Late Night Cinderella (Chapter 4)

Image

Author                                     : misskangen

Tittle                                        : Late Night Cinderella

Length                                     : Sequel

Genre                                      : Romance, Drama, Family

Rating                                     : G

Main Cast                                : Im Yoon Ah, Lee Donghae

Support Cast                           : Kim Taeyeon, Park Kahi, Lee Soon Kyu, Choi Sooyoung

Disclaimer                               : This story is mine including the plot and characters. But the casts are belong to themselves and god. Please don’t do plagiarism or bashing anything from this story. Sorry for unidentified typo(s).

Happy Reading all…

 

CHAPTER 4

IM YOONA masih diam terpaku, berdiri di atas kakinya yang sedikit bergetar karena gugup dan diperparah dengan keringat dingin di dahinya. Suhu pendingin ruangan yang telah diatur sedemikian rupa tampaknya tidak memberikan efek apapun untuk tubuhnya yang mengenakan gaun satin tipis berwarna biru muda.

Mata Yoona masih tertancap lurus kepada pria yang berdiri di depannya. Seolah ingin mencari kesalahan dalam tatapan matanya, sesekali Yoona mengerjapkan matanya. Tetapi sepertinya apa yang dilihatnya itu adalah kenyataan. Pria yang digadang-gadang sebagai lelaki paruh baya yang menjadi calon suaminya memiliki tampilan yang benar-benar meleset dari perkiraannya.

Selama ini Yoona selalu membayangkan bila ia dijodohkan dengan seorang pria berumur yang kemungkinan besar memiliki status duda atau parahnya telah memiliki istri lebih dari satu. Selain itu sosok yang tergambar di kepala Yoona adalah seorang pria dengan kepala botak dan perut buncit yang berjalan dengan membawa-bawa tongkat sebagai penyangga tubuhnya yang renta.

Semua itu sirna begitu saja. Pria itu adalah pria yang tampak gagah, dengan tubuh yang berdiri tegak dan aura maskulin yang begitu kental. Ia tampak muda bila mengingat umurnya sudah menginjak kepala empat. Gayanya dalam berpakaian cukup modis, hanya saja aksen ketinggalan zaman masih dapat dilihat jelas di beberapa sisi, seperti tatanan rambut atau kacamata minus yang sedikit tebal, serta jambang dan kumis yang terpelihara manis di area wajahnya.

Dunia Yoona seakan teralihkan selama beberapa menit ia memandang jauh kepada sosok pria matang itu. Pesona yang mungkin dimiliki lelaki itu sepertinya membuat Yoona terkurung dalam jerat memabukkan yang membuatnya lupa dengan banyak hal, termasuk situasi tubuhnya yang masih betah berdiri mematung dan tak menggubris uluran tangan sang pria.

Annyeonghaseyo… Jeonun Aiden Lee imnida,” ulang pria itu memperkenalkan namanya dengan suara yang sedikit lebih keras dari sebelumnya. Lamunan Yoona akhirnya selesai setelah ia mendengar suara pria itu untuk yang kedua kalinya.

“Annyeong… Im Yoona imnida,” balas Yoona pelan sambil menerima uluran tangan pria itu.  Yoona mengambil posisi duduk tepat di depannya setelah dipersilahkan terlebih dahulu.

Yoona duduk dengan posisi paling tidak nyaman yang pernah dilakukannya untuk makan malam selama dua puluh empat tahun ia hidup di dunia. Semua itu hanya karena ia tidak tahu harus berbuat apa. Pria bernama Aiden Lee itu sudah menjungkir-balikkan moodnya dengan sempurna, dari rasa jijik dan tidak rela menjadi rasa penasaran yang tidak karuan.

Yoona lebih banyak tunduk, hanya sesekali ia mendongak ketika pria itu memberikan daftar menu dan menayakan sesuatu yang ingin dipesannya. Situasinya sungguh kikuk dan kaku. Keduanya memang lebih banyak diam di awal acara makan malam itu. Saat makanan yang mereka pesan datang dan dilanjutkan dengan menikmati menu masing-masing dalam keheningan. Yoona hanya mengaduk-aduk fettucini nya dengan malas, sama sekali tidak berselera untuk memakannya.

Aiden mengambil kesempatan untuk memandang Yoona yang duduk tanpa suara di depannya ketika gadis itu terus tertunduk menatap makanannya. Denting keras terdengar saat garpu milik Yoona terjatuh ke lantai, membuat empunya kaget dan berlaku salah tingkah. Yoona tersenyum kecut dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, kegugupannya muncul lagi dan kali ini sedikit membuat kacau suasana hening yang sedari tadi masih menyelimuti keduanya. Aiden susah payah menahan senyumnya, ia mengulumkan bibirnya rapat tapi bertolak belakang dengan ekspresi geli yang tak bisa bersembunyi dari wajahnya.

Pandangan Yoona kini tertumbuk pada wajah maskulin itu. Yoona merasa pernah melihat ekspresi seperti itu, seakan ia mengenal raut wajah yang sedang ditunjukkan Aiden saat ini. Tanpa sadar Yoona terus saja menatap wajah Aiden sambil mencari-cari letak kemiripan dengan seseorang yang mungkin dikenalnya. Aiden yang memergoki tatapan Yoona mengerutkan dahinya dan berdehem singkat.

“Mengapa kau memandangku seperti itu, Nona Im?”

Yoona kaget, cepat-cepat ia mengalihkan pandangannya ke arah lain. “Oh, itu… em… sepertinya aku…” tenggorokan Yoona tercekat, sulit melanjutkan kata-katanya. Sementara Aiden masih menunggu Yoona melanjutkan kalimatnya. “Aniya… aku harus memanggilmu apa? Kalau Oppa sepertinya terlalu muda dan tidak cocok. Bagaimana kalau Ahjussi? Kau setuju kan, Tuan… Lee?”

Lee? Ya… Lee. Nama belakangnya Lee. Dan wajahnya memiliki kemiripan. Kenapa aku baru menyadarinya? Mungkinkah… Yoona bertanya-tanya dalam hatinya. Ia mulai menyadari sesuatu yang sedari tadi berusaha dipikirkannya.

“Terserah kau memanggilku dengan sebutan apapun. Aku rasa Ahjussi tidak buruk,” Aiden tersenyum paksa menanggapi pertanyaan Yoona. “Tapi sepertinya kau masih menyimpan pertanyaan lain bila melihat raut wajah penasaranmu itu. Tanyakan saja apa yang kau ingin tahu, aku tidak akan memakanmu.”

Yoona berpikir apakah ia memang harus melontarkan pertanyaan yang ada di kepalanya saat ini. “Oh, itu… aku hanya merasa kau mirip dengan seseorang, Ahjussi.” Ujar Yoona ragu, tangannya memainkan sapu tangan yang terlipat rapi di atas meja.

“Benarkah? Memangnya aku mirip dengan siapa?”

“Seseorang yang bernama Lee Donghae.” Jawab Yoona cepat. Aiden nyaris tersedak dengan air putih yang hendak diminumnya. Segera ia meletakkan gelas itu, dan membenarkan posisi duduknya. Pria itu kini tampak salah tingkah.

“Oh, Lee… Lee Donghae?? Kau mengenalnya, Nona Im?” Yoona mengangguk mantap.

“Kau juga mengenalnya, Ahjussi?”

“Em.. Tentu, tentu saja aku mengenalnya. Dia itu… keponakanku. Ya.. Lee Donghae adalah keponakanku.” Jawab Aiden sedikit lambat dan ada kesan gugup dalam suaranya. Yoona mengangguk mengerti, walau dalam hatinya ia masih sedikit tidak puas dengan jawaban Aiden.

Pantas saja mereka ada kemiripan, batin Yoona.

Aiden menghela napas lega setelah menjawab pertanyaan Yoona yang cukup menjebak. Hampir saja! Kata Aiden dalam hati.

“Apa kau juga bekerja di LCO Group, Ahjussi?” Aiden mengangguk tampa suara. Yoona menelengkan kepalanya sebentar, merasa sedikit bingung. “Jadi selama ini kau juga salah satu petinggi di perusahaan itu, pantas saja dia tidak mau menolongku.” Gerutu Yoona pada dirinya sendiri.

“Apa maksudmu, Nona Im? Kelihatannya kau akrab dengan Donghae. Apa kalian punya hubungan istimewa?” tanya Aiden penasaran, ia hanya melirik Yoona sambil memotong steak nya.

“Ah.. tidak. Aku tidak ada hubungan apa-apa dengannya. Lee Donghae hanya seorang kenalanku. Dia itu seorang pria yang menyebalkan dan menurutku sedikit… gila,” Pisau yang dipegang Aiden tiba-tiba terhempas membentur piring, menimbulkan suara khas peralatan makan yang saling beradu.

Yoona sedikit kaget, ia melihat raut wajah tak senang pada Aiden. Yoona mengernyit, menyadari telah berbicara sesuatu yang salah. “Ahjussi gwenchana?

“Oh, aku tidak apa-apa. Memangnya apa yang sudah dilakukan keponakanku itu padamu, Nona Im?” tanya Aiden setelah bersikap normal kembali dengan mengatur ekspresi datar di wajahnya.

“Bukan apa-apa. Aku hanya salah bicara. Mianhae… aku sudah mengatakan sesuatu yang menyinggung keponakanmu itu.” Yoona memberikan cengiran paksa, sangat tidak mungkin ia mengatakan alasan menyebut Lee Donghae gila karena pria itu yang dengan entengnya mengajak menikah secara spontan. Pergi ke kantor pencatatan sipil untuk mendaftarkan pernikahan mereka, yang benar saja!!

♥♥♥♥♥

Taemin berlari-lari kecil menuruni tangga rumahnya setelah mendengar deru suara mobil di depan rumah. Ia yakin bahwa suara itu berasal dari mobil Donghae – orang yang sedari tadi ia cari. Taemin tersenyum singkat saat melihat sesosok tubuh duduk menyandar di sofa ruang keluarga yang ia yakini sebagai Donghae, Hyungnya.

“Hyung, sedari tadi aku mencarimu dan kenapa ponselmu tidak… OMO!!! Kau.. siapa kau??” Taemin kaget saat menemui sosok yang dikira Donghae kini malah terlihat sebagai seorang pria tua yang tak pernah ditemui Taemin sebelumnya.

Orang yang telah mengejutkan Taemin itu hanya melirik Taemin sekilas lalu ia memutar bola matanya. Ingin sekali ia berdiri melompat dan menjitak kepala pemuda itu. Taemin menatap seksama pada si pria paruh baya, sambil menggaruk-garuk kepalanya ia mencoba menebak dan meyakinkan dirinya terkait sosok yang sedang duduk santai di depannya itu.

“Kau… Donghae Hyung?” Taemin mengerutkan dahinya. “Iyakan, kau Donghae Hyung? Tak mungkin kau hantunya Samchon yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Hyung, jangan bercanda. Mengapa kau berpenampilan seperti ini?”

Pletakk!! Satu jitakan sukses mendarat di kepala Taemin. “Enak saja kau mengataiku hantunya Samchon!”

Taemin mengelus-elus kepalanya, ia mendengus karena mendapat perlakuan yang kekanakan seperti itu. “Karena tampilanmu mirip sekali dengan samchon, hanya saja terlihat sedikit lebih muda dan yah… lumayan modis juga.” Ejek Taemin, lalu ia mengambil posisi duduk di sebelah Donghae yang mulai melepas jasnya. “Memangnya apa yang membuatmu berpikir untuk meniru gaya kuno mendiang samchon, Hyung?

Donghae memberikan tatapan kematian pada Taemin, lalu menghela napas berat. “Untuk menemui calon istriku.” Jawab Donghae singkat sambil menggulung lengan kemejanya. Taemin membulatkan matanya, ia takjub dengan alasan Donghae berpenampilan sebagai pria tua.

“Apa kau melakukannya agar wanita itu menolak untuk menikah denganmu, jadi kau punya alasan untuk menolak perjodohan itu pada ibu?” tanya Taemin polos, memperhatikan Hyungnya yang sok bersikap acuh.

“Tidak. Justru ini semua demi kelancaran perjodohanku dengan wanita itu.”

Flashback

“Donghae-ssi, aku punya beberapa kondisi yang ingin kuajukan padamu terkait perjodohanmu dengan keponakanku. Aku sudah mendapatkan persetujuan dari ibumu. Aku harap kau bisa bekerja sama.” Donghae merengut kesal dengan perkataan wanita yang sedang berdiskusi ketat dengannya dan ibunya terkait ide perjodohan instan yang membuatnya sakit kepala.

“Tidakkah cukup dengan perjodohan secara tiba-tiba saja? Kenapa harus ada kondisi ini dan itu lagi?” protes Donghae dengan nada jengkel.

“Donghae-ah, jaga sikapmu. Jangan bersikap kekanakkan!” hardik Nyonya Lee pada putra sulungnya. “Maafkan putraku, Kahi-ssi. Sepertinya ia sangat kesal dengan ide pernikahan yang dipaksakan.” Tambah Nyonya Lee melemparkan tatapan penuh sesal pada Bibi Park.

Bibi Park tersenyum kecut dan menggeleng pelan, “Gwenchana. Aku mengerti bila reaksi orang yang dipaksa menikah pasti sama saja. Begitu juga dengan keponakanku yang sudah jauh-jauh hari mempersiapkan penangkalnya.”

“Penangkal? Apa maksudmu?” tanya Nyonya Lee penasaran.

“Penangkal perjodohan ini! Dia tahu bahwa aku berniat menjodohkannya untuk menyelamatkan nasib perusahaan, jadi ia mencari sendiri investor agar terbebas dari ancamanku.” Ujar Bibi Park dengan ekspresi serius.

“lalu apa keponakanmu berhasil melakukannya?”

Bibi Park tersenyum penuh makna, “Jawabannya itu tergantung pada keputusan putramu. Kau bisa langsung menanyakan hal itu padanya?” Nyonya Lee mengernyit lalu mengalihkan tatapannya pada Donghae.

“Apa kau tahu hal yang dimaksud Kahi-ssi, Donghae-ah?” Donghae tidak menjawab pertanyaan ibunya, ia masih mengingat hal yang mungkin dikaitkan oleh Bibi Park. Ia belum berani untuk memberikan jawaban, tidak yakin bila hal itu memang seperti yang dipikirkannya.

“Putramu mengenal keponakanku. Ia sudah bertemu dengan keponakanku ketika pesta dansa di Hotel Royale.” Bibi Park memberi penjelasan pada Nyonya Lee. “Benar begitu kan, Donghae-ssi? Kau pasti mengenal Im Yoona, bukan?”

Donghae membulatkan matanya, ternyata benar bila semua ini ada hubungannya dengan gadis bernama Im Yoona. “Jadi Im Yoona adalah keponakanmu, Nyonya Park? Sungguh sangat kebetulan.” Ujar Donghae dengan nada tenang yang dipaksakan.

“Ya, aku menakutinya dengan perjodohan kepada seorang pria tua. Jadi dia berusaha untuk mencari jalan keluar sendiri, dan seseorang memberinya ide untuk menemuimu di pesta itu. Aku sudah menahan semua pakaian dan aksesoris yang dimilikinya dengan menggembok lemarinya, tapi aku tidak tahu darimana ia bisa mendapatkan gaun dan sepatu yang cukup untuk membawanya ke pesta itu dalam waktu singkat.” Terdengar suara tawa yang tertahan dari Nyonya Lee saat Bibi Park menceritakan segala aksinya terhadap Yoona. “Jadi apa kau sudah memberi keputusan pada Yoona, Donghae-ssi?”

“Aku belum memberinya keputusan karena aku masih mempertimbangkannya. Aku akan memberikan jawabanku secepatnya mungkin dalam dua atau tiga hari lagi.”

“Sebaiknya kau menolaknya, Donghae-ssi.” Potong Bibi Park yang membuat Donghae tertegun. “Hal ini yang ingin aku sepakati denganmu. Aku ingin kau membatalkan niat investasi itu atas nama Lee Donghae, jadi mau tidak mau Yoona harus menerima perjodohan ini.”

“Aku tidak mengerti maksudmu, Nyonya Park. Bukankah sama saja, kelak aku memang harus menikahi keponakanmu demi perjodohan tanpa aba-aba ini. Jadi kalaupun aku meluluskan keinginannya sepertinya itu tidak masalah.” Jawab Donghae sedikit bingung.

“Bukan begitu. Aku ingin kau muncul di hadapan Yoona sebagai calon suaminya tetapi bukan tampilan Lee Donghae yang dilihatnya, melainkan seorang pria tua yang terobsesi menikahi gadis muda.”

Donghae membulatkan matanya, mulutnya menganga seperti hendak menyuapkan sesendok penuh nasi ke mulutnya. “Ini benar-benar tidak masuk akal, Nyonya Park. Aku tidak mau dianggap mempermainkan perasaan wanita dengan berlaku curang seperti itu. Aneh sekali, sepertinya kau ingin membuat keponakanmu sendiri hidup menderita.”

“Aku bukannya ingin membuat keponakanku menderita, tapi justru ingin mengubah hidupnya agar lebih bahagia. Tujuanku melakukan ini agar kau bisa mendidiknya menjadi pribadi yang lebih mandiri, patuh, dan penuh perhitungan. Kau pasti tahu karakter keponakanku yang manja dan suka hura-hura. Karena itu aku membutuhkan bantuanmu untuk merubahnya menjadi wanita yang baik dan ideal.” Terang Bibi Park disambut anggukan kepala Nyonya Lee.

Donghae berpikir sejenak, sebenarnya ia sama sekali tidak ingin berperan seperti yang diminta oleh Park Kahi. Tetapi alasan yang diberikan oleh wanita itu cukup masuk akal. Mendidik seorang Im Yoona agar membuang sifat manja dan borosnya menjadi wanita sekaligus istri yang baik dan kompeten. Apalagi Donghae juga mempunyai maksud tersendiri yang ingin dilakukannya pada Im Yoona.

“Baiklah, aku setuju. Tapi apa kau yakin ini akan berhasil?”

“Karena itu kita harus bekerja sama dengan banyak pihak.”

 

Flashback End

 

Taemin mengangguk-angguk mengerti dengan penjelasan Donghae mengenai penyamarannya yang cukup aneh tersebut. Taemin tak menyangka bahwa kakak laki-lakinya itu akan menikah sebagai pria tua yang menjadi suami seorang wanita yang masih sangat muda, apalagi wanita itu sempat membuat Donghae kelabakan.

“jadi, kau akan menikahi Im Yoona si Cinderella tanpa sepatu itu Hyung? Ckck… ini benar-benar takdir yang menyenangkan. Bagaimanapun perjodohan bodoh ini sudah membawa sang pangeran kepada Cinderellanya walau sepasang sepatu itu tak menjadi perantara.” Ujar Taemin dengan pose sok bijak yang membuat Donghae kesal dan langsung menerkamnya hingga terjadi pergumulan kakak beradik di atas sofa ruang keluarga. Kegiatan itu terhenti setelah mendengar teriakan sang ibu yang tampak memijat pelipisnya. Mungkin Nyonya Lee frustasi dengan tingkah aneh kedua putranya.

♥♥♥♥♥

“Berumur 42 tahun, masih lajang, salah satu pemegang saham terbesar LCO Group dan… dia adalah pamannya Lee Donghae. Woah… Daebak!!” pekik Sooyoung saat membaca tulisan tangan Yoona di selembar kertas yang menjelaskan ciri-ciri Aiden Lee – pria yang ditemui Yoona kemarin malam. Sooyoung memandang geli pada Yoona yang terbaring dengan selimut menutupi tubuhnya hingga setinggi dada. Yoona terkena flu berat dan sekarang ia demam sejak pertemuan dengan Aiden Lee. “Takdir membawamu bertemu dengan Lee Donghae tapi kau malah akan menikah dengan pamannya. Bukankah ini adalah kebetulan yang menakjubkan?”

Satu bantal melayang dan sukses menabrak wajah mulus Sooyoung. Gadis itu langsung memasang tampang manyun tapi tidak membuat Yoona tertawa. “Oh diamlah Sooyoung, tidak bisakah kau prihatin dengan keadaanku sekarang? Berhentilah mengomentari kisah hidupku yang terbelenggu diantara obsesi paman dan keponakan. Hidupku terombang-ambing dalam lingkup segitiga bermuda yang bersinggungan dengan lingkaran setan dan terancam terdegradasi ke dalam Samudera Antartika.”

Sooyoung tertawa terbahak-bahak sambil memukul bantal yang sedari tadi dipeluknya. “Istilah macam apa itu? Tidak sinkron sama sekali.” Sooyoung membenarkan posisi duduknya di samping Yoona yang masih betah berbaring nyaman di bawah selimutnya. “Tapi tadi kau menyebutkan tentang obsesi paman dan keponakan, apa maksudnya? Apa ada sesuatu yang aku tidak tahu? Jangan coba-coba menyembunyikan sesuatu dariku, Yoona-yah.”

“mmm… soal itu, tidak ada apa-apa. Aku hanya salah bicara. Sepertinya demamku semakin parah sampai aku berbicara meracau begini,” dalih Yoona yang sengaja tidak mau berbicara banyak dulu kepada Sooyoung karena ia sendiri belum paham mengenai situasi yang menimpanya. Sooyoung tidak puas dengan jawaban Yoona, ia yakin bila ada sesuatu yang tidak berani dikatakan Yoona kepadanya.

“Menurutmu Ahjussi itu tampan atau tidak? Bila dibandingkan dengan Lee Donghae mana lebih baik?” Sooyoung kembali melontarkan godaan kepada Yoona, sedangkan yang ditanya memasang wajah sebal setengah mati.

“Aish.. kalau kau memperhatikan keduanya kau akan merasa melihat Ahjussi itu sebagai Lee Donghae dalam versi tua dan kuno. Walaupun ku akui Ahjussi itu memiliki kharisma dan sikap yang lebih gentleman daripada Lee Donghae.”

“Kau yakin seperti itu?” tanya Sooyoung dan dijawab anggukan oleh Yoona. “apa itu artinya kau sudah terpesona pada sosok seorang pria paruh baya yang berstatus calon suamimu itu?”

Molla…

“Aigoo… lalu apa kau setuju untuk menikah dengan Ahjussi itu?”

“Menurutmu bagaimana? Apa aku seharusnya benar-benar kabur dari rumah dan memulai kehidupanku jauh dari naungan dan sokongan keluarga Im?”

“Entahlah. Aku hanya berpikir kalau…” Sooyoung menggantung kata-katanya. Ia tidak bermaksud melanjutkan kalimat itu, jadi ia hanya menggigit bibir bawahnya. Yoona mendudukkan tubuhnya dan bersandar di kepala ranjang.

“Apa yang kau pikirkan?” tanya Yoona memandang Sooyoung tajam.

“Aku hanya berpikir kalau kau menikah dengan Ahjussi itu maka penderitaanmu akan berakhir. Kau akan mendapatkan kembali semua fasilitas yang ditahan oleh Bibi Park. Kau tidak akan hidup susah lagi, dengan kata lain kau hanya perlu bermanja-manja sedikit pada Ahjussi itu maka kau akan menjadi princess seperti sedia kala.” Ujar Sooyoung ragu dengan suara pelan.

Yoona terdiam, tampaknya sedang menelaah kata-kata Sooyoung tadi. Kerutan di keningnya sebagai bukti bahwa gadis itu sedang berpikir keras. “Yang kau katakan ada benarnya, Sooyoung-ah. Aku akan menjadi seperti dulu lagi, mengendarai mobil bagus, memakai pakaian yang modis dan mahal, dan tentunya aku bisa berbelanja apa saja semauku tanpa memikirkan limit kartu kredit atau memikirkan berapa banyak sisa gajiku untuk beberapa minggu ke depan. Tapi tetap saja hatiku berat sekali harus menerima kenyataan aku akan hidup sebagai istri seorang pria tua.” Ujar Yoona dengan wajah yang begitu memelas.

♥♥♥♥♥

Yoona duduk di sudut sebuah coffee shop, sesekali memutar-mutar gelasnya yang berisi capuccino. Terkadang ia membetulkan letak syal di lehernya, atau memencet hidungnya yang tampak memerah. Sepertinya flu berat yang diderita Yoona masih belum reda, tetapi gadis itu tetap saja memaksakan diri untuk keluar rumah demi bertemu dengan seseorang.

Sosok pria yang ditunggu akhirnya datang. Walaupun Yoona sempat merasa kesal dengan orang itu, tapi ia berani membuang segala gengsi demi tercapainya suatu rencana yang telah dibuatnya bersama Sooyoung. Hal ini sebagai usaha terakhir sebelum Yoona benar-benar menjalani pernikahan dengan Aiden Lee yang tua namun mempesona. Usaha untuk merayu Lee Donghae agar ia mau bekerjasama untuk membatalkan pernikahan itu.

“Ada apa kau ingin bertemu denganku, Yoona-ssi?” kata Donghae saat tiba dihadapan Yoona dan langsung mengambil tempat duduk di depannya. Yoona hanya memasang wajah datar, terkadang terlihat bibirnya bergerak-gerak dengan pipi yang sedikit menggembung. Donghae sempat tersenyum melihatnya lalu kembali mengatur ekspresi sewajar mungkin di depan ‘calon istri’ Aiden Lee itu. “Oh, wajahmu terlihat pucat, Yoona-ssi. Apa kau sedang sakit?” tanya Donghae sedikit khawatir. Pria itu menjulurkan tangannya menyentuh pipi Yoona yang terasa hangat karena sedikit demam.

Yoona menyampirkan tangan itu dengan sedikit kasar, “Yak, jangan sembarangan menyentuhku Donghae-ssi… Aku yakin kau sudah mengetahui bahwa aku adalah calon istri pamanmu. Jadi kau sengaja menolak membantuku untuk investasi perusahaan keluargaku. Aku benar, kan?”

“Maafkan aku, Yoona-ssi. Awalnya aku benar-benar ingin menolong tapi semuanya jadi sulit saat aku tahu soal perjodohan itu. Aku tak bisa berbuat apa-apa dalam hal ini.” ujar Donghae tanpa menatap Yoona, ia takut ketahuan bila sedang berbohong.

“Tidak bisa berbuat apa-apa? Kau yakin tidak ingin melakukan sesuatu untuk dirimu sendiri?” Yoona mencondongkan tubuhnya mendekati Donghae.

“Apa maksudmu aku harus melakukan sesuatu? Aku tidak paham…”

“Ayolah Donghae-ssi, bukankah beberapa hari yang lalu kau bilang kalau kau menyukaiku, bahkan kau juga ingin menikahiku. Setidaknya lakukan sesuatu agar pernikahanku dengan pamanmu tidak terjadi.”

Donghae mengangkat sebelah alisnya, ia mengerti dengan maksud dari semua perkataan Yoona. “Jadi kau ingin aku membawamu kabur dari pernikahanmu agar kau bisa menghentikan perjodohanmu dengan pamanku, begitu?”

Yoona tersenyum simpul, ia mengangguk pelan dengan ekspresi wajah meyakinkan. “Yah.. kalau kau berpikir se-ekstrim itu aku rasa tidak ada salahnya.”

Donghae menghela napas panjang, “aku rasa itu hanya alasanmu agar tidak menikah dengan pamanku karena ia tua dan usianya jauh di atasmu. Kau merasa gengsi bila harus berdampingan dengan jenis pria seperti dia kan?’

“Nah, itu kau sudah tahu…” ujar Yoona enteng.

“Memangnya pamanku seburuk itu? Aku rasa walaupun usianya sudah kepala empat, tapi ia masih tampan dan gagah. Dia juga pria kaya raya yang bisa memberimu banyak hal, terutama kemewahan. Lalu dimana kurangnya?”

“Kurangnya? Tentu saja karena ia tidak muda dan sedikit kuno!” pekik Yoona kesal.

“Jadi kau menginginkan aku menggantikan pamanku hanya karena aku lebih muda, lebih tampan dan lebih modern?” tanya Donghae dengan nada skeptis yang tajam.

Yoona tergagap, merasa muslihatnya telah terbaca oleh Donghae. Matanya tidak fokus karena berusaha mencari alasan yang tepat untuk menanggapi pertanyaan Donghae. “A…aniya… bukan seperti itu maksudku. Aku hanya ingin kau menolongku untuk membatalkan pernikahan ini. Hanya itu!”

“Kau memanfaatkanku karena kau tahu aku menyukaimu. Lalu bagaimana dengan perasaanmu sendiri? Aku tidak merasa mendapat keuntungan dari sini.” Ujar Donghae tajam, kini posisi duduknya tampak mengintimidasi dengan bersandar sambil melipat tangan di depan dadanya.

“Aku rasa aku mulai menyukaimu, Donghae-ssi. Rasa suka itu bisa saja semakin besar bila kau tidak melakukan sesuatu yang aneh atau gila. Atau bisa saja aku lebih menyukaimu bila kau bisa menolongku saat ini. Mungkin saja aku tidak akan menolak bila kau mengajakku ke kantor pencatatan sipil lagi.” Jawab Yoona tanpa pikir panjang. Setelah itu, dalam hati Yoona benar-benar merutuki kebodohannya karena memiliki mulut yang tak bisa dikontrol.

“Cih, jawaban macam apa itu!” pekik Donghae kesal, melemparkan death glare-nya pada Yoona. “Tingkahmu benar-benar tak terduga saat sedang terdesak ya, Yoona-ssi,” ejek Donghae kemudian.

Yoona berdiri dan menghentakkan satu kakinya dengan sedikit luapan emosi. Ia merasa sulit sekali bernegosiasi dengan pria bermarga Lee yang satu itu. “Terserah kau mau berpendapat seperti apa, Donghae-ssi. Pernikahanku akan dilaksanakan dua minggu lagi, selama itu pula kau dan aku memiliki kesempatan untuk bersama dan membatalkannya. Aku akan menunggumu membuat keputusan. Walau aku harus menunggu hingga detik-detik terakhir menjelang pernikahanku pun aku tak peduli. Kau cukup datang dan membawaku pergi dari upacara pemberkatan. Itu saja, tidak muluk-muluk!”

Yoona berjalan meninggalkan Donghae yang terdiam di atas kursinya dan menatap punggung Yoona yang terus menjauh. Situasi ini benar-benar membuatnya repot. Tapi tak lama kemudian Donghae tersenyum lebar, menyadari bahwa perjalanan kisah cintanya mungkin akan terasa menyenangkan dan jauh dari kata ‘biasa’. Ia berharap semua akan berjalan sesuai harapan dan tidak akan menyakiti perasaan siapapun.

♥♥♥♥♥

Dua minggu kemudian….

Yoona menatap pantulan dirinya di cermin, ia melihat sosok wanita berdiri dengan memakai gaun pengantin berwarna putih gading. Yoona terlihat begitu cantik dan dewasa dalam balutan gaun yang telah dirancang sesuai keinginannya dalam waktu singkat. Bayangkan saja Yoona memaksa seorang designer baju pengantin menyelesaikannya dalam waktu dua minggu, dengan sedikit rayuan dan ancaman akhirnya gaun itu jadi dan menjadi salah satu yang terindah dalam koleksi gaun Yoona.

Wajah calon pengantin itu tampak suram. Bukan karena kegugupan yang biasa dialami oleh setiap orang yang akan menikah, melainkan ketidakrelaannya untuk menjalani pernikahan itu. Yoona masih kekeuh menggenggam erat ponselnya, masih bertahan menunggu seseorang yang diharapkannya sebagai penyelamat. Tentunya ia masih menaruh harapan tinggi pada Lee Donghae – pria yang pernah ditolaknya begitu saja. Yoona tidak menampik pikiran bahwa akan sulit bagi pria itu untuk membuat keputusan untuk mengkhianati pamannya sendiri.

“Dia belum juga menelponmu, Yoona-yah?” tanya Taeyeon yang melihat adiknya menatap kosong pada ponsel di tangannya. Yoona menggeleng pelan menjawab pertanyaan kakaknya. Taeyeon berjalan mendekati Yoona tepat di depan cermin besar yang mampu memantulkan bayangan seluruh tubuh. Taeyeon menggenggam lengan Yoona, kemudian mengelusnya beberapa kali. “Maafkan aku karena tidak bisa melakukan apa-apa untuk mencegah pernikahan ini. Aku terlalu lemah untuk melawan kekuasaan Bibi Park dan terlalu bodoh untuk mengambil keputusan. Seandainya aku bersikap lebih tegas, aku pasti bisa melihatmu tersenyum lebar dengan gaun pengantin yang begitu indah. Bukannya mendapatimu sebagai sosok bergaun putih yang siap dilemparkan ke jurang. Mianhae…” ujar Taeyeon lemah, ia meneteskan air mata putus asa.

Yoona tersenyum pahit, ia mengerti rasa sesal yang diungkapkan Taeyeon. “Eonni… aku mengerti dengan semua keadaan ini. Malah aku ingin minta maaf karena aku terpaksa melangkahimu untuk menikah lebih dulu. Aku tahu ke depannya pasti sangat berat, tapi aku akan berusaha sekuat mungkin untuk bertahan. Walaupun begitu aku masih berharap sampai detik terakhir sebelum pemberkatan bahwa ia akan datang dan membawaku pergi dari sini.” Yoona juga tak sanggup membendung air matanya yang sedari tadi akan tumpah. Taeyeon memeluk Yoona erat, mencoba memberi ketenangan walau ia tahu itu hanya sia-sia.

“Berhentilah mengharapkan sesuatu yang mustahil terjadi, Im Yoona.” Suara seorang wanita terdengar begitu lantang memecah keheningan di antara mereka. Yoona melepaskan pelukan Taeyeon dan memandang si empunya suara itu dengan tatapan kemarahan dan kebencian. “Jangan pernah berpikir kau bisa lari dari pernikahan ini. Aku sudah menuruti semua keinginanmu untuk mengadakan acara penikahan ini secara tertutup dan hanya dihadiri oleh kerabat dekat saja. Aku mengerti bila kau merasa malu dan takut pamormu jatuh bila teman-temanmu mengetahui kau menikah dengan pria tua yang kaya raya. Jadi bersikaplah dewasa dengan penuh tanggung jawab.” Ujar Bibi Park sarkastik.

Imo…” hardik Taeyeon kesal. Bibi Park hanya melirik Taeyeon sekilas, lalu menatap Yoona dengan angkuh.

“Bersiaplah, kita akan segera berangkat ke gereja untuk pemberkatan pernikahan. Ingat, jangan pernah berpikir untuk meninggalkan pernikahan ini karena aku tidak akan membiarkan siapapun menggagalkannya!”

Yoona menelan ludahnya dengan susah payah, sepertinya ia benar-benar tidak ada pilihan lain. Ia memandang Taeyeon dengan tatapan memelas lalu beralih kepada Bibi Park. “Baiklah, Bibi Park tersayang.” Yoona merapikan gaunnya sebentar lalu mulai berjalan keluar kamar dengan perasaan campur aduk.

Aku masih mengharapkan kedatanganmu segera Lee Donghae, hingga detik terakhir sebelum aku mengucap kesediaanku untuk menjadi istri pria itu, ucap Yoona dalam hati.

To Be Continue…

79 thoughts on “Late Night Cinderella (Chapter 4)

  1. pengen tau ekspresi yoona pas di Altar… ga mgkn kan pernikahan di dpn Tuhan Donghae masih pake identitas paLsu???
    huaaa… penasarannnnnnn

    jgn Lama2 yahh Lanjutannya..!!!!

  2. Donghae versi tua? Gimana bentuknya ya? #garukkepala

    huaaaaaa daebak ffnya. Makin seru.
    Gg sabar menanti yoona eonnie menikah sama aiden ahlussi. Kkk~
    next ditunggu.
    Fighting.

  3. ntar klo nikah apa donghae ttp sbgai aiden lee??
    cpat lnjutkan thoor,pnsaran sma klnjtan ny!!
    ditunggu..

  4. Wah aku pnya firasat nanti pas yoona tau dia mrah bgt ma donghae krna ngrsa di bohongi, tapi gak tau jga haha akhh pnsran lnjutannya jgn lma” nde XD

  5. Aduhh donghae jadi ajushi..jadi kebayang wajah dia pas jadi Iron Hae.. Tp tetep ganteng and manly..
    Please lanjutin, semoga yoona berubah jadi much better
    tetap berkarya *bow

  6. pasti ntar kalo ketauan donghae aiden adlh org yg sama, yoona merasa tersakiti dan dipermainkan u,u
    Ahh, ulahnya bibi Park sih><

    lanjut thor 🙂

  7. kasihannya oppa ku jadi ahjushi,tp tetep ganteng lahhhh
    duh nanti gmn ya pas nikahnya
    apa msh dgn penyamarannya or aslinya
    trus gmn reaksi yoonanya
    penasarannnnn
    jgn lama2 ya next chapternya….
    di tunggu…

  8. oalah =)) donghae pura2 nyamar toh wkwkwkwk xD
    Kira2 kalo yoona tau donghae pura2 nyamar gimana yaaaa reaksinya dia :p
    Orang ke3 dong thoorrrrr… Spy lbh bagus ceritanya…

  9. Ternyata beneran ya, Hae itu Aiden. Haha, sumpah aku ga bs mbayangin lai, orang yg mau nolong itu orang yg mau kawin sama elu, Yoon 😀 Good!

  10. Yoona berharap bgt ya, yang dtng ke pernikahannya itu donghae?
    Tp gmna donghae mau dtng, kan yang menikah memang donghae, tp dalam tampilan yang berbeda.

  11. seru seru chingu tp kayaknya di part 1 tunangannya taeyon itu henim ko d part ini jdd jong so.apa q slh baca.

Komentarmu?