ANATHEMA (Chapter 1)

Anathema 1

Tittle:

ANATHEMA

Author:

Misskangen

Casts:

SJ’s Donghae – GG’s Yoona

Supports:

SJ’s Eunhyuk – GG’s Hyoyeon

Genre:

AU, Romance, Hurt

Length:

Chapters

Disclaimer:

Inspired by dramas. All the plot is mine. This story is a remake version from my own story. Sorry for unidentified typo(s).

CHAPTER 1 : A CURSED MAN

Dia bisa dikatakan pria sempurna dengan segala hal yang dimilikinya. Dari paras wajahnya yang seolah diukir oleh para pemahat ulung sehingga tampak garis-garis rahang kokoh, hidung tajam, mata yang bening, dan senyuman khas yang bisa melelehkan hati yang melihat. Apalagi dia juga memiliki semua yang diinginkan manusia di dunia ini, kedudukan dan harta. Dia pria kaya dan memiliki posisi penting dalam karir bisnisnya.

Ketika itu hujan deras membasahi kota Seoul menjelang sore di bulan Oktober. Hujan yang membuat sebagian besar orang sedikit kesal karena kesulitan pulang dari kantor atau tempat kerja mereka. Derasnya air yang turun layaknya cukup mengganggu hanya sekedar berdiri di halte untuk menunggu bus datang.

Saat itu harusnya Yoona hanya perlu berdiam di depan meja counter karena bukanlah waktu yang tepat untuk menyebarkan brosur atau membawa buku menu pada meja-meja yang mulai kosong. Ketika ia kembali melihat pria itu –seseorang yang kerap dilihatnya dan dikaguminya- sedang gelisah menunggu di dekat pintu keluar restoran.

“Kurasa kau perlu payung ini, Tuan.” Suara lembut dengan senyuman ramah Yoona tunjukkan untuk menyapa sambil menyodorkan sebuah payung berwarna biru.

Sosok manly itu menoleh. Wajah datar dan tatapan ingin tahu ditangkap oleh Yoona darinya. Bimbang sepertinya dialami oleh si pria yang kelihatannya sedikit gengsi untuk menerima bantuan.

Terlepas dari apa yang dialami pria itu, Yoona mengikuti pandangannya beralih pada tubuhnya sendiri dengan seragam hijau-merah dan tertumbuk pada nametag di dada kirinya.

Dia itu suka mengintimidasi.

Dia itu pria yang dingin dan arogan.

Dia itu tidak pernah melirik wanita manapun.

Aku rasa dia benar-benar dikutuk menjadi pria lajang selamanya.

Kalimat-kalimat sinis yang pernah dilontarkan oleh Min Young – gadis penggosip nomor satu di tempat kerjanya- tentang pria yang tengah menatapnya itu. Yoona berpikir jika Min Young mungkin saja benar, tetapi dilihat dari sudut manapun pria ini benar-benar tak memiliki cacat.

“Kau wanita pelayan yang menumpahkan cappucino pada jasku dua hari yang lalu kan?” Pria mengenali Yoona sebagai seseorang yang sudah melakukan tindakan tidak menyenangkan padanya. Padahal Yoona hapal persis apa menu favorit pria itu setiap kali datang ke restoran tempatnya bekerja.

Anggukan kaku Yoona memunculkan sebuah seringaian di wajah tampannya. Tidak sedikitpun noda di wajah dapat mengurangi pesona pria itu di mata Yoona. “Sekali lagi saya minta maaf atas kejadian tempo hari, Tuan Lee.”

Lee Donghae –nama pria itu yang diketahui Yoona dari mulut Min Young- hanya mengedikkan bahu tak peduli. Bergegas ia mengambil payung dari tangan Yoona, hanya menilik sekilas pada keadaan payung lalu tersenyum singkat.

“Aku anggap ini untuk penebusan kesalahanmu tempo hari, Nona… Kim.” Donghae menyelesaikan kalimatnya dan menyebut marga Yoona setelah melihat lagi pada nametag yang menempel di dada kirinya.

Yoona membukakan pintu kaca restoran itu, mempersilahkan Donghae pergi di tengah hujan dengan payung darinya. Pria itu tersenyum tanpa melirik Yoona lagi. Bahkan kata terima kasih yang tak terucap seakan tak menjadi kerikil kecil dalam pikiran Yoona sebab aroma parfum maskulin milik Donghae yang bercampur dengan bau basah hujan sudah membuat jantungnya berdetak cepat.

Hari itu menjadi hari bersejarah bagi mereka. Hari pertama dimana mereka saling berbicara atau saling melempar tatapan. Hari dimana pertama kali jantung Yoona berdegup kencang karena aroma tubuh seorang pria.

***

Bulan ini adalah bulan Desember. Ketika semua orang sibuk mempersiapkan Natal dan menyambut tahun baru. Dua bulan setelah percakapan singkatnya dengan Donghae.

Saat ini Yoona dianggap oleh kakak sepupunya – Kim Hyoyeon- seperti kehilangan orientasi karena pria bermarga Lee yang juga direktur SocFine, sebuah perusahaan yang menaungi Departemen Store besar di Korea. Kantor pusat SocFine yang hanya beberapa meter dari restoran Italia tempatnya bekerja.

“Apa kau tak punya kesibukan selain menjadi stalker, eoh?” gerutu Hyoyeon saat terpaksa mengikuti kemauan Yoona menghadiri night sale di salah satu departemen store milik SocFine. Yoona hanya memberikan cengiran, di dalam pikirannya hanyalah keinginan bertemu lagi dengan Donghae. “Aku rasa pria itu sudah membuatmu gila!”

“Apa kau ingin menyia-nyiakan voucher belanja yang diberikannya kemarin?” Dua lembar kertas kilat melambai-lambai di depan mata Hyoyeon dan membuatnya mendesah pelan. Belanja, apalagi di kala high season seperti ini pasti menyenangkan, ketika mereka harus mempersiapkan perayaan Natal tanpa campur tangan orang tua. Voucher belanja adalah anugerah besar yang tidak seharusnya disia-siakan.

“Bagaimana mungkin pria itu memberimu voucher belanja? Aku dengar dia bukanlah seorang pemurah. Di otaknya hanya ada bisnis, keuntungan, dan uang. Jelas dia takkan mau rugi untuk mengasihani gadis sepertimu.”

Hyoyeon hanya ingin Yoona realistis. Rasa suka yang ditunjukkan Yoona pada pria itu sangat besar. Tidak seharusnya Yoona lupa pada statusnya yang kini hanya orang biasa dan harus susah payah hidup bersamanya.

“Ini hadiah karena aku sudah menolongnya memudarkan gosip soal kutukan itu,” tangan Yoona terangkat sampai ke sisi bibirnya, berbicara dengan kesan berbisik. Topik pembicaraan mereka yang tabu tidak seharusnya dilakukan disini, di dalam departemen store milik pria itu.

“Oh, kutukan single seumur hidup itu benar adanya? Aku pikir malah dia seorang gay,” gelak tawa Hyoyeon tersembunyi oleh bekapan tangan Yoona. Mata rusanya yang membelalak memperingatkan Hyoyeon untuk menjaga bicaranya.

“Apa yang sudah kau lakukan sehingga si Tuan kaya itu menganggapmu berjasa?”

Cengiran Yoona benar sudah membuat Hyoyeon curiga. Mungkin terjadi sesuatu yang membuat hal tak biasa itu jadi semakin aneh. Yoona yang biasa telihat bersama Donghae yang luar biasa. “Anggap saja aku beruntung. Saat itu dia hanya kesal karena sering bertemu denganku. Dia menganggapku seorang sesaeng fangirl, tapi malah orang-orang berpandangan lain.”

“Jadi, dia menganggapmu keberuntungan tak terduga padahal kau itu sebenarnya hanya pengganggu saja.” Kesimpulan yang menjatuhkan semangat itu dibalas sebuah cibiran oleh Yoona.

Beberapa pasang mata disekitar mereka tiba-tiba teralih pada keributan kecil dari sebuah sudut. Munculnya seorang pria berparas bak dewa Yunani itu menarik perhatian kaum hawa penggila belanja. Tak terkecuali Yoona, yang menyeret Hyoyeon mendekati posisi pria itu berjalan melewati keramaian.

Oh my goodness, he is so handsome!!

Hyoyeon menggosok telinganya karena suara pekikan Yoona. Dengusan keluar dari hidungnya, berpikir kalau sedikit kekacauan yang terjadi hanya karena pria tampan itu sesuatu yang memuakkan. Apalagi sepupunya tampak ikut tersihir oleh si pria ‘terkutuk’ tersebut.

Yoona  menahan napasnya ketika Donghae berhenti di depannya, tersenyum singkat lalu berbicara kepadanya. “Kau datang juga, Nona Kim Yoona. Selamat berbelanja, selamat menikmati hadiah dariku.”

Orang-orang terkesiap, tak menyangka seorang Lee Donghae yang eksklusif datang mendekati seorang wanita atau sebut saja pelanggan yang sedang berbelanja. Bahkan Donghae juga menyapanya. Tatapan penuh tanya terarah pada Yoona, dan hal ini justru membuat Hyoyeon yang lebih waras dari Yoona merasa tak enak.

Kamsahamida, Sajangnim… kalau begitu kami akan berkeliling dulu.” Hyoyeon menarik lengan Yoona yang langsung memekik kaget dan tersadar kalau sedari tadi ia terus memandangi Donghae.

***

“Semakin lama kau semakin terkenal seperti selebritis,” Hyukjae menyerahkan sebuah map berwarna abu-abu yang berisi beberapa berita yang tersebar cepat mengenai perkembangan SocFine group mulai dari departemen store hingga hotel dan resort.

“Kali ini berita tentang kau bersama wanita menaikkan daya jual untuk nama SocFine. Sudah kuduga kisah cintamu cukup menarik publik mengingat kau dinaungi kutukan—“

“Berhentilah berbicara omong kosong, Hyukjae-ssi. Kau ini percaya sekali pada takhayul.” Potong Donghae begitu saja, jelas ia tidak suka Hyukjae membahas soal wacana kutukan yang ditujukan padanya. Single seumur hidup, Donghae menggelengkan kepalanya dengan kalimat yang menjadi momok baginya itu.

“Lalu, kau ingin mengabaikan saja cemoohan orang yang menghujatmu benar-benar terkena kutukan tanpa ingin menghilangkannya secara permanen?” Hyukjae sangat tertarik untuk mendebatkan cerita ini, hanya saja Donghae selalu menolak dengan dalih frasa maupun pribahasa yang disebutkannya seperti ‘kau hidup selalu berkelahi dengan waktu’ atau ‘waktu adalah uang’. Mumpung kisah ini sedang menguak kembali kehebohannya, sekalian saja Hyukjae ingin memancing kesabaran teman sekaligus atasannya tersebut.

“Apa kau tidak menyadari, di usiamu yang sudah menginjak 32 tahun dan kau masih belum memiliki seorang pendamping. Bahkan sebelumnya kau tak pernah terlihat bersama seorang wanita. Siapapun sudah pasti mengira kutukan itu memang menimpamu atau mereka justru mencurigaimu seorang gay!

“Yak, Lee Hyukjae! Kau jangan menyebarkan gosip disini. Bagaimana denganmu, kau juga masih betah melajang! Jangan menghujatku sebagai pria yang bertahan dengan status lajang jika kau sendiri juga begitu.” Balas Donghae begitu tajam menusuk telinga Hyukjae. Tetapi pria bergusi pink yang manis itu malah tertawa.

“Aku bukan lajang, Donghae-ssi… aku ini duda! Aku pernah menikah, hanya saja takdirku yang kurang beruntung karena istriku meninggal tiga tahun yang lalu.”

Donghae merasa bersalah karena menuduh Hyukjae sengaja menyudutkannya dengan mengungkit-ungkit kisah kelam pernikahan Hyukjae yang berakhir tragis.

“Maafkan aku. Pengalamanmu cukup membuatku berpikir ulang untuk menikah.” Penyesalan Donghae tidak seluruhnya ditunjukkan. Pernyataan mengenai pernikahan tidak terlalu disukainya. Gosip yang beredar di luar sana sebenarnya sangat mengganggu, namun Donghae memang pria cuek yang mudah mengabaikannya jika ia mengalihkan pikirannya pada urusan bisnis dan uang.

“Semua ini karena ayahku. Kalau saja dia tak pernah membuat scandal dengan seorang wanita muda, dan membuat wanita itu patah hati diujung hidupnya maka tidak akan pernah ada kutukan gila seperti itu.” Kenang Donghae tentang asal-muasal munculnya kutukan yang ditujukan padanya.

“Sudah semestinya kau mencari jalan keluar, bukannya hanya mengabaikan begitu saja.” Hyukjae sangat serius dengan kata-katanya, terlihat dari ekspresi wajah dan tatapan keras di matanya. “Aku dengar bibimu menjodohkanmu dengan anak seorang pengusaha dari China, bagaimana kelanjutannya?”

“Wanita itu tidak menarik. Aku hanya mengambil keuntungan berkencan selama seminggu untuk membantunya mengambil alih perusahaan yang dijalankan oleh sepupunya. Sebagai imbalan, dia akan membantuku untuk penyebarluasan bisnis SocFine di Shanghai. Dan… semuanya berjalan baik sesuai rencana.” Donghae tersenyum puas dengan hasil dari kencan yang menurutnya sangat bodoh itu. Donghae sama sekali tak membiarkan wanita China itu memiliki ketertarikan padanya dengan bersikap kaku dan dingin.

Hyukjae menyeringai, menggeleng kepala melihat tingkah pria yang duduk santai di depannya. “Kau ini memang patut dijuluki business freak, semua yang ada di otakmu hanya bisnis dan keuntungan perusahaanmu.”

Donghae menertawai gerutuan Hyukjae. Temannya yang satu ini seperti mengalami amnesia atau mungkin dia baru menyadari bahwa Donghae memang seperti itu, sangat mencintai karirnya sebagai seorang businessman.

“Lalu bagaimana dengan gadis misterius itu?” tanya Hyukjae mengingatkan Donghae kepada sosok wanita yang belakangan sering muncul dihadapannya dengan senyuman dan mengklaim dirinya sangat mengagumi Donghae. “Aku pikir kemunculan gadis itu memberikan efek positif padamu. Lihat saja begitu banyak orang mengira dia adalah kekasihmu.”

“Ck, dia itu cuma seorang pengganggu. Aku sudah memberinya hadiah untuk keberuntungan mendadak dan sekejap dari kehadirannya itu sehingga aku bisa mendapat proyek baru dari petinggi perusahaan berpikiran kolot.” Donghae malas bila harus mengingat kemunculan seorang tak diharapkan dalam hidupnya. Seorang wanita yang menjengkelkan, bersikap seperti seorang penggemar idola boyband dan mengikutinya kemanapun dia bisa.

“Mungkin saja dia seorang wanita yang tergila-gila pada hartaku. Wanita materialistis tidak sulit untuk dicari di zaman sekarang ini. Aku akan pastikan wanita itu tidak lagi menggangguku atau berada di sekitarku lagi.”

Hyukjae tidak akan menyeringai seandainya Lee Donghae bukanlah seorang pria yang juga gila materi, bedanya Donghae sudah punya segalanya. Hanya pria itu memang tak pernah merasa puas dengan segala pencapaiannya.

“Menurutku gadis itu bukan tergila-gila pada hartamu. Tapi dia tergila-gila padamu… pada ketampananmu.”

“Tidak ada yang bisa menjamin itu kan? Bisa saja yang kau katakan hanya kesan di awal dan pada akhirnya semua akan melihat pada kilau yang membutakan.”

Hyukjae mengedikkan bahunya. Jalan berpikir Donghae memang selalu mengaitkan keberadaan orang baru yang mengancamnya sehingga pria itu menjadi sulit untuk menerima keadaan dan menjadikannya sebuah lahan adaptasi baru.

***

Mata Hyoyeon melotot, seolah tak mempercayai tulisan bercetak tebal dengan ukuran besar di salah satu halaman terdepan sebuah majalah edisi terbaru yang baru saja dibelinya. Bukan hanya pada tulisan, tetapi juga pada foto yang tertera dengan caption ‘wanita misterius yang dicurigai sebagai kekasih bos SocFine group’.

Foto itu memuat sosok yang dikenal oleh Hyoyeon, sosok seorang gadis yang selama setahun ini tinggal bersamanya di sebuah apartemen kecil yang sangat sederhana. Gadis yang sudah dirawat layaknya seperti adik kandung ini sudah membuat Hyoyeon tidak habis pikir. Sikap polosnya dan innocent yang ditunjukkan Yoona menurutnya bukanlah sesuatu yang bisa menarik perhatian orang lain, apalagi seorang pria.

“Yoona, kau sudah lihat ini?” Hyoyeon menghampiri Yoona yang sedang sibuk dengan benang rajutannya. Sebuah sweater nyaris selesai dibuat oleh tangan kurus gadis itu. Yoona melongokkan kepalanya, melihat sebentar artikel yang menarik perhatian Hyoyeon.

“Wah… berita yang tak terduga. Tapi di foto itu wajahku tak begitu terlihat jelas,” komentar singkat Yoona ditanggapi wajah tak suka dari Hyoyeon.

“Syukurlah bila hasilnya blur seperti ini. Jadi orang-orang tidak akan tahu bahwa kau hanyalah seorang stalker dan kau tidak akan mendapat tatapan sinis dari publik,” ujar Hyoyeon tajam membuat Yoona mengerutkan keningnya dan bibirnya mencebik. “ingatlah siapa dirimu saat ini, Yoona-yah. Pria itu takkan pernah memandangmu.”

“Aku tak pernah ingin dia memandangku. Aku hanya ingin dekat dengannya karena aku menyukainya. Hanya itu, aku juga tak berharap ada berita seperti ini. Tapi jika keberadaanku memang bisa menolongnya, aku sama sekali tak keberatan.”

Hyoyeon memijat pelipisnya, kepalanya yang tiba-tiba berdenyut karena sikap sepupunya itu ternyata sangat mengganggu. Dia menatap Yoona lurus dan tajam, lalu menghela napas panjang.

“Aku tidak bisa mengerti apa yang kau pikirkan. Aku memang lebih suka kau yang menjadi gadis manis tanpa tatapan sinis. Tapi jika otakmu tak bisa berpikir dengan benar maka lebih baik kau tetap jadi orang menyebalkan yang sangat kubenci.”

Ck, Eonni… kau selalu saja menyebutku dengan perbandingan yang aneh itu. Aku sama sekali tidak mengerti dan tidak bisa mengingat dengan baik mana hal yang kau sebut sebagai perilaku manis atau menyebalkan.”

Celetukan Yoona yang datar dan lempeng itu tak dipungkiri membuat Hyoyeon menepuk keningnya. Sepupunya yang satu ini bersikap polos layaknya gadis remaja yang baru beranjak dewasa. Meskipun terkesan sedikit menyebalkan karena sikap yang ditunjukkan Yoona tidak sesuai dengan umurnya, tetapi Hyoyeon sangat menyayanginya.

“… Dan masalah pria itu, aku tidak peduli jika Eonni mengataiku bodoh atau apalah… Aku hanya menyukainya. Itu saja.” Yoona menambahkan.

“Baiklah. Aku tidak akan mengungkit-ungkit masalah kepalamu yang mm… berjalan sedikit abnormal itu. Mau bagaimanapun karakter yang kau bawa, kau tetap saja keras kepala.” Hyoyeon memutuskan untuk tak berdebat lebih jauh lagi dengan Yoona. Seperti yang dikatakannya, sifat keras kepala sudah mendarah daging pada Yoona sehingga mendebatnya secara berkelanjutan hanya akan menjadi pekerjaan melelahkan.

“Tapi aku hanya akan memperingatkanmu untuk berhenti menjadi stalker. Cukuplah menjadi penggemar jarak jauh dan perhatikan juga pekerjaanmu. Memangnya kau mau kehilangan pekerjaan yang susah payah kau dapatkan?”

Yoona menghambur memeluk Hyoyeon, dengan senyuman lebar di wajah cantiknya. “Gomawo, Eonni… Kau memang sangat mengerti aku. Aku sayang Eonni…”

***

“Aku pikir Anda tak mau datang lagi ke restoran ini, Lee Sajangnim!” sapa Yoona menyodorkan sebuah buku menu serta memberikan senyuman selamat datang darinya. Sementara Donghae menanggapi dingin, tidak ada sedikitpun semangat untuk merespon gadis itu lebih jauh.

“Aku pesan seperti biasa. Kau tentu tahu kan apa yang kuinginkan?” tanpa melihat pada Yoona, Donghae menyatakan menu yang dipesannya. Yoona masih memandangi buku menu dengan judul dari bahasa Italia tersebut hingga dengan ragu ia mengambilnya kembali dan meninggalkan Donghae dengan kepala penuh tanya.

Sempat ia berbalik, memandangi pria yang sama sekali tidak ingin menatapnya itu dengan kening mengerut. Apa yang terjadi? Mungkin pria itu memang sudah sepantasnya bersikap layaknya tak mengenal Yoona. Pertemuan yang terjadi di antara mereka adalah peristiwa yang ada karena keinginan Yoona sendiri. Jika pria itu tersenyum padanya, maka itu adalah sebuah kejadian langka dan hanya ada karena sesuatu yang dianggap menguntungkan oleh Donghae.

“Hei, kau bersikap seolah dekat dengan Tuan Sombong itu?” tegur seorang wanita dengan make up yang sedikit tebal. Lee Min Young mungkin menyadari, apalagi dengan mata tajam dan naluri penggosipnya yang menangkap sinyal kelainan dari tingkah orang-orang di sekitarnya.

“Apa berita dengan foto tak jelas itu benar? Apa wanita blur itu kau?”

Yoona memutar bola matanya, sadar bila menyembunyikan sesuatu dari penciuman tajam Min Young tetap akan diketahuinya seperti nasi yang mulai berbau basi. “Apa menurutmu begitu? Aku pasti sangat beruntung jika memang begitu.”

Min Young pun menganga. Selama ini yang dia tahu bahwa Yoona bukan tipe gadis yang terlalu pintar untuk membalikkan pertanyaan seseorang atau memutar adegan klise seperti halnya yang suka dilakukan aktor-aktor politik.

Terlepas bagaimana Yoona bersikap berbeda ataupun menarik kecurigaan, Min Young tak mau membuang kesempatan untuk menyelidiki pria tampan berhati es batu yang duduk tak jauh dari jarak pandangnya. Min Young mulai frustasi karena Donghae tetap bersikap biasa saja seperti yang ia tunjukkan setiap kali datang ke restoran ini – bertindak seolah ia pelanggan VVIP yang disegani oleh siapapun.

Perlahan dengan penuh kesopanan Yoona meletakkan beberapa piring dari nampan yang dibawanya. Menu pesanan yang masih fresh karena baru saja dimasak dan disajikan dengan tampilan yang menggugah selera. Siapapun orang di restoran ini tahu jika Donghae tidak suka menu yang dipesannya menjadi daftar tunggu yang lama terealisasi. Jadi koki yang sedang bertugas sudah diperingatkan terlebih dahulu, jika tak ingin mendapat panggilan protes dari pria konglomerat tersebut.

“Menu spesial yang anda pesan sudah selesai, Tuan. Seporsi Tiella –rebusan sayuran dan makaroni– dan Fagioli all’uccelletto –kacang polong dengan sage dan tomat.” Donghae merasa seleranya langsung tergugah bergitu kedua makanan tersebut sudah berada di mejanya.

“Tolong berikan aku segelas anggur Chianti,” tambah Donghae sebelum Yoona beranjak dari mejanya.

“Anda ingin minum anggur di siang hari?” tanya Yoona spontan menanggapi permintaan Donghae.

“Apa itu masalah untukmu? Apa kau punya kewajiban menanyakan pada pelanggan tentang menu yang dipesannya?”

Yoona merasa tidak enak karena membuat Donghae merasa ia mencampuri keinginan pria itu, apalagi disini adalah tempat kerjanya dimana Donghae menjadi salah satu pengunjung tetap yang selalu datang kesini.

Mianhamida, Sajangnim. Aku akan membawakan anggur Chianti-nya kesini,” Yoona pun pamit mundur perlahan. Ia menghela napas, sadar sudah melakukan kesalahan kecil dengan pekerjaannya. Yoona kembali mengingat kata-kata Hyoyeon untuk mengurangi kegilaannya pada Donghae dan memprioritaskan pekerjaan. Meskipun ia tidak bisa menampik jika Donghae tetap saja menjadi pria nomor satu yang menarik perhatiannya.

“Satu lagi Nona Kim…” Yoona berbalik, menanggapi panggilan Donghae. “Aku punya satu lagi pesanan dan ini khusus untukmu.”

Yoona tersenyum kecil. Entah mengapa hatinya begitu gembira ketika Donghae mengatakan ia memiliki sesuatu untuk diminta darinya. Itu berarti Donghae menganggap bahwa Yoona bukanlah hantu yang suka bergentayangan di sekitarnya dan juga bukanlah seseorang yang invisible.

“Apa yang anda inginkan lagi, Tuan?”

“Aku ingin kau berhenti mengikutiku sebelum aku melaporkanmu pada pihak berwajib dengan tuduhan kau mengganggu kenyamanan hidupku. Apa kau tidak pernah menyadari siapa dirimu dan kepentingan apa yang kau miliki dengan terus menjadi stalkerku?”

Yoona terperanjat dan terkesiap singkat mendengar kalimat yang terucap dari Donghae. “Aku tidak bermaksud apa-apa. Aku hanya—“

“Kau hanya menyukaiku. Begitu kan?” Donghae memotong pembelaan diri yang ingin dikatakan oleh Yoona sehingga gadis itu hanya bisa terdiam. “Ayolah, Nona Kim… semua wanita yang masih normal memang tak bisa menyembunyikan ketertarikan mereka padaku. Tapi aku tak peduli dengan semua itu asal mereka tak menyinggung kenyamananku. Dan kau sudah melanggar hal itu.”

Mianhamida, Sajangnim.” Yoona membungkuk, memohon agar Donghae tak memperpanjang masalah dan menarik perhatian orang-orang yang ada disana. Meskipun ia merasa ada yang aneh dengan dadanya yang tiba-tiba terasa sesak setelah Donghae menuduhnya berbuat hal tidak menyenangkan atau mencapnya sebagai wanita pengganggu.

“Baguslah kalau kau mengerti.” Ujar Donghae enteng dan melanjutkan makannya yang sedikit tertunda.

***

Lee Hyukjae kaget setengah mati ketika ia baru membuka pintu dan nyaris tersambit oleh sebuah posel yang melayang ke arahnya. Ia menatap iba pada ponsel yang langsung tampak retak LCD nya karena terbanting ke daun pintu lalu jatuh ke lantai.

Tidak ada yang salah dengan keadaan ruang kerja Donghae saat itu, tetapi kesalahan ada pada si pemilik ruangan. Donghae terlihat sedang menahan amarah, dan ponsel yang dilemparkannya hanya sebuah pelampiasan seketika.

“Apa yang terjadi sehingga kau tampak mengerikan seperti ini?” Sedikitpun Hyukjae tidak merasa ragu untuk mendekati pria yang tadi mengamuk.

“Kau tahu jika aku sangat membenci seseorang menekanku dengan ancaman apalagi hal itu dilakukan oleh ayahku sendiri!” Donghae menggeram menggeretakkan giginya. Otak Hyukjae berpikir cepat, ia memprediksi bahwa Tuan besar Lee mengancam bahwa Donghae akan kehilangan saham-sahamnya di SocFine jika tak menuruti keinginan lelaki tua tersebut.

“Apa dia tak pernah menghargai usahaku selama ini? SocFine berkembang pesat di tanganku sementara dia hanya bersenang-senang dengan perusahaan barunya di Belanda!” gerutuan Donghae jelas saja terlontar sangat sinis. Meskipun Tuan Lee tidak berada disana, Hyukjae merasa menjadi arca pengganti untuk luapan amarah Donghae.

“Aku diperlakukannya seperti anak kecil! Ancamannya tadi merupakan lelucon paling konyol yang pernah kudengar!”

Helaan napas yang keras dari Hyukjae menarik perhatian Donghae. Ia menyadari bahwa kemarahannya ini bukan sesuatu yang baru. Pertama kali ia mengamuk kepada sang Ayah ketika ia merasa telinganya panas dengan berita miring tentang ayahnya yang memadu kasih dengan seorang wanita muda, dan Donghae yang masih sangat muda menjadi sasaran empuk media yang juga mendapat hujatan tak menyenangkan. Ditambah dengan munculnya sumpah serapah dari wanita itu sesaat sebelum kematiannya karena putus asa ketika Tuan Lee tak lagi peduli hingga berakhir pada kasus pemerasan yang dituduhkan pada wanita itu.

Wanita itu mengutuk penerus Lee Jeong Han –ayah Donghae- yang berarti putra semata wayangnya, akan mengalami hidup mengenaskan bila berurusan dengan wanita hingga ia tak akan pernah merasakan kebahagiaan yang diberikan seorang wanita.

“Hei… calm down, brother!” tangan Hyukjae mengibas di depan wajah Donghae. Mata Hyukaje membulat lebar, seperti ingin menghipnotis Donghae sehingga menurutinya untuk tak menyerah pada emosi. “Kalau kau tidak berbagi masalahmu padaku, aku yakin sebentar lagi seluruh SocFine akan gempar karena atasan mereka jadi gila.”

Death glare pun berhasil menembus penglihatan Hyukjae yang diterimanya tanpa ampun dari Donghae. “Aku rasa mungkin aku akan benar-benar gila, jika aku kehilangan semuanya karena ancaman konyol itu.”

Hyukjae mendengus pasrah. Donghae selalu mengaitkan semua masalah yang menimpanya dengan uang dan kekayaan serta bisnis yang dimilikinya. He is really a sick person of shinning goods!

Uri Abeoji… dia menyuruhku secepatnya mengumumkan pernikahanku di depan publik.”

“Pernikahan? Bagaimana mungkin, kau kan tak puny—“

“Calon pengantin. Itu lah masalahku sekarang. Aku sama sekali tak menyangka Abeoji menekanku dengan urusan wanita.” Donghae memukul meja kerjanya dan terjadi sedikit guncangan pada benda-benda yang berada di atasnya.

“Mungkin ayahmu sudah tak tahan dengan gosip mengenai kutukan itu. Ayahmu juga pasti merasa sikapmu yang seolah tak peduli sehingga kutukan itu menjadi kenyataan. Apalagi usiamu sekarang bukan lagi seorang pemuda yang bisa didikte orang tuamu begitu saja. Bisa jadi kredibilitas dan pamormu akan turun di mata publik.” Celoteh Hyukjae panjang lebar.

“Lalu, apa solusimu?” tanya Donghae mengangkat sebelah alisnya.

“Mau tak mau kau harus ikuti keinginan ayahmu, jika kau tak ingin kehilangan segalanya. Kau tinggal pikirkan siapa wanita yang akan kau jadikan tameng.”

Donghae menyeringai mendengar solusi dari Hyukjae. Segala hal bila dikaitkan satu sama lain mulai dari ayah, anak, wanita hingga pernikahan akan bermuara pada suatu kesimpulan sebagai penyebabnya yaitu ‘kutukan’.

“Apa kau tak merasa bahwa Abeoji seakan memaksaku untuk masuk ke dalam lubang yang sama? Seolah mencari wanita untuk dijadikan alat kesenangan adalah hal yang biasa.”

“Aku hanya takut sejarah akan berulang, Donghae-ssi.” Suara Hyukjae terdengar sangat dingin, seperti ia sedang meneriakkan peringatan kepada Donghae. “Tapi kau memang tak punya pilihan lain jika kau tetap ingin hidupmu nyaman. Begitu kan?”

Donghae mengangguk pelan. Berurusan dengan wanita yang akan dijadikan objek pengambilan keuntungan demi kenyamanan dan keamanan hidupnya akan menjadi satu keputusan yang besar dan tidak akan mudah.

“Lalu siapa wanita yang menurutmu paling pas untuk menjadi ‘penjaga ladang ranjau’ ini, Hyukjae-ssi?” Donghae melemparkan pertanyaan yang seharusnya dipikiekan olehnya sendiri. “Dalam kasus ini aku yakin ayahku takkan peduli meskipun aku meminta seorang pelacur untuk menjadi istriku.”

Hyukjae tampak berpikir, memeras otaknya untuk menjawab pertanyaan Donghae melalui kelebatan-kelebatan sosok wanita yang mungkin dikenal oleh Donghae.

“Aku pikir kau membutuhkan wanita yang bisa kau ajak kerja sama tanpa banyak syarat yang perlu diajukan. Kau membutuhkan seorang wanita innocent, yang bisa membantu menyelesaikan masalahmu.”

“Kau benar. Aku tak bisa meminta wanita kelas atas untuk menjadi tameng, walau aku yakin mereka takkan keberatan sebab ketertarikan mereka padaku. Tapi wanita innocent..?” Donghae meletakkan jari telunjuknya di dagu, berpikir keras mengenai sosok wanita tepat untuk membantunya.

“Mungkinkah gadis itu… si Nona Stalker ?” tanya Donghae pada Hyukjae.

“Apa? Sebaiknya jangan, dia tidak akan—“

“Aku yakin dia pasti mau membantuku!” potong Donghae dengan keyakinan tinggi.

***

“Aku ingin bertemu dengan Kim Yoona. Apa dia masuk kerja hari ini?” tanya Donghae pada Min Young yang bertugas menggantikan Yoona hari ini melayani kehadirannya di restoran.

Yoona, begitu melihat Donghae muncul di depan pintu restoran langsung kabur ke belakang pantry dan meminta orang lain mengambil tugasnya untuk memberikan buku menu pada Donghae meski semua orang tahu jika pria itu akan memesan menu yang sama.

Semua orang merasa aneh. Tidak biasanya Yoona menghindar karena ia selalu bersemangat tiap kali Donghae datang ke restoran. Kali ini ia lebih memilih bersembunyi daripada memperlihatkan wajahnya di depan Donghae.

Min Young kembali ke belakang, masih dengan buku menu dalam pelukannya dan mencari Yoona yang penasaran sambil mengintip-intip dari celah pintu. “Dia mencarimu, Yoona-ssi.” Ujar Min Young malas, karena gagal mendekati Donghae untuk mencari bahan gosip baru.

Naega? Tidak mungkin!” sahut Yoona tak percaya. Dia yakin Min Young hanya menggodanya dan berusaha agar Yoona kembali pada jadwal kerjanya.

“Hei, kau pikir aku mau membuang waktuku untuk memanggilmu kesini bila aku bisa membuatnya tak memikirkanmu walau hanya sedetik?” cibir Min Young menyatakan kekesalannya karena diacuhkan oleh si Tuan Kaya. “Cepatlah kau pergi kesana, sebelum ia mengamuk dan mengobrak-abrik tempat ini.”

Dengan wajah masam Yoona mengikuti saran Min Young padahal ia sudah sangat berat untuk menemui pria itu di tempat ini. Yoona takut apa yang akan dikatakan Min Young jadi kenyataan, Donghae akan menegur manager mereka dan memberikan suara protes terhadap pelayanan restoran ini.

“Ada apa anda mencariku, Tuan Lee?” tanya Yoona dengan kepala tertunduk. Ia sengaja bersikap seperti itu untuk menghindari tatapan Donghae.

“Aku pikir kau sudah berhenti kerja disini karena sudah dua minggu aku tak melihatmu, Nona Kim.” Kalimat Donghae terucapkan begitu enteng, sehingga terdengar seolah mereka adalah dua orang yang berteman dan tahu kesibukan masing-masing, seperti berkata ‘aku-merindukanmu’.

Alis Yoona bertaut, tidak mengerti dengan perubahan yang ditunjukkan Donghae saat ini. “Bukankah anda yang memintaku untuk tak bertemu lagi, Tuan Lee?”

“Ah…” Donghae teringat kembali akan perkataannya dua minggu lalu yang menyuruh Yoona berhenti menjadi stalkernya. Ia masih ingat betul betapa dinginnya ia berbicara saat itu pada Yoona, di tempat kerjanya dan di depan rekan sekaligus pengunjung restoran ini.

“…itu, ya aku ingat pernah berbicara seperti itu. Tapi kau tidak perlu bersembunyi di tempat kerjamu sendiri, kan?” dalih Donghae berniat menghilangkan kesan bad man yang diterima Yoona sebelumnya.

“Bisakah kau ikut denganku sebentar? Aku sudah mengatakan pada manager mu kalau aku memiliki sedikit keperluan denganmu saat ini.”

Tanpa pikir panjang Yoona pun mengangguk. Meski ia merasa situasi ini sangat tak biasa, tetapi karena Donghae sendiri yang meminta dirinya untuk ikut pergi maka Yoona merasa tak keberatan. Yoona masih memiliki ketertarikan akibat rasa sukanya pada pria tampan nan kaya raya itu.

Yoona mengikuti Donghae, berjalan dibelakangnya dengan kepala penuh pertanyaan mengenai motif pria itu bersikap baik dan terkesan manis padanya meskipun kesan angkuh tetap tak bisa dihindarkan oleh pria itu.

Sesaat sebelum memasuki gedung SocFine yang berada tak jauh dari restoran tempatnya bekerja, Donghae berhenti dan berbalik menatapnya. Mata pria tersebut melihat dari atas kepala hingga ke kaki yang membuat Yoona sedikit begidik.

Tanpa diduga, Donghae membuka jas biru dongker yang dikenakannya lalu memberikannya pada Yoona. “Pakailah…” katanya sambil menyodorkan jas tersebut ke tangan Yoona.

Nde? Untuk apa aku memakainya?”

Donghae memutar bola matanya singkat dengan senyuman separuh yang terlihat menggoda. “Tentu saja untuk menutupi seragam kerjamu yang terlihat mm….” sedikit ragu Donghae mengatakan akhir kalimatnya.

“… hanya terlihat kurang pantas ketika kau akan masuk ke dalam.”

Yoona tertegun mendapat cemoohan seperti itu dari pria yang sangat dikaguminya. Pandangannya terhadap Donghae selalu saja positif sehingga ia selalu mengabaikan pendapat-pendapat orang lain yang tahu seperti apa sifat seorang Lee Donghae.

Meskipun ia merasa sedikit tersinggung, namun ia memaksa tersenyum kecut sambil menerima jas milik Donghae lalu bergegas memakainya. Terkesan bodoh, memang benar. Hanya saja Yoona tak pernah mau ambil pusing. Baginya yang terpenting bisa berada di dekat pria pujaan banyak wanita ini.

Akan ada banyak tatapan yang akan dilayangkan padamu. Yoona terngiang perkataan Hyoyeon beberapa minggu yang lalu, ketika gadis itu menasehatinya untuk menjaga jarak dengan Donghae.

Perbedaan status sosial jelas menjadi titik pusat perhatian banyak orang ketika kau berada di dekat pria seperti dia. Lagi, jantung Yoona berdetak cepat saat teringat kalimat tajam yang dikatakan Hyoyeon.

Dan kau, kau yang sekarang sangat anti dengan menjadi perhatian banyak orang! Yoona bisa merasakan kedua telapak tangannya berkeringat dan terasa dingin. Hyoyeon benar, saat ini Yoona takut menjadi pusat perhatian banyak orang.

Saat ini dia masih berjalan mengikuti Donghae yang berjalan lebih dulu dengan bahu tegak dan tangan yang dilipat di belakang punggung. Pria itu tidak menyadari bahwa Yoona sudah mulai ketar-ketir karena tatapan para karyawan yang berada di kantor itu teralih padanya.

Yoona menarik napas lega setelah seorang pria paruh baya membukakan sebuah pintu megah menuju ruang kerja sang Direktur yang berarti tidak akan ada lagi orang yang menatapnya curiga selain Donghae.

Yoona mengambil posisi duduk senyaman mungkin di atas sofa empuk setelah dipersilahkan oleh Donghae. Matanya menyapu seluruh ruangan saat pria itu berjalan ke meja kerjanya mengambil sesuatu ke dalam laci.

Tak lama berselang Donghae menghampirinya, duduk di atas sofa yang sama dan posisi duduk mereka sangat dekat seakan hampir berdempetan. Awalnya Donghae hanya memandangnya penuh intimidasi, memperhatikan detail wajah Yoona yang sedikit tertunduk.

“Kau ternyata wanita yang cantik, Nona Kim.”

Yoona mengangkat kepalanya, tergugah dengan satu kalimat pujian dari Donghae. Pipinya langsung merona merah hingga ia kembali menunduk untuk menyembunyikan wajah malunya.

Donghae tersenyum melihat tingkah kikuk gadis itu. “Kalau seperti ini, kau sangat berbeda ketika kau masih menjadi stalkerku.”

Yoona terkesiap karena ia mengira Donghae memang akan membahas masalah itu lagi, soal dirinya yang menjadi penguntit dan mengganggu kenyamanan orang itu. “eung… mi..mianhae, Sajangnim.

“Kau tidak usah khawatir soal itu karena aku tidak akan membicarakannya disini,” ujar Donghae lembut. Ia masih mencari tatapan mata Yoona, berusaha menarik perhatian gadis itu agar tak lagi berada dalam dunianya sendiri.

Yoona memberanikan diri kembali mengangkat kepalanya, saat ia sudah yakin bahwa pipinya tak lagi semerah tomat. “Lalu apa yang ingin anda bicarakan, Tuan Lee?”

Donghae berdehem singkat, menyiapkan momen yang tepat untuk mengatakan maksud dan tujuannya membawa Yoona ke sini. Ia meletakkan sebuah kotak beledu berwarna merah di atas meja yang ada di sisi depan sofa itu. Donghae membukanya, hingga terlihat sebuah cincin bertahta satu buah berlian yang ukurannya tidak besar namun tetap menyilaukan mata.

Mulut Yoona menganga melihat benda itu. Ia bahkan tak berkedip ketika menatap cincin tersebut seolah di kepalanya terhitung otomatis berapa Won yang harus dibayar jika ia ingin memiliki cincin tersebut.

“Yoona-ssi… Menikahlah denganku.”

Mwo???

To Be Continued….

©misskangen-2014

Hai… berhubung belum ada ide untuk melanjutkan Compromise, jadi aku bawa kisah lain yang sudah di-remake sedemikian rupa. Entah kenapa aku suka dengan karakter pria yang dingin, egois, dan tentunya menyebalkan. Tapi jangan terlalu membenci karakter Donghae yang ada dalam cerita ini ya… Jangan lupa berbagi pemikiran kalian mengenai cerita ini ya. See ya!!!

88 thoughts on “ANATHEMA (Chapter 1)

  1. wah sama serunya ni sama compromise , gmn reaksinya yong un ya :/ . o ya compromisenya dilnjt y thor , sm ff ni jg 😀

  2. Sumpah ini fanfic keren abis.. baru pertama kali liat karakter yoona & donghae yg kaya gitu..
    lanjutan.x jangan lama” yha kaq ^.^

  3. keren thor alur ceritanya;))
    karakter donghaenya bikin greget bingitss… yoonanya juga terlalu polos, tapi bagus thor(y) aku suka..

    cepet lanjut yg compromise, ff yg ini juga jgn lama lama dilanjutya yah thor^^

  4. donghae oppa maen langsung ngajakin nikah aja, jelasin dulu ke alesannya 😀
    keren, aku suka bgt
    cepet dilanjut ya author^^

  5. huwaahh suka crta yg sprt ini..
    donghae blakbkan ya, btapa terkejutnya yoona.. eumm mgkin tdk smudah itu menerima donghae mengingat dia berlaku dingin pd yoona.. huhuu
    next ditunggu^^

  6. love itttttttttt!!! suka karakter cowok kek donghae. kesannya lebih cool dan macoo. hahaaa
    aq pengennya sih, karakter yoona d bikin agak berani dikit, byar g diintimidasi terus sma si donghae., kasian yoonanya,, tpi nie ceritanya udh keren qokk,.
    pokoknya aq slalu ska smua FF yg d bikin sma miss kangen,. FFnya bner2 ngangenin.
    d tunggu kelanjutan FFnya, SECEPATNYA,, HEHEHEEEE

  7. disini donghae jht bnget,arogan dan omongannya suka nyakitin orang lain apa lgi yoona,,,,kira2 yoona nnti mau gk ya nikah ma donghae???
    moga aja dengan sikap yoona yg lembut sikap donghae bisa berubah…..

  8. Sejujurnya aku juga suja banget sama pria yang kaya gitu kak.. hehe
    sukasuka sama ceritanya, gak pernah membosankan!!
    ditunggu kelanjutnya kak, jangan lamalama yah^^

  9. Sejujurnya aku juga suja banget sama pria yang kaya gitu kak.. hehe
    sukasuka sama ceritanya, gak pernah membosankan!!
    ditunggu kelanjutnya kak, jangan lamalama yah^^

  10. q jg suka krakter donghae oppa yg dingin penuh tantangan hehe,tp sekalinya
    cinta ma cwe dia akn perjuangin mati”an*sweet bgt
    kira” yoong mau g y menikah dg hae oppa???

  11. jd ini awalnya?
    trnyata si donge tipe cowo yg make 1001 cara biar jalan bisnis dy sllu mulus ckckk… smga ketemu batunya aja deh ya bang…

  12. Mian bru bsa bca skrng unnie..
    Yaaaa smoga ajj yoona ny gak terlalu menderita karna donghae udah manfaatin yoona n smua ny happy ending.

  13. Gtu amat donghae cara melamarnya.. Terus apa yoona terima gtu aja? Disini sifat yoona polos and innocent.. Donhae jahat bgt kalo manfaatin itu.

  14. hahah aigooo wlo cool gk gtu jg kali oppa cara ngelamarnya,, *klo aku dilmar kyk gtu ma haeppa sih udh pingsan duluan,, haha #abaikann,,,

    aku suka ffx ,, kerennn,,, author_nim fighting,,,!!

  15. Singel seumur hidup kasian amat si hidup donghae sgala di nobatin julukan itu wk,yaampun yoona mang bner-bner udah kepicut bner sma karisma donghae ya -_-.kasian yoona jadi di manfaatin donghae

  16. Lagi gabut dan cari ff akhirnya ketemu ini hehe

    Karakter donghae di part awal ini dingin2 arogan ala2 ceo di kebanyakan ff cuma bedanya disandingin sama yoona yang jadi stalker nya jarang bgt

    Njirrr si donghae ini baru kemarin nyuruh ngejauh dan ngesarkas bgt omongannya tiba2 ngelamar yoona😏😏😏
    Meskipun ada motifnya pasti yoona nerima aja wkwk yasiapa yg gamau btw😂😂

Komentarmu?