Heart of Time (Chapter 2)

tess

***

Author: Hadnifla

Judul: Heart Of Time {H.O.T}

Length: Chapters

Cast: Yoona and Donghae

Other Cast: Luhan, Krystal and etc

Genre: Romance; Angst; Action

Synopsis:

Tidak ada takdir yang benar-benar dituliskan memilukan dan tidak ada takdir yang digariskan dengan sempurna. Krystal dan Luhan percaya bahwa mereka bisa mengubahnya dengan mempermainkan waktu yang ada.

***

Yoona telah menjalani kehidupannya selama 25 tahun lebih sebagai seorang gadis yang sangat menyedihkan. Gadis yang memiliki mata dan kening indah itu selalu merasa takdirnya digariskan sangat buruk. Dia merasa seolah tidak punya keberuntungan dalam hal apapun. Bahkan berparas cantikpun tidak membuatnya berfikir bahwa itu adalah sebuah aset kebanggaan. Hari-harinya berjalan seperti biasa. Masih menyedihkan. Tidak ada yang special dan belum ada perubahan dalam hidupnya. Namun pada hari itu, sesuatu terjadi jauh diluar perkirannya. Dua orang remaja datang kerumahnya dan membuatnya merasa seolah garis takdirnya baru saja dihapus dan mulai digaris ulang.

***

Kami tidak ingin memaksamu untuk tersenyum, kami disini untuk membantumu menyadari adanya pelangi

~~~

“Kalian benar-benar sudah gila” raut wajah Yoona yang semula kebingungan kini berubah menjadi geram dan penuh kekesalan. Pernyataan dua remaja dihadapannya semakin lama semakin terdengar tidak masuk akal. Semakin ia mendengarkan semakin ia justru merasa di permainkan.

Tidak akan ada gunanya lagi mendengarkan keduanya lebih lama, pun meladeni mereka hanya membawanya jauh dari kewarasan. Sudah banyak pernyataan tidak masuk akal yang mereka celotehkan, dan itu semua sudah cukup untuk membuat kupingnya berdengung keras. Tanpa sepatah kata lebih lanjut, Yoona melangkah masuk kedalam flatnya dengan geram, namun tepat saat ia mencoba untuk menutup pintu, Luhan dengan cepat dan sigap menahannya.

“Tu-tunggu dengarkan kami, kami tidak gila” ujar Luhan seraya menahan sekuat tenaga pintu yang hendak ditutup Yoona. “Kami tidak berbohong. Kau benar-benar Eomma kami dan lelaki yang tadi itu adalah Appa kami.”

“YA! Sudah kubilang berhenti mengatakan hal konyol seperti itu” Yoona membentak keras, kupingnya berhasil dibuat panas saat Luhan mengatakan pernyataan tersebut. Dia pun berbalik mendorong dengan kuat pintu yang sedang ditahan Luhan.

“Aishh, kami serius” kini Krystal maju melangkah kedepan, membantu kakak lelakinya mendorong pintu flatnya.

“Aku tidak peduli” balas Yoona, ia pun kembali memberikan dorongan kuat pada pintunya.

“Kau harus percaya pada kami” ucap Luhan dengan tegas, aksi dorong-dorongan pintu dengan Yoona pun tidak berhenti.

“Kalian pergilah, aku sudah tidak ingin berbicara dengan kalian” Yoona mengerahkan semua kekuatannya untuk mendorong pintu kayu flatnya sekali lagi, namun dua remaja itu tetap menahannya dari luar bagaimanapun caranya. Aksi dorong-dorongan pintu itu pun terus berlanjut ricuh tanpa ada yang mau mengalah.

“Kumohon dengarkan kami” Luhan kembali berbicara, tangannya masih dengan sekuat tenaga menahan pintu dihadapannya. Dorong-dorongan pintu itu sekarang didominasi olehnya.

“Aku tidak mau” teriak Yoona. Salah satu kakinya kini ikut membantu mendorong pintu flatnya, memberikan tenaga yang cukup kuat untuk melawan dua remaja tangguh di balik pintu tersebut.

Krystal yang menahan pintu itu dengan tangan dan bahu sampingnya mulai berkeringat dan kualahan. Tenaganya sudah hampir habis dan nyaris sudah tidak kuat untuk menahannya lebih lama lagi. Terus terang saja meskipun Yoona terlihat kurus, bagi Krystal tenaganya tetap tidak bisa diremehkan.

“Kumohon dengarkan kami lagi, kami punya bukti” ucap Krystal sambil berteriak kesal.

Pintu yang sedang didorong-dorong itu pun dihentikan mendadak oleh satu pihak dan nyaris membuat Krystal dan Luhan terjungkal ke depan. Yoona menemukan ada sesuatu yang entah mengapa terdengar menarik dari pengakuan Krystal barusan, sebab sejauh ini keduanya memang hanya bisa berdalih tanpa mengeluarkan bukti yang pasti. Ia pun memutuskan untuk berhenti mendorong pintu flatnya yang kemudian diikuti dengan desahan lega Krystal dan Luhan yang berkeringat. Yoona mengintip dibalik pintu flat dan menatap gadis didepannya dengan ragu untuk kemudian perlahan membuka kembali pintu flatnya.

“Bukti apa?” tanyanya, ia menatap gadis berkeringat didepannya itu dengan penuh penasaran. Jujur saja ia memang sempat berharap bahwa keduanya adalah jawaban dari doanya, namun sejumlah omongan konyol yang mereka katakan membuatnya ingin berharap ulang. Ia sangat enggan mempercayai mereka, namun tidak menutup kemungkinan bahwa hatinya bisa berubah jika memang ada yang bisa dibuktikan.

Dengan nafas yang tersenggal kelelahan, Krystal merogoh ranselnya. Yoona memang tidak mungkin akan percaya hanya dengan kata-kata mereka, Krystal sangat yakin dengan hal tersebut. Dengan begitu dia juga tidak mendatangi dan memberitahu Yoona dengan tangan kosong untuk hal yang terdengar konyol. Ia telah memprediksikan kemungkinan terburuk Yoona mengusir mereka, namun ia datang dengan sejumlah persiapan meskipun sebenarnya bagian meyakini Yoona adalah rencana dan tugas kakaknya yang sejauh ini ternyata tidak bisa diandalakan. Luhan, kakak tertuanya itu dianggap cukup bodoh olehnya karena meyakini bahwa Yoona akan langsung percaya saat mengungkapkan bahwa Krystal mirip dengannya –hal yang sempat ia perdebatkan dengannya sebelum menemui Yoona. Orang macam mana yang akan langsung percaya ketika dua orang remaja yang hampir seumuran dengannya mendatanginya dan mengaku sebagai anaknya hanya dengan bermodal kemiripan.

Tidak lama setelah itu Krystal mengeluarkan sebuah tablet tipis dari ranselnya. Tablet berwarna putih itu kemudian menampilkan sebuah hologram saat Krystal menekan beberapa tombol di layarnya. Hologram yang tiba-tiba muncul itu sempat membuat Yoona tercengang, ia bersumpah ia tidak pernah melihat alat seperti itu sebelumnya.

“Woah” mata Yoona terbelalak lebar melihat sebuah hologram yang tiba tiba muncul dihadapan Krystal. Kedua remaja itu hanya bisa tersenyum melihat ekspresi takjub dan keheranan Yoona pada benda yang mereka anggap biasa-biasa saja.

“Lihat, kau belum pernah melihat alat canggih ini kan? Ini salah satu alat yang ada di masa depan” Krystal mengoceh angkuh. Hologram yang tampil tepat didepannya diotak-atik dengan mahir. Setelah beberapa sentuhan, ia memberikan tablet dengan tebal 0.5 cm tersebut pada Yoona.

“Tekan tombol play yang ada pada hologram itu” Krystal memerintah.

Yoona menatap Krystal kebingungan sebelum kemudian pandangannya beralih ke hologram yang ada didepannya. Ada satu tombol yang ditampilkan di hologram tersebut. Dengan ragu dan tentunya hati-hati, Yoona pun menekan tombol play yang muncul disana.

Tablet tipis berteknologi tinggi itu langsung menslideshow sebuah media foto. Tepat dihadapannya sedang ditampilkan beberapa foto-foto yang kemudian ia sadari bahwa itu adalah sebuah foto-foto pernikahan. Dia menatap lekat-lekat foto didepannya tersebut untuk kemudian menyadari bahwa wanita yang mengenakan gaun pengantin dengan wajah bahagia itu ternyata tidak lain adalah dirinya sendiri. Disampingnya bediri seorang pria merangkulnya dengan mesra. Alis Yoona langsung mengernyit dengan sempurna, matanya melihat lebih cermat wajah pasangannya yang ternyata adalah seseorang yang selama ini dia acuhkan, Donghae.

Dari situ matanya membulat sangat lebar dan mulutnya menganga dengan sempurna. Dirinya kaget bukan kepalang hingga nyaris menjatuhkan benda persegi tipis tersebut dari tangannya. Dia membawa wajahnya lebih dekat ke hologram tersebut karena merasa ada yang salah dengan penglihatannya. Sayangnya seberapa lama dan dekat pun ia melihat foto-foto tersebut, wanita yang mengenakan gaun putih itu tetap dirinya. Padahal seingat dia, dia tidak pernah berfoto mengenakan gaun pengantin, apalagi dengan Donghae sebagai pasangannya.

Hologram yang berada tepat didepannya tidak hentinya menampilkan wajahnya dan wajah Donghae di setiap foto yang muncul. Dari mulai foto pernikahan, foto saat dia hamil, saat dia punya bayi, saat dia punya anak dan bahkan saat mereka piknik bersama layaknya sebuah keluarga bahagia. Semua foto yang ditampilkan hanya berisi tentang Donghae dan dirinya, serta dua orang anak kecil yang mungkin adalah anaknya. Matanya terbuka semakin lebar melihat hologram yang menampilkan kisah hidupnya seperti benar-benar nyata.

“I-ini tidak mungkin. Dari mana kalian mendapatkan foto-foto ini. A-apa kalian mengeditnya?” Tatapan Yoona saat itu mencerminkan sebuah kebingungan yang luar biasa. Jauh di lubuk hatinya ia percaya bahwa foto-foto itu tidak membohongi matanya, namun hatinya masih merasa ada yang tidak benar.

“Itu foto-foto dirimu dimasa depan. Kami tidak sama sekali mengeditnya.” Jawab Krystal dengan tegas. Disampingnya Luhan tengah tersenyum bangga pada adiknya yang jelas sangat cerdas.

“Tidak mungkin! Kalian pasti mengeditnya dengan alat canggih lain yang kalian miliki” Yoona memprotes keras, padahal ia sendiri tidak terlalu yakin bahwa tuduhannya benar.

“Baiklah, bagaimana dengan ini?” Krystal mulai merogoh ranselnya, dan sekejap kemudian ia mengeluarkan beberapa lembaran foto-foto Polaroid. “Kami tidak mungkin bisa mengedit sebuah foto Polaroid kan?” Dengan percaya diri Krystal memberikan foto-foto tersebut pada Yoona.

Masih dengan ekspresi kagetnya, Yoona mengamati foto-foto Polaroid itu dengan baik-baik. Sekejap kemudian ia sadar bahwa lembaran foto-foto Polaroid itu ternyata berisi gambar akan dirinya dan Donghae yang sedang bermain dengan seorang balita. Yoona menelan ludah kegugupannya. Jika memang benar di masa depan nanti dia akan menikah dengan Donghae, itu benar-benar akan menjadi hal yang paling gila yang Yoona percayai. Tidak pernah terbesit sedikit pun Donghae mencintainya dan menikahinya, bahkan memiliki dua orang anak yang kini sedang berdiri dihadapannya.

“Jika itu masih tidak meyakinkanmu bagaimana dengan ini?” tangan Krystal kembali masuk dan merogoh benda-benda di dalam ranselnya. Saat itu senyuman bangga di wajah Luhan melebar.

Sebentar kemudian Krystal mengeluarkan beberapa lembaran-lembaran kertas dari ransel miliknya untuk kemudian memberikan kepada Yoona kembali. Foto-foto Polaroid sebelumnya berhasil menggerakan hati Yoona untuk percaya pada semua ucapan mereka, ia takut yang kali ini bisa sepenuhnya menghilangkan keraguannya. Tepat pada saat Yoona menjatuhkan pandangan pada lembaran-lembaran itu, mulutnya sudah jelas tidak bisa berkata-kata lagi sebab bukti kali ini sudah mutlak tidak dapat disangkal.

Lembaran yang sedang ia baca merupakan sebuah arsip penting yang menjadi landasan kuat akan perkataan Krystal dan Luhan. Ada sebuah akte kelahiran Krystal dan Luhan berikut dengan namanya dan Donghae sebagai orang tua. Lembaran lainnya yang sangat mengagetkan adalah bukti tertulis tentang pernikahannya dengan Donghae. Bukti-bukti tersebut membuat semuanya menjadi terlalu meyakinkan untuk dianggap sebagai sebuah candaan sehingga pernyataan-pernyataan mereka pun menjadi terlalu kuat untuk diragukan meski masih terasa sangat kurang masuk akal.

Tatapan Yoona pada mereka kini berubah, keraguan telah tersapu pada wajahnya, sementara kedua remaja tersebut jelas tengah tersenyum puas. Namun masih ada ketakutan dan kekhawatiran yang terpantul dari mata indah Yoona, seolah menggambarkan; meskipun ia telah mempercayai itu semua, ia masih ingin mengelak. Yoona tidak ingin percaya pada kenyataan yang mereka berikan, sebab mempercayai Luhan dan Krystal sebagai anaknya yang datang dari masa depan saja sudah sangat sulit baginya, apalagi mengetahui bahwa ayah mereka adalah Donghae, laki-laki yang selama ini membuatnya kesulitan. Jika saja masih ada celah, Yoona jelas akan mengelak hal tersebut. Sayangnya ia telah melihat bukti yang sangat meyakinkan dan sudah tidak bisa lagi diragukan. Untuk memberikan sebuah penolakan adalah hal yang cukup mustahil setelah bukti-bukti kuat tersebut dikeluarkan. Bahkan masih ada kemungkinan bahwa Krystal dan Luhan akan mengeluarkan bukti yang lainnya kembali jika ia tetap mengelak ucapan mereka. Yoona tidak mau dikagetkan untuk kesekian kalinya lagi akan hal itu. Sungguh ia berharap ini semua hanyalah salah satu mimpi anehnya. Sayangnya ia sadar bahwa hal aneh tersebut terasa terlalu nyata untuk dianggapnya sebagai sebuah mimpi.

Ada banyak hal yang sedang berlarian dipikirannya. Ekspresi Yoona tidak terbaca. Ada sebuah keraguan, rasa penasaran, ketakutan, kekuatiran dan juga keyakinan yang menjadi satu dalam matanya. Sejujurnya ia mulai mengakui bahwa mereka mungkin berkata benar. Tetapi tetap saja, disisi lain ia masih berharap bahwa mereka salah.

Setelah terjebak dalam diam yang cukup lama, tatapan Yoona pada mereka berubah tegas, ia pun akhirnya bicara “Aku ingin melakukan tes DNA”

***

Kelesuan terpampang jelas di wajah Yoona sehabis ia dan kedua remaja berwajah riang tersebut kembali dari rumah sakit. Kepalanya pusing sehabis mendengarkan celotehan mereka berdua dan lebih pusing lagi saat ia mengingat apa yang diucapkan oleh laboran di rumah sakit beberapa saat lalu.

“Tes DNA nya akan keluar seminggu lagi. Tapi aku rasa kau tidak akan membutuhkannya. Aku bisa menebak hanya dalam sekali lihat bahwa mereka berdua memang benar memiliki hubungan darah denganmu. Gadis itu terlihat sangat mirip denganmu. Mata lelaki itu juga.”

Apabila orang asing bisa dengan mudah yakin akan hal itu dalam sekali lihat, Yoona merasa ia sebentar lagi benar-benar bisa menjadi gila. Beruntungnya pihak rumah sakit tidak ada yang berfikir bahwa mereka adalah anaknya. Dari awal ia memang tidak meminta konfirmasi mengenai hal itu. Ia hanya mengatakan bahwa dirinya ingin lebih yakin kalau keduanya adalah saudaranya lewat sebuah tes DNA, sebab ia tidak mau mengambil resiko akan timbulnya berita besar tentang dirinya mempunyai anak yang terlihat seumuran dengannya. Namun perkataan laboran disana jelas membuatnya ingin meraung-raung.

“Aku akan benar-benar yakin sepenuhnya tentang yang kalian katakan jika tes DNA itu sudah muncul. Sekarang kalian bisa pergi.” Mata yoona menatap dengan tajam, kelelahan tersirat jelas di raut wajahnya.

Untuk beberapa saat tidak ada kata yang baik Luhan maupun Krystal bisa lontarkan untuk merespon. Keduanya hanya saling bertatap ragu bercampur kebingungan saat Yoona menyuruh mereka pergi. Seolah bisa membaca apa yang sedang mereka pikirkan Yoona mendesah lelah.

“Jangan bilang kalian tidak tahu ingin pergi kemana?” ia memberikan tatapan curiga. Keduanya serempak tersenyum canggung.

“Sebenarnya untuk alasan tertentu kami tidak bisa kembali ke masa depan untuk saat ini. Kami pun juga tidak tahu akan tinggal dimana karena tidak terlalu mengenal daerah disini” ujar Luhan menerangkan.

“Selain itu kami juga tidak membawa duit” seolah ingin terlihat lebih mengenaskan lagi Krystal pun memasang wajah sedih. Mata indahnya yang sama persis dengan Yoona kini menatapnya dengan tampang belas kasihan. “Kami sebenarnya berencana untuk tinggal bersamamu”

“APA?” untuk kesekian kalinya, Yoona kembali terkejut.

“Maaf jika itu terdengar merepotkan” Luhan menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu tersenyum penuh maaf “Kami berjanji tidak akan merepotkanmu, kami akan mengubah semuanya menjadi lebih baik, kumohon terima kami”

Semustahil-mustahilnya kehadiran dan pernyataan mereka, sekesal-kesalnya Yoona dengan permintaan keduanya, ia masih tetap seorang wanita yang berperasaan. Melihat wajah mereka yang kelelahan dengan ransel besar di punggung, ia tidak akan tega memaksa keduanya untuk tetap pergi, meskipun ia sendiri sebenarnya tidak tahu apakah pengakuan keduanya benar atau tidak. Keyakinan yang ada dalam dirinya selalu menjadi taruhan besar terhadap semua yang mereka lontarkan dan ia tidak bisa mempertaruhkan hal itu lebih jauh lagi. Walaupun ia bisa, ia akan memilih untuk berhenti bertaruh sebab kali ini hatinya mulai ikut berbicara.

Pernyataan Luhan saat itu seakan sedang menempatkannya pada posisi tanpa sebuah pilihan. Ia terjebak dalam kondisi dimana ia tidak bisa berbuat banyak dan harus segera mengambil sebuah keputusan tegas. Yoona memang jelas merupakan salah satu dari sepenggal orang yang percaya bahwa takdir benar dapat dirubah. Semula ia bahkan berharap takdirnya dapat digaris ulang bagaimanapun itu caranya. Dengan begitu sebenarnya tidak menutup kemungkinan bahwa hal yang mustahil sekalipun dapat merubah sebuah takdir seperti kedatangan dua orang remaja dari masa depan.

Menerima mereka mungkin bisa memperbaiki keadaan, namun tidak menepis kemungkinan terjadinya hal yang lebih buruk. Ada banyak pertentangan yang muncul dalam benaknya seperti ada sebuah keputusan besar yang harus segera ia benahi. Mempercayai mereka saja sudah sangat sulit, apalagi harus menerima mereka dalam hidupnya. Krystal memang telah berhasil membangun sedikit kepercayaan dalam dirinya bahwa mereka adalah anaknya, yang masih sangat sulit adalah mencerna bahwa Donghae adalah ayah dari keduanya. Sekalipun itu semua terdengar sangat amat mustahil, ia sebenarnya hanya peduli bahwa hidupnya memang dapat menjadi lebih baik, bahwa yang dijanjikan Luhan bukanlah janji belaka. Hatinya kini berkata bahwasannya ia harus menerima, dan ia pun memilih untuk mengikuti bagaimanapun nanti jadinya.

Yoona menarik nafas dalam-dalam, ini akan menjadi keputusan terbesar dalam sejarah hidupnya. “Baiklah. Apapun itu aku akan menerima kalian, tapi bukan berarti aku telah mempercayai kalian sepenuhnya. Jika aku mengetahui bahwa ini semua hanyalah tipuan, aku tidak akan segan-segan mencincang kalian berdua” Yoona menggeretak lalu membukakan pintu flat dengan lebar pada mereka.

Kedua wajah remaja yang ada dihadapannya berseri penuh kegirangan. Seolah seperti ada sebuah kemenangan tersendiri yang baru saja diperoleh. Krystal bahkan nyaris ingin memeluk erat wanita mungil didepannya jika bukan karena ia ingat bahwa dirinya masih dirasa asing oleh Yoona.

Lelaki disampingnya tengah merasakan hal yang sama, wajahnya berseri dan tidak berhenti tersenyum. Matanya yang lebar seperti rusa memperindah senyuman bahagianya. Ada ekspresi lega dan senang yang tidak bisa mereka sembunyikan karena mendapati keterbukaan Yoona yang lebih cepat dari yang mereka perkirakan. Jujur saja keduanya sempat khawatir kalau-kalau mereka harus mendorong-dorong pintu lagi.

“Terima kasih banyak karena kau mau mempercayai kami” Luhan tersenyum lebar, nyaris menunjukkan semua gigi-gigi depannya yang berjajar rapih.

Tepat pada saat itu jantung Yoona berhenti berdetak dalam sepersekian detik. Ada sebuah kesedihan mendalam yang kemudian muncul di mata Yoona ketika menatap Luhan yang tersenyum padanya. Entah bagaimana ia seperti baru saja melihat wajah Donghae empat tahun lalu yang penuh kebahagiaan melintas di wajah Luhan. Itu mungkin hanya khayalan, pikirnya.

Saat ia sadar, Luhan telah menatapnya dengan penuh keheranan dan Krystal telah menepuk nepuk pundaknya membangunkan lamunan. Entah sudah berapa lama ia terdiam melihat wajah Luhan saat itu, yang ia tahu ia jelas melihat wajah Donghae empat tahun lalu di Luhan, namun yang ia pertanyakan mengapa hal semacam itu bisa terjadi di benaknya. Hatinya bergetar dan sungguh tercengang saat memperhatikan wajah Luhan lebih seksama lagi, tidak dapat ia pungkiri bahwa wajah Luhan ternyata sedikit terlihat serupa dengan Donghae empat tahun yang lalu.

“Kau tidak apa-apa?” Luhan bertanya khawatir memperhatikan raut wajah Yoona yang berubah sedih tiba-tiba.

Dengan segera Yoona menepis apa yang ada dibenaknya dan mengatur ekpresi wajahnya. Ia pun melontarkan senyuman meyakinkan “Aku tidak apa-apa. Kalian berdua cepat masuklah” ujarnya ketus.

Keduanya mengangkat bahu acuh lalu bergegas mengikuti langkah Yoona masuk kedalam flat minimalisnya dengan senyuman lebar.

“Flat ini hanya punya dua kamar, itu dan itu” Ia menunjuk kamar pintu berwarna pink tepat diseberang mereka dan satu ruangan tak jauh disamping dapur. “Krystal-ssi bisa tidur bersamaku dan Luhan-ssi bisa tidur di kamar yang satunya lagi. Oh ya kalian belum makan kan? Aku akan membuatkan kalian makanan, kalian bisa beres-beres sekarang” tanpa perdebatan lebih lanjut Yoona kemudian meninggalkan mereka ke ruang dapur.

“Untuk ukuran orang yang sulit percaya pada kita, tidakkah kau berfikir dia terlalu baik?” Krystal bergumam pelan sambil tersenyum memandang Yoona yang tengah memakai apron hendak memasak.

“Itu naluri” Luhan merespon.

“Naluri apa?”

Lelaki itu kemudian menatap adiknya saraya tersenyum lebar “Naluri seorang ibu pada anaknya”

***

“Kau tidak perlu melakukan itu” Yoona mencegah Krystal yang menawarkan diri untuk membersihkan piring-piring kotor di meja setelah makan. Ia tidak akan pernah merasa enak jika tamunya harus melakukan beberapa pekerjaan rumahnya, terlebih lagi oleh orang yang baru ia temui hari itu.

“Tidak apa-apa ini sudah kewajibanku, Eomma” Krystal memaksa, mengambil piring-piring kotor dari meja makan dan membawanya ke westafel.

“Eomma?” Yoona tercengang mendengar gadis yang terlihat separuh baya dengannya itu memanggil dirinya dengan panggilan yang ia rasa belum pantas untuk disebut.

Luhan terkekeh di depannya “Eomma, mengapa kau harus begitu kaget, kau kan memang Eomma kami”

“Ya!” Yoona membentak “berhenti memanggilku seperti itu”

“Lalu kau mengharapkan kami untuk memanggilmu apa?” Krystal yang sedang mencuci piring menyahut.

Yoona pun mendengus kesal, ia benar-benar tidak ingin jika perdebatan mengenai hal-hal yang berbau anak dan ibu harus terulang kembali. Dengan berat hati, ia menghelas nafas mengalah. “Jadi aku ini memang benar-benar ibu kalian?”

“Apakah wajah Krystal dan mata ini tidak cukup menjawab pertanyaan itu?” Luhan membawa wajahnya lebih dekat dan mengedipkan mata rusanya berkali-kali.

Yoona tidak bergeming melihatnya dan memilih untuk tidak menanggapi lebih jauh. Bisa atau tidak kemiripan Krystal ataupun mata Luhan menjawab tentang hubungannya dengan mereka bukan menjadi masalah besar. Ia masih bisa menunggu tes DNA untuk meyakinkan pertanyaannya. Masih ada banyak sejuta pertanyaan lain dibenaknya yang ingin ia tanyakan. Matanya kini menatap balik Luhan dengan serius.

“Kau bilang tetangga sebelah ku itu yang akan menjadi suami ku nanti, bagaimana bisa? Aku dan dia saja tidak pernah bertegur sapa. Dia bahkan mungkin membenci ku”

“Membencimu?” Luhan kembali bersandar dibangku lalu tersenyum dengan geli.

“Apa yang kau katakan barusan Eomma? Dia tidak membencimu. Appa sangat mencintaimu” Krystal menjawab dari tempat westafel ia mencuci.

“YA! Ka-“ ucapannya segera dihentikan saat ia nyaris ingin mengeluarkan sumpah serapah kepada Krystal. Yoona lalu memejamkan mata, giginya menggigit bibir bawahnya dengan kencang. Berkali-kali ia mengucapkan kepada dirinya sendiri untuk bersabar sebab semua jawaban yang di berikan Krystal maupun Luhan hanya membuat pikirannya berputar-putar. Ia menarik nafas dengan dalam dan mengeluarkannya perlahan. Ini benar-benar pertama kalinya Yoona kesulitan mencerna sebuah kata-kata.

“Kalian berdua dijodohkan” ujar Luhan menyela “Itu lah mengapa kalian bisa menikah, itu cerita yang sangat panjang tapi memang benar bahwa Appa sangat mencintaimu”

Sekalipun ia ingin membentak mereka yang kerap kali mengatakan bahwa Donghae mencintainya, Yoona memilih untuk diam dan bersabar. Memperdebati hal itu tidak akan membawanya untuk mengerti lebih jauh. Jika ia ingin menerima mereka, maka satu langkah besar yang harus ia ambil adalah menerima kata-kata mereka terlebih dahulu. Benar atau tidaknya merupakan urusan belakangan. Percaya atau tidaknya adalah sebuah pilihan yang akan ia bisa putuskan nanti.

Ia kini menatap Luhan dengan penuh keheranan. Dijodohkan dengan Donghae mungkin masih terdengar sangat rancu baginya. Untuk memahami itu merupakan satu jalan panjang yang harus ditempuh. Bagaimana itu bisa terjadi dan mengapa ia menyutujuinya merupakan tanda tanya besar. Yoona yakin ada alasan tertentu yang membuatnya bisa sampai ke jenjang pernikahan dengan pria dingin tersebut dan ia memutuskan untuk mengetahui itu pelan-pelan seiring berjalannya waktu. Untuk sekarang ia hanya ingin menginterogasi mereka terlebih dahulu.

“Di umur berapa aku menikah?”

“27” jawab Luhan singkat.

Nafasnya tercengat mendengar jawaban singkat Luhan. Itu berarti dua tahun lagi, dua tahun lagi semua kekacauan ini akan terjawab, pikirannya berkicau. “Berapa umur kalian saat ini?”

“Tidak terlalu berbeda jauh denganmu. Aku 25 dan Krystal 20”

“Mengapa kalian kemari sekarang?”

Tatapan Luhan kemudian berubah. Matanya menjadi lebih sayu sehingga memancarkan sebuah kesedihan mendalam. Ia menghela nafas berat akan pertanyaan yang Yoona lontarkan.

“Pernikahan kalian diambang perpisahan. Kau menggugat cerai Appa saat ini karena menganggap dia sudah tidak mencintaimu lagi. Kalian menjadi lebih sering bertengkar sehingga proses perceraian pun tengah dilakukan” Luhan terdiam sejenak. Krystal yang telah selesai mencuci piring bergabung duduk disamping Luhan. Expresinya memancarkan sebuah kesedihan yang sama dengan kakaknya. “Kami tidak ingin hal itu terjadi. Kami merasa seperti ada yang salah dengan masa lalumu sehingga sering kali kau menuduh bahwa Appa tidak mencintaimu. Kau bahkan menuduh dia masih menaruh hati pada orang lain”

“Padahal itu tidak benar” Krystal menyela dengan tatapan penuh keseriusan “Appa sangat sangat menyayangi dan mencintaimu”

“Aku… meminta cerai?” ada sebuah keraguan menghiasi pertanyaan Yoona disamping mengabaikan pernyataan Krystal. Kini ia merasa seperti semakin banyak yang janggal.

“Ya benar” Luhan mengangguk meyakinkan “kau sangat bersikeras akan hal itu. Itulah mengapa kami datang sekarang. Hubungan kalian yang diam-diam seperti sedang perang dingin inilah yang sangat salah. Kami bermaksud untuk mengubah cara berfikirmu mengenai orang yang akan menjadi Appa kami kelak. Sehingga nantinya kau tidak akan berfikir bahwa dia tidak mencintaimu”

“Dan benar saja, sekarang ini saja kau selalu tidak percaya saat kami mengatakan bahwa pria yang tinggal disampingmu itu akan menjadi suami mu nanti. Sepertinya kau benar-benar salah menilai tentang Appa” celoteh Krystal, bibirnya melengkung kebawah dengan imut.

“Bagaimana aku mau percaya. Aku bahkan tidak pernah benar benar berbicara dengannya. Terakhir kami berbicara adalah empat tahun yang lalu dan kau mengharapkan aku untuk mempercayai ucapan kalian? Sekarang ini Donghae bahkan terlihat tidak ingin berbicara denganku” Yoona bersikeras menerangkan. Nada bicaranya terdengar kesal namun jelas tersirat kepahitan yang mendalam.

Krystal bersandar dibangku dan melipat kedua tangan didepan dadanya. Ia mulai merasa lelah akan pikiran Yoona yang kurang terbuka. “Tidak tahukah kau bahwa terkadang orang yang tidak berbicara denganmu sebenarnya adalah orang yang sangat menginginkanmu”

Dan hatinya pun berdesir pilu.

Untuk pertama kalinya Yoona tertegun akan perkataan Krystal hingga ketahap dimana ia tak mampu menepis balik pernyataan seriusnya. Ada sebuah kerisauan yang muncul saat terlintas pemikiran kalau kalau yang dikatakan Krystal adalah benar. Mulutnya terkatup rapat tak bisa berujar namun jantungnya jelas berdegup kencang.

“Kau bahkan tidak tahu kan alasan mengapa dia tinggal di samping flatmu?” mata lebar Luhan menantang Yoona.

Yoona mengernyitkan alisnya dengan sempurna “A-apa maksudmu?”

“Suatu saat kau akan tahu dengan sendirinya. Untuk sementara ini biarkan pikiranmu berfikir bahwa tinggal bersebelahan dengannya adalah sebuah kebetulan”

Beberapa saat kemudian Yoona terdiam. Pernyataan yang dilontarkan Luhan meninggalkan pertanyaan mendalam di benaknya. Jelas ada yang tersirat dari ucapannya barusan. Namun Luhan benar, ada hal yang memang semestinya ia lebih baik ketahui sendiri meskpiun sebenarnya ia ingin segera ketahui. Masih ada banyak hal yang membuatnya penasaran tentang masa depan. Appanya yang tengah berbaring di rumah sakit bertahun-tahun merupakan salah satu dari beberapa pertanyaan besarnya tersebut. Apakah Appanya kerap masih hidup di masa depan nanti merupakan salah satu pertanyaan beresiko yang tidak mudah untuk ditanyakan. Jika yang keluar adalah sebuah jawaban yang tidak sesuai harapan, Yoona hanya akan menjalani hidupnya dengan penuh kekhawatiran. Ada beban berat yang mungkin akan ia pikul di masa sekarang hingga nanti ia menjumpai waktunya.

Mengetahui jawaban akan sebuah masa depan memang bukanlah sesuatu yang bisa orang terima dengan mudah. Bahkan ada sebuah ketakutan yang tidak bisa Yoona gambarkan saat mencoba memepertanyakan hal-hal yang seharusnya masih menjadi sebuah misteri. Memang terkadang hal-hal tentang masa depan ada baiknya dibiarkan rahasia. Mencoba membongkarnya beberapa mungkin tidak masalah, tapi jika harus semuanya hanya akan membuatnya merasa resah dan ketakutan. Mengetahui Donghae yang akan menjadi suaminya kelak saja sudah hampir membuat pikirannya berlarian tanpa arah. Ia tidak akan sanggup memikul beban lain lagi jika mengetahui misteri kehidupannya lebih banyak. Beberapa pertanyaan beratpun ia simpan rapat dan memilih untuk dibiarkan menjadi sebuah misteri kehidupan.

“Ngomong-ngomong di awal pertemuan kita tadi kau mengetahui bahwa aku baru saja memutuskan pacarku dan membahas masalah foto-foto bukti kebrengsekannya. Bagaimana kalian tahu akan hal itu? Jika aku memang ibumu di masa depan aku yakin aku tidak akan menceritakan itu pada kalian”

Luhan dan Krystal bercuri pandang. Ada senyuman aneh yang Yoona tangkap di kedua wajah mereka.

“Ah, mengenai itu…” Luhan mulai mengeluarkan keringat resah, kentara ada sebuah kegelisahan di wajah tampannya.

“Itu….” Krystal menjawab penuh keraguan. Tidak akan pernah mungkin ia mengatakan bahwa mereka tahu karena terlibat akan hal tersebut. Terlebih lagi ia yang bertanggung jawab besar terhadap putusnya hubungan mereka.

Namun kemudian keduanya diselamatkan oleh ketukan keras yang berasal dari pintu depan flat Yoona. Diikuti dengan suara teriakan seorang wanita tua yang menggema keras dibaliknya. “YOONA!! BUKA PINTUNYA DAN CEPAT KELUAR”

“Siapa itu?” Luhan dan Krystal bertanya bersamaan dengan ekspresi khawatir mereka masing-masing.

“Tidak apa-apa, dia pemilik flat ini. Aku akan berbicara dengannya sebentar”

Yoona segera membawa kakinya melangkah ke pintu depan. Wanita dibalik pintu flatnya hanya akan menggedor-gedor lebih kencang lagi jika Yoona tidak bergegas menemuinya. Ia kemudian membuka pintu dan telah bersiap menghadapi wanita gemuk berumur 40 an yang tengah memasang wajah marah padanya. Perhiasan menghiasi pergelangan tangan dan lehernya. Penampilannya yang nyentrik membuat Yoona selalu enggan melihatnya lama-lama.

“YA! MENGAPA LAMA SEKALI!” ujar wanita itu dengan nada tinggi.

“Ahjumma, kau tidak perlu berteriak-teriak kencang seperti itu hanya untuk berbicara denganku” Yoona mengusap-ngusap telinganya yang hampir tuli karena teriakan wanita didepannya.

Wajah marah wanita tersebut masih terpasang namun kali ini ia bertolak pinggang. “Ya! Kapan kau akan membayar tagihan flat mu hah?”

“Aigoo” dalam sekejap wajah kesal Yoona pun berganti. Ia memasang senyuman paling manis diwajahnya dan merangkul manja lengan wanita pemilik flatnya. “Tenang saja, aku akan segera membayarnya, jadi kau tidak perlu-“

“YA!” dengan kasar wanita itu menepis Yoona dari lengannya, wajahnya kini justru terlihat lebih kesal “Kau selalu bilang akan membayarnya tapi kau tidak pernah membayar. Aku akan benar-benar mengusirmu kali ini”

“Ahjuma, kau ini jahat sekali. Sudah kubilang jangan khawatir. Aku pasti akan membayarnya jika sudah ada uangnya. Jadi kumohon jangan usir aku” Yoona memohon kembali dan memasang wajah memelas.

Wanita itu kini menatapnya dengan tajam. Wajah penuh belas kasihan Yoona seperti sudah tidak mempan lagi baginya. “KALAU BEGITU CEPAT BAYAR ATAU AKU AKAN MENGUSIRMU!!” Ia membentak keras sebelum pergi meninggalkan Yoona dengan ekspresi yang sangat kesal.

Kaki rampingnya melangkah lemas memasuki flat. Dibentak keras oleh pemilik flat sudah menjadi hal yang lumrah baginya. Yang tengah mengganggu pikirannya kini adalah bagaimana ia melunasi tagihan bulanan flatnya yang telah menunggak selama tiga bulan. Uang hasil kerjanya telah banyak disalurkan untuk pengobatan ayahnya dirumah sakit, pun tidak banyak yang tersisa dari gaji perbulannya tersebut, apalagi untuk membayar sewa flat yang terbilang cukup mahal untuk ukurannya yang minimalis. Keuangan Yoona terbilang sangat amat sulit, ia telah melakukan banyak peminjaman disana-sini pada temannya. Sebagian telah mati-matian berhasil ia lunasi, namun sebagian hutang pun tetap masih menumpuk dan sulit untuk dikurangi.

“Eomma apa yang terjadi?” Krystal menghampiri Yoona yang bersandar lemas di sofa ruang tamu. Ia duduk disampingnya bersama Luhan. Keduanya menatap penuh kekhawatiran.

Terus terang saja mendengar Krytal selalu memanggilnya Eomma, kepala Yoona yang sudah pusing tidak kepalang kini terasa seperti ingin pecah. Namun saat ini ia terlalu lelah untuk marah pada kedua orang yang entah mengapa tengah terlihat seperti sangat peduli padanya.

“Bukannya kalian sudah tahu?” ujarnya ketus seraya melirik pada Luhan dan mencoba mencari jawaban di mata lebarnya itu.

“Tidak untuk yang satu ini.” Jawab Luhan, matanya menatap serius meyakinkan. “Apakah ada masalah serius?”

“Tidak ada” Yoona menggeleng pelan “Hanya saja aku sudah lama ini tidak mampu membayar uang sewa bulanan. Wanita yang tadi telah berkali kali menagih tagihan bulananku. Tapi mau bagaimana lagi, sekarang aku sedang tidak punya uang untuk membayarnya. Kalian sudah tahu kan kalau aku mati-matian membiayai Appaku yang sedang sakit. Aku sudah banyak meminjam uang pada teman-temanku sekarang hutangku terasa semakin banyak saja” Yoona menghelas nafas panjang.

“Hutang? Kau berhutang dengan teman-temanmu?” Krystal menatap dirinya dengan heran, begitupun dengan Luhan dengan tatapannya yang luar biasa kebingungan. Ekspresi keduanya menggambarkan seolah ada hal yang sepertinya mereka kurang mengerti sekaligus ingin mereka rahasiakan pada Yoona. Ada sesuatu yang jelas aneh dan janggal dengan keadaan Yoona yang mereka rasakan pada saat itu, akan tetapi keduanya serempak memutuskan untuk tidak melontarkan satu pun pertanyaan yang ada di benak mereka. Memang ada beberapa bagian yang mereka sengaja tidak beritahukan padanya. Banyak hal yang bagi mereka memang lebih baik dibiarkan rahasia dibandingkan membocorkan sesuatu yang kemungkinan dapat mengubah keadaan Yoona di masa depan.

“Kenapa kalian terlihat heran sekali mengetahui aku banyak hutang?”

Mereka terdiam sesaat dan tersenyum kikuk. Kemudian Luhan menggeleng gelisah “Tidak, kami hanya sedikit kaget dengan bentakan wanita yang tadi. Tapi tenang saja…” Ia menepuk pundak Yoona pelan menenangkan. Senyuman hangatnya merekah dibibirnya. “kami akan selalu bersamamu dan berusaha membantumu”

Krystal yang saat itu menatap penuh khawatir, meraih tanggan Yoona lalu mengenggam erat dan mengelus pelan pundak tangannya dengan hangat. “Kami berjanji akan membantumu Eomma”

Hati Yoona tiba-tiba saja berdesir. Ada sebuah ketenangan yang kemudian merayap menyelimuti perasaan Yoona ketika mendengar ucapan Luhan dan merasakan sentuhan hangat dari Krystal. Tinggal sendiri untuk waktu yang amat lama, membuatnya benar-benar lupa kehangatan akan kepedulian seseorang. Yoona sudah banyak melewati arus terjang kasar sebuah masalah tanpa ada seseorang berada dibelangkang membantunya. Sejauh ini kekuatan yang ia dapatkan untuk berdiri kembali setelah jatuh sangat dalam hanya berasal dari dirinya seorang. Sudah benar-benar sangat lama tidak ada seseorang yang menahannya untuk berdiri tegak. Dulu ada sepenggal sahabat-sahabat dekatnya yang membantu, namun beberapa pergi untuk alasan tertentu. Kini mengetahui ada orang yang mau bersamanya dan membantunya kembali, Yoona dapat merasakan hatinya yang telah terbenam sangat jauh didalam perihnya kesendirian mulai muncul perlahan dan meraih kehangatan. Terus terang saja ia merasa sangat lega pada saat itu namun ia memilih untuk tidak memperlihatkan rasa itu pada mereka. Hanya ada senyum tipis yang hadir sesaat yang ia persembahkan untuk keduanya sebab kata sudah tidak lagi sanggup menggambarkan perasaanya sekarang. Senyuman sekilas yang penuh makna itu telah mengatakan banyak hal baginya, dan jika memang mereka ingin merubah nasibnya, maka menghadirkan sebuah kehangatan di dalam hati Yoona merupakan sebuah pencapaian besar yang Yoona sangat amat hargai dan sebuah perubahan drastis yang pada akhirnya membuatnya memilih untuk mempercayai mereka.


Bersambung…


Trailer

NB: maaf ya lama ngupdatenya, biasa anak kuliahan suka sok sibuk. Udah gitu giliran ngupdate gak ada Yoonhae mometnya sama sekali lagi hehe. Ya maklumlah jalan ceritanya memang mengharuskan seperti itu. Next chapter will be updated sooner 🙂 thanks for reading.

61 thoughts on “Heart of Time (Chapter 2)

  1. D part ini yoonhae belum berinteraksi y..
    Please thor ff ny cepetan d post tkut nnti cerita ny lupa..
    Aku aj hampir lupa ama ff in krna sanking lamany gx d post
    fighthing thor..

  2. Aku langsung komen di part ini ya 🙂
    ini alurnya mundur ya? Haha gak tau juga deh XD
    KrisHan pasti yg akan membantu YoonHae supaya mereka tidak jadi cerai..
    Next.
    Keep writing..
    Fighting! ^^

  3. SERU >_< gimana bisa Yoona ketemu sama calon anaknya dimasa depan yg seumuran sama dia hehe
    biarpun belum ada YH momment tapi tetep menarik buat dibaca ^^
    next update cepat yaa 😉

  4. wah yoona akhirnya mulai percaya sama luhan krystal, penasaran gimana yoona sama donghae nantinya bisa bersatu, ditunggu yoonhae momentnya 🙂

  5. suka banget sama ceritanya ngebuat penasaran , apa sih yg dtutupin krystal sana luhan.. walaupun jalan ceritanya kaya film stand by me doraemon.. tapi keren banget ff nya..

    chapter selanjutnya cepetan d post yh..

  6. entah kenapa,, rasa ny memang mustahil tp 1 sisi ada rasa dimana aku ingin seperti Yoona Eonnie,, bertemu anak” masa depan ny skrg. OMO …. imposible

Komentarmu?