Late Night Cinderella (Chapter 5)

Image

Author             : misskangen

Tittle                : Late Night Cinderella

Length             : Sekuel

Genre              : Romance, Drama, Family

Rating             : Mature

Main Cast        : Im Yoona, Lee Donghae/Aiden Lee

Support Cast   : Lee Taemin, Kim Taeyeon, Park Kahi, Choi Sooyoung, Park Jung Soo

Disclaimer         : This story is mine including the plot and characters. But the casts are belong to themselves and god. Some scenes were inspirated by fanfics, movies, drama, etc. Please don’t do plagiarism or bashing anything from this story. Sorry for unidentified typo(s).

CHAPTER 5

Seandainya saja ada pilihan diberikan kepadanya, Yoona jelas akan memilih mengakhiri perjodohan tak wajar ini dengan melarikan diri dari pernikahan yang sudah di depan mata. Sayangnya tidak ada satupun opsi yang memberinya kesempatan untuk kabur atau menghentikan waktu.

Yoona mematung tepat di depan pintu gereja, menatap lurus jauh ke altar. Pikirannya kacau, jantungnya berdetak cepat dan matanya sedikit kabur karena banjir air mata. Keadaannya mendadak kacau seperti itu karena mendapati Aiden Lee berdiri tegak disana, menunggu kehadirannya dan melangsungkan pemberkatan pernikahan. Berulang kali Yoona menelan ludah, rasanya pahit seperti ia baru saja memakan sayuran yang tak enak.

Tangannya yang memegang buket bunga terasa berkeringat walau ada sarung tangan yang menjadi perantara di antara kulitnya. Kakinya sulit sekali digerakkan, seakan tubuhnya terpaku di tempatnya berdiri sekarang. Otaknya terus menerus memberi perintah agar Yoona memaksa kakinya untuk melangkah menjauh dari altar, berbalik menuju pintu gereja dan pergi meninggalkan semuanya sesuai dengan keinginannya selama ini. Tapi di lain pihak, Yoona tidak habis pikir kenapa hatinya mengatakan hal yang berbeda. Hatinya tetap saja memerintahkan untuk meneruskan pernikahan ini, walau sulit sekali mendapat logika yang tepat untuk menjelaskan hal itu.

Beberapa kali Yoona tampak menoleh ke belakang, menatap pintu gereja dan berharap seseorang akan hadir disana. Seseorang yang sangat diharapkannya datang dan memberikan angin segar untuk masa depannya. Lee Donghae, nama pria yang terus muncul dalam kepala Yoona sejak beberapa hari yang lalu hingga saat menjelang pemberkatan pernikahan. Harapan besar telah digantungkan Yoona pada pria yang merupakan ‘keponakan’ dari calon suaminya itu. Harapan atas kehadiran pria itu sebagai tumbal pembatalan proses pernikahan. Tapi sampai saat terakhirpun sepertinya pria itu tidak akan muncul dari arah itu, jadi Yoona memutuskan untuk pasrah pada takdir dan nasibnya.

Satu sentuhan ringan di lengan kirinya membuat Yoona tersadar bahwa waktunya kian dekat. Yoona menatap Jung Soo yang saat itu berperan sebagai best man-nya, sorot matanya menyiratkan bahwa Yoona sama sekali tidak siap untuk melangkahkan kakinya ke menuju altar yang mungkin hanya berjarak beberapa meter saja. “Sudah saatnya kita berjalan beriringan menuju altar. Oppa harap kau siap dengan semuanya, Yoona-yah.”

Perkataan Jung Soo hanya ditanggapi anggukan dingin oleh Yoona. Beberapa detik kemudian mereka bersama berjalan pelan, langkah demi langkah, menuju panggung pelataran yang menentukan nasib masa depan Yoona.

Sepanjang jalan menuju altar, Yoona hanya memperlihatkan ekspresi kaku dan tatapan mata kosong. Ketidakrelaan itu terlihat sekali dari wajahnya yang masih tertutup cadar berenda yang tembus pandang. Aiden yang menyaksikan pemandangan tersebut dari altar hanya bisa menghela napas pelan. Ia sangat mengerti bagaimana perasaan Yoona sekarang. Tapi Aiden tetap tidak bisa mundur dengan situasi itu. Aiden tidak bisa lagi melarikan diri dari altar dan mengubah tampilannya kembali menjadi Lee Donghae, lalu membawa pergi Yoona dari gereja sesuai dengan keinginan gadis itu. Bagaimanapun, ia telah bersedia memenuhi permintaan Park Kahi – Bibi Yoona – mengikuti segala strategi wanita itu untuk mendidik Yoona agar berperilaku layaknya wanita dewasa yang mandiri. Meskipun jauh dalam hatinya Aiden akan lebih bahagia bila ia tetap menjadi Lee Donghae yang mencintai Yoona dan memperlakukan gadis itu sebagai istri yang disayanginya.

Situasi tegang tidak bisa dihindarkan saat Jung Soo menyerahkan Yoona pada Aiden. Yoona hanya melirik sekilas wajah pria itu, takut bila nantinya ia akan merasa tertarik atau terpesona lagi pada wujud pria paruh baya dihadapannya. Aiden merasakan tangan Yoona yang gemetar saat ia menyentuh dan membimbing Yoona ke hadapan pendeta.

Suasana tiba-tiba hening, hanya terdengar suara pendeta yang mengucap bait demi bait syair pemberkatan pernikahan. Beberapa kali Yoona menelan ludahnya, memejamkan mata dan menenangkan pikiran. Berusaha memikirkan seseorang yang mungkin lebih diharapkan berdiri disampingnya. Lee Donghae? Ah.. Yoona memikirkan nama itu lagi. Kenapa sosok itu selalu menjadi pelarian pikirannya. Tapi tidak ada salahnya jika hanya berkhayal bahwa memang Donghae yang ada di sisinya. Setidaknya berpikir bahwa menikah dengan bayangan seorang Lee Donghae bukanlah dosa. Begitulah yang ada dipikiran Yoona.

Tiba saatnya pengucapan wedding vow, mau tak mau Yoona harus menghadap pada Aiden. Menatap mata yang terhalang kacamata tebal, tetap saja Yoona tak bisa mengabaikan satu rasa kagum pada pemandangan lain disekitarnya. Rahang yang keras yang ditutupi rambut-rambut halus serta bibir dengan hiasan kumis tipis. Oh.. tidak bisakah pria itu bercukur? Setidaknya hanya untuk hari pernikahannya. Pikir Yoona sambil mengerutkan dahi.

“Saya Lee Do-… ehemmm” lidah Aiden sepertinya hampir terpeleset di awal pengucapan janji pernikahan. Kelihatannya bukan hanya Yoona yang gugup, tapi juga Aiden. Bahkan kegugupannya nyaris membawa bencana.

“Saya Aiden Lee mengaku dan menyatakan di sini, di hadapan Tuhan dan Pendeta serta jemaat yang hadir sebagai saksi, bahwa saya memilih dan menerima Im Yoona sebagai isteri yang sah, dan saya sebagai suami yang setia akan tetap mengasihi dan melayani dia pada waktu suka maupun duka, pada waktu sehat maupun sakit dan akan memelihara dia dengan setia.”

Aiden cukup lega setelah berhasil mengucapkan janji pernikahannya dengan sempurna. Walau ada sedikit ganjalan di hatinya. Nama yang diusungnya adalah nama Aiden – nama yang digunakannya bila sedang bernegosiasi bisnis dengan pengusaha-pengusaha luar negeri. Apakah hal ini tetap dapat mengesahkan pernikahannya? Gadis yang berdiri di depannya saja masih terlalu lugu untuk menyadari bahwa Aiden juga namanya, nama sahnya di luar negeri. Donghae sedikit mengerutkan dahi, mengabaikan kekhawatirannya sendiri. Setidaknya Aiden dan Donghae adalah orang yang sama dan mengucapkan sumpah yang sama, batin Donghae.

Giliran Yoona yang mengucapkan janji pernikahan, jantungnya berdebar kencang. Yoona semakin mengeratkan genggamannya di tangan Aiden. Pria itu menyambut dengan hangat, seolah menguatkan Yoona agar tetap berdiri tegak di tempatnya.

“Saya Im Yoona mengaku dan menyatakan di sini, di hadapan Tuhan dan Pendeta serta jemaat yang hadir sebagai saksi, bahwa saya memilih dan menerima Aiden Lee sebagai suami yang sah, dan saya sebagai isteri yang setia akan tetap mengasihi dan melayani dia pada waktu suka maupun duka, pada waktu sehat maupun sakit dan akan memelihara dia dengan setia.” Suara Yoona tercekat-cekat, menahan air mata yang ingin tumpah sekaligus mengingat kalimat demi kalimat yang harus diucapkannya.

Taeyeon tak dapat menahan lelehan air matanya. Ia merasa sangat bersalah pada adik satu-satunya, yang dibiarkannya mengambil keputusan menikahi seseorang yang sama sekali tak diinginkannya. Jung Soo menggenggam tangan Taeyeon, berharap Taeyeon bisa menerima dengan lapang hati dan berusaha tegar menghadapi kenyataan yang terpampang di hadapan mereka.

Tangan Yoona terulur seperti robot saat Aiden hendak memakaikan cincin nikah padanya. Sebuah cincin dengan satu berlian tersuruk di jari manisnya. Cincin yang tampak sangat mewah dan mahal itu telah sah menjadi simbol kepemilikan Aiden terhadap Yoona sebagai istri sahnya. Tangan Yoona juga terlihat sedikit gemetar saat berusaha memakaikan cincin ke jari tangan milik Aiden. Sambil menahan napas akhirnya Yoona berhasil menyematkan cincin itu pada suaminya.

Ketika pendeta memberikan instruksi kepada mempelai pria untuk mencium pengantinnya, spontan Yoona melebarkan matanya. Ingin sekali rasanya ia mempercepat atau melompati adegan ini. Please, can I skip this fase?? Tanya Yoona dalam hati, namun tak akan ada seorangpun yang menjawabnya. Aiden sudah membuka cadar yang menghalangi wajah Yoona darinya. Aiden menatap Yoona dengan menyunggingkan senyum simpul yang menggoda. Yah.. Aiden telah lama menunggu saat dimana ia bisa menyentuh Yoona lagi, mengingat ia sendiri tak sempat berdansa dengan Yoona di Ballroom Hotel Royale. Tentunya saat ia berstatus sebagai Lee Donghae.

Yoona bersiap menerima Aiden saat pria itu sudah mendekatkan wajahnya. Ayolah Yoona, relakan first kiss-mu. Yakinlah Ahjussi ini hanya akan memberi satu kecupan singkat!! Yoona mencoba menguatkan dirinya sendiri. First kiss? Entahlah, Yoona juga tak begitu yakin itu akan menjadi ciuman pertamanya. Pergumulan batin itu tetap memberikan rasa was-was pada dirinya.

Aiden mencium Yoona, untuk pertama kali yang dilakukannya pada gadis itu setelah sentuhan-sentuhan tanpa izin yang selalu berujung perdebatan. Aiden dapat mendengar denyut jantung Yoona yang berdebar cepat, entah itu hanya perasaannya saja atau memang kenyataan. Sedangkan Yoona yang sedang memejamkan mata merasa Aiden terlalu lama melepaskan bibirnya. Yoona terkesiap, saat kecupan itu berubah menjadi lumatan kecil dibibirnya. Tangan Yoona terangkat hendak mendorong Aiden, tapi Yoona terlalu kikuk untuk melakukannya. Kilatan blitz tak hentinya menangkap dan mengabadikan momen itu, dan tepuk tangan dari beberapa orang yang hadir terdengar cukup menghebohkan. Yak! Dasar Ahjussi Pedofil!!! Teriak Yoona dalam hati.

♥♥♥♥♥

“Paris??!!!” pekik Yoona dengan suara tinggi, membuat beberapa orang disekitarnya mengalihkan pandangan dan menatapnya penuh tanya. Yoona menoleh ke kanan dan kiri sambil melayangkan senyuman kecut, merasa malu telah berteriak tidak jelas di tempat ramai.

Saat ini Yoona dan Aiden sedang berada di bandara Incheon. Setelah selesai dengan acara pemberkatan pernikahan, sorenya mereka langsung bersiap untuk bulan madu. Pernikahan mereka berjalan seperti yang diinginkan Yoona, berjalan tertutup dengan hanya dihadiri oleh kerabat dekat dan tentunya tanpa resepsi mewah.

Yoona cukup lega karena Bibi Park benar-benar mengabulkan keinginannya, jadi pernikahan ini seperti pernikahan rahasia yang hanya diketahui oleh beberapa orang saja. Walaupun berjalan tanpa resepsi, pasca acara pemberkatan kedua keluarga mengadakan perjamuan makan bersama. Hanya terlihat beberapa kerabat dari keluarga Im dan keluarga Lee, tapi Yoona sama sekali tidak melihat keberadaan Lee Donghae.  Yoona menganggap bahwa Donghae terlalu pengecut untuk melakukan apa yang diminta Yoona padanya dan terlalu sungkan untuk menampakkan diri di acara itu. Ingin sekali Yoona menanyai Taemin soal Donghae, tetapi ia mengurungkan niatnya karena tidak bisa memprediksikan tanggapan Taemin nantinya.

Aiden memutar bola matanya melihat reaksi Yoona yang memekik kaget dengan destinasi bulan madu yang telah direncanakannya secara matang. “Ya, Paris adalah tujuan bulan madu kita. Kenapa, kau tak suka?”

“Kenapa harus Paris? Aku sudah beberapa kali kesana dan aku rasa aku akan bosan.” Celetuk Yoona asal.

“Bosan?” Aiden mengangkat sebelah alisnya. “Aku tahu kau sudah pernah kesana. Tapi kali ini kan kau pergi kesana dalam rangka honeymoon, dan aku pikir kesannya akan berbeda.” Tukas Aiden.

“Ahjussi, memangnya tempat romantis cuma Paris? Aku rasa masih banyak lagi, ada Bali, Madives, New Zealand…”

“Bukankah Paris juga surga belanja untuk barang-barang mewah dan bermerek? Aku rasa tingkat gengsinya juga sangat tinggi.” Potong Aiden mematahkan alasan Yoona. Gadis itu terdiam, menggembungkan pipinya karena kesal. Apa yang dikatakan Aiden memang benar, dan Yoona tidak bisa mengelak soal itu.

“Sepertinya kau bersikeras untuk ke Paris, Ahjussi. Aku sudah melihat-lihat semua yang menarik disana.” Ujar Yoona dengan nada cuek yang dipaksakan.

“Benarkah? Mungkin dengan kembali ke Paris kau akan mengingat sesuatu yang telah kau lupakan.” Jawab Aiden menatap Yoona lekat.

Yoona mengerutkan keningnya, “Mengingat sesuatu? Apa itu?”

Aiden mengedikkan bahunya, “Ya..aku tidak tahu. Mungkin saja sesuatu ketika kau bertemu seseorang tapi kau lupa padanya.”

“Seseorang? Aku tidak merasa melupakan seseorang di Paris. Ahjussi suka sekali mengada-ada.”

“ya sudah terserahmu. Atau kau ingin kita membatalkan keberangkatan ini dan kembali ke rumah?”

Yoona melonjak dari duduknya dan menatap sinis pada Aiden, “Jangan!! Paris saja sudah cukup menyenangkan, Ahjussi!!” Yoona cukup kaget dengan perubahan mood Aiden yang tiba-tiba saja berubah skeptis. Jadi, ia memutuskan untuk mengikuti kemauan suaminya itu untuk pergi berbulan madu ke Paris.

Baiklah, Ahjussi. Kau sudah menantangku dan aku terima dengan senang hati. Kau siapkan saja kartu kredit unlimited, dan aku akan bersenang-senang sepuasnya kali ini, kata Yoona dalam hati sambil melirik Aiden dengan kesan licik.

Selama berada di pesawat, Yoona merasa cukup nyaman walaupun harus duduk bersebelahan dengan Aiden, suaminya. Setidaknya ia tidak harus terkurung di kamar yang sama di malam pertama pasca pemberkatan pernikahannya. Hal itu membuatnya terus memikirkan berbagai strategi untuk malam-malam berikutnya selama bulan madu. Oh ya, berapa lama ia dan Aiden akan berbulan madu? Pria itu sama sekali tak mengatakan apa-apa padanya. Yoona menghela napas kasar dan melirik sebal kepada Aiden yang telah tertidur nyaman di sebelahnya dengan menggunakan penutup mata.

♥♥♥♥♥

Pasangan pengantin baru itu sampai di kota Paris, dan akan menginap di Victoria Palace Hotel. Begitu tiba mereka langsung diantar menuju suite room yang telah dipesan oleh Aiden sebelumnya. Segala hal sepertinya telah dipersiapkan dengan matang oleh pria itu menyangkut acara bulan madunya bersama sang isteri.

Walaupun sudah pernah beberapa kali datang ke Paris, tetapi Yoona belum pernah datang dan menginap di Hotel tersebut. Hotel yang berlokasi di 6 Rue Blaise Desgoffe, St Germain des Prés benar-benar menawarkan kemewahan, kenyamanan, dan keramahan. Yoona terperangah dengan tampilan hotel yang berjuluk Great Hotel of The World tersebut. Dengan dinding yang dilapisi ornamen-ornamen klasik serta permadani yang membentang indah seolah membawa pengunjungnya kembali ke abad 15 Prancis di era Marie Antoinette.

“kau menyukai Hotel ini?” suara Aiden memecah lamunan Yoona yang sedari tadi mengagumi keindahan Hotel itu. Yoona mengangguk, memperlihatkan lengkungan senyum yang indah di wajahnya. Aiden serta merta ikut tersenyum, setidaknya Yoona akan merasa nyaman berada disini. “Bukankah Hotel ini tampak sangat indah?”

“Ne… aku merasa ini hotel terindah yang pernah kudatangi.”

“Jadi tidak salah bila aku memilih hotel ini untuk bulan madu kita, kan?”

Blush… wajah Yoona langsung memerah. Tanpa sadar ia menunduk dan memegang kedua pipinya, merasakan aliran darah yang hangat disana. Aiden sendiri tak dapat menahan senyumannya, ia senang sudah berhasil membuat isterinya merasa malu hingga wajahnya memerah seperti itu.

“Setelah ini kita makan siang di restoran klasik di hotel ini.. Aku menunggumu di bawah ya..” kata Aiden, dan Yoona hanya mengangguk seperti orang bodoh.

Sepeninggal Aiden dari kamar, Yoona langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Yoona menepuk-nepuk ranjang yang tertutupi selimut berbahan benang berwarna keemasan itu. Dengan penggabungan warna merah marun di bagian sprei dan sarung bantal, membuat kesan mewah dan klasik yang begitu pekat.

“Pasti nyaman sekali tidur disini,” kata Yoona pada dirinya sendiri. Yoona masih merasakan jetlag setelah perjalanan jauh, kini mulai merasakan kantuk di matanya. “Tapi apa mungkin aku bisa tidur disini malam nanti? Membayangkannya saja aku tidak berani.” Yoona begidik ngeri dengan hal yang mungkin terjadi malam nanti. Tanpa sadar Yoona sudah tertidur nyenyak di atas ranjang bergaya kerajaan Prancis yang sangat indah dan nyaman itu.

Yoona terbangun saat merasakan pipinya tersentuh tangan hangat yang mengelus begitu lembut hingga ia terjaga. Yoona mengedipkan kedua matanya beberapa kali, menyesuaikan matanya dengan cahaya lampu yang cukup temaram di kamar itu. Yoona tersadar bahwa sebelum tertidur tadi ia telah berjanji untuk makan bersama Aiden di restoran hotel. “Ahjussi, kau kembali?”

“Aku menunggumu dua jam di restoran. Kau sudah melewatkan jam makan siangmu. Aku pikir kau mungkin sudah kabur, ternyata kau tidur nyenyak disini.”

Yoona bangkit dari posisi berbaringnya dan duduk bersandar pada headbed menghadap Aiden. “Kabur?? Memangnya aku mau kabur kemana? Aku hanya merasa lelah dan tanpa sadar aku ketiduran. Mianhae, sudah membuat Ahjussi makan sendirian.” Ucap Yoona terkantuk-kantuk.

“Sepertinya kau belum sadar seratus persen. Sebaiknya kau mandi dan segeralah makan. Atau kau mau menunda makan hingga menjelang malam untuk berjalan-jalan?”

“Ide yang bagus. Aku pilih opsi kedua. Ahjussi, aku ingin jalan-jalan sore di Eiffel.” Ujar Yoona sembari menuruni ranjang, menjauhi Aiden.

“Baiklah, aku akan menemanimu kesana.”

“Mwo? Aku ingin jalan-jalan sendirian!!” rengek Yoona tak suka dengan ide pergi berdua dengan Aiden.

“Kenapa? Inikan bulan madu kita, sudah seharusnya kita pergi kemana-mana berdua. Kau tidak seharusnya menghindariku, karena aku suamimu.” Sergah Aiden terdengar dengan nada yang cukup tajam.

“Ck, terserahmu lah!!” raut kesal terpampang jelas di wajah Yoona. Gadis itu masuk ke kamar mandi dengan membanting pintu. Aiden hanya menggelengkan kepala, merasa tidak heran dengan tingkah manja isterinya.

Jadilah sore itu, pasangan suami isteri ‘beda usia’ tersebut menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan di seputaran Eiffel, dilanjutkan menonton pertunjukan Parisian Cabaret di pelataran Victoria Palace Hotel. Sepanjang perjalanan mereka yang tampak dinikmati keduanya terdapat satu kejanggalan. Wajah sang pengantin wanita selalu saja ditekuk, seolah ia baru  saja dipaksa menikah dengan seorang pria tua bangka yang jelek dan keriput, serta tinggal menunggu ajal menjemput. Tunggu? Bukankah memang Yoona menikah dengan seorang pria tua? Tapi itu hanya penampilan luarnya saja. Pria yang dinikahi Yoona terkadang bisa membuatnya terpesona begitu saja. Kharisma yang ditunjukkan suaminya sangat kental dengan kesan manly yang dimiliki pria paruh baya itu begitu memukau.

Terkadang Yoona sendiri merasa heran dan tidak mengerti dengan pikirannya sendiri. Bagaimana tidak, ia terkadang sangat mudah terbuai dengan pesona Ahjussi Lee, suaminya. Tetapi di lain waktu Yoona sangat ingin melarikan diri dari pandangan dan dari sisi pria mapan itu. Lalu bagaimana selanjutnya Yoona akan menjalani rumah tangganya? Entahlah, Yoona hanya berharap hal itu bisa berjalan mengalir begitu saja sambil berharap agar tidak ada satu halpun yang akan disesalinya.

Selesai menikmati makan malam dalam suasana romantis namun menegangkan, Yoona dan Aiden kembali ke Hotel dan memasuki kamar mereka. Ruangan luas dengan beragam perlengkapan layaknya rumah mewah itu harusnya menjadikan suasana bulan madu pengantin baru menjadi lengkap dan sempurna. Tetapi tidak dengan Yoona dan Aiden.

Pasangan itu memilih jujur pada diri sendiri bahwa mereka bingung, hingga salah tingkah. Air Conditioner sepertinya tidak bekerja dengan baik karena mereka merasakan hawa panas di tubuh mereka. Yoona tahu bahwa ia tidak boleh dekat-dekat dengan Aiden bila ia tidak menginginkan sesuatu terjadi pada dirinya. Dengan cepat Yoona masuk ke kamar mandi dan mengganti gaun linennya dengan piama yang sama sekali tidak menggoda.

Sedikit tergesa-gesa Yoona menyisir rambutnya sambil mencoba menghilangkan kegugupan dengan sesekali melirik situasi di belakang punggungnya melalui cermin riasnya. Malang bagi Yoona, setiap kali ia memandang cermin itu sebanyak itu pula tatapan bertubrukan dengan mata Aiden yang memandangnya dengan sorot mata yang sulit dideskripsikan. Tangan Yoona yang gemetar meletakkan sisirnya di atas meja, namun tak sengaja sisir itu terjatuh dan membuatnya makin kikuk di hadapan Aiden. Yoona terperangah saat mendengar suara tawa Aiden, kemudian menatapnya sambil menyipitkan mata.

“Kenapa kau tertawa, Ahjussi? Apa ada sesuatu yang lucu?”

Aiden menghentikan tawa kecilnya, lalu berdehem mencoba bersikap tenang. “Kau yang lucu, Sayang. Sebegitu gugupkah kau di malam pertamamu?”

Wajah Yoona sontak memerah, perkataan Aiden sangat sensitif untuk saat ini. Topik itu benar-benar sangat ingin dihindari Yoona. “Sayang? Aigoo.. jangan panggil aku begitu.”

“Kenapa? Aku bisa memanggilmu apa saja. Kau kan istriku, aku bebas melakukan apa saja, termasuk untuk malam ini.” ujar Aiden enteng dan membuat wajah Yoona semakin mirip kepiting rebus. Perlahan Aiden berjalan mendekati Yoona yang duduk di meja rias. Yoona sesegera mungkin berdiri kaku di depan Aiden.

“K- kau mau apa?” tanya Yoona tergagap saat tiba-tiba Aiden memeluk pinggangnya hingga merapatkan tubuh keduanya. Tatapan mata Aiden begitu menusuk, memperlihatkan gairah dalam sorotan matanya. “Yak, jangan coba-coba melakukan hal yang tidak senonoh!” Yoona memekik seraya memberontak, mencoba melepaskan diri dari pelukan Aiden.

“Tak senonoh?” tanya Aiden yang menaikkan sebelah alisnya. “Apakah seorang suami dianggap tak senonoh bila ingin mencumbu istrinya sendiri?” pelukan Aiden semakin erat di pinggang Yoona.

“Ahjussi… aku – aku tidak mau melakukannya sekarang,” susah payah Yoona menelan ludahnya. Tatapan tajam Aiden seolah menanyakan sebab Yoona berkata seperti itu. “Aku… kau tahu kan aku masih kuliah dan… dan aku… aku juga belum siap untuk melakukan hal itu.” Suara Yoona tercekat-cekat dan jantungnya berdetak cepat hingga membuatnya sedikit sulit bernapas.

Aiden membelai wajah dan rambut Yoona dengan tangannya yang bebas, sedangkan gadis itu hanya bisa meringis takut bila Aiden berlaku yang berlebihan padanya. “Mau tidak mau kau harus siap, Sayang. Aku tidak ingin menunda-nunda kepemilikanku atas dirimu. Kau tahu, aku tidak bisa menoleransi alasan ketidaksiapanmu itu. Kalau tidak sekarang, maka besok, lusa, atau kapanpun kau tetap akan tidur denganku di bawah selimut yang sama dan di dalam dekapanku.” Goda Aiden sambil mengecup bibir Yoona hingga membuat gadis itu merinding.

Beberapa saat kemudian Aiden menghempaskan Yoona ke atas ranjang. Aiden nyaris menindih Yoona jika saja salah satu lututnya tak menopang di sisi ranjang, dia menahan kedua tangan Yoona di atas kepalanya dan mulai menghujani wajah Yoona dengan kecupan-kecupan ringan.

Awalnya Aiden hanya ingin menggoda Yoona – sekedar menggoda – karena ia tahu betul bagaimana karakter gadis yang telah menjadi isterinya yang manja dan cukup lugu itu. Tetapi aura kecantikan yang dimiliki Yoona seakan mendorong dan memaksanya untuk berubah pikiran, serta membangkitkan gairahnya. Aiden seketika memutuskan untuk benar-benar ingin menghabiskan malam pertamanya sebagaimana mestinya. Tapi apakah dengan jalan memaksa Yoona begitu pantas untuk dilakukannya? Bukankah Aiden menyukai Yoona? Lantas seperti apa seharusnya ia memperlakukan gadis yang disukainya itu?

Adegan pemaksaan itu masih terus berlanjut, hingga terdengar suara pekikan dari mulut Aiden. Pria itu menghempaskan tubuhnya di samping Yoona sambil mengerang kesakitan. Aiden mengelus kakinya yang baru saja ditendang begitu keras oleh Yoona tepat di tulang keringnya, begitu ada kesempatan. Yoona segera bangkit dan berdiri memandang Aiden yang masih berbaring kesakitan dengan tatapan kematian. Dengan kesal dan sekuat tenaga Yoona menarik selimut berwarna emas itu secara paksa dari atas ranjang, dan mendesak Aiden berguling pasrah jatuh ke bawah.

“Dasar Ahjussi pedofil!! Aku akan tidur di sofa malam ini, dan jangan harap aku mau seranjang denganmu untuk malam-malam berikutnya.” Yoona membuang muka dan berbalik menuju sofa besar yang berada di sebelah sekat kamar tidur. Baru beberapa langkah, Yoona berhenti dan berbalik memandang Aiden yang masih meringis menahan sakit dan kesal, “Dan satu lagi, jangan berani-berani menyentuhku saat aku tidur, atau mungkin saja kejadian ini akan terulang lagi bahkan lebih parah!” ancam Yoona pada Aiden.

♥♥♥♥♥

Pagi hari, Aiden dan Yoona menikmati sarapannya di kamar. Menu yang tampak sederhana tapi jelas harganya mahal, mengingat mereka menginap di salah satu hotel terbaik di Prancis. Walau hanya sepiring bacon bisa saja harganya jauh melebihi seporsi besar bulgogi spesial di Korea. Namun suasana sarapan itu kelihatannya begitu tegang. Tidak ada suara yang terdengar dari kedua mulut mereka, yang ada hanya segelintir suara alat makan yang beradu. Atau hanya sesekali lirikan kepada orang yang duduk di hadapannya. Hanya saja lebih banyak Yoona yang melakukan aksi lirik melirik itu. Yoona merasa raut wajah Aiden benar-benar kusut dan kesal. Ia mengira kejadian tadi malam lah yang menjadi sebab pemandangan tak enak pada wajah tampan Lee Ahjussi.

“Apa dia marah karena kejadian tadi malam? Apa aku sudah keterlaluan? Ah… tidak, aku kan hanya mencoba bersikap wajar karena merasa gugup di malam pertama. Si Ahjussi pedofil ini saja yang terlalu terbawa nafsu! Jangan harap aku akan minta maaf.” Sungut Yoona dalam hati ketika melirik Aiden tajam.

Aiden merasakan tatapan tak menyenangkan yang dilemparkan Yoona padanya. Pria itu mendongak dan matanya langsung beradu tatap dengan Yoona. Terkejut mendapat balasan secepat itu, Yoona segera membuang mukanya dan mengalihkan tatapannya ke arah jendela. Aiden hanya menahan senyumnya, dan bersikap angkuh seperti biasa.

“Hari ini aku ada meeting mendadak dengan klien dari Paris. Mungkin seharian aku akan sibuk bekerja, dan aku tak bisa menemanimu jalan-jalan,” ujar Aiden datar, sambil memotong makanannya dan sama sekali tak melihat Yoona.

Sebelah alis Yoona terangkat, sungguh mengherankan tiba-tiba Aiden berbicara soal pekerjaan dengannya. Jangan katakan kalau Yoona bahkan melupakan statusnya sebagai istri Aiden! “Meeting? Di saat bulan madu pun kau bekerja, Ahjussi?” Merasa tak ada tanggapan dari Aiden, Yoona mencibir dengan kesal. “Ckckck, tidak mengherankan kau menjadi pengusaha sukses dan kaya raya. Kau tidak perlu khawatir aku akan mati bosan disini. Aku bisa jalan-jalan sendiri dan aku hanya perlu…”

Kata-kata Yoona terhenti saat ia melihat Aiden membuka dompetnya dan mengeluarkan sesuatu dari sana. “Kau bisa gunakan credit card ini. Aku harap kau bisa menggunakannya secara bijak, belilah apa yang memang kau butuhkan. Sekali lagi aku minta maaf karena kau harus bersenang-senang sendirian di sini.”

Mata Yoona berbinar saat melihat sebuah kartu berwarna hitam mengkilap diletakkan Aiden di atas meja. Dari tampilan memukau kartu itu, Yoona tahu dengan jelas bahwa tidak ada limit untuk penggunaannya. Dengan senyuman super lebar, Yoona mengulurkan tangannya dan mengambil kartu itu dengan hati-hati seolah kartu itu adalah barang pecah belah yang rapuh.

“Ah… Ahjussi tenang saja. Aku pastikan semua akan baik-baik saja, dan aku juga janji bahwa aku akan kembali ke hotel ini dalam keadaan utuh! Terima kasih untuk pengertianmu, Ahjussi. Aku pastiiii akan bersenang-senang!!”

Aiden menghela napas pelan, sama sekali tidak heran dengan sikap istrinya begitu melihat kartu kredit unlimited miliknya – sesuatu yang cukup lama tak dimiliki Im Yoona sejak ditahan oleh Bibi Park. “Kalau begitu selamat bersenang-senang, Sayang.”

“Pasti! Terima kasih suamiku sayang…” gombal Yoona.

Benar saja, satu jam setelah sarapan Aiden bergegas pergi dengan setelan rapi. Ia berpamitan pada Yoona untuk bertemu klien-nya di Middlex Business Centre yang berlokasi di 40 Avenue des Terroirs de France, Paris. Yoona tidak begitu peduli kemana Ahjussi itu pergi dan berapa lama ia akan menghilang dari hadapan Yoona. Jelasnya, Yoona hanya peduli bahwa ia akan mampu membunuh waktu dengan berjalan-jalan atau belanja sepuasnya di Paris.

Begitu Aiden menghilang di balik pintu kamarnya, Yoona spontan berjingkrak begitu semangat. Sambil mengecup kartu kredit di tangannya, Yoona sudah membayangkan kepuasan yang akan di dapatkannya hari ini.

Welcome back to your Princess’ life, Yoona!!” teriak Yoona menggema seantero ruang kamarnya.

♥♥♥♥♥

Yoona mematut dirinya di depan cermin. Kaus krem dan blazer coklat muda itu tampak begitu manis di tubuhnya dipadupadankan jeans hitam dan sepatu boat sebetis. Senyuman lebar masih setia terpatri di wajahnya. Sedikit bersenandung, Yoona mengalungkan scarf khaki di lehernya, membuat tampilannya semakin modis.

Begitu percaya dirinya Yoona berjalan keluar hotel, mengabaikan tatapan kagum beberapa orang yang melihatnya berjalan bak model di atas catwalk. Yoona menebarkan senyuman indahnya sepanjang jalan, membuat setiap orang yang melihat menyadari bahwa gadis itu sedang berbahagia.

Untuk langkah pertama, Yoona memutuskan untuk mengunjungi tempat favoritnya kedua setelah Eiffel. Apalagi kalau bukan berjalan-jalan di Avenue des Champ Elysées. Lokasi yang luas dengan pemandangan indah Arc de Triomphe di satu sisi dan Place de la Concorde di sisi lainnya. Bila sudah berada disini, Yoona begitu semangat saat bertemu dengan banyak orang baik businessmen atau businesswomen, penduduk asli Paris, turis, dan lainnya yang semuanya berlalu lalang di tempat yang lengkap dengan bioskop, café, restoran.

Beberapa kali Yoona terpukau saat melihat beberapa koleksi terbaru yang dipajang di etalase Gap, Zara, Celio, dan Benetton. Ingin sekali ia memiliki semua itu, tetapi ia masih berburu tampilan koleksi yang lainnya. Yoona sempat berhenti di Luis Vuitton Accessories Shop dan memberi beberapa koleksi aksesoris terbaru termasuk tas kulit limited edition.

Merasa baru membeli sedikit belanjaan, Yoona masih terus berjalan-jalan. Bahkan ia juga mengunjungi Fnac DVD Shop. Entahlah, tiba-tiba saja ia ingin menonton film Prancis yang mungkin saja pernah diputar pada Cannes Movie Festival.

Tanpa sadar hari menjelang sore dan Yoona mulai merasa perutnya keoncongan. Yoona langsung teringat pada menu special yang ditawarkan di restoran Le Fouquet’s, termasuk escargot yang sangat lezat disana.

“Kyaaa… Taeng Eonni pasti iri sekali bila melihatku bersenang-senang sendirian di Paris seperti ini!!” pekiknya gembira dan melanjutkan langkahnya menuju rsetoran itu.

Tak berapa lama langkahnya terhenti, saat seseorang menutup matanya dari belakang dengan menggunakan kedua tangannya. Yoona meraba tangan itu walau sedikit kesusahan akibat tas belanjaan yang tergantung di lengan kanan dan kirinya.

Tangan itu berupa tangan kekar, jelas merupakan tangan seorang pria. Parfum yang tercium juga parfum beraroma maskulin yang cukup dikenalnya dan mengingatkan kepada seseorang. Yoona berhasil menyingkirkan tangan itu dari wajahnya yang menutup kedua matanya. Segera ia berbalik dan terperangah melihat seseorang yang berdiri di hadapannya. Seorang pria tersenyum lebar, memperlihatkan wajahnya terlihat begitu tampan dengan tatapan mata cair yang menenangkan.

“Donghae-ssi…. ??!!” pekik Yoona.

To Be Continue…

 

Sedikit cerita tentang fic ini… aku pernah baca fanfics yang aku lupa judulnya dan cukup antusias dengan ceritanya, hanya saja endingnya yang sedikit gantung membuatku agak kecewa. Setelah lama dan mulai lupa, akupun membuat ff sendiri yang terinspirasi dari cerita itu. Ada yang bilang ini mirip sama film India yang dibintangi Shah Rukh Khan, tapi jujur aku ga pernah nonton tuh film bahkan judulnya aja aku ga tahu hihihi… Ampe pada chapter yang lalu ada yang membahas fic yang pernah aku baca itu… dan aku baru inget lagi deh ternyata judulnya ‘Shopaholic’ (OS), ternyata nih ff agak tersembunyi gimanaaaa gitu karena susah carinya lagi… Eh, ketemu lagi dan aku ampe wow banget karena ceritanya mirip termasuk cast pendukungnya (ampun deh, ingetan ku kacau sekali)…

Intinya, jika readers menganggap cerita ini sama persis… aku rasa tidak! Hanya di beberapa scene dan selebihnya itu murni karangan sendiri. Jadi, ini BUKAN PLAGIAT yaaaa… Sebelumnya aku juga mengalami kejadian seperti ini… Kalau readers ingat dengan Jealous in Love, nah itu aku buat terinspirasi dari MV Joo – Bad Guy dan nyerempet entah kemana-mana. Eh ga taunya ada temanku dari dunia maya juga yang buat cerita yang persis mirip dari berbagai sudut pandang, padahal aku sama sekali ga pernah baca ff nya dia dan ff itu sudah berjalan dgn banyak chapter (kayak cinta fitri). Jadi terkadang kebetulan itu datang tanpa terduga dan membuat kita sangat terkejut dengan apa yang muncul selanjutnya.

 

Okay deh, jadi curcol ini… Apapun tanggapan readers nantinya, aku tetap berterima kasih untuk apresiasi dan komentarnya.. ^^

76 thoughts on “Late Night Cinderella (Chapter 5)

  1. Bener ceritanya memang hampir mirip sama ff yang judulnya sophaholic,ttg donghae yang nyamar jadi ahjussi dan menikah sama yoona yang suka hamburin uang. 😀

    makanya waktu aq baca nie ff selalu kebayang sama tu ff,tapi aq belum berani nyimpulin plagiat ato bukan soalnya belum tau kelanjutannya,eh…Ternyata authornya udah ngm0ng sendiri soal ff ini 😀

    pokoknya ditunggu next partnya….

  2. hahahaha gila tuh malam pertamanya mereka wkwkwkwk xD xD XD
    Aku penasaran gmn ya kalo yoona tau donghae bohong sama dia? 😦

  3. kya author misskangen..
    oh ini aku baru nemuin ff mu other version yach yoonhae version
    tpi bacanya kok jadi aneh yach
    trlalu nlekat ma cinderela after midnight(yoonwon)
    mian para pyros vvv..

  4. kya author misskangen..
    oh ini aku baru nemuin ff mu other version yach yoonhae version
    tpi bacanya kok jadi aneh yach
    trlalu n
    melekat ma cinderela after midnight(yoonwon)
    mian para pyros vvv..

  5. Napsu gile. Ahjusshi pedofil, haha sumpah demi apa ngga kuat bacanya 😀 Yoona sarkatis banget ya. Nah, itu..itu..yg katanya lg meeting malah dateng? Ganti wujud lagi (?)

  6. Sepertinya alasan aiden bilang ada pertemuan
    Cuma alasan karena mau memperlihatkan
    Wajah aslinya didepan yoona
    Uwaahhh..
    Apa yoona terima dan tdk marah pada donghae?

  7. wahh dongek bakal bingun nih mau jd ongek ato aiden ujungnya..
    smangat ya chingu nulisnya ambil positip aj negatipnya buang jauh2.

  8. apa gak capek itu donghae bolak balik jd karakter berbeda ??? tp pas jd aiden aq kasian bgt sama dia … wkwk 😀

  9. Udahlah Donghae ga usah jadi Aiden lagi;(
    Kira2 gimana ya pertemuan YoonA-Donghae di Paris dulu? Penasaran, kenapa cuma Donghae yg inget sedangkan Yoona engga hahah

Komentarmu?