Because We Need You (Chapter 1)

Because We Need You

by Cho Haena

main cast Lee Donghae – Im Yoona

other cast SNSD member & Super Junior member

genre Romance | rating PG 15 | length Chaptered

Happy reading | Hope you like it

 

“Argh!! Brengsek kau Lee Donghae!! Kau sudah menghancurkan kehidupanku, lihat saja, aku pasti akan membalas mu! Kau harus menderita, lebih menderita dari apa yg aku rasakan Lee Donghae!” Gadis itu mencampakan seluruh benda yg ada dihadapannya, dan mengacak-acak rambutnya kesal. Ruangan yg semula tampak rapi itu kini terlihat kacau balau karna ulahnya, rambutnya yg panjang terurai juga tampak sangat kacau. Dia beranjak dari tempat tidur king sizenya menuju meja riasnya, dan mencoba menghubungi seseorang.

“Yoboseyo, Minho ya, kau harus membantuku.”

“….”

“Noona ingin kau melacak semua informasi tentang Lee Donghae.”

“….”

“Jangan banyak bertanya, lakukan apa yg ku perintahkan. Aku menunggu informasinya darimu secepatnya.” Dia mematikan sambungan teleponnya secara sepihak, ia memandang dirinya di cermin, tampak senyum menyeringai menghiasi wajahnya yg cantik.

“Kau harus menderita Lee Donghae, bagaimanapun caranya, bahkan jika aku harus mengorbankan harga diriku, akan kulakukan!” Ia kemudian tertawa terbahak-bahak didepan cermin, dan melemparkan vas bunga yg berada dimeja rias itu kearah cermin, hingga membuat cermin itu pecah tak berbentuk.

*

            “Apa kau sudah mendapatkan sekretaris baru untuk ku?”

“Ne sajangnim, dia akan masuk hari ini.”

“Baguslah, jika dia sudah tiba, suruh dia menghadapku.”

“Nde sajangnim, kalau begitu saya permisi dulu.” Lelaki paruh baya itu pergi meninggalkan sang lelaki muda yg tengah duduk di kursi kebanggaanya. Lee Donghae, yah itulah dia, seorang direktur sebuah perusahaan besar. Ia seorang pengusaha muda yg sukses, ia juga terkenal dengan sikap arogan dan dingin, tidak ada satu wanitapun yg dapat memikat hatinya bahkan sampai saat ini, walaupun dia kerap terlihat bergonta ganti pasangan, tapi baginya semua wanita hanyalah sebuah boneka yg dapat dimainkannya sampai ia puas, dan jika dia bosan dia akan mencampakkannya begitu saja seperti sampah. Dia memang seorang playboy, tapi untuk urusan ranjang, dia belum pernah menyentuh wanita manapun, dia hanya cukup menikmati ciuman dari para wanita itu saja. Baginya ia hanya akan melakukan itu dengan orang yg dicintainya kelak, bukan dengan wanita murahan yg hanya menggilai hartanya saja.

“Presdir Lee, sekretaris baru anda telah datang.” Terdengar suara seorang pria dari balik pintu.

“Suruh dia masuk. Dan kau pergilah.” Ungkapnya. Tak lama kemudian seorang wanita muda memasuki ruangan yg didominasi warna cream tersebut. Ia tampak sangat cantik dengan kemeja biru lengan panjang dan rok hitam diatas lutut, oh dan jangan lupakan heels hitamnya yg menabah kecantikannya.

Donghae Pov

“Annyong hashimnikka presdir Lee.” Ucapnya sopan sambil membungkukkan badannya. Kulirik dia dari atas hingga bawah. Harus ku akui wajahnya memang sangat cantik, bahkan make-upnya juga terlihat natural, oh dan jangan lupakan bibir tipis itu, aku seperti ingin menciumnya saja.

“Nde, siapa namamu?” tanyaku tegas padanya.

“Naneun Im Yoona imnida.”

“Berapa umurmu?” aku bertanya dengan suara datar, dan menatapnya dingin, tatapan mengintimidasi yg biasa ku lakukan pada pegawaiku.

“23 tahun sajangnim.” Ucapnya sopan.

“Tidak perlu berbahasa formal denganku, kita hanya berbeda 4 tahun, jadi kau bisa memanggilku dengan Donghae saja.” Jujur saja aku sedikit risih jika seseorang berbicara dengan berbahasa formal padaku.

“Nde.” Balasnya lagi. Tampaknya dia gadis yg pemalu.

“Ruangan mu ada didepan sana, ku rasa kau sudah tahu bukan apa tugas seorang sekretaris?” dia hanya menganggukkan kepalanya tanda ia mengerti.

“Baiklah, kau boleh keluar, aku akan memanggilmu jika aku membutuhkan mu.” Setelah mendengar ucapanku ia bergegas keluar dari ruanganku, kufikir dia gadis yg baik hati. Terlihat dari cara berpakaiannya yg sopan dan tidak terlalu mencolok, oh jangan lupakan cara berbicaranya yg sopan dan wajahnya yg cantik. Jangan salah fikir dulu, aku tidak menyukainya, hanya sedikit mengagumi kecantikannya bukan berarti aku menyukainya.

Normal Pov

Lelaki itu keluar dari ruangannya dengan tatapan dinginnya. Dia berhenti didepan meja seorang gadis yg tengah asyik menatap layar komputer dihadapannya.

“ekhm” dia sedikit berdehem agar wanita itu mengetahui keberadaannya.

“Ahk, Sajangnim, choesong hamnida.” Wanita itu berdiri dari duduknya dan memberikan hormat pada atasannya itu.

“Gwenchana, saya hanya ingin menanyakan jadwal saya hari ini.”

“Ahk, siang nanti sajangnim akan memimpin rapat dewan direksi di incheon.”

“baiklah, ah satu lagi, kau bersiaplah, kau akan ikut denganku kesana.”

“Nde??” wanita itu sedikit terkejut dengan pernyataan sang bos.

“Wae? Kau keberatan?”

“Aniyo, hanya saja ini akan menjadi pengalaman pertama saya.” Ungkapnya lagi

“Ah, kau tenang saja, kau hanya akan menemaniku disana dan mencatat hasil rapat. Kita akan berangkat satu jam lagi.”

“Nde sajangnim” dia membungkukan lagi badannya saat laki-laki yg dia panggil sajangnim tadi berlalu dari hadapannya.

Yoona Pov

Aku segera beranjak dari dudukku untuk bersiap-siap, kutolehkan wajahku kearah cermin yang ada dimeja kerjaku. Tidak buruk. Maekup ku masih terlihat fresh. Baru saja aku beranjak untuk kekamar mandi dia sudah keluar lagi dari ruangannya.

“Ayo, kita berangkat.” Dia melangkahkan kakinya melewatiku yg masih diam diposisiku. Bukannya seharusnya kami berangkat satu jam lagi? Lalu kenapa dia cepat sekali keluar? Rasaku baru 5 menit yg lalu dia masuk ke ruangannya.

“Apa kau akan tetap diam seperti itu? Cepatlah kita akan terlambat jika kau hanya diam seperti itu.” Ucapnya dingin membuyarkan lamunanku.

“Nde sajangnim.” Aku mengikuti langkahnya dari belakang, sungguh aku seperti anjing yg hanya mengikuti kemana majikannya pergi. Hingga kami tiba di basemant, lagi dan lagi aku hanya mematung saat dia memasuki mobilnya.

“Apa kau mau kupecat!” ucapnya berteriak dari mobil. Aku langsung tersadar dan menggeleng cepat. Ku langkahkan kakiku masuk kedalam mobilnya. Dia mengemudikan mobilnya dengan santai. Tidak ada pembicaraan yg terjadi diantara kami, baik aku dan dia hanya bungkam tanpa mengeluarkan sepata kata pun. belum jauh dia mengendarai mobilnya dia menghentikan mobilnya disebuah restoran italy.

“Ayo turun, aku ingin makan dulu sebelum kesana.” Ucapnya dengan tetap mempertahankan nada dinginnya. Aku hanya diam dan turun dari mobil ini, mengikutinya lagi untuk masuk kerestoran yg terbilang mewah ini. Bukannya tadi dia mengatakan tidak ingin datang terlambat ke acara rapat? Tapi kenapa dia malah berhenti disini.

Donghae Pov

Dia hanya mengikutiku dari belakang, ku lirik wajahnya sejenak. Dia berjalan dengan wajah yg ditundukkannya, aku baru menyadari ini, wajahnya tampak sangat polos dan tulus. Kehangatan juga jelas terpancar dari wajahnya.

“Jangan dibelakangku terus, kau seperti pembantu yg mengikuti majikanya.” Ucapku dan berhasil membuatnya menatapku. Mata itu, ada kesedihan yg mendalam dari sorot mata itu. Setidaknya itulah yg kulihat saat mata kami tidak sengaja saling bertemu, entahlah ini hanya persaanku saja atau memang benar, dia hanya mengangguk saja, tapi tetap berjalan dibelakangku. Dengan kesal ku tarik tangannya agar sejajar dengan langkahku. Dia sedikit terkejut saat aku melakukan hal itu, tapi dia hanya diam, dan tetap berjalan disampingku.

Gadis aneh. Fikirku. Kulangkahkan kakiku menuju meja kosong disudut ruangan yg langsung menghadap ke restoran taman ini.

“Selamat siang tuan, nyonya. Silahkan memesan.” Seorang writer mendatangi kami dan menyediakan daftar menu padaku.

“saya pesan 2 menu spesial hari ini.” Ucapku dan pelayan itu berlalu dari hadapan kami. Setelah pelayan tadi pergi, aku kembali menatap wajahnya. Entahlah aku seperti pernah melihat wajahnya sebelumnya.

“Apa ada yg salah dengan wajahku sajangnim?” ucapnya membuat ku sedikit tersentak.

“Aniyo, hanya saja aku bingung melihat wajahmu.” Ucapku jujur.

“Nde?” sepertinya dia bingung dengan ucapanku.

“Ani, lupakan saja.”

“Nona muda Im, apa yg anda lakukan disini?” tibia-tiba seorang pria paruhbaya menghampiri meja kami, dan tunggu dia bilang apa nona muda? Kulirik gadis itu lagi dia tampak terkejut.

“Mianhamnida, sepertinya anda salah orang.” Ucapnya memberi alasan.

“Bukannkah anda, nona muda Im. Im Yoona.?” Ucap pria paruhbaya itu lagi.

“Nde, nama saya memang Im Yoona, anda sepertinya salah mengenal orang.” Belanya lagi.

“Tapi…”

“Maaf, sepertinya anda salah orang, gadis ini tidak mengenal anda tuan.” Ucapku memotong perkataan lelaki itu. Dia tampak bingung, lalu berlalu pergi dari hadapan kami.

“Apa kau mengenalnya?” tanyaku lagi.

“Anniyo, aku tidak mengenalnya sama sekali.” Dia tampak gugup saat mengucapkannya. Ah sudahlah, lagian itu bukan urusanku.

Normal Pov

Dua pasang kaki itu tampak melangkah dengan tenang di lobi, tidak tidak sepertinya hanya sang pria yg tampak tenang, sedangkan wanita muda disampingnya tampak gugup.

“Wae? Apa kau gugup?” tanya sang pria.

“Nde sajangnim.” Ungkap sang wanita

“Tenanglah, kau tidak perlu khawatir seperti itu.” Ungkapnya lagi, mereka memasuki ruangan besar itu, semua orang yg berada ditempat itu membungkuk hormat pada mereka,

“Selamat datang tuan lee” ungkap seorang pria paruh baya yg duduk dibarisan depan, lelaki yg dipanggil tuan Lee itu hanya mengangguk saja.

“Baiklah, kita bisa mulai rapat hari ini.” Ucap pria yg tak lain bernama Lee Donghae itu. Rapat itu berlangsung dengan tenang, tapi tidak dengan seorang wanita yg menggunakan kemeja biru itu, dia tampak gelisah seperti menahan sesuatu. Donghae menatapnya heran, tapi dia hanya mengacuhkan gadis itu saja. Hingga 2 jam kemudian saat rapat itu telah selesai gadis itu mebisikkan sesuatu pada Donghae, dia tampak tersenyum samar saat mendengar bisikan sang gadis, lalu mengangguk sebentar membiarkan gadis bernama Yoona itu pergi meninggalkannya. Dia melirik kearah tempat duduk yg tadi diduduki Yoona, dia menggeleng pelan saat melihat tasnya tertinggal di dikursi.

“Gadis ceroboh.” Ungkapnya pelan namun masih dapat didengar pria paruh baya disampingnya.

“Apa gadis itu sekretaris baru anda tuan?” ungkpanya.

“Nde. Dia sekretaris baruku, kalau begitu saya permisi dulu.” Donghae berlalu dari hadapan pria itu, dan membawa tas pink itu dipundak kanannya, dia keluar dengan santai dan melirik jam tangannya. Semua orang tampak memperhatikannya aneh, bagaimana tidak, dia tampak lucu dengan tas yg menyandang dipundak kanannya, ditambah dengan warna pink yg mendominasi tas itu, jelas sangat berbanding jauh dengan setelan jasnya sekarang.

Seorang wanita berlari kecil menghampirinya.

“Sajangnim, maafkan saya. Sungguh” ucapnya sambil terengah-engah

“Gwenchana. Ini tasmu. Tadi tertinggal di ruang rapat. “ dia menyodorkan tas itu kepada Yoona,

“ah, kamshamnida sajangnim.” Yoona membungkuk sopan.

“Nde. Ayo aku akan mengantar mu kerumahmu.”

“Ah, tidak perlu sajangnim. Aku bisa sendiri.”

“Aniyo, hari sudah mulai gelap, lebih baik aku mengantarmu pulang.” Dia melangkahkan kakinya pelan mendahului Yoona.

“Sajangnim, apa tidak apa-apa jika sajangnim mengantarku pulang?

“aniyo, sudahlah ayo.”

Mereka berduapun memasuki mobil Donghae. Sunyi itulah yg kini mereka rasakan tak ada satupun dari mereka yg mau memulai pembicaraan. Keduanya tampak enggan untuk memulai sebuah percakapan. Yoona tampak sibuk dengan Hpnya, dan melirik Donghae, pria itu hanya menatap lurus kedepan.

“Sajangnim.” Yoona memberanikan diri berbicara.

“nde?”

“Bisa kau turunkan aku dipersimpang lampu merah nanti?” ucapnya lagi

“Wae?”

“Aku lupa, aku harus membeli obat untuk eommaku.”

“Ah, kalau begitu biar aku mengantarmu saja ke apotik setelah itu aku akan mengantarmu pulang.”

“Ah, tidak usah sajangnim, itu akan merepotkan anda.”

“Gwenchana. Kau akan membelinya dimana?”

“Disana, diapotik persimpangan jalan itu.” Yoona menunjuk kearah persimpangan jalan yg berada didepannya.

“Baiklah.” Tak lama Donghae menepikan mobilnya.

“Turunlah, aku akan menunggumu.” Ucapnya lagi. Yoona hanya mengangguk dan bergegas turun.

Donghae Pov.

Kulirik dia yg berjalan menuju apotik, seharian ini bersamanya membuatku berfikir bahwa dia gadis yg lucu dan unik. Tak lama, aku melihat dia berjalan keluar, dan seorang anak kecil datang menghamirinya, entahlah aku tak tahu apa yg mereka bicarakan, aku hanya dapat melihat anak kecil itu menangis dihadapannya dan dia mengusap kepala anak itu lembut lalu menggendongnya.

“Sajangnim.” Dia mengetuk kaca mobilku pelan. Kuturunkan kaca mobilku agar dapat mendengar perkataannya.

“Bisakah aku meminta bantuanmu?” dia sedikit gugup saat mengatakannya.

“Nde katakanlah.”

“Begini, aku juga bingung dengan bocah lelaki ini, dia tiba-tiba saja menghampiriku dan mengatakan dia kehilangan eommanya.” Kulirik bocah lelaki itu sejenak, matanya sembab dan sesekali terdengar isak tangisnya.

“Lalu?” ucapku kemudian

“Bisakah kau membantuku? Aku ingin membawa anak ini pulang kerumahnya.” Aku mengangkat alisku bingung.

“Apa kau tahu dimana rumahnya?”

“Aniyo, aku tidak tahu, tapi,.. Ige.” Dia mengangkat sebuah tanda pengenal di leher anak itu, aku dapat membaca jelas, disana tertulis nama bocah kecil ini Kim Dong Wook juga alamatnya.

“Eum baiklah, kajja.” Aku tidak tahu mengapa aku mau menuruti keinginannya, ini terasa sangat aneh, tatapan dan wajahnya membuatku tidak dapat menolak keinginannya.

“Noona aku sangat lapar.” Bocah kecil ini tampak ingin menangis saat mengatakannya.

“Omo? Kau lapar?” yoona melirik kearah bocah kecil itu, dan dia hanya mengangguk kecil. Yoona lalu melirik kearahku, ah baiklah aku tahu apa arti lirikannya.

“Nde, lebih baik kita mengajaknya makan dulu.” Ucapku menyetujui dia hanya tersenyum dan mengelus kepala Dong Wook yg sedang dipangkunya.

“Baiklah, kita akan makan sekarang, kau pasti sangat lapar Dong Wook ah.”

Akupun melajukan mobilku membelah jalan malam Seoul, sesekali aku melirik kearah Yoona dia tampak sangat menikmati kegiatannya yg sedang mengelus kepala Dong Wook. Sekarang aku menemukan sisi lain darinya, dia sangat penuh kasih dan baik. Itu semua sangat terlihat jelas saat dia mengelus kepala DongWook. Aku melirik sekitar jalan yg kulewati saat mataku tak sengaja melihat kedai pinggir jalan ini, aku jadi teringat Jeonbokjuk, kufikir memakan semangkuk jeonbokjuk akan sangat nikmat dimalam seperti ini. Akupun memutuskan untuk mengajak mereka kerumah makan kesukaanku saja. Tak lama kami sudah sampai di rumah makan favoritku. Yoona keluar mendahuluiku sambil mengendong DongWook. Aku pun menyusulnya keluar, kami pun memasuki rumah makan bersama. Aku memilih duduk didekat jendela.

“Ah, presdir Lee Selamat datang.”

“Aish, bibi apa kau meledekku?” ucapku tersenyum pada Bibi Kim, dia adalah pemilih rumah makan ini.

“Apa dia istri dan anak mu? Kau tidak pernah membawa mereka sebelumnya Lee.”

“MWO?? , A- aniyo, aku bukan istri sajangnim, aku sekretarisnya.” Aku melihat Yoona yg tampak terkejut mendengar penuturan bibi Kim.

“Benarkah?” Bibi Kim tampaknya sedang ingin menggodaku.

“Nde, dia hanya sekretarisku, dan anak kecil ini kami menemukannya dijalan sepertinya dia tersesat.”

“Omo? Kasihan sekali dia Lee. Baiklah sepertinya kalian sudah lapar, bibi akan menyiapkan makanan untuk kalian.” Bibi Kim pun meninggalkan kami. Sepertinya biasanya kami hanya akan diam tanpa berniat memulai pembicaraan.

“Noona, aku sangat lapar.” Tiba tiba suara serak DongWook memcah keheningan diantara kami, dia menatap Yoona dengan mata teduhnya yg masih sembab. Kulihat Yoona tersenyum dan mengelus lembut kepalanya.

“Sebentar lagi DongWook ah, ahjumma itu sedang menyiapkan makanan.” Yoona menunjuk kearah bibi Kim. Tak lama bibi Kim datang membawakan 3 mangkuk jeonbokjuk.

“Selamat menikmati.” Ucap bibi Kim sambil berlalu. Yoona menggambil semangkuk Jeonbokjuk kehadapanya, menyendokkannya lalu meniupnya pelan,

“Aaaa” ucapnya lalu menyuapkannya kemulut DongWook. Aku terus memperhatikannya yg dengan sabar menyuapi DongWook.

“Sajangnim, kau tidak makan” ucapnya tiba-tiba

“N-Nde, kau juga makanlah.” Ucapku gugup sambil menyuapkan Jeonbokjuk kemulutku.

“Argh.” Teriakku tiba-tiba,

“Sajangnim gwenchana?” ucapnya terlihat panik, aish sial kenapa ini sangat panas, aish

“Nde, Gwenchana, aku hanya lupa meniupnya.” Aku mencoba berbicara dengan nada yg terdengar datar. Sungguh ini sangat memalukan. Dia melanjutkan kegiatannya menyuapi DongWook sambil sesekali memakan makanannya.

Kami baru saja selesai makan, dan kini kami sedang dalam perjalanan menuju rumah DongWook. Tak lama kami tiba didepan sebuah rumah yg cukup besar. Akupun turun dan diikuti Yoona yg sedang mengendong DongWook,

“DongWook ah, ini rumahmu bukan?” Tanya Yoona, DongWook hanya menganggukkan kepalanya, akupun menekan bel yg berada diasamping pintu, dan seorang wanita membukakannya.

“Omona, DongWook ah, Eomma mencarimu sedari tadi.” Dia terlihat histeris sambil mengambil alih gendongan DongWook dari Yoona. Ah ternyata dia Eommanya. Dia melirik kearah kami.

“Eomma, Noona dan Ahjussi ini yg menolongku tadi, mereka juga membawaku makan” Ucap DongWook ceria, tapi tunggu dia bilang apa tadi? apa dia bilang Ahjussi? Dia memanggil Yoona dengan sebutan Noona sedangkan aku Ahjussi? Aish bocah ini.

“Benarkah? Terimakasih kalian sudah mau mengantar DongWook.”

“Gwenchana…” yoona tampak binggung untuk memanggil wanita itu dengan sebuatan apa, yah jika dilirik wajah wanita ini belum terlalu tua.

“Eonni, kau bisa memanggilku Eonni, kufikir umur kita tidak terlalu jauh.”

“Ah, nde Eonni. Kalau begitu kami permisi dulu.”

“Apa kalian tidak mampir dulu?”

“Ah, aniyo. Ini sudah terlaru larut.”

“Baiklah, DongWook ucapkan terimakasih dan maaf pada Noona dan Hyung yg sudah membantumu.” Wanita itu menurunkan DongWook dari gendongannya.

“Noona, Ahjussi Gomawo.” DongWook membungkukkan badannya kearah kami. Yoona tertawa saat mendengarnya. Aku membungkuk mensejajarkan wajahku dengan DongWook.

“Apa aku terlihat setua itu? Panggil aku Hyung.” Ucapku tersenyum DongWook tersenyum mendengarku. Sementar Eommanya dan Yoona hanya tertawa.

“Baiklah Hyung, Terimakasih.” Ucapnya lagi. Aku mengelus rambutnya pelan

“Anak pintar, kalau begitu Hyung dan Noona permisi dulu. Lain kali jangan pernah pergi jauh dari Eommamu. Sampai berjumpa lagi.” Ucapku. DongWook menarik baju Yoona, dan menyuruhnya untuk menunduk, tiba-tiba dia mencium pipi Yoona.

“Noona, terimakasih. Aku menyayangimu.” Yoona tersenyum mendengarnya.

“Nde, noona juga menyayangimu. Selamat malam DongWook, sampai jumpa lagi.” Yoona mengelus pipi DongWook dan menciumnya. Kamipun beranjak meninggalkan DongWook., belum jauh kami berjalan suara DongWook terdengar lagi, dan sukses membuat kami terdiam.

“Hyung, Noona kalian sangat cocok.” Teriaknya. Aku menggelengkan kepalaku, dan melambaikan tanganku pada mereka.

Autor Pov

Mobil hitam itu berhenti didepan rumah putih yg tampak sederhana, dan terdapat berbagai jenis bunga dihalamnya. Seorang gadis turun dan sedikit membungkuk menatap kaca mobil itu.

“Terimakasih Sajangnim” ucapnya. Lelaki yg dipanggilnya sajangnim itu hanya mengangguk.

“Besok, jangan sampai terlambat. Kau harus terlebih dahulu datang dariku. Arra?” ucap lelaki yg tak lain bernama Donghae itu, dia lalu melajukan mobilnya, membela jalanan sepi diperumahan itu.

“Eomma aku pulang.” Yoona membuka pintu rumahnya, dan mendapati rumah itu gelap, dia menghembuskan nafasnya pelan dan meraba dinding disampingnya, menghidupkan lampu rumah itu, dia menaiki tangga menuju sebuah ruangan disisi kanan tangga. Dia membukanya pelan dan mendapati seorang wanita paruh baya yg sedang duduk disudut ruangan, dengan pandangan kosong, wanita itu terlihat menatap sebuah bingkai foto.

“Eomma, aku pulang.” Ucap Yoona lagi.

“Eomma pasti sangat lapar, maafkan aku.” Ucapnya lagi, namun wanita itu hanya diam. Yoona mengelus rambutnya dengan penuh kasih, setetes air mata jatuh dari pelupuk matanya.

“Aku akan menyiapkan makanan untuk eomma.” Ucapnya lagi sambil beranjak. Yoona melangkahkan kakinya keluar menuju dapur, dia mengeluarkan bahan-bahan mentah dari kulkas, dan mulai berkutat dengan bahan-bahan tersebut, dia tampak serius melakukannya, tak lama dia telah selesai menyiapkan semangkuk bubur, dan meletakkannya keatas nampan lalu membawanya keruangan sang eomma, wanita paruhbaya itu masih tetap duduk disudut ruangan dengan tatapan kosongnya. Yoona melangkahkan kakinya mendekati wanita itu, ia berjongkok menghadap sang eomma, meniup pelan bubur yg dimasaknya tadi dan menyuapkannya kemulut eommanya. Wanita tidak menolak dia hanya diam dan menerima suapan dari Yoona tanpa memandang kearahnya.

“Eomma kau tahu, aku sudah bekerja sekarang, itulah sebabnya aku tak dapat menemani eomma seharian ini, apa eomma kesepian?” Hening, sang eomma hanya diam mendengarnya,

“ah, tentu saja eomma pasti sangat kesepian. Kau tahu eomma tadi aku bertemu seorang anak kecil diapotik saat membeli obatmu.” Yoona kembali menyuapi sang eomma penuh kasih

“Namanya DongWook, dan dia sangat mirip dengan Luhan saat kecil.”

“Ah, aku jadi merindukan anak itu. Bagaimana kabarnya sekarang. Apa eomma juga merindukan Luhan?” tanya Yoona sambil tersenyum. Wanita itu hanya diam tak menanggapi perkataan Yoona.

“Tentu saja, eomma pasti merindukannya.” Yoona menjawab pertanyaannya sendiri.

“Saat dia kembali, dia pasti akan mencari kitakan eomma?” air mata itu menetes kembali dari mata indahnya, dengan segera yoona menghapusnya cepat.

“Ah, kenapa aku menangis. Eomma aku merindukan senyumanmu, maukah eomma tersenyum untukku?” yoona menatap eommanya sedih. Ia menjulurkan kedua tangannya kearah bibir sang eomma, dan memegangnya.

“Aku merindukan senyuman dari bibir ini, aku juga merindukan ocehan dari bibir ini, aku merindukan bibir ini mengucapkan namaku, merindukan saat bibir ini membangunkanku, merindukan saat bibir ini memujiku, merindukan bibir ini mengecup kepalaku sayang.” Ucapnya lagi, kini air mata itu tak dapat dibendungnya lagi.

“Aku juga merindukan tangan ini, aku merindukan eomma yg selalu menarikku dari tempat tidur untuk membangunkanku, aku merindukan tangan ini memasakkan makanan untukku, dan sangat merindukan tangan ini mengusap kepalaku lembut.” Sang eomma hanya diam dan tetap menatap kosong kearah sebuah figura, namun mata itu kini tampak berkaca.

“Sampai kapan eomma? Sampai kapan kau akan tetap seperti ini? Aku tahu ini sangat sulit, namun ini juga sangat sulit untukku, aku takkan mampu bertahan jika eomma seperti ini. Aku juga merasa kehilangan mereka eomma, melihat eomma seperti ini, jauh membuatku semakin terpuruk.” Yoona meletakan manggkuk yg sedari tadi dipengangnya, dia memangang pundak sang eomma.

“Aku tahu, ini akan sangat sakit untuk eomma, tapi hanya dengan cara ini aku dapat mendengar suaramu.” Dia mengambil pisau yg sedari ia letakkan di nampan. Eommanya tampak ketakutan, badan sang eomma terlihat bergetar.

“Apa kau lihat ini eomma? Apa kau ingat? Kejadian 4 tahun lalu?” dia mengacungkan pisau itu dihadapan eommanya, wanita paruhbaya itu memundurkan badannya, namun sia-sia dia sudah berada disudut ruangan sekarang.

“Kau ingat eomma, bagaimana pisau ini membunuh appa? Apa kau ingat eomma bagaimana pisau ini tertancap didada appa? Apa kau ingat eomma bagaimana lelaki bejat itu membunuh appa?” kini suara isakan tangis mulai terdengar.

“Apa eomma masih bisa mendegar suara jeritan Luhan yg melihat keadaan appa? Eomma ingat bukan? Bagaimana lelaki bejat itu membenturkan kepala Luhan kedinding? Dan Menyeret tubuh luhan yg tak sadarkan diri pergi? Eomma ingat ini?” yoona tiba-tiba menyayat tangannya sehingga mengeluarkan darah segar.

“Cukup, aku tak mau mendengarnya.” Wanita paruh baya itu mulai berbicara, Yoona trsenyum mendengarnya.

“Aku tahu eomma masih mengingat pria bejat itu, lelaki yg telah kalian anggap sahabat itu. Dan eomma tahu aku merasa beruntung karna eomma menyembunyikanku didalam lemari saat itu, setidaknya aku dapat melihat semua kejadian itu, bahkan untuk melihat wajah sibrengsek itu.”

“HENTIKAN” teriak sang eomma. Yoona tersenyum, dia meletakkan pisauya kembali, dan memeluk tubuh bergetar sang eomma.

“Maafkan aku eomma, aku tidak punya pilihan lain selain melakukan itu.” kini yoona juga menangis. Eommanya juga tampak menangis dan memeluk erat tubuh Yoona. Selang beberapa saat Yoona membaringkan tubuh sang eomma ditempat tidur, mengeluarkan beberapa butir obat dari bungkusan yg terdapat didalam tasnya, dan memberikannya pada sang eomma. Sang eomma tampak mulai tenang, dan memejamkan matanya.

“Maafkan yoona eomma, aku menyayangimu.” Yoona menciup puncak kepala sang eomma, dan menarik selimut menutupi tubuh sang eomma, ia pun beranjak keluar, mematikan lampu kamar eommanya, ia beranjak meuju kamarnya yg terletak disamping ruangan kamar itu, yoona menghempaskan tubuhnya yg lelah diatas tempat tidurnya, ia mengeluarkan sebuah frame, dari balik bantalnya.

“Appa, aku berjanji akan menjaga eomma dengan baik, dan menemukan Luhan, maafkan Yoona yg selalu menakuti eomma, itu yoona lakukan hanya untu mendengar suara eomma.” Dia menghusap wajah seorang paruh baya dalam foto, kini tangannya beralih menghusap foto seorang namja yg tengah tersenyum ceria disamping seorang wanita yg tak lain adalah dirinya, tangan pria itu merangkul pundaknya akrab.

“Luhan-ah sudah 4 tahun noona tidak melihatmu. Bagaimana kabarmu? Apa kau baik-baik saja? Lu, kau dimana? Noona merindukanmu. Noona sangat ingin kau ada disamping noona sekarang, semenjak kau pergi, noona tidak tahu ingin berbagi dengan siapa. Noona harap kau sehat-sehat saja. Selamat malam Lu dimanapun kau berada, noona selalu mendoakanmu, noona yakin appa selalu menjagamu. Cepatlah kembali, noona menyayangimu, saranghae Lu.” Dia mencium foto sang adik dengan penuh kasih.

“Semoga hari esok lebih baik.” Ucapnya kemudian dan tak lama ia mulali terlelap, menjelajahi alam mimpinya dan membiarkan darah yg terus mengucur dari tangannya.

 *

            Matahari kini mulai menampakkan wujudnya, sinarnya yg hangat seolah ingin melindungi semua makhluk dibumi, seorang wanita tampak berdiri menghadap jendela yg menampakkan suasana pagi diluar.

Drrt drrt drrt, Hp nya bergetar. “Minho” tulisan itu tampak jelas di layar hpnya.

“Yobseyo.”

“Noona, bagaimana?” tanya pria bernama Minho itu.

“Kau tenang saja, semuanya sudah ku atur, tetap jalankan perintah yg kusampaikan, jangan lewatkankan informasi sekecil apapun, aku mempercaimu untuk mengelola semuanya sementara waktu Minho ya.” Ucap wanita itu lagi.

“Nde noona, aku pasti akan melakukannya dengan baik, dan tidak mungkin mengkhianatimu.”

“Baiklah, aku harus mengkahiri sambungan ini, selamat pagi Adik kecil.”

Suara tawa Minho terdengar dari sebrang.

“Nde noona, semoga berhasil.” Sambungan telpon itu terputus, wanita itu tersenyum licik.

“Kita lihat sampai mana kau dapat bertahan Lee Donghae, kau hanya perlu menunggu kehancuran mu, dan kupastikan kau akan sangat menderita.”

 *

 

Yoona melangkahkan kakinya menuju lobi perusahaan tempat dia bekerja, ia menyapa setiap karyawan yg ia lewati, senyuman manisnya tak pernah kepas dari bibir indahnya, ia langsung menuju dapur perusahaan, membuatkan secangkir kopi untuk sang atasan, setelah selesai ia melangkah kembali keruangan kerjanya. Meletakkan secangkir kopi tersebut dimeja bosnya. Kursi dibalik meja itu masih kosong, ruangan itu masih sepi, tak sengaja mata Yoona menangkap sebuah bingkai foto, ia memperhatikan foto itu dengan seksama,tangannya ia ulurkan untuk mengambil foto tersebut, namun aksinya dihentikan saat sebuah suara berat seorang lelaki terdengar.

“Jangan pernah menyentuh barang apapun diruangku, kecuali aku yg menyuruhmu.” Yoona terperenjat, ia berbalik dan melihat Lee Donghae berdiri didepan pintu dengan kedua tangan yg ia masukkan kedalam saku celananya, tatapannya masih sama seperti kemarin dingin. Yoona membungkuk memberi hormat.

“Mianhe sajangnim, saya tidak bermaksud lancang.” Ucapnya memohon maaf. Donghae lelaki itu tampak acuh tak memperdulikannya, ia melangkahkan kakinya kemeja kerjanya.

“keluarlah, bila ada yg mencariku katakan aku sedang tidak ingin diganggu. Batalkan semua acaraku hari ini, dan atur ulang waktunya.” Donghae berbicara tanpa menatap wajah Yoona, yoona gadis itu hanya mengangguk dan melangkah keluar.

“Kau sangat ceroboh Yoona ya.” Yoona merutuki dirinya sendiri sesaat setelah ia keluar dari ruangan Donghae, ia duduk dimeja kerjanya dan mulai menghubungi semua relasi kerja Donghae yg mempunyai janji dengan pria itu hari ini, dan mengatur ulang semua waktunya. Setelah semuanya selesai ia terdiam dan menatap jam tangannya.

“Huh, masih pukul 10 lalu apa yg harus kulakukan sekarang?” yoona menatap pintu ruangan sang bos.

“Hai!” sapa seorang wanita muda pada Yoona.

Yoona pov

Aku memutar kepalaku dan melihat seorang wanita berdiri didepan mejaku.

“Nde? Ada yg bisa saya bantu nona?” tanyaku padanya

“Aniyo, perkenalkan namaku Jessica, kau bisa memanggilku sica. Apa kau masih mengingatku?” aku mengernyitkan dahiku bingung, aku menatap wajahnya dengan cermat, ah wanita ini, yah aku ingat.

“Apa kau wanita yg tadi pagi?” tanyaku memastikan. Dia tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

“Nde, terimakasih atas bantuan mu tadi, .” Aku tersenyum mendengarnya, tadi pagi aku memang bertemu dengannya dipinggir jalan saat kulihat dia tengah terjebak dengan mobilnya yg mogok, aku menawarkan bantuanku padanya saat dia mengatakan Hpnya mati dan tidak bisa menelfon petugas bengkel untuk menderek mobilnya.

“Siapa namamu?”

“Yoona, namaku Im Yoona.”

“Apa kau sekretaris barunya Donghae oppa?” tanyanya kembali.

“Nde” aku tersenyum menjawabnya, tunggu dulu apa tadi dia memanggil presdir dengan sebutan oppa?

“Ah, aku dongsaeng Donghae oppa, apa tadi aku tidak menyebutkan margaku?” dia tersenyum melihatku. Mungkin dia bisa membaca fikiranku tadi.

“Nama lengkapku Jessica Lee, ah apa kau mau menemaniku meminum secangkir kopi di café depan?” aku hanya terdiam mendengar tawarannya

“Tenanglah, aku yg traktir, sebagai ucapan terimakasihku.” Dia menatapku dengan penuh harap.

“Maaf, tapi aku sedang bekerja, Sajangnim akan memarahiku nanti.”

“Ah, soal itu biar aku yg mengatakan pada Donghae oppa.” Dia menerobos memasuki ruangangan Donghae, aku terkejut melihatnya. Gawat bisa-bisa aku dimarahi sajangnim nanti. Aku lekas bergegas mengejarnya.

“Oppa.” Dia berteriak dihadapa meja Donghae sajangnim, sajangnim lalu menegakkan kepalanya yg sebelumnya ia letakkan di atas meja.

“Oh, sica ya. Sejak kapan kau datang?” Donghae sajangim tampak terkejut melihat kedatangan adiknya itu. ia beranjak dari duduknya dan menghampiri kami, oh tidak dia hanya menghampiri Jessica, ia menghusap lembut kepala Jessica.

“Baru saja, oppa apa boleh Yoona keluar bersamaku? Aku ingin mengajaknya ke café depan sebentar saja. Nde oppa?” donghae melirik kearahku sekilas.

“Apa kau mengenalnya?” tanyanya kemudian. Aku hanya diam berdiri didepan pintu menatap mereka berdua.

“Nde, tadi pagi mobilku tiba-tiba saja mogok, dan Hp ku mati, dan saat Yoona melihatku dia menawarkan bantuan untuk menelfon tukang service.”

“Ah, begitu. Baiklah kalian boleh pergi, lagi pula oppa juga akan pulang sebentar lagi.”

“Benarkah? Apa oppa sakit?” jessica memgang kepala Donghae, ia mengerutkan keningnya heran.

“Tapi kau sedang tidak panas oppa?”

“Aniyo, oppa memang tidak sakit.” Kulihat Jessica hanya menganggukkan kepalanya, lalu ia melangkah menuju pintu tempatku berdiri. Dia menggenggam tanganku dan mengajakku pergi, aku hanya mengikutinya saja, namun belum dua langkah kami berjalan dia berbalik lagi.

“Kalau begitu, apa tidak masalah jika aku juga mengajak Yoona menemaniku berbelanja bukan?” dia bertanya pada Donghae sajangnim, dan hanya dijawab oleh senyuman dan anggukkan kepalanya.

“Gomawo oppa, ah aku lupa.” Dia melepaskan genggaman kami dan berlari kearah Donghae sajangnim, dia mengangkat tangannya, seperti ingin meminta. Bosku itu tertawa melihatnya, ini pertama kalinya aku melihatnya tertawa seperti itu, ia menyodorkan sebuah kartu bewarna emas, aku bisa jamin itu adalah kartu kredit tanpa limit. Jesscia tersenyum dan menyium pipi Donghase sajangnim lalu menarik tanganku kembali.

“Chakaman, aku ingin mengambil tasku dulu.” Hampir saja aku melupakan tasku, aku mengambil tas ku dari kursi tanpa melepas tangan jessica.

Author Pov

Kedua wanita muda itu tampak memilih baju-baju yg dipajangkan di toko itu, mereka terlihat sangat akrab, padahal baru 3 jam yang lalu mereka bertemu.

“Yoona, apa gaun ini cocok untukku?” wanita berambut blonde itu menunjukkan sebuah dress berwarna pink pada wanita yg dipanggilnya Yoona tadi.

“Nde, kau sangat cocok memakainya sica.” Yoona memberi tanggapannya.

“Tapi, kufikir gaun ini akan lebih cocok untukmu,” yoona menunjukkan sebuah gaun berwarna biru,

“ini akan terlihat sangat menawan jika kau memakainya.” Tambah Yoona lagi. Jessica tampak berfikir, lalu mengambil alih gaun itu, melihatnya dan tersenyum ceria saat ia fikir bahwa Yoona benar.

“Kau benar, ini pasti sangat menawan jika aku memakainya.” Jessica menyampirkan gaun itu ditangannya, lalu ia melangkah lagi meninggalkan Yoona yg tengah asyik melihat-lihat rancangan baju disana.

“Yoona ya, bagaimana jika kau membeli gaun ini?” Jessica kembali lagi menghampiri Yoona membawa subuah dress berwarna putih,

“Kufikir gaun ini sangat cantik yoona ya, ditambah lagi jika kau memakainya.” Yoona memperhatikan dress yg dibawakan jessica, ya jessica benar, gaun itu sangat indah, dengan legan pendek dan pita biru yg melingkar disekitar pinggangnya.

“Kau benar, tapi sepertinya aku harus menahan keinginanku dulu.” Ucap yoona kemudian.

“Ahk, kau tidak perlu khawatir, kita bisa menggunakan ini.” Jessica mengangkat kartu yg diberi Donghae tadi.

“Tida sica ya, Donghae sajangnim akan marah padaku nanti, bisa-bisa dia memotong gaji ku untuk 6 bulan kedepan.” Ucap yoona melirik harga gaun itu, gaun itu sangat mahal, bahkan gaji 6 bulan dia bekerjapun tidak akan pernah cukup membelinya.

“Aniyo, kau tenang saja. Aku tidak perduli, aku akan membelikannya untukmu.”

“Tapi sica..” ucapan yoona terputus saat jessica melangkahkan kakinya menuju kasir, membayar dua buah gaun ditangannya. Setelah selesai, ia lekas menarik tangan Yoona keluar. Lelah berkeliing mereka memutuskan untuk istirahat disebuah café di mall itu. dua capucino hangat menemani kegiatan santai mereka.

“Yoona, kau tahu. Aku merasa sangat nyaman didekatmu.” Ucap Jessica sambil menyeruput capucinonya.

“Aku biasanya sulit untuk menerima orang baru. Tapi denganmu, ini terasa sangat mudah. Aku memang memiliki banyak teman, namun aku tidak pernah merasa senyaman ini bersama mereka., yah walaupun kita baru mengenal beberapa jam lau, namun rasanya aku seperti mengenalmu selama bertahun-tahun.” Jessica tidak memberhentiakan ucapannya, ia terus saja berbicara, dan sesekali ditanggapi Yoona dengan sedikit komentar, atau hanya tersenyum, setelah itu jessica akan melanjutkan bicaranya lagi. Tak terasa waktu sudah malam, dan kedua gadis itu masih duduk dicafe tadi. Yoona melirik jam tangannya.

“Sica ya, sepertinya aku harus pulang, eommaku sudah menungguku.” Yoona melirik jessica cemas.

“Ah, kau benar ini sudah larut. Kalau begitu kajja, aku akan mengantarmu pulang.”

“Tidak perlu, aku naik bis saja, aku ingin pergi kesuatu tempat dulu, kau pulanglah duluan.” Ucap yoona lagi.

“Baiklah, kalau begitu ayo, kita keluar.” Sica menggandeng tangan yoona berjalan keluar dari mall itu. yoona melambaikan tangannya saat sica berjalan kearah parkiran, yoona melangkahkan kakinya, menuju supermarket disebrang jalan, belum sempat ia melangkah, ia melihat seorang pria berjalan dengan kemeja putih dan jas yg menyampir dipundaknya. Ia terdiam, ia begitu terkejut melihat pria itu.

“Luhan” dia bergumam dengan pelan, ia dengan cepat melangkahkan kakinya mengejar lelaki yg ia sebut luhan itu. ia terus berlari memanggil nama namja tersebut.

“Lu, Luhan” teriaknya lagi, namun namjayg dipanggilnya Luhan itu terus berjalan.

“LUHAN” yoona berteriak sambil menyebrang jalan, saat ia melihat namja itu menyebrangi jalan. Ia tidak menyadari sebuah bus yg melaju cepat dari arah berlawananan. Menghiraukan semua teriakan orang dipinggir trotoar, dia berhenti saat menyadari bus itu melaju dengan cepat kearahnya, ia menutup matanya takut, ia merasakan sebuah tangan yg memeluknya seperti ingin melindunginya, dia bisa merasakan tubuh mereka yg terhempas akibat dorongan dari badan orang yg memeluknya ini.

“APA KAU GILA!” teriak suara yg memeluknya itu. ia membuka matanya dan menatap lelaki itu dalam, Yoona terdiam, dia menagis, menagis dihadapan pria itu.

tbc

59 thoughts on “Because We Need You (Chapter 1)

  1. kira2 s’pa yg noLongn yoona donghae kah…!? lalu s’pa sosok wanita misterius yg sll nelpn minho…!? dtnggu part sLnjut’y

  2. Cerita nya menarik 🙂
    Sebener nya wanita yg mau menghancurkan Donghae itu siapa , apa sebener nya Yoona dan kenapa Yoona dipanggil ‘nona muda’ .
    Apa yg tadi nolong Yoona itu Donghaw, wah ceeta nya buat penasaran .

    Next chapter jangan lama lama thor 🙂

  3. Ak msih blum dpet benang mrah critanya nih … Sbnernya siapa cewe yg mauu bls dendam k donghae ? Trus apa yg terjadi sama kluarga yoona dan siapa yg bkin kluarga yoona jd kyak gitu ?? Trus knapa hae gaa suka klo brng2 druangannya trutama foto d sntuh sama ornng rmng itu foto siapa ?? Hhmmm kyaknya yg nolong yoona itu haee dehh ,, ? Bner gaa sih ???

Komentarmu?