Vas Happenin’? (Oneshoot)

Author :
viesayoonaddict

Main Cast :
♥Im Yoon Ah
♥Lee Donghae

Other Cast :
♡Im Jung Ah as Im Ahjumma
♡Kim Taeyeon
♡Park Jung Soo as Leeteuk

Type :
Oneshoot

Rating :
PG-13

Genre :
Romance, Sad, Drama, Dll

Words :
10.328.

Note : sebelumnya ini sudah pernah di post di blog milik author dan blog WoonDeerFull


My Blog :
http://vsyoonaddict.wordpress.com/

Annyeong haseyo chingudeul.. Aku comeback bawa FF OS lagi nih.. Maap kalau jelek atau ada salah-salah kata yah… daripada banyak cincong mending langsung aja ke TKP..

Happy Reading ^^

Ditatapnya langit jingga dengan seksama, taburan kapas putih menghiasi langit jingga, angin sepoi-sepoi meniup tiap helai rambut seorang gadis yang sedang duduk santai diatas kursi rodanya. Gadis itu adalah Yoona. Bayang-bayang masa lalunya kembali melayang-layang di atas kepalanya, sekali-kali ia akan tersenyun pahit mengingat flasbacknya. Dari dalam jendela kamarnya, ia dapat melihat pemandangan indah diluar rumahnya, bisa dibilang sudah sangat lama ia tidak keluar dari rumahnya itu. Pasti kalian bertanya-tanya bagaimana Yoona bisa hidup jika ia tidak pernah keluar dari rumahnya sendiri?

Yoona hanya tinggal bersama dengan Sahabat dan Bibinya. Sudah hampir 4 tahun mereka tinggal bersama, sekali-kali orang tua dari sahabat Yoona akan datang menjenguknya, sedangkan orang tuanya entah dimana iapun tidak tau.

====

Dengan laju mobil standar, Yoona menjalankan mobilnya. Dengan Earphone yang menyantel di telinganya, sekali-kali ia akan bernyanyi dan bergoyang sesuai dengan irama lagu yang ia dengar. Wajahnya yang tampak ceria dan berseri-seri membuat aura cantik gadis itu sangat terasa.

Yoona arahkan pandangan matanya kearah lampu lalu lintas saat ia melewati lampu lalu lintas tersebut, disana tertera warna hijau. Dengan santai ia terus melajukan jalan mobilnya. Senyum dibibirnya tidak pernah hilang sedikitpun.

BRAKKKKK….

Tiba-tiba terdengar suara hantaman 2 benda keras yang sangat terdengar jelas di telinga. Itu bukanlah suara benda terjatuh ataupun yang lain, Itu adalah bunyi hantaman sebuah mobil Sedan dengan sebuah truk besar. Mobil itu adalah mobil milik Yoona, mobil itu terpental sekitas 3 meter dari tempat kejadian. Sontak hal itu membuat warga sekitar bersorak kaget melihat kejadian tadi. Banyak orang yang mulai mendekati mobil itu. Banyak warga yang melihat korban di dalam mobil sedan itu menjerit kaget ataupun menangis.

Im Yoon Ah, ia adalah seorang Idola. Ia adalah penyanyi dan penari profesional yang amat terkenal dinegaranya ataupun dinegara lain. Apakah dengan adanya kecelakaan ini karir yang selama ini ia raih akan jatuh begitu saja?

====

Setetes air mata kembali membasahi pipi mulusnya. Karena kecelakaan itulah kakinya terpaksa harus diamputasi, karena kecelakaan itulah karir yang telah ia capai seketika hancur. “Andai itu tidak terjadi, mungkin hari ini, bahkan detik ini aku sedang berada di atas panggung, menatap para fans dan menghibur mereka.” gumam Yoona lirih. Ditatapnya langit jingga dengan pandangan sedih.

Tanpa ia sadari, seorang pria dari arah pintu kamarnya menatap Yoona sedih. Perlahan ia dekati Yoona dan menyentuh bahu gadis itu. Sebuah senyum tipis ia ciptakan dibibirnya. Dapat pria itu lihat, perlahan Yoona memutar kepalanya untuk melihat dirinya yang berdiri tepat disamping Yoona.

“Donghae Oppa..” ujar Yoona sambil tersenyum tipis. Kembali ia tatap langit jingga, ia suka dimana ia bisa melihat matahari terbenam dari jendela kamarnya itu. Pemandangan yang indah untuk dilihat.

“Yoong, Apa kau tidak ingin keluar? sekali saja.” bicara pria bernama Donghae itu dengan nada lembut.

“Ani Oppa, Aku ingin disini saja.” gumam Yoona lirih. Kini tatapannya beralih pada Donghae yang saat ini tengah menatapya kecewa. Ini adalah yang kesekian kalinya ia mengajak Yoona untuk pergi keluar dari rumahnya itu. Sudah cukup muak ia melihat Yoona dalam empat tahun berturut-turut tidak ingin keluar dari rumahnya, bahkan keluar dari kamarnyapun ia sangat jarang.

“Yoong, diluar sana masih banyak fansmu yang mempertanyakan keberadaanmu. Bahkan dibeberapa media sosial, seperti Twitter dan Facebook banyak orang yang membuat Fanbase dan Fanpage untuk mengingatmu selalu. Tapi, mengapa kau tidak ingat dengan mereka? Kau seolah-olah tidak memperdulikan fansmu.” Bicara Donghae panjang lebar. “Kau sungguh merepotkan.” Bisa terlihat dari raut wajah pria itu, ia terlihat sedikit kesal dengan tingkah Yoona yang hanya menatap dirinya sendiri dari segi negative. Apakah salah jika Donghae akan kesal seperti itu? tentu tidak bukan?

Donghae langkahkan kakinya untuk meninggalkan kamar Yoona, Ia berharap dengan adanya sikap tegas dari dirinya akan membuat Yoona sadar. Sebenarnya ada rasa penyesalan dihatinya karena sudah menegur Yoona seperti itu, tapi mau diapakan lagi. Ia lebih menderita jika melihat Yoona harus seperti itu terus.

YOONA POV

Aku hanya diam mendengar ucapan Donghae Oppa barusan. Ada benarnya ucapan Donghae Oppa tadi, ia tidak salah sama sekali, aku melupakan fansku dan merepotkannya. Aku putar kursi rodaku 180 derajat, aku lihat sekeliling kamar, Donghae Oppa sudah tidak ada disini. Aku jalankan kursi rodaku dengan perlahan menuju keluar kamar. Dari depan pintu kamarku, bisa aku lihat Bibi sedang menyapu bagian ruang tamu rumahnya. Lama aku menatap bibi sampai akhirnya ia tersadar dengan keberadaanku.

“Eh? Yoongie.. Waeyo?” tanya bibi sambil mendekatiku. Aku hanya membalas pertanyaan bibi dengan gelengan kepala lalu tersenyum tipis.

“Ahjumma, Donghae Oppa eoddiga?” tanyaku sambil menatap sekeliling.

“Baru saja dia pergi keluar. Katanya ia ingin pulang kerumahnya sebentar, nanti dia akan balik lagi Yoong.” ujar bibi. ” bibi kedapur dulu ne.. Apa ada yang ingin bibi buatkan?” tanya bibi -lagi-.

“Ani, bibi kedapur saja.”

“Oh, Arraseo..” ujar bibi. Aku lihat ia berjalan kearah dapur. Aku hanya menatapnya dari sini dengan senyum tulusku.

Tiba-tiba terlintas di otakku untuk melakukan sesuatu. Mungkin ini adalah yang terbaik. Tidak mungkin bukan kalau aku hanya berdiam diri disini seperti layaknya mayat hidup.

YOONA POV END.

========

Dilain tempat, Donghae merebahkan tubuhnya diatas kasur empuknya. Ditatapnya langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong. Bayang-bayang masalalunya kembali berputar-putar diatas kepalanya. Sebuah senyum miring tercipta di bibirnya.

Kini pandangan Donghae beralih ke sebuah foto yang terletak di meja kecil sebelah kirinya. Ditatapnya foto itu dengan pandangan sedih. Difoto itu terdapat dirinya dan seorang gadis. Gadis itu terlihat ceria. Gadis itu hanya menggunakan baju kaos berwarna putih dengan bertuliskan Love You yang berwarna Hitam, Celana jeans panjang berwarna hitam dan kacamata gayanya. Sedangkan Donghae, ia berpenampilan sama seperti gadis itu. Bedanya, Donghae memakai baju berwarna hitam bertuliskan Love You To yang berwarna Putih dengan celana Jeans biru tua dan bando kucing dikepalanya.

Difoto itu,dari belakang Donghae memeluk gadis itu, dengan tangannya yang melingkar di pinggang gadis itu dan kepala yang ia taruh di atas pundak gadis tersebut. Sedangkan gadis itu berpose dengan mulut yang dimanyunkan dan kepala yang sedikit diangkat keatas. Terlihat romantis memang. Gadis difoto tersebut adalah Im Yoon Ah, dimana difoto itu Yoona masihlah seorang super start dengan karakter ceria dan kejailannya selalu memenuhi kehidupannya dimasa itu.

Tapi sekarang sangatlah berbeda. Dimana dulu Yoona yang selalu ceria dan jail kali ini terlihat murung dan pendiam, Dimana dulu Yoona yang active sekarang hanya lebih suka berdiam diri. Awalnya, Donghae merasa itu bukanlah Im Yoon Ah yang sebenarnya, ia merasa seperti Jiwa Yoona yang ditukarkan dengan Jiwa yang lain, tapi itu mustahil bukan?

Kini Donghae bisa menyadari semuanya, ia tahu kejadian itu pastilah sangat menyesalkan bagi Yoona.

“Aku rindu kau yang dulu, Sangat rindu.” gumam Donghae. Perlahan Donghae menutup matanya yang mulai terasa berat, sekilas sebelum matanya benar-benar tertutup ia melihat bayang-bayang Yoona yang sedang tersenyum ceria padanya sampai akhirnya hanya kegelapan yang ia lihat.

=====

Dihirupnya udara sore dengan lembut. Tiupan angin sepoi-sepoi mengelus kulit mulusnya. Dengan perlahan Yoona menjalankan kursi rodanya, menelusuri tiap sudut taman. Dengan hanya menggunakan jaket hitam, celana jeans selutut, syal hitam dan masker. Penampilannya terlihat tidak terlalu tertutup. Yoona jalankan kursi rodanya menelusuri sudut taman sampai akhirnya ia memberhentikan kursi rodanya tepat di hadapan seorang anak kecil yang sedang menangis saat ini.

“Hey, gadis manis. Waeyo? dimana orang tuamu?” tanya Yoona pada gadis kecil didepannya.

Gadis kecil itu menghentikan tangisannya lalu menatap Yoona dengan pandangan tidak mengerti. Yoona yang dipandang seperti itu oleh anak kecil itu hanya tersenyum tipis lalu mencubit pelan pipi gadis kecil itu.

“Orang tuamu dimana? namamu siapa? umurmu berapa? bersama siapa kau kesini?” tanya Yoona dengan senyum yang ia lebarkan.

“Eonni, bertanya satu-satu..!! jangan sekaligus.. Aku bingung.” ujar gadis kecil itu dengan bibir yang dimanyunkan. Yoona yang melihat ekspresi itu hanya cengengesan.

“Arrayo.. Namamu siapa?” tanya Yoona lembut.

“Park Jung Hyeon.” jawab gadis itu sambil tersenyum senang.

“nama yang cantik..” ujar Yoona. Yoona angkat gadis kecil itu dan mendudukannya di pangkuannya. “umurmu berapa?” tanya Yoona -lagi-.

“3 tahun eonn..” Ujar gadis kecil itu lalu memeluk Yoona. Gadis kecil itu mengalungkan tangannya di leher Yoona dan dengan senang hati Yoona membalas pelukkan itu.

Let it go, let it go
Can’t hold it back anymore
Let it go, let it go
Turn my back and slam the door
The snow glows white on the mountain tonight,
Not a footprint to be seen.
A kingdom of isolation and it looks like I’m the queen. (Let it GoDemi Lovato)

Dengan lembut Yoona bernyanyi, sambil mengelus rambut gadis kecil yang sekarang sedang berada dipangkuannya. Walau mulutnya ditutupi oleh masker, suaranya tetap terdengar jernih. Perlahan dapat ia rasakan, pelukan gadis kecil tersebut padanya mengendur. Yoona lihat, gadis kecil itu menatapnya dengan mulut yang dimanyunkan.

“Waeyo?” tanya Yoona heran.

“Suala eonni sepelti suala penyanyi favolit eommaku.” balas gadis kecil itu mantap.

“Mwo? jeongmal? kalau eonni boleh tau, siapa nama penyanyi favorit eommamu itu saengie?” tanya Yoona penasaran. Entah karena apa tiba-tiba jantungnya berdetak cepat.

“Kalau tidak salah, Yoon.. Yoon.. YOONA…” jawab anak kecil itu sambil menekankan kata-kata YOONA.

Yoona yang mendengar penuturan kata gadis kecil tersebut terkejut. Matanya membulat mendengar perkataan gadis kecil tersebut.

“jeongmal?” tanya Yoona memastikan.

“ne eonn.. Bahkan di handphone eommaku penuh dengan lagu-lagu Yoona eonni.. Sayangnya keberadaannya kini sudah tidak kita ketahui ya eonn?” ujar Gadis kecil itu dan hanya dibalas anggukan kecil dari kepala Yoona.

Dapat gadis kecil itu lihat, mata Yoona mulai berkaca-kaca. Ia tidak menyangka ini, ternyata masih ada yang menyukai dirinya bahkan sampai saat ini masih ada yang ingin mengoleksi lagu-lagunya.

“Waeyo eonn? Jangan menangis…” ujar gadis kecil itu sambil mengelus wajah Yoona yang setengahnya tertutupi masker. “Kalau boleh aku tau… Siapa nama eonni?” tanya gadis kecil itu tulus.

“namaku…. Im Yoon Ah…”

.
.

Seorang pria dan wanita sedang berlari mengelilingi taman kota. Terlihat dari wajah si wanita yang panik dan sedih sedangkan si pria mengontrol rasa paniknya.

“Yeobo.. Eottokkae? dimana Jung Hyeon?” ujar si wanita.

“Park Taeyeon.. bisakah kau tenang? jika kau panik, aku juga akan panik.” terang pria itu kesal. Seketika si wanita diam dan kembali menatap keseluruh taman.

Tidak jauh dari posisi mereka, mereka melihat Jung Hyeon yang tengah duduk di kursi roda seorang gadis. Dengan langkah terburu-buru mereka mendekati gadis yang duduk dikorsi roda tersebut dan mengambil Jung Hyeon secara tiba-tiba.

“NUGUYA?” teriak pria itu yang bernama Leeteuk. “Mengapa anak kami bisa berada bersama anda?” tanya Leeteuk dan memberikan Jung Hyeon kepada istrinya, Taeyeon. “Kau jangan berpura-pura acting dengan kain yang menutupi kakimu, seolah-olah kau terlihat sakit dimata kami.” kini amarah Leeteuk telah sampai diatas batas kesabarannya.

Dia tarik tangan gadis yang duduk dikursi roda itu dan melemparnya ke tanah, seketika kain yang menutupi kakinya terbuka. Leeteuk dan Taeyeon yang melihat itu spontan melebarkan matanya, ternyata gadis itu benar-benar sakit.

“YOONA EONNI…” teriak Jung Hyeon. Dengan berontak ia berusaha turun dari tubuh ibunya dan menghampiri orang yang ia panggil Yoona.

“Eonni, gwaenchanayo?” tanya Jung Hyeon yang matanya terlihat mulai berkaca-kaca. Jung Hyeon menyibakkan rambut Yoona yang menutupi wajahnya.

Dapat Jung Hyeon lihat, mata Yoona mulai berkaca-kaca. “Eonni.. Maafkan orang tuaku…” ujar Jung Hyeon sambil memeluk Yoona erat.

Leetaeuk dan Taeyeon terdiam melihat anak mereka memeluk orang yang sama sekali mereka tidak kenal. Diantara mereka yang terlihat paling shock adalah Taeyeon, saat mendegar anaknya menyebutkan kata-kata “Yoona” ia merasa tidak yakin.

“Mianhae.. akan aku bantu anda untuk kembali duduk dikursi roda anda.” tawar Leeteuk yang dari wajahnya terlihat menyesal. “Gwaenchanayo?” tanya Leeteuk untuk memastikan.

“Ne.. Gwaenchana.” Jawab Yoona lembut. Yoona tatap Leeteuk dan Taeyeon secara bergantian.

“Siapa namamu?” Tanya Taeyeon, perlahan wanita itu mendekati Yoona dan menatap Yoona dalam. “Sepertinya aku mengenalimu.” lanjut Taeyeon.

Yoona yang mendengar perkataan Taeyeon hanya bisa tersenyum dari balik maskernya. Perlahan ia membuka maskernya dan menunjukkan wajah aslinya.

“Cheonun Im Yoon Ah Imnida..” ujar Yoona yang membuat Leeteuk dan Taeyeon terdiam kaku.

“apakah aku sedang bermimpi? tolong siapapun cubit aku.” bicara Taeyeon dan langsung mendapat cubitan dipahanya. Siapa lagi kalau bukan Jung Hyeon yang menyubitnya. “Aw!! Ini terasa sakit? berarti aku tidak bermimpi?” gumam Taeyeon sambil mengelus-elus pahanya yang masih terasa sakit.

“Maafkan kami Yoona-ssi. Kami kira kau adalah penjahat yang berpura-pura sakit.” ujar Leeteuk menyesal.

“Gwaenchana..” ujar Yoona lembut.

Kini tatapan Yoona beralih ke arah Taeyeon, dapat ia lihat Taeyeon melangkah mendekati dirinya. Handphone yang ada ditangannya ia pegang kuat. Ia yang melihat tingkah Taeyeon tersebut hanya tersenyum tulus.

“Boleh aku berfoto denganmu?” bicara Taeyeon sedikit gugup.

“tentu saja.. Tidak ada larangan untuk siapapun yang ingin berfoto denganku.” jawab Yoona riang.

Yoona dan Taeyeon siap berfoto. Dengan pose Taeyeon yang berdiri dibelakang Yoona sambil memegang pendorong kursi roda Yoona dan dengan badan yang sedikit ia tundukkan, sedangkan Yoona ia tersenyum tipis dengan kedua tangannya yang membentuk V (peace). Leeteuk sebagai sang pemotret hanya tersenyum senang melihat istrinya akhirnya dapat berfoto dengan sang idola.

“Yoona-ssi.. semenjak kecelakaan yang menimpamu, kau menghilang entah kemana. Aku sempat tau bahwa kau harus melakukan amputasi pada kaki kirimu. Aku turut prihatin padamu.” ujar Taeyeon sedih. “bolehkah aku memelukmu?” tanya Taeyeon ragu.

“tentu saja..” balas Yoona dengan tangan yang ia lebarkan.

Taeyeon yang melihat itu tentu sangat senang. Ia peluk Yoona erat bagaikan seorang anak yang baru bertemu ibunya setelah beberapa tahun berpisah. “Maukah kau bermain sebentar dirumahku? rumahku tidak jauh dari sini. Aku akan menunjukkan koleksi-koleksi milikku padamu.”

“Dengan senang hati..” balas Yoona.

Dengan langkah semangat Taeyeon membantu Yoona, ia dorong kursi roda sang idola dengan lembut. Yoona yang diperlakukan seperti itu hanya tersenyum tipis, Kembali ia memasangkan maskernya pada sebagian wajahnya. Bayang-bayang masalalunya kembali berputar, dimana ia membayangkan dimana para fansnya memanggil namanya dan begitu senang jika bertemu dengan dirinya. Sempat dulu ia membuka tempat Les Vokal dan Dance, tapi tempat itu sekarang bukanlah miliknya. Tempat itu ia jual dan sudah empat tahun ia tidak mengunjungi tempat itu lagi.

“Aku rindu masalaluku.” gumam batin Yoona.

========

“Donghae… Donghae-ya.. Ireona…” terdengar suara lembut seorang wanita yang sedang membangunkan pria bernama Donghae. Sedikit ia guncangkan tubuh pria itu agar ia tersadar dari alam mimpinya.

Dapat wanita itu lihat, pria bernama Donghae itu membuka matanya secara perlahan. “Sejak kapan kau tidur disini? tumben sekali..” ujar wanita itu yang dipastikan adalah eomma dari Lee Donghae. “Madilah, dan kita makan malam bersama.” ujar eomma Donghae dan keluar dari kamar puteranya tersebut.

Donghae perlahan bangun dari tidurnya dan berjalan kearah kamar mandi. Ia buka satu per satu pakaiannya dan menaruhnya di keranjang yang tidak jauh dari posisinya. Ia nyalakan air Shower yang terasa hangat dikulitnya. Kini pandangannya beralih pada sebuah cermin yang memantulkan gambar dirinya. Ia tatap dirinya sendiri dicermin. Tatapannya terlihat tajam dan datar.

Kembali ia membersihkan dirinya, memberi sabun dan sampo pada tubuhnya. Wangi khas sabun dan sampo pria sangat terasa menyengat di hidung. Tidak butuh waktu yang lama, ia selesai dari mandinya dan keluar dari kamar mandi. Ia pakai seluruh pakaiannya dan keluar dari kamarnya.

“oh? Donghae-ya.. kau sudah selesai mandi?” tanya eommaku sambil menaruh beberapa piring makanan ke meja makan.

“menurut eomma bagaimana? apa aku terlihat seperti belum mandi?” tanya Donghae dengan nada bercandanya. Ia duduki bangku ruang makan tepat disebelah kiri Appanya.

Pletak..

“Aw!! YA!! Appa.. mengapa kau memukulku? apa salahku?” tanya Donghae sedikit kesal. Wajar saja ia kesal, karena tiba-tiba saja Appanya memukul kepalanya dengan sendok.

“berbicaralah yang sopan pada eommamu..” bicara Appa Donghae tegas.

“Arraseo..” jawab Donghae malas.

Eomma Donghae yang melihat itu hanya cengengesan. Kini ia duduk tepat di sebelah kanan suaminya. Suasana makan malam kali itu terasa hangat, penuh canda dan tawa. Sesekali Donghae mendengus kesal karena kebiasaan Appanya yang senang sekali memukuli kepalanya dengan sendok jika mereka sedang bercanda.

“Appa… Siapa nama sekertaris Appa yang baru itu? sepertinya dia sangatlah cantik..” ujar Donghae dengan nada nakal.

“Aish.. YA!! bicaramu yang benar saja.. Tapi Appa akui, ia sungguh manis dan cantik.” bicara Appa Donghae sambil menghayalkan wajah sekertaris barunya. Yap, baru tadi pagi ia mendapat sekertaris barunya yang bisa dibilang sekertarisnya itu sangatlah cantik dan manis.

Pletak.. Pletak.. Pletak…

“Aw!! Yeobo..kenapa kau memukul kepalaku?” rengek Appa Donghae pada istrinya. Bagaimana tidak? kepalanya dipukuli sebanyak 3 kali beturut-turut dengan benda yang berbeda. Pertama sendok, kemudian garpu dan terakhir sumpit.

“Kau ini, selalu saja menghayal yang tidak-tidak…” tegur Eomma Donghae kesal lalu melanjutkan makannya.

“Yeobo.. Mia~”

Ting Nong…

Ucapan Appa Donghae terhenti oleh bunyi bell rumah mereka yang berbunyi. Appa Donghae hanya bisa memanyunkan bibirnya karena Istrinya pergi meninggalkannya untuk membuka pintu rumahnya.

“Oh? Im Jung Ah… Waeyo? apa Yoona malas makan lagi? akan aku panggilkan Donghae.” bicara Eomma Donghae tanpa memberikan kesempatan pada Im Jung Ah alias Bibi dari Im Yoon Ah untuk berbicara.

Dengan paksa Eomma Donghae menarik tangan bibi Im menuju ruang makan rumahnya. Dapat bibi Im lihat, Donghae dan Appanya menatapnya heran.

“Waeyo bi? apa Yoona malas makan lagi? oh?” tanya Donghae yang sudah bisa menebak kebiasaan Yoona jika bibi Im datang kerumahnya.

“Ani.. Yoona MENGHILANG..” bicara Bibi Im sambil menekankan kata Menghilang.

Donghae yang saat itu sedang mengunyah makannannya spontan terkejut. Ia terbatuk-batuk mendengar penuturan kata dari mulut bibi Im. Ditatapnya bibi Im dengan pandangan kesalnya. “jangan berbohong bi?” ujar Donghae. Ia membanting sendok yang sedang ia pegang kemejanya.

“A-ani.. bibi tidak berbohong..” ujar Bibi Im gugup karena melihat perubahan sifat Donghae pada dirinya.

Dengan emosi, Donghae meninggalkan ruang makan rumahnya dan berlari terburu-buru menuju rumah Bibi Im. Eomma, Appa dan Bibi Im yang melihat sikap Donghae tersebut terdiam sebentar, baru kali ini mereka melihat Donghaenya begitu emosi. Setelah sadar akan situasi, Appa, Eomma dan bibi Im menyusul Donghae yang telah terlebih dahulu berlari ke rumah Bibi Im.

.
.

BRAK….

Donghae membuka kasar pintu rumah bibi Im sampai terdengar bunyi yang amat keras dari beradunya pintuh rumah bibi Im dengan tembok rumahnya. Pandangan Donghae terus tertuju pada setiap sudut rumah Bibi Im.

“IM YOON AH? kau ada dimana?” tanya Donghae dengan berteriak.

Dengan langkah terburu-buru Donghae berjalan kearah kamar Yoona, ia buka pintu itu secara paksa. Kamar itu terlihat kosong dan bersih. Sekarang ia berjalan menuju kamar mandi Yoona, ia lihat pintu kamar mandi terbuka dan hasilnya tetap sama,Nol Besar..

Dengan langkah terburu-buru Donghae keluar dari kamar Yoona, dapat ia lihat Ayahnya sedang melangkah kearah dapur sedangkan Bibi Im dan Eommanya melangkah ke lantai dua rumah Bibi Im. Dengan wajah frustasinya, Donghae menduduki sofa ruang tamu dengan kepala yang ia tundukkan.

Kembali ia menghayal saat sore tadi. Dia ingat, tadi sore bukankah ia bebicara seolah-olah Yoona selalu merepotkannya? Oh.. Ia baru ingat.. itu adalah kesalahannya. Donghae menyesal. Donghae sedih. Donghae Kesal. dan Donghae frustasi. Jika ia pikir-pikir, kata-katanya saat sore tadi, cukup pedas dan menyakitkan. Apa ia telah menyakiti hati seorang Im Yoon Ah?

“Donghae-ya.. Appa tidak menemukannya di dapur.” Ujar Appa Yoona yang baru saja muncul dari arah dapur.

“Eomma dan bibi Im juga tidak menemukan Yoona di atas.” bicara eomma Donghae keras sambil menuruni tangga.

Donghae hanya diam mendengar ucapan kedua orang tuanya tersebut. Ingin ia bicarakan tentang ucapannya tadi sore terhadap Yoona pada mereka, tapi ia takut terkena omelan dari Appanya yang menyeramkan tersebut. Ia tarik dan buang nafasnya berat. Ia angkat kepalanya menatap Appa, Eomma dan bibinya yang telah duduk tepat di hadapannya.

“ini adalah kesalahanku..” bicara Donghae berat. “Aku tadi sore….~” dengan berat hati Donghae membicarakan apa yang ia ucapakan tadi sore pada Yoona.

Dapat Donghae lihat, Appanya menatapnya kesal tanpa bicara, eommanya hanya mematapnya kecewa sama seperti tatapan Bibi Im. “Belum pantas kau berbicara seperti itu terhadap Yoona.” bicara Appa Donghae sambil menahan emosinya.

“Mianhae..” bicara Donghae pelan.

Cklek…

terdengar suara pintu rumah yang terbuka, dapat mereka lihat. Seorang gadis ditemani dua orang dewasa dan satu orang gadis kecil memasuki rumah Bibi Im. Donghae yang melihat itu terbengong melihat orang yang ia kenal sedang tersenyum kearah dirinya.

“Gomawo Leeteuk Oppa, Taeyeon eonni dan Jung Hyeon..” bicara Yoona sambil mencubit pelan pipi Jung Hyeon yang chubi.

“Ne.. kami permisi terlebih dahulu.. Annyeong..” bicara Leeteuk dan Taeyeon secara bersamaan. Mereka melangkahkan kaki mereka meninggalkan kediaman Im dengan senyum yang mengembang.

“Oh..? Im Yoon Ah.. Gwaenchanayo?” bicara Nyonya Lee sambil memutar kepala Yoona kekanan dan kekiri berulang kali. “Syukurlah.. kau baik-baik saja..” ujar Nyonya Lee lagi sambil memeluk Yoona erat.

“Kau membuat kami panik..” bicara Bibi Im dengan nada bercandanya.

“Jeongmal? ah… mianhae.. aku menyesal pergi tanpa berpamitan kepada kalian..” ucap Yoona tulus. Kini tatapannya beralih pada pria muda yang sangat ia kenal. Senyum tulusnya tetap terlihat dibibir manisnya.

“Oppa.. bisakah kita berbicara berdua?” tanya Yoona dan hanya dibalas anggukan kepala oleh Donghae. “Arra.. kita kekamarku saja, ne..” bicara Yoona dan mulai menggerakkan kursi rodanya sendiri.

Donghae yang melihat Yoona tampak sedikit kesulitan, dengan sigap ia membantu menjalankan kursi roda tersebut. Gerakkannya sedikit terlihat buru-buru. Eomma dan Appa Donghae hanya diam melihat tingkah puteranya tersebut, sama halnya dengan Bibi Im yang lebih memilih bungkam dan tidak bersuara.

“Baiklah.. Kami permisi dulu Jung Ah.. maaf merepotkanmu.” Ujar Nyonya Lee dan dibalas anggukkan pelan oleh bibi Im.

“Seharusnya aku yang mengucapkan maaf karena merepotkan kalian..” balas Bibi Im dan dibalas anggukan ringan oleh Appa dan Eomma Donghae.

“Jika terjadi sesuatu yang buruk lagi terhadap Yoona, langsung saja kau panggil kami.” bicara Appa Donghae dan langsung mendapat anggukan mantab dari Bibi Im.

==

Dikamar tidur Yoona, suasana hening dan canggung sangat terasa menyelimuti dua insang berbeda jenis tersebut. Yoona hanya sibuk menatap langit gelap malam dari jendela kamarnya, sedangkan Donghae berdiri dibelakang Yoona sambil memegang pendorong kursi roda Yoona.

“Yoong..” Gumam Donghae.

Kini posisi Donghae masih sama dibelakang Yoona, hanya bedanya ia memeluk gadis tersebut dari belakang. Donghae kalungkan tangannya tepat di leher Yoona. Yoona yang mendapat perlakuan seperti itu hanya diam, ia sudah terbiasa dengan perlakuan Donghae terhadapnya seperti ini.

“Mianhae..” Gumam Donghae lagi tepat di depan telinga Yoona. Yoona yang mendapat perlakuan seperti itu hanya bisa menahan geli ditelinganya.

“Buat apa kau meminta maaf jika kau tidak memiliki salah padaku?” bicara Yoona tegas. Yoona sedikit memiringkan kepalanya menghadap Donghae, menatap wajah pria tersebut tulus. Tidak ada raut wajah kesal ataupun benci untuk pria tersebut.

Dengan perlahan Donghae memutar kursi roda Yoona dan menghadapkannya tepat dihadapan dirinya. “Maafkan aku karena tadi sore aku berkata kasar padamu. Aku tidak bermaksud untuk menyakiti perasaanmu, Yoong.” bicara Donghae tulus.

Yoona hanya tersenyum tipis mendengar ucapan Donghae barusan. Dengan sedikit kasar, ia menarik kerah jaket Donghae hingga pria itu berhadapan langsung dengan Yoona. Donghae menahan berat tubuhnya dengan memegang kursi roda Yoona.

Cup…

Ciuman singkat namun mengejutkan dapat Donghae rasakan. Ia sangat terkejut dengan perlakuan Yoona pada dirinya. Ini adalah pertama kalinya ia melihat Yoona bertingkah seperti gadis nakal. Apakah orang yang mengantar Yoona pulang tadi telah meracuni Yoona dengan obat perubah sifat? Maybe..

DONGHAE POV.

“Yoong?” aku sungguh terkejut dengan perlakuan Yoona terhadap diriku.

Walau itu hanyalah sebuah ciuman singkat, tapi ini adalah pertama kalinya Yoona melakukan itu terhadapku. Bahkan saat ia masih menjadi seorang idola, ia tidak pernah mengambil drama yang terdapat adegan Kissnya. Apa Yoona memberi First Kissnya pada diriku? sungguh beruntung diriku ini.

“Oppa.. itu hukuman untukmu karena kau telah berbicara kasar padaku saat sore tadi.” ujar Yoona dengan mulut yang ia manyunkan. “Saranghae..” bisik Yoona tepat ditelingaku.

Aku yang mendengar itu hanya diam membatu. Oh May God!! Rasanya aku ingin terbang mendengar kata-kata tersebut. Jika ini mimpi, aku mohon siapapun jangan bangunkan aku dari mimpiku ini, biarlah mimpi ini terus berlanjut dan tidak berhenti.

“Nado saranghae, Yoong” ujarku senang.

Kini dengan keberanianku, aku mendekatkan wajahku terhadap wajahnya. Aku pejamkan mataku dan memiringkan sedikit wajahku agar dapat memperdalam ciumanku pada Yoonaku ini. Sekarang aku bisa merasakan lembut dan rasa manis dari bibir seorang Im Yoon Ah. Aku suka ini!!

Dengan keberanianku, aku mulai melumat dan menggigit kecil bibir mungilnya ini. Dapat aku rasakan, tangannya melingkar di leherku dan ia sedikit meremas rambutku kuat. Sakit, tapi aku suka itu. Perlahan aku membuka mataku tanpa melepaskan tautan bibirku pada bibirnya. Dapat aku lihat, matanya terpejam dengan bulu matanya yang lentik.

“ahhh..shh..” desahan kecil mulai terdengar dari bibir tipisnya itu.

Aku gigit bibir bawah Yoona sedikit kencang membuat Yoona sedikit mengerang kesakitan. Dengan mulutnya yang sedikit ternganga, tidak akan aku lewatkan kesempatan itu. Aku masukkan lidahku, mengapsen giginya yang tertata rapi itu.

Kembali aku pejamkan mataku. Aku tekan tengkuk leher Yoona agar ciumanku padanya makin dalam. Kami saling bertukar saliva, lidah kami saling beradu perang. Ini terasa panas. Tubuhku seperti terbakar oleh nafsu yang belum pernah aku rasakan sampai akhirnya…

Cklek…

Terdengar bunyi pintu kamar tidur Yoona yang terbuka, dengan sedikit refleks aku dan Yoona saling mendorong tubuh masing-masing. Kini pandanganku beralih kearah pintu kamar Yoona. Disana terlihat Bibi Im yang menatap kami dengan pandangan terkejutnya. Dengan buru-buru aku meng-lap bibirku yang terasa masih basah akibat ciumanku pada Yoona tadi. Sama halnya dengan Yoona, ia juga meng-lap bibirnya itu dengan baju lengan panjangnya.

“ah.. apa aku mengganggu acara kalian?” tanya Bibi Im sambil mengetuk-ngetukkan telunjuk tangan kirinya ke arah dagunya. “Ah.. aku tidak melihat apa-apa.. silahkan lanjutkan..” ucap Bibi Im sambil menutup matanya dengan telapak tangan kirinya. Perlahan Bibi Im menutup pintu itu sampai pintu itu benar-benar tertutup rapat.

“HWA…!! eottokkae Oppa? Ah.. aku sangat malu jika nanti pagi bertemu dengan Bibi Im..” bicara Yoona panik.

“Gwaenchana, Yoong..”

Aku berdiri dari posisi dudukku dan menghampiri Yoona yang terlihat sedikit panik. Aku angkat tubuh mungilnya ala Bridal Style dan membaringkannya di atas ranjangnya. Aku kecup lembut keningnya dan menarik selimutnya untuk menutupi tubuhnya sampai batas bahu.

“Aku menyukai ini..” ucapku sambil menyentuh bibir tipisnya. “Suatu saat, ini akan menjadi milikku, bahkan seluruhnya..” gumamku tepat di depan telinganya.

Dapat aku lihat rona merah diwajahnya, terlihat lucu jika Yoona sedang menahan malunya. “Good Night…” bisikku lalu mencium kilat bibir tipis Yoona.

DONGHAE POV END.

Dengan perlahan Donghae keluar dari kamar Yoona, ia tutup pintu kamar Yoona dengan gerakkan sangat lambat. Ia tidak ingin jika Yoona akan terbangun karena bunyi pintu yang ia tutup. Dengan senyum yang mengembang ia tatap pintu kamar Yoona, ia balikkan tubuhnya dan..

“Astaga.. Bibi Im..” Kaget Donghae sambil mengelus dadanya, mengatur detak jantungnya.

“Apa yang kau lakukan terhadap keponakanku?” Tanya Bibi Im sambil menyipitkan matanya. Bibi Im arahkan sebuah sumpit tepat dihadapan Donghae.

“Ah..!! itu.. emhh..” hanya kata-kata itu yang keluar dari mulut Donghae.

Bibi Im, ia sudah menduga itu. “Baiklah.. Cepat sana kekamarmu, tidur.. Dan mimpi indahlah..” ujar Bibi Im dengan nada menggoda. Donghae yang mendengar penuturan kata-kata Bibi Im hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Dengan langkah perlahan ia menaiki tangga rumah Bibi Im, ia berjalan dimana tempat biasa ia tidur jika menginap dirumah Bibi Im. Sesekali ia tersenyum-senyum sendiri saat membayangkan kejadian yang tadi baru saja terjadi diantara dirinya dan Yoona.

Bibi Im yang melihat tingkah Donghae dari bawah tangga hanya menggeleng-gelengkan kepalanya heran melihat tingkah laku Donghae. “Yah, seperti itulah jika seseorang sedang jatuh cinta.” gumam Bibi Im.

Ia langkahkan kakinya menuju kearah kamar Yoona. Dapat ia lihat, Yoona tengah tertidur nyenyak. Bibi Im mengelus rambut Yoona, kini perhatiannya mengarah ke bibir Yoona. Ia yang melihat itu berusaha menahan tawanya, bagaimana tidak? Dibibir Yoona terdapat sedikit luka yang mungkin kalau tidak segera diobati, paginya akan terasa sakit. “dasar Lee Donghae..” Gumam bibi Im.

Dengan perlahan Bibi Im membuka laci meja kecil milik Yoona, dapat ia lihat disana terdapat cairan anti biotik. Dengan hati-hati bibi Im memasangkan anti biotik itu kebibir Yoona. Tidak butuh waktu yang lama untuk memasangkan anti biotik itu ke bibir Yoona, karena saat ini Yoona sedang tertidur.

“Good Night..”

==

Keesokan harinya, Langit cerah dan udara sejuk kali ini menyelimuti sebagian Dunia. Dengan perlahan seorang pria membuka matanya saat merasakan silaunya sinar matahari yang masuk kedalam kamarnya tersebut. Kini pandangannya beralih kearah seorang wanita yang sedang merapi-rapikan kamarnya. Dia kenal wanita itu.

Perlahan ia beranjak dari tidurnya dan berjalan kearah kamar mandinya. Wanita itu alis Bibi Im, ia langsung keluar dari kamar pria tersebut. Ia langkahkan kakinya berjalan kearah dapur dan melewati begitu saja pintu kamar Yoona. Dengan sigap ia langsung memakai celemek dan sarung tangannya untuk memasak sarapan pagi. Aroma masakan sangat terasa menyengat dihidung.

“Pagi bi…” Sapa seorang pria dari arah belakang, Bibi Im yang mengenal suara itu hanya membalasnya dengan senyum tipisnya.

“Yoona dimana bi?” tanya Donghae yang sudah berdiri tepat di samping bibi Im.

“Dia belum bangun, tolong kau bangunkan Yoona.” ujar Bibi Im dengan nada yang menggoda kearah Donghae.

“Aish.. Bibi…” gumam Donghae dan melangkah meninggalkan bibi Im menuju kamar tidur Yoona. Bibi Im, ia hanya cengengesan melihat tingkah Donghae.

Cklek…

Dengan perlahan Donghae membuka pintu kamar Yoona. Ia langkahkan kakinya mendekati tirai jendela kamar Yoona, tepat saat ia membuka tirai tersebut sinar matahari langsung memasuki kamar Yoona.

“em…. ” Yoona yang dapat merasakan silaunya sinar matahari langsung saja ia menutupi wajahnya dengan selimut yang sedang ia gunakan.

“Yoong, Ireona…” Diguncang-guncangkannya tubuh Yoona agar gadis tersebut bangun dari tidurnya.

“lima menit lagi Oppa..” gumam Yoona dengan suaranya yang serak.

“Apakah kau membutuhkan Morning Kiss dariku agar kau mau bangun dari tidurmu?” bisik Donghae tepat di depan telinga Yoona.

Yoona yang mendengar itu spontan memelototkan matanya dan bangun terduduk. Ia tatap Donghae dengan pandangan kesal. “Jangan coba-coba kau lakukan hal itu pada diriku.” Bicara Yoona kesal.

Yoona ambil tongkat yang tepat berada di samping tempat tidurnya dan ia gunakan sebagai pengganti kaki kirinya. Dengan gerakan sedikit lambat Yoona berjalan kearah kamar mandi dan membanting pintu kamar mandinya sendiri. Donghae yang melihat tingkah keanak-anakan Yoona hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya heran.

Ia langkahkan kakinya berjalan keluar dari kamar Yoona. Dari depan kamar Yoona, Donghae dapat melihat bibi Im yang tengah menaruh makanan di meja makan. “Sepertinya ini enak..” ujar Donghae sambil mendekati bibi Im yang tengah menaruh daging panggang di atas piringnya.

“Jika kau bilang ini tidak enak, kau akan aku usir dari rumahku ini, Lee Donghae” ujar bibi Im dengan nada bercandanya dan dibalas cengiran oleh Donghae.

Donghae duduki salah satu bangku makan di ruangan tersebut. Dari tempat duduk, Donghae menatap bibi Im dengan senyum tipisnya. Bibi Im yang menyadari tatapan dari seorang Lee Donghae hanya mebalasnya dengan senyum kecilnya.

“Bi, bukankah Yoona memiliki bakat dalam bidang lukis?” tanya Donghae dengan dahi yang ia kerutkan.

“Ye, Waeyo?” tanya bibi Im dan duduk tepat berhadapan dengan Donghae.

“Bagaimana jika kita menyuruh Yoona untuk melukis kembali, lalu hasil lukisannya kita jual ke Pameran Lukisan di BeauArt.” saran Donghae senang. “itu akan menguntungkan kita dan dirinya sendiri.” lanjut Donghae.

“Bibi setuju-sutuju saja, tergantung dari Yoonanya juga.” jawab Bibi dan hanya dibalas desahan nafas sedikit kasar oleh Donghae.

Kembali suasana hening menyelimuti mereka sampai akhirnya Yoona menyadarkan mereka dari pemikiran mereka masing-masing. Suasana sarapan pagi itu terasa hening, hanya suara beradunya sendok dan piring mereka sajalah yang terdengar. Donghae yang dapat merasa suasana canggung di ruang makan itu hanya bisa melirik sekali-kali kearah Bibi Im dan Yoona.

“ehem.. Yoong..” ujar Donghae sedikit kaku. “Oke.. Yoong, langsung saja to the poin. Maukah kau melukis untukku?” lanjut Donghae.

Yoona yang mendengar penuturan kata dari mulut Donghae menghentikan kegiatan makannya. Ia taruh sendoknya secara perlahan dan menatap Donghae tenang. “tentu saja, oppa.” jawab Yoona tulus.

Dapat Donghae lihat, Yoona tersenyum tulus padanya, ia balas senyum Yoona dengan senyumnya. Lama mereka saling bertatap mata. Bibi Im yang duduk diantara mereka hanya menggeleng kepalanya melihat dua manusia berbeda jenis kelamin itu. Yah, seperti inilah jika seseorang dikena rasa mabuk cinta, tidak sadar ada dimana, mereka tetap saja melakukan hal bodoh dimana mereka mau.

“ehem…baiklah.. lanjutkan makan kalian.” tegur bibi Im.

Yoona dengan segera kembali memakan makanannya, sedangkan Donghae ia hanya bisa menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak terasa gatal itu.

===

“Oppa, kita mau kemana?” Tanya Yoona bingung sambil melihat kearah luar jendela mobil.

“kau berjanji ingin melukiskan sesuatu untukku, jadi aku meminta janjimu sekarang.”

“MWO? ANIYO…. aku sudah lama tidak melatih tanganku untuk melukis kembali. Biarkan aku untuk belajar melukis kembali. Setelah itu aku akan memberikan hasil lukisanku yang terbaik dari yang terbaik untukmu, oppa.” rengek Yoona.

“Aku yakin, tangan senimu tidak akan terasa tegang saat melukis. Karena seorang tangan seniman pasti akan bisa melukiskan segala sesuatu walau telah lama tangan itu tidak ia gunakan untuk melukis.”

“Tapi aku ini bukanlah seniman.” gumam Yoona kesal. Ia lipat kedua tangannya tepat dibawah bagian dadanya.

Kini Donghae melirikkan matanya kearah Yoona. Dapat ia lihat gadis itu memandang arah jalan dengan pandangan sedikit kesal. Dengan mulut yang ia manyunkan, itu tidaklah terlihat seperti wajah orang sedang kesal ataupun emosi, itu seperti wajah seseorang yang bergaya seperti boneka. Lama mereka diperjalanan membuat Yoona merasakan kantuk dimatanya. Tanpa ia sadari, ia tertidur selama perjalanan. Donghae yang melihat itu hanya tersenyum tipis, ia angkat tangan kanannya untuk memindahkan posisi kepala Yoona yang terlihat sedikit tidak nyaman itu.

16:00 pm

Jam sudah menunjukkan waktu sore. Donghae dengan lembut membangunkan Yoona, dengan sedikit tepukkan di pipi Yoona. Yoona yang tentu merasakan tepukan itu, perlahan membuka matanya, membiasakan cahaya sinar matahari sore memasuki matanya. Kini pandangannya beralih kearah Donghae.

“Apa kita sudah sampai?” tanya Yoona dan dibalas anggukan ringan oleh Donghae.

Yoona alihkan pandangannya kearah luar jendela mobil. Dapat ia lihat tumbuh-tumbuhan bertumbuhan dimana-mana, lebat dan indah. Dengan mata yang berbinar-binar Yoona keluar dari dalam mobil, tidak lupa ia mengambil tongkat kayunya untuk alat pembantu ia berjalan. Ia hirup udara dalam, matanya ia pejamkan, menikmati tiupan angin yang mengelus-elus kulit putihnya.

“apa kau suka?” tanya Donghae dari arah belakang.

Yoona putar 180 derajat arah tubuhnya, dapat ia lihat Donghae membawa sebuah papan untuk tempat melukis, kursi kecil dan beberapa alat lukis lainnya. “Kau sudah mempersiapkan ini sejak awal? pantas aku lihat kau sedari tadi tenang-tenang saja.” bicara Yoona.

“tentu saja, untuk sebuah janji dari seorang Im Yoon Ah ini, pasti akan aku persiapkan dan aku ingat selalu.” balas Donghae diakhiri dengan senyum manisnya.

Yoona yang mendengar jawaban dari seorang Lee Donghae hanya tersenyum tipis, ia dekati pria itu dan menduduki kursi kecil yang memang sengaja disediakan untuk dirinya melukis. Dengan perasaan sedikit ragu, ia ambil kuas yang berada tepat disampingnya. Sebuah meja kecil dengan diatasnya terdapat alat lukis yang sudah sangat lama tidak ia gunakan, mungkin yang diganti baru hanya cat untuk melukisnya. Yoona pandangi wajah Donghae sebentar, dapat ia lihat pria itu mengangguk kecil menandakan ia ingin melihat seorang Im Yoon Ah kembali melukis. Perlahan namun pasti, Yoona memegang kuas miliknya, ia campuri beberapa warna cat dengan kuasnya, terjadilah perpaduan warna yang unik.

Yoona goreskan ujung kuasnya kekertas besar yang telah disediakan oleh Donghae, dari samping pria bermarga Lee itu hanya memandang senang hasil goresan kuas Yoona walau itu barulah goresan awal. Sesekali dapat Donghae lihat, Yoona mendongakan wajahnya untuk menatap kearah pemandangan yang tengah ia lukis.

Dari arah belakang, secara perlahan Donghae mengalungkan kedua tangannya di leher Yoona. Pandangannya tetap pada lukisan Yoona. “Ternyata aku tidak salah bukan? tanganmu itu adalah tangan seorang seniman lukis.” ujar Donghae pelan.

“Aku tidak tahu harus bilang Ya atau Tidak, Indahnya lukisanku yang menilai adalah orang lain, bukan aku.” Balas Yoona sambil tetap fokus melukis.

Kembali suasana antar mereka hening, yang terdengar hanyalah bunyi suara pepohonan yang tertiup oleh angin. Rambut panjang Yoona sesekali menerpa wajah seorang Lee Donghae yang sedang menaruh kepalanya diatas bahu Yoona. Ia menikmati tamparan rambut Yoona pada wajahnya, tamparan lembut dan wangi, ia suka ini.

.
.

Lama waktu berjalan, Kini Yoona dan Donghae memilih menikmati indahnya bintang malam. Yoona pejamkan matanya dan berbaring diatas rerumputan rindang. Suara jangkrik dan kodok menjadi musik alam untuk dimalam ini, angin sepoi malam sangat sejuk dikulit.

“Sepertinya kau sangat menikmati angin malam ini?” ujar Donghae. Kini ia posisikan tubuhnya tidur menghadap kearah Yoona.

“Tentu saja. Pemandangannya sangat indah, anginnya sangat sejuk dan suara musik alam ini, aku suka.” Gumam Yoona tanpa membuka kedua matanya.

Donghae yang melihat ekspresi wajah Yoona dari arah samping hanya tersenyum tipis. Ia dekatkan tubuhnya kearah Yoona, mungkin karena Yoona dapat merasakan gerak gerik Donghae, ia membuka matanya secara tiba-tiba. Yang pertama kali ia lihat adalah Wajah Donghae yang terlihat sangat dekat oleh dirinya.

DONGHAE POV

Seketika aku memelototkan mataku. Bagaimana tidak? Seorang Im Yoon Ah dengan beraninya tiba-tiba mencium diriku terlebih dahulu. Oke, karena ini yang memulai adalah Yoonanya sendiri, maka akulah yang harus mengakhirinya. Dengan gerak perlahan aku mendekati wajah Yoona, dapat aku rasakan hembusan nafas hangatnya menerpa wajahku. Aku rasakan tangannya yang melingkar dileherku. Dapat aku rasakan -lagi-, lembut dan manisnya bibir seorang Im Yoon Ah, aku selalu merindukan rasa ini.

Lama aku menikmati ciuman ini. Aku biarkan suara jangkrik dan kodok menjadi musik indah yang mengiringi ciumanku. Kini posisiku telah berada diatas tubuh mungil seorang Im Yoon Ah. Dengan kedua sikuku yang menjadi penahan beban berat tubuhku. Tiba-tiba dapat aku rasakan pukulan pelan pada dadaku. Aku mengerti maksud dari itu.

Aku lepas ciumanku pada Yoona. Nafas kami membara, dapat aku lihat rona merah diwajah Yoona. Aku suka jika wajah Yeojaku ini sedang memerah, ia terlihat lucu dan menggemaskan.

DONGHAE POV END

“Kau ganas sekali, Oppa?” bicara Yoona dengan nada manjanya.

“oh? Jeongmal? bahkan aku bisa lebih ganas dari itu, Im Yoon ah.” balas Donghae sambi mencubit pelan hidung Yoona.

Kini Donghae memindahkan posisi tubuhnya tepat disamping Yoona. Tangan kiri Donghae, Yoona gunakan sebagai peganti bantalnya. Ditatapnya langit gelap dengan taburan butiran-butiran cahaya emas disana.

“Aku tidak menyangka ini, Yoong. Dulu kau dan aku hanyalah sebatas sahabat, Dulu aku hanyalah sebatas menejermu. Tapi tidaklah dengan sekarang, Kau adalah milikku. Sejak kecil aku selalu membayangkan kau dan aku akan menjadi sepasang kekasih yang abadi hingga ke jenjang perkawinan. Bahkan aku pernah bermimpi menidurimu sebagai istriku, memang konyol dan menggelikan, tapi aku ingin selalu mimpi itu kembali terulang. Dan jika aku boleh jujur, Yoong, aku rindu kau yang dulu, kau yang sangat jail dan ceria, kau yang sangat nakal dan menjengkelkan, kau yang sangat ramah dan murah senyum. empat tahun ini, aku selalu memikirkan berbagai cara agar kau mau kembali tersenyum pada dunia dan sampai akhirnya aku berhasil menyadarkanmu, aku tidak menyangka itu.” bicara Donghae panjang lebar. “Yoong?” panggil Donghae.

Kini ia arahkan pandangannya kearah Yoona, ia lihat Yoona telah tertidur nyenyak. Wajahnya terlihat polos dan sepertinya ia terlihat sangat lelah. Dengan gerak perlahan, Donghae mengelus pipi tirus Yoona dengan lembut. “Kau ini, aku ini sedang curhat padamu, tapi kau malah tertidur dengan nyenyaknya dilenganku?”

Dengan gerak perlahan Donghae mengangkat tubuh Yoona dan memasukkannya kedalam mobil. Ia taruh dengan lembut tubuh Yoona diatas kursi mobil dan mencium kilat bibir gadisnya itu. “Good Night, babes.” bisik Donghae tepat didepan telinga Yoona.

=Vas Happenin’?=

“eghhhh…”

Dengan perlahan Yoona membuka kedua kelopak matanya, menyesuaikan cahaya matahari yang masuk pada matanya. Ia pandangai sekeliling tempat dimana ia berada sekarang. “Kamarku? bagaimana bisa?” gumam Yoona.

Kini pandangannya beralih pada pakaiannya, betapa terkejutnya ia saat melihat pakaiannya yang sudah tidak sama seperti pakaian yang kemarin ia kenakan. “oh? Eottokkae?” gumam Yoona panik. Tangannya ia letakkan didepan dadanya, membentuk bentuk silang.

Ckelek…

Terdengar suara dercitan pintu yang terbuka, kini pandangan Yoona beralih kearah pintu kamarnya. Ia lihat, bibi Im membawa nampan yang diatasnya berisikan sebuah roti bakar dengan selai strawberry dan segelas susu putih hangat. Ia pandangi bibi Im yang melangkah makin mendekat kearah dirinya.

“Bibi..”

“Ye? ada apa, Yoong?” tanya Bibi Im dan menduduki pinggir ranjang Yoona.

“Apa Bibi yang menggantikan bajuku menjadi baju tidur ini?” bicara Yoona pelan dan hati-hati.

Bibi Im yang mendengar penuturan pertanyaan Yoona hanya bisa mengerutkan dahinya, menatap Yoona heran. “Mwo? Aniyo.. Bibi saja tidak tau kapan kau pulang..” jawab bibi Im yakin.

“Oh? Jeongmal… HWAAAAA… AHJUMMA.. EOTTOKKAE?” teriak Yoona panik. Refleks, Yoona menggoncang-goncangkan tubuh Bibi Im.

“YA..!! YA..!! YA..!! Kau ini kenapa?” Bibi Im menepis tangan Yoona yang berada dibahunya. “Aish.. kau ini, kenapa kau menjadi gila seperti ini?” gumam bibi Im kesal.

Ia langkahkan kakinya meninggalkan Yoona yang masih terbengong-bengong diatas ranjangnya. Saat ia berada tepat diluar kamar Yoona, ia tutup pintu itu rapat. Dari balik pintu Yoona, Bibi Im tertawa pelan. Bagaiman tidak? ia berhasil membuat seorang Im Yoon Ah menjadi panik. Setelah empat tahun ia selalu gagal mengerjai Yoona kali ini ia berhasil mengerjai Yoona.

“Mianhae, Yoong. Sebenarnya Ahjuma membohongimu, ahjummalah yang menggantikan bajumu. Pasti kau berpikir Donghaelah yang menggantinya? jangan gila Yoong.” gumam bibi Im didepan pintu kamar Yoona.

Dengan senyumnya yang mengembang, ia tinggalkan kamar Yoona dan berjalan kearah ruang tamu. Ia nyalakan televisi dan menduduki sofa panjang di ruang tamu tersebut. Kini pandangannya beralih pada sebuah lukisan yang tergantung rapi didinding rumahnya. Lukisan itu adalah lukisan pertama Yoona setelah empat tahun tidak pernah kembali melukis. Memang benar kata Donghae, tangan Yoona adalah tangan seorang seniman walaupun tangan itu lama tidak digunakan untuk melukis, tetapi jika itu adalah tangan seorang seniman, itu tidak akan mempengaruhi hasil lukisannya bukan?

“Hey, Ahjumma.. Yoongie dimana?” Tanya Donghae sambil mengeringkan rambut basahnya menggunakan handuk kecil yang bertengger di bahunya.

“mungkin ia sedang mandi.” Ujar bibi Im dengan pandangan tetap kearah layar TV. “Oh iya, apa kau jadi pergi dengan Yoona ke pameran lukisan BeauArt?” tanya bibi Im.

“Tentu saja bi, ini adalah moment terbaikku untuk kembali membangkitkan seorang Im Yoon Ah yang murung dan pendiam menjadi ceria dan jail kembali.” ujar Donghae bangga. Ia kibas-kibaskan handuk kecilnya kearah bibi Im.

“Aish, bisa kau jauhkan handuk ini dariku?”

“Oh? ah… Mianhae, bi. Aku terlalu bahagia sampai melupakanmu.” ujar Donghae diselingi cengirannya.

Bibi Im hanya menanggapi ucapan Donghae dengan gelengan kepala, kembali ia menonton stasiun televisi yang sekarang sedang ia tonton. Tidak berselang lama setelah itu Yoona keluar dari kamarnya dengan keadaan yang rapi. Yang anehnya, Yoona memegang kemoceng dan wajahnya terlihat kesal.

Yoona hampiri Bibi In dan Donghae dengan menggunakan kursi rodanya. “YA!! APA YANG KAU LAKUKAN TERHADAP DIRIKU, LEE DONGHAE?” teriak Yoona tepat dihadapan Donghae.

Donghae yang terkejut melihat ekspresi Yoona yang berubah drastis itu menaikkan kakinya keatas sofa. Ia pandangai bibi Im dengan pandangan seolah-olah berkata Dia-Ini-Kenapa-Bi-? dan hanya dibalas angkatnya bahu oleh Bibi Im.

“Kau apakan diriku ini, hah?” ujar Yoona kesal. Ia pukuli Donghae menggunakan kemocengnya, tidak ia perdulikan erangan kesakitan yang keluar dari bibir seorang Lee Donghae.

Bibi Im yang melihat kejadian itu tentu saja tertawa terbahak-bahak. Seorang Lee Donghae sangat terlihat lemah saat ini, ia hanya pasrah dipukuli oleh seorang Im Yoon Ah yang tengah mengamuk tanpa alasan. Sebenarnya Bibi im tau mengapa Yoona bisa terlihat semarah itu pada Donghae, tetapi ia lebih memilih untuk bungkam terlebih dahulu sampai ia puas melihat Yoona memukuli Donghae.

“Arra.. Arra.. hentikan Yoong.” bibi Im menghentikan lengan Yoona yang hendak kembali memukuli Donghae.

“ahjumma? kau ini kenapa menghalangiku untuk memukuli pria brengsek ini?” tanya Yoona kesal. Ia pandangi Donghae dengan pandangan sengitnya, sedangkan Donghae, ia lebih memilih diam karena tidak mengerti maksud dari percakapan antara Yoona dan bibi Im.

“Yoong, ahjumma membohongimu. Sebenarnya bibilah yang menggantikan bajumu itu.” ucap bibi Im dengan senyum lebarnya.

Yoona yang mendengar penuturan kata dari mulut bibi Im langsung memelototkan matanya. “MWO? Jadi..” Kini pandangannya beralih pada Donghae yang masih diam menatap dirinya dan Bibi In tidak mengerti. “Ah.. Oppa.. mianhae.. aku tidak bermaksud untuk menyiksamu.” Yoona usap pipi Donghae lembut. Tidak ia perdulikan tatapan jail dari bibinya itu.

“ahjumma kedapur dulu ne?” ujar bibi Im diselingi cengirannya dan pergi meninggalkan Yoona dan Doghae berdua diruang tamu.

“apa maksud kalian?” tanya Donghae yang masih tidak mengerti.

“Aish.. sudahlah.. lupakan..apa kau jadi mengantarku ke BeauArt?” tanya Yoona berusaha mengalihkan pembicaraan mereka.

“apa kau mengalihkan pembicaraanku, Yoong? tapi, yasudahlah..Kajja..” bicara Donghae tenang. Dengan perlahan ia mendorong kursi roda Yoona hingga masuk kedalam mobilnya.

====

“Oppa, apa kau yakin?” tanya Yoona didalam mobil Donghae. Terlihat dari raut wajahnya, terdapat keraguan disana.

“Tentu saja, Lukisanmu ini terlihat sangat indah, jika dijual harganya akan sangat mahal.” Bicara Donghae yakin sambil mengangkat-angkat alias memamerkan lukisan Yoona.

Yoona ia hanya diam mendengar penuturan kata dari mulut Donghae. Donghae yang melihat diamnya seorang Im Yoon Ah hanya tersenyum tipis. Dengan tenang ia memakaikan Yoona sebuah masker dan topi bundar diatas kepala Yoona. Dengan gerak cepat ia keluar dari mobilnya, mengambil kursi roda Yoona yang ia lipat dan ia letakkan digarasi mobil, ia buka lipatan kursi roda Yoona dan mendorongnya keposisi Yoona berada.

Donghae buka pintu mobil yang menutupi jalan Yoona untuk keluar. Ia tuntun gerakkan Yoona yang ingin turun dari mobilnya dan duduk diatas kursi rodanya. Dengan lukisannya yang masih Yoona pegang, Dengan perlahan donghae menutup lukisan Yoona dengan sebuah kain putih. “Apa kau sudah siap?” tanya Donghae lembut dan dibalas anggukan ringan oleh Yoona.

Perlahan Donghae langkahkan kakinya sambil mendorong kursi roda Yoona. Mereka masuki sebuah bangunan berwarna serba putih dan dipenuhi banyak pengunjung. Yoona yang melihat itu sedikit gugup, ia pererat pegangannya pada lukisannya. “Oh.. Jinjja..” gumam Yoona -sangat- pelan.

Tok Tok Tok..

Donghae ketuk sebuah pintu berwarna coklat yang tertutup rapat itu. Perlahan pintu yang Donghae ketuk terbuka dan menunjukkan sosok manusia yang berada dibalik pintu tersebut.

“Annyeong haseyo Ahjussi..” sapa Donghae sambil menundukan sedikit tubuhnya, diikuti juga oleh Yoona yang masih bertahan memegang erat lukisannya.

“Nado Annyeong..Silahkan masuk..” balas orang itu.

Donghae dorong pelan kursi roda Yoona, ia masuki ruangan tersebut. Desain ruangan tersebut terasa clasic dan menakjubkan. Donghae duduki sebuah sofa yang cukup besar dan meletakkan Yoona tepat disebelahnya, tanpa memindahkan Yoona ke sofa tersebut.

“Selamat datang di BeauArt.. Jadi kau yang bernama Lee Donghae dan kau orang yang ingin menunjukkan hasil karya lukisanmu?” tanya ahjussi itu pada Donghae.

“Aniyo, dialah yang ingin menunjukkan hasil lukisannya, Kim Ahjussi.” tunjuk Donghae pada Yoona.

“Kau? boleh aku lihat hasil lukisanmu itu.” tanya pria bermarga Kim tersebut.

Dengan gerakan yang -sangat- lambat, Yoona memberikan hasil lukisannya pada Kim. Pria bermarga Kim tersebut hanya tersenyum tipis, dapat ia lihat kegugupan dari gadis yang duduk tepat didepannya tersebut. “Terimakasih.” Ucapnya saat lukisan itu telah sampai ditangannya. Dengan perlahan ia buka kain putih yang menutup lukisan Yoona tersebut. Kini ia dapat melihat lukisan Yoona secara jelas.

“Waw, ini sangat indah.” bicara pria bermarga Kim itu senang. “apa benar ini lukisanmu?” tanya Kim memastikan dan hanya dibalas anggukan ringan oleh Yoona.

“Bolehkah aku minta? Bisakah kau lepaskan maskermu itu? dan apa boleh aku tau, siapa namamu?” tanya Kim tegas.

Kini pandangan Yoona beralih pada Donghae, ia tatap pria itu penuh tanya dan dibalas anggukan mantap oleh Donghae. Perlahan Yoona lepas masker yang menutupi sebagian wajahnya. “Cheonun Im Yoon Ah Imnida.” ujarnya mantap dan sedikit menundukan badannya.

Pria bermarga Kim itu menatap Yoona tidak percaya. Jika saja Donghae tidak cepat-cepat menahan lukisan Yoona yang hendak lepas dari tangan pria bermarga Kim itu, mungkin lukisan itu akan terjatuh dan hancur. “Im Yoon Ah?” Gumam Kim dengan tatapan yang tidak percaya.

“Ah.. mianhae.. aku hanya terkejut.. mungkin terlalu berlebihan.” bicara Kim setelah sadar dengan tingkahnya. “Cheonun Kim Joo In imnida.” lanjut pria itu sambil menundukan badannya memberi hormat.

“Aku tidak menyangka, ternyata kau adalah orang yang ingin menjual lukisanmu ini.” ucap Jooin senang.

“sudah 4 tahun aku tidak kembali melukis, jadi aku tidak tau itu masih layak di jual atau tidak.” Ujar Yoona dan diakhiri dengan bahu yang ia angkat.

“ini sangat bagus Nyonya Im, sangat layak.” Bicara Jooin yang terlihat sangat semangat. “Lukisanmu akan aku pamerkan di tempat Khusus.” lanjut Jooin dengan senyum miringnya.
.
.
.

Malampun tiba, Sekarang menunjukkan pukul sembilan malam, Pameran lukis BeauArtpun sudah ditutup. Tetapi, Yoona dan Donghae masih berada disana ditemani oleh Jooin. Mereka berjalan mengelilingi BeauArt sambil bercakap-cakap mengenai tempat tersebut. Tidak henti-hentinya Yoona berdecak kagum melihat semua lukisan yang dipajang disana. Sangat indah dan tentunya sangat mahal.

“Disinilah aku akan meletakkan lukisanmu, tempatnya stategis dan tepat ditengah-tengah gedung ini. Ini adalah pusatnya.” Bicara Joointenang.

Disana terdapat sebuah lemari kaca yang diletakkan diatas sebuah meja berwarna putih. Meja itu dikelilingi oleh rantai yang menandakan itu adalah batas dimana pengunjung bisa melihat lukisan itu. Dapat Yoona dan Donghae lihat, Jooin sedang merogo kantung celananya mengambil sesuatu disana. Sebuah benda berbentuk persegi panjang dan ditengahnya terdapat dua tombol berwarna merah dan hijau. Jooin tekan tombol berwarna hijau dan dengan sekejap lemari kaca yang Yoona dan Donghae lihat tadi terbuka lebar.

Dengan santainya Jooin melewati rantai pembatas dan meletakkan lukisan Yoona didalam lemari tersebut. Yoona dan Donghae yang melihat itu tentu saja ikut masuk, Donghae sedikit mengangkat rantai tersebut agar Yoona dapat memasuki area tersebut. “Ahjussi, apa kau yakin ingin meletakkan lukisanku disini? apa ini tidaklah berlebihan?” tanya Yoona ragu. Ia sentuh lukisannya yang sudah ditaruh didalam lemari kaca tersebut.

Tentu saja tidak, nyonya Im.” balas Jooin dengan senyumnya yang ia kembangkan.

“aish.. Ahjussi.. kau tidak perlu memanggilku Nyonya Im. Pangil saja aku Yoona.” bicara Yoona ambil mengibas-ngibaskan tangannya dan hanya dibalas anggukan mantap oleh Jooin.

“Oh iya, bolehkah aku berfoto denganmu, berserta Kau Donghae dan lukisanmu?” tanya Jooin.

“tentu saja, tapi siapa yang akan menolong untuk memotret kita, Ahjussi?” tanya Yoona.

“tenang saja, kan masih ada penjaga.” Jawab Jooin tenang. Ia panggil penjaga yang menjaga tempat pameran lukisannya.

Tidak butuh waktu yang lama, penjaga itu muncul sambil membawa kameranya. Yoona posisikan dirinya duduk disebelah kiri meja tempat lukisannya. Jooin, ia memposisikan dirinya tepat disebelah kanan meja tempat dimana lukisan Yoona diletakkan sedangkan Donghae, ia memposisikan dirinya berdiri tepat dibelakang Yoona.

“1,2,3 say… Kimchi…” ujar penjaga itu dan memotret mereka sebanyak 2 kali.

Setelah acara pemotretan, Yoona diperintahkan oleh Jooin untuk menulis sesuatu di kertas yang sengaja ia letakkan di lemari kaca tersebut. Dengan sedikit ragu Yoona menuliskan sesuatu disana, mungkin tulisannya itu terlihat seperti curahan hatinya. Donghae yang melihat tulisan Yoona tersebut hanya tersenyum tipis, ini adalah awal dari segalanya. Jooin yang melihat tulisan Yoona tersebut terkejut, sedih, haru, dan lain-lain, tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Diakhir penulisannya, Yoona beri tandatangan yang ia letakkan dibawahnya. “ah… aku terlalu menghayati saat menulis, hingga aku tidak sadar bahwa tulisanku ini sangatlah panjang dan tidak pantas untuk dipamerkan.” gumam Yoona kesal.

“ahjussi.. boleh ini aku ganti? ini terlalu berlebihan. Aku tidak sengaja menulis ini, saking aku menghayatinya.” Bicara Yoona dengan kepala yang ia tundukkan.

“aniyo.. Ini bagus..” ujar Jooin. Ia benarkan posisi kertas tulisan Yoona yang dibawahnya terdapat batu berbentuk pesegi panjang. Dengan santai ia menekan tombol merah pada benda yang sedari tadi ia pegang.

“aish.. Ahjussi.. jika kau ingin menutup ini, bilanglah terlebih dahulu. Jangan membuatku terkejut.” Bicara Yoona sambil mengelus-elus dadanya. Dognhae yang melihat itu hanya cengingiran dan dibalas tatapan sengit oleh Yoona, seketika cengiran Donghae hilang dan digantikan oleh raut wajah takutnya.

Jooin yang melihat kejadian tersebut hanya geleng-geleng kepalanya heran, apakah seperti ini tingkah sepasang kekasih zaman sekarang? Maybe.

Esoknya…

“Permirsa, Kali ini tengah terjadi kemacetan jalan menuju kearah Pameran Lukisan BeauArt. Perlu diketahui, Pameran lukisan BeauArt kembali memamerkan koleksi lukisannya yang bertema Alam. Sangat mengejutkannya, Lukisan itu dibuat oleh tangan seorang idola yang telah lama menghilang dan kembali ke bidang seni lukisan, dia adalah Im Yoon Ah. Lukisan itu diletakkan di Pusat pameran dengan dilindungi lemari kaca Anti peluruh. Di lukisan tersebut terdapat tulis tangan dari seorang Im Yoon Ahnya langsung dan sebuah foto yang memamerkan foto Yoona, seorang pria muda dan pemilik dari BeauArt, Kim Joo In.”

Bibi Im yang tengah mendengar berita dari siaran televisi tersebut hanya bisa terkejut, senang, bahagia dan lain-lain, sulit diungkapkan dengan kata-kata. “apakah ini adalah awal dari segalanya?Apakah Yoona akan kembali bangkit dari keterpurukannya?” gumam bibi Im senang.

Ia tinggalkan ruang tamu dan menuju kearah kamar Yoona. Beberapa kali ia mengetuk pintu kamar Yoona tidak ada sahutan dari sang empedunya. Dengan perlahan ia membuka pintu kamar Yoona, dapat ia lihat gadis cantik itu masih terlelap dalam tidurnya. Perlahan ia langkahkan kakinya mendekati ranjang Yoona, ia duduki pinggir ranjang Yoona. Bibi Im tatap wajah Yoona tulus, walau Yoona bukanlah anak kandungnya, walau Yoona hanyalah keponakannya, tapi ia sangat menyayangi Yoona bagaikan Yoona itu adalah anaknya sendiri. Lembut dan halus, bibi Im mengelus pipi tirus Yoona.

“enghhhh…” erang Yoona masih dalam keadaan tidurnya. Mungkin ia dapat merasakan elusan lembut dari tangan bibi Im.

“Yoongie.. Ireona…” Bicara bibi Im. Ia guncangkan tubuh ramping Yoona agar gadis itu terbangun dari tidurnya.

Perlahan Yoona membuka matanya, yang pertama kali ia lihat adalah bibi Im yang tengah menatapnya diiringi dengan senyum lebarnya. Yoona balas senyum bibi Im dengan senyum tipisnya. Perlahan Yoona bangun dari tidurnya, ia terdiam sebentar dalam keadaan duduk diatas ranjang. Kini pandangan Yoona beralih pada tongkat kayunya, ia ambil tongkatnya itu dan berjalan melewati bibinya. Bibi Im hanya tersenyum tipis melihat Yoona yang berjalan dengan togkatnya itu. Belum sampai Yoona di depan pintu kamar mandi tiba-tiba..

“Yoongieeeeee….. Ada berita hebat..” tersengar teriakan dari arah luar pintu Yoona.

Yoona yang tadinya masih terkantuk-kantuk seketika hilang kantuknya saat mendengar teriakan dari arah luar kamarnya, ia kenal suara itu.

“Yoongie, Ahjussi Kim ingin kita mengadakan konfrensiprens di BeauArt.” bicara Donghae senang. “nanti acara itu akan diadakan pada siang nanti jam 1 dan akan dihadiri banyak wartawan, Yoona. Ini kesempatan.” lanjut Donghae.

Donghae langkahkan kakinya mendekati Yoona yang masih berdiri mematung membelakangi dirinya. Ia peluk pinggang ramping Yoona dari belakang, ia letakkan kepalanya diatas bahu Yoona. “Apa kau senang, Yoong?” gumam Donghae tepat didepan telinga Yoona. Hanya anggukan kecil Yoonalah yang menjawab perkataan Donghae tersebut.

“Saranghae…” Bisik Donghae tepat di depan telinga Yoona. Yoona yang dapat merasakan hembusan nafas hangat Donghae hanya bisa tertawa kecil.

“ekhm….” terdengar suara teguran dari arah belang mereka. Yoona yang sadar terlebih dahulu langsung saja melepas lingkar tangan Donghae pada perutnya.

Yoona langsung saja ia berlari memasuki kamar mandinya. Donghae ia masih terbengong melihat tingkah aneh Yoona. Ia masih diam menatap pintu kamar mandi Yoona tanpa menyadari bahwa dibelakangnya terdapat Bibi Im yang menatap punggung Donghae dengan tatapan jailnya.

“Yoona, dia kenapa?” tanya Bibi Im sambil menepuk bahu Donghae.

“Aku tidak tahu, bi.” Gumam Donghae lirih. Tidak lama setelah itu.. “Ah.. Bibi Im.. kau mengejutkanku saja.” kaget Donghae sambil mengelus-elus dadanya.

“Ah.. ingin rasanya dipeluk oleh seorang namja dan dia mengucapkan suatu ditelingaku, Saranghae.” Bicara bibi Im dengan nada Jailnya. Saat mengucapkan kata Saranghae, sengaja ia mengucapkannya seperti nada Donghae bicara pada Yoona tadi.

“Aish.. Ahjumma..” bicara Donghae pelan. Dapat bibi Im lihat, rona merah pada wajah Donghae mulai terlihat dan membuat bibi Im tertawa senang.

“Ahaha.. Wajahmu lucu, Lee Donghae.. Hahaha” bicara Bibi Im dengan tawa bahaknya.

“Mwo?”

====

Dengan baju dress panjangnya yang berwarna hitam Yoona duduk gelisah di dalam mobil Donghae. Ditemani oleh Bibi Im dan eomma dari Donghae yang duduk disamping kiri dan kanannya. Didepan, Donghae sebagai sang supir dan appa dari Donghae yang duduk disebelahnya.

“ah.. Ajhumma.. eottokkae? Aku gugup.” bicara Yoona sambil menatap Bibinya gelisah.

“Kau tenang sajalah Yoona, ini akan baik-baik saja..” Bibi Im mengelus lembut rambut Yoona. Ia tau bagaimana perasaan Yoona saat ini, pastinya ia gugup. Ini adalah kali pertama Yoona tampil di depan media kembali setelah empat tahun menghilang.

Tidak butuh waktu yang lama, mereka telah sampai di BeauArt. Mereka tidak lewat dari pintu depan melainkan dari sisi yang lain. Yoona kali ini tidak menggunakan kursi rodanya, ia menggunakan tongkat kayu yang biasa ia gunakan jika sedang dirumah. Memang lebih sulit menggunakan tongkat kayu dari pada kursi roda. Saat tiba didalam, Yoona, Donghae, Bibi Im dan kedua orang tua Donghae dipersilahkan oleh Jooin untuk langsung masuk ke dalam ruangan yang akan digunakan untuk konfrensiprens.

Tepat saat Yoona masuk ke dalam ruangan tersebut, banyak cahaya potret kamera yang membuatnya sedikit sulit untuk melihat arah jalan. Donghae yang melihat Yoona berjalan sedikit oleng langsung saja mendekati Yoona, ia bantu Yoona berjalan dengan cara dirangkul. Yoona yang dapat merasakan rangkulan Donghae menatap sebentar Donghae dan tersenyum tulus pada pria itu.

Sesampainya dikursi, Donghae langsung membantu Yoona untuk duduk di kursinya. Donghae duduk tepat disebelah kanan Yoona dan diikuti oleh yang lain duduk di sebelah kiri Yoona dan kanan Donghae.

“Annyeong Haseyo semua.. Jujur, saat ini aku sedang sangat gugup karena sudah sangat lama tidak tampil didepan kalian. Maafkan saya karena saya menghilang begitu saja dari dunia entertaiment.” bicara Yoona sopan. Ia pandangai seluruh sudut tempat.

Dapat ia lihat, di paling belakang terdapat banyak orang sambil membawa spanduk yang bertuliskan “I Miss You, Im Yoon Ah” , “I’m YoonAddict Forever” , “Always Im Yoon Ah” dan lain-lain. Ia sangat terharu melihat tulisan itu. Ia baru sadar, ternyata masih banyak orang yang mengingatnya.

“Im Yoon Ah..” terdengar teriakan dari mulut beberapa wartawan. sepertinya mereka sangat ingin menanyakan sesuatu ke Yoona.

“Yoona-ssi.. tidak aku sangka kau ternyata memiliki bakat yang terpendam, Selama ini kami melihat kau hanya pintar menari dan bernyanyi, tapi ternyata kau pintar juga dalam bidang seni lukis.” ujar salah satu wartawan yang duduk di bangku barisan nomor lima.

“Ah.. Jeongmal? sebenarnya selama ini aku ingin sekali kembali melukis, tetapi, dulu jadwalku begitu padat dan tidak ada waktu untuk melukis.” Jawab Yoona santai.

“Yoon-ssi… kemana saja kau selama ini? jejakmu tidak terlacak oleh kami.” bicara salah satu wartawan yang duduk paling depan.

“benarkah? apakah kalian mencariku? apakah aku seperti buronan?” bicara Yoona dengan nada bercanda. “arra.. aku selama ini hanya diam dirumahku dan aku tinggal bersama Bibiku yang paling aku sayang dan Donghae Oppa..” lanjut Yoona sambil menatap Bibi Im dan Donghae bergantian. “Oh iya, Mereka, Nyonya dan Tuan Lee orang tua dari Donghae Oppa, mereka juga merawatku saat kecelakaan itu terjadi.” ujar Yoona dengan senyum tulusnya.

“lalu, dimana orang tuamu?” tanya salah seorang wartawan yang duduk paling depan pojok kiri.

Yoona yang mendengar penuturan pertanyaan dari wartawan itu membuat senyumnya luntur seketika, ia tundukkan kepalanya dalam. Donghae yang melihat kondisi Yoona tersebut langsung menggenggam tangan Yoona. Gadis bernama Yoona yang dapat merasakan itu langsung mendongakkan kepalanya menatap Donghae, terlihat dari matanya yang mulai berkaca-kaca.

“Maaf.. seba~”

“gwaenchana Oppa.” bicara Yoona memotong perkataan Donghae. “Sebenarnya aku sedikit malas menceritakan ini, tapi biarlah kalian tahu.” Jeda Yoona. “semenjak kecelakaan itu hingga membuatku tidak memiliki kaki kiri, orang tuaku menghilang entah kemana. Aku sudah menyuruh beberapa orang untuk melacak keberadaan orang tuaku, jawaban yang keluar dari mulut mereka selalu sama yaitu ‘kami tidak berhasil menemukan mereka.’ Aku kecewa, disaat aku populer, mereka selalu hidup glamor, selalu ketergantungan denganku. Mereka hanya diam tidak bekerja. Tetapi disaat aku terpuruk, mereka menghilang entah kemana. Aku sedih, jengah, kesal, marah, karena mereka pergi meninggalkanku. Jujur, walau mereka telah berprilaku buruk padaku, tetapi mereka tetaplah sama, mereka orang tuaku dan aku sangat merindukan mereka. Biarlah mereka hanya bisanya menghabis-habiskan uang hasil jerit payahku, asalkan aku bisa bertemu dengan mereka kembali.” Bicara Yoona. Suaranya terdengar bergetar sampai akhirnya Yoona benar-benar menangis, meneteskan air mata yang sedari tadi ia tahan.

Donghae yang melihat itu buru-buru mengambilkan tissue untuk Yoona, ia lap air mata Yoona yang mengalir tanpa memperdulikan jepretan kamera yang memfoto dirinya dan Yoona.

“Im Yoon Ah..” terdengar suara panggilan dari salah satu wartawan.

“BISAKAH KAU DIAM SEBENTAR?” teriak Donghae, seketika ruangan itu langsung sunyi, hanya suara tangisan Yoona yang terdengar diruangan tersebut. “Apa kau baik-baik saja, lebih baik kita sudahi ini..” bicara Donghae pelan, ia sedikit menundukkan kepalanya agar dapat melihat wajah Yoona yang ditundukkan.

“Aniyo Oppa..” ucap Yoona. Gadis itu langaung menegakkan kepalanya, menatap sekeliling dan memaksakan senyumnya. “Apa ada yang ingin kembali bertanya?” lanjut Yoona.

“Yoona-ssi.. siapakah pria yang ada disampingmu ini? kenapa kalian terlihat sangat romantis? sepertinya kalian ini pasangan yang sangat serasi, bahkan kalian terlihat seperti sepasang suami istri. ” bicara salah satu wartawan yang duduknya di bangku barisan nomor tiga.

Yoona yang mendengar pertanyaan itu tentu saja sangat terkejut, ia pandang Donghae seolah-olah bertanya bagaimana-ini-oppa?. Donghae yang melihat tatapan Yoona tersebut hanya tersenyum tipis, pandangannya kembali kearah depan menatap seluruh orang yang ada diruangan tersebut.

“Ah.. Jeongmal? apa kami terlihat seperti sepasang suami istri?” ujar Yoona yang terlihat berpura-pura terkejut.

“Doakan saja agar ucapanmu itu terkabul.” tiba-tiba terdengar suara Bibi Im yang membuat seluruh orang melihatnya heran. “Wae? apa aku salah bicara?” tanya bibi Im sok polos. Yoona yang melihat tingkah bibinya itu hanya bisa menahan tawanya.

Semua orang masih memandang bibi Im heran, pandangan mereka seolah-olah mengatakan kami-minta-penjelasan-dari-ucapanmu!.Lain halnya dengan Donghae, ia memandangi bibi Im dengan senyum tulusnya. Dengan gerakkan tiba-tiba Donghae bangkit dari duduknya, tangan kirinya masih saja memegang tangan kanan Yoona. Tentu saja hal itu dianggap sebagai kesempatan oleh para wartawan, banyak dari mereka memotret Donghae dan Yoona yang sedang bergenggaman tangan.

Dengan tangan yang masih saling bertautan, Donghae menarik Yoona untuk maju kedepan, tentu saja gerakan tiba-tiba itu membuat Yoona sedikit oleng. Kini, Donghae dan Yoona berdiri tepat di hadapan para wartawan dan fans Yoona. Dengan tiba-tiba Donghae berlutut dihadapannya, Yoona yang mendapat perlakuan seperti itu tentu saja sangat terkejut. Cahaya lampu jepretan kamera makin menyilaukan diri mereka.

Dengan gerakan santai Donghae merogo saku celanyanya, mengambil sesuatu disana. Saat ia mengeluarkan benda tersebut terlihatlah sebuah kotak berwarna merah. Ia buka kotak itu dan terpampanglah isinya. Terkejut bukan main, Yoona yang melihat itu memelotokan matanya, tangan kanannya menutup mulutnya yang sedikit ternganga.

“Yoong, aku tau ini gila, tapi aku sudah tidak bisa menahan ini lagi Yoona. Will You Merry Me?” bicara Donghae serius, matanya menatap lurus kearah Yoona. Yoona yang melihat itu tentu saja makin terkejut.

Dengan pelan Yoona menganggukkan kepalanya yang berartikan jawabannya “Yes, I Will.”. Donghae yang melihat anggukan Yoona langsung saja bangkit dari berlututnya dan memeluk tubuh ramping Yoona erat. Semua orang yang melihat kejadian tersebut banyak yang bertepuk tangan ataupun berteriak histeris, bahkan diantara mereka ada yang menangis bahagia termasuk eomma dari Donghae. Dari belakang, bibi Im menatap Yoona dan Donghae dengan senyum tipisnya. Sebenarnya Bibi Im sudah tahu jika Donghae akan melamar Yoona di sini, di tempat konfrensiprens. Ini sebenarnya adalah rencana Donghae dan hanya bibi Imlah yang ia beritahu, sungguh luar biasa bukan?

Perlahan Donghae mendekatkan wajahnya kearah Yoona, mereka tutup rapat mata mereka merasakan hembusan nafas hangat mereka. Tepat saat bibir mereka hampir bersentuhan tiba-tiba mereka merasakan seperti ada penghalang yang menghalangi ciuman mereka. Dengan begitu, Yoona dan Donghae membuka mata mereka dan menatap penghalang yang menghalangi ciuman mereka. Dapat mereka lihat, sebuah jari telunjuk dihadapan merekalah yang ternyata sebagai penghalangnya. Mereka lihat siapa pemilik jari telunjuk itu dan ternyata orang itu adalah..

“Bibi Im?” ujar Donghae dan Yoona berbarengan.

Bibi Im yang berdiri tepat ditengah-tengah mereka hanya tersenyum jail, kontan saja hal yang dilakukan bibi Im membuat semua orang yang ada diruangan tersebut tertawa. Dongahe dan Yoona yang tadinya wajahnya terlihat cemberut, kini mereka ikut tertawa. Dengan gerak yang hampir terlihat bersamaan, Donghae dan Yoona memeluk Bibi Im erat. Dari arah belakang, Eomma dan Appa Donghaepun ikut memeluk Bibi Im.

Kehidupan itu bagaikan Roda Yang berputar, Kehidupan itu akan selalu berjalan dan tidak mungkin akan terhenti apalagi kembali kemasalalu. Dari mulai Donghae hanyalah seorang teman dari seorang Im Yoon Ah, kemudian menjadi sahabat, Menejer dari seorang Im Yoon Ah hingga akhirnya ia akan menjadi pasangan hidup seorang Im Yoon Ah. Memang, tanpa kita sadari ternyata Jodoh kita itu ada disekeliling kita, dekat dengan kita, penghibur kita, bahkan dialah yang membuat kita bangkit dari keterpurukan. Vas Happenin’?

THE END

eottokae? apa kalian suka dengan FF OS author ini? ini sangat panjang loh… jangan ada yang bilang pendek -.- diharapkan kalian meninggalkan jejak yah…. oh yah, klu ada salah-salah ketik maapin aja yah… (y) Jangan menjadi pembaca gelap… buatlah author terhibur yahhhhh… :-*
Bubay.. sampai jumpa kembaliiii…..

30 thoughts on “Vas Happenin’? (Oneshoot)

  1. Panjang banget ff nya kkk~
    Suka banget sama ceritanya, Donghae tulus banget jaga Yoona, walopun Yoona nya kecelakaan sampe kakinya diamputasi Donghaenya tetap setia sama Yoong,
    So sweet banget, bibi Im jail nya minta ampun kkk~
    Ditunggu ff YH lainnya thor
    Fighthing!!

  2. Annyeonng aku reader baru salam kenal 🙂
    ffny daebakk banget thor
    Aku suka sama donghae yg selalu setia & penyayang sama yoona 🙂
    Saranghaneun uri yoonhae^^
    Tetap buat ff yoonhae ya thor *bow

  3. hn..bagus,cuma kurang suka dengan penggunaan nama “im yoona” yg klewat pnjang…cukup yoona aj deh kan bgus :3 inti crita ku suka ^~^

  4. blog yoonhae world keren” apalagi author’a. ff yg ini keren bngd, seru. pingin baca ulang.. daebak utk author’a 😉

  5. daebak chingu. yoona eonnie yang seorang bintang harus vakum karna kecelakaan dan menghilang, tapi karna semangat donghae oppa dia kembali menjadi bintang lukis bukan penyanyi atau dancer. so sweet banget donghae oppa sama yoona eonnie. boleh sequel ga chingu
    gomawo chingu

  6. ff ini sungguh luar biasa… 🙂 ❤ dapat membuat jantung ku deg-degan, tersenyum, dan tertawa 😀
    YoonHae sangat romantis ❤

    YoonHae ❤

Komentarmu?