Perfect Life? (2 Of 2)

1perfect

Autor                  : SooNa

Title                 :  Perfect Life?

Cast                 : Im Yoon Ah- Lee Dong Hae

Genre              : Romance

Rating             : General

Note                : Sebelumnya maaf akan isi ff ini yang hancur dan penuh typo. Dan aku sangat berterima kasih atas respon yang kalian berikan di part sebelumnya.

So Happy Reading

Dipost juga di blog pribadi.

~

She Just A Pity Girl

Yoona memandang nanar kearah cermin yang ada didepannya. Apakah benar pantulan dalam cermin  2 meter itu adalah dirinya? Im Yoon Ah yang sempurna itu? Jauh, sungguh sangat jauh dari kata sempurna. Dimana letak kesempurnaannya? Apakah dengan lingkaran hitam dan juga sembab dimatanya itu bisa dikatakan sempurna?

Sakit, sungguh hatinya masih sakit. Ia ingin sekali menyerah. Ya menyerah untuk mencintai Lee Dong Hae. Menyerah untuk membuat pria itu mencintainya. Tapi sekali lagi apakah ia bisa?

Apakah Im Yoon Ah bisa lepas dari Lee Dong Hae? Sesuatu yang terdengar mustahil baginya karena ia sudah menyerahkan dirinya pada pria itu. Semua yang ia punya sudah ia serahkan tanpa pria itu memintanya.

Tanpa memintanya?

Tanpa memintanya.

Terus ia ulang kalimat itu dikepalanya. Dan sungguh efeknya sangat hebat untuk dirinya. Sakit dihatinya semakin bertambah dan kepalanya mulai pusing.

Sekali lagi tanpa memintanya.

Pria itu tak meminta apapun darinya. Hanya dirinyalah yang bodoh menyerahkan semua yang ia punya untuk diberikan pada pria yang bahkan tak memintanya.

Tok tok

Kembali kedalam hidup nyatanya.

“Nona, Tuan dan Nyonya besar sudah pulang.”

Sudah pulang? Tak bisakah ia mendengar kabar itu beberapa bulan lalu? Kenapa baru            sekarang kabar itu hinggap ditelinganya.

Yoona tetap diam. Walaupun ia menghampiri orang tuanya hanya akan menyambutnya dengan senyuman dan selanjutnya tidak akan ada yang terjadi. Tidak akan ada pelukan atau belaian lembut yang ingin sekali ia rasakan kembali. Rasakan kembali dari tangan hangat ayahnya dan tangan lembut ibunya.

Tidak ada yang bisa ia andalakan.

~

“Sayang kau tak menyambut kami?” Sapaan yang tak terasa familiar lagi menyambut pagi harinya. Disini tak lagi ia duduk sendiri dengan para maid yang berjejer rapi didepan belakang dan sampingnya yang dengan setia melihat dan menunggu dirinya sarapan ataupun makan.

Sekarang meja itu sudah terisi lebih banyak. Ada ayahnya diujung meja dan ada ibunya yang duduk didepannya.

Dari pakaiannya bisa Yoona simpulkan kalau kedua orang tuanya itu akan pergi lagi. Jadi untuk apa mereka pulang kalau hanya untuk pergi kembali? Untuk melihat Yoona? Itu hanyalah impian Yoona yang entah terkabul atau tidak.

“Aku lelah.” Singkat memang tapi Yoona abaikan itu dan memilih mengambil selembar roti lalu mengolesinya dengan selai kacang yang ada diatas meja itu.

“Kami mengerti.”

Tidak bahkan mereka berdua tidak akan mengerti.

Mengerti dari mana?

“Aku muak.” Yoona membanting garpu dan pisaunya menghasilkan bunyi dentingan yang cukup kencang membuat Tuan Im menoleh kearah Yoona.

“Appa kira kau sedang dalam suasana yang buruk lebih baik kau istirahat.”

Lihat apakah itu yang dinamakan mengerti tadi? Seharusnya appanya memarahinya karena mengacaukan acara sarapan pagi yang sangat langka ini. Dan itu sudah cukup bagi Yoona karena dengan begitu Yoona dapat menyimpulkan kalau sarapan pagi ini penting bagi dirinya dan kedua orang tuanya.

Sarapan pagi yang sangat susah untuk diulang lagi. Cukup dengan appanya atau eommanya marah padanya. Itu cukup bagi Yoona.

Yoona pergi begitu saja. Tak mengacuhkan kalau mungkin ia akan lama lagi untuk bertatap muka dengan orang tuanya itu.

~

“Berhenti berkeliaran disekitar hidupku.”

Yoona semakin mencengkram lengan atas wanita didepannya yang sepertinya tengah merintih kesakitan karena cengkramannya yang terlalu keras.

“Menghilanglah dari pandanganku.” Yoona semakin mengeraskan cengkramannya membuat Yuri dan Sooyoung menatap Yoona khawatir.

Lebih dari itu dibandingkan mengkhawatirkan seseorang yang tengah kesakitan itu, mereka lebih mengkhawatirkan keadaan Yoona sekarang.

“Kami saling mencintai.” Dan sepertinya Sunye –wanita yang tengah beridiri didepan Yoona atau lebih tepatnya yang tengah Yoona cengkram lengan atasnya- tidak memikirkan perkataannya itu yang akan berakibat buruk pada dirinya sendiri.

“Yoong sudah-“

“DIAM! Dengar, saling mencintai? Hubungan yang saling mencintai?”

Sunye hanya mengangguk.

“Cintamu itu akan berakibat tidak hanya pada dirimu, aku dan juga Lee Dong Hae. Tapi juga berakibat pada perusahaanku dan perusahaannya yang pasti akan langsung membuat negara ini hancur. Apa kau tak tahu?”

Nah inilah yang dikhawatirkan Sooyoung dan Yuri. Memang kehidupan mereka tidak akan jauh dari hal-hal yang seperti ini.

Perjodohan? Itu hal wajar dan sudah sangat biasa terjadi. Buktinya Sooyoung dan Yuri mengalami itu juga. Hanya satu yang berbeda dari Yoona. Satu perbedaan yang membuat jarak perbedaan itu sangat lebar.

Perjodohan mereka disertai dengan kata cinta yang diagungkan oleh Sunye tadi tapi tidak bagi Yoona, tidak bagi perjodohan yang terjadi antara Yoona dan Donghae.

Satu perbedaan yang sangat memberi dampak yang sungguh jauh.

“Apa maksudmu?” Dan sesuai dugaan mereka lagi, Sunye yang hanya wanita biasa yang bahkan bisa kuliah disini karena sebuah beasiswa tidak akan mengerti tentang kehidupan yang terlihat indah dan diimpikan manusia diluar sana.

“Kau tahu kata cintamu itu bisa membuat perekonomian dinegara ini hancur tak terkendali. Jadi turuti permintaanku karena sampai kapanpun kau tak akan mengerti. Kau hanya wanita mur-“

“Im Yoon Ah.”

Yoona mengepalkan tangannya yang sudah diudara dan kembali menurunkannya. Memejamkan matanya sekedar untuk menetralkan keadaan hatinya yang tengah memunjak diatas amarah yang baru saja akan ia keluarkan tapi semua itu gagal.

Sekali lagi hanya karena satu orang,satu suara yang selalu memanggilnya dengan nada yang ingin Yoona ganti nada itu menjadi sedikit ya sedikit saja lebih lembut. Tak bisakah?

“Kau selamat sekarang.”

Selamat dalam artian Im Yoon Ah. Selamat karena ia masih bisa menahan untuk tak membuat lebih parah dari ini.

Yoona berjalan keluar dari ruangan kelas yang sedari tadi sudah kosong. Melewati begitu saja Donghae yang kembali menatap tajam kearahnya.

‘Kumohon singkirkan tatapanmu itu Lee Dong Hae. Aku sama seperti mereka terlebih wanita yang kau cintai itu. Aku ingin kau menatapku dengan  mata teduhmu yang memancarkan kehangatan yang aku butuhkan, tidak dengan tatapan yang seakan kau membenciku seumur hidupmu.’

“Berdirilah.” Eunhyuk dan Kyuhyun membantu Sunye untuk berdiri dan segera membawa wanita itu keruang kesehatan.

Lihat keadaannya sudah tak menentu. Rambut yang acak-acakan. Lengan atas yang memar dan juga diwajahnya terlihat bekas tamparan mungkin.

“Miyanhae.” Ucap Donghae dan Sunye hanya bisa tersenyum sambil menganggukan kepalanya. Tanda ia tak apa-apa.

~

Semuanya selalu salah dimata pria itu. Semua yang ia lakukan selalu salah dimata Donghae. Tidak ada perilakukanya ataupun sifatnya yang merasa benar bila sudah berada didepan Donghae.

Dan citra dirinya dalam diri namja itu kian buruk. Yang dulunya bahkan sudah tak bisa dibilang buruk tapi sudah sangat buruk sekarang semakin bertambah buruk. Jadi apakah ia bisa memperbaiki keburukan itu?

Kalau bisa dengan apa? Ia harus seperti apa bila ingin merasa benar dimata Donghae?

Bersikap seperti Min Sunye? Perlukah ia? Atau mungkin ia harus berubah sepenuhnya menjadi sosok wanita itu agar Donghae melihatnya?

Terlalu banyak pertanyaan dikepalanya.

“Benarkah? Itu akan berefek baik pada perusahaan kita.” Terdengar tawa yang sudah lama ia tak dengar. Kapan terakhir ia melihat ayahnya tertawa seperti ini?Dan juga kapan terakhir ia bersama dengan ayahnya dan juga ibunya tertawa bersama? Menikmati kehidupan mereka.

“Dan akan lebih bagus lagi bila kita majukan tanggal pernikahan mereka.”

“Ya aku sungguh sudah tidak sabar menunggu hari itu.”

“Kamipun, kami akan memilih baju yang paling bagus dari yang terbagus.”

Kicauan yang menurut Yoona hanya sebuah omong kosong belaka. Mereka pada akhirnya hanya punya satu tujuan. Keuntungan perusahaan masing-masing dan terkadang Yoona benci. Ia benci karena dalam hal ini, ia dan pria yang duduk disampingnya hanyalah berperan sebagai tumbal. Tumbal akan kejayaan perusahaan dimasa depan.

Tapi ia juga mensyukuri ini dalam waktu yang bersamaan. Sosok Donghae yang entah kenapa sangat susah untuk ia gapai dan hanya dengan cara seperti ini ia bisa menggapai—ani bahkan dengan cara apapun Donghae tak bisa ia gapai. Pria ini terlalu tinggi dari tempatnya berpijak, pria ini terlalu jauh dari tempatnya berada. Pria ini terlalu menyilaukan dari jarak pandang matanya.

“Kita buat semuanya semegah dan semewah mungkin.”

“Mr Ronald dan istrinya bahkan tak sabar ingin segera mendengar berita bahagia ini.”

Ya Yoona coba abaikan semua kicauan yang masih terdengar ditelinganya.

“Maaf tuan, nyonya. Tuan muda Jungsoo sudah datang.”

Yoona langsung bangkit dari duduknya.

“Benarkah ahjumma?” Terlihat sorot mata yang tadinya redup sekarang mulai berbinar.

“Keponakanku merindukanku?” Terlihat sosok pria yang terlihat dengan balutan jas birunya yang tengah merentangkan kedua tangannya.

Sontak Yoona langsung lari dan berhambur kedalam pelukan paman mudanya itu.

“Oppa aku sangat merindukanmu.” Ucap Yoona masih memeluk dengan sangat erat Jungsoo. Setidaknya masih ada orang yang membuatnya senang.

“Hey aku hanya pergi ke Paris 2 tahun.” Iya memang dua tahun, dan selama dua tahun itu seorang Im Yoon Ah tidak punya seseorang yang menjadi sandarannya. Tidak ada orang yang mengerti Im Yoon Ah dalam waktu dua tahun itu dan tidak akan ada orang yang merelakan pundaknya untuknya.

“Noona, hyung aku pulang.” Ucap Jungsoo dan segera membungkukan kepala sedikit kearah tiga orang asing dimatanya. Dan tentu saja ia langsung mengerti siapa tiga orang itu.

“Sayang lepaskan dulu oppamu itu.”

Yoonapun melepaskan pelukannya tapi langsung menarik Jungsoo kearah tangga dan menaiki tangga itu membuat Tuan Im dan Nyonya Im hanya bisa mengucapkan maaf pada tamunya itu.

~

“Oppa kau membawakanku oleh-olehkan?” Tanya Yoona antusias dan segera mengobrak-abrik tas berukuran cukup besar itu yang sedari tadi dipegang Jungsoo.

“Wah lihat ini miniatur menara eiffel. Aku sangat suka.” Ucap Yoona sambil memutas-mutar sebuah miniatur lambang bangunan kota Paris sekaligus lambang negara Prancis.

“Ceritalah, bagaimana dengan perjodohan itu?” Ucap Jungsoo seraya mengusap pelan rambut hitam panjang Yoona membuat Yoona seketika diam. Mematung tidak bisa hanya untuk sekedar berpindah satu milipun.

“Hmm? Ada masalah?” Bujuk Jungsoo lagi mencoba membuat Yoona berbicara.

Senyuman hangat langsung Jungsoo berikan ketika Yoona memandangnya. Ia tersenyum seraya menganggukan kepalanya tak lupa bibirnya sedikit membisikan kata-kata yang akan     selalu membuat Yoona tenang.

“Gwenchanna.”

Ya selama ada Jungsoo semuanya akan baik-baik saja. Ia tak perlu lagi diam melampiaskan kekesalannya pada dirinya snediri atau mungkin orang lain. Akan ada Jungsoo yang akan menghentikan. Satu-satunya orang yang mengertinya dan sudah kembali.

“Oppa.” Yoona memeluk kembali Jungsoo dan menangis didada bidang pria itu. Jungsoo menepuk-nepuk punggung Yoona dan sesekali mengucapkan kalimat ajaib itu. Ya ajaib bagi seorang Im Yoon Ah.

Sebuah kata yang sungguh sangat sederhana tapi bagi Yoona tidak. Dengan kata itu ia akan percaya kalau semuanya memang baik-baik saja. Dengan kata itu menandakan kalau ada orang lain disampingnya yang siap menemaninya menjalani hidup ini. Dengan kata itu ia bisa merasakan satu rasa yang mungkin bisa menjadi satu kekuatan untuk ia melanjutkan hidupnya.

~

“Setidaknya sekarang ia lebih manusiawi.” Bisik Sooyoung kearah Yuri yang terlihat sangat fokus, padahal dosen didepan sana sungguh membosankan dengan teori-teori ekonominya itu sehingga membuat sebagian siswa yang ada disini tertidur. Tapi tidak untuk Yoona kali ini.

Sooyoung bahkan tak bisa percaya awalnya. Kenapa Yoona bisa seperti Yuri, memerhatikan dosen yang kini tengah menulis dibor putih itu dengan kacamata tebal bertengger diwajahnya.

“Dan sekarang giliran kau yang tidak manusiawi.”

~

“Oh Kyu.” Sooyoung menarik lengan Yoona dan Yuri supaya duduk dimeja yang disana juga duduk Kyuhyun dan tentu saja dengan kedua temannya.

“Ahjumma aku pesan bulgogi 3 dan juga jus apelnya 3 jangan lama.” Ucap Sooyoung ketika baru saja ia duduk dikursinya bersama Yoona dan Yuri.

Yoona, ia hanya diam sekali lagi. Pandangan dari pria disampingnya selalu sama. Tak akan pernah berubah.

“Mian Sunye-ah tadi aku sedang ada kelas.”

“………………..”

“Tentu saja, aku akan segera kesana.”

Dan Yoona hanya bisa tersenyum kecut. Donghae lebih memilih menghampiri Sunye yang entah ada dimana dibandingkan tetap duduk disampingnya bersama teman-temannya.

Helaan nafas terdengar dan Yoona mengambil sendok dan garpu, setelah itu ia segera memakan bulgogi yang baru saja datang, membuat pasang mata yang ada dimeja yang sama memandang heran kearahnya.

“Kalian tidak makan?” Tanya Yoona.

“Kau tidak apa-apa?” Sebenarnya sungguh sangat apa-apa kalau boleh Yoona jujur. Dan juga kalau boleh ia ingin sekali memukul seseorang ah mungkin membunuhnya. Ide yang terdengar bagus bukan?

“Tidak.” Ucap Yoona sambil memakan bulgogi.

~

Dan sepertinya memang ia apa-apa. Kenapa Donghae selalu membuat amarahnya memunjak. Kenapa ia selalu membuat dirinya ingin sekali membunuh Min Sunye itu walaupun taruhannya adalah hidupnya sekalipun. Kenapa? Apakah cintanya tak lebih besar dari wanita itu?

Bagus, sungguh bagus apa yang terlihat didepannya. Ingin sekali dari tadi Yoona melangkah, menjauh dari taman apartement Donghae ini. Sungguh ia ingin sekali beranjak tapi kenapa kakinya seperti ada yang memaku. Memakunya untuk tetap melihat adegan itu. Donghae sungguh brengsek.

Pria itu memang tidak punya etika dan semacamnya. Pria itu pantas ia sumpahi atau ia caci maki tapi tidak wanita itu yang lebih pantas.

Dengan sekuat tenaga Yoona melangkah, bukan menjauh tapi malah mendekat.

Ia segera menarik Min Sunye membuat adegan menjijikannya dengan Donghae terlepas, terhenti begitu saja.

Plak

Tidak hanya satu kali tapi dua kali sekaligus. Rasanya masih kurang menampar kedua pipi wanita itu.

“Aku bilang enyah dari hidupku wanita murahan.”

Plak

Sekali lagi ia menampar pipi Min Sunye hingga meninggalkan bekas yang sangat merah ditambah darah disudut bibir yang sama menjijikannya.

“Kau tak tahu posisimu sekarang? Apakah perlu aku jelaskan lagi.” Yoona menggeram  sambil menahan amaranya untuk segera ia lepaskan.

“Apa yang kau lakukan?” Sekarang pandangannya beralih kearah pria yang sungguh sangat brengsek.

“Apa yang aku lakukan? Seharusnya aku yang tanya apa yang kau lakukan?”

Nafasnya memburu dan ia sudah mulai merasakan sesak dibagian dadanya. Tapi Yoona sebisa mungkin menahan dan menjaga wajahnya untuk tak berubah. Berubah menjadi kesakitan didepan kedua manusia yang menjijikan ini. Itu sama saja ia terlihat lebih menjijikan dari mereka. Terlihat lebih menderita dari mereka yang cintanya terpisahkan oleh dirinya.

Oh sungguh sebuah drama terjadi di hidupnya, tapi ia bukan pemeran utamanya, ia hanyalah  seorang tokoh antagonis yang mungkin sangat ingin ditiadakan oleh para penonton drama ini.

Ia bukan main person dalam drama yang tengah berjalan ini. Ia bagai nenek sihir dalam Snow White, ibu tiri dalam Cinderella dan semua tokoh antagonis dalam cerita-cerita lainnya.

“Kau masih diam? Masih belum jelas. Baiklah Min Sunye kau hanya seorang wanita biasa yang bahkan tak bisa disandingkan denganku. Kau sampah dan aku permata jadi aku ingin kau enyah dari pandanganku se-“

Plak.

Yoona menyentuh pipi kanannya. Panas dan sakit itu menjalar langsung ia rasakan. Matanya memerah tapi bukan ingin menangis tapi amarahnya sungguh memunjak.

“Tak lihat? Bukankah kau harus segera pergi Min Sun— kau mau menamparku lagi? Kau tentu tidak akan bertindak bodoh bukan?”

Donghae kembali menurunkan tangannya dan hal yang selanjutnya terjadi adalah Min Sunye pergi. Tinggal dirinya dan juga Donghae.

“Setidaknya otakmu masih berfungsi. Kau tentu tak  ingin menghancurk–.”

“Kenapa kau seperti ini?”

Seperti apa? Menampar wanita itu? Mengganggu adegan menjijikan tadi? Seperti apa yang dimaksud Donghae.

Kenapa hidupnya sungguh sangat buruk. Ini sungguh menyiksa. Ia tak tahu kalau dilahirkan dalam keluarga yang kaya itu akan menjadi seperti ini.

Kalau boleh ia memilih ia lebih ingin dilahirkan dalam keluarga serba sederhana mungkin dengan begitu Donghae akan mencintainya. Bukankah kehidupan Min Sunye seperti itu?

“Kau tentu tahu.”

“Aku tidak tahu, aku tidak tahu kau sebenarnya siapa? Aku tidak tahu kau sebenarnya seperti apa Im Yoon Ah.” Donghae memegang kedua pundaknya dan sedikit meremasnya.

“Semua ini membuatku bingung. Kenapa harus kau Im Yoon Ah. Sungguh aku tidak tahu.”

Yoona menghentakan kedua tangan Donghae yang seakan menyalurkan kemarahan pria ini kepadanya.

“Itu karena kau tidak mencoba mencari tahu. Dan aku ingatkan semua ini karenamu. Karenamu oppa.”

Dan Yoona pergi. Ia sudah muak. Muak kepada Donghae dan muak pada hidupnya. Hidupnya dan juga hidup Donghae. Semuanya ia muak.

Bolehkah ia meminta Tuhan untuk mencabut nyawanya saja kalau Tuhan tak mengizinkan Donghae mencitainya? Tak mengizinkan hidupnya untuk bahagia bersama pria yang ia cintai.

Kenapa serumit ini hidupnya. Cintanya sungguh rumit dan itu karena ia semakin memperumitnya.

Ia kira hidupnya hanya akan biasa saja seperti semua novel yang pernah ia baca, seperti semua drama yang pernah ia tonton.

Tapi satu yang menyakitkan. Bukankah dalam drama seorang pangeran yang kaya akan mencintai seorang upik abu. Tapi disini ia tak diciptakan sebagai upik abu melainkan seorang putri. Seorang putri yang menjadi pihak ketiga dalam hubungan pangeran dan juga upik abu yang pada akhirnya hanya akan melihat kebahagian sang upik abu yang telah berubah menjadi putri dan bersanding dengan sang pangeran,

~

“Oppa apa kau benci dengan sikapku?” Jungsoo yang tengah sibuk membaca bukunya langsung meletakan buku itu dimeja dan duduk disamping Yoona yang tengah duduk diranjang miliknya.

“Tidak, malah oppa sangat suka.”

“Bohong.”

Jungsoo tersenyum dan selalu bisa membuat hati Yoona tenang. Senyuman yang sama dengan eommanya. Senyuman yang ia rindukan.

Dari pada memanggil pamannya ini dengan sebutan ahjussi lebih baik ia panggil oppa karena toh umur pamannya ini masih sangat muda.

“Kau cantik, manis, sangat manja padaku dan aku sangat suka ketika kau bersikap dingin. Itu terlihat kalau kau wanita yang kuat.”

Yoona memandang Jungsoo. Wanita kuat? Ia harap begitu karena ia rasa ia sungguh lemah     sekarang. Lemah ketika ditinggal Jungsoo 2 tahun lalu. Lemah ketika mulai mengenal Lee Dong Hae dan semakin lemah ketika mencintai pria itu.

“Kau wanita kuat Yoona-ya kau harus percaya itu.”

“Aku harap begitu.”

~

Ia wanita kuat.

Ia adalah sebuah permata yang patut untuk dijaga.

Ia penting bagi semua orang.

Ya mulai sekarang ia harus terus menanamkan kepercayaan itu dihatinya. Bukankah Jungsoo mengatakan begitu. Jadi ia harus percaya kalau ia wanita yang kuat.

Yoona terus melangkah melewati lorong yang mulai sepi. Hanya kelasnya mungkin yang belum masuk karena dosen yang mengajar hari ini mempunyai kebiasaan telat dan itu menguntungkan baginya.

Dilorong yang masih sedikit jauh dari kelasnya Yoona menghentikan langkahnya.

Ia kembali mundur ketika terlihat sosok yang menjadi sangat familier 2 tahun ini. Sosok yang membuat hidupnya seakan hancur, sosok yang menganggap dirinya hanyalah wanita biasa padahal dia bukan. Tapi sosok itu juga mampu membuatnya selemah ini. Sosok yang ia harapkan ada dimasa depannya. Tapi apakah mungkin?

“Aku tidak tahu.”

Terdengar sayup suara lirih pria itu.

Yoona terus berdiri memerhatikan dua pasang manusia yang ingin Yoona lenyapkan sang wanitanya. Dan digantikan olehnya.

Lihat bahkan hanya sekedar melihat Donghae dan Sunye membuat Yoona merasa kalau dia akan berubah menjadi seorang kriminalitas karena mempunyai keinginan membunuh seseorang.

“Aku tidak tahu kenapa seperti ini. Aku tidak tahu Sunye-ah.”

Tak bisakah Lee Dong Hae memamnggilnya seperti ia memanggil Min Sunye.

“Oppa.”

Dan bisakah ia leluasa untuk memanggil pria itu dengan sebutan oppa? Seperti Min Sunye.

“Dia datang begitu saja, dia datang tanpa membawa hal spesial yang kau miliki. Dia datang dengan semua keangkuhan yang ia punya.”

“Lalu kenapa?”

Sekarang ia seperti penguntit. Yoona kau semakin jauh dari sosok Im Yoon Ah yang dulu.

“Miyanhae.”

Matanya memerah ani bahkan semua wajahnya. Kedua tangannya mengepal. Kenapa pria itu memeluk Min Sunye. Kenapa? Didepan matanya ia melihat ini haruskan kedepannya ia akan melihat yang lebih parah lagi.

Satu spekulasi muncul di kepalany—

“Minyanhae melakukan hal ini padamu. Dan aku pinta agar kau membenciku seperti kau membencinya. Tapi satu hal yang kuminta jangan membencinya. Dia tidak salah, dia hanya gadis malang yang sudah aku rusak, dia hanya gadis malang yang perlu perhatian dan kasih sayang. Dia gadis yang lemah sebenarnya.”

“Oppa.”

“Kau kuat dibandingkan dengannya. Aku percaya itu.”

“Dan dia gadis malang karena mencintaiku.”

Siapa gadis malang itu? Yoona semakin mengepal kuat dan segera beranjak pergi menghilang dari lorong ini. Berbalik arah bukan lagi kearah lorong kelasnya.

Ia hanya butuh pundak Jungsoo, ia hanya ingin dekat dengan Jungsoo. Ia ingin melihat Jungsoo dan ia ingin mendengar kata-kata ajaib dari mulut Jungsoo.

Im Yoon Ah terus melangkah dan masuk kembali kedalam mobilnya.

Gadis malang?

Dia tidak semalang itu. Dia masih punya uang berlimpah ia masih punya wajahnya yang cantik ia masih punya kehormatan dan harga diri kecuali didepan Lee Dong Hae dan yang paling penting ia masih punya Junsoo yang selalu mengertinya.

~

Menangis, satu-satunya hal yang sering ia laukan sekarang dan penyebab dari semua ini hanyalah satu, satu orang. Lee Dong Hae.

“Oppa.” Lirihnya sambil terus memeluk Jungsoo. Ia hanya ingin mengeluarkan semuanya. Ia hanya ingin mengeluarkan semua hal yang terasa menyakitkan dihatinya. Ia hanya ingin mengeluarkan semua yang menghimpit didadanya.

Sakit.

Perih

Dan segala hal yang menyangkut pesakitan lainnya.

Cinta, bukanlah penyakit yang mengerikan ataupun mematikan tapi cinta lebih dari itu. Cinta bahkan bisa mematikan siapa saja yang menderita karenanya. Dan malangnya Im Yoon Ah mengalami itu.

Mengalami kesakitan yang dialami oleh nama cinta itu.

Ia bodoh karena ia mencintai Lee Dong Hae, ia bodoh karena tak bisa membuat pria itu mencintainya. Ia bodoh karena terus mengharapkan dan mengemis rasa itu dari pria yang sungguh sangat brengsek, menghancurkan hatinya. Menghancurkan seorang permata bagi orang lain.

“Menangislah.”

Jungsoo mengusap punggungnya.

“Menangislah bila kau ingin menangis. Wanita kuat juga perlu menangis.”

Dan tangisnya semakin pecah. Ia lemah sekarang.

“Oppa sakit.” Yoona memukul-mukul dadanya sendiri. Sesak dan terasa mencekik.

“Oppa ini sangat sakit.” Dan kembali Jungsoo mengeratkan pelukannya. Ia tak pernah melihat Im Yoon Ah yang seperti ini. Ini pertama kalinya ia melihat Im Yoon Ah selemah ini.

“Apa yang harus oppa lakukan untuk mengurangi rasa sakitmu Yoong hmm?” Ucap Jungsoo masih terdengar lembut ditelinga Yoona.

“Tidak bisa, oppa tidak akan bisa tidak akan ada yang bisa.”

“Apa yang tida–.”

“Membuatnya mencintaiku. Oppa tidak akan bisa begitupun denganku. Dia tak bisa mencintaiku.”

Ya tidak akan ada yang bisa, walaupun itu Jungsoo sekalipun. Orang tuanya bahkan tak akan bisa. Dengan semua uang yang ia miliki tak mampu membuat hati Donghae berubah dari Min Sunye.

Sespesial apa Min Sunye itu hingga membuatnya terlihat seperti seogok sampah yang tengah bersanding dengan sebuah berlian yang diperebutkan banyak orang yang telah dimiliki oleh Lee Dong Hae.

“Oppa bisa.”

~

“Ikut aku.” Seperti deja vu. Kejadian yang sudah pernah terjadi dan sangat ingin ia lupakan karena malam itu ia seperti seorang idiot, bahkan lebih idiot dari orang teridiot didunia ini.

“Lepaskan Lee Dong Hae.” Tidak, tidak ada bentakan atau terikan atau hempasan tangan. Hanya ada suara lirih yang keluar dari mulutnya dengan tatapan memohon kearah Donghae. Ia sudah lelah sekarang.

Dan waktunya ia menyerah.

“Aku lelah, tolong lepaskan.” Donghae berhenti. Im Yoon Ah mengatakan tolong? Apakah pendengarannya tidak salah.

Seorang Im Yoon Ah yang angkuh dan sombong mengatakan tolong padanya?

“Aku mohon lepaskan tanganku.”

Dan Donghae semakin terkejut ketika menoleh kearah wanita itu daa mendengar kata yang bahkan lebih dari kata ‘tolong’ tadi.

Memohon?

“Tidak kau harus pergi denganku.” Kembali pria itu menariknya. Tapi—sepertinya ia akan     segera terbebas.

“Oppa.”

Ya datang disaat yang tepat walaupun hatinya malah hancur dan semakin perih.

“Miyan Sunye-ah aku ada urusan.” Dan Yoona hanya memandang tak percaya kearah Lee Dong Hae dan sedikit menolehkan pandangannya kearah Min Sunye yang masih diam tak bergerak ditempat tadi ia berdiri.

Dengan masih bingung dengan situasi ini ia hanya pasrah. Entah kemana Donghae akan membawanya. Sekarang ia sudah duduk dikursi mobil pria itu.

~

“Untuk apa kita kesini? Ani untuk apa kau membawaku kesini?”

“Duduklah.” Ia tersenyum miris. Ini pertama kalinya Donghae mempersilahkannya untuk duduk. Perkataan Lee Dong Hae yang tergolong cukup hangat untuknya entahlah untuk orang lain. Selama ini ia hanya mendengar perkataan dingin yang keluar dari mulut pria itu.

“Jawab dulu pertanyaanku.”

“Lebih baik jika kau duduk dulu.”

“Baiklah jika kau tidak mau, aku pergi.”

Baru saja ia akan membuka knop pintu yang ada didepannya, tapi langkahnya langsung terhenti seketika.

“Kau tidak bisa masuk dan keluar seenaknya Im Yoon Ah.”

Ia masih tetap diam, membelakangi pria itu. Apakah sekarang ia tak boleh keluar dari apartement yang memuakan ini?

“Kau sungguh tidak sopan masuk begitu saja dan sekarang kau ingin keluar?”

“Sungguh lucu, kau memang tidak punya kesopanan Im Yoon Ah.”

Pegangan diknop pintu itu semakin kuat. Kenapa Donghae kembali berkata dingin padanya? Ia sudah menyerah sekarang untuk  mengganggu pria itu jadi tak bisakah Lee Dong Hae segera mengubah gaya bicaranya.

“Kau har—“

“Sudah puas? Sudah puas kau terus mengataiku Lee Dong Hae?” Ucapnya dan menatap Lee Dong Hae yang ternyata sudah berdiri dan malah hanya berjarak sekitar 1 meter dari tempatnya berdiri.

“Tidak aku tak akan puas.”

Dan Donghae semakin brengsek. Tapi kenapa ia bahkan tak bisa membenci sosok tegap didepannya ini? Ia ingin tubuh tegap itu memeluknya, ia ingin dada bidang itu menjadi sandaran untuknya ketika lelah menghadapi kehidupan ini tapi malah pemilik semua itu yang membuatnya lelah.

“Hentikan.”

“Apa?”

“Hentikan ini, aku akan menyerah aku menyerah akan dirimu. Aku lelah.”

Yoona meremas ujung bajunya menguatkan dirinya kalau keputusannya memang benar. Hatinya sudah tak sanggup lagi. Hatinya bukan terbuat dari besi, hantinya hanyalah hati gadis biasa yang sangat rapuh.

“Semua ini aku lelah, ini semua hanya akan membuatku semakin sakit.”

Donghae semakin mendenkat kearahnya tapi ia lebih memilih menatap ubin yang entah keanpa rasanya lebih menyenangkan menatap benda itu dibandingkan semua hal yang ada diruangan ini.

“Kau tidak bisa melakukan itu.”

“Kenapa aku tidak bisa? Kenapa kau mengatakan itu Lee Dong Hae kau mengerti akan hal apa atas diriku?” Tanya Yoona yang selalu saja emosi menyulutnya kala bersama Lee Dong Hae. Tak pernah pria ini membuat suasan hatinya bahagia barang sedikitpun tapi kenapa malah hatinya memlih pria ini untuk ia cintai.

“Kau tentu tak akan bisa menjawab.Harusnya kau senang karena aku berh–.”

“Aku bilang jangan berhenti mencintaiku.”

Lee Dong Hae namja brengsek dan akan selalu seperti itu. Atas dasar apa lagi sekarang ia berani berteriak didepannya. Atas hak apa Lee Dong Hae memakinya?

“Kau keterlaluan, kau bersama Min Sunye dan malah memintaku untuk jangan berhenti mencintimu? Lee Dong Hae hatimu terbuat dari apa heuh?”

“Aku deng-“

“Kau mau bilang apa? Tak tahukah kau kalau kau sangat egois.”

“Aku-.”

“Cukup, kau brengsek kau keterlaluan, kau egois, kau memang pria yang pantas membusuk dineraka kau—“

“Karena kau.”

Ia memandang tajam kearah Lee Dong Hae. Apakah sekarang pria itu ingin menyalahkannya? Menyalahkan apa yang sudah terjadi dikehidupannya? Sekali lagi atas hak apa Lee Dong Hae menyalahkannya.

Sekarang ia tak akan lagi mengganggu pria itu jadi kenapa Lee Dong Hae masih bersikap seperti ini?

“Itu karenamu. Jadi jangan berhenti mencintaiku dan membuatku semakin mencintaimu.”

~

87 thoughts on “Perfect Life? (2 Of 2)

  1. Ahhhh Gantung!!!!!
    lanjutannya dong thor :3
    msh belum jelas sejak kapan donghae suka sama yoona 😦

  2. Jangan gantung aku buat baca ff ini . . .
    Kapan Donghae mau brubah untk Yoona,
    brsikap manis dan lmbut kepda.xa 🙂
    kapan mrka brsatu?

  3. lanjuutt….masih gantung,, nie FF belum fix sama skalit.
    kasian bgt si yoona nya.., baca nie FF bikin gemes sma donghae., sebenernya dya cinta g sih, sama yoona.
    lanjut thorr…,pliss

  4. gantung… lanjut chingu… blum da kepastian nih…
    yoonhae momentnya jga blum ada… masak dari part 1 smpai part ni yoona nangis mulu…
    lanjut y.. please,,.. 😀

  5. Yoona di sini bersikap egois dan kasar krn dia berusaha mempertahankan apa yg dia miliki yaitu tunangannya Donghae, bgt sebaliknya dgn Sunye dia jg merasa berhak atas Donghae krn dia kekasihnya,,, Oh ya td apa Donghae udah nampar Yoona kl bnr jahat bgt Donghae semarah marahnya seorang pria pantang seharusnya mengangkat tangan apa lg menampar seorang wanita 😦

    Kl blh kasih saran mending emg Yoona putus aja ama Donghae dr pd melanjutkan hbgn yg ga sehat malah kasian Yoona-nya nanti, mgkn dia perlu suasana baru pergi ke Paris brg Jungsoo dan tggl bbrp lama di sana mgkn smp luka hatinya sembuh krn cuma Jungsoo yg bs bikin Yoona jd wanita yg lbh baik dan Jungsoo hrs jelasin itu ke ortunya Yoona… Dan kl emg Donghae cinta ama Yoona bs jd dia yg bakalan balik ngejar2 Yoona, soalnya pernyataan cintanya Donghae di ragukan apa emg dia bnr2 cinta tulus ama Yoona ato cuma krn terpaksa, krn sblmnya Jungsoo blg ‘oppa bisa’ itu mksdnya apa, ga berharap pernyataan cintanya Donghae semata2 hanya krn paksaan krn itu bs nyakitin hati Yoona lbh dalam lg, aku sih berharap Yoona jgn terlalu lemah dan ngemis2 cinta ke Donghae lbh suka kl Yoona jd wanita dingin dan tegar.Maaf ya thor komennya ke panjangan di tgg lanjutannya, fighting 🙂

  6. wahh,ya ampun ini bikin emosi tingkat dewa….

    boleh g kalo aku nyampein sdkit harapan aku…hehehe..
    Aku berharap yoona sama donghae putus,,krna kata aku percuma buat dilanjutin juga..kasian yoona..terus aku pengen kalo yoona pergi keluar negeri buat setidaknya dia bisa nenangin diri.bahkan kalo boleh aku ingin yoona ketemu sama laki laki lain,soalnya kasianlah selama ini dia cuma makan hati liat hae sama sunye. aku ingin donghae ngerasain penderitaan yg slama ini yoona alamin.jd akhirnya hae yg ngejar2 yoona. Soal endingnya aku g masalah kalo jadi happy ending or sad ending..hehehe,,
    Mian,,ternyata harapan nya panjang lebar…hehhe (maaf ya)
    chukkae ff nya daebakk….dilanjut yaaa,,
    🙂 Semangat…..

  7. Maksudnya donghae blang k yoona supaya jgan brhenti mncintai dia tuh apaaa ??? Udahlah mnding yoona lupain donghae ajjj , kasian perasaan yoona muli yg trsakiti , toh donghae sukanya sama min sunye ,, dan yoona pun udah niat buat ngelepas donghae ,, drpda yoona emosi tngkat dewa mulu liat donghae sama sunye ,, wahhh dsini jungsoo paman yg baek banget yaaa ,, care bnget sama yoona ,, 🙂

  8. aaaah..sungguh saya lemot -_-
    msih blm mengerti sbnernya gmna perasaan donge, dan klo dia mencintai yoona knpa dia malah berhubungan sma sunye dan bersikap dingin sma yoona?
    ugh! bner” rumit. ksian jga liat yoona, tp ksian jga sma sunye yg slalu jd sasaran kemarahan yoona. tp untunglah skrg ada jungsoo yg bsa memahami yoona.

    ini twoshoot kan? berarti msih ada 1 part lg dongs. ditunggu ya~
    keep writing!!

    1. eh salah, ini kan part 2 nya ya? hadduh saya lemot xD
      tmbahin 1part lg deh. endingnya ga memuaskan 😀

  9. Nyesek banget bacanya thorrrrr…….disini yang paling tersakiti itu yooongie kenapa merka g mau ngerti keadaan yooong sih yooong cuman mau ortu nya perhatiin dia begitu juga haeppa aku pengen banget haeppa tuh menyesali sikap dia sama Yoong and dia yang kejar2 yoong balik jangan yooong aja yang ngemis2 cinta ama dia yooong g boleh lemah dihadapan haeppa sekalipun……tapi dri kta2 dia yang ama sunye sbnrnya haeppa tahu kesedihan dan penderitaan yg dialami yoong tp knp haeppa tetap bersikap g peduli dan malah menambah luka dihati yoong and apa maksud kata2 haeppa yg terakhir coba……..lanjuuuuuut thorrrrr

  10. bener2 baca ff ini bikin nyesek,disini yoona bener2 disakiti sama donghae oppa….

    aq jadi penasaran sama donghae oppa,bukannya dia udah tau keadaan yoona yg sebenernya tapi kenapa tetep nyakitin perasaannya yoona??dan juga kata2 donghae oppa yang terakhir itu apa maksud dari kata2 “itu karenamu,Jadi jangan berhenti mencintaiku dan membuatku makin mencintaimu”

    sepertinya butuh lanjutan ni ff,soalnya masih banyak yg jadi tanda tanya dari sosok seorang Lee donghae yg sebenernya….

    Pokoknya ditunggu

  11. nyesekk bacanyaaaaa. yoona-nya bener-bener cinta mati sama donghae ampee donghae kayak nguji cinta yoona muluu, dengan menyakitinyaa.
    geregetann banget sama donghaekk. dan bagus banget yoong, kamu mulai nyerah tapi jangan nyerah beneran wk, biarin donghae ngerasain kalo kamu gaada disisinya kayak gimana rasanyaa.
    “itu karenamu,Jadi jangan berhenti mencintaiku dan membuatku makin mencintaimu” astaga donghaek jelaskan maksud kalimat mu yang satu di part selanjutnya kkkkk~~

  12. skrang siapa yg egois? bukankh donghae?? yoona hnya ingin d cintai,,pngen nngis bcanya.. manusiawi jika dy haus akan kasih syang,,
    tbc aj deh,pnsran m lnjutannya nextt

  13. kenapa gantung ???
    donghae oppa egois bgt..
    kasihan yoon eonni, waktu masih suka jha di cuekin tiba uda mau nyerah jha gk di bolehin…
    gregetan banget baca.a..
    TAPI, keseluruhan.a bgs koq…
    d tunggu karya selanjut.a..

  14. saya puas bacanya thor^^, ceritanya bisa buat saya merasakan apa yang yoona rasakanㅠㅠ kalaupun itu udah endingnya itu keren thor!… benar benar jjang!!

  15. ff nya baru kebaca sekarang..
    eh, pas baca kenapa jadi terhura karena terbawa suasana.. 😥
    pokonya Daebakk..!!

  16. aish….. bener2 nyesek ni dada. Yoona char keren, nah… Donghae yg plin-plan char-nya bener2 jd akar rumitnya masalah, ck..ck…ck. Author jjang!!!

Komentarmu?