Serendipity (Chapter 1)

cover ff space between

Author                        :           LeeHaena

Tittle               :           Serendipity Part 1

Length                        :           Three Shoot

Cast                 :           Im Yoona

Lee Donghae

Other Cast      :           Kwon Yuri

Park Jungsoo

Genre              :           Romance, PG-16

Author Note  :           The casts belong to God, don’t judge me if it’s kinda weird or something but I did my best. All I want is to see readers happy and mooding up your gloomy day. This is the first I doing Three Shoot FF, after I finished The Truth. You had read that, hadn’t you? You must read any joyful-romance-ff to make you happy and feelin good. One more thing, I am not doing plagiarism and automatically, this ff is originally made by me. Hope you enjoy!

Synopsis         :           Yoona, seorang gadis yang baru menginjakkan kaki di Seoul sudah bisa menantang seorang pria yang sebenarnya adalah orang penting bagi pekerjaanya. Dengan segala tingkah Yoona, tanpa disadari, Donghae mendapat kebahagiaan yang sebenarnya tak ia cari. Sebuah perasaan yang membuat satu ruang kosong dihatinya mulai terisi. Namun, apakah ini seindah yang dibayangkan? Serendipity… sebuah kata yang menggambarkan kehidupan kala kau tak merasakan dunia sebenarnya.

∞∞∞

 

Yoona POV

Dari sekian banyak dokumen lamaran pekerjaan yang ku sebar, aku akhirnya dipanggil oleh STX Group dan hari ini aku interview untuk ditempatkan sebagai salah satu asisten pribadi dari sang CEO. Entahlah, Sooyoung juga Sunny serta teman-temanku yang lain bilang bahwa mustahil bisa diterima di Group paling besar dan merajai pasar bisnis Korea Selatan ini mengingat tenaga kerja disana sangatlah pilihan. Tak mudah mendapatkannya, bahkan mereka bilang hanya orang yang dihinggapi keberuntunganlah yang bisa bekerja disana. Sekalipun itu sebagai cleaning service atau security. Jinjja?! Aku masih tak percaya apa kata-kata mereka itu benar adanya apa tidak tapi yang jelas aku tak mau menolak pekerjaan ini walau menjadi seorang asisten saja, bukan tenaga ahli. Alasannya tak lain hanya karena aku ingin hidup mandiri di kota metropolitan –Seoul-  tanpa ibuku mengkhawatirkanku. Aku tak mau menyusahkannya lagi, sudah cukup 22 tahun ia menghidupiku, aku tak mau itu berlanjut lagi. Aku hanya menginginkan ibu hidup tenang layaknya wanita usia lanjut lain, duduk di kursi, merasakan angin bersih Busan sambil merajut, menjahit atau apapun hobinya itu. Dan aku sudah bertekad untuk hidup dan bahagia sebagai diriku sendiri tanpa melupakan norma dan pelajaran hidup yang diberikan oleh ibu.

Saat kulihat jam di pergelangan tanganku, damn! Sudah jam tujuh lebih lima belas! Janji interviewku jam setengah delapan tepat, bisa bahaya nasibku jika pertemuan pertama saja sudah membungkuk minta maaf atas keterlambatan. Sambil menegak Hot Americano Coffee yang kubeli di restoran fastfood pinggir jalan, aku sedikit berlari menuju komplek gedung pencakar langit nan elit dan dari jarak 100 meter, aku sudah bisa membaca nama calon perusahaan yang akan ku tempati.

Saat sedang buru-buru melangkah dengan tangan kananku yang sibuk memegang paper cup, tiba-tiba… BRAKKK!

“Yak!”

Pria yang menabrakku ini langsung berjongkok untuk mengambil map dan selebarannya yang jatuh berserakkan di dekat kakiku. Sungguh! Bahkan ia tak melihat bajuku yang tersiram air kopi panas ini. “Akh, panas sekali!” sedikit kukeraskan rintihanku agar setidaknya ia melihat dan menawarkan sapu tangannya untuk mengusap bajuku yang bernasib sial ini.

Dan seperti dugaanku, ia menengokkan kepalanya ke atas melihatku yang masih berdiri kaku.

“Agashi, jalan dengan mata yang lurus! Cipratan kopimu ini membuat file ku bernoda semua! Kau tak bisa tanggung jawab kan jika kontrakku ini gagal!”

Jauh dari pikiran bahwa ia akan memberi sapu tangan, pria itu malah bersungut-sungut ria dengan wajah seperti ingin menindasku dengan sepatu mengkilatnya. Cercahannya yang tanpa henti membuatku muak. “Apa kau tak bisa lihat! Kau yang menabrakku! Kau harus tanggung jawab atas bajuku yang rusak ini akibat noda!”

“Bajumu itu tak seberapa dengan kontrakku! Kau bisa beli lagi di toko pinggiran jalan! Haish, sial sekali pagi ini”

Mwo?! Jinjja, selama ini aku berpikir bahwa orang-orang yang bekerja dan tinggal di kawasan elit seperti ini memiliki tata karma sopan santun yang tinggi. Ternyata sama sekali tidak, sudah bisa kulihat dari orang yang ada di depanku. Apa semua orang seperti ia kelakuannya? Aku jadi merinding. Dan saat ku edarkan pandangan, orang-orang hanya melirik kami tanpa ada yang membantu. Hanya sibuk dengan telepon genggam dan langkah gesit agar sampai di tempat tujuan mereka masing-masing.

Dengan susah payah, aku mencari tissue yang mungkin terselip di tas kerjaku. Namun nihil. Apakah ini pertanda buruk bahwa interview kerjaku hari ini akan gagal? Jinjja Im Yoona, kau masih percaya hal seperti itu. Tanpa kusadari, pria yang menabrakku sudah jalan duluan meninggalkanku dengan gelas kopi bodoh di samping heels-ku. “Yak! Neo! Bersihkan bajuku!!!” Kuteriakkan segala amarahku pada punggungnya, terserah orang-orang meihatku atau berpikir macam-macam, tapi aku tak rela dress cream yang sengaja kubeli di toko bermerk terkenal untuk memperbesar peluangku diterima di perusahaan ini rusak akibat pria sialan itu. Ottohkae? Aku tak mau langsung ditendang keluar saat aku baru memulai wawancara di kantor hari ini.

∞∞∞

Author POV

Dengan langkah canggung dan blazernya yang terpaksa ia buka untuk menutupi noda coklat di dress formalnya, Yoona berjalan ke arah front desk untuk meminta kartu tanda masuk. Dengan ramah sang pegawai memberikannya kartu dengan senyum yang Yoona yakin sudah terpatri sejak si pegawai diterima di perusahaan elit ini. Segera Yoona masuk ke lift dan memencet lantai 20. Lift sesak oleh pegawai dengan wajah serius mereka. Menambah kesan tegang dalam perut Yoona.

∞∞∞

“Anyyeonghasimnika, saya Im Yoona yang akan melakukan interview pagi ini,” Senyum selalu setia di wajah Yoona. Tentu, itulah salah satu kunci kesopanan agar membuat first impression menjadi sempurna.

“Ah, kau yang namanya Yoona ya, perkenalkan aku Yuri, aku yang menelfonmu kemarin malam atas rekomendasi pihak human resource. Ternyata mereka bagus dalam memilih tenaga kerja…” Wanita anggun yang memperkenalkan sebagai Yuri itu melihat dari ujung kepala sampai ujung kaki Yoona dengan tatapan menilai namun tetap menyapa ramah pada Yoona sambil tetap berjalan membersihkan kertas-kertas di ruangan kerja. Menyiapkan air putih di meja direktur, dan menata buku-buku yang berserakkan di depan sofa di ruangan itu. Yoona hanya mengikutinya dari belakang dengan telinga yang terus mendengar tiap perkataan Yuri.

“Aku sudah bekerja sebagai asisten CEO sejak tiga tahun yang lalu. Tapi bagiku tiga tahun ini sangat melelahkan. Apalagi sajangnim selalu meminta segala sesuatu dengan sempurna , tak boleh ada yang kelewat walau itu hal yang sepele. Sudah lima bulan terakhir ini aku mencari orang sebagai pengganti posisiku sekarang, namun seperti yang kau lihat sekarang , belum ada yang tahan menempati meja asisten sampai sebulan saja. Tak lain karena sajangnim yang sangat teliti menilai kinerja karyawannya. Dan, satu-satunya alasanku memanggil kau untuk bekerja disini adalah,” Yuri mengehentikan langkah mondar-mandirnya dan menghela nafas sebentar, “… karena aku ingin menikah”

Tatapan Yoona yang bingung membuat Yuri kembali menjelaskannya secara padat, “Ya, aku ingin menikah. Dan tak mungkin bagi wanita yang sudah menikah menghabiskan waktu 16 jam perhari, atau bisa saja 20 jam per hari bersama pria lain di kantor. Kau mengerti maksudku?”

“Jadi… Pekerjaan ini sampai 20 jam per hari?” Yoona berkata ragu dan sangat hati-hati.

“Exactly! Waeyo? Kau keberatan dengan tugas itu? Jika begitu, kau boleh segera meninggalkan lantai ini secepatnya karena kau sudah tak ada lagi urus-“

“Anieo! Aku tak kebera… keberatan. Aku… sama sekali tak keberatan,” Yoona langsung merubah ekspresi mukanya kembali agar tak ada kesan putus asa. Walaupun masih tergurat wajah tak percayanya.

“Geure, sepuluh menit lagi sajagnim akan sampai di lantai ini. Ku izinkan kau ‘mempromosikan’ dirimu paling lama lima belas menit karena antrean meeting sajangnim sudah kurancang dengan rapi dan aku tak mau semuanya kacau hanya karena interview asisten pribadi,” Yuri menegaskan pada tiap kalimat dan langsung melesat ke meja dan menghidupkan komputernya siap untuk bekerja kembali.

“Jogieo…” Yoona menghampiri Yuri dengan takut-takut.

“Waeyo? Apa yang mau kau tanyakan?”

“Apa boleh kutahu, bagaimana karakter sajangnim?” Dengan hati-hati Yoona bertanya pertanyaan yang mungkin orang bisa salah mengartikan dan mencapnya sebagai orang yang kasar. Untungnya Yuri tak seperti Yoona prediksi, ia menjelaskannya secara runtut dan detail.

“Lee sajangnim… Ia berkarakter tegas, gesit, sulit ditebak, perfeksionis, dan mengutamakan perusahaan dibanding yang lain. Kadang kau tak bisa mengartikan kata-kata yang terucap dari mulutnya dan maksud dalam otaknya secara bersamaan. Abstrak menurutku pribadi, tapi ia seorang jenius…”

Yoona memiringkan kepalanya tanda ia seksama mendengarkan Yuri. Yoona harus mengerti akan karakter boss nya karena ia mungkin akan menjadi asisten pribadinya kelak. Dan Yuri tetap melanjutkannya… “ … Ia seorang business man jenius dengan segala kesempurnaan melekat pada fisiknya. Ditambah lagi usianya masih muda,” Yuri menyipitkan matanya “… Ia sangat seksi untuk seorang yang menyibukkan dirinya di kantor, tapi sayang… ia bukan tipeku…” Kata terakhir Yuri membuat Yoona tergelak ingin tertawa, namun ia tahan kuat-kuat. Tentu saja, siapa yang peduli itu tipe Yuri atau bukan.

“… Ya begitulah dia, ia sangat suka memecat pegawai. Tentu semua ada alasannya, paling sering karena cara berperilaku buruk dan kecerobohan… Omong-omong, kenapa dengan bajumu? Kenapa blazermu tak kau pakai?”

Yoona tergelak kembali, “Ah, ini…Ini untuk menutupi bajuku karena terkena tumpahan kopi saat aku jalan menuju ke gedung ini…”

“Jinjjayo? Aku baru saja bilang kalau sajangnim sangat perfeksionis kan…” Tepat saat Yuri menghentikan kalimatnya, seseorang yang sedang mereka bicarakan datang melesat dibelakang punggung Yoona dengan langkah besar dan gesit, tanpa melirik kanan-kiri. Spontan Yuri yang melihatnya langsung menyapa formal sambil membungkukkan badannya tak peduli sajangnim sempat melihatnya atau tidak, “Anyyeonghaseyo sajangnim…”

Yoona yang melihat Yuri ikut membungkuk, terlalu cepat kejadian tadi sehingga ia langsung membungkuk tanpa melihat wajah sang sajangnim yang tadi berjalan dibelakangnya.

“Jjaa, semoga beruntung!” Yuri tersenyum simpul sambil melirik sekilas noda kopi di dress Yoona.

Saat Yoona masuk dalam ruangannya, Yuri langsung menghubungi human resource dan meminta untuk kembali mencarikan orang sebagai pengganti dirinya lagi. “… Aku khawatir Yoona tak mungkin bisa… Ne… Gamsahamnida…”, Yuri menutup telfonnya, “Sayang sekali Im Yoona, akibat noda kopimu itu kau mungkin tak bisa lolos menggantikanku yang terjebak disini. Padahal kau sudah cukup menarik untuk duduk sebagai orang kepercayaan sajangnim…” Yuri mendesah pasrah dan kembali focus merancang jadwal di komputernya.

∞∞∞

“Anyyeonghaseyo, Im Yoona imnida. Saya disini aka-“

“Apa pengalamanmu?” Perkenalan Yoona dipotong oleh sajangnim yang masih menunduk dengan pena ditangannya mengoreksi tiap kontrak bisnis yang sudah menumpuk di mejanya.

“Saya… sebelumnya saya bekerja di Clark Kent Publishing sebagai asisten pribadi editor selama satu  tahun, kemudian resign dan pindah ke W Magazine Korea sebagai sekretaris Chief Editor selama 8 bulan, kemudian-“

“Apa alasanmu mau kerja disini?” Kembali ia memotong penjelasan Yoona.

“…Saya ingin mencari pengalaman baru di perusahaan korporasi terbesar di Korea dan—“

“Apa hanya itu?” Masih dengan kepalanya yang tertunduk menulis di beberapa kertas dimeja.

“Sa… Sajangnim…”

“Apa hanya itu alasanmu kesini? Kau tau, pekerjaanku sangat banyak dan waktuku hanya 24 jam sehari, aku memerlukan seorang asisten yang bisa meringankan bebanku jauh dari yang kukira. Yuri mungkin yang paling baik dalam menjalankan tugasnya sampai saat ini. Entah batu apa yang menimpa kepalanya sehingga ingin berhenti menjadi asisten pribadiku dan memanggilmu menjadi penggantinya. Dari nada suaramu,kau sepertinya tak cukup cekatan dalam menjalankan tugasmu nanti dan mungkin menjadikan bebanku makin berat..”

“Sajang… Sajangnim-“

“Dan kau tau? Aku tak suka seseorang yang tak sopan berpakaian. Apalagi menyampirkan blazer ditangan, bukannya dipakai dengan benar,” Yoona langsung melirik blazernya yang menutupi bagian pinggang yang tersiram kopi sialannya itu dan kembali menatap calon boss nya yang masih tertunduk menandatangani kertas-kertasnya. “… Ya, kau yang kumaksud. Itu sudah menjadi nilai minus untukmu… Dan mungkin otakmu sudah tau aku akan menyimpulkan apa pada akhirnya-“

Yoona melirik papan nama bertuliskan ‘ – Chief Executive Officer’ yang berada antara dia dan pria itu dan segera ia mengumpulkan tenaga untuk menyerukan haknya berbicara, “Lee Donghae Sajangnim!,”

Yang merasa namanya disebut hanya diam dari aktivitasnya dan membeku tak bergerak sama sekali dengan kepala lagi-lagi masih setia tertunduk melihat kertas di mejanya, “… Saya tau kau adalah CEO dari perusahaan ini dan orang yang paling dihormati di gedung ini! Tapi asal kau tau! Kau tak berhak menilai orang hanya dengan tatapan sekilas dan pikiran pendek yang sudah kau tunjukkan tadi,” Yoona menyilangkangkan tangan di depan dadanya masih dengan blazer yang tersampir di lengannya.”… Orang yang berpendidikan tinggi sepertimu sangat aku hormati, namun sayangnya perilakumu yang tak lebih dari kecoa di dapur itu meruntuhkan rasa hormatku! Aku memang hanya lulusan S1 saja, tapi aku mau belajar dan mempunyai rasa sopan santun yang jauh lebih atas dibandingkan dengan kau!”  Masa bodoh dengan kelanjutan acara wawancara ini, Yoona naik pitam dan menunjuk pria di depannya dengan jari telunjuk mengeras penuh emosi yang tersulut.

“Mworageuyo?!” Sang sajangnim menegakkan kepalanya melanjutkan dengan tatapannya pada wanita di depannya yang sudah kurang ajarnya berteriak-teriak padanya.

Tepat saat pandangan mereka bertemu, Yoona langsung membuka mulutnya dan menunjukkan ekspresi tak percaya, begitupun Donghae –sang Sajangnim- yang membulatkan matanya.

“Neo!” teriak keduanya. “Yak! Kau si pecundang di jalan tadi!” teriak Yoona. “-Tanggung jawab dengan bajuku!”

“Jinjja wanita ini! Beraninya kau masuk dan berteriak ke kantorku!” Donghae tak kalah emosi.

“Ini semua gara-gara kau!” Yoona menunjukkan noda kopi yang tak tak sedikit di bajunya kea rah Donghae.

“Kau tak tau apa, lihat dokumenku! Semua tercecer cipratan kopimu dan terpaksa harus di print ulang!”

“-Yaak! Dokumenmu itu tak kau beli di Yves Saint Laurent kan?! Belikan aku yang baru!” Kedua tangan Yoona pindah ke pinggang rampingnya dan menatap Donghae kesal.

“Seenaknya kau!”

“Hei! Hei! Ada apa ini,”

Seorang pria nyaris paruh baya masuk ke ruangan kerja dengan setelan rapi dan sebuah map ditangannya. Tak lupa kacamata bingkai warna emas menyangkut di batang hidungnya.

“Sa.. Samchon,” Donghae menghentikan segala akifitasnya dan melirik pada pria yang baru masuk itu, begitupun Yoona.

“Keributan apa yang terjadi di pagi hari ini Donghae?”

“Ani, tak ada apa-apa…” Donghae menurunkan tangannya yang tadi mengarah pada Yoona dan membereskan kertas-kertasnya sambil berdeham sebentar.

Pria itu berjalan kea rah meja Donghae dan meirik Yoona yang menunduk dalam, “Nuguseo?”

“A..Ah, Im Yoona imnida. Saya bermaksud untuk-“

“-Ia kesini hanya untuk mengantarkan dokumen Samchon,” Donghae memotong perkataan Yoona dan jelas membuat Yoona meliriknya tajam.

“Anieo!” Yoona tak mau Donghae memberikan kesaksian palsu itu.

“Ya ya ya… Sebenarnya kalian itu kenapa dan apa maksudnya semua ini?” Samchon itu menghalau diaog yang pasti akan berujung perdebatan itu. “Katakan sebenarnya ada apa ini?”

Yoona langsung menarik nafasnya cepat dan langsung menjelaskan yang sebenarnya karena takut Donghae menyela duluan.

“Tapi Samchon, aku tak sepenuhnya salah atas dia,” Donghae mencoba mengendalikan situasi agar ia tak jadi salah satunya tersangka dari keributan pagi ini.

“Sudah sudah, Donghae! Tak seharusnya kau bertingkah kasar pada seorang yeoja seperti itu, seharusnya kau minta maaf,”

“Tapi Samchon-“

“Sudah Donghae-ya, nanti kau kembalikan baju Yoona-ssi menjadi seperti baru kembali. Kalau bisa sekarang. Kau tau kan betapa berharganya sebuah dress bagi seorang yeoja, lain kali kau harus sopan pada siapapun Donghae, arra?”

Donghae hanya mendecak kesal dan kembali duduk pada singgasananya. “Oh ya sampai lupa, Samchon kesini untuk mengambil alih meeting yang akan kau pimpin nanti siang dengan S-Oil. Juga meeteing malam dengan SK Group,”

“Kenapa begitu Samchon?”

“Ayahmu belum mengizinkanmu bersaing langsung dengan perusahaan itu, karakter mereka terlalu keras untukmu. Jadi mungkin kau bisa cukup santai hari ini, atau mungkin menyibukkan diri dengan bereblanja baju dengan Im Yoona-ssi,”

Terdengar kembali decak kesal dari mulut Donghae yang tak habis pikir dengan kepercyaan ayahnya yang belum tumbuh untuk dirinya, anaknya sendiri. Sedangkan Yoona menatap tak percaya pada Samchon Donghae yang berperilaku lembut padanya.

∞∞∞

Sampai jam 10 pagi Yoona duduk disamping Yuri dan memperhatikan apa yang dilakukan Yuri tiap detiknya sambil sesekali menanyakan hal-hal yang belum familiar dengannya. Yoona tau, ia belum menjadi salah satu pegawai disana dan kemungkinan itu tidak akan terjadi. Tapi mungkin memerhatikan Yuri bekerja secara professional menjadi ilmu baginya. Dan beberapa saat kemudian, Donghae keluar dari ruangannya dan mengajak Yoona keluar.

“-Kau mau membelikanku baju?” Perkataan formal seakan sudah Yoona tinggalkan untuk berbicara dengan Donghae. Pertanyaan bernada ketus itu dijawab dengan mata ‘Apa perlu kau tanya lagi?’ dari Donghae dan pria itu melanjutkan dengan berjalan gontai meninggalkan Yoona yang masih menunggu jawaban.

“Ya! Apa yang kau lakukan Im Yoona? Pagi tadi kudengar kau berteriak kepadanya, dan sekarang ia mau membelikanmu baju?!” Yuri dengan tatapan tak percayanya menyerbu Yoona dengan segala kebingungannya.

“I have no idea Yuri-ssi, hari ini adalah salah satu hari sialku”

∞∞∞

Setelah memarkirkan mobil audi kesayangannya, Donghae keluar meninggalkan Yoona yang masih melepas seatbelt-nya sendiri.”Tunggu aku Donghae-ssi!”

Setelah berhasil keluar dari mobil, Yoona berlari kecil untuk mensejajarkan dirinya disamping Donghae. Melihat Yoona yang sudah ada disampingnya, Donghae mengunci mobil dengan remote dengan tetap berjalan menuju pintu masuk Lotte Mall. Yah setidaknya mall ini menyediakan barang-barang branded dan tak jauh dari kawasan perkantorannya.

“Bajumu itu merk YSL kan?”

“N..Ne,” Yoona menjawab dan memerhatikan, kenapa tiap pegawai yang melintas didepan mereka selalu menyempatkan membungkuk memberi salam pada mereka. Tentu Yoona bingung akan keadaan seperti ini dan hendak menanyakannya pada Donghae. Namun sebelum Yoona membuka mulutnya, Donghae sudah bicara duluan, “Lotte ini milik sahabatku, Siwon. Mereka membungkuk karena tau aku sahabatnya karena aku kadang kemari untuk menemani Siwon inspeksi…”

Yoona hanya ber-oh ria dan melanjutkan langkahnya. “Donghae-ssi…”

“Hm,”

“Apa… Apa  kau tak keberatan membelikan itu?” Yoona tertunduk sambil melihat noda kopi yang sekarang mulai berubah warna menjadi kekuningan. Yang ia piker pasti akan sangat sulit menghilangkan noda itu 100% walau di dry clean.

“Kau tak mau aku membelikannya? Baguslah. Aku bisa melanjutkan kerjaku sekarang,” Tanpa melihat lawan bicaranya, Donghae berbalik arah menuju pintu masuk tadi.

“Ani.. Anieo!”

“Makanya, kau jangan mengeluarkan kata-kata tak berarti yang hanya akan merubah pikiranku saja. Kalau saja Samchon tak memaksaku melakukan ini, aku akan tetap mengikuti rapat dengan S-Oil,” sedikit cemberut di mulut Donghae tampak oleh Yoona yang sedikit lebih pendek darinya.

“Samchon mu itu… Siapa namanya?”

“Park Jungsoo, ia menikah dengan adik ayahku. Samchon menjabat sebagai ketua komisaris STX Corporation. Dan secara tak langsung, ia suruhan abeoji untuk memantauku di perusahaan ini,” Donghae seperti bercerita dengan kalimat informalnya. Jas nya ia sampirkan di bahu kanannya, membuat kesan maskulinnya tersebar sampai ke mata Yoona.

“Geunde… Bukannya bahaya menceritakan kehidupan pribadimu pada orang lain sepertiku, aku orang asing Donghae-ssi,” Yoona menyadari tembok privasi Donghae yang terkenal serius dan kaku seperti berlubang.

“Ne, bodohnya aku menceritakan ini padamu,” Donghae tertawa kecil. Dibalas acuh oleh Yoona yang lebih tertarik melihat toko-toko bermerk di kanan-kirinya.

∞∞∞

Setelah baju yang dibutuhkan Yoona sudah ada ditangannya, ia dan Donghae segera berjaan kembali menuju parkiran valet. Tak ada lagi baju yang sama dengan yang Yoona pakai, maka dari itu Yoona mendapatkan baju lain yang hampir sejenis. Merk nya berganti menjadi Dior dengan harga yang jauh lebih fantastis dari dress YSL miliknya dan Yoona sangat senang karenanya. Wanita memang buta jika dihadapkan dengan Dior. Moodnya naik dan terus tersenyum.

“Apa kau harus sesenang itu eoh,” Donghae melirik Yoona sekilas dan melanjutkan jalannya.

“Tentu! Ini hari sialku karena ketumpahan kopi dan hari keberuntunganku karena mendapatkan dress Dior!” Yoona terus tersenyum seakan lupa bahwa pria disampingnya ini adalah musuhnya. “Ini konyol Donghae-ssi. Aku membeli dress ku kemarin malam saat mendapat telfon dari Yuri-ssi yang berkata bahwa ‘kau interview besok,’ dan aku langsung membeli dress formal terbaik.Tak disangka, aku tertimpa kesialan denganmu dan tak akan diterima di perusahaanmu, dan tak akan lagi memakai dress yang kubeli malam tadi. Aku tak menyalahkanmu Donghae-ssi, aku hanya terkejut untuk pertama kali hidup di Seoul sendirian tanpa pekerjaan. Mungkin aku harus mencoba di perusahaan lain yang tak terlalu elit seperti perusahaanmu ini,” Yoona tersenyum simpul. “… Aku tak cocok disana mungkin, aku hanya perlu berusaha sedikit lebih keras lagi dan bisa tersenyum setelahnya…”

Donghae yang mendengarkan ikut merasa simpati pada Yoona yang tak mau putus asa, “Kau bilang itu karena di genggamanmu sudah ada Dior bag kan?” Donghae menyipitkan matanya pada Yoona.

“Donghae-ssi, pernyataanmu tak sepenuhnya salah, tapi aku bukanlah yeoja yang gmembuncah gembira hanya karena bisa meminta orang untuk membelikannya barang-barang mahal. Menurutku wanita yang mengandalkan pria untuk meng-upgrade level nya itu berotak udang. Mungkin ia menang atas style nya, tapi ia kalah akan hidupnya. Kau hanya perlu belajar dan berusaha dengan tekun dan mendapatkan yang aku inginkan, itulah prinsipku selama ini…”

Donghae hanya diam tanpa respon, membuat Yoona menatapnya heran, “ah sekarang giliranku berbicara hal privasi padamu, terserah lah, kau juga tak mendengarku kan,” kembali Yoona menatap Donghae yang sekarang focus pada handphone nya.

“Kau tak mendengarku dan kau orang asing bagiku, kau mantan calon boss ku, dank au tak akan lagi berhubungan denganku,”

Donghae tetap focus tanpa merespon semua suara nyaring Yoona disebelahnya.

“Benar kan kau tak mendengarku Lee Donghae-ssi? Lee Donghae yang telinganya tersumpal kotoran yang menjadikannya tuli sesaat, Lee Donghae yang menyiramku dengan kopi panas, Lee Donghae yang langsung tunduk dengan Samchonnya sendiri, Lee Donghae yang hanya bisa focus akan satu hal, yap hanya Donghae dan telfon bodohnya yang sekarang ia mainkan…” Yoona semakin berceloteh ria dengan sikap kekanakannya.

“benar kan kau tak mendengar semua yang ku katakan? Ya kan? Kan?” Yoona seperti mengejek Donghae yang plain tanpa ekspresi menatap handphone.

“Iya ka-“ Kata Yoona terhenti saat Donghae menolehkan kepalanya pada Yoona yang sudah sangat dekat dengannya.

“Aku dengar semuanya,” Nada datar Donghae membuat Yoona menegak salivanya mengisyaratka n ia dalam situasi bahaya.

“Ha… Hahaha…” Yoona tertawa garing memaksakan nyalinya tegak kembali, “.. Sudahlah Donghae-ssi, tak usah kau hirauka perkataan konyolku tadi… Toh kita tak akan bertemu lagi,” Yoona sedikit menyingkir dari hadapan Donghae yang memasang tatapan tajam.

“Siapa kau yang memutuskan bahwa kita tak akan bertemu lagi hah?” Donghae bertanya.

“Mwo?” Yoona menatap Donghae heran,

“Kau akan bekerja padaku mulai besok pagi sebagai asisten pribadi. Yang kuminta sekarang, kau training dengan Yuri-ssi, pelajari semua yang ia ajarkan,” Donghae melirik datar Yoona dan kembali melangkahkan kakinya melewati koridor berlantai mengkilap meninggalkan Yoona yang lagi-lagi tertinggal di belakangnya.

“Mwo?! Aku diterima?!” Yoona berbicara sendiri dengan wajah tak percayanya tak menyadari Donghae yang sudah jauh berada didepannya. “Ya! Donghae-ssi! Eh, Sajangnim! Sajangnim! Tunggu aku!”

∞∞∞

“Jadi, kau harus mengetahui tiap perusahaan yang sedang atau akan bekerjasama dengan STX Corporation yang sedang Donghae sajangnim pimpin. Juga tak boleh terlewat jadwal makan siang atau makan malam bersama kolega. Dan berusahalah kau yang menentukan dimana tempat pertemuannya, jika tempatnya terlalu jauh, sajangnim tak suka dan malah membatalkannya.” Yoona menganggukkan kepalanya seiring mulut Yuri yang terus bergerak menjelaskan tiap detil cara kerjanya selama ini.

“… Jam delapan malam, kau turun ke offshore departemen di lantai 16 mengambil laporan harian untuk diserahkan pada sajangnim. Setelah menyerahkan laporan, kau akan diminta untuk mengumpulkan evaluasi kerja dari department yang ada di gedung ini bersama sekretaris Seo. Dan juga, tiap jam sepuluh malam, kau harus datang ke apartemennya-“

“Mwo?! Jam sepuluh malam ke apartemennya?!” Yoona tergelak sambil memasang mata bulatnya pada Yuri.

Yuri mendecah tak habis pikir, “Jinjja… Apa kau memikirkan sesuatu yang yadong Yoona-ssi?”

“A, ani!”

“Kenapa kau memasang wajah seperti itu? Donghae bukan orang yang suka macam-macam, ingat. Dan aku belum selesai bicara,”

“Ah ne, silahkan lanjutkan,” Yoona kembali mengambil notesnya untuk mencatat tiap-tiap detail yang harus ia kerjakan sebagai seorang asisten pribadi Lee Donghae.

“Tiap jam sepuluh malam tepat, kau harus sudah ada di apartemen sajangnim untuk mengantarkan kemeja hasil dry clean hari sebelumnya,” seketika wajah Yoona terpapar angin kelegaan, lega dari imajinasinya yang terlampau tinggi.

“…dan jika sajangnim tak meminta menyelesaikan urusan lagi denganmu, baru kau boleh pulang dan esoknya kau harus sudah berada di meja kerjamu paling lambat jam 6.45 pagi,” rentetan perkataan Yuri membuat Yoona melongo. Ia baru mengerti, kenapa teman-temannya tak percaya Yoona mau menerima pekerjaan disini.

“Jja, kuharap kau bekerja dengan sebaik mungkin, dan jangan mengecewakan aku Yoona. Aku akan bekerja sekitar tiga minggu lagi disini,”

“Ne, algeseumnida Yu…”

“Panggil aku eonni saja, aku suka berbicara santai pada siapapun, Yoona-ssi” Yuri menjawab pertanyaan yang belum Yoona lontarkan.

“Ne, arraseo. Yoona! Panggil aku Yoona saja,”

∞∞∞

Sebelum matahari sempurna menampakkan dirinya di langit Seoul, Yoona sudah selesai mandi dan bersiap dengan pakaian kantornya. Tak lupa sedikit menoton acara berita pagi yang tak biasanya Yoona lakukan. Setelah meminum sekotak susu putih dari kulkas, Yoona turun dari kamar kontrakannya yang berada di lantai dua. Udara masih dingin, ia pun mengeratkan mantelnya dan mulai melangkah. Terlihat ibu kontrakan sedang menyapu halaman ditemani anjingnya, Haetchi, anjing Akita berumur sekitar tiga tahun.

“Omonim, aku berangkat dulu ya!” Yoona melambaikan tangannya disambut Haetchi yang berlari kearah Yoona minta disayang.

“Yoona-ya, kau mau kemana pagi-pagi sekali?”

“Aku mau berangkat kerja omonim, maafkan aku tak bisa membantumu merawat kebun seperti dulu lagi,” Yoona tersenyum sambil bermain sebentar dengan Haetchi.

“Geure… Hati-hati di jalan Yoona-ah, jangan pulang terlalu malam,” Dan Yoona pun meninggalkan mereka untuk mencegat bus yang lewat.

‘Omonim sudah seperti Eomma ku saja… Kasihan juga ia sendiri yang merawat rumah, untung masih ada Haetchi yang menemaninya.’ Batin Yoona dalam bus yang siap mengantarnya ke pusat kota tempat ia bekerja.

∞∞∞

“Yuri Eonni!” Yoona kaget, ternyata ia masih kurang pagi untuk datang ke kantor dibandingkan dengan Yuri yang sudah menyalakan computer dan menegak kopi Starbucks di mejanya.

“Ku bilang paling telat 6.45 Yoona, lihat sekarang jam berapa” Yoona pun melihat jam yang ada pada pergelangan tangannya, tepat jam 7.00.

“Mianhe eonni, besok aku akan datang tepat, atau bahkan sebelum waktunya!” Yoona dengan semangat mengumbar janjinya itu, padahal bangun pagi adalah musuh utamanya selama ini.

“akh.. simpan saja perkataanmu. Sekarang siapkan Alkaline Water di meja sajangnim dan periksa kelengkapan mejanya. Pena, pena tinta, cap perusahaan, kabel laptop, juga majalah Wired dan Fortunes di meja kerjanya, Forbes Magazine di meja tamu.” Mendengar perintah yang Yuri lontarkan, dengan sigap Yoona melakukannya. Tepat saat ia kembali ke meja kerjanya di seberang meja Yuri, Donghae datang dengan langkah angkuhnya beserta map di tangan kanan dan tas kerja di sebalah kiri. Kemeja biru tuanya membuat Yoona melihat dengan tatapan memuja dan hampir ia lupa member salamnya.

“Yuri-ssi, bagaimana jadwalku dengan Mr. Kang?” setelah dalam ruangan, Donghae mulai mengecek jadwalnya diikui Yuri dibelankangnya.

“Ah ne, anda bisa bertemu Mr. Kang di Plaza Hotel pukul 11 siang nanti. Saya paskan saat jam makan siang,” Yuri membaca notesnya yang selalu ia bawa kemana-mana, bahkan ke toilet sekalipun untuk menjaga rahasia kegiatan Donghae yang tak boleh terumbar ke siapapun.

“Setelah itu aku tak mempunyai meeting apapun kan?”

“Ne, hari ini anda bisa bekerja di kantor utama saja Lee sajangnim,” Yuri kembali mengecek notes nya.

“Bagus,” Donghae mendesah lega sambil meregangkan lehernya.

“Tapi, sepertinya chonglinim ingin bertemu saat sehabis makan siang,”

“Mworageuyo? Appa?! Ingin apa dia kesini?” Donghae memasang wajah tak setujunya.

“Aku tak tau sajangnim, tapi bisa dipastikan ia kesini sendiri,”

“Baiklah, kau boleh keluar sekarang”

∞∞∞

Saat jam 10 tiba, Yoona diberi tugas oleh Yuri untuk menemani Donghae menemui Mr. Kang di Plaza Hotel. Yoona yang duduk disamping supir, dan Donghae yang duduk dibelakang membuat suasana canggung tak terkira dimana tiap individu diam tak mengeluarkan suara.Yoona yang tak enak dengan suasana seperti ini tak tahan untuk mengeluarkan suara.

“Donghae sajangnim, ini pertama kali untukku menemanimu bertemu kolega. Apa yang harus kulakukan nanti? Apa aku menunggu di mobil saja? Atau ikut bersamamu? Atau menunggu di luar ruangan? Apa kau tak keberatan jika aku duduk disampingmu untuk merekam tiap kejadian? Apa-“

“Im Yoona! Aku sudah cukup pusing dengan pertemuan ini, sudah kubilang kan jangan menambah bebanku.” Suara Donghae dari jok belakang terdengar keras dan kaku. Mengundang Yoona untuk menekuk bibirnya tak suka. Tak habis pikir olehnya mengapa Yuri menyuruhnya menemani Donghae tanpa pemberitahuan apa yang harus dilakukannya, sedangkan Yuri sendiri pergidengan santainya untuk mencari wedding dress bersama kakaknya.

Setelah Yoona meminta maaf atas pertanyaan beruntunnya tadi, suasana dalam mobil sunyi kembali sampai Supir Kwang menyalakan pemutar music. Namun usaha supir itu dibalas permintaan Donghae untuk mematikannya.

Sesampainya di Plaza Hotel, Donghae beserta kepala staff dan sekretarisnya masuk dalam bangunan megah itu dengan gagah. Layaknya kelompok mafia ingin menagih uang dari hasil penjualan senjata api. Sedangkan Yoona yang turun dari mobil belakangan, sudah tertinggal Donghae.

“Jinjja! Orang itu bisa-bisanya tak menungguku!” Oceh Yoona sambil merapihkan rok spannya. Ia terdiam disebelah supir Kwang dan tak berniat masuk ke dalam tempat pertemuan itu.

“Asisten Im, bukannya saya lancing, tapi tak biasanya seorang boss terlambat menemui kolega hanya karena menunggu asistennya turun dari mobil,” ucap supir Kwang menunduk.

“A.. ah bukan itu maksudku. Aku hanya masih kurang cepat saja, aku akan memperbaiki kinerjaku secepat mungkin. Tenang saja,” dan supir Kwang pun memantukkan kepalanya tandan mengerti sambil tersenyum tipis. “Geunde… Apa Mr. Kang yang akan sajangnim temui itu begitu penting ya? Dari gelagat sajangnim aku tau dia tegang setengah mati…”

“Sepertinya kau belum mengetahui selukbeluk perusahaan ini Im Yoona-ssi,” Supir Kwang pun menjawab pertanyaan Yoona yang sepertinya penasaran, “Ne, Mr. Kang adalah salah satu pemegang saham terbesar di Eugene Corporation. Dan sepertinya ia akan memindahtangankan sahamnya itu pada STX Group, namun ia masih belum seutuhnya percaya pada pimpinan saat ini,”

“Maksudmu Donghae sajangnim?”

“Ya, karena itulah sajangnim sedang berusaha menanamkan kepercayaan pada Mr. Kang seserius mungkin,” Jelas supir Kwang dengan tenang namun tersirat rasa khawatir pada matanya.

“Tapi dari yang kudengar, Donghae sajangnim adalah seorang pebisnis handal dengan kejeniusannya yang tinggi untuk menghadapi ekonomi perusahaan. Kenapa Mr. Kang sulit percaya padanya?”

“Nah itu dia, saya juga tak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi…”

∞∞∞

BRAKK

Setumpuk dokumen yang dibawa Donghae dan staff-staffnya di hempaskan pada meja oleh Mr. Kang. Donghae yang melihat itu hanya menutup mata untuk tak mengeluarkan emosinya.

“Bukan ini yang ku minta!” teriak Mr. Kang. Ia tak meminta dokumen dan surat-surat rahasia perusahaan yang membuktikan bahwa STX Group tak pernah melakukan penggelapan uang, korupsi, dan semacamnya. Namun itulah yang dibawa Donghae saat ini. Donghae yang tak mengerti mengapa perpindahan saham terus ditunda sampai setahun ini. Apa ada yang salah dari perusahaannya? Itulah pikir Donghae. Namun terselip pikiran tertentu dalam otak DOnghae setelahnya, apa ini ada hubungannya dengan perjodohan kemarin?

“Lee Donghae, apa kurangnya anakku? Apa kurangnya anakku hingga kau menolaknya kemarin?”

Bingo! Sesuai tebakan Donghae barusan, Mr. Kang tak salah lagi menunda sahamnya karena alasan gagalnya perjodohan anaknya denhan Donghae. “Maafkan saya, tapi saya belum siap mengenai pernikahan dan keluarga,” Donghae setenang mungkin menjawab pertanyaan Mr. Kang untuk menghindari kesalah pahaman.

“Kau terkenal dengan pengorbanan demi perusahaan, sekarang hanya alasan belum siap kau mau perusahaanmu kecewa dari sahamku ini?” Pertanyaan retoris terus menyerang Donghae yang sedang menggertakan giginya menahan kesal. “… Sudah kuduga, kau belum terlalu dewasa untuk menangani perusahaan Donghae-ssi. Tak seperi kakakmu yang sudah berkeluarga dan tinggal di New York doing his company surrounded by peaceful mind-

Dengan pernyataan Mr. Kang tadi, Donghae merasa terbandingkan dengan kakaknya –Donghwa- yang sudah lebih sukses darinya. Dan tak habis pikir, ia dan kakaknya sudah dikenal luas oleh para pengusaha besar. Apa urusan pribadi seperti ini harus dicampur adukkan dengan persoalan saham? Entahlah. Bukannya sebuah keuntungan jika Donghae adalah seorang yang berpikiran terpusat untuk mengutamakan perusahaan dan ekonomi Negara dibanding seseorang yang berpikiran cabang antara mengurus kantor dan keluarga.

∞∞∞

“Baik sajangnim, laporan anda sudah saya koreksi dan siap untuk ditanda tangani besok. Dry Clean sudah di lemari apartemen anda, janji dengan Mr. Choi sudah saya tangani, dan terakhir-“ Yoona menyerahkan kartu yang merupakan kunci apartemen Donghae, “-ini kuncinya,”

Donghae masih terdiam tak percaya selama Yoona mengatakan apa yang sudah dia lakukan, ‘Cepat sekali orang ini beradaptasi, pretty perfect…-“ Batin Donghae. Alis Donghae pun menaik seakan mengatakan puas dengan hasil kerja asisten pribadi barunya ini, jauh yang ia sangka bahwa Yoona akan menghancurkan segalanya dengan sikap seperti itu.

“Jadi… Apa aku bisa pulang sekarang Donghae Sajangnim?” Yoona menatap Donghae dengan puppy eyes-nya memohon kasihan pada kakinya yang sudah lelah berjalan kesana kemari.

Donghae menatap Yoona seakan terbius dengan kecantikan Yoona yang natural dan mata kecilnya yang bulat membuat ia terlihat sempurna. Dan benar sekali, Donghae terus menatap Yoona tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya untuk menjawab pertanyaan Yoona.

“Donghae… Sajangnim…?” Yoona mencoba menyadarkan Donghae dari lamunannya. “Sa… Sajangnim? Gwenchana?”

Satu kedipan di mata Donghae menyadarkannya dari lamunan tak masuk akalnya, “N.. Ne. Kau boleh pulang Yoona-ssi. Terima Kasih untuk hari ini,”

Yoona pun tersenyu dan pamit untuk pulang duluan meninggalkan Donghae yang masih betah mengerjakan tugasnya di ruangan yang sudah redup cahayanya ini. Tak lupa Yoona membungkuk hormat dan berbalik badan untuk meninggalkan ruang kerja Donghae. Namun suara Donghae membuat Yoona berhenti dari langkahnya.

“Yoona-ssi…”

Yoona pun berbalik badan kembali dan menatap penuh Tanya pada orang yang barusan memanggilnya.

“… Aku minta… Kau…” nada sedikit ragu terdengar dari mulutnya, juga pandangan tak focus dan bola matanya yang nyalang kesana kemari membuat Yoona makin penasaran. Tepat sekali. He’s nervous. “…Kau datang menemaniku ke pesta pertemuan Shim Yang Group besok malam,” sekali nafas Donghae mengatakannya seakan itu adalah kalimat paling rumit yang paling susah untuk ia ucapkan.

“Shim… Shim Yang Group? Bukankah itu hanya dihadiri-“

“Ya aku tau, hanya dihadiri kalangan pengusaha elite saja. Tapi tak apa jika aku yang mengajak seorang dari luar kalangan itu…” Donghae melonggarkan dasinya.

“Tapi… kenapa…” Yoona berbisik pada dirinya sendiri dengan heran.

“Aku… Aku tak mau dicerca begitu banyak pertanyaan yang memusingkan dari tamu besok. Kuharap kau bisa membantuku menjawab dari beberapa pertanyaan mereka,”

“N…Ne sajangnim…”

∞∞∞

“Lama sekali kau hanya menyerahkan laporan saja pada sajangnim, Yoona” gerutu Yuri yang sedari tadi duduk di meja kerjanya menunggu Yoona yang berjanji pulang bersama.

“Mian Eonni, tadi Donghae sajangnim menawariku sesuatu yang tak kuduga…”

“Mwo? Sesuatu apa itu?”

“Ia…. Memintaku menemaninya ke acara Shim Yang Group besok. Aku tak tau apa yang nanti akan kulakukan. Aku belum berpengalaman datang pada acara besar yang dihadiri penguasa Negara seperti itu. Apa kau ada saran Eonni?” Yoona menatap Yuri untuk memberinya solusi.

“Jinjja? Selama tiga tahun ini, Donghae sajangnim tak pernah mengajak siapapun ke acara besar apapun, apalagi Shim Yang Group. Tiap ada acara megah seperti itu, ia pasti mengajak sepupunya –Seulgi- dan hanya dia saja. Tak ada yang lain, aku pun tak pernah.” Yuri menyipitkan pandangannya. “Kau sangat beruntung Yoona-yah! Malam ini berarti kau harus belajar keras mengenai para tamu yang akan datang, ini buku tamunya,” Yuri menyerahkan dokumen tebal berisi daftar tamu berikut fotonya. “Jja~ Fighting!”

“Ige mwoya?!” Yoona menatap tak percaya pada apa yang barusan Yuri beri.

‘Mengapa sajangnim sangat percaya pada Yoona sampai ia mengajaknya ke acara besar seperti itu ya? Yoona baru bekerja dua minggu di perusahaan ini. Isanghae… Hokshi…’

TBC

Gimana FF ini? Baru part 1 kok, tenang aja…

Yah mungkin dari kata-kata Yuri terakhir kalian bakal tau kelanjutan kalimat Yuri yang kepotong tadi… hehehee

Tapi kalian yakin kaya yang kalian bayangin? Yah tunggu aja part 2nya. Author janji gaakan lama-lama publish. Jujur, Author juga suka gimana gitu kalo baca FF, terus bersambung, terus sambungannya publish lama bgt sampe lupa ceritanya gimana. Author tau kok rasanya J Tapi kan kita gatau betapa sibuknya sang author yang nulis, mereka kan punya kehidupan lain selain nulis ff. Maklumin aja, kalo gamau kaya gitu tulis aja ff sendiri sesuai imajinasi kalian terus post deh ke blog~

Terus gimana comment kalian tentang posternya? Ini buatan author sendiri, sama kaya pas FF The Truth juga. Mungkin readers bisa kasih saran biar posternya makin bagus.

Satu lagi! Author mau adain polling nih. Ini ya pertanyaan author, tolong dijawab dengan mention ke twitter author : @sabilaajrini

Menurut kalian, siapa pemeran yang paling cocok untuk mantan pacar Donghae (author minta pemerannya selain Jessica ya)?

Author tunggu jawaban kalian ya, demi kelangsungan sambungan cerita yang bikin kalian makin gereget.

Thank you for your time, reading this fanfic. I know this is not perfect but hope you guys enjoy it.

Sorry for any typo or some fail sense. ㅋㅋㅋㅋ

Stay be a Pyro, stay love Yoona Donghae, stay awesome!

Gomawoo yeorobun^^

Annyeong~

116 thoughts on “Serendipity (Chapter 1)

  1. kereeeeeeeen jinjja daebak sagon,, emmmmm exnya hae tiffany aja suka sama tampang bad girls sekaligus wajah manjanya hehehehe
    hwaiting author ditunggu cahp slanjutnya,, gumawo

  2. covernya bagus, simple :3 klu nnti ada orng ketiga tambahin aj foto stu orang lagi,, tp dgn foto yg berbeda pula.. sesuai dengan kondisi FF nya gimana :3 Jaekyung aja untuk mantan Donghae oppa :3
    saya suka FF nya,, sifat ceria Yoona itu ngegemesin,, next ya :3

  3. Oh gua suka nih ff yg genre kayak gini.. Menarik and bikin penasaran ama kelanjutannya.. karakter yoona jg bikin penasaran.. next part d.tunggu and keep writing.. ♡ 🙂

  4. suka sama semua karakternya;; apalagi katakternya donghae, duh;;
    cepet dipublish ya thor chapter 2nya, nggak sabar baca lanjutannya. thanks! fighting!^^

  5. Ha ha lucu bgt prtemuan prtama YoonHae, tp Q suka ma karakter.a,
    cocok bgt buat mereka, Apa Donghae udh mulai suka y ma Yoona?
    Trpesona ma kecantikan n keuletan.a gitu,, he he..
    Mantan pacarnya Donghae, Tiffany aja yaw,,,
    Smangat buat nulis part selanjut.a,,,

  6. waaaa daebak jinjja !!!! ceritanya keren banget sumpaaaaaah . waw donghae sudah mulai terpesona sama yoona sepertinya heheheh . lanjut ya eonnie

  7. CeriTanya keren dan menarik
    Apalagi sama sifat yoona..
    Polos dan bikin gemes
    Posternya udh bagus kok..
    Dan mengenai mantannya donghae terserah Author aja
    Yang penting jgn jessica
    Bosen itu2 aja
    Sekali2 berbeda
    Gk pa2 kan?

Komentarmu?