Defying Gravity (Oneshoot)

Title                       : Defying Gravity (Oneshot)

Author                  : Hime Lee

Cast                       : SNSD Yoona & Super Junior Donghae

Genre                   : Romance

Length                  : 1.883 words

Category              : Oneshot

Sinopsis                :

Yoona dan Donghae adalah publik figur. Setiap kamera mengawasi pergerakan mereka. Jutaan mata mengikuti setiap langkah yang mereka ambil. Dengan publik yang mengawasi dan menantikan mereka membuat kesalahan, Yoona dan Donghae dituntut untuk menjadi sosok yang sempurna. Namun, kali ini, mereka ingin meninggalkan akal sehat dan menentang hukum gravitasi bersama-sama.

 

****

It all started with a handshake, everything else followed. Eyes met, names and numbers were exchanged, then some things or another led them to what they are right now.

Sepanjang perjalanan karirnya sebagai CEO hotel keluarganya, Donghae tidak pernah menyangka akan bertemu dengan Im Yoona, aktris papan atas dengan prestasi menjulang, di acara sosial manapun. Dunia mereka benar-benar berbeda. Yoona dengan lampu sorot dan mata publik yang mengawasi setiap gerakannya, dan Donghae dengan puluhan berkas yang harus ia tanda tangani setiap hari serta ribuan orang yang menggantungkan nasib di pundaknya. Tetapi saat kedua mata mereka bertemu, Donghae tahu mereka memiliki sebuah mutual understanding yang hanya mereka mengerti.

“Lee Donghae.”

“Im Yoona.”

Donghae langsung mengagumi cara Yoona memperkenalkan dirinya. Kepalanya dianggukkan, tidak terlalu dalam tetapi cukup untuk menujukkan bahwa ia menghormati lawan bicaranya, senyumnya tipis dan yakin, serta sikapnya terlihat percaya diri. Just like a lady.

“Tidakkah acara seperti ini membosankan bagimu?”

Dengan segelas champagne di tangannya, Yoona terkekeh. Donghae menatapnya, menunggu. Seulas senyum menghiasi wajah Yoona.

“Ini sudah menjadi bagian dari pekerjaanku, Mr. Lee, seperti halnya dengamu.”

“Just Donghae, please. Orang-orang memanggil ayahku Mr. Lee,” Donghae meralat.

Lagi-lagi Yoona tertawa kecil. “Alright, then, just Donghae.

Pandangan mata Donghae kembali menyapu wajah Yoona; dua mata cokelat yang bulat, bibir pink tipis yang manis, pipi yang merona dengan alami, kemudian mengerti mengapa semua orang di ruangan ini tidak pernah berhenti menatapnya. Donghae sudah sering bertemu wanita cantik, dari pegawai hotelnya yang memiliki senyum menawan hingga model-model internasional. Namun, kecantikan Yoona memiliki daya tarik sendiri baginya. Kedua mata itu, walaupun terlihat jernih dan innocent, Donghae yakin menyimpan sebuah kekuatan dari pelajaran hidupnya. She is more than anyone portraying her to be.

“So, bagaimana seorang CEO bersenang-senang?”

Donghae mengangkat alis mendengar pertanyaan Yoona. Melihat kilat jenaka di kedua mata cokelat itu, Donghae meyeringai. Sepertinya malam ini tidak akan membosankan baginya.

“Menurutmu bagaimana?” Donghae balas bertanya.

Yoona menelengkan kepala, berpura-pura berpikir keras. “Balap mobil di rooftop salah satu hotelmu?”

“Nope,” Donghae menggeleng. “Too risky.”

“Hmm. Berpesta bir di bar eksklusif dengan wanita penghibur?”

Kali ini Donghae tertawa. “Miss Im Yoona, kau terlalu banyak menonton film.”

Yoona mengangkat bahu, sama sekali tidak tersinggung. “Can’t help, aku sendiri bekerja di bidang itu.”

“Makan malam di rumah bersama keluarga sudah cukup untukku,” jawab Donghae pada akhirnya.

“Ah, jadi rumor itu benar.” Ketika Donghae mengangkat alisnya lagi, Yoona tersenyum. “Lee Donghae, the young CEO who devotes himself for his family.”

“Kau mengikuti berita tengangku?”

“Anggap saja aku tertarik dengan kehidupan chaebol di negara ini.”

Donghae meletakkan gelas champagne yang dipegangnya. Di sampingnya, Yoona melakukan hal yang sama. Keduanya kali ini berdiri berhadapan, mata menatap satu sama lain. Acara penggalangan dana itu pun sudah terlupakan.

“Lalu, bagaimana seorang aktris bersenang-senang?” Donghae ganti bertanya.

“You know, just the usual stuffs. Bertemu teman-teman lama, menonton DVD hingga dini hari dan menghabiskan berkotak-kotak es krim.”

Tanpa keduanya sadari, jarak di antara mereka berdua kian menipis. Yoona kini bisa mencium cologne dan wangi aftershave yang menguar dari tubuh Dongbae. Embusan napas Yoona menerpa lembut pori-pori wajah Donghae, membuatnya berusaha sekuat tenaga memendam dalam-dalam hasrat untuk memejamkan mata dan menikmati kehangatan yang dipancarkan wanita di hadapannya.

Perlahan, satu tangan Donghae terangkat, menyentuh lengan Yoona dengan lembut. Napas Yoona tercekat di tenggorokan. Telapak tangan Donghae seakan membakar kulitnya, membuatnya tidak bisa berpikir jernih.

“Sepertinya sekarang aku punya hal baru untuk bersenang-senang.”

Mata Yoona terpaku pada bibir Donghae yang bergerak lembut. Seolah terhipnotis, Yoona mengambil langkah mendekat.

“And what is that?” Suara Yoona tidak lebih keras dari bisikan. Kedua telapak tangan Dongha kini sudah menangkup wajahnya; ibu jarinya membelai kedua pipinya dengan lembut. Yoona meletakkan tangannya pada lengan Donghae dan perlahan, sangat perlahan, melarikannya ke atas dan berhenti di bahu bidang pria itu. Donghae bergidik merasakan sensasi yang ditimbulkan oleh sentuhan Yoona.

Tanpa bisa dicegah, satu ibu jari Donghae sudah berada di tepi bibir Yoona, nyaris menyentuhnya. “Menghadiri acara penggalangan dana dan bertemu wanita cantik lalu melupakan segalanya.”

Donghae-lah yang menghapus jarak di antara keduanya. Bibirnya dengan lembut menyentuh bibir Yoona. Perasaan meledak-ledak menguasai seluruh tubuhnya sedetik setelah bibir Yoona menyambutnya.

Mata Yoona perlahan menutup, dan ia sepenuhnya menyerah pada kelembutan yang ditawarkan Donghae. Ciuman itu begitu lembut dan tidak tergesa, mengingatkan Yoona pada cotton candy favoritnya. Manis dan lembut, membuatnya tidak ingin berhenti menikmatinya.

“Let me know you, Im Yoona,” bisik Donghae di antara ciumannya. Yoona melingkarkan kedua tangannya di leher Donghae, melarikan jari-jarinya di rambut pria itu dan meremasnya perlahan.

Donghae took that as a yes.

And it was only the beginning.

***

Yoona sudah diperingatkan. Yuri tidak pernah menyerah untuk membuat Yoona sadar dengan kenyataan yang ada bahwa apa yang terjadi di antara Yoona dan Donghae adalah sebuah kesalahan. Dan Yoona juga tidak pernah lelah mengabaikannya. Ia tahu ini semua salah, but why does it feel so right?

Kejadian manis di awal pertemuan Donghae dan Yoona sangatlah berkebalikan dengan kenyataan pahit yang membentang di antara mereka. Kenyataan yang selalu mereka buang jauh-jauh setiap kali mereka menghabiskan waktu bersama yang frekuensinya semakin meningkat setiap hari.

They agreed to be each other’s gateway. Mereka sepakat untuk menjadi tempat mereka melupakan segalanya. Tidak ada sorot kamera yang merekam gerak-gerik Yoona, tidak ada pemegang saham licik yang menunggu Donghae lengah dan menghancurkan dirinya sendiri. Hanya ada mereka berdua; bahagia dan nyaman di pelukan masing-masing. Tidak ada satupun, bahkan headline yang membara di surat kabar dan tabloid gosip, yang bisa melunturkan ikatan yang mulai terjalin.

“Im Yoona Terlihat Menikmati Dinner Romantis Bersama Sang Kekasih, Oh Sehun”

“CEO Hades Hotel Lee Donghae Mengumumkan Tanggal Pesta Pertunangan dengan Pewaris Han Enterprise Song Qian”

Alarm di akal sehat Yoona berdering nyaring setiap kali ia membiarkan Donghae mengunjungi apartemennya sepulang kerja. Tapi Yoona sudah lama mengabaikannya, membiarkan insting menguasainya dan ia bisa melakukan apa yang ia inginkan. Bertahun-tahun berkecimpung di dunia entertainment membuat Yoona harus merelakan kebebasannya, dan pada Donghae-lah ia merasa bisa benar-benar menjadi dirinya sendiri. With Donghae, she feels…alive.

“Aku berharap kau segera mengakhiri ini semua, Yoong. Semua ini hanya berujung pada kebuntuan, kau tahu itu,” Yuri mendesah lelah. Ia hanya tidak ingin sahabatnya terlibat terlalu dalam. Karena pada akhirnya, Yoona lah yang akan tersakiti.

Bunyi bel apartemen Yoona menyelamatkannya dari nasihat-nasihat Yuri yang mulai mengganggunya. Yoona melirik jam dinding di dapur. Melihat Yoona yang terlihat terlalu bersemangat, Yuri langsung tahu siapa yang bertamu malam-malam begini.

“Kurasa aku harus pergi.” Yuri meraih tasnya di salah satu bangku di kitchen island, bersiap pergi.

“Oh, ayolah, Yul, tidak ada salahnya kau berkenalan dengannya,” bujuk Yoona.

Yuri menggeleng mantap. “Tidak. Aku tidak yakin bisa menatap Sehun dengan cara yang sama setelah melihatmu dengan Lee Donghae.”

Kata-kata Yuri itu mau tidak mau menusuknya. Tetapi Yoona hanya memasang senyumnya yang biasa, seolah-olah kalimat itu hanya angin lalu.

Yoona membuka pintu apartemen dan pemandangan pertama yang menyambutnya adalah sebuah buket besar mawar merah yang diulurkan ke arahnya. Senyum Yoona mengembang. Ia meraih buket bunga itu, memandang si pemberi dengan senyum lembut.

“Hai,” bisik Yoona. Ia meraih lengan Donghae dan membawanya mendekat. Seolah-olah terprogram secara otomatis, Donghae melingkarkan tangannya di pinggang Yoona dan mengecup pipi Yoona dalam-dalam.

“You look beautiful tonight,” Donghae berbisik tepat di telinga Yoona.

“Ehem.”

Donghae langsung melepaskan pelukannya begitu mendengar suara dari belakang Yoona. Yoona membalikkan tubuhnya dan menatap Yuri yang tengah berdiri dengan kedua tangan disilangkan di depan dada.

“Ah, kau pasti Kwon Yuri.” Donghae langsung membungkukkan badannya, memberikan ucapan salam. Yuri menatap Donghae dengan satu alis terangkat. Ia nyaris saja dibuat terkesan karena Donghae mengetahui namanya.

Sementara itu, Yoona menatap Yuri dan Donghae bergantian dengan bingung. “Kalian saling kenal?”

Donghae menggeleng pelan. Senyum sopan masih tersungging di bibirnya. “Aku memang mengenal Miss Kwon, tetapi sepertinya ia tidak mengenalku. Kwon Yuri pernah merancang dekorasi di salah satu pesta internal Hades Hotel. Desainnya sangat memuaskan dan aku tidak akan keberatan untuk mengajaknya kembali bekerja sama.”

Yuri menahan diri untuk tidak mendengus. Yeah, right. Apa yang dikatakan Donghae memang benar. Tetapi ia sama sekali tidak sudi untuk melanjutkan kerja samanya dengan Hades Hotel, apalagi setelah mengetahui pemiliknya adalah Lee Donghae, pria yang membuat Yoona kehilangan akal sehatnya.

“I’m sorry but I have to go.” Yuri bahkan tidak mau repot-repot bersikap sopan terhadap Donghae. Ia melewati pasangan itu yang masih setia berdiri di ambang pintu tanpa perlu menengok lagi.

Yoona menghela napas panjang melihat tingkah sahabatnya. Namun ia memahami mengapa Yuri bersikap demikian. Yoona memang pihak yang bersalah di sini, dan Yuri berhak menghakiminya. Yoona hanya berharap agar suatu saat Yuri bisa memahami perasaannya dan mengerti betapa sulit ia menolak kehadiran Donghae di hidupnya.

Tak mau memikirkan Yuri lagi, Yoona pun mengajak Donghae ke dapur dan membiarkannya duduk di salah satu kursi di meja makan. Yoona membuka kitchen cabinet untuk mengeluarkan sebuah vas dari sana, mengisinya dengan air, kemudian meletakkan bunga pemberian Donghae ke dalam vas tersebut.

“Bagaimana pekerjaanmu?” tanya Yoona sambil mengeluarkan sebotol wine kesukaan mereka berdua. Donghae mengambil dua gelas di salah satu rak dan mengulurkannya ke arah Yoona, membuat wanita itu sedikit terkejut sebelum akhirnya tersenyum manis ke arahnya.

“Seperti hari-hari biasanya, tidak ada yang spesial. Kau sendiri bagaimana?” Donghae mendudukkan dirinya kembali di kursi meja makan. Ia meraih tangan Yoona, memberi gestur kepada wanita itu untuk duduk di pangkuannya.

Ketika Yoona sudah berada di pangkuannya, Donghae langsung melingkarkan tangannya ke pinggang Yoona. Yoona pun melakukan hal yang sama dengan kedua tangan melingkar di leher Donghae. Keduanya bertukar pandang selama beberapa detik, hanya untuk mengatakan pada diri masing-masing betapa mereka sangat merindukan satu sama lain.

“Nothing special either,” jawab Yoona sebelum bibirnya dibuat sibuk oleh bibir Donghae.

“Aku merindukanmu,” desis Donghae di anatara ciumannya. Remasan Yoona di rambut Donghae mengatakan bahwa Yoona juga sangat merindukannya. Ini adalah pertama kalinya mereka bertemu setelah satu bulan tenggelam dalam kesibukan masing-masing. Rasa rindu yang meluap-luap tidak dapat tertahankan lagi.

“Kau tahu? Acara-acara penggalangan dana menjadi terasa membosankan tanpa kehadiranmu,” ujar Donghae setelah keduanya melepaskan ciuman.

Yoona tergelak. Donghae tersenyum mendengar suara tawa yang begitu dirindukannya. Ia menyurukkan kepalanya di leher Yoona, mendaratkan sebuah kecupan kecil di bawah rahangnya.

“Mungkin aku harus meyakinkan manajerku untuk kembali membiarkanku menghadiri acara amal,” gumam Yoona.

Donghae terkekeh. “Ya, mungkin sebaiknya begitu.”

Tiba-tiba suara dering ponsel memecahkan suasana hangat di dapur apartemen Yoona. Yoona meraih ponselnya di meja makan dan raut wajahnya langsung berubah melihat nama yang berkedip-kedip di layar. Merasakan perubahan Yoona, Donghae menegakkan duduknya, matanya terkunci pada Yoona yang tengah membeliak menatap layar ponselnya.

“Is that…?” tanya Donghae ragu-ragu.

Seolah-olah baru saja tersadarkan, Yoona tersentak di tempatnya. Cepat-cepat ia menggeser ikon berwarna merah di layar ponsel dan mematikan benda canggih itu. Ia mengecup daerah di antara kedua alis Donghae untuk menghilangkan kerutan di sana. “Tidak perlu dipikirkan.”

Donghae tampak belum puas dengan jawaban Yoona. “Yoong,” katanya memohon.

“No.” Yoona menggeleng tegas. “Kita tidak akan membahas itu di sini, di dapur apartemenku. Tidak ketika kita berdua sedang dalam posisi seperti ini.”

Lag-lagi kerutan muncul di dahi Donghae. Kali ini Yoona mengulurkan tangannya dan membelai kening Donghae dengan lembut. Perlahan, kerutan-kerutan itu menghilang. Yoona pun tersenyum puas. “Tonight, it’s just you and me. Nothing else matters,” ucapnya.

Bibir Donghae melengkungkan senyum. Ia pun mengangguk setuju. Wanitanya benar, malam ini hanya ada mereka berdua. Dan seperti biasa, mereka akan melupakan dunia di luar apartemen itu.

“If you say so.” Donghae mengecup kening Yoona cukup lama. Yoona memejamkan matanya, menikmati desir-desir halus yang menjalar hingga ke ujung jarinya.

It’s just you and me, Donghae.

END

***

Whew. A really short oneshot. Ya begini deh kalau lagi writer’s block tapi ngeyel pengen nulis. Jadinya cuma bisa dikit dan ceritanya gak jelas gini. Dan setiap ff Yoonhae yang aku bikin adalah bentuk kangen aku sama pasangan yang satu ini. Hiks. Let’s hope this ship will sail again someday :”)

Let me know what you think and please wait patiently for The Promise chapter 4 and This Is Us chapter 2. I’m working on them now, ditengah-tengah tugas dan praktikum yang bejibun.

Love,

Hime Lee

83 thoughts on “Defying Gravity (Oneshoot)

  1. Ceritanya keren bgtzz niehh… cinta terlarang yg greget bgtz.. pengen sequel sihhh. Tpi qlow author sibuk Jga g maksain bwat bikin sequel… d tunggu FFnya yg this is us. Itu ceritanya seruu bgtzz lhooo

  2. ah, YH egois nih -.-
    kenapa mereka gak mencari cara lain, agar mereka bersatu, tapi tidak seperti ini.. please YH think again^^

  3. smgat nulisnya thor, biar promis ama this is us na d lanjut saking lamanya smpe lupa ama critanya

  4. Ff nya seru sih , keren romantis .
    Jadi sebener nya mereka berdua itu selingkuh dari pasangan mereka , apa yg tadi nelfon Yoona itu pacar nya .

    Semoga YoonHae tetep bersatu 🙂

    Tapi Ending nya ngegantung thor..

  5. sequel juseyo…
    pengen tau gimana mereka melanjutkan hubungan mereka ketika hubungan mereka terkuak di masyarakat luas…
    suka thor, sama alur ceritanya…

  6. Sequel duuuung??
    Bwat yoonhae ttp bersma n memutuskan sma psangan msing2 kan kasia sehun n song qian ny..

  7. sequel dong…pleaseeee

    critanya ngegantung nih,mrk msh punya pasangan masing2,buat mrk ampe nikah gitu.. he he

    ayo dong thor yg semangat,kan YH lg ada pencerahan kalau rumorx yoona btl2 udh putus ama pasanganx

  8. Butuh squel sumveh..
    Ceritanya nggantung banget mah, ayo dong squel biar tambah ngena nih cerita..

  9. awalnya seneng krn mereka sama”, tp pas tau kl ada pasangan masing” rasanya pait gitu :3…
    aku krg suka yg mendua ehehe mereka hrs perjelas status sm kapelnya dl br jadian noh xD

Komentarmu?