2018 (Chapter 3)

poster

Tittle : 2018

Author : Gakuena (Lee Hanna)

Cast : Lee Donghae, Im Yoona

Genre : Romance , Comedy, Drama

Chategory : Chapter

Lenght : 4600+ words

A/n : UNTUK READERS YANG NINGGALIN KOMENTAR YANG BEJIBUN DI CHAPTER SEBELUMNYA, AUTHOR SANGAT BERTERIMA KASIH!!! YOU DA REAL MPV *nangis di dada minho* jadi agak ngga nyangka aja bisa banyak gitu peminatnya *masih nangis di dada minho* terima kasih banget sudah nyempetin berkomentar meski pada bingung sama alurnya dan ngga tau mau komen apaaa. Jadi genap di komentar yang ke seratur author post chapter selanjutnya, semoga kali ini chapternya ngga mengecewakan, happy readin’.

*

*

*

2018

***

Yoona tersadar dari tidurnya. Aroma khas antibiotik dan bius langsung menusuk indra penciumannya. Kepalanya kembali pusing dan mencoba berdiri sebelum seseorang menahan pundaknya,

“Tidur lah, Kau masih terlalu lemah” ujarnya melembut. Yoona beralih menatap pria yang membuat saraf di otaknya menegang saat itu juga. Bahkan mungkin jika Ia masih dalam keadaan sehat, Ia kaan segera menangis histeris dihadapan pria itu dan menanyakan apa yang terjadi saat ini.

“Jeno Eomma Kau sudah sadar? Jeno sangat merindukanmu” ujar seorang perawat tampak begitu bahagia yang kini tengah mendorong kereta bayi kerahnya. Bulu kuduk Yoona meremang saat itu juga, menatap anak itu yang balik menatapnya dengan mata yang berbinar-binar sesungguhnya membuat nya tak tega. Tapi Yoona benar-benar membencinya. Membenci tangisan dari anak bayi dan sialnya, “Hey, gendonglah anakmu” perintah Donghae pada Yoona dengan kening mengkerut seolah berkata, ‘Hey, itu milikmu! Pungut dia!’

“A-Aku t-tidak mau” ujar Yoona kemudian memalingkan wajahnya menatap tembok dan menutup tubuhnya dengan selimut hingga ke telinga. Tentu saja ini membuat beberapa perawat disana beserta Donghae pun jadi bingung.

“M-mungkin Jeno Eomma lelah” ujar perawat itu sambil tersenyum manis

“Jangan panggil Aku Jeno Eomma! Aku tidak setua itu!”

***

Sorenya Yoona di izinkan pulang beserta Jeno dan di temani oleh Donghae. Kemudian mereka berhenti di sebuah sueprmarket untuk membeli makanan instan beserta susu kotak milik Jeno.

“Tunggu di mobil, Aku tak akan lama” perintah Yoona saat keluar dari mobil. Beberapa langkah Ia beranjak sebelum akhirnya kembali lagi, “Hey, Aku tak ada uang” rengeknya pada Donghae yang kemudian dengan sangat terpaksa mengeluarkan isi dompetnya. Pria itu sedikit mengumpat karena uang nya harus keluar untuk wanita sialan itu.

Yoona masuk ke supermarket dan mencari beberapa kebutuhan yang menurutnya penting. Namun Ia melupakan satu hal, Ia tak tau merk susu seperti apa yang biasanya di minum oleh Jeno. Mungkin susu peninggi badan cukup bagus baginya agar bayi itu tidak terkutuk pendek seperti Ayahnya. Yoona terkikik pelan sambil meraih lima kotak susu tersebut,

Yoong?” Sapa seseorang, membuat Yoona berbalik dan mengangkat alisnya histeris,

“Sicca eonni!! Yaaaak!! Sejak kapan Kau pulang dari Paris?? Bogoshipda!!” Hebohnya lantas memeluk wanita blasteran itu. Jessica tampak bingung sekaligus kaget dengan tingkah Yoona yang tidak seperti biasanya ini,

“Bukan kah Aku sudah di sini sejak dua bulan yang lalu? Kita juga sering bertemu, bukan?” Tanyanya sedikit membenarkan

“Eh? Ah… B-benar kah?” Tanya Yoona mulai memutar otaknya. Ia baru saja bertindak salah. Tapi rasa rindunya akan sahabat kecilnya ini sudah tak dapat di bendung lagi hingga akhirnya Ia kembali memeluk Jessica “Aku hanya berbasa basi” elaknya kemudian hingga membuat Jessica terhenyak dan tertawa garing

“Apa yang Kau beli?”

“Ah, susu… Aku tak tau susu apa yang bagus untuk Jeno dan kupikir ini yang termurah,” ujar Yoona santai tanpa memperhatikan resiko akibat ucapannya barusan

“Susu peninggi badan? Kau gila? Anak mu masih usia dua tahun, Yoong” amuk Jessica kemudian memberikan susu kotak berukuran besar “Ini yang biasanya Kau beli, bukan?”

“Eh? Ah… Benar” alih Yoona

“Ada apa denganmu?” Celetuk Jessica mulai mencurigai adanya kejanggalan dari Yoona. Yoona mulai berpikir sejenak, jika Ia di tahun ini hanya sementara waktu dan akan berakhir jika nanti Ia bertemu dengan peramal sialan itu, bisa jadi Im Yoona yang di tahun 2018 ini akan kembali dan semua orang akan menganggapnya normal. Tidak mungkin jika Ia harus menceritakannya pada Jessica.

Aaniyeo eonni. K-Kau tau kan Aku harus mengakali keuanganku” keluh Yoona “Menikai pria sialan itu benar-benar kutukan seumur hidupku” keluh Yoona hingga membuat Jessica tertawa untuk yang kesekian kalinya

“Hey, mengapa Kau mengeluh keuanganmu lagi? Kau ini, sama seperti dulu saat baru menikah dengan Donghae. Kau selalu mengeluh Ia miskin, tapi kemudian, Kau histeris menelponku, eonni, ternyata dia bajingan kaya yang menyembunyikan hartanya” ejek Jessica sambil menirukan suara Yoona dan kemudian tertawa mengingat bagaimana bodohnya Yoona yang dulu

Eonni, apa yang Kau bicarakan?” Tanya Yoona sambil tertawa garing, Ia mulai berpikir jika apa yang dikatakan Jessica mungkin adalah serpihan yang Ia lupakan. Apa benar yang Jessica katakan barusan?

“Lalu mengapa Kau mengeluh lagi? Bukankah menikahi pria kaya adalah impianmu?” Tanya Jessica. Satu pertanyaan itu membuat Yoona mengehembuskan nafas kesal mengingat bagaimana kesalnya Ia akan takdirnya beserta penyihir sialan itu. Mungkin saja Donghae di pandang kaya karena Ia yang menghasilkan uang dari tante-tante girang atau wanita-wanita kaya hingga Ia dapat menyewa apartement mewah

“Si sialan bodoh miskin itu bukan seperti yang Kau kira, eonni

“Ada apa denganmu im Yoona? Kau menukar otakmu?” Tanya Jessica mulai serius

Yeobbo” panggil seseorang. Yoona tampak mengerutkan keningnya saat pria dengan kereta dorong bayi itu merangkul pinggul Jessica. Kemungkinan pria itu adalah suaminya dan dinilik dari bayi mereka, bayi itu masih sangat muda dan mungkin masih berusia satu tahun “Ah, ada Yoona juga. By the way, kenapa suami mu tidak masuk ke kantor? Kami harus menunda kontrak kerja karenanya. Jika terlambat lagi mungkin perusahaan suami mu akan rugi miliaran dolar” ujarnya santai. Mendengar kata-kata beruntun itu, Yoona membelalakkan matanya dan menjadi sebuah beban pemikiran baginya sendiri. Perusahaan? Miliaran dolar? Mungkin jika Ia menanyakan langsung pertanyaan ini pada Donghae, pria itu hanya akan menghardiknya. Donghae bukan lah pria yang menyukainya hingga otomatis Donghae pun juga pasti tidak akan berbagi cerita tentang kehidupannya. Ada banyak hal yang tidak Yoona mengerti hingga mungkin lain kali akan Ia cari tahu sendiri.

***

“Aku melewatkan kerjaku hari ini” keluh Yoona setelah pintu flat Donghae terbuka “Hey dimanah hanephone ku?” Tanya Yoona yang langsung meletakkan belanjaannya di atas meja.

“Mana Aku tau,” cuek Donghae sambil mengangkat bahu ringan “Susunan rumah ini saja sudah berubah drastis” umpat Donghae kemudian meletakkan Jeno di atas sofa, “Aku bahkan harus berbagi lemariku” umpatnya lagi setelah membuka pintu lemarinya

“Sial, ini pasti baju-baju ku” ujar Yoona dan di jawab anggukan oleh Donghae. Mengapa bisa Donghae memiliki rumah sebagus ini? Apa Ia orang kaya? Pemikiran pemikiran aneh mulai berkeliaran di benak Yoona. Kemudian mengingat kejadian dimana Donghae mengemis pekerjaan pada kekasihnya. Pemikiran negative tentang Donghae pun kembali bermunculan di benak Yoona. Bagaimana bisa pria ini menjadi kaya? Apa jangan-jangan karena orang tua?

Ting tong

Yoona menghentikan langkahnya, matanya membulat menatap pintu masuk itu, diikuti oleh Jeno yang ikut kaget karena ekspresi Ibunya. “N-nugu?” Tanya wanita itu waspada

“Tenang saja…” Ujar Donghae sambil mengangkat kakinya menuju intercom, dan saat layar itu menyala, pria itu memundurkan langkahnya kaget, “S-sial! E-Eomma!” Pekiknya histeris, begitu pula Yoona yang tampak kelalaban mencari tempat persembunyian.

“Sial! dimana Aku harus sembunyi?” Pekik Yoona. Donghae mulai ikut mencari celah tempat yang bisa di tumpangi oleh Yoona,

Ting tong…

Suara itu mulai terdengar seperti bel kematian yang membuat siapapun pendengarnya akan merinding ketakutan. Donghae mencoba tenang dan mencari tempat di sekitar hingga terlihat olehnya lemari kecil di bawah meja dapurnya

“S-sini? Bagaimana kalau di sini?” Perintahnya dan langsung saja menarik tubuh Yoona

Pip pip pip pip

Mata Donghae membulat mendengar Ibunya yang mulai memasukkan password apartementnya dengan semena-menanya. Dan sial, bagaimana bisa Ibunya tau password-nya? Bukankah selama ini hubungan mereka tak seakrab itu?

“Mana muat! Kyaaaa ada kecoaa!!!” Pekik Yoona saat melihat sesuatu bergerak di dalam sana dan sontak saja Ia melompat kaget sambil berteriak. Mendengar kehebohan yang ada, Jeno ikut menangis merasakan kepanikan dari kedua orang tuanya

Piiiiip

Pintu itu terbuka, menampakkan sesosok wanita paruh baya yang tengah membawa banyak bingkisan belanja yang sepertinya bahan-bahan untuk memasak. Donghae, Yoona, dan Ibunya tampak terdiam sejenak sebelum akhirnya wanita paruh baya itu memalingkan wajahnya setelah melihat apa yang dilakukan oleh anaknya dan menantunya dengan posisi se-absurd itu. Berdiri berhadapan dengan gaya acak-acakan.

“Yak apa yang kalian berdua lakukan? Lihat Jeno menangis!” Pekiknya histeris sambil melepaskan sepatu dan berjalan menuju cucu pertamanya itu. Donghae melepas tubuh Yoona dan menjauh dari nya sebelum kemudian Ia mulai mendekati Ibunya

E-Eomma. Dia hanya temanku. I-ini tidak seperti yang k-Kau lihat” Donghae mencoba menjelaskan pada wanita yang tengah menggendong bayi itu penuh kasih sayang. Sementara di belakang masih ada Yoona yang tampak merapikan baju dan tubuhnya yang tampak berantahkan

“Apa yang Kau bicarakan?” Tanya wanita itu tidak mengerti, “Yoona-ya, ku dengar Kau masuk rumah sakit, ommo… Kau sudah baikan?” Tanya wanita itu yang kemudian mendekati Yoona dan meninggalkan Donghae dengan segala kebingungannya. Bersukur Tuhan memberi sedikit kepintaran pada pria itu hingga Ia menyadari apa yang terjadi, Ia kemudian berbalik dan memberi tahu Yoona menggunakan bahasa isyarat,

“Panggil eommonim” perintah Donghae pada Yoona tanpa mengeluarkan suara

N-nde, eomonim” jawab Yoona kaku sambil sedikit menarik paksa kedua ujung bibirnya untuk tersenyum and shit, wanita tua itu mulai mengopor Jeno pada Yoona. Untuk kedua kalinya, Yoona menggendong anak bayi setelah yang pertama kalinya Ia menggendong Manse dan membuat anak yang waktu itu masih setahun menghirup udara itu menangis sejadi-jadinya. Yoona sedikit kaku saat kedua tangannya menggendong Jeno yang tampak bahagia dan tenang di pelukan Ibunya. Mungkin siapa pun yang melihat cara Yoona menggendong bayi itu akan bingung,

“Kenapa Kau kaku sekali? Tangan mu menghimpit kakinya” ujar wanita itu sambil membenarkan posisi tangan Yoona “Apa Kau masih belum sembuh?” Tanya nya mulai panik dan mengambil kembali Jeno di pelukannya. Sementara di balik sana, ada Donghae yang hanya dapat menggeleng-gelengkan kepala merasa sudah terlalu sial Ia terkutuk menjadi suami dari istri yang bahkan menggendong anak saja Ia tidak bisa.

N-nde eomonim. A-Aku rasa, istirahat cukup” jawab Yoona sedikit kaku, Ia berulang kali menelan salivanya untuk memutar otak agar dapat memberikan jawaban yang sopan. Di lihat dari penampilan Ibu mertua nya ini, wanita itu bukan lah wanita miskin dan lihatlah, tas kulit miliknya yang sangat lembut.

“Yaampun, istirahatlah nak. Untung saja Eomma datang dan bisa bantu memasak. Hae-ya, antar istrimu ke kamar. Ia butuh tidur” wanita paruh baya itu berbalik mendekati Donghae, memberikan perintah yang sangat mengganggu pendengaran Donghae seolah Ia dan Yoona benar-benar sepasang suami istri dan untuk apa pula perlu di antar? Bukankah wanita jadi-jadian itu bisa berjalan sendiri? Terkadang hal-hal menyebalkan tentang Yoona selalu mengganggu dirinya,

“Dan jangan lakukan apapun padanya, Ia baru saja sembuh” nasehat Ibunya kemudian berjalan ke dapur dengan Jeno masih di gendongannya,

“Lakukan apapun?” Ulang Donghae pelan kemudian mengumpat pelan sebelum akhirnya Ia menarik lengan Yoona kasar dan setengah berjalan cepat menuju kamarnya, mengunci pintunya dan mulai melakukan pembicaraan serius

“Baiklah Aku tak tau mengapa Ia bisa kesini dan…” Donghae menarik nafas panjang sebelum melanjutkan pembicaraannya, “Aku rasa kita benar-benar dalam keadaan serius, Kau dan Aku terjebak di masa depan ini” lanjutnya “Tak ada solusi lain selain menjalankannya” tuturnya

“Lalu bagaimana dengan kehidupanku? Kau tau kan, sudah hancur sebegini rupa?” Lanjutnya

“Aku juga tidak mau Yoona-ssi, hidup seperti ini juga tidak menguntungkanku sama sekali. Dan lagi, yang harus kita lakukan adalah mencari tau keberadaan pesulap itu”

“Kau benar” jawab Yoona mulai mendukung penuturan pria yang sudah di capnya sebagai musuhnya itu, “Lalu dimana kita harus cari?” Tanyanya bersemangat kemudian berjalan hendak keluar dari kamar ini sebelum akhirnya Donghae menahannya

“Tunggu, kita lakukan setelah Ibuku pergi. Kau tidur saja dulu” perintah Donghae. Sementara di luar pintu sana, ada seorang wanita yang baru saja menempelkan kupingnya hendak mendengarkan pembicaraan kedua manusia di dalam sana. Keningnya kemudian mengkerut tak mendapatkan pembicaraan apapun dan seketika kedua ujung bibirnya tertarik mendengar dengan sangat jelas kalimat terakhir yang baru saja di tangkap oleh telinganya,

“Apa yang mereka pikirkan? Melakukannya saat aku pulang?” gelaknya kemudian.

***

“Bagaimana bisa anak mu sakit, Hae?” Tanya Ibunya langsung setelah baru saja pria itu keluar dari kamarnya

“Bagaimana bisa Eomma masuk?” Tanya Donghae dingin. Wanita paruh baya itu menoleh dan tersenyum mengejek pada anak tiri nya itu,

“Bagaimana apa nya? Tentu saja bisa. Kau yang memberi tahu ku dulu” ujar wanita itu. Donghae mengangkat alisnya sebelum akhirnya Ia mengangguk mengerti. Satu hal yang Ia benci, Ia datang ke masa depan tanpa mengingat apa yang telah Ia jalani selama tiga tahun belakangan ini. Bagaimana bisa Ia menikahi Yoona? Bagaimana bisa Ia memiliki anak? Bagaimana bisa Ia menjadi seakrab ini dengan wanita paruh baya yang dulu menjadi musuh dalam selimutnya. Donghae kemudian mendekati Jeno dan memperatikan anak itu yang tengah sibuk menggigit mainannya

“Di umur dua tahun biasanya giginya mulai gatal mau tumbuh” terang Ibunya sambil memotong beberapa sayuran. Donghae tak menghiraukannya lantas memperhatikan dengan seksama wajah yang dimiliki oleh Jeno, ditarik dari garis wajahnya memang cukup mirip dengan Yoona dan matanya sangat mirip dengannya. Tapi bibir itu juga mirip dengan Yoona. Ya tuhan! Sejak kapan Ia menghapal setiap inchi garis wajah Yoona?

“Aku pasti sudah gila” desisnya pelan

“Siapa yang gila?” Tanya Ibunya sedikit kaget. Lagi, Donghae tak menghiraukannya dan berdiri hendak mengambil setidaknya air yang dapat menyegarkan tenggorokannya yang mendadak kering itu.

“Dan kenapa dua hari ini Kau tak datang ke kantor?” Tanyanya “Kasihan Eunhyuk sekretaris mu itu sibuk dengan urusan kantor” lanjutnya dan semakin membuat Donghae memutar otaknya atas apa kemungkinan yang telah terjadi selama tiga tahun belakangan ini. Eunhyuk mungkin tau jawabannya hingga pria itu kemudian melesat pergi meninggalkan flat-nya menuju kantor untuk segera menemui Eunhyuk, sahabat karibnya. Ia yakin GPS mobil nya bisa membantunya membawa ke kantor yang entah dimana letaknya. Setelah terakhir kali Ia bertemu Eunhyuk di rumah sakit dengan pakaian rapi seperti itu, Ia tak pernah berhubungan lagi dengan pria pemilik gummy smile itu. Mungkin pria itu tau jawaban dari keresahan yang selama ini membebaninya.

***

Donghae berhenti tepat di sebuah geung pencakar langit yang luar biasa megah dengan arsitektur yang modern dan canggih. Donghae yakin ini adalah hasil renovasi dari kantor milik Ayahnya. Tapi mengapa Ia bisa bekerja disini? Donghae turun dari mobilnya kemudian memasuki kantor besar itu tanpa menghiraukan penampilannya yang terkesan santai untuk ukuran CEO perusahaan besar ini. Ia mengutak atik handphone nya sambil mencari nomor sohib nya itu,

“Hyuk, dimana Kau? Aku di lobby kantor. Cepat turun” perintahnya. Tentu saja mendengar perintah itu Eunhyuk tampak kaget sekaligus bingung. Apa lagi setelah Ia sampai disana, Ia menemukan Donghae dengan shirt hitam serta jeans se-lututnya dan berdiri seperti orang bodoh di samping tiang besar yang berisi brosur-brosur milik perusahaan dengan beberapa orang memperhatikannya dan sesekali memberi hormat padanya namun Donghae tampak tak perduli dan memperhatikan brosur itu dengan seksama. Eunhyuk menyapa pria itu dan bertanya alasannya menyuruh pria itu bergegas turun

“Hei, apa maksud brosur ini? Apa Aku CEO disini?” Pertanyaan itu keluar begitu saja membuat siapa pun yang berada di sekitarnya dan mendengar pertanyaan konyol itu, memilih untuk berhenti sejenak kemudian mempertanyakan apakah itu benar-benar ditanyakan oleh seorang Lee Donghae?

“H-hae, ku rasa Kau demam” ujar Eunhyuk sedikit meyakinkan.

***

“APA?!!!” Pekiknya tak percaya, “K-kami married by accident??” Pekik Donghae membuat Eunhyuk terpaksa menutup kedua telinganya sebelum indra yang di berikan oleh tuhan itu rusak karena ulah Donghae.

“Kenapa Kau bisa lupa? Apa Kau terkena amnesia?” Tanya Eunhyuk mulai curiga. Tingkah Donghae dan Yoona beberapa hari terakhir ini sungguh tak dapat di hindari.

“Lalu bagaimana dengan usaha kita yang kemarin? M-maksudku yang dulu menjadi penyalur iklan itu?” Tanya Donghae pada Eunhyuk

“Kau lupa? Karena mu kita berada di sini Hae, entahlah tenangkan pikiranmu dulu. Aku sudah menunda jadwal meeting yang padat seharian ini dan besok Kau harus kembali normal” perintah Eunhyuk begitu saja. Ia mulai tampak kesal dengan perubahan dari sahabat sekaligus presdir nya itu, “Lama-lama Aku bisa gila” desisnya sambil keluar dari ruangan ini. Donghae melihat sekitar ruangan yang tampak besar ini, memperhatikan meja kerjanya yang terdapat dua pigura kecil. Satu foto Yoona dan satu lagi foto Yoona, dirinya, dan Jeno.

“I-ini sudah gila” umpatnya tak terima kemudian menutup kedua foto yang mengerikan baginya itu. Menjadikan wanita aneh itu sebagai penyemangat kerjanya sungguh di luar nalar nya, yang ada Ia bisa kejang-kejang memikirkan bagaiman anehnya tingkah wanita itu. Yang harus di lakukannya saat ini hanyalah mencari tau tentang perusahaannya sebulan terakhir ini melalui berkas berkas yang sialnya sangat menumpuk. Ia pernah bersekolah bisnis di New York selama bertahun-tahun dan kembali ke Korea karena Ibunya. Kemudian keluarganya hancur sepeninggalan Ibunya hingga membuatnya harus keluar dari rumah itu. Memikirkan kembali bagaimana Ayahnya membela terang-terangan istri barunya beserta anak haramnya itu membuat kepala Donghae pusing dan ingin rasanya Ia keluar dari kantor ini sekarang juga. Ia tak ingin menjilati ludahnya sendiri dengan mengatakan bahwa Ia tak akan pernah kembali lagi.

“Mungkin Aku sudah gila” umpatnya sambil memijit pelipis kepalanya. Donghae membolak balikkan berkas-berkas yang menumpuk itu guna memperlajarinya hingga tanpa Ia sadari hari sudah menggelap menampakkan paparan bintang dan cahaya bulan melalui jendela besar di ruangannya. Donghae kemudian memeriksa berkas-berkas yang ganjal dan membawanya ke sofa agar dapat merenggangkan otot-otot kaki dan punggungnya yang serasa ingin lepas.

“Hyuk, datang ke ruangan ku sekarang” perintah Donghae

Demi tuhan, Kau belum pulang juga hae?!” Pekik Eunhyuk dari seberang sana. Donghae memberi jarak antara handphone dan telinganya.

“Datang saja, sekarang” perintahnya kemudian langsung memutuskan sambungan. Dengan berat hati, Eunhyuk bangkit dari bathup nya dan bergegas bersiap menuju kantor sambil mengumpati sahabat masa kecilnya itu.

Sesampainya disana, masih dengan baju yang sama, pria itu berbaring di sofa dengan mata masih menatap serius berkas-berkas aneh yang di genggamnya itu. Ada beberapa hal mengenai keganjalan kantor yang harus di tanyakan Donghae. Salah satunya tentang pembatalan dari pihak mereka sendiri atas kerja sama yang harusnya menghasilkan miliaran dolar.

“Tumben sekali Kau masih di kantor jam segini. Biasanya jam lima sudah buru-buru pulang” ledek Eunhyuk membuat Donghae sadar jika pria itu sudah ada di ruangannya

“Aku malah bermaksud untuk tidak pulang hari ini” ujarnya, sontak saja membuat Eunhyuk kaget  “Kepalaku pusing melihatnya” celetuk Donghae tanpa Ia sadari.

Nya maksud mu istrimu?” Kaget Eunhyuk kemudian memilih untuk duduk di sebelah pria itu sambil tertawa setelahnya, “Bukankah Kau sangat mencintainya? Baru saja kemarin Kau membatalkan meeting seharga miliaran dolar demi membawanya dan anak mu ke sungai han” ujar Eunhyuk tanpa merasa bersalah. Tak tau kah Ia bahwa hal yang baru saja di sebutnya itu adalah jawaban paling mustahil dari pertanyaan yang akan di ajukan Donghae. Pria itu mengangkat kertas pembatalan yang sedari tadi di pertanyakannya pada dirinya sendiri,

M-meeting ini?!!!” Kagetnya, “Holly shit Lee Hyuk Jae, jangan mendongeng saat Kau edang bekerja atau Kau ku pecat” umpatnya, “Pria sialan mana yang meninggalkan uang demi hal bodoh itu?”

“Kau si sial itu” jawab Eunhyuk begitu saja, tak tau kah Ia sudah menyulut api kecil yang kini semakin membesar

“Baiklah Kau ku pecat” Donghae memutuskan untuk bertanya pada karyawan lain yang lebih normal setidaknya. Mungkin besok Ia akan menanyakannya dan sebaiknya Ia beristirahat untuk sekarang ini. Ia merebahkan tubuhnya, namun kakinya tertahan lantaran ada Eunhyuk di sampingnya, dengan sedikit  tenaga yang tersisa, Ia mendorong bokong pria itu dengan kakinya, “Yak, menyingkirlah! Kau sudah ku pecat” pekik Donghae membuat Eunhyuk menyingkir lantas berdiri. Ia tahu persis bahwa sahabatnya tak akan tega membiarkan dirinya merana dipecat sebegitu mudahnya. Donghae mulai tampak kekanakan seperti Donghae beberapa tahun yang lalu.

“Kau benar-benar akan tidur di sini?!”

What’s wrong?” Tanyanya kemudian menutup mata. Eunhyuk hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah presdirnya itu. Mungkin saja Ia tengah bertengkar dengan Yoona atau…

Drrtt drrrt

Dengan sedikit malas, Donghae mengangkat panggilan masuk di handphone nya

“Yeob-”

YAAAK!! KENAPA KAU BELUM PULANG JUGA?!! ANAK MU MEMANGIS KELAPARAN!!!” Pekik Yoona begitu saja, bahkan tak membiarkan Donghae menyelesaikan kalimatnya

“YAK!  BERHENTI BERTERIAK!” Pekiknya dan dapat dirasakan otot-ototnya semakin menegang menghadapi wanita itu “Apa tidak ada makanan di rumah? Tadi Eomma membuatkan makanan kan?”

“Sudah habis ku makan” jawab Yoona tanpa merasa bersalah sedikitpun

Gosh, tunggu disana!” Pekiknya kemudian mengambil jacket-nya dan bergegas meninggalkan Eunhyuk yang masih memegang penuh ketakutan dan kepanikan dengan jantungnya yang harus berdebar kencang mendengar perselisihan sepasang suami isteri yang terkenal ke romantisannya itu. Bagaimana bisa mereka berubah seperti ini?

***

“KAU TIDAK LIHAT DIA MENANGIS?” Hardik Yoona begitu Donghae masuk ke flat-nya. Kedua tangan wanita itu menutup kupingnya dengan di belakang nya ada terlihat rumah Donghae yang telah sangat berantahkan akibat ulah Yoona dan Jeno. Mungkin Donghae benar-benar mengecap bahwa Yoona benar-benar bukan isteri idaman dan keparat lah penyihir itu yang membuat mereka harus menjadi sepasang suami isteri.

“Tidak bisa kah Kau menyambut suami mu dengan sapaan yang manis?” Kesal Donghae, “Aku baru saja menghabiskan hari ku di kantor untuk makan kita!”

“Aaah, sekarang Kau mau bermain rumah tangga bersama ku? Like I dont care with it, just give me some money!” hampir saja Donghae hendak menyumpal mulut wanita itu dengan sepatunya jika saja tidak ada panggilan masuk yang menghentikan pembicaraan mereka berdua. Donghae mengangkat panggilan itu dan raut wajahnya berubah seketika. Menjadi serius dan…

“Menyeramkan sekali ekspresinya” desis Yoona masih memperhatikan,

Nde… Arraesseo, Aku ke sana” jawab Donghae kemudian memutuskan sambungan itu. Ia melenguh sebentar sebelum akhirnya kembali menatap mata Yoona yang masih menaikkan dagunya setinggi gengsinya, “Eomma menyuruh kita ke rumah. Bersiap lah” perintahnya

***

Bersukur Donghae memiliki mobil dengan baby chair di belakangnya. Hingga Yoona tak perlu susah susah menggendong anak itu.

“Sesuai perjanjian, besok Kau yang akan menjaga Jeno. Biar bagaimana pun Aku juga harus bekerja” perintah Yoona. Mereka memang membuat peraturan sebagai orang tua Jeno, mereka harus bergantian merawat anak itu.

“Kenapa tidak cari baby sitter saja?” Tanya Donghae

“Kau pikir gajimu cukup untuk biaya itu? Belum lagi be-” Yoona menghentikan celetuknya saat mobil Donghae memasuki pekarangan rumah yang luar biasa mewahnya. “I-ini rumah i-Ibu mu?” Tanya Yoona tampak terkagum-kagum. Donghae berdehem pelan kemudian memarkirkan mobilnya.  Dan sialan, apa yang di katakan Jessica mutlak adanya. Mungkin saja Donghae adalah pewaris tunggal yang kaya raya namun memiliki sifat yang manja hingga Yoona menarik kembali segala pemikirannya tentang Donghae yang suka bermain dengan tante girang demi mencukupi kebutuhan hidupnya itu.

“Hey, ayo turun” perintah Donghae yang entah sejak kapan sudah berada di luar dengan Jeno di genggamannya. Ia memang tampak seperti seorang Ayah saat itu. Yoona menghilangkan segala pemikiran aneh yang mendadak terlintas di benaknya kemudian mengikuti Donghae masuk. Mereka di sambut oleh Ibu Donghae yang tampak bahagia atas kehadiran anaknya, menantunya, dan juga cucu kesayangannya

Hyung, Kau datang?” Sapa seorang pria yang berkulit lebih putih dan ramah, “Aku yang masak kali ini” lanjutnya. Yoona tampak terkagum dengan pria imut itu, namun Donghae tampaknya hanya cuek bahkan tidak menghiraukan perkataan pria itu saat mereka sampai di meja makan dengan banyak jenis masakan disana. Yoona sedikit mendekati Donghae dan berbisik pelan, “Yak, siapa nama anak itu? Dia adikmu?” Bisik Yoona sambil menahan giginya agar tidak terdengar pertanyaan bodohnya ini pada Ibu Donghae yang tengah sibuk menghibur Jeno atau bahkan adik Donghae itu

“Henry, namanya henry” Yoona mengangguk pelan, “Dia adikmu?” Lanjutnya. Satu pertanyaan terakhir yang membuat Donghae tampak risih hingga Ia mengabaikan pertanyaan bodoh itu dan annoying itu.

“Ada apa memanggil kami kesini malam malam begini?” Tanya Donghae. Sementara Yoona tampak kaget mendengar pertanyaan bodoh pria yang menjadi suaminya itu,

“Tentu saja untuk makan, bodoh sekali” desis Yoona namun sialnya masih dapat terdengar oleh Henry hingga pria itu terkekeh pelan.

Wanita paruh baya itu tampak sedikit kaget sebelum kemudian Ia kembali tersenyum ramah,

“Bukankah ini peringatan kematian Ayah mu” ujarnya melembut. Sontak saja Donghae membulatkan matanya tak percaya, bahkan sendok dan garpu yang ada di tangannya terjatuh begitu saja menyentuh piring, membuat seisi meja makan memperhatikannya bingung, termasuk Yoona. Pria itu mencoba berpikir apa kah yang di katakan wanita itu adalah kebohongan atau justru Ia kebenaran. Tapi justru berulang kali Ia meyakinkan, otaknya bersikeras menolak fakta itu hingga pria itu menarik kedua ujung bibirnya, matanya masih kehilangan fokus hanya sekedar menatap wanita itu

“T-tidak mungkin” ujarnya pelan dengan senyuman tegar yang tersisa, namun masih dapat terdengar oleh seisi meja itu hingga wanita paruh baya itu mengangkat alisnya dan akhirnya berkata,

“Bukankah…. Donghae-ya, ada apa denganmu?” Tanya wanita itu

“K-Kau… Kebohongan macam apa ini?!” Umpatnya kemudian meninggalkan meja makan dan bergegas menuju ruangan kerja Ayahnya. Terngiang di benaknya bagaimana bisa Ia bekerja di kantor milik Ayahnya sebagai CEO, memegang jabatan tertinggi, bagaimana bisa Ia berhubungan dengan wanita yang dibencinya karena telah menggantikan posisi Ibunya, dan bagaimana bisa ruangan kerja yang dulu sering di tempati Ayahnya kini hanya hampa berisikan rak buku dengan di salah satu meja terlihat sebuah pigura besar sang Ibu dan Ayah yang di lingkari bunga. Kaki Donghae melemas, jantungnya terasa di remas dan kepalanya berdenyut kencang. Aliran darahnya terasa terhambat hingga untuk beranjak saja Ia kesusahan, namun logikanya membawanya kembali ke meja makan itu. Dengan sedikit senyuman getir, Ia mengangkat bicara

“A-Aku tak enak badan. Aku akan pulang” ujar Donghae pamit. Siapapun yang melihatnya sudah dapat melihat suasana hati pria itu, wajah yang kacau dan tak berekspresi, mata yang kehilangan fokus, dan bibir yang memucat, Donghae yang malang harus melewatkan detik-detik terakhir dengan Ayahnya. Dan sialnya, pria paruh baya yang di teladaninya itu pergi bahkan saat Donghae masih kabur dari rumahnya dengan seluruh perasaan egoisnya.

“T-tunggu!!!” Panggil Yoona kemudian segera merampas Jeno dari gendongan Henry dan berlari mengejar Donghae sebelum pamit pada Ibu mertuanya dan pria yang menurutnya cukup manis untuk dijadikan suami dibanding Lee Donghae itu.  Yoona masuk ke mobil saat Donghae mencari-cari daftar history di GPS mobilnya. Setelah mendapati nya, Ia segera menginjak pedal gas menuju tempat tujuannya dengan kecepatan yang membuat jantung Yoona berdegup kencang takut-takut jika bisa saja nanti Donghae khilaf. Tapi keberuntungan membawa mereka sampai ke tempat tujuan dengan selamat meski tanpa sepatah kata yang diucapkan Donghae, Ia segera keluar tanpa mengatakan apapun dan masuk ke gedung besar itu. Yoona masih menatapnya pergi begitu saja dan mengerti jalur cerita yang sekarang Ia hadapi. Merasa iba dengan Donghae dan pemikirannya mulai melayang pada orang tuanya yang kini bahkan tak sudi melihatnya.

Eom-ma” Jeno mulai mengeja namanya sambil menunjuk ke luar jendela. Yoona melihat apa yang ada di luar jendela dan keluar sambil menggendong anak itu. Jeno jarang menangis saat bersamanya, bahkan Jeno akan berhenti menangis jika memeluknya. Mungkin ini yang membuat Yoona bisa mengajak Jeno bekerja sama untuk setidaknya beberapa hari sebelum akhirnya Ia benar benar kembali ke tahun dua ribu lima belas nanti. Lama Yoona duduk di bangku taman sambil menatap ribuan bintang diatas sana dengan Jeno yang tak henti hentinya berbicara yang bahkan tidak Yoona mengerti dan tak mau dimengerti. Menurutnya percuma saja mengerti. Lama setelahnya, Donghae keluar dengan wajah kusut dan berjalan sambil menunduk mendekati Yoona. Yoona berdiri dan menatap pria itu khawatir,

“Kau baik-baik saja?” Tanyanya simpati. Donghae menghela nafas pelan sebelum akhirnya Ia mengangguk

“Ayo pulang” ujarnya pelan dan berjalan melewati Yoona, tapi langkahnya terhenti saat Jeno menggapai baju nya, membuat Donghae akhirnya menyadari tangan mungil itu menariknya dan menatap kedua bola mata jernih milik anaknya,

Ap-pa” ujar Jeno mulai mengeja panggilan untuk Ayahnya, pria kecil itu mulai bergelinjang di gendongan Yoona sambil terus menyahut, “Appa!!”

Mungkin Donghae bisa saja ditinggalkan oleh Ayahnya, tak lagi berhadapan dengan pria yang luar biasa menjadi panutannya, teladannya, dan yang selalu di hormatinya secara terang-terangan maupun secara diamnya, tapi pria kecil ini tak boleh melewatkan hari-hari nya tanpa Ayah. Tuhan menciptakan siklus kematian karena kelahiran. Kau bisa saja kehilangan agar Kau dapat menghargai apa yang datang.

Kedua bola mata anaknya menatapnya tanpa dosa, seolah mengerti apa yang Donghae rasakan dan mencoba membuat Ayahnya tersenyum. Perlahan kaki Donghae mendekatinya dan memeluk Jeno, beserta Ibunya yang tengah menggendong anak itu. Mendekap Jeno dan menyandarkan kepalanya di pundak Yoona, menangis disana karena gejolak air mata yang tak dapat tertahan. Tubuhnya terasa bergetar dan tangannya memeluk erat pinggang wanita itu, hingga membuat Yoona membelalakkan matanya. Apa yang dilakukan pria bodoh ini? Apa Ia memeluk Yoona? Menangis tersedu-sedu di hadapan musuhnya?

“Aku… Tidak baik-baik saja” isaknya.

To be continued…

Hoollaaaaa!!! Back again with this absurd story. Yang pemeran utamanya aja kelimpungan apa lagi pembacanya. Hahaha. Itu sih dari sekian komentar kemarin rata rata pada bingung tapi masih sempet ninggalin komentar. Terima kasih banyak telah bertanggung jawab dan buat cerita aneh ini got 100 comments just on 2nd chapter!!! Love love dah buat kalian.

Soal kalian yang belum mengerti, sengaja banget author buat begitu, kita buka perlahan-lahan yaaaaa ^^

Main tebak-tebakan dulu nih, so… tinggalin komentar kalian seperti biasa!! Makin banyak makin cepet postnya ^0^)~~~

and dont forget to visit our teaser ^^

Untitled-1

124 thoughts on “2018 (Chapter 3)

  1. Sedikit banyak dah mulai dapat gambaran ceritanya . .
    Suka ma karakter yoonhae disini bener 2
    Somplak kuadrat . .
    Feelnya dapet banget pas diakhir cerita . .
    Sampai nangis bacanya. Pas haeppa meluk yoongnie n jeno . .
    Next chap ditunggu jangan lama-lama unn fighting

  2. masih banyak yg belum ketauan tentang mereka nih, kayanya bentar lagi yoonhae saling menyayangi berkat adanya si jeno, ditunggu deh kelanjutannya 🙂

  3. Ya ampuuun… benar2 daebakk!!! Author you’re the best!!!!! Aku gag bisa berkata2 pokoknya bagus n t.o.p bgt… lanjutt

  4. daebakk !
    donghae meluk yoona dan jeno . oh my ! gak nyangka karena yoonhae kan musuhan sebenarnya .
    lanjut ya thor 😀

  5. Sebener nya udah tau gambaran cerita nya tapi kalo bisa buat Yoona sama Donghae kembali ke 2015 thor , jangan terjebak terus di 2018 , buat YoonHae di tahun 2015 nya jatuh cinta beneran 🙂
    udah deh langsung mau baca next chapter aja 🙂

  6. klo aq da d antra yoonhae pzt pndengrN aq dah jd tuli deh…!? tp lucu jg mrka b’2 kekeke…!? apa stlah ni yoonhae bza akur

  7. Kyaa, D0nghae & Y00na trkenal ker0mantisan.a & D0nghae jg merupakan ‘pria b0d0h’ yg men0lak krjasama miliaran d0llar demi istri & anak.a, kkkk,, Sweet bgt D0nghae..,
    Tp kasian jg sama D0nghae yg d tinggal mati Appa.a,.,
    Tetap penasaran sama kejadian 3 tahun prnikahan D0nghae & Y00na, yg d bilang Eunhyuk married by accident.,,

  8. 3 thn niii bynk bgt memory yg mereka gk diktahui…
    Smpe ortu yoona gk mw ngkuin yoona anknya lg dan smpe appanya donghae mniggal..
    Mdh2n kdpannya yoona ma donghae bsa berbaikan deeeh

Komentarmu?