Serendipity (Chapter 2)

pizap.com14180231538711 finish

Author                        :           LeeHaena

Tittle               :           Serendipity Part 2

Length                        :           Three Shoot

Cast                 :           Im Yoona

Lee Donghae

Other Cast      :           Kwon Yuri

Krystal Jung

Kim Jong In

And other casts

Genre              :           Romance, PG-17

Author Note  :           The casts belong to God, don’t judge me if it’s kinda weird or something but I did my best. Di chapter ini mungkin agak sedikit ada penyaringan usia readers sekalian, berhubung dalam cerita nanti akan ada beberapa nama-nama minuman keras yang tidak cocok untuk yang under 16. Jadi walaupun emang tetep mau dibaca mohon pengertiannya ya, author yakin readers dan Pyro udah pada bisa dewasaJ Yang kurang bagus untuk dilakukan, jangan dilakukan karena ini hanya imajinasi saja. One more thing, I am not doing plagiarism and automatically, this ff is originally made by me.

I recommend you to listen Urban Zakapa – The Space Between before reading this FF, but it’s up to you. I like the way of stories surrounded by any good soundtracks J

Synopsis         :           Kisah Yoona dengan pekerjaan barunya masih berlanjut. Dan makin menjadi. Ia pun menemukan teman barunya, seorang chaebol yang friendly dan ramah pada Yoona. Tapi apa semua bisa dikatakan lancar? Suatu hal diluar dugaan Yoona terjadi, member jalannya menuju serendipity. Ia bukan mencari kebahagiaan, namun itulah yang ia dapatkan.

“Jinjja? Selama tiga tahun ini, Donghae sajangnim tak pernah mengajak siapapun ke acara besar apapun, apalagi Shim Yang Group. Tiap ada acara megah seperti itu, ia pasti mengajak sepupunya –Seulgi- dan hanya dia saja. Tak ada yang lain, aku pun tak pernah.” Yuri menyipitkan pandangannya. “Kau sangat beruntung Yoona-yah! Malam ini berarti kau harus belajar keras mengenai para tamu yang akan datang, ini buku tamunya,” Yuri menyerahkan dokumen tebal berisi daftar tamu berikut fotonya. “Jja~ Fighting!”

“Ige mwoya?!” Yoona menatap tak percaya pada apa yang barusan Yuri beri.

‘Mengapa sajangnim sangat percaya pada Yoona sampai ia mengajaknya ke acara besar seperti itu ya? Yoona baru bekerja dua minggu di perusahaan ini. Isanghae… Hokshi…’

∞∞∞

KRIIINNGGGG!

Hari baru sudah tiba dan alarm sudah saatnya membangunkan si putri tidur, Yoona. Dengan malasnya, Yoona mengambil handphone dan mematikan bunyi nyaring tersebut. Empat jam untuk tidur adalah waktu yang singkat untuk memejamkan matanya yang lelah karena menghafal daftar nama tamu semalaman. Dengan map dokumen masih tergeletak terbuka disampingnya, Yoona beranjak dari tempat tidur. Rambutnya yang kusut masai dan matanya yang menyipit menolak sinar matahari menghiasi langkahnya saat ia melirik jam di dinding…

“Omona sesanghae!” Segera ia berlari cepat menuju kamar mandi tanpa membereskan tempat tidurnya seperti biasa. Tepat jam tujuh ia baru membersihkan tubuhnya sementara jam masuk kerjanya adalah 6.45. Ini bukan sekedar terlambat lagi namanya, Ia berada di pinggir jurang keselamatannya. Tentu karyawan baru seperti dirinya tak akan berbuat ceroboh seperti memencet snooze tiap kali alarm berbunyi. Yoona menghiraukan segala dering handphone-nya yang ia yakin yang menelfon adalah Yuri.

∞∞∞

“Yoona! Kau kemana saja!” Pertanyaan itu tak perlu Yoona jawab dan ia langsung melesat ke meja kerjanya dan menghidupkan computer.

“Dengar Yoona, sajangnim sudah tau kau datang jam setengah 8 dan itu mengancam jiwaku untuk keluar dari sini. Jika kau sekali lagi seperti ini, kau tak akan ku maafkan. Kau satu-satunya harapanku Yoona-ah!”

“Mianhae Eonni, jeongmal mianhae,” Yoona minta ampun dengan wajah cemas dan lelah akibat berlarian dari tempat tinggalnya ke kantor.

“Dengar,” Yuri menarik nafasnya dalam sambil membuka notes yang baru ia ambil dari laci, “Sekarang harinya sajangnim untuk pergi bermain golf dengan komisaris CJ Group, dan makan siang bersama kolega dari Doosan Company maksimal sampai jam 1.40 karena jam 2 siang sajangnim memimpin rapat kerja sama dengan GS Caltex dan Eugene Basic Material Company. Dan ia meminta untuk menyisipkan jadwal untuk bertemu dan sekedar minum kopi dengan Choi Siwon, CEO LotteGroup yang aku tak tau bagaimana caranya menyisipkan minum kopi di jadwalnya yang padat, dan jam tujuh malam sajangnim…” Yoona menegakkan kepalanya dari menunduk menulis saat Yuri menghentikan perkataan.

“Im Yoona, hoskhi…”

“Hm?” Yoona mengangkat alisnya.

“Apa… Apa kau salah satu pewaris chaebol (konglomerat, pewaris tahta)?”

“Chaebol? Na?! Kau pasti bercanda Eon…” Yoona tak mengira Yuri akan bertanya pertanyaan yang tak masuk akal tersebut. Tentu saja Yoona pikir itu konyol, ada apa di wajahnya sampai Yuri bisa mengira ia salah satu anak konglomerat Korea?

“Aniya…” Yuri menatapnya tak percaya, masih dengan perkiraannya yang jauh diatas langit. “Yoona, kau bisa jujur padaku, kau bisa mengatakan apapun padaku… Kau dari pewaris dari siapa?”

“Mwo? Eonni, jika kau maksud adalah ibuku yang mempunyai perusahaan bernama “Flower Shop” di daerah Busan dan dijalankan oleh 2 orang pegawai termasuk chaebol maka aku adalah apa yang tadi kau perkirakan.

“Ayahmu?” Yuri masih saja memastikan berusaha menyelidik Yoona dengan mata bulat ingin tahunya.

“Ayah? Ia seorang tenaga ahli mesin yang sudah pensiun lima tahun lalu dari Daewoo Engineering.” Seketika Yuri terdiam dari semua persangkaannya. Benar, Yoona bukanlah pewaris. Dan seakan sadar dari semua sangkaan bodohnya, Yuri langsung memberi alasan mengapa ia menanyakan semua itu.

“Ehm..” Yuri berdehem sebentar untuk melenyapkan situasi canggung yang tak menguntungkan baginya, “ … Maaf jika aku terlalu ingin tau tentangmu seperti tadi tapi… aku hanya khawatir jika ada kejadian seperti setahun yang lalu…”

“Kejadian?”

“Ne… “ Yuri mendekatkan menarik kursinya menuju meja Yoona dan segera menceritakan kejadian exclusive yang hanya dia yang tau. “…Saat itu seorang wanita datang dan melamar kerja di perusahaan ini. Ia diterima sebagai staff perencana pembangunan dan ternyata itu semua adalah kedok belaka,” bola mata Yuri menatap Yoona tajam, sambil menceritakan kisah yang dilihatnya selama ia bekerja disini. “… Menurut staff departemen yang sama dengannya, Ia bekerja disini dengan tujuan untuk menarik perhatian Donghae Sajangnim agar ia menjadi kekasihnya, bisa jadi ia menarik sajangnim untuk menikah. Tidakkah itu agresif Yoona-ah?” Yoona menangguk pada Yuri menyetujui. “Dan parahnya lagi, ia adalah anak pewaris tunggal Daelim, salah satu rival STX Corporation. Enathlah, tapi aku percaya ia spy yang dikirimkan ayahnya sendiri untuk menghancurkan perusahaan ini…” Mata Yuri yang berapi-api membuat Yoona memandangnya aneh. Ternyata semua wanita, termasuk wanita intelek seperti Yuri tak mengabaikan yang namanya gossip.

“Yah memang ia wanita cantik, elegan, pintar, juga seksi. Dan aku bertaruh semua pakaiannya ketat dan ia tak punya rok yang at least sedikit renggang agar paha terkutuknya bisa bernafas… Juga kau harus tau Im Yoona! Caranya ia menggoda sajangnim saat malam tiba dan para pegawai sudah pulang sungguh menjijikkan. Ia merayu sajangnim untuk ke bar dan memohon untuk mendampingi sajangnim di acara perusahaan. Ia menjanjikan kontrak saham STX Corporation akan naik dengan bantuan perusahaan milik ayah si wanita itu. Dan kau tahu, ia hampir mendudukkan pantatnya di meja kerja sajangnim sampai aku datang ke dalam ruangan itu, setelah ku tegur segera ia kabur,” Yuri berapi-api menceritakan semuanya membuat Yoona heran.

“Eonni, aku serius. Aku tak melakukan apapun selain membuat laporan harian dan mengantar laundry sajangnim. Jinjjayo…”

“Ne arraseo, aku percaya padamu Yoon. Dan kau harus percaya padaku bahwa ini perkerjaan sulit. Lebih sulit dari mencari bulu angsa di tumpukan bulu merpati putih, dan kau harus bertahan Yoona-ah,”

Yoona mengangguk cepat menyanggupi pekerjaan ini.

“Dan, maksudnya Im Yoona, semua schedule yang Yuri katakan tadi, kau yang mengurus dan mendampingiku seharian ini,” Donghae berbicara sambil lalu didepan dua yeoja itu dan membuat mulut Yoona menganga seketika dan seakan tak percaya, “Na ya?! Semuanya?!”

“Tentu, kau semua Yoona-sshi. Kau berhutang karena terlambat di pagi yang sibuk seperti ini,” Donghae mengambil berkasnya dan bersiap keluar ruangan setelah baru saja tadi masuk.

Segurat senyum terukir di wajah Yuri, “Yah begitulah Sajangnim, tak terduga. Untunglah ia menumpahkan segalanya padamu jadi aku bisa bersiap untuk mempersiapkan segala keperluan pernikahanku bersama kakakku. Dan harapanku, semoga hari ini aman terkendali. Setidaknya kau jangan mengulangi keterlambatanmu lagi, sekali terlambat saja satu harimu menjadi neraka, apalagi yang kedua…” Yuri mulai mengambil tas dan bersiap untuk meninggalkan mejanya.

“Eonni! Nanti malam aku harus mendampingi sajangnim ke pesta perusahaan itu, aku tak tau harus bagaimana, memakai pakaian apa, bersikap seperti apa?” Yoona mencoba menahan Yuri dari kepergiannya.

“Im Yoona, kau pasti tau semua jawabannya. Menurutmu kenapa Donghae sajangnim meng-hire-mu waktu itu? Ia tak sembarang dalam memilih tenaga kerja-”

“Tapi Eonni-“

“Oh c’mon Yoona, dari penampilanmu, kau pasti tau harus berbuat apa. Hanya satu note untukmu dariku; selesaikan pekerjaanmu.” Setelah kata terakhirnya, Yuri melenggang keluar ruangan dengan bayangan pernikahan impian memenuhi otaknya.

Yoona yang ditinggalkan begitu saja oleh Yuri hanya mendengus tak percaya dan menyadari bahwa ini hari berat untuknya, “Jinjja…”

∞∞∞

Donghae berjalan menuju golf car nya untuk mengganti stick, sambil bertanya pada Yoona yang duduk kepanasan di atas mobil kecil itu. “Yoona-ssi, berapa jam lagi menuju makan siang?”

“sekitar satu jam lima belas menit lagi sajangnim…” Donghae mengangguk setelah itu menegakkan air dari botol minumya.

“… Kau sudah kepanasan Yoona-ssi?” Pandangan Yoona yang tadinya menerawang lelah pada hamparan rumput hijau lapangan golf seketika mengarah pada wajah Donghae.

“A… Ani..” Peluh Yoona yang menetes mengungkapkan kebohongan jawabannya pada Donghae. Segera Donghae menyodorkan botol air minumnya pada Yoona, menawarkan pelepas dahaga. Yoona mengangguk dan menerima sodoran botol itu. Tak sopan jika ia menolaknya, walaupun ia tak melanjutkan dengan benar-benar meminum air itu. Dan Yoona bertahan menunggu Donghae dan sang komisaris selesai bermain golf dengan kerongkongan yang kering bak padang pasir tanpa oase.

“Ah ya, selipkan jadwal boxing ku sehabis golf ini, cuaca terik saat ini sepertinya membuat Komisaris Shin akan mengakhiri permainan lebih cepat satu setengah jam dari yang direncanakan,”

“Boxing?” Yoona menggumam sambil membuka lembaran notesnya, dan sepertinya ia belum tahu dari Yuri bahwa Donghae bermain tinju. “Josonghamnida sajangnim,” Yoona menyadari bahwa Donghae menunggunya membuatkan jadwal.

“Boxing Gym Center, 765-2 Yeoksam-dong, Gangnam-gu. Yuri memang tak tau, sewajarnya ia tak memberitahumu,”

“Ah ne,” Yoona mencatat alamat yang diucapkan Donghae dan setelah selesai, ia duduk kembali dengan sabar menunggu Donghae yang sudah jalan menuju bolanya tadi.

“Yoona-sshi!” Teriakan Donghae dari jauh berhasil menengokkan kepala Yoona yang sedang tak bersemangat. “… Bajumu sempurna!” Sedikit senyuman dilukis pada wajah Donghae sebelum ia benar-benar membalikkan kembali badannya. Dan Yoona seketika melihat bajunya hari ini, dress Dior yang waktu itu dibelikan oleh Donghae, ia padukan dengan blazer tipis. Yoona tersenyum, entahlah namun kata Donghae barusan bukan seperti memuji bajunya, melainkan seperti memuji dirinya.

∞∞∞

Menemani Donghae sampai ke ring tinju adalah suatu hal yang tak Yoona prediksi sebelumnya. Sebelumnya ia menolak masuk dalam sana, namun Supir Kwang dengan smirk anehnya menyuruh Yoona masuk dengan alasan mobilnya akan parkir jauh dan tempat parkirnya akan sangat panas dan tak nyaman. Setengah hati Yoona masuk dan detik berikutnya, Yoona melihat tubuh Donghae yang hanya terbalut celana boxing saja sedang memakai sarung tinju. Tubuhnya yang sudah terbentuk sempurna, dadanya yang bidang, lengan kekar, dan abs terpampang kemana-mana, membuat Yoona menelan ludahnya sendiri.

‘… Mimpi apa aku sekarang melihat patung Yunani seperti ini…..’

PLAKKK!

Yoona menampar pipinya sendiri untuk menyadarkan roh kewarasannya, ‘IM YOONA! Apa yang sedang kau bayangkan! Sadar Yoona! Sadar!’ Yoona menggeleng-gelengkan kepalanya berulang-ulang.

“Yoona-sshi? Gwenchana?”

Yoona tergelak mendapati tubuh Donghae yang sudah berjarak sejengkal disampingnya, “A-ah Ne… Memangnya aku kenapa? Aku… baik-baik saja… Aku tak membayangkan apa-apa…”

Yoona menutup multnya mendengar suaranya sendiri berbicara diluar akal sehatnya. Tentunya saat ini Yoona ingin terbang meninggalkan arwahnya dan tak kembali di hadapan Donghae lagi akibat asal katanya tadi.

Namun diluar perkiraan, Donghae malah tertawa renyah sambil membenahi sarung tangannya. “… Yoona-sshi kau bisa duduk di bangku sebelah ring, aku tak akan lama karena habis ini masih ada makan siang di hotel itu,” Donghae naik ke atas ring dan mulai pemanasan.

Yoona hanya duduk diam dan mengagumi gerakan-gerakan extreme yang Donghae lakukan, ‘Aku tak menyangka Sajangnim yang Yuri ceritakan kaku itu ternyata seperti ini… Ah tapi itu tak menutupi hobinya yang membuat orang susah saja, sampai kapan aku terus mengikutinya…’ Yoona mendesah pelan.

∞∞∞

Setelah makan siang bersama beberapa kolega Donghae, mereka kembali menuju gedung perusahaan. Dalam mobil, Yoona sedikit mendenguskan nafasnya pelan tanda ia sedikit lelah namun sayangnya Donghae mendengar dengusan itu.

“Ini belum apa-apa Im Yoona. Baru setengah hari… kau terlihat seperti sudah menyerah, kau kesal dengan pekerjaanmu?” Tanpa menatap Yoona, ia bertanya. Matanya membaca beberapa artikel di majalah Forbes di tangannya.

“A.. Ah, Anieo. Maaf Sajangnim atas perilakuku,” Yoona merutuki kejadian barusan dan mengulum bibirnya tak enak.

“Gwencahana… sudah seharusnya kau letih mengerjakan perkerjaan sebagai asistenku,” Donghae menaikkan alisnya memaklumi. “Ah ne, apakah kau sudah mempersiapkan untuk nanti malam?”

“Nanti malam? Ah pesta Shim Yang Group itu… Ya. Kurasa…” Tak pasti Yoona menjawabnya dengan ragu. Bagaimana ia bisa siap jika ia harus menghafalkan ratusan tamu dan segala latar belakangnya hanya dengan satu malam saja. Yuri mengatakan jika tamu-tamu yang akan hadir akan sangat asing baginya, maka dari itu menghafal adalah kunci satu-satunya. Dan juga Yuri memberi tahu bahwa mendampingi Donghae ke pertemuan Shim Yang Group bukanlah hanya mengikuti Donghae berjalan kemana saja, melainkan membantu menjawab tiap pertanyaan yang diajukan pada sajangnim juga dapat membedakan mana sahabat dan mana rival perusahaan. Dan itu adalah tugas berat seorang Im Yoona.

Jalanan yang macet membuat Yoona ketar-ketir jika Donghae akan terlambat pada rapat yang akan dipimpinnya. Saat Yoona sedang membuka GPS untuk menemukan jalan tikus, Donghae meminta air minum pada Yoona. Letak botol itu ada di tas di dekat kaki Yoona. Yoona mengambilnya dan membukakakan tutup botol . Yoona memberi air minum tanpa melihat Donghae karena Yoona masih focus pada layar handphonenya melihat peta GPS itu. Mengira botol sudah diambil oleh Donghae, Yoona melepaskan pegangannya dan… SPLASHHH!

Yoona menatap pada celana Donghae, begitupun si pemilik celana. Donghae menatap tak percaya pada Yoona setelah apa yang ia perbuat. Botol minum itu segera Donghae singkirkan cepat-cepat walaupun airnya sudah banyak membasahi celana bagian selangkangan.

“Are you kidding me Im Yoona?!!”

“Sorry…” Dengan tatapan bersalahnya, Yoona cepat-cepat mengambil beberapa lembar tisu. Namun ia berhenti saat mau mengusapnya. Tubuh Yoona seakan di pause oleh waktu membiarkan Yoona diam dengan segala pikirannya.

“Ck, hentikan pikiran yadong-mu itu Yoona-ssi,” Donghae merampas tisu yang tadi dipegang oleh Yoona. Menyerap air yang sudah tumpah dengan raut wajah kesal, itu yang Donghae lakukan. Sambil sesekali mendecak kesal, ia berbicara “Apa kau mau balas dendam eoh?”

Yoona yang sedang melihat keluar jendela menjawab langsung, “Anieo! Aku tak balas dendam padamu. Apa yang kau maksud… Jinjja…”

Donghae yang masih mengelap tumpahan air itu mengganti tisu dengan sapu tangannya. Setelah selesai, dengan sengaja ia melemparkan sapu tangan basah pada wajah samping Yoona yang masih melihat keluar jendela.

“Yak! Apa yang kau lakukan?!” Yoona setengah berteriak.

“Kau pantas menerimanya,” Donghae menjawab santai dan kembali dengan majalahnya.

“Mwo?!” Yoona melempar sapu tangan itu pada wajah Donghae.

“Yak Im Yoona!” Mereka akhirnya melemparkan barang-barang yang ada disekitarnya pada satu sama lain. Saking riuhnya sampai mereka tak menyadari bahwa tergurat tawa tipis dari bibir mereka. Entahlah, ini memang sangat kekanakan mengingat Donghae adalah pemimpin perusahaan yang akan memimpin rapat besar sepuluh menit lagi, dan Yoona sang asisten yang seharusnya professional dan tegas. Namun, lihatlah tingkah mereka berdua saat ini…

“Yak geumanhae Donghae! Hentikaan,”

“Mworago?”

“Waeyo?” Yoona masih menarik nafas setelah ‘perang-perangan’ itu terhenti.

“Naega. Aku boss-mu,”

“A.. Ah, mianhae Sajangnim…” Yoona langsung tersadar dan membetulkan posisi duduknya dan kembali focus pada jalanan.

Sementara Donghae… tergurat lengkungan tipis dari bibirnya. Supir Kwang pun ikut tersenyum melihat tingkah dua orang manusia yang berada di jok belakang itu. Mobilpun sunyi kembali. Suara halaman majalah yang dibuka oleh Donghae sudah tak terdengar lagi sejak ia menutup bacaannya itu. Hanya kecanggungan yang ada. Namun tiba-tiba…

Kruukkkk…

Yoona menyesal seketika. Suara itu berasal dari perutnya. Tak tanggung-tanggung, suara tersebut nyaring dan tak hanya sekali. Yoona memejamkan matanya tak habis pikir, tak tau harus berkilah apa.

Donghae tergelak menahan tawanya, “Belum makan siang?”

“Igo…” Yoona bersumpah ingin ditelan bumi detik itu juga.

“Maafkan aku, nanti malam akan kutraktir makan kalau begitu,”

Apa Yoona tak salah dengar? Ada apa dengan boss-nya hari ini? Entah angin apa yang menerpanya, ia malah mau mentraktir asisten barunya ini makan malam. Tapi kan, pesta Shim Yang Group malam ini…

∞∞∞

Terdengar tapakan high heels yang menggema di lobby utama gedung STX. Suara itu mengarah pada pintu lift yang terbuka. Ia menekan tombol lantai 20 dan bersenandung kecil. Memainkan jarinya yang lentik diatas dokumen tebal dan purse elegannya yang digantung di lengannya. Bunyi lantai yang ia tuju sudah terdengar, langkah kaki ia lanjutkan ke ruangan orang yang mengundangnya. Lee Donghae.

“Selamat malam sajangnim, sudah saatnya kita menuju ke tempat pesta Shim Yang Group. Sedan yang anda kehendaki sudah menunggu di depan lobby,”

Suara lembut namun tegas segera ditangkap Donghae yang sedang menata file-filenya. Pandangannya seakan terkunci, nafasnya tercekat, sendi tubuhnya seakan berhenti bekerja. Wanita yang ada di depan wajahnya itulah penyebab semua ini.

Dengan rambut coklat tuanya yang ia gerai serta riasan tak berlebihan, juga dress hitam dengan sedikit aksen menarik mata, membuat Yoona tampil sempurna. Ia tampil sederhana mengingat ia hanya diberi waktu satu jam untuk kembali ke rumah dan mempersiapkan dirinya, dan kembali ke kantor untuk sama-sama ke tempat acara bersama Donghae.

“Sajangnim?”

Donghae mengedipkan mata dan seketika sadar dari lamunannya. Lagi-lagi… Jika Yoona tak memanggil, mungkin air liurnya sudah menetes melewati dagunya. Tak diragukan lagi, gadis ini memang mempunyai sesuatu yang berbeda dari yeoja lainnya, begitu batin Donghae.

“Apa aku begitu cantik sampai kau terpana seperti tadi sajangnim…?” Yoona mengerlingkan matanya serta sedikit mengibaskan rambut panjangnya dengan maksud bercanda.

In your dreams, Im Yoona,” bantah Donghae dengan mendecak kesal. Bantahan Donghae memang menerbalikkan fakta yang memang Yoona sangat charming saat itu di pandangan Donghae. Namun lagi-lagi Donghae berkilah di pikirannya sendiri, menolak bahwa wanita ceroboh didepannya ini telah menyita pandangannya.

Untuk keluar dari suasana canggung tadi, Donghae menjelaskan apa yang akan ada disana. Yoona berusaha mengingat tiap perkataan Donghae, mulai dari pengusaha ber-ego besar sampai konglomerat yang membawa banyak gadis.Tak ketinggalan ahjumma seribu perhiasan menyebar diruangan, omongannya akan tak jauh dari merk terkenal dan barang limited edition. Semuanya bercampur baur menikmati kemewahan, mereka yang tertawa keras sambil menegak wine mahal. Entah apa yang ada di pikirannya, namun Donghae mencapnya sebagai makhluk liar yang dilindungi oleh uang dan saham. Begitulah Donghae menyimpulkannya pada Yoona.

“… Semua akan aman jika kau terus disampingku…” Donghae mengerjapkan matanya berulang-ulang seperti ada suatu yang membuatnya cemas dan mengganjal pikirannya, namun Yoona mengabaikannya.

Donghae berjalan duluan meninggalkan ruangannya sementara Yoona masih diam ditempat mencerna kalimat terakhir yang ia dengar. “Isanghe…”

∞∞∞

Yoona mengikuti langkah Donghae menuju grand ballroom yang ia yakin sudah banyak tamu yang datang. Lantai marmer mengkilat membuat tiap tapakan kakinya yang memakai high heels elegan menggema. Entah mengapa Yoona menjadi waswas sendiri, tatapan beberapa wanita kelas atas terhadapnya seakan menilai detil, tak suka ataupun suka sudah tidak dipikirkan Yoona lagi. Ia hanya terus berjalan mengikuti Donghae.

“Yoona-ssi, apa ia Kim Jaejoong?” Donghae berbisik pada Yoona setelah melihat pria berperawakan tinggi dengan rambut hitam mulai berjalan menghampirinya.

“Ne sajangnim. Sebulan lalu Kim Jaejoong-ssi menggagalkan kontrak perusahaan dan mengambil keuntungan tersendiri bersama Ace Chemical and Industries, baru-baru ini ayahnya tersandung kasus korupsi anggaran Negara, “ Yoona mengatakan dengan cepat informasi yang ia tahu dan kembali berdiri di belakang tubuh Donghae. Ia terus melakukannya seperti pada tamu-tamu sebelumnya.

“Anyyeonghaseyo Jaejoong-ssi,” kedok ramah Donghae tertangkap oleh Yoona dan ia hanya tersenyum tipis pada Jaejoong yang sekilas melihatnya juga.

‘Aish para konglomerat ini benar-benar mepunyai dua wajah, sungguh aku tak tahan,” batin Yoona. ‘Berapa lama lagi ini akan berakhir tuhan… Kakiku seakan akan patah dengan berdiri memakai stiletto ini, argh aku menyesal memakai sepatu ini jadinya…” batin Yoona terus saja menggerutu selama Donghae berbincang pada orang yang menghampirinya. Champagne yang berada di tangan kanannya belum habis, tapi ini adalah gelas yang ke empat sejak ia datang, tak urung pipinya mulai memerah akibat efek minuman beralkohol yang menjalar di dalam tubuhnya. Yoona pun menaruh gelasnya pada nampan yang sedang pelayan bawa. “Kuperhatikan kau suka sekali dengan champagne, Yoona-ssi,” Donghae membalikan badannya dan mendapatkan bahwa air muka lelah ditambah mata setengah sadar Yoona sudah terpampang kemana-mana.

“Ah anieo,” Yoona sendiri tak sadar, setiap ia merasa bosan ia akan mengambil gelas yang lewat. Jinjja Im Yoona, itu adalah champagne, bukan minuman soda.

“Sekarang kau merasakan apa yang Yuri bilang kan?” Yoona menatapnya tak mengerti. “… This job wants to kill you,”

Yoona sepertinya sudah tak tanggap lagi pada semua omongan Donghae. Yang ada di pikirannya hanya ia ingin cepat kembali ke kamarnya, dan berbaring di kasur selama mungkin. Libur seharian penuh mungkin satu-satunya surga yang bisa Yoona harapkan saat ini.

“Donghae Oppa!”

Seorang yeoja datang menghampiri Donghae menerobos beberapa kerumunan orang dengan menggandeng pria tegap yang setia berjalan mengikutinya.

“Soojung-ah,”

“Oppa, long time no see you!” Gadis yang dipanggil ‘Soojung’ oleh Donghae langsung memeluknya erat.

“Bagaimana hidupmu di New York?”

“Ah biasa-biasa saja Oppa, aku lebih suka suasana di Seoul. Tapi saat di New York City, I met someone special,”

“Nugu?”

“Dia! Perkenalkan, dia Kim Jongin,” memperkenalkan pria yang sedari tadi digandengnya.

“Jongin? Anyeonghaseyo,” Donghae balas menyapa. “Pacarmu Soojung-ah?”

“Ne! Kau pintar sekali Oppa!” Donghae hanya mengacak rambut Soojung dengan gemas. “Bukannya membawa ilmu, kau malah membawa pasangan dari sana…” Soojung hanya terkikik kecil menanggapi candaan Donghae.

“Ah Oppa, mana Seulgi?” Soojung melirik kanan kiri Donghae.

“Seulgi? Ia memberitahuku sedang liburan singkat ke Maldives jadi tak bisa datang,”

“Kalau begitu, itu siapa?” Pandangannya tertuju pada Yoona yang masih setia mendampingi Donghae di belakangnya.

Donghae sadar ia tak sendiri disini dan cepat-cepat memperkenalkan Yoona, “Ahh mianhae, dia Yoona, mendampingiku untuk malam ini”

“Anyeonghaseyo, Im Yoona imnida, asisten baru Donghae sajangnim” Yoona sedikit membungkuk, membiarkan rambut panjangnya mengayun ke bawah. Di sambut bungkukan juga oleh Soojung dan Jongin. “Yoona-ssi, perkenalkan, ia Soojung keponakanku,”

“Ne, Jung Soojung imnida, kau bisa memanggilku Soojung atau nama inggrisku Krystal…” Krystal menatap Yoona dan Donghae bergantian menilai mereka berdua dalam batinnya.

Sementara Donghae yang berbincang dengan Jongin yang sepertinya ‘nyambung’ karena kekolegaan perusahaan Donghae dan perusahaan ayah Jongin, Krystal menjadi diacuhkan. Sebagai pelariannya, ia memilih membuat topic dengan Yoona.

“Yoona, aku sungguh tak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan,” decak kesal Krystal membuat Yoona tersenyum. Krystal adalah gadis supel yang penuh dengan spontanitas, kebebasan, dan protektif pada pasangannya. Itulah yang Yoona tangkap selama mengobrol dengan Krystal beberapa menit ini.

“… Kau kelahiran berapa Yoona? Aku bisa sedikit membaca ramalan sejak belajar dari salah seorang temanku di New York. Aku tak sangka, di kota modern itu masih ada yang namanya kursus astrologi dengan bayaran tiga ratus dollar sebulannya…” Krystal terus mengoceh hal-hal random dari bibirnya. Membuat Yoona tertawa, semenjak tiga jam lalu ia terus menjaga sikapnya di hadapan semua tamu.

“90,” Yoona menjawab dan menghentikan ocehan Krystal.

“Jinjjayo?! Jeosonghamnida! Eonni… Aku harusnya memanggilmu Eonni sedari tadi, jinjja baboya Soojung-ah!” Ia merutuki dirinya sendiri.

“Gwencahana Soojung-ssi, berhentilah merutuki dirimu, bagaimana kalau aku memanggilmu Krystal saja? Aku lebih suka memanggilmu Krystal”

“Ne, kau bisa memanggilku Krystal, Krys, Stal, apapun yang bisa membuatku menoleh. Tapi mekali lagi mianhe Yoona Eonni, aku diajarkan oleh ibuku untuk memanggil secara sopan pada yang lebih tua,” Yoona hanya tertawa santai sementara bibir Krystal mengerucut. Dan mereka melanjutkan girl’s talk yang tadi sempat terpotong. Krystal dan Yoona mempunyai kepribadian yang nyaris sama. Tak hanya itu, dengan kenyamanan Krystal saat berbicara dengan Yoona, ia menjadi percaya dan sampai menceritakan seluk beluk keluarga chaebol Korea yan datang malam hari ini.

“Eonni, yang disana itu adalah sahabat masa kecil Donghae Oppa, Jung Yunho namanya. Ia kakak pertamaku. Kakak keduaku -Jessica- masih di LA sibuk dengan brand terbaru yang ia buat sendiri…” Krystal dan Yoona sekarang berdiri di meja bar yang sedikit lebih sepi dibandingkan tengah ruangan.

“Dan yang sekarang di samping Donghae Oppa itu-“

“Park Jungsoo sajangnim, ia samchon Donghae yang menjadi komisaris dan sangat baik hati pada semua orang,” Krystal memandang Yoona yang memotong perkataannya.

“Eonni, ternyata kau sudah kenal samchon…” Yoona mengangguk dan menceritakan pertemuan awalnya dengan Park Jungsoo.

“Eonni, walaupun kau sudah tau tapi jangan kau sekali lagi memotong perkataanku, arra? Aku tak suka itu, walaupun Jongin yang melakukannya,” Yoona hanya tertawa kecil melihat tingkah bossy Krystal yang begitu menggemaskan.

“Nah yeoja dengan mini dress coklat itu adalah Bang Minah. Ia anak dari pemilik hotel Accor, memiliki semua yang wanita inginkan, pusat perhatian, sosialita muda, penggemar barang mahal, dan pernah memohon padaku untuk menjodohkannya dengan Donghae Oppa dan yang tentu aku tak melakukannya,” tatapan tajam Krystal mengungkapkan bahwa ia tak suka pada orang yang sekarang ia bicarakan.

“Huh? Kau temannya, Krystal-ah?” tatapan heran Yoona membuat Krystal menjawab. “Ani, SMP kami sama waktu itu,”

“Sepertinya kau tau semua orang yang ada disini Krystal-ah…” Yoona menegak fruit punchnya.

“Yah begitulah, ibuku menyuruhku untuk selalu datang ke acara seperti ini untuk membiasakanku pada orang-orang penting, agar aku tak menjadi orang bodoh saat nanti aku menjadi istri pengusaha hebat…” Krystal merasa konyol sendiri dengan kata ‘istri pengusaha hebat’ dan mengundang tawa dari Yoona. “tapi ini serius Eonni, kau bisa menunjuk siapapun dan aku bisa mengetahui siapa dan apa,”

Yoona pun memulai permainan sederhana ini dengan menunjuk pria paruh baya dengan tongkat ukirannya. “Kang Ryu Jin, kakek itu memimpin grup Hyosung dan anak perusahaan lainnya. Memiliki kekayaan lima kali lebih besar dari presiden kita,”

“Bagaimana kalau itu?”

“Ah dia Ahn Chilhyun, pria idaman banyak wanita kecuali aku. Pemilik beberapa perusahaan rekaman, kau tau kan, seleraku bukanlah yang mainstream,” Krystal menyelipkan informasi tak penting dari dirinya yang membuat Yoona menatap dengan pandangan ‘siapa yang tanya?’.

“Kalau wanita bermata bulat itu siapa?”

Krystal melihat apa yang dilihat Yoona dan menegak sparkling wine-nya, “Victoria Song, lahir di Qingdao, besar di Hokkaido, sekarang menetap di Seoul. Victoria Song adalah seorang ballerina professional kebanggaan Negara kelahirannya. Wanita paling cantik, elegan, mature, dan lembut yang pernah aku temui. Ia pernah berpacaran dengan Donghae Oppa selama dua tahun tapi putus karena Oppa yang workaholic. Sangat disayangkan ia putus, padahal aku sudah mendukungnya. Tapi ia sudah bertunangan dengan Shim Changmin, anak dari pembuat pesta ini. Dan mereka sepertinya cukup bahagia…” Krystal tersenyum tipis, seperti melihat pasangan impiannya. Memang Victoria adalah role model-nya dalam segala hal, Victoria juga menginspirasinya dengan keanggunan dan kesempurnannya.

Sementara Krystal yang masih menatap kagum dengan pasangan Victoria Changmin, Yoona melihat orang yang sama dengan sisi yang lain. Victoria datang pada Donghae dan menjabat tangannya, memberi senyum ramah dan memperkenalkan Changmin. ‘Lee Donghae, ada apa denganmu sampai putus dari wanita sesempurna dia. Kuyakin Donghae pasti memiliki selera tinggi dalam memandang perempuan…’ batin Yoona. Tanpa sadar ia membandingkan dirinya dengan Victoria yang mempunyai kulit kencang, seksi, cantik, dan pintar bahasa asing.

‘Jinjja Im Yoona, kau kalah jauh dari Victoria Song. Tentu Donghae tak akan melirikmu jika mantannya saja sudah seperti Victoria…’ Yoona berbicara pelan pada dirinya sendiri namun sesaat ia sadar kembali, ‘Im Yoona! Apa yang kau katakan?! Jinjja baboya! Micheoso! Micheoso!’ Yoona memukul kepalanya sendiri membuat Krystal heran.

“Eonni, waeyo..?”

“A-Ani…”

Beberapa saat Yoona menunjuk lagi, seorang gadis dengan rambut panjang dengan senyum manis. “Oh itu Choi Sulli, sahabatku sejak kami umur 3 tahun. Sebelah kirinya itu Oh Sehun, pacarnya selama 6 bulan ini. Sebelah kanannnya adalah Ibunya, pemilik brand lingerie kenamaan Korea namun ia tak mau meneruskan karir ibunya dan tertarik dengan dunia teater,”

Yoona menanggukkan kepalanya kembali, “Bagaimana dengan wanita kecil di sebelah ibu Choi Sulli?”

“Ah itu Yoon Seung Ah, wanita cerdas ketua tim arsitektur AMCO Construction yang pernah dijodohkan untuk Donghae Oppa. Namun Oppa menolaknya,” Krystal menegak kembali minuman ditangannya. “Entah ada apa dengan Donghae Oppa, Ia selalu menolak menikah sampai Samchon menjodohinya dengan banyak wanita. Jinjjayo, yang kuhitung ia sudah lima kali menolak wanita nyaris sempurna, salah satunya Yoon SeungAh tadi. Apa perlu kubawakan aktris Jun Jihyun atau Choi Jiwoo agar ia naik pelaminan?!” Krystal kesal sendiri karena Oppanya tak kunjung menikah diusianya yang matang ini.

Yoona hanya tertawa kecil dan melanjutkan aksi tebak namanya, “Kalau yang disana siapa? Yang sedang memainkan rambutnya itu,”

Krystal melirik yang ditunjuk Yoona dan mendesah cepat, “Apa tak ada orang lain yang bisa kau tunjuk selain dia?” Yoona menggeleng makin penasaran.

“Jisoo, pacar Jongin sebelum aku. Aku tak mau membahasnya lagi,” Raut wajah Krystal ditekuk sedalam-dalamnya.

“Jinjja? Ia sangat cantik,” Goda Yoona pada Krystal.

“Eonni!”

“Ne ne… Aku hanya bercanda, maaf kalau begitu,”

“Lupakan, bagaimana sekarang kalau Eonni yang gantian berbicara? Aku bosan mendengar suaraku sendiri,” Krystal menumpukan tangan pada dagunya.

“Tak ada yang bisa kuceritakan padamu, Krystal. Kehidupanku tak menarik-“

Don’t lie! Kau pasti mempunyai cerita seru, seperti bagaimana kau bisa datang kesini dengan Donghae Oppa the unususal man in the world,” Yoona menaikkan alisnya tinggi mendengar ocehan Krystal. “Ayolah Yoona Eonni, tanggal berapa saat itu kau resmi berpacaran dengan Oppa? Apakah saat siang dengan matahari terik atau saat malam yang sunyi nan romantic?”

“Apa yang kau katakan Krys? Siapa yang berpacaran dengan Donghae sajangnim? Jinjja…” Yoona memutarkan bola matanya mendengar kata yang doesn’t make sense at all dari bibir Krystal.

Krystal menegak minumannya lagi, “Tak mungkin Eonni bisa kesini tanpa ada apa-apa, this is exclusive meetings. Tinggalkan embel-embel sajangnim-mu itu Eonni, ganti dengan Oppa atau… chagi? Aku tak bisa kau bohongi…”

“Chh, Jung Soojung-sshi, kau pasti sudah mulai mabuk. Ayo kuantar kau ke mobilmu,” Yoona beranjak dari kursinya hendak menggenggam tangan Krystal namun Jongin datang dan dengan cepat merangkul pundak Krystal.

“Soojung-ah, kau disini ternyata!” Krystal langsung bergelayut manja pada pundak Jongin dan membuat sang namja tertawa.

“Aku disini terus bersama Yoona Eonni, kemana saja kau hah? Apa aku kurang cantik sampai kalah dengan semua perbincangan saham menyebalkanmu itu haah?!” Kesadaran Krystal yang melemah akibat alcohol membuatnya berbicara tak masuk akal.

“Jongin-ssi, sepertinya ia sudah banyak minum. Sebaiknya kau antar dia ke tempat yang tak ramai,” Yoona membantu memberdirikan Krystal di rangkulan Jongin.

“Ne, terima kasih sudah menjaga Soojung-ku. Juga selamat atas pertunanganmu Yoona-sshi, aku turut bahagia,” Jongin dan Krystal segera meninggalkan Yoona dengan mulut menganganya.

“Mworago? Jongin-sshi! Siapa maksudmu yang bertunangan?!” Namun Yoona tak mendapat jawaban karena Jongin sudah tak terlihat diantara kerumunan banyak orang.

‘Aku pasti sudah minum terlalu banyak… Pendengaranku kacau begini… Im Yoona, Im Yoona… sadarlah. Apa yang telah kau minum Im Yoona?’’ bisik Yoona pada diri sendiri.

“Chogiyeo…” Yoona memanggil bartender yang sedang meracik. “… Apa nama minuman ini?”

“ah itu White Peachy Sangria, sebelumnya anda telah minum Vermouth dan Gin juga,”

Vermouth?! Gin?!” Yoona menggelengkan kepalanya, ia merutuki diri karena tak melihat apa yang sedari tadi ia minum.

‘Sadar Im Yoona! Kau bukan sedang berpesta, kau sedang bekerja!’ batin Yoona.

∞∞∞

“Yoona! Kau kemana saja! Sudah kubilang selalu dekat denganku babbo ya,” Donghae genggam pergelangan tangan kanan Yoona dan menggeret paksa. Yoona menguap dan kesadaran sudah hilang setengahnya akibat minuman memabukkan itu.

“Sajangnim… appo-yo, pergelangan tanganku…”

“Sudah diam sebentar lagi kita pulang,” Donghae masih menggandeng Yoona dengan langkahnya menuju podium.

“Sajangnim, apa yang kau lakukan? Aku tak mau naik ke podium…” Suara lemah Yoona meminta Donghae menghentikan langkahnya.

“Diam saja dan tunggu aba-abaku, kau masih ingat perkataan Yuri saat trainee mu kan,”

“Tetap tenang… dan… jalankan apa yang…. sajangnim perintahkan,” Yoona menjawabnya dengan malas.

Donghae menggandeng lengan Yoona dan menjajakkan kaki kanannya pada tangga menuju atas podium. Yoona menunduk dan sedikit merapihkan rambutnya.

‘Apakah perlu sajangnim membawaku ke atas podium seperti ini untuk mengatakan keberhasilan di perusahaannya? Jinjja Lee Donghae, aku ingin segera pulang… mata… kuminta kau sadar sampai acara ini berakhir saja, oh mataa….’ Batin Yoona.

“Di malam yang special bagi Shim Yang Group ini, saya juga mempunyai kabar yang special,” Donghae berbicara keras pada microphone didepannya, membuat semua tamu memusatkan perhatiannya pada Donghae. Sementara Yoona tetap menunduk.

“Secara resmi, saya umumkan bahwa wanita cantik disebelahku ini adalah tunanganku-“

Yoona membulatkan matanya, kepalanya ia arahkan pada Donghae, “Mwoya? Apa yang kau katakan?!” bisik Yoona keras.

“Ya, saya telah bertunangan.” Tamu pun bertepuk tangan riah, tak semua. Karena beberapa orang seperti Minah, malah mengepalkan tangannya dan bersungut-sungut marah. Yoon SeungAh tersenyum getir, dan beberapa wanita seperti Eunsoo dan Jihyun kaget dan menggumam tak percaya.

“Setelah kuumumkan tentang statusku ini, kuharap kalian tak berusaha menjodohiku lagi,” canda Donghae dengan senyumnya, tamu pun tertawa menanggapinya. “Donghae-sshi, seharusnya kau mengatakannya sejak dulu! Anakku sudah mengantri untuk dijodohkan denganmu sejak tahun lalu!” ucap salah satu pria paruh baya dan disambut tawa orang disekitarnya.

“Terima kasih Mr. Yoo, salam dariku untuk anakmu,” lagi, tawa menghiasi grand ballroom itu. Dan Yoona masih dengan wajah sadar tak sadar dan tak sabar untuk menanyakan apa maksud dari semua ini.

∞∞∞

PLAKKK

Jejak merah di pipi Donghae berasal dari tamparan tangan Yoona yang kesal dengan apa yang bossnya lakukan. Agar tak semakin dilihat oleh beberapa bodyguard Donghae serta supir Kwang, Donghae menarik paksa Yoona kedalam mobilnya yang kosong.

“Aku tak mau masuk!” Yoona menghempaskan tangannya kasar.

“Yoona, cepat masuklah! Akan kujelaskan semua!”

“Supir Kwang, tolong segera jalankan mobil dan antarkan Donghae sajangnim dengan selamat ke kediamannya, aku akan naik bus sa-“ Lengan Yoona ditarik oleh Donghae yang sudah berada dalam mobil, menghentikan langkah supir Kwang menanggapi perintah Yoona.

“Yak!” pintu mobil pun tertutup, bodyguard dan supir Kwang yang berada di luar mobil saling bertatap bingung apa yang sedang terjadi.

“Lepaskan aku! Apa yang kau lakukan!” teriak Yoona.

“Diam! Kau akan membuat orang-orang diluar salah paham!” Teriakan Yoona sedikit mereda, namun raut amarahnya masih belum luntur juga.

“Dengar, maafkan aku yang secara sepihak mengumumkan berita pertunanga-“

“Dangshin micheoso?!!” Yoona menggeram, wajahnya memerah menahan emosi. “Pengumuman bodoh itu, pertunangan, membuatku gila! Apa kepalamu tersambar petir Lee Donghae-sshi?!”

Donghae menggenggam tangan Yoona bermaksud menenangkannya, “Dengarkan aku dulu, ini karena perusahaan-“

“Masa bodoh dengan nasib perusahaan raksasa mu! Bagaimana dengan nasibku! Kau harus tau pandangan para wanita-wanita itu terhadapku saat turun dari podium, pandangan seperti aku telah memaksamu untuk bertunangan denganku,”

“Im Yoona, I’m sorry, aku tak bermaksud-“

“Sudahlah Donghae-sshi, aku minta kau akhiri semua ini. Aku tak mau menyalahgunakan profesiku yang sedang kujalani, kau! Kau pembohong public! Kau sama saja dengan koruptor! Tikus got! Cacing tanah! Kecoa busuk!” Yoona menarik nafasnya dalam sebelum melanjutkan caciannya pada Donghae yang setia menunggu Yoona selesai bicara. “…Aku tak mau lagi, aku tak mau jadi personal asistant mu lagi! Aku-“

Omelan Yoona terhenti. Terhenti akibat ciuman Donghae pada bibir Yoona. Seakan tak tau harus apa, Yoona pun jadi lupa cara bernafas, lupa mengedipkan mata, dan lupa cara menggerakkan badan. Tubuhnya seakan terkunci, seperti daya magis yang sedang mengutuknya. Tak hanya menciumnya, tangan Donghae tanpa sadar juga mengusap rambut Yoona, yang ia mau hanya membuat Yoona tenang dan dapat mendengarnya berbicara. Namun Donghae tak tahu apa reaksi Yoona selanjutnya jika ia sudah berbuat seperti ini…

∞∞∞

Okay, di chapter ini interaksi Yoona Donghae tergolong ga terlalu banyak dan cuma simple things doang. Tapi aku seimbangin sama interaksi terakhir mereka yang sedikit DUAR. Yah walaupun ga terlalu heboh tapi seengganya ada letupan kecil lah di imajinasi.

And that’s right readers, cerita ini adaptasi dari beberapa film romantic-comedy, diantaranya The Devil Wears Prada, The Proposal, dan sedikit dari beberapa komik teenlit. Juga didasarin sama MV Urban Zakapa – The Space Between. Buat yang belum pernah denger lagu itu, coba dengerin deh. Sumpah enak bgt, apalagi sambil baca FF ini. Aku rekomendasiin readers baca setelah denger lagu itu. Author suka banget sama Urban Zakapa, musiknya nenangin dan cocok didengerin pas autumn. Malah tadinya judul FF mau The Space Between tapi rada ga nyambung soalnya gaada space antara Yoona sama Dongahe selain batas posisi di kantor mereka aja.

Dan maaf readers kalau feel nya masih belum ada, author udah nyoba yang terbaik. Emang ini FF rada beda dari FF Yang lain, yang penuh dengan gambaran detil atau karakter yang udah familiar, dan author selalu baca tiap komentar kalian, baik saran, kesan, sampai kritik juga author terima baik-baik… (Yaampun bahasa gue…)

Seperti biasa author ngadain polling ke readers, kali ini pertanyaannya special;

SIAPA YANG COCOK BUAT MERANIN KAKAKNYA DONGHAE?

Engga deng boong, tapi jawab aja biar feel nya nambah. Yang bener pertanyannya ini;

KALIAN MAU FF INI FINISHED DI CHAPT. 3 SAMPAI YOONHAE DATING ATAU SAMPAI CHAPT. 4 SAMPAI MEREKA NIKAH TAPI SELESAINYA BAKAL JANUARI-FEBRUARI 2015?

Hope you guys answer it and I will do my best.

Thank you for your time, reading this fanfic. I know this is not perfectly perfect.

Sorry for any typo or some fail sense. ㅋㅋㅋㅋ

Stay be a Pyro, stay love Yoona Donghae, stay awesome!

Gomawoo yeorobun^^

Annyeong~

111 thoughts on “Serendipity (Chapter 2)

  1. ya…. saya suka banget sama yoonhae yang genre nya kayak gini…. Donghae pas bgt jadi bos yang sok cool di depan semua orang dan kelabakan jika hanya berdua sama yoona…. jadinya sweet gmn Gto….

  2. Wah Donghae oppa ternyata romantis 🙂
    Semoga Yoona dan Donghae jatuh cinta beneran dan sampe menikah nanti nya 🙂

    Baru kenal beberapa minggu , udah langsung jadi tunangan . Dongha oppa kayanya udah mulai suka sama Yoona eonni , ya walaupun cuma tunangan palsu .

    Mending langsung baca chapter 3 nya aja

  3. Donghae udh mulai lembut nih sikap.a ke Yoona, gk d marahin trs,,
    & udh akrab aja sama Yoona, He he,, Yoona mikir waktu ngliat abs.a
    Donghae, kyk ngeliat patung Yunani,, Omoo, Hae ngumumin ke semua
    orang d pesta.a Shim Yang Group kalo Yoona adalah tunangan.a,,
    Yoona jd shock berat,, d bawah tatapan mngintimidasi dr yeoja2 yg
    suka sama Hae, kasian,,

  4. aku pengen sampe chapter mereka nikah eonnie gapapa sampai febuari 2015 juga hahahaa . ya ampun apa alasan dongahe ngumumin itu ya ? dan yoona berani banget nampar dongahe hihihi ga sabar buat nunggu cerita selanjutnya

  5. Dibanding sama cerita perjodohan
    Mending yang kayak gini
    Gk bikin nguras air mata dan emosi..
    Biasanya kalo perjodohan kan
    Pasti salah satu ada yang nolak
    Karena udh punya pasangan lain
    Dan berakhir menjalin hubungan
    Terlarang meski mereka udh nikah
    Apalagi kalo pasangannya
    Polos nerima apa adanya
    Dan rela disakitin
    Itu udh pasti
    Bakal menguras tisu dirumah
    Karena membacanya
    Sambil berderai air mata..
    Jadi sekali kali baca cerita yang kayak gni
    Buar jgn sedih mulu..
    Sekali kali peranin sifat yoona
    Yang cuek dan gk mau ambil
    Pusing, jgn yang terus yoona selalu mengalah
    Kasian dan sedih bacanya.

  6. OhMyGod …. hhahaha cara Donghae Oppa sangat ampuh untuk membuat Yoona Eonnie berenti mengomel.
    asli ni crita lama” bikin penasaran. ^_^ next chap

Komentarmu?