I Finally Found You (Chapter 7)

IFFY

Author: Hime Lee

Title: I Finally Found You (Chapter 7)

Cast: Yoona, Donghae, SNSD, Super Junior

Genre: Romance

Length: 3.383 words

Category: Chapter

 

Beep. Beep. Beep. Click.

Beep. Beep. Beep. Click.

Donghae mengerang frustrasi. Ia menjauhkan ponselnya, menatapnya sebal. Sudah berkali-kali ia mencoba menelepon Yoona, tetapi wanita itu sepertinya sedang tidak ingin dihubungi siapapun. Well, mungkin, kejadian pagi inilah yang membuat Yoona seperti itu. Mendesah panjang, Donghae menyerah untuk menghubungi Yoona dan mulai menjalankan mobilnya. Ia mengulang kembali kejadian tadi pagi.

Di ambang batas sadar Donghae, Donghae bisa mendengar bisikan napas yang teratur. Kehangatan mulai menyusup ke dalam tubuhnya. Dengan perlahan, seakan tidak ingin merusak momen ini, Donghae membuka mata. Sinar matahari langsung menyambutnya, membuat matanya setengah terpejam kembali. Bukan, bukan kehangatan sinar matahari yang membangunkannya. Seperti ada kehangatan lain yang belum begitu familiar untuk Donghae, tetapi terasa menenangkan.

Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya kembali, Donghae menoleh ke sampingnya. Seketika semua organnya seakan berhenti bekerja. Tepat di sofa di sampingnya, Yoona tertidur pulas. Namun, bukan itu yang membuat Donghae membeku. Ia menatap tangannya sendiri yang menggenggam tangan Yoona. Entah sejak kapan mereka tertidur dengan posisi seperti itu.

Kemudian sesuatu kembali menarik perhatiannya. Wajah Yoona yang sedang tertidur mengingatkannya pada wajah bayi yang baru saja lahir. She looks so pure, so angelic. Perfect. Donghae menelusuri wajah Yoona dengan matanya, menikmati setiap inci lekuk wajah Yoona yang sempurna.

Kedua mata itu perlahan terbuka. Donghae menanti dengan sebuah senyum di wajahnya, masih belum melepaskan genggaman tangannya. Yoona terlihat sedang memfokuskan pandangan dari sinar matahari yang menyilaukan, sebelum akhirnya pandangannya mendarat pada Donghae yang tengah menatapnya.

“Good morning,” sapa Donghae, suaranya tidak lebih dari bisikan. Yoona terlihat terkejut, sebelum akhirnya wajahnya sedikit memerah, mungkin karena ia mengetahui seseorang baru saja mengamatinya saat tertidur.

Yoona sepertinya belum menyadari tangannya yang terlindung dengan aman dalam genggaman Donghae karena begitu ia melihatnya, matanya melebar dan ia langsung menarik tangannya. Tangan Donghae tergantung di udara, kali ini sendirian. Dengan mulut setengah terbuka karena tidak siap dengan reaksi Yoona, Donghae menatap wanita itu bingung. Namun, bukannya menjelaskan, wanita itu justru malah bangkit dari posisi tidurnya, seperti baru saja tersengat listrik.

“Aku harus pulang,” begitu katanya sebelum membereskan barang dan pergi begitu saja dari rumah Donghae. Masih dengan posisi yang sama, Donghae terpaku melihat punggung Yoona yang semakin menjauh.

Setelah bersiap-siap, Donghae sudah mencoba menguhubungi Yoona berkali-kali. Dan berkali-kali jugalah Donghae harus menerima bahwa Yoona me-reject teleponnya. Apakah ia berbuat sesuatu yang menyinggung perasaan gadis itu? Cepat-cepat Donghae menggelengkan kepala, mencoba menghilangkan segala kemungkinan negatif dari kepalanya. Get a grip, Hae. Banyak yang harus dilakukan hari ini. Perlakuan dingin dari Yoona tentu tidak akan jadi masalah, kan? Donghae berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

Sepanjang hari itu, Donghae berhasil menghilangkan pikiran-pikiran tentang Yoona dari kepalanya. Baru kali ini ia bersyukur diberi kesibukan yang berlimpah oleh timnya di kantor. Kesibukan-kesibukan itulah yang mengalihkan pikirannya dari Yoona. Namun, Donghae tidak bisa mencegah ketika sahabat-sahabatnya memilih untuk mengangkat topic seputar Yoona saat mereka berkumpul di kantor Donghae.

“Aku mendapat laporan menarik dari Kyuhyun kemarin,” kata Heechul membuka pembicaraan. Siwon ikut mengangguk. Mencium tanda-tanda ia akan diinterogasi, Donghae melempar pandangan sengit pada Kyuhyun. Lihat saja, evil maknae itu pasti akan ia balas.

“Yah! Mengapa selama ini kau menyembunyikan ini semua padaku? Bukankah aku istrimu?” protes Eunhyuk yang disambut tawa semua orang di ruangan itu kecuali Donghae.

Donghae hanya mendengus. Setelah tawa mereka mereda, Siwon menatap Donghae dengan serius. “Kami tidak bercanda sekarang. Apakah ada sesuatu di anatara kau dan Yoona?”

“Sepertinya aku sudah menjelaskan pada Kyuhyun bahwa kami berdua hanya teman.”

“Hah. Dan kau kira kami akan percaya?” Heechul menyanggah dengan cepat.

Donghae menggelengkan kepala, tiba-tiba merasa lelah. Membahas Yoona membuatnya kembali terpikirkan oleh perlakuan dingin dari wanita itu yang ia sendiri belum tahu penyebabnya.

Hyung, kupikir aku tidak siap untuk membahas itu sekarang,” kata Donghae. Ia menundukkan kepala, menopang kepalanya dengan kedua tangan di atas paha.

Kyuhyun menyipitkan mata, menatap Donghae menyelidik. “Aku sudah merasa sesuatu telah terjadi. Hyung, ada apa denganmu? Mengapa kau terlihat tidak bersemangat hari ini?”

Donghae mengangkat kepalanya, menatap satu-persatu sahabatnya yang masih menunggu jawabannya. Ia mendesah panjang. Ia tidak mungkin lolos dari interogasi sahabat-sahabatnya itu.

“Dia menghindariku,” jawab Donghae setelah hening panjang.

Kyuhyun tampak tidak percaya. Bukankah kemarin mereka baru saja –ehem- bermesra-mesraan? Bagaimana bisa keadaan berupah secepat ini? “Mengapa? Apakah kau melakukan sesuatu yang membuatnya marah?” tanya Kyuhyun.

“Aku tidak tahu. Hubungan kami baik-baik saja sampai kemarin. Kami bahkan tidur bersama-”

“You what?!” Heechul bangkit dari duduknya, seakan-akan ingin menerkam Donghae saat itu juga. Donghae mengerjapkan mata, menatap heran sahabat-sahabatnya menatapnya dengan tajam. Ia mengulang di kepala apa yang baru saja ia katakan, dan langsung menyadari bahwa kata-katanya itu terdengar salah.

“Maksudku bukan tidur yang seperti kalian bayangkan. Percayalah padaku, kami tidak melakukan hal-hal yang tidak bermoral!” Donghae cepat-cepat meralat ucapannya sebelum tonjokan Heechul mendarat di wajahnya. “Dia tidur di sofa, aku tidur di karpet. Kami tidur bersama…” Donghae menciut melihat Heechul yang kembali bersiap-siap menghajarnya jika ia mengatakan satu kesalahan sekali lagi, “Yoona tidur di rumahku karena aku melarangnya untuk pulang. Tentu kalian juga tidak akan membiarkan seorang perempuan menyetir sendiri di tengah badai, bukan?”

“Jika Yoona bersedia tidur di rumahmu, mengapa kemudian ia bersikap seperti ini?” tanya Siwon setelah berhasil menarik Heechul untuk duduk kembali.

“Semua terjadi begitu saja. Kami berdua terbangun dengan tanganku menggenggam tangannya. Aku mengucapkan selamat pagi padanya dan dia pergi begitu saja setelah itu.”

Heechul melongo. Butuh waktu beberapa detik baginya untuk benar-benar menyerapa apa yang baru saja Donghae ceritakan. Kemudian ia mendengus keras. Donghae menatap Heechul dengan hati-hati, menunggu komentar pedas yang akan dilemparkan sahabatnya itu padanya.

Well, aku tidak akan terkejut jika Yoona menjauhimu setelah itu,” sindir Heechul.

Donghae tampak tidak mengerti. Siwon menepuk-nepuk bahu Donghae. “Sudahkah Yoona bercerita padamu tentang Changmin?”

“Ya, semalam. Aku tidak mengerti di mana relevansinya.”

“Dengar, Donghae,” Siwon menawarkan diri untuk menjelaskan karena Heechul sudah keluar dari ruangan Donghae untuk mencari udara segar. Donghae membuat catatan untuk meminta maaf pada Heechul nanti. Ia bisa mengerti betapa berartinya Yoona untuk Heechul. “Kau tidak bisa mengharapkan seseorang yang baru saja membatalkan rencana pernikahan terlihat senang mendapati dirinya terbangun di rumah pria lain dengan tangannya yang digenggam pria itu.”

Kesadaran mulai menyusup ke pikiran Donghae. Mengapa ia tidak terpikirkan akan hal itu sejak tadi? Mengapa ia dengan bodohnya terus mencoba meraih Yoona padahal ia sudah melakukan kesalahan besar? Tentu saja Yoona belum siap untuk ini semua. Walaupun di antara mereka tidak ada hubungan lebih dari sekadar teman, Yoona pasti masih belum siap untuk melakukan hal-hal yang (sedikit) intim dengan orang yang tidak lebih dari teman baginya. Rasa bersalah kemudian memenuhi perasaan Donghae.

“Oh, God! Why am I so stupid?!”

Kyuhyun menepuk pundak Donghae. “Lalu, apakah kau mengundangnya untuk acara besok Sabtu?” tanyanya, mencoba mengalihkan pikiran Donghae agar pria itu tidak terus-terusan menyalahkan diri.

“Aku sudah meninggalkan voice mail. Kuharap dia datang.”

“Yeah, we hope so,” Eunhyuk mengamini.

 

“Yoona, aku tidak tahu mengapa kau me-reject semua teleponku, tapi, whatever it is, I’m sorry. Maafkan aku jika aku sudah melakukan hal yang menyinggung perasaanmu. Oh, apakah kau mempunyai waktu luang Sabtu ini? Kedua orang tuaku menggelar pesta perayaan anniversary di The Shilla Hotel Sabtu ini pukul 7 malam. Kuharap kau datang, Yoong.”

Yoona meletakkan ponselnya. Mendesah panjang, ia kemudian meraih manuscript yang baru saja ia tinggalkan dan mulai membaca lagi. Sikapnya ini tidak lolos dari mata tajam Sooyoung yang mengawasinya sejak tadi dari samping wanita itu.

“Masih perang dingin?” tanya Sooyoung sambil mengunyah chips yang dipangkunya.

Yoona mengangkat bahu, tetapi sama sekali tidak mengalihkan perhatiannya dari barisan kata-kata yang sedang dibacanya.

“Sebenarnya, kau mendiamkannya karena kau masih marah atau karena kau merasa bersalah?”

Yoona meletakkan manuscript ke atas meja. Usahanya untuk berkonsentrasi gagal total. Ia kemudian meraih es krim dan melahap satu sendok besar es krim vanila. Sensasi dingin yang memenuhi mulutnya entah mengapa terasa menenangkan.

“Menurutmu bagaimana?” tanya Yoona dengan mulut penuh es krim.

“Kau bertanya pendapatku?” Sooyoung mengangkat sebelah alisnya. “Well, menurutku, kau merasa bersalah padanya karena sudah mendiamkannya tanpa alasan.”

“Yah! Aku mempunyai alasan kuat!” sahut Yoona defensif.

Sooyoung mendengus. “Apa alasanmu? Apakah kau begini karena Donghae menggenggam tanganmu ketika tidur? Apa karena Donghae yang mengucapkan selamat pagi pertama kali ketika kau membuka mata? Atau karena kau tiba-tiba sering merasakan jantung yang berdebar lebih kencang ketika berdekatan dengannya? Really, Yoong? Man up!”

Sebuah bantal melayang dan tepat mengenai wajah Sooyoung. Wanita itu melempar tatapan mematikan pada Yoona. Namun Yoona terlihat tidak gentar. “I’m not a man, you freak! Dan aku tidak merasa berdebar ketika berdekatan dengan Donghae-oppa!”

“Baiklah. Lalu beritahu aku mengapa kau menjauhinya. Kurasa Donghae-oppa  tidak melakukan hal-hal diluar batas kewajaran.”

Yoona terdiam. Sooyoung ada benarnya. Ia sendiri tidak tahu mengapa ia menjauhi Donghae. Mungkin ia terlalu terkejut hingga bereaksi berlebihan. Atau mungkin, timbul perasaan baru dalam hatinya yang ia sendiri belum mau mengakuinya.

“Kau takut. Bukan begitu?” tanya Sooyoung lagi. Kali ini nada suaranya lebih lembut.

Yoona menatap Sooyoung tanpa berkedip. “Apa yang harus aku takutkan?” Entah mengapa, Yoona was-was menanti jawaban Sooyoung. Dia terlalu takut menerima kenyataan bahwa mungkin apa yang akan dikatakan Sooyoung benar.

“Kau masih ingin menutup diri setelah Changmin meninggalkanmu. Kau kunci hatimu rapat-rapat. Dan sekarang, saat Donghae-oppa tiba-tiba hadir dan tanpa sadar mulai menggoyahkan kunci itu, kau takut kau akan menyerah dan membiarkannya masuk. Dan yang terpenting, kau takut jika harus terluka lagi.”

Bingo. Yoona terkadang merasa ngeri ketika Sooyoung berhasil membacanya seperti ini. Mengapa Sooyoung bisa mengerti dirinya sampai sedalam itu? Yoona terdiam beberapa saat. Sooyoung mengartikan diam Yoona sebagai persetujuan. Wanita itu memang takut.

“Jadi, kalian akan berdamai tidak?” Sooyoung kembali melahap chips di pangkuannya.

Yoona menghela napas panjang. “Entahlah, Unnie. Donghae-oppa mengundangku ke acara perayaan anniversary kedua orang tuanya. Aku belum memutuskan untuk datang atau tidak.”

Sooyoung nyaris tersedak. “Dia mengundangmu?!”

“Yes. Why?”

“Mengapa firasatku mengatakan dia mulai serius mendekatimu?”

“Jangan bercanda, Unnie,” Yoona mengibaskan tangannya. “Dia tidak mendekatiku. Kami berteman, ingat?”

Sooyoung kembali menatap Yoona dalam-dalam. Di matanya, Yoona terlihat seperti sedang meyakinkan dirinya sendiri. “Apakah kau benar-benar berpikir bahwa hubungan kaliam hanya sebatas teman?”

Dan Yoona tidak bisa menjawab pertanyaan Sooyoung yang satu itu.

Beberapa saat kemudian, terdengar langkah kaki dari pintu masuk. Yoona menjulurkan lehernya dan melihat Joohyun baru saja meletakkan tasnya di meja telepon. Adik Yoona itu tersenyum, menyapa Sooyoung dan Yoona dengan riang. Yoona dan Sooyoung memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan mereka tentang Donghae.

“Kau sudah makan? Unnie akan memanaskan sup rumput laut untukmu,” tawar Yoona.

Joohyun menggeleng. “Tidak usah, Unnie. Aku sudah maka bersama teman-temanku.” Lalu pandangannya jatuh pada Sooyoung. “Apakah Sooyoung-unnie akan menginap malam ini?”

“Tentu saja!”

“Tidak, dia akan pulang.”

Yoona dan Sooyoung menjawab bersamaan.

“Yah! Kau sendiri yang memintaku tidur di sini!” teriak Sooyoung yang disambut tawa oleh Joohyun dan Yoona.

 

“Okay, Yoona, breathe.” Yoona mengambil napas panjang, kemudian melepasnya perlahan. Ia menatap bayangannya di cermin, memastikan bahwa rambutnya tertata rapi, make up-nya terpulas sempurna, dan gaunnya tidak kusut sedikitpun. Namun, bukan sempurna atau tidaknya dandanannya malam itu yang ia khawatirkan. Siapa yang akan ditemuinya di pesta nanti, itulah yang sejak tadi membuatnya gelisah.

Sejak kejadian pagi itu di rumah Donghae, Yoona belum juga merespon usaha Donghae untuk meraihnya. Hari ini genap empat hari Yoona menghindari Donghae. Ia menghabiskan seharian penuh di kantor, menyuruh resepsionis di bawah untuk tidak membiarkan seseorang bernama Lee Donghae menemuinya. Namun, usahanya itu ternyata tidak perlu. Donghae tidak pernah mengganggunya, mungkin ingin menghargainya. Yang membuat Yoona semakin merasa bersalah adalah Donghae tidak pernah absen mengiriminya makan siang. Berbagai macam makanan dari tempat yang berbeda selalu ada di meja Yoona, diiringi dengan selembar kartu yang menyatakan siapa pengirimnya. Perhatian Donghae itulah yang akhirnya membuat Yoona memutuskan untuk datang ke pesta orang tua Donghae. Ia berhutang satu permintaan maaf padanya.

“Unnie, kau cantik sekali,” Joohyun memuji dengan mulut ternganga. Jika di hari-hari biasa saja Yoona sudah mampu membuat semua mata tertuju padanya, malam ini, ia lebih dari itu. Kecantikan Yoona begitu terpancar hingga Joohyun benar-benar terpesona pada kecantikan kakaknya.

Dibalut cocktail dress hijau bermodel one-shoulder, Yoona terlihat seperti seorang model yang baru saja menyelesaikan satu sesi pemotretan. Rambutnya jatuh dengan sempurna di bahu kanannya yang terbuka. Make up-nya tidak terlalu tebal, tetapi justru itu yang membuatnya bersinar.

“Benarkah? Aku tidak yakin, dress ini sudah lama tidak kupakai,” Yoona menggigit bibirnya, kembali mematut diri di depan cermin di ruang TV.

Joohyun berjalan menghampiri kakaknya, ikut menatap bayangan Yoona di cermin. Ia memegang kedua bahu Yoona, meyakinkan wanita itu. “Kau sempurna, Unnie,” katanya sambil tersenyum.

Yoona menghirup napas panjang. Ditatapnya Joohyun sedikit lama. “Kau yakin?”

“Seratus persen,” jawab Joohyun yakin.

Ting tong…

Terdengar suara bel berbunyi. Yoona menarik napas panjang sekali lagi, sementara Joohyun melemparkan senyum menenangkan ke arah kakaknya. Berdua mereka berjalan menuju pintu depan.

“Whoa, Yoona. Kau begitu…berbeda.” Mulut Kyuhyun ternganga begitu Yoona muncul dari pintu. Joohyun terkekeh melihat reaksi Kyuhyun.

“That’s what I told her just now,” timpal Joohyun.

Yoona memukul bahu Joohyun pelan tanpa bisa menyembunyikan senyum malunya. “Berhenti membuatku semakin malu.”

Sebelum Yoona beranjak dari apartemen mereka bersama Kyuhyun, Joohyun memanggil kakaknya. “Unnie, bolehkah aku meminjam mobilmu untuk malam ini? Aku harus ke rumah temanku.”

“Baiklah. Jangan pulang terlalu malam, mengerti? Berhati-hatilah!” pesan Yoona sebelum Kyuhyun berteriak padanya dari depan lift karena terlalu lama menunggu.

Begitu sampai di The Shilla Hotel, Yoona langsung berpikir bahwa apa yang dikatakan Joohyun dan Kyuhyun tadi tentang penampilannya sangat berlebihan. Pasalnya, ketika ia menginjakkan kaki di ballroom hotel itu, berbagai macam gaun mahal yang menyilaukan langsung menyapa matanya. Wanita-wanita berdandan mewah, berjalan dengan anggun layaknya balerina, dan mengobrol dengan suara lembut dan senyum ramah. Yoona menelan ludah. Donghae bilang acara malam ini hanya dinner bersama orang-orang terdekat. Yoona baru akan berpikir bahwa Donghae bisa saja merendah ketika ia teringat latar belakang keluarga Donghae. Tentu saja orang-orang terdekat keluarga Lee bukan orang sembarangan. Jadi, tidak heran jika acara sederhana ini menjadi terkesan mewah.

“Kau mau minum?” Kyuhyun menawarkan. Ia rasa mungkin Yoona membutuhkan beberapa teguk minuman menyegarkan untuk menenangkan diri sebelum bertemu seseorang malam ini. Dan benar saja, Yoona langsung mengangguk dan melemparkan senyum penuh terima kasih pada Kyuhyun.

“Yo, Yoona my girl!” Yoona mendengar seseorang berseru dari belakangnya. Ia membalikkan tubuh, dan senyumnya langsung mengembang melihat Heechul dan Eunhyuk berjalan mendekat.

“Oppa!” Yoona berseru riang, memeluk kedua pria itu sekilas.

Setelah melepaskan diri dari pelukan Yoona, Heechul menatap Yoona dari rambut hingga ujung sepatu. Ia menyipitkan mata, terlihat sedang memikirkan kata yang tepat untuk mendeskripsikan penampilan Yoona malam itu.

“Sepertinya si choding itu sudah berubah menajadi putri yang anggun malam ini.”

“Dan putri itu akan memanah siapa saja yang berani meremehkannya,” balas Yoona sarkastik. Heechul dan Eunhyuk tergelak bersamaan. Sisi sarkastik Yoona adalah salah satu hal dari wanita itu yang menurut mereka menarik.

“Di mana evil maknae itu? Bukankah dia berjanji akan menjemputmu malam ini?” Eunhyuk menjulurkan lehernya dan menyapukan pandangannya ke seluruh penjuru ballroom.

“Dia sedang mengambilkanku minum,” jawab Yoona.

Heechul tampak tidak tertarik pada obrolan tentang maknae mereka. Ia menatap Yoona lagi. “Kau sudah bertemu dengannya?”

Yoona menggigit bibir bawahnya, mendadak merasa gugup setelah diingatkan tentang hal itu. “Belum. Aku baru saja tiba dan aku belum melihatnya.”

Heechul baru akan bicara lagi ketika ia merasakan sikut Eunhyuk menyodok tulang rusuknya. Eunhyuk mengerling pada seseorang di belakang punggung Yoona, dan Heechul langsung mengerti. Ia mengacak puncak kepala Yoona dengan lembut sebelum berpamitan. “Well, good luck!”

Yoona melongo. “Apa maksudnya itu?”

“Mengapa Heechul-hyung dan Eunhyuk tiba-tiba pergi?”

Yoona nyaris terlonjak ketika ia merasakan deru napas seseorang menggelitik telinganya. Ia membalikkan tubuh dan matanya nyaris lepas dari tempatnya melihat sosok yang sudah berdiri di depannya. Donghae, terlihat tampan seperti biasa, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal begitu Yoona menatapnya dengan mata melotot seperti baru saja melihat hantu.

“Hai?” Sapaan Donghae menjadi pertanyaan karena pria itu ragu-ragu.

Yoona tampak kehilangan kata-kata. Semua ucapan maaf yang sudah ia persiapkan untuk malam ini menguap begitu saja ketika Donghae berada di dekatnya.

“Emm…hai,” balas Yoona sama ragunya.

Yoona baru akan membuka mulut untuk berbicara lagi ketika seseorang memanggil nama Donghae dengan lembut. Yoona melongok ke belakang Donghae dan melihat sepasang suami istri bergandengan tangan, berjalan mendekat ke arah mereka berdua. Mungkinkah itu orang tua Donghae? batin Yoona bertanya-tanya.

Mata wanita berusia sekitar pertengahan 40 tahun itu melebar penasaran melihat sesosok wanita cantik di hadapan anaknya. Ia terlihat tertarik ketika bertanya pada kedua anak muda itu, “Dan siapakah wanita cantik ini?”

Suara wanita itu begitu lembut, begitu keibuan. Entah mengapa, wanita itu mengingatkan Yoona pada ibunya sendiri yang saat ini berada di Jepang. Dan melihat garis wajah wanita itu dan pria yang menggandengnya, Yoona yakin seratus persen bahwa mereka adalah orang tua Donghae.

“Ah, Eomma. Perkenalkan, ini Yoona, temanku,” suara Donghae melemah ketika ia menyebutkan kata terakhir. Ia melirik Yoona, tetapi sepertinya wanita itu tidak begitu memerhatikan perubahan suara Donghae.

“Annyeonghaseyo, Eomonim. Nama saya Kwon Yoona. Selamat atas ulang tahun pernikahan Anda,” Yoona membungkuk 90 derajat. Ibu Donghae tersenyum lembut. Ia mengulurkan tangannya, dan Yoona menyambut dengan ragu-ragu.

“Senang berkenalan denganmu, Yoona,” kata ibu Donghae. Ayah Donghae melakukan hal yang sama setelah itu.

“Kuharap Donghae tidak pernah merepotkanmu. Dia kadang sangat kekanakan.”

“Eomma!” protes Donghae. Wajahnya mulai memerah karena dipermalukan di depan Yoona.

Ayah Donghae terkekeh. “Well, Eomma-mu benar, Hae.”

Yoona kemudian ikut tertawa. Kerutan di kening Donghae langsung hilang begitu mendengar tawa yang diam-diam ia rindukan itu. Bibirnya yang cemberut pun perlahan mulai tertarik ke atas membentuk senyuman melihat betapa mudahnya Yoona berinteraksi dengan kedua orang tuanya. Melihat ekspresi kedua orang tuanya, Donghae tahu mereka langsung menyukai Yoona walaupun baru pertama kali bertemu.

“Donghae-oppa!” tiba-tiba seorang wanita seumuran Yoona setengah berlari mendekati mereka. Kedua orang tua Donghae langsung mengalihkan perhatian mereka dari Yoona untuk memeluk wanita muda itu. Wanita itu membalikkan tubuh dan tersenyum pada Donghae.

Yoona menelan ludah melihat kecantikan wanita di depannya ini. Kecantikannya begitu mengintimidasi. Belum lagi senyumnya yang lebar yang bisa membuat siapa saja terpesona. Siapa wanita ini?

“Hai, Sunye-ah,” Donghae menyapa seadanya.

Wanita yang ternyata bernama Sunye itu pura-pura cemberut. “Apakah Oppa tidak merindukanku? Bukankah sewaktu kau pernah berjanji akan menikahiku jika kita besar nanti?”

Yoona mengerjapkan matanya. Donghae tampak salah tingkah. “Ah, itu. Sunye-ah…”

Menangkap suasana yang mendadak canggung, kedua orang tua Donghae menengahi. “Sunye-ah, honey, kau belum bertemu dengan Paman Jaewon, kan?” Kemudian ketiga orang itu pergi. Sunye menyempatkan diri untuk melambaikan tangan ke arah Donghae.

“Yoong, itu… Sebenarnya…” Donghae terbata. Ia ingin menjelaskan sesuatu, tetapi ia tidak tahu apa yang harus ia katakan.

“Aku harus mencari Kyuhyun,” potong Yoona sebelum Donghae menyelesaikan kalimatnya. Ia beranjak dari sisi Donghae, membuat Donghae terpaku di tempatnya berdiri sementara punggung Yoona semakin menjauh.

Sepanjang pesta berlangsung, Yoona mencari segala cara untuk menghindari Donghae. Ia sendiri tidak tahu mengapa ia bersikap seperti itu. Bukankah ia datang ke acara ini untuk meminta maaf pada Donghae? Lalu mengapa justru ia mengindarinya lagi? Sekelebat bayangan Sunye melintas di pikiran Yoona. Apakah karena wanita itu? Apakah karena apa yang diucapkan wanita itu tentang sesuatu menyangkut janji pernikahan sejak kecil? Dada Yoona tiba-tiba merasa sesak.

“Waktunya dansa, Yoong. Kau tidak ingin duduk di sini hingga acara berakhir, bukan?”

Yoona menoleh ke arah Kyuhyun. Ia mendadak ingin memeluk pria itu. Kalau saja tidak ada Kyuhyun yang menemaninya, ia mungkin saat ini sedang menyendiri di salah satu sudut ballroom seperti orang tersesat.

Kyuhyun tersenyum. Ia dapat merasakan kegelisahan hati Yoona saat ini. Biarlah malam ini ia menghibur wanita itu. “Ayolah, aku seorang pedansa yang hebat saat SMA.”

Yoona terkekeh. Ia menyambut uluran tangan Kyuhyun. Namun, belum sampai mereka ke lantai dansa, ponsel Yoona berbunyi. Ia melepaskan genggaman tangannya dan menerima telepon dari nomor tidak dikenal itu.

Yang Yoona dengar hanya aliran kata-kata kabur karena mendadak otaknya terkunci mendengar kalimat pertama dari seseorang di seberang sana. “Halo, dengan Kwon Yoona-ssi? Kami informasikan bahwa Kwon Joohyun-ssi baru saja mengalami kecelakaan mobil dan sedang dalam penanganan di Seoul National Hospital.”

Kyuhyun menatap khawatir pada Yoona yang membeku di sebelahnya. “Kyu,” rintih gadis itu lirih. Matanya sudah berkaca-kaca.

Kyuhyun langsung mengambil alih ponsel Yoona. Ia sama terkejutnya mendengar kabar dari perawat rumah sakit. Dengan tangan melingkar di bahu Yoona untuk menenangkan gadis itu, Kyuhyun berbicara cepat dengan perawat itu sebelum ia memutuskan sambungan.

“Kyu,” Yoona kembali merintih. Ia seperti akan menangis, tetapi tidak ada air mata yang mengalir dari kedua bola matanya. Wanita itu terlalu shock untuk menangis.

“Tenanglah, Yoona. Ayo, kita ke rumah sakit sekarang.”

Semuanya terjadi begitu cepat. Yoona hanya bisa melihat gambar-gambar kabur di sekelilingnya. Sekilas ia melihat Donghae berjalan ke arah mereka. Yoona melihat tangan Donghae menggenggam tangannya, tetapi Yoona sedang tidak bisa merasakan apa-apa. Hal terakhir yang ia ingat adalah ia masuk ke dalam mobil dan Donghae duduk di sebelahnya beberapa detik kemudian.

*****

Nah loh… Hahaha nggak mau komentar apa-apa ah. Nggak mau review juga :p

Catatan tambahan, Kyuhyun sama Yoona itu seumuran, jadi Yoona nggak manggil dia ‘oppa’.

Oh iya, aku selama ini bingung kalo mau bales komen gitu, kadang nggak tau harus panggil unnie atau saeng karena nggak tau umurnya. Pokoknya aku 18 tahun ya, kelas 3 SMA. Haha promosi dikit.

Yuk kritik dan saran masih ditunggu J

Love,

Hime Lee

 

69 thoughts on “I Finally Found You (Chapter 7)

  1. Konflik sudah dimulai nih………kehadiran orang ketiga…..mulai tumbuh rasa cemburu dihati Yoooong…………sampek2 Yoong merasa terintimidasi dengan kecantikan sunye…….mudah2an joohyun g apa2 ya……ayo Haeppa kasih dukungan buat Yoong………lanjuuuuuut thorrrrrr

  2. Yoona msh trauma ama masa lalunya, tp moga2 aja dia ga lama2 ngejauhin Donghae.

    Tp kyknya Yoona mulai suka jg tuh ama Donghae, kl ga ngapain jg dia pergi gt aja… Moga mrk bs berhubungan baik lg, di tgg next partnya yah 🙂
    Fighting ^^

  3. ah,tbc lagi…wah joohyun msuk rs,, mna ad saingan lagi (sunye) lebih baik td gx usah senang2 dlu dgn kbhagiaan YH..yg nntinya mreka bkal sdkit mnderita T.T

  4. Wah akhir ny selesai jga bca nie ff mpe part 7,mian yah thor aq gak bza komen satu2 ff mu al ny aq ngebut nih bca ny!!well lnjtkan crita ny yah,ditunggu loh!!:)

  5. oke.. yoona yg belum bisa lupain changmin, dan skarang ada sunye.. lalu joohyun masuk rumah sakit, yoonhae marahan -.- huftt penasaran.

  6. Haha aq bca ny bru smpe sini toh!!
    Yah yah yah lnjtkan part 12 ny yah,ditunggu!!hhee

  7. Kayaknya yoona cemburu tuh sama donghae gra2 sunye
    Ngaku kalo donghae pernah berjanji waktu kecil pingin nikahin dia..
    Ayo lah yoona itukan hanya janji masa kecil
    Dan yang mengucapkan janji juga masih kecil
    Jadi belum berarti apa2..
    Selama yang bersangkutan gk punya perasaan apa2..
    Tp kasian yoona adiknya
    Mengalami kecelakaan
    Semoga gk parah.

  8. 0rang tua D0nghae kyk.a suka sama Y00na, tp Y00na jd jeal0us krna ada Sunye-teman D0nghae sejak kecil, yg bilang tntang janji prnikahan,. Tp untung aja ada Kyuhyun yg jd ‘Dewa Penyelamat’ Y00na dr kesepian.,
    Bad news, sem0ga aja J00hyun gk kenapa2,.,

Komentarmu?