyum samar melihatnya.

Akhirnya keduanya sudah saling memasangkan cincin ke jari manis masing-masing. Ketika mereka berpikir semuanya sudah berakhir, MC mengeluarkan candaannya dan menyuruh Donghae untuk mencium Yoona. Dan sepertinya para tamu pun mengharapkan hal yang sama. Yoona tampak gelisah tapi ia berhasil untuk tidak menunjukkannya. Ia melirik ke arah Donghae yang ternyata sedang menatapnya. Yoona pikir Donghae tidak akan melakukan apa yang MC katakan, yaitu “menciumnya”. Ternyata dirinya salah. Ia terkesiap dan secara otomatis menutup matanya ketika Donghae memajukkan kepalanya sehingga kini ia dapat merasakan hembusan nafas Donghae di wajahnya, sedangkan dirinya kini tengah menahan nafasnya. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi. Apa laki-laki itu akan menciumnya? Apakah hal yang dulu pernah terjadi antara mereka berdua akan terjadi lagi malam ini? Ia merasakan wajah Donghae yang semakin dekat dan juga samar-samar mendengar para tamu yang terkesiap seakan-akan mereka juga menahan nafas karena terlalu gugup untuk melihat apa yang akan terjadi.

Donghae sempat ragu. Apa ia harus mencium Yoona? Ia hanya ingin malam ini cepat berakhir. Ia dapat melihat Yoona yang tampak gelisah di depannya. Melihat itu, Donghae memajukkan wajahnya. Entah apa yang membuatnya melakukan itu. Ia dapat melihat Yoona menutup kedua matanya. Pandangan Donghae jatuh pada bibir tipis Yoona. Mengapa ia merasa hal ini tidak asing? Melihat Yoona dalam jarak sedekat ini, merasakan nafasnya dan nafas Yoona bersatu…Mengapa ia merasa kalau ini semua pernah terjadi?  Mengapa jantungnya berdegup lebih kencang daripada sebelumnya? Donghae melihat Yoona yang masih menutup kedua matanya. Dan akhirnya ia mendekat…

Yoona merasakan bibir Donghae menyentuh permukaan kulitnya, tapi tidak pada bibirnya. Laki-laki itu menciumnya di pipi. Yoona membuka matanya ketika ciuman itu terlepas. Ia bisa mendengar para tamu bertepuk-tangan tanda bahwa mereka puas melihatnya. Yoona menatap Donghae dengan diam, dan Donghae hanya tersenyum kepadanya.

 Keduanya telah kembali ke tempat duduk masing-masing. Ketika MC menyuruh tuan Lee untuk menyampaikan sepatah dua kata, mata Donghae menangkap sosok seseorang yang berhasil membuat seluruh tubuhnya kaku.

“Jessica?”

Dia ada disini. Jessica disini.

*****

Pria berkepala plontos itu ternyata benar mengenai perkataannya. Ia mengirim mobil beserta supir ke apartemen Jessica. Ia benar-benar ingin memastikan kalau Jessica pergi ke pesta. Setelah merias dirinya dan memakai “baju terbaiknya”, dengan hati gugup Jessica pergi menuju hotel tempat acara pertunangan diadakan. Jantungnya terus berdegup kencang. Bagaimana kalau nanti dirinya tidak tahan melihat Donghae dan Yoona saling bertukar cincin? Bagaimana kalau nanti ia bertatapan dengan Donghae? Bagaimana kalau…? Terlalu banyak hal yang ditakutkan Jessica sekarang. image

Ketika dirinya sampai di hotel milik keluarga Lee, ballroom megah itu sudah penuh dnegan orang-orang berpakaian anggun dan formal. Dan benar apa kata Mister Kim, mereka semua berasal dari kalangan atas. Ia merasa dirinya tampak sangat biasa dibanding orang-orang di ruangan itu. Sedetik kemudian, ia mendengar orang-orang di sekitarnya berbisik dengan satu sama lain. Ia bisa melihat bahwa pandangan orang-orang tertuju ke arah yang sama. Ia berusaha mengikuti arah pandangan orang-orang itu. Dan ketika matanya menangkap objek yang menjadi omongan orang-orang di sekitarnya, ia pun ikut memujanya dalam hati.

Yoona. Dia benar-benar sangat cantik dan anggun. Dan ketika Yoona mengambil tempat di samping Donghae, Jessica tersenyum samar. Mereka tampak serasi.

Acara pun dimulai. MC menyuruh kedua pasangan untuk maju ke depan karena mereka harus saling bertukar cincin. Bagian ini yang Jessica tidak suka. Ia tidak harus melihat ini. Ia bisa pergi kapanpun ia mau, bukan? Tapi, mengapa rasanya sangat susah untuk berdiri dan meninggalkan tempat ini?  Ia merasa seluruh badannya sudah terkunci di bangku yang ia duduki dan ia terpaksa harus melihat kekasihnya sendiri bertunangan dengan gadis lain di depan matanya.

Ketika Jessica mendongak, tanpa disengaja, matanya bertemu dengan Heechul. Pria itu tampak kaget karena kedua matanya terlihat akan copot ketika ia melihat Jessica. Jessica tersenyum samar ke arah Heechul, dan sempat menangkap gerak mulut Heechul, “Kau?! Apa yang kau lakukan disini?!” Kira-kira begitulah yang bisa Jessica tangkap dari gerak mulut Heechul yang terpisah beberapa meja darinya.

Akhirnya Donghae dan Yoona saling berhadapan di tengah panggung. Detik ketika Donghae meraih tangan Yoona, Jessica menundukkan kepalanya. Ia pikir ia sanggup melihatnya, tapi ternyata tidak. Ia mencoba untuk tenang. Walaupun air matanya mendesak ingin keluar. Jessica mencoba untuk menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Berharap itu bisa membuatnya tenang.

Donghae dan Yoona sudah menempatkan cincin di jari manis masing-masing. Mereka sudah resmi bertunangan. Jessica tersenyum samar melihatnya. Setidaknya bagian tersulit malam ini sudah ia lewati. Tapi tunggu…ini belum berakhir. Nafas Jessica tercekat dan jantungnya berdegup kencang ketika ia mendengar sang MC ingin Donghae mencium Yoona. Oh tidak. Apa lagi sekarang?

Jessica menunggu dengan cemas. Apa Donghae akan mencium Yoona? Apa itu akan terjadi? Ia meremas kedua tangannya. Kedua tangan itu kini telah berkeringat. Kini kedua matanya melihat jelas Donghae yang tanpa ragu mendekatkan wajahnya ke arah Yoona, sedangkan Yoona secara otomatis menutup kedua matanya.

Dia akan menciumnya…

Dan ketika Donghae mulai mencium Yoona, detik itu air mata yang sejak tadi ditahannya jatuh membasahi wajahnya. Ia tidak boleh menangis sekarang. Ia tidak boleh!

“Permisi, nona. Kau baik-baik saja?” Seorang wanita paruh baya yang duduk di samping Jessica sepertinya mendengar isakan pelan yang keluar dari mulut Jessica. Jessica mengusap air matanya sebelum mengangkat wajahnya.

“Aku baik-baik saja.” Jawabnya pada wanita paruh baya itu. Dilihat dari penampilannya, wanita itu pasti salah satu orang terhormat di Korea. Wanita itu hanya tersenyum kepada Jessica.

Jessica tidak ingin berada disini. Berada disini hanya akan menyiksanya. Ia harus pergi. Ya, ia harus.

Ketika Jessica tidak sengaja melihat ke arah panggung, matanya bertemu dengan Donghae. Dilihat dari tatapannya Donghae tampak terkejut karena melihat dirinya berada disini, karena ia yakin Donghae pasti sangat berharap Jessica tidak berada disini.

Dengan cepat Jessica bangkit dari tempat duduknya, ia tampak tergesa-gesa. Yang ia tahu adalah ia harus keluar dari tempat ini sekarang juga.

*****

Jessica? Mengapa dia ada disini?

Tidak hanya Donghae yang terkejut melihat Jessica berada disana, Yoona pun tampak kaget. Ia khawatir terhadap Jessica. Gadis itu pasti melihat semuanya. Bukankah Donghae sudah memastikan kalau Jessica tidak akan datang ke pesta pertunangan mereka? Lalu, mengapa sekarang Jessica ada di sini? Sebelum sempat Yoona menanyakannya kepada Donghae, Donghae telah lebih dulu berdiri dari tempat duduknya. Yoona tampak bingung dengan apa yang Donghae lakukan.

Tunggu…Apa Donghae akan mengejar Jessica?

Entah kenapa asumsi itu mengganggu dirinya. Ada perasaan yang menjalar pada tubuh Yoona pada saat itu. Ia sedikit kesal pada Donghae. Ini acara pertunangan mereka. Walaupun keduanya tidak menginginkan ini, tapi bisakah Donghae berusaha untuk berpura-pura hanya untuk semalam ini saja?

Dan dugaan Yoona pun benar. Dengan agak terburu-buru Donghae mulai berlari meninggalkan panggung.

“Donghae…” Yoona berusaha memanggil Donghae, tapi percuma. Laki-laki itu sudah meninggalkan ruangan.

“Ada apa, Yoona? Mau pergi kemana Donghae?” Nyonya Lee tampak bingung dan panik karena Donghae pergi di tengah-tengah sambutan ayahnya. Tuan Lee juga tampak bingung dan geram melihat tingkah laku anaknya, tapi ia tetap menjaga kewibawaannya dan melanjutkan sambutannya dengan santai, walaupun para tamu sempat gaduh ketika melihat Donghae yang berlari pergi secara tiba-tiba itu.

Tidak terkecuali dua pria yang ada di ruangan itu yang juga melihat kejadian tersebut.

Heechul tampaknya bisa menebak kalau Donghae sudah melihat Jessica. Ketika ia melihat ke belakang tempat Jessica tadi duduk, ia hanya bisa tersenyum kecil dan berharap dalam hatinya,

“Semoga anak itu tidak membuat masalah malam ini.”

Sedangkan pria lainnya juga tampak kebingungan dengan apa yang baru saja terjadi. Ia melihat ke arah panggung. Ia mengernyit melihat sahabatnya yang terlihat gugup. Dan ia tahu kalau sahabatnya itu sedang tidak baik-baik saja.

*****

Jessica terus berlari. Ia berusaha mengatur napasnya karena sedari tadi air matanya tidak kunjung berhenti. Ia tidak memperdulikan tatapan orang-orang yang berpapasan dengannya. Ia hanya ingin pulang dan melupakan malam ini.

Tetapi sepertinya doanya tidak terkabul. Ia mendengar sebuah suara meneriakkan namanya dari arah belakang. Awalnya suara itu terdengar jauh, tapi lama-kelamaan suara itu semakin dekat. Ia tahu suara itu…

“Jessica! Jessica, berhenti! Aku mohon berhenti!”

Ketika Jessica berusaha untuk menjauhi suara itu, sebuah tangan menariknya sehingga membuat tubuhnya tertarik ke arah belakang.

“Jessica?” Donghae. Laki-laki itu tampak terengah-engah karena berusaha menghentikan Jessica. Ia menarik tangan Jessica yang berada dalam genggamannya sehingga Jessica berhadapan dengannya. Dan ketika Donghae melihat keadaan Jessica, hatinya terenyuh karena gadis di depannya ini menangis. Dan ia tidak usah bertanya ulah siapa itu, karena ia yakin itu karena dirinya. Donghae tidak pernah menyukai kalau seorang gadis menangis di depannya, terlebih itu adalah gadis yang dicintainya.

Tangan Donghae terangkat, ia menghapus pelan air mata yang mengalir di pipi Jessica.

“Maafkan aku…Maafkan aku, Jessica.” Ucapan Donghae terdengar sangat lembut seperti biasanya di telinga Jessica. Dan bisa Jessica rasakan bahwa ada nada penyesalan dalam suara itu. Hatinya terasa sakit mendengar suara Donghae. Sejak dirinya memutuskan untuk tidak berhubungan dengan Donghae untuk sementara waktu, ia telah berpikir mengenai kelanjutan hubungannya dengan Donghae. Dan sepertinya malam ini ia telah mendapat jawabannya. Ia harus berpisah dengan Donghae. Ia harus merelakan Donghae bersama Yoona, gadis yang dari awal memang seharusnya berada di sisi Donghae. Tapi, perlakuan lembut Donghae padanya selalu membuat dirinya goyah akan keputusannya itu.

“Hentikan, Donghae. Aku mohon hentikan…” Donghae mengernyit melihat Jessica menarik diri darinya. Sekelebat rasa panik menjalar di tubuhnya. Ketakutan yang sama muncul ketika dulu Jessica pernah menghindar darinya. Donghae takut Jessica akan pergi darinya.

“Jessica? A-apa maksudmu? Aku tidak mengerti…” Suara Donghae terdengar lemah, menandakan bahwa laki-laki itu tidak tahu lagi harus berbuat apa agar semuanya kembali seperti semula. Ketika ia dan Jessica merasakan kebahagian bersama.

“Aku mau kau berhenti bersikap lembut seperti ini padaku. Kau tidak tahu kalau perlakuan mu yang sangat lembut itu selalu membuat hatiku terenyuh…Dan kau selalu memperlakukanku dengan hati-hati seakan-akan aku ini sebuah barang yang rapuh dan kau takut aku pecah atau semacamnya,”

“Aku memang menganggapmu seperti itu! Aku berusaha agar kau tidak terluka sedikitpun karenaku, aku berusaha untuk melindungimu, aku—”

“Tapi nyatanya kau gagal, Donghae! Aku terus terluka karenamu! Maka dari itu aku mohon agar kau berhenti bersikap seperti ini padaku karena itu semua akan membuatku semakin sulit untuk melepasmu!”

Perkataan Jessica membuat Donghae terdiam. Hatinya seketika merasakan sakit itu. Sakit seperti ada sebuah pisau tajam yang menusuk tepat di jantungnya.

“Ini semua salahku…Salahku karena telah datang kemari. Tidak seharusnya aku berada disini. Maafkan aku, aku harus pergi—”

Sebelum Jessica berhasil melangkah pergi dari hadapan Donghae, laki-laki itu langsung menarik Jessica ke dalam pelukannya. Ia hanya ingin memeluknya dan membuatnya tenang. Ia ingin Jessica merasa aman dalam pelukannya. Hatinya sakit ketika mendengar bahwa Jessica selalu terluka karenanya. Ia tidak bisa melindungi Jessica kalau ternyata dirinya sendiri lah penyebab Jessica menangis seperti ini. Oh, ia tidak bisa membayangkan berapa kali gadis ini menangis karenanya. Ia tidak bisa membayangkan kalau gadis ini menangis ketika malam sebelum tidurnya. Apa dirinya masih pantas mengatakan kalau ia tidak ingin Jessica terluka dan akan selalu melindunginya?

“Lepaskan aku, Donghae…” Tubuh Jessica berusaha untuk keluar dari pelukan Donghae. Ia berusaha untuk mendorong tubuh donghae, tapi kedua tangan kecilnya yang lemah tidaklah sebanding dengan badan Donghae yang lebih besar darinya. Donghae menutup kedua matanya. Ia masih merasakan sakit itu. Ia tidak mungkin melepaskan gadis ini dari pelukannya.

“Tidak, Jessica. Aku tidak akan melepaskanmu. Aku tidak bisa…”

Mendengar itu tangisan Jessica pecah. Ia semakin menenggelamkan dirinya dalam dada laki-laki yang sangat dicintainya itu. Biarkan, biarkan malam ini ia egois. Ia hanya ingin merasakan kehangatan dari laki-laki yang dicintainya. Hanya malam ini.

Mereka berdua akhirnya berpelukan di taman hotel itu. Saling memberikan kehangatan yang dibutuhkan satu sama lain melalui sebuah pelukan.

Tetapi, tanpa mereka sadari, seorang gadis pun telah menitikkan air matanya di ujung sana…

*****

Setelah tuan Lee selesai memberikan sambutannya, ia langsung bertanya kepada nyonya Lee apa yang terjadi dengan Donghae. Nyonya Lee hanya bisa menjawab tidak tahu. Para tamu sudah dipersilahkan untuk mencicipi makanan dan minuman yang tersedia.

“Kemana Donghae sebenarnya pergi?” Ucap Nyonya Lee untuk yang kesekian kalinya. Yoona hanya bisa mendesah pelan. Ia bertanya dalam hatinya, apa mungkin sekarang Donghae sedang bersama Jessica?

“Pak Kim!” Tuan Lee memanggil kepala keamanan keluarga Lee. Pria berbadan tegap itu dengan segera menghampiri tuannya.

“Ya, tuan Lee?”

“Cari Donghae dan bawa dia kemari!” Nada suara tuan Lee terdengar sangat tegas. Yoona yang mendengar itu pun takut karena tuan Lee terlihat sangat marah.

“Biar aku saja yang mencarinya!” Seketika tuan Lee, nyonya Lee, dan ayah Yoona menoleh ke arahnya. Tetapi, sebelum mendapat persetujuan apapun, Yoona sudah melesat pergi. Pak Kim hendak menyusul Yoona, tapi tuan Lee memberikan gestur tangan agar tidak usah mengejarnya.

Yoona mulai mencari Donghae. Ia segera berpikir mungkin Donghae pergi ke lobi hotel. Ia pun segera menuju lift di lantai itu. Tetapi, ketika ia sedang berjalan menuju taman yang memisahkan ballroom hotel itu dengan lift, ia mendapatkan laki-laki yang sedang dicarinya.

Disana. Donghae ada disana. Dan benar dugaannya. Ia sedang bersama Jessica.

Seketika langkah Yoona terhenti. Ia mengernyit ketika melihat bahwa Jessica sedang menangis. Yoona pun merasa bersalah melihatnya. Ia pasti telah menyakiti perasaan gadis itu. Tapi, mengapa Jessica harus ada disana? Mengapa gadis itu harus datang?

Kedua mata Yoona membulat ketika Donghae mengusap wajah Jessica. Dan saat itu juga hatinya terasa sakit. Kedua matanya terasa panas. Melihat Donghae memperlakukan Jessica sangat lembut membuat hati Yoona sakit. Membuat ia mengingat semuanya kembali. Ia ingat betul, Donghae pernah memperlakukannya seperti itu. Donghae pernah menatapnya sama seperti Donghae menatap Jessica sekarang. Yoona menutup kedua matanya, mencoba untuk mengembalikan memori itu. Ingatannya terhadap kedua mata coklat Donghae yang teduh membuatnya tersenyum tipis. Kedua mata itu selalu memberinya kehangatan dan ketenangan. Dan ketika Yoona membuka kedua matanya, hatinya harus rela merasa sakit karena sekarang kedua mata teduh itu tidak lagi memandangnya, tapi memandang Jessica. Gadis yang telah mengisi hati Donghae sekarang. Dan entah kenapa rasa tidak terima itu muncul.

 Yoona mengerjapkan kedua matanya. Ia mengalihkan pandangannya dari kedua insan di depannya yang tampaknya saling mencintai itu. Koreksi, mereka memang saling mencintai.

Apa kehadiran Yoona telah merusak hubungan mereka? Apa seharusnya ia pergi dari kehidupan Donghae? Ya, mungkin kesempatan kedua yang Tuhan berikan untuknya untuk bisa bertemu dengan Donghae kembali adalah untuk memberitahunya bahwa Donghae baik-baik saja dan dia telah memiliki seseorang yang dicintainya. Dia bahagia sekarang.  Ini saatnya untuk mundur, bukan?

Yoona menarik napas dengan pelan. Dan ketika ia mengangkat kepalanya, gadis itu, Jessica, ia sudah berada dalam pelukan Donghae. Dan detik itu juga air mata jatuh membasahi pipi Yoona.

Donghae…

Hanya itu yang bisa dilakukan Yoona. Memanggil nama laki-laki itu dalam hatinya. Berharap kalau ia akan mendengarnya dan menoleh padanya. Ia ingin laki-laki itu melihatnya. Melihatnya sama seperti dulu, mengelus pipinya seperti dulu, memegang tangannya seperti dulu, tersenyum padanya seperti dulu, tertawa bersamanya seperti dulu, dan memeluknya seperti dulu.

Ya, seperti dulu. Kata-kata yang mengerikan bagi Yoona, karena ia tahu kalau kata-kata itu mengandung maksud bahwa kejadian manis yang ia lewati bersama Donghae kini hanya sebatas kata-kata itu. Semuanya sudah berubah menjadi memori. Dan yang lebih menyedihkannya lagi, memori itu hanya tersimpan manis dalam otaknya. Sedangkan laki-laki itu sama sekali tidak mengingat satupun dari memori tentang mereka berdua.

Yoona tidak tahan melihatnya. Air matanya terus berjatuhan walau dirinya berusaha untuk menahannya, memaksanya agar tidak keluar. Angin malam yang dingin sangat menyiksanya. Meniup permukaan kulitnya yang terbuka. Betapa menyedihkannya ia sekarang.

Dengan perlahan, Yoona mengambil satu langkah mundur, dua langkah, tiga langkah, sebelum akhirnya ia membalikkan tubuhnya dan mulai berlari meninggalkan taman.

Yoona bermaksud untuk pergi ke toilet dan membasuh wajahnya sebelum ia kembali ke ballroom. Tapi, hatinya sama sekali tidak ingin kembali ke acara yang sedang berlangsung itu. Ia tidak mungkin kembali dengan wajah seperti ini. Bisa-bisa tuan dan nyonya Lee serta ayahnya akan panik melihatnya menangis di malam pertunangannya, dan pasti Donghae yang akan jadi korbannya. Dan lagi, ia merasa pusing sekarang. Mungkin karena ia menahan untuk tidak menangis terlalu lama tadi jadi otaknya begitu tertekan sehingga ia pusing sekarang.

Yoona terus berjalan tanpa melihat ke depan. Ia terus menundukkan kepalanya karena ia tidak ingin melihat tatapan orang-orang padanya yang melintas di depannya. Dan mungkin mereka akan mulai berspekulasi sendiri melihat Yoona yang berjalan dengan langkah yang cukup cepat sambil menangis. Yoona tidak memperdulikan semua itu.

Mungkin berjalan sambil menangis dan tidak melihat jalan di depanmu bukanlah hal yang benar untuk dilakukan. Tiba-tiba ketika Yoona berbelok, Ia menabrak seseorang dari arah yang berlawanan. Ia menyesali perbuatannya. Tetapi, ia memang tidak bisa menahan untuk tidak menangis sekarang.

“Maaf…Aku benar-benar minta maaf. Ini salahku, aku yang tidak melihat jalan. Sekali lagi maafkan aku.” Yoona menundukkan kepalanya kepada pria di depannya. Ia tahu bahwa ia baru saja menabrak seorang pria karena orang di depannya ini mengenakan jas yang rapi walaupun Yoona tidak melihat wajahnya karena ia tetap menunduk. Ia tidak mungkin menatap wajah pria di depannya dengan kondisi wajahnya yang ia yakini sangat buruk. Kedua matanya pasti sudah terlihat merah dan kedua pipinya telah basah karena air mata yang mengalir tanpa henti.

“Yoona?”

Yoona mengernyit. Apa pria di depannya itu baru saja menyebut namanya? Pria itu kenal dengan dirinya?

Tunggu sebentar…Suara itu? Yoona mengenali suara itu. Yoona mengangkat kepalanya dan, hatinya tidak pernah merasa selega ini.

“Kyuhyun?” Pria itu melihat Yoona tidak percaya. Ia tampak shok melihat Yoona yang sangat disayangnya itu menangis di depannya. Apa yang sebenarnya terjadi dengannya?

“Oh, sayang, kau kenapa?” Kyuhyun mengerutkan keningnya. Hatinya benar-benar remuk melihat keadaan Yoona sekarang. Pria itu memang sengaja meninggalkan ruang acara karena ia merasa khawatir terhadap Yoona. Ketika Yoona meninggalkan ruangan tadi, Kyuhyun yang sedang menyesap sampanye nya melihat Yoona yang pergi begitu saja. Awalnya ia tidak begitu mementingkannya karena ia pikir Yoona akan kembali tidak lama lagi. Tapi, setelah ia merasa bahwa Yoona sudah cukup lama meninggalkan ruangan, akhirnya Kyuhyun memutuskan untuk pergi mencarinya. Apa Yoona yang menangis sekarang ada hubungannya dengan Donghae?

“Kyuhyun…A-aku…” Kyuhyun tidak kuat lagi melihatnya. Ia segera menarik Yoona ke dalam pelukannya. Ketika ia merasakan permukaan kulit Yoona yang dingin, ia semakin khawatir.

“Ya Tuhan, badanmu dingin!” Kyuhyun segera melepas jas yang dipakainya sehingga menyisakan kemeja hitamnya saja. Ia langsung memakaikannya di tubuh Yoona dan kembali menarik Yoona ke dalam pelukannya. Ia mengelus kepala Yoona dengan lembut.

“Kau kenapa? Apa yang terjadi?” Tanya Kyuhyun dengan lembut. Tetapi tidak bisa dipungkiri kalau ia sangat khawatir sekarang. Ia berusaha untuk tidak memperlihatkannya karena ia ingin memberi ketenangan pada Yoona. Ia merasakan tubuh Yoona yang bergetar. Ia mengelus punggung Yoona dengan hati-hati. Dan itu berhasil, Yoona sudah mulai tenang sekarang.

“Bawa aku pergi dari sini sekarang. Aku mohon, Kyu…” Ucapan Yoona terdengar terbata-bata tapi Kyuhyun bisa menangkapnya dengan jelas. Awalnya ia mengernyit bingung, tapi melihat keadaan Yoona, gadis itu juga tidak mungkin berada disini sampai acara selesai. Kyuhyun pun memutuskan untuk membawa Yoona pulang ke apartemennya sesuai permintaan Yoona.

Kyuhyun benar-benar ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi sepertinya Yoona tidak ingin membicarakan apapun sekarang. Selama perjalanan, Yoona hanya diam dan memandang ke luar mobil. Tentu saja Kyuhyun tidak akan mendesak Yoona untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Akhirnya ia hanya membiarkan gadis itu diam sepanjang perjalanan.

*****

Saat ini Jessica sudah berada di dalam mobil Donghae. Mereka berdua masih berada di parkiran lantai basemen hotel. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut mereka berdua. Donghae melirik Jessica disampingnya yang tengah menunduk. Ia melihat tubuh Jessica yang sedikit bergetar. Ia segera melepas jasnya dan hendak memakaikannya pada Jessica sebelum tangan Jessica menghentikan gerakannya.

“Tidak usah, aku baik-baik saja.”

“Kau kedinginan, Jess.” Akhirnya Jessica membiarkan Donghae memakaikan jasnya di bahunya. Aroma parfum maskulin Donghae bisa terjangkau oleh hidungnya ketika jas itu berada di tubuhnya. Ia sangat menyukai wangi Donghae. Menurutnya, wangi itu dapat membuat gadis manapun ketagihan akan wangi khas Donghae. Dan baginya sendiri, wangi itu sudah menjadi candu.

“Kau yakin kau tidak ingin makan sesuatu sebelum aku mengantarmu pulang?”

“Tidak, antarkan saja aku pulang.” Tanpa banyak bicara lagi Donghae menghidupkan mobilnya dan meninggalkan hotel.

*****

Setelah mengantar Jessica pulang, Donghae segera pergi ke apartemennya. Tidak sama sekali terpikirkan olehnya untuk kembali ke hotel. Ia yakin pasti acaranya masih berlangsung. Ia sudah tidak mood untuk berhadapan dengan tamu-tamu di acara itu, dan yang pasti ia tidak ingin berhadapan dengan kedua orang tuanya. Ia tahu ia akan dapat amukan dari keduanya, tapi ia tidak menginginkannya sekarang. Mungkin besok setelah pikirannya jernih.

Ketika Donghae sudah sampai di apartemennya, ia segera pergi menuju kamarnya. Ia melempar jasnya ke tempat tidur. Ia melonggarkan dasinya dan membuka dua kancing kemejanya. Ia menghembuskan napasnya dengan kasar sambil menutup kedua matanya. Ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang terjadi malam ini. Tidak pernah terbayangkan olehnya kalau Jessica akan datang ke acara pertunangannya karena Donghae yakin kalau Jessica sendiri yang mengatakannya secara langsung padanya. Tapi, setelah tadi Donghae mendengar penjelasan dari Jessica bahwa ternyata ia diberi tugas oleh Mister Kim yaitu atasannya untuk menulis artikel mengenai gaun yang dipakai oleh Yoona malam ini—

Tunggu…Yoona. Ia baru saja ingat. Ia meninggalkan acara begitu saja sehingga ia lupa akan Yoona. Apa gadis itu masih ada di hotel? Donghae tampak gelisah memikirkan Yoona yang berada di acara itu sendirian. Ia pasti kewalahan menghadapi tamu-tamu penting di acara itu. Apa yang dipikirkannya sehingga ia lupa akan gadis itu?

Donghae mengacak rambutnya dengan kesal. Mengapa ia menjadi merasa sangat bersalah seperti ini? Ia melirik jam di tangannya. Tidak mungkin ia kembali ke hotel. Mungkin pagi ia akan pergi ke apartemen Yoona. Ya, ia akan menemui Yoona besok pagi untuk melihat keadaannya.

Donghae pun akhirnya pergi tidur. Tapi, entah kenapa bayangan Yoona terus saja terbayang di otaknya. Hatinya merasa tidak enak pada gadis itu. Dan baru kali ini ia tidak sabar untuk pagi cepat datang.

*****

Yoona dan Kyuhyun sudah sampai di apartemen Yoona. Yoona masih saja diam dan itu membuat Kyuhyun khawatir.

“Yoona…” Panggilnya dan Yoona pun berbalik menghadap Kyuhyun.

“Terima kasih karena sudah mengantarku.” Ucap Yoona sambil tersenyum. Terlihat dari wajahnya kalau Yoona sangat lelah. Kedua matanya pun terlihat sayu karena ia menangis tadi. Kyuhyun yang melihat itu sangat prihatin. Ia tidak suka melihat sahabatnya seperti itu. Ia benci. Yoona melepas jas Kyuhyun yang ada di bahunya dan memberikannya pada Kyuhyun.

“Apa sebaiknya aku tinggal disini malam ini?”

“Tidak usah, aku sudah cukup merepotkanmu malam ini.” Ucap Yoona sambil tersenyum tipis.

“Apa yang kau bicarakan? Kau tidak terdengar seperti Yoona.” Yoona kembali tersenyum. Tapi, kejadian di hotel tadi melintas lagi di otaknya dan seketika membuat Yoona kembali murung. Kyuhyun yang melihat perubahan pada wajah Yoona langsung mendekati Yoona.

“Yoona…”

“Harusnya seorang gadis tidak menangis di malam pertunangannya, bukan? Ini tidak seperti imajinasi konyol yang aku bayangkan ketika aku masih kecil. Aku selalu membayangkan malam ini akan menjadi malam yang paling romantis dan tidak akan pernah aku lupakan dalam hidupku. Tapi ternyata, mimpi tidak menjamin segala sesuatunya akan menjadi indah.” Tanpa bisa Yoona hentikan, air mata itu kembali jatuh. Kyuhyun menarik Yoona ke dalam pelukannya. Ia mengusap punggung Yoona yang bergetar dengan lembut.

“Aku tidak mungkin meninggalkanmu sendirian dalam kondisi seperti ini. Mau tidak mau kau harus menerimaku untuk tidur disini malam ini, nona Im.” Mendengar itu Yoona mengeratkan pelukannya pada Kyuhyun. Hatinya jauh lebih baik mendengar Kyuhyun yang akan menginap disini untuk menemaninya. Tidak ada yang lebih baik dari sahabatmu yang menginap ketika kau sedang merasa sedih dan membutuhkan orang lain di dekatmu, bukan?

*****

Matahari sudah mulai menampakkan dirinya di langit. Kyuhyun bangun dan mulai meregangkan tubuhnya. Tidur di sofa bukanlah masalah baginya, tetapi yang masalah adalah ketika dirinya bangun di pagi hari dan seluruh tubuhnya merasa pegal. Ya, ia akhirnya menginap di apartemen Yoona. Ia tertidur setelah Yoona akhirnya tertidur. Untungnya Yoona dengan mudah langsung tertidur. Begitulah Yoona, ia pernah mengatakan kalau dirinya akan langsung tertidur setelah menangis. Mungkin karena kedua matanya lelah mengeluarkan air mata. Tanpa kalian sadari, menangis memang salah satu kegiatan yang menguras tenaga.

Kyuhyun melihat ke sekitar ruang tengah. Matanya langsung tertuju pada dapur Yoona. Ia langsung berpikir kalau ia harus membuat sarapan untuk Yoona, kalau tidak sahabatnya itu tidak akan sarapan seperti biasanya. Bukankah sarapan itu penting? Semua orang setuju dengan hal ini, ah—Mungkin, tidak semua orang. Hanya Yoona yang menganggapnya tidak penting.

Kyuhyun segera beranjak dari sofa dan berjalan menuju dapur. Ia tampak berpikir apa yang harus ia buat. Ia mendesah pelan ketika membuka kulkas Yoona. Bukan sebuah kejutan baginya ketika ia hanya menemukan sebotol susu putih, telur, yoghurt, keju, dan jus jeruk dalam kemasan kotak. Ah, Yoona juga memiliki buah dan sayuran di kulkasnya, tapi itupun hanya dua apel dan brokoli. Wah, apakah seperti ini kehidupan para model? Pantas saja tubuh mereka langsing. Kyuhyun hanya menggelengkan kepalanya. Ia mencari di laci atas dapur. Untung saja ia menemukan roti. Akhirnya ia memutuskan untuk membuat roti bakar karena hanya itu yang bisa ia buat dengan bahan-bahan yang tersedia.

Setelah selesai, Kyuhyun menaruh roti yang berisi keju di atas piring. Ia juga memasak scrambled egg untuk Yoona. Ia lalu menuangkan susu putih dan menaruh gelas itu di samping piring berisi roti bakar. Ia tersenyum puas melihatnya.

Saat itu bel pintu apartemen berbunyi. Kyuhyun mengerutkan keningnya. Siapa yang datang pagi-pagi sekali? Kyuhyun pun pergi membuka pintu.

“Donghae?” Kyuhyun tampak terkejut melihat Donghae berdiri di depannya, begitupun sebaliknya.

*****

Samar-samar Yoona mendengar suara dari luar kamarnya. Ia membuka kedua matanya perlahan. Ah tidak, pasti sekarang matanya bengkak karena semalam ia terlalu banyak menangis.

Yoona mengerjapkan matanya, mencoba menyesuaikan matanya dengan sinar matahari yang masuk ke kamarnya. Sinar matahari benar-benar membuat matanya sakit. Ia mencoba bangkit dari tidurnya dan mengerang ketika merasa sakit di kepalanya. Selalu begini.

Yoona pun akhirnya memaksakan dirinya untuk bangun ketika mencium aroma roti bakar. Ia tersenyum. Pasti Kyuhyun telah membuat sarapan untuknya.

Ketika Yoona keluar dari kamarnya, ia tidak mendapati Kyuhyun di ruang tengah maupun di dapur.

“Kyuhyun?” Langkah Yoona terhenti ketika melihat dua orang pria sedang berdiri berhadapan di pintu apartemennya. Dan yang membuatnya lebih kaget, laki-laki itu ada di apartemennya.

“Donghae?” Kyuhyun menoleh ke belakang ketika mendengar suara Yoona lalu kembali menatap Donghae.

“Aku rasa kalian berdua perlu bicara.”

Kyuhyun mempersilahkan Donghae masuk karena ia melihat Yoona yang hanya diam melihat Donghae. Mereka bertiga pun duduk di ruang tengah. Donghae memilih untuk duduk berhadapan dengan Yoona sedangkan Kyuhyun langsung memilih duduk di samping Yoona. Entah kenapa, melihat itu hati Donghae merasa gusar. Tidak, hatinya sudah merasa gusar ketika Kyuhyun lah yang membukakan pintu untuknya dan bukan Yoona. Apa laki-laki itu menginap disini? Itu berarti, Yoona dan Kyuhyun semalaman hanya berdua di apartemen ini? Berbagai spekulasi mulai bermunculan di otak Donghae.

Kyuhyun merasa situasi di ruang tengah sekarang sangat canggung. Ia menatap Yoona dan Donghae bergantian. Keduanya hanya diam. Kyuhyun mendesah pelan melihatnya.

“Aku akan meninggalkan kalian berdua untuk bicara,” Ucap Kyuhyun sambil berdiri. Yoona mendongak dan menatap Kyuhyun seolah berkata, ‘jangan tinggalkan aku sendiri bersamanya disini’.

“Lagipula aku harus bekerja. Oh ya, aku sudah membuat sarapan untukmu, Yoong. Jangan lupa kau makan!”

Yoong? Apa itu sebuah panggilan sayang? Apa mereka sedekat itu? Hati Donghae bertambah panas mendengarnya. Kyuhyun sempat melirik ke arah Donghae. Ia tersenyum geli melihat perubahan di raut wajah Donghae ketika ia memanggil Yoona dengan panggilan ‘Yoong’. Ia memang sudah biasa memanggil Yoona dengan panggilan itu karena itu merupakan panggilan sayangnya kepada Yoona.

Melihat bahwa Donghae sepertinya agak terganggu dengan hal itu, Kyuhyun pun berpikir untuk mengerjai Donghae.

“Baiklah, aku pergi. Jaga dirimu, Yoong.” Setelah mengucapkan itu, Kyuhyun memberi ciuman di puncak kepala Yoona. Ia tersenyum disela-sela ciumannya. Ia yakin Donghae pasti terkejut melihatnya. Dan benar, kedua mata Donghae membulat. Terlihat jelas dari kedua mata itu bahwa laki-laki itu sedang menahan amarah. Ada rasa tidak terima ketika Donghae melihat Kyuhyun mencium Yoona. Ingin rasanya ia menarik Kyuhyun menjauh dari Yoona.

“Donghae,” Kyuhyun tersenyum puas ke arah Donghae sebelum akhirnya meninggalkan apartemen Yoona.

Situasi sekarang menjadi lebih canggung setelah Kyuhyun pergi. Yoona yang merasa gugup pun meremas-remas jemarinya, kebiasaan yang selalu ia lakukan ketika merasa gugup. Donghae yang melihatnya mengernyit heran. Ketika ia melihat sebuah benda kecil berwarna perak melingkar di jari manis Yoona, seketika dirinya tersenyum—entahlah, bangga, senang, itu yang ia rasakan. Yoona sekarang adalah tunangannya. Mengapa itu membuatnya senang? Bukankah seminggu sebelumnya ia jelas-jelas menolak bertunangan dengan gadis itu? Mengapa sekarang ada perasaan puas ketika mengetahui bahwa Yoona adalah tunangannya sekarang?  Ya, Yoona miliknya sekarang.

Karena tidak tahan dengan atmosfer yang ada di ruang tengah sekarang, Yoona akhirnya berdehem pelan untuk memecah keheningan.

“Ada apa kau kemari?”

Donghae langsung mengalihkan perhatiannya dari jari Yoona dan menatap gadis di hadapannya. Tunggu, apa yang terjadi dengan gadis itu? Kedua matanya bengkak seperti habis menangis. Apa gadis itu menangis?

“Kau kenapa?” Yoona mengerutkan keningnya, merasa bingung dengan pertanyaan Donghae. Ia juga merasa sedikit kesal karena Donghae malah balik bertanya dan bukannya menjawab pertanyaannya tadi.

“Maksudmu?”

“Matamu…Apa kau habis menangis?” Tidak butuh waktu lama untuk menyadarinya, seketika kedua mata Yoona membulat dan mulutnya dengan sempurna membentuk huruf O.

“T-tidak…A-aku ti-tidak habis menangis.” Donghae semakin bingung dengan gerak-gerik Yoona. Sudah jelas kalau gadis di depannya ini habis menangis. Lalu, apa lagi yang dapat membuat kedua matanya bengkak? Ia ditinju orang? Tidak mungkin. Kedua matanya terkena serangga? Tidak mungkin.

“Jelas-jelas kau habis menangis.” Pandangan Donghae tidak pernah terlepas dari Yoona. Yoona menjadi risih karena Donghae menatapnya seakan memaksanya untuk mengakui kalau ia habis menangis.

“Sudahlah, itu tidak penting. Ada apa kau kemari?”

“Tadi itu siapa? Kekasihmu? Bukankah kau bersama Seung gi?”

“Kyuhyun. Dia sahabatku, bukan kekasihku.” Donghae mengangkat kedua alisnya. Sahabat. Apakah sahabat memperlakukan sahabatnya sendiri layaknya seorang kekasih?

“Benarkah? Tapi, kalian tidak terlihat seperti itu tadi. Dia menginap disini semalam? Wah, seorang gadis sepertimu membiarkan seorang pria tidur disini semalaman. Aku tidak membayangkan apa yang kalian lakukan mengingat kalian hanya berdua semalam.” Ucapan Donghae sukses membuat Yoona memandang kesal ke arahnya dan Donghae melihat itu. Ia sadar bahwa kata-katanya barusan menyinggung Yoona. Ia menuduh Yoona tanpa tahu apa yang terjadi. Ia menyesali ucapannya. Entah apa yang membuatnya berkata seperti itu. Ia hanya merasa marah mengingat perlakuan Kyuhyun tadi terhadap Yoona. Kyuhyun memperlakukan Yoona seakan-akan Yoona adalah kekasihnya dan itu membuat Donghae ingin melayangkan tinjunya ke wajah Kyuhyun. Ia tidak ingin tunangannya disentuh oleh pria lain selain dirinya. Tidak terkecuali Lee Seung gi.

Yoona pasti sakit mendengarnya. Tapi, semuanya sudah terlanjur. Ia tidak bisa menarik kata-katanya kembali. Maka dari itu, Donghae hanya memasang wajah datarnya.

“Apa kau bilang? Gadis sepertiku? Memangnya aku gadis seperti apa di matamu?! Apa aku terlihat seperti gadis murahan di matamu? Gadis yang membawa sembarangan pria ke apartemennya? Apakah seperti itu, Lee Donghae?!” Kedua mata Yoona menyala-nyala. Ya, hatinya sakit mendengar perkataan Donghae. Ia tidak percaya bahwa Donghae membayangkan dirinya dan Kyuhyun berbuat hal yang tidak-tidak di apartemennya. Apakah laki-laki itu tau kalau semalam ia menangis karenanya? Apakah laki-laki itu tau kalau ia sudah menyakitinya untuk yang kedua kalinya?! Kenyataan itu membuat hati Yoona sedih sekaligus marah. Dan saat itu juga, bayangan akan kejadian semalam ketika Donghae memeluk Jessica, melintas di pikirannya. Hatinya semakin panas dan ingin rasanya ia menghujani Donghae dengan pukulannya.

“Tidak! Kau bukan gadis seperti itu. Kau sama sekali tidak seperti itu,” Ya, laki-laki itu memang terlihat menyesal sekarang. Tapi, hati Yoona masih terasa sakit dengan ucapan tajam Donghae tadi. Yoona menatap Donghae kesal. Ketika ia hendak membuka mulutnya lagi, ucapan Donghae membuat ia mengurungkan niatnya.

“Maafkan aku. Aku tidak tahu kalau Kyuhyun itu sahabatmu. A-aku hanya terkejut ketika melihatnya di depan pintu apartemenmu. Saat itu juga berbagai prasangka negatif mulai bermunculan di otakku. Aku minta maaf, Yoona…”

Yoona diam sesaat. Ia menemukan sebuah ketulusan dari perkataan Donghae. Donghae memang tidak kenal siapa Kyuhyun dan itu bukan salah Donghae. Yoona tidak pernah memperkenalkan kedua laki-laki itu sebelumnya. Wajar kalau laki-laki itu terkejut ketika melihat Kyuhyun di apartemennya sepagi ini dan membuatkannya sarapan, dan bahkan menciumnya di depan mata laki-laki itu.

“Baiklah. Lupakan saja masalah ini. Sekali lagi aku tanya padamu, ada apa kau kemari?” Yoona sudah terlihat tenang dan Donghae pun mendesah lega.

“Oh itu, aku hanya khawatir dengan keadaanmu. Maafkan aku karena semalam aku dengan seenaknya pergi meninggalkan pesta dan tidak memikirkanmu yang harus menghadapi para tamu di pesta semalam. Walaupun aku tahu kalau ibuku akan menemanimu, tapi kau harus melewati pesta itu sendirian. Seharusnya aku ada di sisimu semalam. Maafkan aku…”

Ya, seharusnya kau ada di sisiku, Donghae. Tapi nyatanya, kau ada di sisinya. Di sisi Jessica.

 “Semalam Jessica datang ke pesta,” Yoona langsung mengalihkan pandangannya dari Donghae. Ia tidak mau melihat wajah laki-laki itu ketika membicarakan tentang Jessica. Pesta pertunangan mereka semalam. Satu-satunya hal yang tidak ingin ia bahas sekarang. Ia bahkan ingin melupakan kejadian semalam seakan-akan kejadian itu tidak pernah terjadi.

“Aku benar-benar tidak menyangka kalau ia akan datang. Aku tidak bisa mengabaikannya, Yoo—”

“Aku mengerti, Donghae.” Dengan cepat Yoona memotong ucapan Donghae. Ia tidak mau membahasnya lagi. Ia tidak mau mendengar tentang Jessica sekarang. Apa ia egois?

“Aku benar-benar tidak ingin membahasnya sekarang. Apa kau keberatan?” Tanya Yoona pada Donghae. Donghae tersenyum ke arahnya.

“Tentu saja tidak.”

“Bukankah kau harus pergi bekerja?” Yoona melirik ke arah jam dinding yang ada di ruang tengahnya. Donghae pun melakukan hal yang sama.

“Ya, aku akan pergi sebentar lagi. Apa kau juga ada jadwal?”

“Aku akan bertemu agensiku.”

“Kalau begitu aku akan mengantarmu.” Yoona hendak membuka mulutnya, tapi ia akhirnya hanya tersenyum.

“Baiklah, aku akan bersiap-siap.” Donghae pun hanya menganggukan kepalanya dan kedua matanya mengikuti Yoona yang berlalu ke kamarnya.

Setelah hampir setengah jam Donghae menunggunya, Yoona akhirnya keluar dari kamarnya, sudah rapi dengan pakaian semi formalnya. Terlihat sederhana, tapi terlihat sangat modis.

Donghae mengalihkan pandangannya yang sedari tadi terpaku pada ponselnya dan menoleh seketika ketika mendengar suara pintu kamar ditutup. Ia tidak berhenti memandangi Yoona. Gadis itu berpakaian sederhana, tapi masih terlihat cantik di matanya. Ia suka bagaimana Yoona mengikat rambutnya ke belakang, walaupun ia lebih suka ketika Yoona membiarkan rambut panjangnya terurai.

Tanpa Donghae sadari, Yoona sudah berdiri di hadapannya. Donghae mengerjapkan kedua matanya. Apa ia terlihat seperti orang bodoh tadi?

“Apa aku membuatmu menunggu lama? Maaf, aku memang membutuhkan waktu lama untuk memilih pakaianku dan yang lainnya.”

“Tidak, aku rasa itu wajar karena kau adalah seorang wanita. Kalian harus terlihat cantik setiap saat, bukan?” Yoona terkekeh mendengar perkataan Donghae, begitupun Donghae yang tersenyum melihat Yoona.

“Baiklah, kita berangkat sekarang?”

“Oke.” Donghae bangkit dari duduknya. Ketika mereka berdua hampir meraih pintu apartemen, Donghae tiba-tiba teringat akan sesuatu.

“Sarapanmu,” Yoona menoleh dengan cepat ke belakang. Yoona mengerutkan keningnya sambil menatap Donghae.

“Eh?”

“Kyuhyun tadi berpesan supaya kau memakan sarapan buatannya, bukan?” Ah, benar. Yoona lupa akan hal yang satu itu. Tapi, ia sama sekali tidak ingin makan apapun sekarang.

“Aku akan memakannya nanti.”

“Kau tidak boleh melewatkan sarapanmu, Yoona.”

“Kau akan telat pergi ke tempat kerja, Donghae.”

“Begini saja, kau bawa rotimu dan kau makan di mobil.” Tanpa berdebat lagi, Yoona menuruti perkataan Donghae.

*****

Selama perjalanan, Yoona hanya memegang roti yang ia bawa. Donghae menoleh ke arah Yoona sesaat lalu mengerutkan keningnya.

“Mengapa tidak kau makan?” Yoona yang sejak tadi diam dan hanya melihat pemandangan di luar mobil, seketika menoleh ke arah Donghae.

“Aku belum lapar.”

“Sarapan tidak harus ketika kau lapar. Sarapan itu penting sebelum kau menjalani aktivitas mu di pagi hari. Kau harus makan rotimu, Yoona.”

“Tapi aku tidak mau makan apapun sekarang, Donghae.” Donghae kembali menoleh ke arah Yoona. Yoona pun masih menatap Donghae. Mereka terdiam sesaat ketika pandangan mereka bertemu satu sama lain.

Setelah beberapa saat, Yoona lah yang pertama memalingkan wajahnya. Kemudian Donghae yang menyadari itu segera memfokuskan kembali pandangannya ke arah jalan.

“Kau harus makan, Yoona. Aku akan terus menyuruhmu sampai kau makan rotimu itu.” Nada suara Donghae terdengar tegas tapi kau masih bisa menemukan perhatian yang menuntut di dalamnya. Yoona tersenyum samar mendengarnya. Setidaknya ada satu hal yang belum berubah dari dirinya, gumam Yoona dalam hatinya.

“Hah, baiklah.” Yoona akhirnya mengalah dan membuka tempat makan mungil berwarna pink tempat ia menaruh roti buatan Kyuhyun. Donghae dapat melihat Yoona memakan rotinya dari ujung matanya. Tanpa gadis itu sadari, Donghae tersenyum.

“Kau sudah sarapan?” Tanya Yoona tiba-tiba pada Donghae.

“Eh?”

“Kau mau?” Yoona terlihat menyodorkan bekalnya pada Donghae yang sedang menyetir.

“Aku sedang menyetir, Yoona.”

“Hmm…Kalau begitu, mau aku suapi?” Yoona terlihat ragu dengan ucapannya. Tapi, ia melihat Donghae tersenyum setelahnya. Dan entah kenapa, itu membuat Yoona melakukan hal yang sama.

“Tidak usah, lagipula aku jarang sarapan jika berangkat ke kantor.” Yoona menaikkan kedua alisnya. Ia menggeleng tidak percaya melihat Donghae.

“Wah! Lihat siapa yang bicara. Kau sendiri yang bilang kalau sarapan adalah makanan terpenting sebelum kau memulai harimu bla, bla, bla. Tapi, kau sendiri jarang sarapan!” Donghae tertawa mendengar Yoona yang terlihat kesal. Ia akui, ia memang jarang sarapan, tapi itu tidak mengubah pendapatnya mengenai sarapan adalah makanan terpenting sebelum kau beraktivitas.

“Ya, ya, ya. Salahku. Tapi, tetap saja, sarapan itu penting.”

“Terserah kau saja.” Donghae tersenyum melihat Yoona yang tampaknya marah kepadanya. Yoona memalingkan mukanya dari Donghae. Tapi, diam-diam ia tersenyum. Ia merasa senang karena ia bisa bersama dengan Donghae pagi ini. Lupakan kejadian semalam, Yoona ingin memulai hari ini dengan senyuman, dan Donghae berhasil membuat itu terjadi.

Setelah beberapa saat mereka sibuk dengan pikiran mereka, Donghae memecah keheningan di dalam mobil itu.

“Yoona…” Yoona menoleh ke arah Donghae.

“Ya?”

“Apa ‘Yoong’ adalah panggilanmu?” Yoona sempat bingung dengan pertanyaan Donghae, tapi Yoona teringat tadi Kyuhyun memanggilnya dengan panggilan ‘Yoong’ dan pasti Donghae bertanya-tanya sejak itu.

“Ah, itu. Ya, itu memang panggilanku.” Donghae tampak berpikir. Yoona yang melihatnya pun kembali memusatkan pandangannya ke luar jendela.

“Bolehkah aku memanggilmu dengan panggilan itu?” Yoona terdiam. Ia tersenyum mendengar pertanyaan Donghae. Hatinya merasa senang. Selama ini, hanya orang-orang tertentu yang memanggil Yoona dengan sebutan itu. Dan orang-orang tertentu itu adalah keluarganya dan sahabatnya, Kyuhyun.

“Hanya orang-orang terdekatku yang memanggilku dengan nama panggilan itu.” Ucap Yoona tanpa memalingkan wajahnya. Senyuman itu masih ada di wajahnya.

Donghae diam sesaat ketika mendengar jawaban Yoona. Hatinya sedikit merasa kecewa dengan jawaban gadis itu. Ya, mungkin mereka tidak sedekat itu.

Mereka berdua pun tidak melanjutkan pembicaraan mereka sampai akhirnya mereka tiba di perusahaan agensi Yoona.

“Terima kasih sudah mengantarku.”

“Tentu saja.” Ketika Yoona hendak turun dari mobil Donghae, ia tersenyum dan berkata tanpa menoleh ke arah Donghae.

“Kau boleh,” Donghae mengerutkan keningnya bingung. Ia menatap Yoona dari belakang dan menunggu gadis itu untuk melanjutkan perkataannya. Ia boleh apa?

“Memanggilku dengan panggilan ‘Yoong’.” Yoona menoleh dan tersenyum ke arah Donghae sebelum akhirnya turun dari mobil laki-laki itu.

Donghae masih terpaku diam di balik kemudinya. Perlahan ia tersenyum dan memandang Yoona yang sudah lenyap di pintu masuk gedung.

“Yoong…” Ucap Donghae pelan sebelum akhirnya menjalankan mesin mobilnya dan pergi dari tempat itu.

*****

Sudah seminggu sejak dirinya dan Yoona resmi bertunangan. Donghae tidak percaya bahwa ia bisa melewati hari-harinya yang sekarang berstatus sebagai tunangan Yoona. Ternyata tidak terlalu buruk. Awalnya Donghae pikir, ia dan Yoona akan sering bertengkar dan bersikap dingin terhadap satu sama lain mengingat pertemuan pertama mereka yang kurang menyenangkan. Tapi, hari demi hari Donghae mulai terbiasa dengan keberadaan Yoona. Mulai terbiasa memberikan perhatian-perhatian kecil terhadap Yoona, walaupun Donghae masih terlalu gengsi untuk memberikan perhatian itu secara terang-terangan terhadap Yoona.

Dan Donghae akui, keberadaan Yoona selalu membawa hawa positif baginya. Yoona selalu membuatnya tersenyum, Yoona dapat membuatnya tenang ketika ia benar-benar merasa stress dengan pekerjaannya, dan hal lainnya yang tanpa Donghae sadari telah merubahnya secara perlahan. Dalam artian yang baik tentu saja.

Entahlah, setiap bersama gadis itu, nalurinya langsung mengatakan kalau ia harus menjaganya, merawatnya, dan membuatnya tersenyum. Seakan-akan itu sudah menjadi hal yang biasa ia lakukan terhadap Yoona. Bersama gadis itu, Donghae selalu melakukan hal-hal secara spontan, hal-hal yang jarang ia lakukan ketika bersama Jessica.

Jessica. Gadis yang juga telah membawa perubahan dalam hidupnya. Teman-temannya mungkin berpikir kalau ia adalah pria brengsek, tidak bertanggung jawab, atau apalah itu yang kerap kali Donghae dengar apabila ia berkumpul bersama teman-temannya. Ia menelantarkan Jessica begitu saja. Ia tidak lagi peduli pada gadis itu, padahal status mereka masih sepasang kekasih.

Oh, percayalah. Tidak ada satu haripun yang Donghae lewati tanpa mencari tahu kabar Jessica. Setiap hari ia berusaha untuk menelpon Jessica tapi gadis itu tidak mengangkatnya. Ia datang ke apartemennya tapi gadis itu selalu mengabaikannya. Dan ketika Donghae mencoba untuk menemui Jessica di kantornya, gadis itu selalu tidak ada. Jessica menghindarinya.

Sikap Jessica yang seperti ini sangat mengganggu konsentrasi Donghae. Ia ingin bertemu gadis itu. Ia ingin memperjelas hubungannya dengan gadis itu. Semua hal tentang Jessica telah membuatnya mengabaikan tumpukan pekerjaan yang ada di depan matanya.

Ia harus bertemu gadis itu.

*****

Donghae menepikan mobilnya di depan gedung berlantai empat. Ya, ia memutuskan untuk menemui Jessica di tempat kantornya. Dengan itu, ia tidak akan menghindarinya lagi, bukan?

Ketika Donghae memasuki gedung, beberapa wanita disana menatapnya dan saling berbisik dengan teman disampingnya. Donghae sedikit bingung dan risih dengan tatapan mereka. Tapi, ia seketika mengerti ketika ia berhasil menangkap suara seorang wanita yang berjalan melewatinya. Ia mendengar wanita itu mengatakan hal tentang Yoona, dan Donghae langsung berpikir, mungkin karena ia adalah tunangan Yoona, seorang model cantik yang terkenal. Nama Yoona tentu saja sudah tidak asing di kalangan mereka. Bahkan pernah ada sebuah media massa yang memuat artikel mengenai mereka berdua. Artikel itu mengatakan kalau mereka adalah pasangan dewa dan dewi. Pasangan yang sempurna. Donghae sempat merasa senang dan bangga ketika membaca artikel itu. Apakah mereka berdua memang terlihat serasi?

Setelah melewati meja resepsionis, Donghae pun langsung menaiki lift menuju lantai dua tempat Jessica bekerja. Ketika ia sampai di lantai 2, ia melihat ke seluruh penjuru lantai itu. Nihil. Ia tidak mendapati Jessica disana. Kemana gadis itu? Ia pun akhirnya memutuskan untuk langsung menemui bosnya yang berkepala plontos itu. Donghae tersenyum samar mengingat julukan yang diberikan Jessica untuk bosnya yang menurutnya super menyebalkan itu.

Ketika Donghae sampai di depan studio Mister Kim, sekretaris Mister Kim langsung menyuruhnya untuk masuk.

“Tuan Lee Donghae! Sebuah kehormatan bagiku untuk menerimamu di studioku!” Wajah Mister Kim terlihat berseri-seri ketika melihat Donghae berdiri di dekat pintu studionya. Donghae hanya tersenyum sebagai respon.

“Senang bertemu dengan anda, Mister Kim.” Sapa Donghae.

“Oh, tidak tidak tidak, seharusnya aku yang berkata seperti itu! Mari, silahkan duduk.” Donghae pun duduk di sofa kulit putih berbentuk setengah lingkaran itu.

Masih dengan wajah berserinya, Mister Kim hanya memandangi Donghae yang duduk di sampingnya. Menurut Mister Kim, Lee Donghae adalah pria terseksi yang pernah ia temui. Bahkan beberapa model pria yang selama ini ia temui menurutnya tidak sebanding dengan ketampanan Lee Donghae. Wajah Lee Donghae benar-benar terpahat sempurna. Sepertinya Tuhan menyayangi kedua orang tuan Lee Donghae sehingga Ia memberikan anak setampan itu.

Sebagai pria ia mengakui kalau Lee Donghae mempunyai pesona luar biasa yang menurutnya dapat menaklukan wanita dalam hitungan detik saja. Bahkan dirinya langsung terpesona ketika melihat Lee Donghae untuk yang pertama kali dalam sebuah artikel majalah Forbes. Tubuhnya yang tinggi dan proporsional itu benar-benar menjadi santapan para wanita di luar sana.

Tapi, ia bersyukur karena pada akhirnya Im Yoona lah gadis beruntung itu. Ketika ia mendengar kabar mengenai pertunangan Lee Donghae dengan Im Yoona, dirinya berteriak. Dan dengan berteriak, ia benar-benar berteriak di studionya sehingga membuat para karyawannya dan model di sekitarnya terkejut dan memandang heran kepadanya. Akhirnya Korea mempunyai Brangelina-nya sendiri. Kau tahu, Hollywood mempunyai Brad Pitt dan Angelina Jolie sebagai pasangan terpanas, di Korea kau mempunyai Lee Donghae dan Im Yoona. Salah satu pasangan terseksi yang pernah ada. Mereka bak dewa dan dewi, ya itulah julukan yang diberikan pada mereka oleh masyarakat penggila fashion di Korea.

Tentu saja, ia merasa iri pada Im Yoona. Gadis itu sungguh beruntung. Ia dilahirkan untuk mempunyai semuanya. Wajah yang sangat cantik, tubuh yang menjadi idaman para wanita di luar sana, pekerjaan impian, orang tua yang sukses, dan sekarang seorang tunangan yang luar biasa tampan. Apa lagi yang kurang dari gadis itu? Bisa dibilang hidupnya sempurna. Mister Kim pernah berkhayal jika dirinya dilahirkan kembali menjadi seorang perempuan, ia ingin menjadi Im Yoona. Wanita independen yang cantik dan baik hati. Dan tentu saja, tunangan dari Lee Donghae, seorang pengusaha sukses yang tampan dan seksi.

“Jadi, ada apa kau kemari, tuan Lee?”

“Sebenarnya, aku ingin meminta bantuan anda.” Mister Kim mengernyitkan keningnya. Lee Donghae meminta bantuan darinya?

*****

Jessica berjalan gontai sambil membawa pakaian yang dilapisi plastik agar pakaian itu tidak rusak. Tiba-tiba saja tadi Mister Kim menyuruhnya untuk mengantarkan pakaian yang telah dipesan khusus oleh pelanggannya. Jessica kesal karena ini bukan tugasnya. Bukankah ia sudah dipromosikan menjadi editor, tapi mengapa ia disuruh melakukan tugas seperti awal mula ia bekerja di butik Mister Kim?

Tapi, apa yang bisa Jessica lakukan untuk menolaknya? Pria paruh baya berkepala plontos itu pada akhirnya akan selalu berhasil membujuknya dengan segala perkataannya yang terdengar manis. Dan bodohnya, Jessica selalu termakan oleh omongan bosnya itu.

Jessica melihat lagi alamat yang tertulis di secarik kertas yang diberikan Mister Kim tadi. Hah, pantas saja orang ini minta diantarkan pakaiannya. Pasti orang ini adalah salah satu dari pelanggan Mister Kim yang kaya. Buktinya, orang ini tinggal di perumahan elit. Sepanjang perjalanan, kepala Jessica tak henti-hentinya menengok kiri kanan, mulutnya terbuka membentuk huruf O. Ia menggagumi setiap rumah yang ia lewati. Ia menggeleng tidak percaya dan kagum.

“Wah, dibutuhkan uang berapa banyak untuk mempunyai rumah semewah dan semegah ini?”

Akhirnya, Jessica sampai di depan rumah besar bercat putih. Ia menyamakan nomor rumah itu dengan nomor yang ada di kertas tadi. Sama. Ya, ini rumah yang benar. Sekali lagi, Jessica terkagum dengan rumah di depannya ini. Bangunannya yang besar dan mewah, tapi terlihat sederhana, tidak terlalu diberi sentuhan seperti rumah-rumah yang lain yang lebih terkesan eropa. Rumah ini sangat minimalis dan indah.

Jessica kemudian mendekati gerbang dan berbicara melalui intercom yang ada disitu.

“Permisi, aku disuruh untuk mengantarkan pakaian yang dititipkan oleh Mister Kim untuk tuan Lee? Aku disuruh mengantarkannya kesini.”

Tidak butuh waktu lama, gerbang rumah itu terbuka dengan sendirinya dan Jessica buru-buru masuk. Ketika ia mencapai pintu rumah itu, ia menekan bel yang tidak jauh dari pintu.

Tidak lama, seseorang membuka pintu dan Jessica mendongak. Detik itu, seluruh tubuh Jessica menegang. Oh, tidak. Lee Donghae sedang berdiri di depannya. Mengapa laki-laki itu bisa ada disini? Mengapa ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya? Tolonglah, ia ingin pergi dari sini.

“Jessica?” Suara itu. Suara penuh kelembutan yang sudah lama tidak didengarnya. Jessica masih menatap diam Donghae, begitu juga sebaliknya.

“Jessica,” Donghae maju selangkah ke arah Jessica, ia mengerutkan keningnya ketika melihat Jessica yang mengambil selangkah mundur. Mengapa gadis itu berusaha menjauh darinya?

“I-ini, Mister Kim ingin aku mengantarkannya u-untukmu.” Jessica menyodorkan pakaian yang sedari tadi dipegangnya ke depan Donghae. Donghae tidak memperdulikan pakaian itu, ia masih setia menatap Jessica dengan tatapan nanar.

“Jessica, aku—”

“Ambil ini. Aku harus segera pergi karena masih banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan.” Donghae akhirnya mengambil pakaian yang disodorkan oleh Jessica ke arahnya. Donghae kecewa karena Jessica tidak mau menatapnya, gadis itu tidak mau berada di dekatnya, gadis itu selalu berusaha untuk menghindarinya.

“Jessica, aku mohon. Aku ingin bicara denganmu.”

“Aku tidak bisa…”

“Aku mohon…” Donghae menyentuh sebelah tangan Jessica dan meremasnya pelan.

*****

Cukup lama mereka berdua berdiam di balkon rumah. Tidak ada diantara mereka yang memulai pembicaraan. Sepertinya mereka berdua menikmati keheningan ini.

Jessica sempat gelisah karena ia harus kembali bekerja. Tapi, Donghae memberitahu semuanya pada Jessica. Ia telah meminta izin pada Mister Kim agar Jessica diberi waktu untuk menyelesaikan beberapa masalah dengannya. Mister Kim sempat bingung karena Donghae mengenal Jessica. Tapi, ia tetap memberikannya izin. Dan sebenarnya pakaian yang tadi dibawa Jessica hanyalah sebuah alasan untuk memancing Jessica menemuinya di rumah ini. Well, pakaian itu memang dipesan oleh Donghae dan awalnya pakaian itu akan diambil olehnya sendiri, tapi tiba-tiba ia mendapat ide cemerlang ini agar Jessica tidak lagi menghindar darinya. Donghae sudah tidak tahu lagi cara agar Jessica mau menemuinya. Ia ingin memperjelas semuanya.

“Ini rumahmu?” Tanya Jessica memecah keheningan diantara mereka berdua. Donghae langsung menoleh ke arah Jessica.

“Ya, ini rumahku.”

“Aku tidak tahu kalau kau punya rumah di lingkungan ini.”

“Aku memang tidak pernah memberitahu siapapun tentang rumah ini. Begitu juga kedua orang tuaku. Bisa dibilang, rumah ini tempat pelarianku. Jika aku sedang merasa ingin sendiri, aku akan datang ke rumah ini. Maka dari itu, aku tidak ingin orang-orang tahu karena aku tidak mau diganggu oleh siapapun.” Jessica hanya menganggukan kepalanya.

“Maafkan aku,” Jessica menoleh sambil mengernyitkan keningnya.

“Untuk?”

“Tidak memberitahumu tentang rumah ini.”

“Apa? Bukankah tadi sudah kau bilang kalau rumah ini adalah “tempat persembunyian” mu dan hanya kau saja yang tahu tentang rumah ini? Aku tidak ada masalah dengan itu karena kau juga memerlukan waktumu sendiri, bukan? Semua orang membutuhkan waktu dimana mereka hanya ingin menyendiri dan terhindar dari segalanya.” Donghae tersenyum mendengar ucapan Jessica.

“Akulah yang seharusnya minta maaf disini,” Donghae menatap Jessica tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, menunggu gadis itu untuk melanjutkan perkataannya.

“Maafkan aku karena selalu berusaha menghindarimu. Yang aku lakukan selama ini hanyalah menghindar dari masalahku sendiri. Tidak seharusnya aku melakukan semua itu…”

“Jessica—”

“Mari kita akhiri semua ini…” Nada suara Jessica terdengar bergetar. Ia menggigit bibir bawahnya, berusaha untuk tidak menangis. Sakit. Ya, sakit rasanya untuk melepaskan Donghae. Ia sangat mencintai pria itu. Tapi, bukankah dirinya egois jika terus-terusan menahan Donghae sedangkan diluar sana ada seorang gadis yang mencintai Donghae lebih dari dirinya dan begitupun Donghae.

Ayolah, Donghae. Suatu saat kau akan menyadari bahwa jauh di dalam lubuk hatimu, hanya ada satu orang gadis yang kau cintai selama ini, dan itu Im Yoona. Yoona adalah satu-satunya gadis yang kau inginkan di dalam hidupmu. Satu-satunya gadis yang ingin kau lindungi meskipun itu harus mengorbankan keselamatanmu sendiri. Satu-satunya gadis yang selama ini kau lihat dan akan selalu kau lihat di dalam hidupmu. Yoona adalah hal terpenting dalam hidupmu, Donghae…

“Kenapa? Kenapa kau ingin mengakhiri semua ini? Bukankah kau sudah berjanji untuk tidak pernah melepas tanganku? Kau sudah berjanji untuk kembali padaku ketika semua ini berakhir, bukan?”

Jessica hanya diam sambil menundukkan kepalanya. Air mata pertamanya telah jatuh membasahi pipinya. Ia tidak bisa melihat Donghae sekarang. Terlalu sakit untuk melihat pria itu.

“Jawab aku, Jessica!” Jessica menutup kedua matanya secara otomatis ketika mendengar teriakan Donghae. Jessica mengernyitkan matanya. Ini pertama kalinya Donghae membentaknya.

“Aku tidak pernah menjanjikan semua itu, Donghae. Apa kau ingat?” Jessica berusaha mengontrol suaranya agar terdengar lebih tenang.

“Apa?”

“Aku tidak pernah membuat janji apapun padamu, Donghae. Mengapa? Karena aku tahu pada akhirnya kita harus berpisah! Aku harus melepas tanganmu meskipun aku benci melakukan itu! Itulah mengapa aku tidak berjanji padamu karena aku tahu kalau suatu saat aku akan mengingkarinya…”

Saat itu juga tangis Jessica pecah dan Donghae langsung menarik Jessica ke dalam pelukannya. Ia membiarkan Jessica menangis di dalam pelukannya. Ia bisa merasakan tubuh kecil gadis itu yang bergetar dalam pelukannya. Donghae mempererat pelukannya dan ia mencium puncak kepala Jessica. Gadis itu semakin menangis di dalam pelukannya, bahkan ia meremas jaket Donghae dengan kuat.

Butuh waktu beberapa menit untuk membuat tangisan Jessica berhenti. Dengan gerakan yang lembut, Donghae terus mengusap punggung Jessica sambil menenangkan gadis itu di telinganya. Dan itu berhasil. Jessica telah berhenti menangis. Tapi, Donghae tidak melepaskan pelukannya pada Jessica, dan Jessica pun tidak terlihat ingin menarik diri dari Donghae.

“Donghae…” Suara Jessica terdengar agak serak karena menangis.

“Hmm,” Gumam Donghae sambil menempelkan pipinya di puncak kepala Jessica.

“Terima kasih untuk semuanya,” Donghae hendak melepaskan pelukannya, tapi Jessica menahannya.

“Dengarkan aku dulu. Terima kasih karena selama ini kau telah membuatku tertawa, kau telah membuatku menangis, memberiku kejutan-kejutan manis,” Donghae tersenyum pedih mendengar tuturan Jessica. Ia semakin mempererat pelukannya pada Jessica.

“Dan yang terakhir, terima kasih karena telah mencintaiku apa adanya diriku…” Hati Donghae sakit mendengar kalimat yang keluar dari mulut Jessica. Dan saat itu, air mata Donghae pun jatuh. Ia kembali mencium puncak kepala Jessica.

“Aku yang seharusnya berterima kasih padamu…” Jessica tersenyum samar dalam pelukan Donghae. Cukup lama mereka berpelukan di balkon rumah Donghae. Entahlah, Jessica tidak ingin melepaskan pelukan ini. Ia ingin merasakan pelukan hangat Donghae untuk yang terakhir kalinya sebelum ia meninggalkan Donghae.

“Donghae…”

“Hmm,” Jessica menarik nafas panjang sebelum ia melanjutkan perkataannya.

“Aku akan pergi ke Jepang.” Kali ini Donghae melepas pelukan mereka berdua dan menatap tajam Jessica.

“Apa maksudmu?”

“Kau ingat kan waktu itu aku pernah tertarik dengan tawaran pekerjaan yang diberikan oleh bibiku disana? Tawaran bekerja menjadi editor sekaligus stylish utama di salah satu majalah fashion terkenal di Jepang? Well, aku mendapatkan pekerjaan itu.”

“Waktu itu kau benar-benar tidak setuju kalau aku mencobanya. Tapi, pada akhirnya aku mengirimkan referensi ku tanpa memberitahumu. Maafkan aku…Awalnya aku tidak terlalu berharap akan diterima. Tapi, ketika aku mendapatkan email balasan kalau aku diterima menjadi editor sekaligus stylish utama mereka, aku benar-benar kaget. Ini adalah pekerjaan impian ku, Donghae. Aku tidak bisa melepaskan kesempatan ini begitu saja.”

Donghae mendesah pelan. Jujur, ketika Jessica memberitahu tentang hal ini berbulan-bulan yang lalu, Donghae sempat kesal karena ia tahu peluang Jessica diterima sangat besar, mengingat bakat dan kemampuan yang dimiliki Jessica. Dan pasti ketika Jessica diterima, gadis itu mau tidak mau harus pindah ke Jepang. Donghae tidak bisa terima itu. Ia tidak ingin berhubungan jarak jauh dengan Jessica. Tapi sekarang, Donghae justru merasa senang mendengarnya karena menurutnya tidak ada yang lebih pantas mendapatkan posisi itu selain Jessica. Ia sangat bangga terhadap Jessica karena telah mendapatkan apa yang selama ini ia inginkan. Dan sekarang Donghae bisa menerima semua itu dengan mudah.

“Aku sangat senang kau diterima di pekerjaan itu. Kau memang pantas mendapatkannya, Jessica.” Jessica tersenyum mendengar Donghae yang sepertinya dapat menerima berita ini dengan baik.

“Jadi, kau akan pergi meninggalkanku?”

“Tsk, bukankah sekarang ada seseorang yang menggantikan aku untuk menjagamu?” Donghae mengernyit samar.

“Yoona. Dia sekarang tunanganmu, kau ingat?”

“Tentu saja aku ingat.” Jessica tertawa pelan. Ia berhasil membuat suasana menjadi lebih santai sekarang. Ia tidak ingin menangis lagi. Ia terlalu lelah untuk itu. Ia ingin, hari terakhirnya bersama Donghae menjadi hari yang paling bahagia untuknya, bukannya dipenuhi oleh tangisan.

“Jaga dia, Donghae. Beri dia kasih sayang yang selama ini kau berikan padaku. Jangan membuatnya menangis, karena percayalah hati perempuan itu sangat sensitif. Perempuan itu cenderung lebih peka daripada laki-laki. Buat dia tertawa. Peluk dia ketika ia membutuhkan seseorang disampingnya. Lindungi dia seakan-akan dia adalah barang yang mudah pecah jika kau tinggal walau sebentar.”

Di dalam hati Donghae, ia menjawab semua ucapan Jessica. Pasti. Ya, itulah jawaban Donghae untuk semua hal yang Jessica suruh untuk ia lakukan. Entahlah, Jawaban itu dengan sendirinya muncul.

“Bernjanjilah padaku, Donghae.”

Donghae tersenyum samar. Ia mengangkat sebelah tangannya dan mengelus pipi Jessica.

“Aku berjanji.”

*****

Sudah kurang lebih sebulan sejak pertemuannya dengan Jessica. Hari itu benar-benar menjadi hari terakhir Donghae melihat gadis itu karena ternyata satu hari setelahnya, Jessica pergi ke Jepang seperti yang dikatakannya kepada Donghae. Bahkan Mister Kim—bosnya—tampak tidak terima ketika Jessica menyerahkan surat pengunduran dirinya. Mister Kim sangat sedih karena ia telah kehilangan salah satu orang terbaik di bidangnya.

Jessica tidak memberitahu Donghae kalau ia akan pergi. Gadis itu hanya mengirim sebuah foto kepadanya. Di dalam foto itu terdapat kalung yang pernah ia berikan untuk Jessica. Kalung berbentuk kepingan salju dengan berlian-berlian kecil yang menutupinya sehingga membuat kalung itu bersinar indah jika terkena cahaya. Jessica pernah mengatakan kalau ia sangat menyukai salju. Dan menurutnya kepingan salju itu indah. Donghae tertawa pada waktu Jessica mengatakan itu.

Di bawah foto itu terdapat kata-kata,

Aku membawa ini bersamaku. Setidaknya, ada sesuatu dari dirimu yang masih dapat aku simpan selain kenangan-kenangan manis itu. Selamat tinggal, Donghae.

Donghae tersenyum melihatnya. Ya, setidaknya ada sesuatu dari dirinya yang akan selalu menemani gadis itu dimanapun gadis itu berada. Donghae berharap Jessica akan menemukan kebahagiannya di Jepang lebih dari yang ia dapat selama di Korea. Ia berharap Jessica menemukan seseorang yang akan selalu menjaganya dan mencintai gadis itu apa adanya.

“Direktur Lee?” Donghae dengan cepat mendongak dan mendapati bahwa sekretarisnya tengah berdiri di hadapannya. Sejak kapan ia berdiri di sana?

“Ya, ada apa?”

“Saya hanya mengingatkan bahwa jadwal penerbangan anda besok menuju London adalah pukul sembilan pagi.”

“Ah ya, terima kasih.”

 “Kalau begitu saya permisi, direktur.” Donghae hanya menganggukan kepalanya dan sekretarisnya itu langsung meninggalkan ruangannya.

Ah, ia lupa memberitahu Yoona mengenai keberangkatannya ke London besok. Ia harus menelpon Yoona. Dengan cepat ia menekan dial satu untuk terhubung dengan nomor Yoona. Tanpa sadar nomor Yoona menjadi nomor penting yang ia simpan di dalam memori ponselnya. Apakah gadis itu telah menjadi bagian penting dalam hidupnya? Apakah secepat itu?

Sembari menunggu Yoona menjawab panggilannya, Donghae berdiri dan melangkah menuju jendela besar di ruangannya yang menampakkan pemandangan kota Seoul. Ia berdiri di sana dengan ponsel yang menempel di telinganya dan salah satu tangannya ia masukkan ke dalam saku celananya.

Tidak lama, kedua ujung bibirnya terangkat ketika mendengar suara lembut di seberang sana.

“Halo?”

“Hei, ini aku.” Jawab Donghae.

“Aku tahu, namamu tertera di layar ponselku.”

Donghae tertawa pelan mendengar jawaban Yoona. Betul juga. Mengapa tidak terpikirkan olehnya? Apakah dirinya terlalu senang karena mendengar suara Yoona sehingga otaknya tidak berjalan seperti biasanya? Ah, entahlah.

“Kau dimana?”

“Aku sedang makan di café.”

Donghae mengeluarkan tangannya yang ia jejalkan ke dalam saku celananya. Ia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya itu. Memang sudah waktunya makan siang. Tetapi, samar-samar ia dapat mendengar suara seorang pria di dekat Yoona. Apa gadis itu sedang bersama Seung gi? Tapi, bukankah mereka tidak lagi bersama? Koreksi, mereka memang tidak pernah bersama.

“Kau sedang bersama siapa?” Tanya Donghae dengan suaranya yang datar. Ia merasa sedikit kesal kalau ternyata Yoona memang sedang bersama seorang pria sekarang.

“Aku?” Belum sempat Yoona melanjutkan perkataannya, Donghae kembali mendengar suara pria itu dan sekarang terdengar sedikit lebih jelas. Kali ini Donghae benar-benar marah, ia jelas-jelas mendengar kalau pria itu menyebut Yoona dengan panggilan sayang!

“Sayang? Kau sedang bersama seorang pria?” Kali ini terdengar jelas bahwa Donghae sedang marah.

Yoona menebak Donghae pasti mendengar suara Kyuhyun ketika pria itu memanggilnya sayang. Padahal ia hanya bertanya pada Yoona apakah ia akan menghabiskan saladnya atau tidak. Kemudian sebuah ide brilian muncul di otaknya. Mungkin, mengerjai laki-laki itu sesekali tidak ada salahnya. Yoona kemudian tersenyum jahil yang pasti tidak bisa dilihat oleh Donghae.

“Ya, aku sedang makan siang bersama salah satu teman ku. Dan ya, dia seorang pria.”

Donghae? Kyuhyun berbicara tanpa mengeluarkan suara dan dijawab oleh anggukan dari Yoona.

Ia menanyakan tentangku? Kyuhyun kembali bertanya sambil menunjuk dirinya sendiri dan kembali mendapat anggukan dari Yoona.

“Teman? Apa semua temanmu memanggilmu ‘sayang’?”

“Tidak, hanya dia yang memanggilku seperti itu.” Donghae menutup kedua matanya menandakan kalau ia sedang benar-benar menahan amarahnya. Ia menarik nafasnya dalam-dalam. Ya, kali ini Yoona sukses membuat laki-laki itu merasakan panas di sekujur tubuhnya. Ia berhasil membangkitkan amarah Donghae.

Sedangkan di seberang sana—tanpa Donghae ketahui tentu saja—Yoona dan Kyuhyun sedang tertawa tanpa suara membayangkan reaksi Donghae.

“Im Yoona,” Nada suara Donghae terdengar pelan tapi bisa terdengar kalau ia benar-benar marah sekarang. Apalagi ia memanggil Yoona dengan nama lengkapnya, sontak itu membuat Yoona berhenti tertawa dan berpikir kalau ia sudah melewati batas.

“Aku berhasil mengerjaimu, Donghae!” Yoona akhirnya tertawa ketika mendengar nada suara Donghae yang sudah mulai berat. Ia tahu laki-laki itu sudah termakan omongannya. Donghae mengernyitkan keningnya mendengar Yoona yang tertawa terbahak-bahak di seberang sana. Bahkan kini terdengar pria tadi juga ikut tertawa.

“Donghae?” Donghae diam tidak merespon Yoona, membuat Yoona melepas ponselnya dari telinganya memastikan kalau mereka masih terhubung.

“Lee Donghae, kau marah? Hei, aku hanya bercanda tadi.” Kini Yoona merasa bersalah pada Donghae karena ia tahu kalau laki-laki itu pasti menganggapnya serius tadi. Tentu saja, pasti ia marah mendengar suara seorang pria yang memanggil tunangannya sayang. Kalau Donghae tahu pria itu adalah Kyuhyun, pasti ia tidak akan mempermasalahkan hal itu.

“Donghae? Aku minta maaf… Aku benar-benar bercanda tadi.”

“Lalu kau sedang bersama siapa sekarang?” Yoona langsung melirik ke arah Kyuhyun. Seakan mengerti maksud Yoona, Kyuhyun tersenyum lebar dan berteriak,

“Dia sedang bersamaku!” Samar-samar Donghae mendengar suara Kyuhyun yang sedikit berteriak.

“Aku sedang bersama Kyuhyun sekarang. Apa kau masih marah?”

“Masih.” Jawab Donghae dengan cepat. Tapi, kali ini giliran Donghae yang tersenyum jahil. Ia ingin mendengar Yoona memohon maaf padanya untuk sekali lagi. Ia senang mendengar gadis itu memohon padanya.

“Lee Donghae!” Tidak seperti yang ia harapkan, Donghae malah mendapat teriakan dari Yoona yang membuatnya menjauhkan ponselnya dari telinganya. Telinganya sedikit berdengung mendengar teriakan melengking Yoona itu.

“Mengapa kau jadi berteriak padaku?!” Karena kaget, Donghae pun tanpa sadar meninggikan suaranya.

“Karena kau masih marah! Aku kan sudah bilang kalau aku tadi hanya bercanda, mengapa kau susah sekali diajak bercanda, sih?!”

“Baiklah, baiklah. Aku tidak marah. Tapi, aku masih tidak terima kalau Kyuhyun memanggilmu dengan panggilan’sayang’. Aku tidak suka mendengarnya.”

“Tapi dia sudah biasa memanggilku dengan sebutan itu bahkan sebelum aku mengenalmu.”

“Tetap saja, aku ini tunanganmu dan aku merasa risih dan kesal jika ada pria lain yang memanggilmu seperti itu.” Kedua pipi Yoona terasa panas ketika mendengar kata demi kata yang Donghae ucapkan. Jantungnya tiba-tiba berdegup lebih kencang dari sebelumnya. Entah kenapa, ia merasa sangat senang mendengar kata-kata Donghae adalah tunangannya.

“Sekalipun itu Kyuhyun, sahabatku sendiri?” Kyuhyun menaikkan alisnya dan bertanya ‘apa’ tanpa bersuara.

“Ya, tanpa terkecuali dia.” Yoona tersenyum mendengar jawaban tegas Donghae. Kyuhyun yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepalanya.

“Jadi, ada apa kau menelponku?”

“Aku ingin memberitahumu sesuatu,” Yoona mengernyit. Nada suara Donghae terdengar serius sekarang.

“Apa?”

“Tapi, bisakah kau menjauh dari Kyuhyun sebentar?” Yoona sedikit bingung tapi ia segera berdiri dan beranjak keluar café sambil mengisyaratkan dengan tangannya pada Kyuhyun, ‘tunggu sebentar, aku harus menerima ini di luar’ dan Kyuhyun hanya menganggukkan kepalanya sebagai respon.

“Aku sudah di luar café. Ada apa?”

“Aku akan pergi ke London besok. Cabang perusahaan disana sedang ada masalah dan harus diselesaikan dengan cepat.”

“Apakah masalah serius?”

“Tidak juga, tapi jika tidak segera ditangani dengan cepat bisa menjadi masalah yang serius.”

“Kapan kau akan kembali?”

“Entahlah. Aku tidak yakin. Kurasa hanya dua atau tiga hari.”

“Dua atau tiga hari?

“Kenapa? Kau tidak tahan untuk tidak melihatku dalam waktu beberapa hari ke depan?” Gurau Donghae.

“Kau mempunyai tingkat percaya diri yang tinggi, Lee Donghae.” Donghae tertawa.

“Tentunya tidak setinggi dirimu.” Yoona mendengus.

“Terserah apa katamu.” Donghae tersenyum. Ia paling suka jika Yoona sudah mulai kesal karenanya. Ia suka dengan tingkah Yoona yang seperti anak kecil itu. Bukan berarti Yoona bersikap kekanak-kanakkan, tapi Yoona hanya merajuk padanya seperti anak kecil. Apa itu memiliki arti yang berbeda atau sama saja? Ah, terserahlah. Yang jelas, ia suka dengan segala tingkah laku Yoona. Gadis itu selalu bisa membuatnya tersenyum dan tertawa tanpa alasan yang jelas.

“Hei, aku harus pergi, ada rapat yang harus aku datangi. Aku akan menelponmu lagi nanti.”

“Baiklah.”

“Ada kata-kata terakhir sebelum salah satu dari kita memutuskan sambungan telepon?”

“Kau akan merindukanku, Donghae!” Yoona mengucapkannya dengan cepat dan jarinya dengan gesit memencet tombol merah di layar ponsel, dan…Sambungan telepon pun terputus. Yoona ragu kalau Donghae dapat menangkap kata-katanya tadi dengan jelas. Sebenarnya, Yoona hanya bercanda tadi. Tidak lama, Yoona pun kembali ke dalam café.

Di seberang sana, masih dengan ponsel yang menempel di telinganya, Donghae tersenyum mendengar ucapan Yoona yang terdengar sangat cepat, tapi telinganya berhasil menangkap kata demi kata yang keluar dari mulut gadis itu tadi dengan cukup jelas.

“Kurasa begitu, Yoona.”

To be continue

 

 

101 thoughts on “Do You Know? – Another Flashback (Chapter 4)

  1. Waaa… Trnyata author jga sma nunggu pengumuman SNMPTN..! Huaaa, deg2an bgtzz,.
    Pengumumannya bsokk., aq takut niehh,.. Kira2 bsa g yaa.,
    Pokoknya aq doain author smoga bsa keterima SNMPTNnya sesuai jurusan yg author pilih dan minati..
    Btw, ambil PTN ap?? D mna??
    Sorry, aq bloom bca FFnya authorr,. Ntr qlow aq udh bca, aq psti coment.. Hihihiii
    Bru baca cuap2nya author tntang nunggu pengumuman langsung merasa pengen berbagi deg2an.. Heheheeeea

    1. Amin..terima kasih ya 🙂
      Aku ngambil unpad jurusan ilmu komunikasi..kamu?
      Aku doain juga semoga kamu keterima ya ^^ AMIN
      Aku bener-bener deg-degan besok pengumumannya sampe sampe pikiran kosong ga bisa dapet ide buat nulis..hiks hiks 😦
      Make sure you read from the first chapter ya 🙂 thankyousomch!

  2. Huaaa!! Daebakkk!
    Donghae kayanya udah mulai suka ‘lagi’ deh sama yoona..
    Kembaliin ingatannya donghae dong thor.
    Lanjutnya jangan lama lama oke 😉 😀

  3. waah akhirnya makin ngerti sama jalan ceritanya ^__^
    next partnya moment yoonhae nya dibanyakkin yaa eonni~
    eonni fighting ^__^

  4. Hikss sedih sihh sama keadaannya jessica, tapi mau bagaimana lagi donghae kan jodohnya sama yoona. Hehehe oh iya thor buat chapter selanjutnya request dong ada moment yoonhaenya yang bikin deg2an gimanaaa gitu, itung-itung hadiah karna lama banget ngepostnya 😞
    semoga lulus deh thor, jangan ngaret lagi yah ngepostnya. Kan berasa jadi istrinya bang toyib, tiap hari buka blog ini tapi kagak ada chapter yang ditunggu2

  5. Nyesel baru nemu ff sebagus ini sekarang. Keren bgt thoooor suka deh walaupun cerita arranged marriage udah banyak, tp ff ini dikemas dengan cara yg berbeda dan aku suka banget! Semoga donghae cepet mendapatkan kembali ingatannya ya, kasian Yoona. Ditunggu chapter selanjutnya. Fighting!

  6. keren thor, nangis waktu pas tunangan, dan tersenyum waktu akhirnya.
    jangan lama” ya thor lanjutnya
    aku tunggu

  7. masih ada terusannya nih… walaupun gk baca dr part awal, keren jg ceritanya jd pengen baca dr awal,
    ditunggu lanjutannya

  8. Aduuh aku lupa sma chap sblum2 ny,
    Donghae ny hlng ingtn kah??
    ditunggu chap slnjt ny yaah.
    Ntar aku lupa lgi..heheee

  9. sempat kecewa karna lbih banyak moment haesica.a dibanding yoonhae tpi pas baca smpy akhir trnyata tdk mngecewakan 🙂 next banyakin YH momentnya ya..fighting!!!

  10. Waaa… Lma g baca nie FF,. Awalnya aq sebel bgtzz ps donghae peduli sma jessica., tpi d ending lmayang bikin senyum2 sndiri.. Donghae udh mulai nyaman dan ska sma yoona. Btw, dlu hubungan mreka ap?? Qok donghae kek orang lpa ingatan

  11. Huaaaah daebakk!! walau agak lama nunggu ya thor wkwk
    aigoo ini chapter flashback2an lagi hmmm gasabar thor nunggu chapter yg present time hehe. Duuh kompleks juga ya masalalu yh.. semoga next chap cepet update ya author

  12. wahh…donghae cemburu ama kyuhyun,tp ttp gk bsa lepasin jessica..untung aja jessica pergi. .kerennn thor ceritanya di tunggu next chapternya..

  13. ini masih flashback tapi donghaenya udah ngerasa sayang banget sama yoong. gimana kalo itu amnesianya udah inget sepenuhnya? apa masih sayang, atau ga sayang, atau malah lebih sayang mengingat mereka udah tunangan. aih bener2 penasaran sama next chapnya. lanjut lagi ya chingu, ga mau kalo sampek yoonhae pisah

  14. aku sampai lupa sama critanya..
    si donghae mulai brsikap over…
    bagus”..di tnggu part slanjutnya..

  15. akhirnya keluar juga, aku nungguin part ini
    Keren thor, next partnya jangan lama” lagi ya :d

  16. ffnya keren…
    yoonhae momentnya kurang thor..
    chapter selanjutnya tolong banyakin yoonhae momentnya..

  17. Rada kesel sama donghae pas dia lari ngejar si jess :3
    Di part ini moment yoonhae ga terlalu greget thor 😀
    Next part ditunggu thor ^_^

  18. Wah chapter ini seru bgt thor.
    Walaupun ngaret tapi untung aja masih inget sama chapter sebelumnya 🙂
    Sebener nya kesel juga sih sewaktu Donghae ngejer Jessica dan masih punya perasaan sama Jessica , tapi seneng juga sewaktu Donghae cemburu sama Kyuhyun 🙂

    Yaa semoga aja Donghae segera inget tentang masa lalu nya bersama Yoona, dan udah melupakan Jessica dan ga punya perasaan sedikit pun sama Jessica .

    Semoga Dpngjae juga merasa bersalah sama Yoona sewaktu dia inget masa lalu nya .

    Di tunggu chapter berikutnya thor 🙂
    Semoga author di terima yaa di SMPTN

  19. Masih penasaran sm alesan yoona k amerika,, pdhl kan is jessie sdh k jepang,,apa doong?? Apa penyakitnya itu?? Moment yoonhae kurang… Next chapt banyakin yuaa… Sm d tunggu kelanjutannya..

  20. akhirnya mereka jdi tunangan jga meski pas acara donghae pergi gitu aja ninggalin yoona demi ngejar jessica….
    tp sekarang mereka udh bahagia karna yg menjadi penghalang mereka udh gk ada dan donghae menyadari persaannya ke yoona…..

  21. kapan donghae akan ingat masa lalunya dng yoona…kesal bgt sama donghae pas acara pertunangan seenaknya saja main pergi..

  22. udah terjawab smua di part ini tentang awal yoonhae menerima perjodohan ini dan tentang donghae yg pernah kecelakaan dan lupa ingatan

  23. Kyyyaaaaaa suka bgt momentnya yoonhae aku ngerasa cara mereka nunjukin kasihsayangnya tuh unikk bgt donghae pucuu klo lagi cemburu kkk~~ kerennn author;)))

  24. Waahh.. Donghae ma Yoona Ʊϑa̲̅ђ pda kngen2an.. Sneng bcany.. Donghae Ʊϑa̲̅ђ mulai Cemburu, .. Baguss.. Lanjutt ahh.. Izin baca Thor.. †ћªЙк’ς.. #Yoonhae

  25. kaya nya jessica tau ya yoona dulunya sama donghae, untungvaja jessica orang nya baik engga jahat . .. wes donghae cemburu nya udah terang terangan gini lah .

  26. Asli semakin bikin baper ff nyaa thorr
    Apalagi sikap donghae skrg , lega jessica memutuskan dgn tegas dan baik
    Makin seruuu…
    Ijin lanjut baca thor

Komentarmu?