Black Paradise (Chapter 2)

cats

 

Author : Jung Yoonji

Genre : Mysteri, Romance(?)

Length : Chapter

Cast : Im Yoona, Lee Donghae, etc.

 

Enjoy reading ^^

 

Death is peaceful, easy. Life is harder.

 (Bella Swan-The Twilight Saga)

Donghae POV

Im Yoona. Nama itu terus saja berputar di otakku. Bayangan wajahnya pun terus saja singgah di pikiranku bagai tak ingin beranjak dari sana. Aku akui, sama dengan teman-temanku, akupun merinding saat merasakan auranya yang tidak wajar. Tapi, samua itu berubah saat aku dengan jelas melihat wajah gadis itu. Wajah cantik dengan ekspresi datar itu meruntuhkan segala rasa takutku menjadi sebuah rasa yang akupun tidak mengetahuinya. Membuatmu merasa seperti melayang seolah gravitasi tidak mampu menahanmu, seolah seluruh isi jagad raya ini hanya terpusat pada gadis itu. Shit! Kenapa aku malah seperti Jacob yang ter-imprint oleh Renesmee dalam kisah Breaking Dawn.

“Donghae, cepat makan makananmu, jangan melamun terus!” Titah eomma menyadarkanku.

“Ne eomma.” jawabku singkat dan memilih fokus untuk makan. Ini gila, bahkan untuk makan saja aku kehilangan fokus. Donghae, kenapa kau jadi idiot seperti ini?

****

“Oppa?” panggil seorang gadis di pintu kamarku.

“Ada apa?” tanya ku singkat tanpa megalihkan pandanganku dari laptopku.

“Boleh aku masuk?” tanyanya. Tumben, biasanya ia akan nyelonong tanpa meminta izin terlebih dahulu. Akupun melirik gadis yang sedang berdiri di ambang pintu kamarku itu.

“Masuk saja, ada apa?”

“Oppa, apakah besok Eunso sunbae akan menggangguku lagi?” tanyanya lagi, bisa ku tangkap ada nada takut di setiap kata yang ia ucapkan.

“Tenang saja aku sudah mengurusnya, aku pastikan dia tidak akan mengganggumu lagi. Bahkan mungkin kau tidak akan melihatnya lagi di kampus.” Kataku. Aku tersenyum mencoba meyakinkannya.

“Gomawo oppa.” Katanya sambil tersenyum sangat manis.

“Ne, cheonma. Kau cepatlah tidur, bukankah besok kau harus kuliah.”

“Oppa?” tanyanya lagi.

“Ne?”

“Apa terjadi sesuatu denganmu?” tanyanya hati-hati.

“Eh, tidak terjadi apa-apa denganku, memang kenapa?” tanyaku bingung.

“Aku rasa ada yang aneh denganmu oppa. Saat makan malam tadi, kau melamun terus. Apa kau ada masalah? Apa kau sedang memikirkan sesuatu? Ceritalah padaku oppa, siapa tahu aku bisa membantumu. Bukankah kau juga sudah banyak membantuku.” Cerocos Sulli tanpa jeda. Aigoo, ini lah hal yang tidak aku sukai dari Sulli, adik sepupuku. Meskipun dia sangat cantik dan terlihat kalem, tapi sebenarnya ia sangat cerewet. Apalagi jika sudah bergabung dengan Yuri, Sooyoung, dan Sungmin.

“Aish, kau ini berisik sekali. Cepat tidur sana, aku mau mengerjakan tugas dan tidak ingin di ganggu!” titahku. Ku lihat ia mengerucutkan bibirnya.

“Dasar! Oppa ini memang benar-benar meyebalkan, pantas saja kau tidak pernah punya yeojachingu.” Cibir Sulli.

“Aku tidak pernah punya pacar bukan karena aku menyebalkan, tapi karena tidak ada yeoja yang mendekati tipeku. Lagipula kau kan tahu sendiri, selama ini sudah banyak yeoja yang antre untuk jadi pacarku, namun semua ku tolak.”ucapku sambil tersenyum, bukan bermaksud menyombongkan diri, tapi ya itu sudah faktanya. Sulli mendengus mendengar pernyataanku.

“Bilang saja kau penyuka sesama jenis.” Ledek Sulli.

“Yak! Hati-hati kau kalau bicara! Aku ini masih normal!”

“Tapi aku kok tidak percaya ya?” jawabnya kalem.

“Yaaak! Kenapa kau jadi menyebalkan seperti ini!”

“Kan tertular olehmu oppa.”

“Yakk!!” belum sempat bantal yang ku lempar mengenai Sulli, gadis itu telah terlebih dahulu menghilang dibalik pintu dan meninggalkanku yang tengah mengumpati dirinya.

Normal POV

“Haruskah kita memasang boneka voodo di ruang tamu? Kau tahu, rumahmu ini seperti tempat praktek perdukunan.” Cibir seorang lelaki pada kakak perempuannya.

“Berhentilah mengkritik. Aku baru pindah kemarin dan belum sempat membersihkan rumah ini. daripada energi mu habis untuk mengomentari rumahku dengan komentar tak berguna, akan lebih baik jika kau bantu aku membersihkan rumah ini.” gerutu si pemilik rumah. Ia lalu menghampiri sang adik yang tengah duduk di meja makan rumah itu sambil membawa dua cangkir teh hangat. Gadis itu duduk di kursi yang berhadapan dengan sang adik sambil menyodorkan salah satu cangkir teh hangat yang ia buat.

“Ck, aku jauh-jauh kesini bukan untuk membantumu membersihkan rumahmu. Lagipula, bukankah uangmu lebih dari cukup untuk menyewa apartemen yang lebih layak dari rumah bobrok menyeramkan ini.” cibir lelaki itu lagi.

“Kamuflase.” Jawab sang kakak kalem.

“Ck, kalau saja eomma dan appa tahu, aku yakin mereka akan langsung menyeretmu kembalike jepang.” Pernyataan sang adik tiba-tiba membuat sang kakak menghentikan aktivitasnyamenyeruput teh. Sehun, sang adik yang merasa tidak mendapat respon dari sang kakak, menatap kakaknya.

“Kau tenang saja, eomma dan appa pasti akan baik-baik saja. Berita tentang kepindahanmu hanya keluarga kita saja yang mengetahuinya.” Ucap Sehun mencoba menenangkan kakaknya, ia tahu bahwa kakaknya saat ini mengkhawatirkan orangtua mereka.

“Lalu kenapa kau kemari? kenapa kau tidak tetap berada di Jepang dan menjaga eomma dan appa.” Kata Yoona berubah dingin.

“Tentu saja untuk melindungimu noona. Aku,  appa, dan eomma sangat khawatir membiarkanmu tinggal sendiri disini. Maka dari itu, eomma dan appa memintaku pindah kesini, dan aku dengan senang hati mengabulkan permintaan mereka.”

“Jangan bodoh Sehun-na, yang paling membutuhkan perlindungan saat ini justru kau.” sahut Yoona ketus.

“Aku tak bisa membiarkanmu disini sendiri tanpa perlindungan noona, hal buruk bisa saja terjadi padamu. Aku sudah berjanjipada eomma, appa, dan diriku sendiri bahwa aku akan melindungimu.”

“Kau itu bodoh atau apa? Bagaimana bisa kau melindungi sesuatu yang justru bisa membahayakanmu. Hal buruk justru bisa terjadi padamu jika kau tetap berada di dekatku karena akulah sumber dari bahaya itu Sehun, dan jika itu terjadi, kau mau membiarkanku tersiksa dengan perasaan bersalah sampai aku mati, hah!” emosi Yoona meluap, kata-kata –atau teriakkan-teriakkan- penuh emosi meluncur bebas dari bibir mungilnya.

“Terserah kalau kau mau menganggapku bodoh. Tapi hal bodoh yang ku lakukan ini jelas benar.Aku lebih baik menjadi bodoh dengan mempertaruhkan bahkan nyawaku untuk melindungi keluargaku, daripada menjadi seorang yang kejam dengan membiarkan salah satu anggota keluargaku  sendirian menghadapi hal pelik dalam hidupnya!” balas Sehun tak kalah sengit, ia benar-benar gemas dengan sifat keras kepala kakak perempuannya itu.

Mendengar perkataan Sehun, Yoona hanya bisa diam. Bagaimanapun, yang dikatakan Sehun itu semuanya benar. Saat ancaman dunia datang padamu, perlindungan yang paling aman selain dari Tuhan adalah dari keluargamu sendiri. Seberat apapun masalah yang kau hadapi, sepelik apapun itu, keluargamu takkan membiarkanmu sendiri. Mereka dengan cara mereka akan berusaha membantumu, melindungimu.

Sehun menatap kakaknya yang tengah menunduk dengan tatapan prihatin. Ia tahu betul seberat apa masalah –bahkan bencana- yang tengah kakaknya hadapi. Teror-teror di luar nalar manusia yang setiap hari di terima, rasa bersalah yang terus menghinggapi pikiran,rasa takut yang membuat depresi, tekanan batin yang terus menerus memberi efek sesak yang teramat pada dada, semua itulah yang selama ini Yoona alami.

Yoona masih diam, berbagai peristiwa yang telah terjadi berseliweran dalam pikirannya. Ia tentu saja tak ingin keselamatan keluarganya terancam, ia tentu saja akan mengupayakan segala hal agar keluarganya tetap aman bahkan jika harus mengorbankan dirinya sendiri, sama seperti yang adiknya katakan. Dan hal itulah yang saat ini Yoona lakukan. Ia bukannya tak menghargai upaya keluarganya untuk melindunginya, namun masalah yang ia hadapi saat ini bukanlah hal mudah untuk diselesaikan. Yoona sendiri bahkan tak tahu cara untuk menyelesaikan masalah yang ia hadapi ini. Hal yang Yoona tahu pasti adalah, akar dari semua masalah ini adalah dirinya sendiri, dia lah sumber masalah, bencana, dan bahaya yang mengancam sekelilingnya. Dan alasan yang membuat Yoona pindah dari Jepang meninggalkan keluarganya yang ia sayangi, tinggal sendirian di Seoul bahkan menyamar menjadi gadis dengan aura suram, tidak lain adalah untuk membuat orang disekelilingnya tetap aman. Yoona tak mau ambil resiko mengancam keselamatan bahkan bisa saja nyawa orang-orang di sekitarnya. Ia tidak ingin ada korban yang jatuh karena dirinya, tidak lagi.

“Ku mohon Sehun, pulanglah ke Jepang, demi aku.” Ucap Yoona lemah. Ia benar-benar sudah lelah dengan apa yang selama ini terjadi padanya. Bahkan ia sering berpikir, mati akan lebih baik untuknya. Namun ia bukanlah seorang yang berpikiran pendek, walau ia tak tahu bagaimana cara menyelesaikan masalah yang ia hadapi, bukan berarti masalah itu tak akan selesai. Yoona percaya masalah itu akan selesai suatu saat nanti. Saat ini yang bisa Yoona lakukan hanyalah berusaha melakukan yang terbaik yang ia bisa, dan menunggu setiap rencana yang sudah Tuhan takdirkan untuknya.

Tatapan Sehun berubah dari tatapan prihatin, menjadi tatapan lembut penuh kasih sayang. Ia tentu saja sangat menyayangi satu-satunya saudara kandung yang ia miliki itu. Sehun menggenggam tangan Yoona lembut, mencoba memberi ketenangan pada kakak perempuannya itu.

“Semua akan baik-baik saja noona, percayalah.” Ucap sehun sambil tersenyum lembut. Yoona menatap adiknya, ia benar-benar sangat menyayangi adiknya itu dan ingin selalu melihat senyuman di wajahnya itu. Ia tak ingin kehilangan senyuman dari orang-orang yang ia sayangi lagi.

Yoona menghembuskan napas berat sebelum akhirnya mengatakan.

“Aku akan membiarkanmu tetap berada di Seoul dengan beberapa syarat.”

Seketika, wajah Sehun berseri, “Apa syaratnya?” tanyanya antusias.

“Kau tidak boleh berada di sekitarku, kau hanya boleh ‘melindungiku’ dari jarak jauh. Lalu kau harus berpura-pura tidak mengenalku, aku yakin kau tidak akan mau menyamar menjadi pria dengan aura suram, dan itu akan membuat penyamaranku gagal total.”

Syarat yang diajukan Yoona membuat wajah Sehun yang tadinya berseri berubah cemberut.

“Syarat macam apa itu.” Protes Sehun sambil mengerucutkan bibirnya.

“Ya atau tidak samasekali.” Final Yoona. Sehun pasrah dan hanya mendengus sebal.

Hening beberapa saat, kedua kakak beradik itu sibuk dengan pikiran masing-masing. Namun keheningan itu tak berlangsung lama saat Sehun mulai bicara lagi.

“Oh ya, sebelum kesini aku menjenguknya. Kau tahu, sekarang kondisinya sudah stabil.” Ucap Sehun hati-hati.

Seketika ekspresi sedih dan rindu terpatri di wajah cantik Yoona. Masalah tentang dia, memang terlalu sensitif untuk Yoona.

“Benarkah? Syukurlah kalau begitu.” Ucap Yoona sambil memaksakan senyum tipis. Sehun yang melihatnya hanya bisa mengernyit, ada tiga emosi yang Sehun tangkap dalam senyum kakaknya itu. Lega, menyesal, dan khawatir.

Yoona lalu memandang Sehun yang tidak bicara lagi. Ia menatap Sehun yang kini sedang menatap teh dihadapannya. Ia seperti sedang menimbang-nimbang sesuatu, seperti ragu untuk mengungkapkan suatu hal.

“Katakan padaku Sehun.” Pinta Yoona to the point. Tak pernah ada basa-basi antara kakak beradik itu. Entah karena mereka dilahirkan dengan kapasitas otak diatas rata-rata atau ikatan batin antara dua saudara, tanpa dijelaskan pun Sehun tahu bahwa kakaknya sedang curiga padanya dan sedang menuntut penjelasan darinya. Sehun diam beberapa saat, ragu untuk mengatakan hal yang selama ini ia sembunyikan bahkan pada kedua orangtuanya. Setelah beberapa saat, tahu bahwa percuma saja berbohong padakakanya, Sehun pun mengatakan apa yang mengganggu pikirannya selama beberapa waktu ini.

“Sebenarnya, sebelum aku berangkat kesini, aku, aku bertemu dengan hyung.” Napas Yoona tercekat. Oksigen disekitarnya terasa menipis sehingga membuatnya sulit bernapas. Gelombang ketakutan itu datang lagi, tubuh Yoona bergetar hebat tanpa bisa dicegah. Sepersekian detik dari itu, tubuh Yoona melemah dan ia ambruk tak sadarkan diri.

****

Donghae POV

Menyetir sambil menggerutu. Itulah yang ku lakukan saat ini. Sungguh aku benar-benar mengasihani diriku saat ini, mengasihani diriku yang kehilangan waktu-waktu penuh ketenangan dalam hidupku. Tak cukup satu nenek sihir yang tinggal dirumahku dan mengusik ketenangan di rumahku, ditambah seorang gadis yang dengan lancangnya mengusik dan mengganggu ketenangan pikiranku, dan saat ini nenek sihir di rumahku harus bertambah satu lagi.

#Flashback

Malam begitu tenang, jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Para penghuni rumah ini sibuk dengan kegiatan masing-masing. Sulli yang sedang mempersiapkan segala kebutuhannya untuk kuliah besok, eomma yang masih sibuk dengan segala berkas di ruang kerjanya, dan aku yang saat ini berjalan menuju dapur bermaksud mengambil segelas air untuk menghilangkan dahaga yang kurasakan setelah mengerjakan setumpuk tugas kuliah.

Aku menghentikan langkahku menuju kamar saat aku mendengar bel rumahku berbunyi. Aku menghampiri pintu dan melihat melalui intercom siapa yang  bertamu malam-malam begini. Dari intercom ku lihat sosok seorang gadis tinggi tengah berdiri membelakangi pintu. Seketika perasaanku langsung tidak enak, dengan ragu ku buka pintu rumahku dan saat ku lihat sosok yang membelakangi pintu itu membalikkan tubuhnya, nafasku tercekat. ‘Bencana datang’ pikirku saat itu. Sosok itu lalu membalikkan badannya dan tersenyum lebar –bahkan terlalu lebar sampai aku pikir bibirnya akan sobek jika ia terus-terusan tersenyum seperti itu-. Aku masih terpaku di tempat, sampai sebuah suara menyadarkanku.

“Oppa, siapa yang dat…. Kau!!!” kata Sulli terpotong dan langsung berteriak histeris saat melihat sosok gadis yang saat ini tengah berdiri di ambang pintu rumahku.

“Annyeonghaseyooo.” Lengkingan suara 3 oktaf itu menggema di seluruh ruangan rumahku, menandakan berakhirnya hari-hari tenangku.

#Flashbackend

Aku melirik sebal ke jok belakang mobilku. Disana, dua orang ‘perusuh’ tengah asik mengobrol sambil sesekali terkikik heboh. Disebelahku, bisa kurasakan Eunhyuk entah untuk keberapa kalinya mendengus mendengar suara-suara berisik nan memekakan telinga yang ditimbulkan dua nenek sihir itu. Aku dan Eunhyuk adalah tipe orang aneh yang lebih suka naik kendaraan umum kemana-mana, sekalipun kami memiliki kendaraan pribadi. Tapi  untuk hari ini, karena permintaan –bahkan paksaan- ‘nyonya besar’ yang baru datang dari Jepang, dengan sangat terpaksa aku harus membawa mobil ke kampus. Dan Eunhyuk yang biasa berangkat ke kampus denganku pun harus ikut terangkut mobilku bersama dua nenek sihir ini.

Kami sampai di kampus. Ku lihat Eunhyuk menghembuskan napas lega dan buru-buru keluar dari mobil. Aku menunggu dua nenek sihir itu keluar terlebih dahulu dan setelah itupun aku keluar dari mobil. Diluar mobil Eunhyuk menungguku, sementara dua nenek sihir yang berstatus sebagai saudara sepupuku? Jangan ditanya, mereka sudah melenggang pergi menuju ke dalam kampus.

“Dua sepupumu itu cantik, tapi sangat berisik.” Keluh Eunhyuk.

“Bukankah itu sudah sifat alami wanita.” Timpalku malas.

“Hai Guys!” sapa suara melengking seseorang. Aku dan Eunhyuk melihat ke arah sumber suara itu, disana duaorang gadis dan seorang pria datang menghampiri kami. Mereka tak lain adalah Sooyoung, Yuri, dan Sungmin.

“Sudah dengar kabar baru?” sambar Sungmin saat mereka baru saja tiba di hadapanku dan Eunhyuk. Aku dan Eunhyuk memutar bolamata kami malas. Kebiasaan sekali anak ini, pagi-pagi sudah bergosip! Jika Sungmin sudah mulai bercerita, tak ada yang bisa menghentikannya. Cara ampuh jika kau malas mendengarnya adalah dengan pura-pura mendengarnya.

“Ku dengar ada mahasiswa baru lagi, dan lagi-lagi pindahan dari Jepang. Dan dia satu angkatan dengan Sulli.” Sahut Sungmin.

“Itu sepupu Donghae, namanya Suzy.” Jawab Eunhyuk singkat.

“Benarkah? Suzy? Nama itu lebih cocok untuk nama seorang gadis daripada seorang pria.” Timpal Yuri.

“Suzy memang seorang gadis pabo.”

“Tapi yang ku dengar mahasiswa baru itu laki-laki, apa jangan–jangan murid pindahannya ada dua?” tanya Sooyoung.

“Mau ada dua atau sepuluh mahasiswa baru memang apa urusanmu?” tanya Eunhyuk.

“Tidak ada sih, tapi kenapa baru-baru ini banyak orang Jepang yang pindah kesini ya?” tanya Yuri.

“Hak mereka. kenapa juga kalian sibuk memikirkan urusan orang lain, kalian ini sudah seperti pengangguran saja.” Cibirku pedas.

“Yak! Dasar lidah samurai.” ejek Sungmin, Sooyoung dan Yuri memandangku tajam, sementara Eunhyuk hanya geleng-geleng kepala melihat kami.

“Kadang mulutmu itu perlu di lakban Donghae. Untung kami sudah kebal dengan semua kata-kata pedasmu itu. Kalau tidak sudah sejak lama ku tebas kau dengan samurai sungguhan.” Sungut Sooyoung.

“Kau itu jarang bicara, tapi sekalinya bicara benar-benar menusuk.” Tambah Yuri. Aku yang sudah kebal dengan cibiran-cibiran temanku itu hanya menanggapinya santai, aku tak tersinggung dengan segala cibiran mereka selama ini karena memang itulah faktanya.

****

Aku dan Sooyoung berjalan bersama di koridor menuju kantin, Yuri dan Eunhyuk sudah lebih dulu berada di kantin sementara Sungmin masih ada kelas. Tidak banyak pembicaraan diantaraku dan Sooyoung, Sooyoung sedang asik mengutak-atik gadgetnya, sementara aku sibuk mendengarkan musik dari earphoneku.

“Donghae?” panggil Sooyoung. Aku membuka earphoneku agar bisa lebih jelas mendengarnya.

“Apa?” jawabku singkat.

“Apa kau tertarik pada mahasiswi baru itu?” tanya Sooyoung tanpa basa-basi.

“Bukankah ada banyak mahasiswi baru akhir-akhir ini, maksudmu siapa?” tanyaku meskipun aku sudah tahu mahasiswi yang dimaksud Sooyoung dan akan kemana arah pembicaraan ini.

“Ehm, itu, I..Im Yoona.” Gagapnya. Benarkan feelingku, Sooyoung bahkan Yuri dan Sungmin cepat atau lambat akan menanyakan hal ini.

“Tidak.” Jawabku singkat.

“Hah, apa?” tanyanya bingung.

Aku memandangnya sebal, “Bukankah tadi kau bertanya apakah aku tertarik pada mahasiswa yang bernama Im Yoona itu, dan tadi aku jawab tidak.” Kataku. Sooyoung menatapku dengan tatapan linglung. Aish, kenapa gadis ini pikirannya lambat sekali.

“Ahh, begitu ya,” sahutnya lega setelah beberapa detik, “kau memang sebaiknya tidak berurusan dengan gadis itu, aku tahu ini aneh, melarangmu untuk tidak berurusan dengan seorang yang bahkan kita balum tahu bagaimana orang itu sebenarnya. Tapi meskipun begitu, feelingku, Yuri dan Sungmin mengatakan bahwa kita sebaiknya tidak berurusan dengan gadis itu. Lagipula, gadis itu juga sepertinya ingin kita tidak berurusan dengannya.”

“Aku sudah tahu. Lagipula aku tak tertarik padanya.” bohongku. Sooyoung mengangguk-anggukan kepalanya dan mulai sibuk lagi dengan gadgetnya. Sementara itu, aku masih sibuk dengan pikiranku. Adalah sebuah kebohongan besar jika aku katakan bahwa aku tak tertarik dengan Im Yoona, dan prediksiku benar, teman-temanku tidak akan membiarkanku berurusan dengannya. Jadi keputusanku untuk tidak mengatakan hal ini pada teman-temanku adalah benar. Saat ini, menyelidiki Im Yoona secara sembunyi-sembunyi dari temanku adalah cara yang paling tepat. Meskipun instingku berkata untuk tidak berurusan dengan Im Yoona itu,bagaimanapun juga, apapun resikonya aku tetap akan menyelidikinya. Aku sudah terlanjur jatuh dalam pesona gadis itu, aku terperangkap dalam rasa penasaran terhadapnya. Jadi, karena aku sudah jatuh, kenapa tidak menyelam saja sekalian?

Pikiranku terhenti saat Sooyoung tiba-tiba menegang disampingku, ia menunduk dan aku bisa mendengar ia menggumamkan kata ‘sial’. Kebingunganku terhadap sikap Sooyoung yang tiba-tiba tak bertahan lama saat retina mataku menangkap sosok seorang gadis yang saat ini berjalan berlawanan arah denganku. Penampilan gadis itu sama seperti kemarin, aura suram dan mistis masih betah berada di sekitarnya. Meskipun begitu, mataku tak beralih darinya. Dengan betahnya, mataku ini asik mengamati setiap gerakan yang ditimbulkan gadis itu. Bagaimana langkah kakinya yang pelan dan halus, bagaimana rambutnya yang menutupi hampir seluruh wajahnya yang membuatku ingin menyibaknya agar aku bisa dengan jelas menatap wajah yang dengan mudahnya masuk dan mengendap dipikiranku itu.

Gadis itu mulai mendekat kearah ku dan Sooyoung, aku masih memperhatikan setiap gerakan gadis itu. Untunglah sekarang keadaan di koridor ini sepi, hanya ada kami bertiga dan untunglah Sooyoung masih menundukan wajahnya dalam sehingga aku bisa dengan leluasa memperhatikan gadis itu. Jarak antara kami mulai menipis, membuatku bisa melihat samar wajah gadis itu yang tersembunyi helaian surai coklatnya. jarak antara kami makin dekat, dengan susah payah aku menahan diri untuk tidak mengahampiri gadis itu dan merusak segala rencana yang telah ku susun. Sampai pada jarak  setengah meter dari hadapanku, gadis itu menghentikan langkahnya. Dan aku bersumpah jantungku hampir melompat keluar saat gadis itu mendongak menatapku dan berkata.

“Berhenti memperhatikanku.”

Normal POV.

Suasana hening dan mencekam menyelimuti ketiga orang yang tengah berdiri di koridor yang sepi itu. Seorang gadis berdiri mematung sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam, dalam hatinya, gadis itu tak henti-hentinya berdoa agar suasana ini cepat berakhir atau setidaknya ia secara ajaib bisa menghilang dari tempat itu. Sementara satu-satunya lelaki yang berada disana masih shock dengan apa yang telah dilakukan gadis yang saat ini berdiri di hadapannya. Dan gadis yang membuat lelaki itu shock saat ini tengah menatap lelaki di hadapannya dengan ekspresi datar. Cukup lama sampai akhirnya gadis itu mulai beranjak dari tempatnya. Dengan gerakan halus, gadis itu melewati lelaki yang masih berdiri shock karenanya. Saking halusnya gerakkan gadis itu, lelaki itu –Donghae- sampai merasa bahwa yang melewatinya bukanlah manusia melainkan angin.

Donghae sadar dari keterkejutannya. Menyadari gadis itu berjalan menjauhinya, entah atas dasar apa, tiba-tiba ia menarik lengan gadis itu. Gadisitu diam saat Donghae menarik lengannya. Ekspresi datar tetap bertahan di wajahnya, berbeda dengan Donghae yang malah terkejut dengan apa yang ia lakukan sendiri. Namun, bukan Donghae namanya jika ia tidak bisa mengendalikan dirinya dengan cepat. Ekspresi terkejut di wajahnya berubah menjadi seringai tipis.

“Jika kau tak ingin diperhatikan, bersikaplah layaknya orang normal nona. Sikapmu yang abnormal ini justru menarik perhatian orang lain, atau jangan-jangan kau sengaja bersikap dan berpenampilan seperti ini untuk mendapat perhatian dari orang lain dan mencari sensasi.” Serang Donghae.

“Aku tak tertarik dengan segala hal yang ada disini, disini aku hanya ingin belajar.” jawab Yoona dingin. Seringaian tipis di wajah Donghae sebelumnya kini terlihat jelas.

“Kau gadis yang menarik.”ucap Donghae sambil tetap mempertahankan seringaiannya yang biasanya bisa mengintimidasi orang yang melihatnya.

Dengan sangat tidak terduga, gadis itu –Yoona- balas menyeringai dan membuat Donghae sweatdrop. Donghae yang biasa mengintimidasi kini terintimidasi.

“Akan lebih baik jika kau tidak berurusan denganku.Aku memang menarik, namun aku bisa menarikmu kedalam bahaya.” Kata gadis itu tenang. Kata-kata peringatan sarat ancaman itu sukses membuat cekalan Donghae pada gadis itu terlepas. Dengan santainya, gadis itu pergi meninggalkan Donghae dan Sooyoung yang berdiri mematung.

Tanpa ketiga orang itu sadari, seseorang sejak tadi mendengar segala percakapan mereka. sosok yang tersembunyi dibalik tembok terseyum kecut sebelum akhirnya pergi meninggalkan tempat itu.

“Permainan baru dimulai, Yoona.” Kata sosok itu diiringi seringaian.

TBC.

Akhirnya beres juga chapter ini :3

Mohon maaf yang sebesar-besarnya jika chapter ini tambah gaje dan kurang –bahkan tidak- memuaskan u.u

Dan aku sangat berterimakasih buat admin yang mau men-share ff ini *bungkuk90˚ u.u

Big thanks juga buat kalian yang udah mau comment di chapter pertama ff abal-abal penuh typo dan membosankanini, I really appreciate it ^^

Oh ya, jangan kaget kalo kalian nemu beberapa kutipan film The Twilight saga karena kutipan-kutipan itulah yang jadi inpirasi ff ini, tapi ff ini pure dari otakku dan di ff ini ga akan ada vampire, werewolf, atau shapeshifter.

Well, aku gatau harus ngomong apa lagi ._.>sampai ketemu di chapter berikutnya aja ya, ciao ^^)/

61 thoughts on “Black Paradise (Chapter 2)

  1. ff nya makin kren thor…
    ceritanya mnrik n g bsen’in… bkin orng yg bca jdi pnasaran ma jlan critanya… 😀

  2. ada2 aja yang ngancam yoona eonnie dengan cara nyelakain orang2 yang dekat sama dia. kasian yoona eonnienya jadi ga punya temen

Komentarmu?