My Stupidity (One Shoot)

Untitled-1

Author                                     : Lee Hanna

Tittle                                        :  My Stupidity

Length                                     : One Shoot

Genre                                      : Drama, Family

Rating                                     : G

Main Cast                                : Im Yoon Ah, Lee Donghae

Support Cast                           : Jung Jessica

Note                                       : untuk yang di bold dan italic itu adalah flashback nya ya 🙂 semoga ngerti sama jalan ceritnya. ceritanya author ambil dari sudut pandang donghae 🙂 

My Stupidity

Thats my story.  Thats about my regret. Too late to know that i love you.

“jadi oppa maunya gimana? Kumohon…” suara isak tangis di balik sana masih terdengar sedikit samar di telingaku. “jawab aku lee donghae!” pekiknya. Aku masih diam mendengar semua amarahnya yang ia lontarkan padaku melalui telpon genggam ini. Entahlah, seharusnya aku yang sangat marah padanya.  Ku matikan sambungan telpon genggamku, melepas batreinya mungkin cara yang tepat untuk saat ini.

“kau mau memesan minuman?” tanya seorang bartender padaku. Ia tersenyum manis pada pelanggangnnya ini. Ya tuhan, aku sedang ada di tempat seperti ini. Sejak kapan aku mulai minum minuman seperti ini?

Ku lihat sekelilingku, orang orang menari ria dengan pakaian sangat minim dan beberapa wanita menghampiriku menawarkan ‘jasa’ nya padaku.

“aniya, gumawo” jawabku lantas bergegas menarik tas kerjaku dan beranjak dari tempat yang remang remang ini. Hari sudah sangat malam saat ini. Aku ingat, aku kesini karena Hyuk Jae, pengacaraku.

Tapi namja itu tak kunjung datang. Untung saja aku tidak meminum minuman itu,  jika tidak aku benar benar sudah kehilangan kesadaran. Kau benar benar pabbo Lee Donghae.

Mataku masih tertuju pada yeoja itu. ia tersenyum sangat indah. Tangannya menggeggam gaun pengantinnya erat. “kau bahagia?” tanyaku. Ia mengangguk pelan  “mian, tapi aku sudah memiliki pacar” ucapku lalu duduk di sampingnya. “aku tidak mungkin meninggalkannya. Kau tau kan? Ini hanyalah sebuah perjodohan, aku tidak tau sampai kapan. Yang jelas aku sangat minta maaf” ia lalu beralih menatapku, matanya yang berkaca kaca sudah siap untuk mendaratkan air mata di pipinya, tapi yeoja itu masih tersenyum di hadapanku. Senyumnya sangat indah, ani ! kau tidak boleh begitu saja terperangkap dan berpaling Lee Donghae

“malam ini, yeoja chinguku pasti sangat terpukul karena pernikahan kita. Ku harap kau mengerti” ucapku “mian tidak bisa menemanimu malam ini. Semoga malammu menyenangkan” ucap ku lagi. Ia mengalihkan pandangannya

“terserah padamu” ucapnya nanar. Terdengar jelas dari suaranya. Dan perlahan ia mengangkat gaunnya dan beranjak ke kamar mandi yang berada di dalam kamar ini. Kamar baru kami di rumah baru kami. Aku tersenyum, baguslah kalau dia mengerti keadaanku.

Ku langkahkan kakiku menuju rumah yeoja chinguku. Sedari tadi ia menelponku akan tetapi tidak ku jawab lantaran sibuk dengan pernikahan ini.

Aku menenangkannya. “aku milikmu, percayalah. Aku hanya melakukan ini karena tihta dari eomma. Ia sedang sakit parah. Kata dokter umurnya hanya tinggal dua bulan lagi, aku tidak mungkin mengecewakannya di detik detik terakhirnya bukan? tenanglah… aku masih mencintaimu dan akan terus mencintaimu, just belive me” kata kata itu yang terus ku lontarkan padanya hingga ia tenang dan tertidur di sampingku dalam tangisnya. Menyandarkan kepalanya pada lengan atasku dan tangannya memeluk baju kemejaku erat seolah tak ingin ku lepas.

 

Ku lemparkan tas kerjaku ke sembarang tempat. Ku longgarkan dasiku dan telpon rumahpun berdering.

Aku beranjak mengangkat benda itu “Lee Sajangnim, surat cutimu sudah keluar. Kau bisa mengambil cutimu selama dua minggu hari” ucap seorang yeoja.

“ne, ghambsahambnida” jawabku. Ku letakkan kembali ganggang telpon itu. Semenjak kepergian Eomma, aku lah yang mengurus perusahaan Appaku. Yang ada di Korea maupun cabangnya yang ada di Jepang. Aku anak tunggal, maka dari itu sangat sulit untuk sedikit mengecewakan mereka. Appa sudah lama meninggal. Dan eomma, baru tiga bulan ini meninggal.

Ku buka handphoneku dan memasang kembali batrainya. Terdapat banyak panggilan masuk. Tentunya dari Jessica. Yeoja yang menelpon ku sedaritadi. Hal yang pagi ini ku lihat benar benar menamparku, menyadarkan aku telah salah langkah saat ini.

Ku langkahkan kakiku menuju dapur. Duduk di sana menunggu seseorang yang memasakkan makanan untuk ku seperti dulu.

“aaah panas panas!” pekik seorang yeoja sambi meletakkan piringnya di hadapanku, di atas meja.

“gwaenchana?” tanyaku sedikit khawatir. Ia hanya mengangguk pelan. Ku raih kedua tangannya dan mengecup jari nya yang memerah itu “lain kali hati hati” ucapku. Ia mengangguk sembari tersenyum lalu kembali duduk di hadapanku.

“cobalah” ucapnya sambil meletakkan sumpit di samping piringku. Ku pautkan alisku seolah tidak yakin dengan hasil masakannya “ayolaah oppa” rengeknya. Aku sedikit tertawa lalu memasukkan sesumpit pasta itu ke mulutku. Ku pasang ekspresi seolah masakan ini benar benar tidak enak

“sudah ku duga, ” ucapnya dengan nada kecewa

“enak!” ucapku sambil mengacungkan kedua jempolku. Seketika wajahnya kembali berseri, ia mengembangkan senyumnya dan seolah tak percaya berulang kali menanyakan keyakinan ucapanku “ku dengar kau lebih menyukai masakan istrimu”

“tentu saja, ia sangat pandai memasak” ucapku. Wajahnya seketika berubah menjadi kesal

“tapi aku lebih suka kalau kau yang masak” ucapku sambil melontarkan senyumku

“enak chagi ” ucapku lagi lalu mencubit pipinya pelan “hanya lain kali jangan lupa menambahkan sedikit garam ne”

“apa rasanya hambar?” tanyanya. Aku mengangguk pelan. Ia meraih sumpitku untuk mencoba menyicipi masakannya, namun dengan cepat ku tepiskan tangannya

“biar oppa yang suapkan” ucapku lalu mengambil pasta itu dengan sumpitku. Ku sodorkan ke mulutnya yang menganga lalu dengan cepat ku tarik kembali pastanya.

“aaah oppaaa” kesalnya sambil mengerucutkan bibirnya

“kau lucu” ucapku dalam tawa. Dengan cepat ku kecup bibirnya dan membuatnya tersenyum. “kau mau lagi?” tanyaku sedikit menggodanya, ia mengangguk pelan dan perlahan ku majukan wajahku untuk kembali memautkan bibir kami.

Cklek!

Bunyi pintu terbuka membuat kami melepaskan ciuman ini. Di sana, yeoja itu berdiri sambil menjatuhkan beberapa barang belanjaannya. Ia membulatkan matanya karena kaget melihat apa yang sedang kami –aku dan jessica- lakukan.

Yoona. sudah tiga bulan semenjak kami menikah. Sudah ku katakan bukan? aku memiliki pacar.

 

Aku terlalu banyak memikirkannya. Demi apapun aku menyesali semuanya. menyesali kebodohanku yang tidak pernah mau melihatnya. Melihat pengorbanannya dan kesabarannya. Yeoja itu, yang selalu merawatku saat ku sakit, ku pikir ia hanya melakukannya agar eomma melihatnya. Tapi ia tulus. Benar benar tulus.

Entahlah, aku benar benar tidak tau harus melakukan apa lagi. Aku sudah seperti namja pengecut saat ini.

Aku sangat lapar, tapi tidak ada yang bisa ku makan. Jadi kuputuskan untuk berbaring tidur saja.

Ku langkahkan kakiku menaiki tangga, setiap malam biasanya aku selalu melihatnya memeluk kedua lututnya  dan tertidur di anak tangga ini hingga aku menggendongnya ke tempat tidur. Ia menungguku. Menungguku seperti orang bodoh, padahal ia tau, suaminya itu sedang bersama wanita lain.

Tapi suatu malam aku tidah pulang kerumah. Malam di saat siangnya eomma memaksaku untuk memiliki anak dengan yoona.

“eomma sudah bilangkan, eomma hanya ingin menimang cucu dari mu”

“eomma, sudah ku nikahkan saja dia itu sudah lebih dari cukup!” bentakku. Ini pertama kalinya aku membentak yeoja paruh baya yang sudah melahirkan ku.

Plak!

Satu tamparan sukses mendarat di pipiku.

***

Yeoja itu masih diam di sana. ia duduk menatap jalanan luar. Pikiran kami sama sama kacaunya saat ini. Sungguh siapa yang menyangka kalau eomma masih bertahan hidup. Dokter sangat bangga padanya, setahun setelah pernikahan kami dan setahun pula eomma menahan rasa sakitnya dan masih menginjakkan kaki di muka bumi ini. Hanya karena satu alasan ‘cucu’

Dapat ku lihat dari lirikanku, yeoja yang ada di sebelahku ini menggenggam roknya erat. Persis seperti saat pertama kali kami menikah. Ia tidak berubah. Hanya saja kali ini ia tidak sedang gugup. Aku tau ia menangis. Perkataanku baru saja di rumah eomma pasti sangat memukulnya. Ia mengatakan padaku dan eomma tidak mendengarnya, tapi aku yakin ia pasti mendengarnya.

Kami berhenti di traffic light. Ia melihat keluar jendela.

“donghae-ssi, aku sepertinya akan pergi bersama chinguku. Mian,” ia segera membuka pintu mobilku sebelum aku sempat menjawab ucapannya. Cih, yeoja itu. dan kalian tau ? chingu yang ia katakan itu adalah namja. Ia melihat namja itu dengan mobilnya dan langsung saja menerobos masuk ke sana. bodoh! Perduli apa aku padanya. Sebaiknya aku kerumah Jessica.

***

Jam empat subuh aku pulang kerumah dan menemukan yoona duduk dengan memeluk kedua lututnya di sana seperti biasanya ia menungguku pulang. di anak tangga. ia tertidur. Apa tubuhnya tidak sakit?

Ku langkahkan kakiku melewatinya. biasanya aku mengangkatnya ke kasur, tapi tidak untuk kali ini.

“kenapa baru pulang?” tanyanya  dan sukses membuatku menghentikan langkahku. Ia tidak tidur.

“tidak ada urusannya denganmu” ucapku  tanpa menatap wajahnya. Aku kembali ke kamar dan tentu saja ia mengikutiku.

“chingumu kemarin itu… namja? ” tanyaku sambil membuka jasku

“nde”

“chingu atau namja chingu? ”tanyaku lagi

“hanya chingu”

“berpacaranlah, jika kau memang menginginkannya. Aku tidak melarangnya toh aku juga melakukannya” ucapku lalu merebahkan tubuhku di kasur.

“appa bilang kesetiaan adalah prioritas keluarga Im. Aku tidak mau melanggar itu” ucapnya. Aku terdiam, perkataan ini berupa sindiran atas nama keluarga. Ku balikkan tubuhku menatapnya yang sudah keluar dan menutup pintu kamar ini.

 

Drrrrt drrrrt

Bunyi telpon genggamku dari bawah bantal. Pasti jessica. Kali ini ku angkat telpon darinya. Terdengar suara isak tangisnya

“kau menjawab telponku?” ucapnya nanar

“kau menyesal?” tanyaku

“sangat. ”

“baguslah,”

“nyanyikan lagu untukku seperti biasa” pintanya. Aku terdiam. Dulu aku sangat suka menyanyikan lagu sebelum ia tertidur.

“mian”

“kalau ibumu maunya begitu, ia bisa mendapatkan cucu dari mu juga bukan? Ayolah oppa. Aku sudah memikirkan ini sejak lama”

“tetap saja tidak bisa, kau akan mendapatkan anak dariku saat kita menikah nanti. titik”

“shireo, kau sudah beberapa kali melakukannya padaku. Aku hanya minta kita melakukannya lagi tapi dengan hasil anak” ucapnya menuntut. Memang benar, saat mabuk karena masalah eomma aku tidur di rumahnya dan tanpa sadar aku melakukan hal ‘itu’ padanya. Kira kira… sudah tiga kali kami melakukannya. Hey, aku lelaki. Aku membutuhkan itu juga. Aku tidak mendapatkannya dari istriku yoona. lagi pula aku tidak meminta nya.

“aku tidak mau, yaaaa jung jessica. Bagaimana bisa kau memikirkan soal anak malam malam begini, apa jangan jangan kau rindu sentuhan ku?” tanyaku sedikit meledeknya. tiba tiba ku rasakan sesuatu. Ranjang ini sedikit bergerak. Yoona. yeoja itu tiba tiba sudah tidur di sampingku. Dapat ku lihat punggungnya dari sini. Jangan jangan ia mendengarkan percakapanku dengan Jessica?

Ku buka selimutku dan beranjak keluar kamar.

“dasar yadong! Tidak mungkin. Sudahlah aku ngantuk. Nanyikan lagu untukku!” perintahnya.

“dasar bawel,” kesalku. Aku berbaring di sofa dan mulai menyanyikan lagu untuknya. Beberapa lama kemudian tak ada respon darinya yang ku yakin kini ia sudah tertidur pulas.

Ku langkahkan kakiku menuju kamar dan membuka pintunya. Yeoja itu berdiri di sana dan sedikit kaget begitu melihatku. Ia pasti mendengarkan nya, mendengar percakapanku lagi dengan Jessica.

“mian” ucapnya sambil menundukkan kepalanya.

“gwaenchana” jawabku lalu melewatinya dan tidur di ranjangku.

“s-suaramu, bagus juga” ucapnya. Aku tau, ia sedikit takut untuk mengungkapkannya.

 

Pagi telah tiba. Ku langkahkan kakiku keluar rumah. sebuah mobil berhenti tepat di depan rumahku. Membawakan beberapa bunga di sana. “mana rumah kacanya?” tanyanya. Dia tukang kebun yang ku panggil untuk membersihkan rumah kaca yoona. semenjak kepergiannya tiga bulan lalu, rumah itu sudah tidak terawat lagi. Aku berjalan menunjukkan lokasinya. Eomma sangat melarangnya untuk bekerja makanya aku membuatkan rumah kaca ini agar ia tidak bosan. Ia sangat suka pada bunga. Juga pada lukisan.

Ku buka pintunya yang sudah sedikit rusak

“bagian yang rusak ganti saja, lalu bunga bunganya semua di ganti dengan yang baru. Tapi dengan bunga yang sama” ucapku

“arraesseo” jawab tukang kebun itu. ia bergegas membawa peralatannya dari mobil pick-up nya.

Aku kemudian berjalan menuju rumahku. Aku menuju ke dapur dan menyeduh secangkir teh. Hari ini aku harus mengambil surat cutiku di kantor.

Drrrrrt drrrt

Ku angkat telponku. Hyuk jae. Ia menelponku. Mungkin apa yang ia ingin bicarakan tadi malam akan di katakannya di sini,

“yeobseyeo”

“donghae-ssi. Aku sangat minta maaf atas sikapku kemarin. Aku sangat lupa pada janji kita”

“gwaenchana” jawabku singkat “ katakan apa yang ingin kau katakan tadi malam”

“ah itu, karena setelah eommamu meninggal dan kalian bercerai, surat warisan eommamu jadi berubah.”

“mwo?! Kenapa baru di beritahu sekarang?” tanyaku sedikit kaget

“aku sungguh tidak menyangka kalian akan bercerai setelah meninggalnya eomma mu. Dan saat aku ingin katakan padamu kau malah pergi meninggalkan korea dan baru kembali sekarang” ya benar, seminggu setelah eomma meninggal, aku dan yoona bercerai. Setelah itu aku pergi mengurusi perusahaan di Jepang selama tiga bulan dan baru pulang kemarin.

Alasan ku untuk pergi, tidak sepenuhnya karena perusahaan. Aku sangat bingung saat itu, apa aku suka pada yoona? atau hanya kasihan saat aku meletakkan surat perceraian di hadapannya.

Aku duduk di meja makan. Seperti biasanya yeoja itu memasakkan makan malam untukku. Aku duduk di sini sambil membolak balikkan buku bacaanku.

Ia meletakkan makanan makanan khas korea di meja makan. Aromanya sangat lezat. Ia sangat pandai dalam hal memasak.

Ia lalu meletakkan semangkuk nasi ke hadapanku. Ini sudah tahun kedua pernikahan kami.

“gumawo” ucapku lalu mengambil makananku. Ku santap makananku. Sudah satu minggu semenjak eomma meninggal.

Saat itu aku berada di rumah sicca. Saat itu ia sakit dan tiga hari aku dirumahnya untuk merawatnya. Tiba tiba yoona datang dan memintaku untuk datang ke rumah sakit karena eomma tiba tiba masuk ke rumah sakit. Aku hendak mengikutinya namun sicca menahanku. Jadi ku urungi niatku untuk menjenguk eomma dan berniat mengunjunginya saat  malam saja.

Namun keadaan berkata lain. Eomma meninggal di sorenya. Suatu penyesalan yang amat sangat melandaku hingga saat ini. Jika saat itu aku mengikuti apa kata yoona. ia sudah jauh jauh datang kerumah jessica. Aku yakin itu sangat berat, terutama di bagian perasaan.

“soal pernikahan kita…” ucapku gantung.

“aaah aku lupa, hari ini ada acara reuni SMA. Seharusnya aku tidak ikut makan tadi. Ah, mian donghae-ssi” ucapnya, aku tau ia mengalihkan pembicaraan karena tau maksud dari perkataan yang akan ku lanjutkan

“kumohon jangan mengindar terus” ucapku. Langkah kakinya terhenti seketika. Ia diam. Tangannya menggenggam pergelangan tangga itu erat.

“lakukan saja sesukamu” ucapnya. Suaranya terdengar parau seperti menangis. Dapat ku tangkap itu dari tangannya yang menggenggam lengan tangga itu erat.

Ia kemudian berjalan menaiki tangga. Mungkin ini yang terbaik. Aku juga harus kembali pada Jessica.

 

“chogiyeo… chogiyeoo” aku tersadar dari lamuanku. Ku tatap yeoja yang sedang ada di hadapanku. Ia terlihat bingung dengan sikapku yang sedari tadi hanya diam di dalam mobil masih memikirkan masalah yoona dan warisannya.

“waeyeo?” tanyaku kemudian keluar dari mobil itu.

“apa bunga di dalam ruangan itu harus di ganti juga? Bunga mataharinya banyak yang layu” ucapnya

“ruangan mana?” tanyaku sedikit penasaran

***

Aku dan yeoja itu masuk ke sebuah ruangan di dalam rumah kaca ini. Sungguh, aku tidak mengetahui ada ruangan tersembunyi di sini. Ruangan yang kecil dan terdapat lukisan lukisan ku. Semua tentang ku, ani, tentang kami. Aku sedikit terdiam melihat ruangan kecil yang tertata rapi ini. Dengan berbagai bunga matahari.

“ganti semua bunganya dan kau boleh keluar” ucapku masih menatap kosong ke depan.

“ne” jawabnya, ia lalu menjalankan tugasnya. Ku raih handphoneku dan menelepon seseorang.

“hyuk-jae ssi. Aku akan terlambat sekitar satu jam. Ada urusan mendadak” ucapku. Ia dapat mengerti.

ku sibak lengan kemeja ku lalu mulai menjalari satu persatu barang barang di lemari kecil yang sudah penuh debu ini.

Aku mendapati sebuah kotak, kotak cincin. Ini cincin pernikahan yang harusnya ada padaku. aku ingat! Lima bulan setelah pernikahan appanya meninggal dan ia menangis.

Aku memeluknya saat itu juga di hadapan banyak orang. Ia benar benar menangis. Ia sudah tidak memiliki kedua orang tuanya lagi dan aku yakin aku lah satu satunya yang ia miliki karena ku dengar kakak nya ada di luar negri. Jessica melihatnya, dan kami bertengkar hebat.

Malamnya jessica datang kerumah ku dan minta maaf karena keegoisannya. Melihat sikapnya seperti itu aku menenangkannya lagi dan membuang cincin pernikahan ku dengan yoona di hadapan jessica agar ia benar benar puas. aku tidak tau kenapa yoona bisa mendapatkan kembali cincin ini.

Ku telusuri lagi sisi yang lainnya. ada kotak kayu. Dengan lancangnya ku buka kotak itu dan menemukan beberapa surat ‘cintanya’. Lumayan banyak namja yang mengirimnya surat surat cinta. Hingga ku temui satu surat

=to : Lee Donghae=

Surat untukku? Yoona tidak pernah menyampaikan ini padaku. Suratnya sama sekali belum di buka. Bahkan lemnya masih merekat.

Ku buka suratnya dan mulai membaca.

Perlahan lahan ku cerna setiap perkataan dalam surat itu. surat ini di buat sebelum appa yoona meninggal. Ia… dan ia benar benar mempercayaiku.

Aku terduduk masih shock dengan isi surat itu. berisikan sedikit kebohongan yang di ukir yoona pada ingatan appanya. ku genggam suranya erat dan melipatnya lantas memasukkannya ke dalam jas ku. Di hadapanku kini, tepat di depan kursi yang kududuki ada kertas untuk melukis. Beberapa sketsa wajah yang belum jadi masih tertera. Ku lihat sekitar ruangan ini. Beberapa lukisan wajahku. Sudah jelas bahwa ia sangat mencintaiku.

Ada satu lukisan dengan ukuran besar. Lukisan pernikahanku dengannya. Sangat mirip dengan foto aslinya, hanya saja… di foto asli senyum ku terlihat sangat terpaksa. Namun di sini wajahku sangat terlihat ceria.

Ada juga lukisan saat dia memelukku di hari pemakaman ayahnya dan beberapa lukisan lainnya. ini semua terlihat miris saat ia hanya bisa melukiskan kisah kisah kami yang dapat di hitung dengan jari. Bahkan foto kami bersamaan hanya lah foto pernikahan itu.

Ku buka perlahan lahan lembaran kertas di hadapanku. Beberapa sketsa gambarnya pun terlihat hingga aku melihat satu lukisan yang sudah jadi.  Tapi belum di pajang bersamaan dengan foto yang lainnya.  ku perhatikan dengan seksama, mengingat ingat apakan momen ini pernah terjadi juga?

Saat aku mabuk, aku menciumnya. Aku mengingatnya. Saat itu aku sedang dilanda masalah dan ikut ikutan mabuk hingga aku pulang dalam keadaan mabuk dan tanpa sadar mencium bibir yeoja itu.

***

“kekiri sedikit” ucapku “aaaah situ, ya disitu” yeoja itu turun dari kursi dan menatap lukisan itu juga, sama seperti yang ku lakukan.

“ghambsahambnida” ucapku padanya. Ia sedikit menundukkan punggungnya padaku lalu beranjak pergi. Lukisan yoona, ku letakkan semuanya di rumahku. Terutama lukisan foto pernikahan kami.

***

Hari sudah malam. Aku pun pulang kerumah. Seharian bersama hyuk jae membahas soal warisan. Eomma sudah membuat sedetail mungkin, saat aku bercerai, setengah hartanya jatuh ke tangan Yoona.  dan jika saat kami masih bisa bersama, semua harta jatuh ketangan anak ku nanti. Eomma memang picik.

Setalah dari rumah Hyuk jae aku pergi kerumah Jessica. Menyelesaikan semuanya. memutuskan hubungan kami. Aku rasa aku butuh waktu sendiri. Mungkin ini karma karena dua tahun tidak pernah melihat yoona. tidak pernah melihat pengorbanan dan kesabarannya padaku. Hingga kemarin pagi aku baru saja pulang dari Jepang aku langsung pulang kerumah jessica dan menemukan ia dan Taecyeon tidur berdua di dalam kamarnya. Dalam selimut dan kuyakini tanpa busana. Sangat teramat kecewa.

“oppa pikir aku malaikat? Aku juga butuh kesenangan. Aku tidak bisa terus terpaku padamu. Kau mencintainya kan? Makanya setelah perceraian kau pergi ke jepang? Lalu kenapa kau masih menahan ku sebagai yeoja chingumu? Aku tidak bisa terus seperti ini makanya aku bersama taecyeon. Mengertilah… di dunia ini mana ada yeoja yang bisa sesabar itu melihat namja chingunya serumah dengan yeoja lain”

“ada, di dunia ini masih ada yeoja seperti itu dan aku akan mendapatkan yeoja itu kembali”

 

Ku parkirkan mobilku tepat di depan rumah. hari benar benar sudah larut.

ku lihat di sana, di taman sana ada seorang yeoja berdiri mematung menatap rumah kaca itu.

“yoona?” tanyaku. Aku berlari kecil mendekatinya. Ia berbalik menatapku. Ia, ia benar benar yoona. aku tersenyum melihatnya, begitu pula dengannya.

“gumawo, bunga bunganya sangat indah” ucapnya padaku.

***

Ku seduh secangkir teh untuknya. Ia melihat sekitar ruangan ini sedikit heran. Mungkin karena sudah sedikit terpenuhi oleh lukisan lukisannya.

“kau sudah mengetahui ruangan itu” ucapnya.

“nde” jawabku sambil mengembangkan senyumku. “bagaimana kabarmu”

“seperti yang kau lihat” ucapnya. Aku tersenyum mendengarnya. Kami berdua mengobrol lama. Sangat lama. Baru ku sadari, aku merindukannya, aku sangat mencintainya.

***

Pagi pagi sekali aku terbangun. Yeoja itu masih tidur di sebelahku. Sama persis seperti tiga bulan yang lalu hanya saja kali ini dengan perasaan yang berbeda.

Ku peluk tubuhnya dari belakang. Ia sedikit menggeliat merasakan pelukanku

“biarkan terus seperti ini” ucapku sambil mengecup pucuk kepalanya “mian yoona-ah” ucapku lagi. Ia masih diam mendengar ucapanku.

“aku harus masak” ucapnya. Aku tau ini berat. Menerimaku kembali, orang yang telah banyak menyakitinya. Pasti sangat berat.

Ku lepaskan pelukanku dan ia beranjak dari tidurnya.

“hari ini mau ku masakin apa?” tanyanya. Aku tersenyum mendengarnya

“terserah mu” jawabku.

Sudah seminggu kami semakin dekat. Aku akan merubah semuanya. ia sudah mulai bisa menerimaku. Aku yakin dan percaya, ia seorang im yoona yang berhati malaikat.

***

“kajja” ucapku. Ku tarik tangannya dan ia sedikit malu malu untuk duduk di sampingku.

“jjaaaa satu… dua…. smilee” ucap sang fotografer. Aku tersenyum dengan sangat tulus. Ya, kami mengulang foto pernikahan kami.  Entah lah, aku sangat ingin mengulanginya lagi. aku tersenyum mentap wajahnya, wajahnya memerah seketika

“kau suka?” tanyaku, ia mengangguk pelan dan dengan cepat ku kecup bibirnya. Ia terlihat kaget karena tingkahku. Ku tinggalkan yeoja itu dan beranjak mengganti baju tuxedo ku. Semoga hasil fotonya sesuai harapan.

“silahkan mengambilnya minggu depan” ucap pelayan itu. Aku hanya mengangguk pelan. Aku dan yoona pun beranjak dari tempat ini.

Dua minggu sudah kami tinggal bersama. Seperti biasa, ia memasak makanan untukku. Dan aku duduk di meja makan sambil melihat punggungnya yang sedang memasak. Perlahan aku berdiri dan memeluknya dari belakang. Ku eratkan pelukanku seolah tak ingin ia lepas lagi, tak ingin ia menangis karena ku lagi, tak ingin ia benar benar membenciku. Aku menyesal telah melupakannya, meninggalkannya, tak menganggapnya, dan apapun yang telah ku lakukan dari dua tahun lalu aku sangat menyesalinya.

Ku benamkan wajahku di lehernya , menghirup aroma tubuhnya.

“ini bisa gosong kalau oppa terus begini” ucapnya. Aku tersenyum. Tersenyum mendengarkannya.

“bisa kita mengulang semuanya lagi?” tanyaku. Kini ku coba untuk memberanikan diriku.

Ku matikan kompornya dan membalikkan tubuhnya. menatapnya dalam.  Ia tersipu. Sangat cantik, jauh lebih cantik dari yeoja yeoja yang pernah ku lihat. Kini aku tau, kalu ia seorang goddess.

“bagaimana?” tanyaku memastikan jawaban darinya,

“aku tidak menjawab sekarang, apa bisa?” tanyanya padaku. Aku mengangguk pelan. Pasti ia harus memikirkannya lebih matang kali ini. Biar bagaimana pun ia tidak mau salah langkah lagi bukan.

****

“kau yakin tidak mau ku antar?” tanyaku

“nde, oppa harus pergi kerja. Yoon naik taksi aja. Gumawo untuk dua minggu ini” ucapnya. Ia beranjak pergi sebelum aku menahan tangannya.

“waeyeo?” tanyanya sedikit bingung. Ku majukan langkahku dan mengecup keningnya

“simpan gumawo mu. Akan ada hari nanti di saat kau harus mengatakan itu padaku. Untuk saat ini harusnya aku yang berterima kasih padamu” ucapku mantap. Ia mengangguk pelan dan berbalik pergi meninggalkanku. Aku masih melihat punggungnya berjalan sendiri. Ia tidak mau ku tawarkan naik taxi. Ia mau naik bus seperti yang dulu biasa ia lakukan saat menjadi istriku.

Drrry drrrt

“yeobseyeo?”

“Lee Donghae-ssi?”

“nde,”

“hasil gambarnya bisa di ambil hari ini”

“ne. Gumawo. Aku akan ambil nanti sore”

“baiklah”

****

Hari sudah semakin sore dan aku pulang dari kantorku. Setelah cuti selama seminggu, pekerjaan menjadi banyak yang menumpuk. Meski bisa ku atasi sampai sekarang. Tapi tetap saja aku masih merindukan saat saat aku seharian penuh bersama yoona.

Seketika aku tertawe kecil. Betapa dulu aku sangat benci di rumah ku sendiri karena mau tidak mau harus melihat wajah yeoja itu. melihat wajahnya membuat hatiku teriris, tapi berbeda dengan saat ini. Ah, membicarakannya benar benar membuatku merindukannya.

Ku putar stir mobilku dan pergi ke rumah Yoona.

Ku langkahkan kakiku dan mulai mengetuk pintunya. Sangat lama hingga seseorang keluar. Aku tersenyum lantas yang ada di hadapanku menatapku sinis. Sangat sinis.

“untuk apa kau datang ke sini Lee Donghae-ssi?” tanyanya padaku. Setauku dia…. Yuri. Sepupu yoona. ah, aku sudah lupa pada keluarga keluarga yoona. betapa dulu aku sangat tidak mau ambil tau tentang itu.

“aku mau mengajak yoona pergi” ucapku.apa yuri membenciku? Bahkan ia tidak membukakan pintu  pagar untukku.

“pergi?! Tsk! Kau benar benar gila! Kau pikir dengan mudahnya kau mencampakkannya dan kini kau mengambilnya kembali?! Kau pikir dia siapa?! dasar lelaki biadab. Kau urusi saja selingkuhanmu itu.” ia bergegas masuk dan menutup pintunya keras. Apa jangan jangan karena yoona dua minggu di rumahku dan kini yuri marah marah padaku? Tapi perkataannya sungguh kelewatan.

Mau bagaimana lagi, perkataannya hampir benar. Aku biadab. Aku menarik ulur yoona seperti hal nya layangan. Dan dengan mudahnya kini aku mendapatkannya kembali.

Ada dua hal yang aneh, yoona benar benar baik atau aku yang benar benar jahat.

****

Aku mengangkat hasil fotonya masuk ke dalam rumah. seharusnya aku menjemput hasil fotoku bersama yoona. tapu sudahlah. Mungkin nanti aku bisa menemuinya lagi.

ku letakkan foto itu di atas sofa dan membuka penutup bungkusnya. Aku terdiam melihat hasil jepretannya. Bukannya buruk, hanya saja.

Aku sendirian di foto itu. tidak ada siapa siapa, hanya aku yang tersenyum bahagia seperti orang bodoh di sana sendirian.

Dengan segera aku menelepon tempat aku mengambil gambar itu.

“kau memang datang sendiri waktu itu, kami juga tidak mengerti kenapa kau meu mengambil foto pernikahan sendirian”

***

Kali ini, aku berdiri lagi di sini. Tanganku mulai gemetaran dan keringat membasuhi keningku. Apa yang telah ku lakukan selama ini? Tidak mungkin! Foto itu pasti salah dan saat ini aku akan memastikannya. Yoona ada! Yoona masih ada! Aku tidak sedang berhalusinasi! Ini bukan fatamorgana! Aku dapat merasakan pelukannya, ucapannya dan segala hal tentangnya! Aku merasakan itu semua!

“kau datang lagi?” tanya yuri lagi.

“ku mohon, aku ingin bertemu dengan yoona. kali ini saja yuri-ah,” iba ku padanya.

“kau, benar benar” ia kali ini menutup pintunya lagi. sangat sulit. Meyakinkan orang orang jika aku benar benar bukan seperti yang dulu lagi. berubah itu sulit. Mungkin mudah, hanya saja orang orang sekitar yang sulit untuk beradaptasi dengan perubahan ku.

Aku menunggu di depan pintu pagar berjam jam lamanya hingga tak sadar malam datang.

Tiba tiba pintu terubuka. Yuri. Yeoja itu berdiri menatapku masih dengan tatapan yang sama

“masuklah” ucapnya. Aku bergegas masuk dan ia membawaku ke suatu kamar. kamar di mana aku melihat yoona. yoona yang nyata adanya.

“seminggu setelah kalian bercerai dia masuk ke rumah sakit karena penyakitnya.  Ia di rawat dan koma berbulan bulan. Jadi kuputuskan untuk membawanya pulang karena biaya. Ia sudah di operasi berkali kali dan dokter mengatakan ia sudah seharusnya bangun. Tapi tetap saja, ia masih belum sadar. Hingga saat ini”

“t-tidak mungkin…” desisku. Ku lihat yeoja yang masih di lilit oleh beberapa selang yang hanya dokter dokter yang tau. Ia pasti sangat tersiksa saat jarum dingin itu terus menancap di pergelangan tangannya dan beberapa alat lainnya yang menempel di tubuhnya. seketika aku merinding, kakiku melemas dan kepalaku pusing. Ku papahkan tubuhku ke dinding terdekat dan mulai mengatur nafasku.

Yoona yang selama ini ada di dekatku… hanyalah banyangan. Sebuah halusinasi dan seperti sebuah karma yang tiba tiba menghampiriku dengan cara yang berbeda, menjatuhkanku secara tiba tiba untuk menyadarkan ku bahwa ada fakta pahit di sekitarku.

***

Yoona di pindahkan kerumah sakit. Semoga di sini dia lebih terawat oleh dokter dokter yang ada.

Tangan dinginnya masih terasa.  Ku elus elus benda itu dan sesekali mengecupnya. Sudah lima hari dia di sini. Namun tak kunjung sadar juga.

Seminggu yang lalu, saat bayangannya datang padaku, tangannya memang selalu dingin seperti ini. Aku menanyakan hal itu padanya,  raut wajahnya berubah menjadi sedih saat ku tanyakan. Mungkin ini alasan kenapa tangannya selalu dingin. Tidak ada yang bisa menggenggamnya, selama ini tidak ada yang bisa menggenggam tangannya seperti yang kulakukan saat ini.

Prak!

Pintu terbuka. Yuri, ia selalu begitu. Ia masih membenciku, sama seperti lima hari yang lalu.

Ia meletakkan buah buahannya di meja samping tempat tidur yoona dan kembali keluar. Ia berubah menjadi sangat dingin seperti ini.

Ku alihkan tatapanku kembali pada yoona. matanya terbuka, ia mengerutkan keningnya. Ia sudah sadar! Yoona benar benar sudah sadar dan aku adalah orang pertama yang ia lihat.

***

“dia sudah sembuh, aku tidak tau bagaimana kelanjutannya. Tapi yang pasti saat ini ia sudah sadar saja itu sudah sangat sukur” ucap dokter itu. aku mengangguk pelan lalu beranjak masuk ke dalam kamar. ku lihat yoona masih duduk di sana. wajah pucatnya masih terlihat jelas. Ia menatapku, tatapan sendunya. Ku kembangkan senyumku dan mendekat ke arahnya.

“apa kata dokter?” tanyanya padaku.

“kau sudah sembuh” ucapku. Ia mengangguk pelan dan  menoleh ke luar jendela.

“kau ingin ke sana?” tanyaku mencoba meramahkan diri padanya.

“yuri eonni mana?” tanyanya. Aku tau, ia mengalihkan pembicaraan

“dia keluar tadi” yeoja itu mengangguk pelan dan kembali merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Ia sangat dingin padaku. Sangat berbeda dengan yoona yang berada di dekatku beberapa hari yang lalu meski aku tau itu hanyalah sebuah bayangan. Aku sudah menanyakan di beberapa petugas cctv komplek rumahku dan tempat tempat yang kami kunjungi. Tapi jawaban mereka sama, di sana hanya ada aku sendiri saat aku merasakan berdua dengan yoona. pasti orang orang sudah menganggapku gila saat itu. berbicara sendiri, tertawa sendiri, dan melakukan hal hal lainnya sendiri.

“kau, marah padaku?” tanyaku padanya

“tinggalkan aku sendiri” ucapnya padaku.

“kau masih tidak memaafkanku?” tanyaku lagi

“sejak kapan aku tidak pernah memaafkanmu? Aku hanya butuh waktu sendiri Donghae-ssi” ucapnya nanar. Ia menangis, dapat ku tangkap dari suara paraunya.

“baiklah, gumawo” jawabku. Ku lihat punggung nya, hanya itu yang dapat ku lihat saat ia tidak mau melihatku. Baiklah, memang seharusnya ia marah padaku. Bahkan ia sudah memaafkanku meski ia sangat marah padaku.

Aku beranjak pergi keluar ruangan ini. Dari tadi pagi aku belum ada makan. Aku lalu makan di kafetaria Rumah sakit sendirian. Tak beberapa lama setelah itu, aku kembail ke ruangan yoona. di sana sudah ramai orang, suster pastinya. Aku berlari kecil mendekat dan mengintip masuk. Dapat ku lihat dokter itu menutup selimut yoona hingga menutupi kepalanya. Aku bergegas menerobos masuk dan menanyakan apa yang sedang terjadi. Di sana, yuri menangis sambil menutup mulutnya. Dokter itu pun melepaskan kacamatanya dan sedikit memijit keningnya.

“i-ini… apa yang terjadi?” tanyaku, ku lihat yoona yang kini tubuhnya sudah tertutup penuh oleh selimut. Ku buka selimut putih itu, wajah pucatnya… wajah pucatnya tersenyum indah meski tidak ketara senyumannya, hanya saja wajah damainya terlihat jelas di sana.

****

Ku taburi bunga di atas tanah ini.  Ku letakkan bunga matahari di samping batu yang bertuliskan nama nya.

Aku menangis lagi, terserah mau menganggap aku namja tercengeng atau apa. Hanya saja ini lah perasaanku. Ini lah kebodohanku. Ini lah cerita ku. Sangat bodoh bukan?

***

“Kepada : Lee Donghae

Gumawo sudah mau bersama dengan anakku yoona. aku sangat berterima kasih padamu. Dapat ku tangkap dari matanya saat ia menceritakan tentangmu, matanya sangat berbinar binar seolah menceritakan hal yang paling berharga padaku padahal ia hanya menceritakan tentangmu. Aku bahagia kalau ia bahagia. Terima kasih sudah mau merawat nya. Ia mengatakan kau sangat baik, kau sangat perhatian dan sangat romantis. Hahaha. Aku sangat ingin lebih lama menemaninya, tapi aku rasa tidak bisa, penyakitku semakin sulit di lawan. Ku harap penyakit yang ku derita ini tidak turun pada Yoona. karna kata dokter penyakit ini adalah penyakit bawaan dari lahir dan akan di turunkan pada anakku. Ku harap yoona tidak mewarisi penyakitku ini. Semoga saja. Periksalah istrimu ke dokter. Rawatlah dia. Cintai dia seperti ia mencintaimu.

Aku sangat berharap kau bisa menuangkan secangkir soju untukku, tapi yoona melarang keras permintaanku. Suatu saat nanti kita pasti akan bertemu lagi. terima kasih untuk saat ini dan seterusnya. Atas yoona dan atas kebahagiaan anakku itu saat bersama mu, terima kasih.”

 

*FIX*

Aaaah author lagi galau galau galau… gak tau kenapa, hanya merasa galau pada hal yang tidak pasti. Yah, cerita ini kurang lebih terinspirasi pada kegalauan author dan sejujurnya itu adalah My Story :’) hanya saja tidak sampai meninggal hahaha X’D

Gak ngerti ya sama jalan ceritanya? ‘_’) absurd emang-_-

RCL ya 🙂 semoga suka, mian kalau sad endingnya mengesalkan.

 

72 thoughts on “My Stupidity (One Shoot)

  1. annyeong aku reader baru 😀
    Yaampun kasian bgt yoona -_-
    Emg ya penyesalan sll dtg terakhir, kena batunya kan donghae, cinta sama yoona iya, kehilangan yoona iya -_-
    Hmmm, very good kok wkwkwkwk. Cuma bahasa nya perbaikin sedikit yaa chingu.. Kayak dimasakin jd dimasakkan apa gitu..
    Maaf ya ngritik 😦

  2. annyeong reader baru… HEHEHEHE
    aku bener2 ngerasain bangettt feelnya. bagus aku terharu mau nangessshhh tapiditahan…. wwkwkwk

  3. Mewek baca 0S ini, D0nghae benar2 … Parah, menyia2 kan Y00na yg tulus & cinta sama dia & lebih milih brsama Jessica yg pd akhir.a gk tahan sama D0nghae,.
    Trharu waktu baca surat dr Appa.a Y00na buat D0nghae, y mskipun dr awal smpai akhir berasa ingin mewek-miris dngan nasib.a Y00na.,,

  4. Yoona noona sangat setia dan sangat mencintai Donghae hyung, tapi Donghae hyung lebih memilih wanita murahan (Jesica) yang akan meninggalkannya >=o

    ffnya sedih sekali *hiikksss 😥

Komentarmu?