For You (ONE SHOOT)

power of love
Title : For You
Author : Lee Hanna
Cast : Im Yoona, Jessica Jung (Sicca), Lee Donghae, Choi Minho
Genre : Romance, sad, Family
Rating : G
Title : For You
Note : kalau ff ini hanya mentingin pemeran utama mian ya… karena pemeran utamanya aja udah segini pannjang, apa lagi ditambah pemeran pembantu. Happy Reading ^^
For You…
Yoona POV
Hari ini aku menjemput namja chinguku di Hospital tempat ia bekerja. akhir akhir ini kami berdu sangat sibuk hingga jarang bertemu.kami berdua pergi ke bioskop.
“kenapa harus yang single?”
“yang ramai berisik,  belum lagi ada bau kaki, popcorn yang berserakan dan bahkan coke yang tumpah”
“oppa, itu kan di bioskop murahan. bioskop ini tak akan ada hal semacam itu”
“ya, aku yang mentraktirmu dan kau masih ribut? Jinjja…”
“ne… arraesso….”aku meliriknya tajam dan kami berdua masuk ke dalam ruangan tersebut. Tersedia dua tempat duduk di sana yang dibatasi meja kecil. Donghae memutar film yang sangat ingin ku tonton.
‘Kata chingudeul ku, film ini sangat romantis. Semoga saja setelah menonton film ini, Donghae oppa jadi namja yang romantis dan tidak kekanak kanakan lagi’  gumanku dalam hati, aku tersenyum senyum sendiri membayangkannya
“museum iriya?” tanyanya yang membuyarkan lamuanku “aaaah… pasti film yang sangat ingin kau tonton ini ada adegan dewasanya” ia mencoba menggodaku sambil mematikan lampu ruangan agar cahaya dari layar tv bisa jelas
“m-mworago? Oppa, film ini tak ada adegan yang seperti itu… ini kan cerita anak sekolah” aku mencoba untuk membela diri
“anak sekolah? Jinjja?” ia mengambil remote dan memutar filmnya sejenak kami berdua menontonnya
“jenny, juno…. Hm… kenapa nama mereka bisa sama? Jangan jangan….” Donghae mencoba meggugah konsentrasiku terhadap layar tv
“sttttt…… neo jeongmal sikkrowo(berisik)…” aku kembali menonton tv.
—————————————————————-
“huaaaa…. Jinjja… aku jadi iri… oppa, lihat mereka” aku menunjuk ke arah layar tv sambil melihat Donghae “oe? tidur?….” aku menghela nafas panjang melihatnya yang sudah tidur dan punggung kursinya yang di rendahkan agar tetap nyaman seperti tidur di tempat tidur “ia pasti sangat capek…” aku kembali menonton tv, tiba tiba terlintas di pikiranku sesuatu “apa yang dilakukan yeoja chingu ketika namja chingunya tidur, ya?” aku terdiam sejenak.
Aku melangkahkan kaki perlahan menuju tempat gantungan dan mengambil jacket Donghae dan menyelimuti Donghae yang masih tertidur. Aku menatap namja chinguku itu “oppa, kau terlihat naemu meotjin(tampan) saat tidur,” aku menghela nafas “ tapi kenapa saat bangun kau terlihat sangat menyebalkan?” aku menggembungkan pipiku. Aku menatapnya lekat.
“kau pasti sangat lelah” desisku lagi. Tiba tiba terlintas lagi dipikiranku sesuatu yang sangat ingin ku lakukan dari dulu. Mengecup keningnya saat tidur. Aku tersenyum memikirkannya, sejujurnya aku ingin melakukannya saat ia sudah menjadi nampyeon(suami) ku. Tapi…. aku mendekatkan wajahku ke wajahnya untuk mencium keningnya, selagi ia masih tidur. Aku melakukannya dengan perlahan, dan saat jarak kami semakin mendekat dan dengan cepat ia memegang  kedua lenganku. Ia membuka matanya dan tersenyum
“wae?” tanyanya sambil tersenyum evil dan ini sangat tak ku sangka, ia menyadarinya. Rasanya semua darahku naik ke atas kepala dan membuat kaki ku lemas karena malu.
“oppa?” aku mencoba untuk bangkit dan ia kembali menarik lenganku dan tubuhku kembali mendekat padanya terutama wajahku
“sudah melakukan sampai sejauh ini, kenapa mengelak lagi?” ia tersenyum lagi
“oppa…. mwo – mwo – mwoya?” tanyaku gugup karena jarak kami yang sudah sangat berdekatan. kurang dari lima senti. Aku menatap matanya,
‘mwoya? Apa aku harus menciumnya? Ani, ani’ batinku sambil menggeleng gelengkan kepala. Aku memberontak untuk di lepaskan dan ia tetap menahannya
“oppa…” kami berdua terjatuh ke lantai antara kursiku dan kursinya.
‘ah… appoeso’ batinku. sepertinya ia menimpaku, aku membuka mataku dan aku membelalakkan mataku melihat pemandangan di depanku ini, wajah Donghae sangat dekat dengan ku dan terlebihnya lagi bibir Donghae menempel di bibirku.  Aku mendorongnya dan kami berdua duduk di lantai dan Donghae menatapku, ia terlihat gugup
“a-apa kau masih ingin menonton?”
“a-ani” aku pun gugup karena melihatnya
“kalau begitu, kita pulang saja” Donghae dengan cepat mengambil tas dan jacketnya dan menungguku di luar pintu ruangan.
“mwoya? Ia yang menggodaku, tetapi ia yang menjadi sangat kaku sekarang” keluhku
*****
keesokannya. Aku mengambil hair drier untuk mengeringkan rambutku
~Buing buing~aku membuka pesan masuk dari handphoneku
=from: Haeppa
Yoong… Taman tempat biasa, 5pm, jangan telat :*=
“tto? Jinjja…..”
Aku melirik jam yang sudah menunjukkan jam 4.45
“pabo namja-ya… sudah jam segini baru di kabari, ” aku segera mangambil pakaian dan bersiap siap.
*****
Aku melihat sekeliling taman dan mataku tertuju pada  namja yang sedang duduk di bangku di tepi taman yang berwarna putih itu. Aku tersenyum lebar dan mendekatinya dari belakang. Ia sedang menatapi sungai kecil itu. Aku menutup matanya dari belakang
“nuuuuguuu?” tanyaku dan ia memegang jemariku
“sepertinya namja” ia tersenyum lebar dan aku melepaskan tanganku. Aku duduk di sampingnya sambil menggembungkan pipiku dan ia hanya tertawa melihatku.
“kenapa lama sekali chagiya…” aku tertawa kecil mendengar kata terakhir yang ia ucapkan itu
“wae?” tanyanya lagi dan aku hanya menggeleng sambil menahan tawa “ini sudah 5.30,”
“mian ne oppa” aku menyandarkan kepalaku pada pundak nya dan ia merangkul pundakku. Kami terdiam sejenak
“ini sangat menyenangkan” ia memulai pembicaraan “apakah kau mau seperti ini selamanya?” tanyanya dan aku menggelengkan kepalaku. Ia mengacak pelan rambutku
“oppa, aku ingin punya rumah kecil berwarna putih… dengan atap biru, dan… dan taman di depan rumah kita nanti” tiba tiba aku mengatakan begitu
“wae?” tanyanya
“rumahku dulu seperti itu” ia melepas lengannya dan menatapku
“aku ingin cepat cepat pindah dari rumah ku yang sekarang” keluhku lagi
“wae? Apa mereka memperlakukanmu dengan buruk?” tanya Donghae khawatir dan aku menggeleng pelan. Aku kembali meletakkan kepalaku di pundaknya
“aku akan buat rumah seperti itu nanti. Tapi aku akan membeli mobil dengan kerja keras ku dulu. Aku tak meu menerimanya dari appa” perkataannya berhasil membuatku tersenyum  “sebesar apa rumahnya?” tanya nya lagi
“jangan terlalu besar. Karena aku hanya ingin punya anak dua”
“ne, arraesso… ku harap mereka sepasang” kami kembali terdiam “kapan aku bisa menikahimu?” tanya Donghae yang membuatku kaget
“oppa, aku hanya berkhayal dan kau langsung mengatakan itu,”
“besok? Minggu depan? Sebulan lagi? Atau Tahun depan” ia tak menghiraukan perkataanku dan kembali menggodaku. aku memukuli lengannya dan ia hanya tertawa.
“Aku ingin menikah kira kira empat tahun lagi”
“mworago?” tanyanya
“oppa, apa kau mau saat muda kau sudah menggendong anak? Apa lagi aku masih kuliah”
“setidaknya kita tidak usah memilikinya dulu. Lanjutkan kuliahmu, kita hanya menikah. Me-ni-kah”
“shireo! Kita akan menjadi pasangan muda yang terlihat bodoh” aku memalingkan wajahku darinya
“empat tahun? berarti umurmu dua tiga? Dan aku dua tujuh?” tanyanya lagi “kita kan sudah bersama sejak kau baru masuk high school, eoh? Kita sudah empat tahun pacaran… seharusnya itu sudah cukup untuk menikah”
“setidaknya tunggu eonni ku menikah dulu” aku kembali menatapnya
“jinjja? Eonnimu sudah punya namja chingu?” aku menggelengkan kepalaku “apa perlu ku carikan?” tanyanya lagi dan aku kembali menggelengkan kepalaku
“mwoya?” tanyanya sambil menundukkan kepala
“eonniku pernah gagal dalam cinta.” Ia menatap wajahku “dua bulan yang lalu, ia di putuskan kekasihnya karena ditinggal tanpa sebab. Ia sangat yakin namja chingunya itu sangat mencintainya…” aku menarik nafas panjang “molla” keluhku lagi
“kalau begitu, kita akan menikah di umur lima puluhan”
“maka dari itu, aku sangat berterima kasih pada namja yang memikat hatinya kelak. Aku berjanji akan menyenangkannya bersama namja itu”
“kau sudah menemukan namja itu?”
“ani, aku tak tau namja mana dan namja seperti apa yang dapat memikat hatinya” aku menyandarkan punggungku ke kursi tersebut sambil menghela nafas panjang
“yoong,”
“oe?”
“ayo kita pergi ke dongdaenum”
“mworago?”
*****
“huh, hari ini sangat melelahkan” aku menyandarkan punggungku ke kursi taxi
“nado” keluhnya
Sejenak kami berdua diam memandangi pemandangan yang kami lewati dari dalam taxi. Supir itu menghidupkan radio untuk melenyapkan kesunyian ini
=huhuuuuuu…. yeoleobun annyeonghaseyo… good night for every where. Hari ini kita akan bercerita tentang first kiss… huhu, ingatkah first kiss mu? Atau belum memilikinya? Bagi yang belum mendapatkannya, carilah orang yang benar benar kau cintai dan… lakukan dengan perasaan… hahaha, cha… mari kita baca beberapa pesan dari netzzzzzzzzzzzz =
“aigo… kenapa radio ini rusak lagi?” tanya ahjussi yang sedang mengemudi itu,  aku dan Donghae saling berpandangan
*****
“aku mau kau memakai semuanya di hadapanku saat kita berkencan lagi.”
“ne! oppa, aku mau makan di restaurant pink romance. Ia baru buka tapi langsung terkenal. Temanku sudah mengunjunginya dengan namja chingunya. Sebenarnya aku ingin mengajakmu sebelumnya, tapi kau sangat sibuk” aku menundukkan kepala
“keureochi?? ayo pergi sekarang”
“pasti sudah tutup oppa”
“hm… ah, kalau aku sudah dapat kerja tetap menjadi dokter, aku akan traktir makan di situ”
“ne, kalau begitu kerja yang rajin oppa” aku menunjukkan keningnya lalu mendorongnya
“ya~” ia menggosok gosok keningnya
“tapi kau harus pakai baju yang warna biru itu ke sana”
“wae? Aku lebih suka yang kuning” aku membuka tas belanjaan ku dan memperhatikan beberapa baju yang tadi kami beli “kalau begitu kau juga harus pakai jas yang kubelikan”
“ne arraesso…” Donghae mengacak rambutku pelan dan aku kembali merapikannya
“sudah jam delapan, lima belas menit lagi bus terakhirnya datang. Sebaiknya kita cepat ke haltenya oppa” tak ada reaksi dari Donghae dan tak beberapa lama kami tenggelam dalam kesunyian sambil melangkah kan kaki menuju halte yang sudah dapat terlihat oleh mata, ia memulai pembicaraan
“m… kau ingat first kissmu?” tanya Donghae hati hati
“mworago?” tanya ku kembali dan Ia tersenyum sambil menunduk “wae?” tanyaku
“geunyang,.. ah, aku belum pernah, apa rasanya?” ia tersipu malu dan aku kaget sambil membulatkan mataku
“wae?? Kau pasti kaget. meskipun kita sudah empat tahun pacaran…” ia mengacak pelan rambut belakangnya “Siapa firstkiss mu? ” pertanyaannya membuatku benar benar kaget kali ini
“neo, neo jinjja molla?” tanyaku dan ia hanya menggelengkan kepalanya “aish, jinjja…”
“yang… saat itu….” Aku mengedip ngedipkan mataku. Bukan karena pedih, tapi karena tak percaya “neo, neo jeongmal mollaso?!” tanyaku tak percaya
“ani, apa saat junior high school?” tanyanya lagi. Pertanyaannya membuatku kaget, tak percaya, dan sakit hati sehingga aku mempercepat langkahku menuju halte bus dan ia mengejarku
“sebegitu burukkah first kissmu hingga kau tak mau menceritakannya padaku?” tanyanya dengan polosnya saat di halte
“paboya, first kiss aku itu kau…” aku memalingkan wajahku dan ia hanya terdiam. Aku sungguh tak percaya ia bisa melupakan itu.
“itu bukan sebuah ciuman” celetuknya dan berhasil membuat pandangan ku kembali padanya “dua pasang kekasih yang melakukan itu harus dilakukan dengan perasaan,” ia kembali melanjutkan perkataannya “itu Cuma kecelakaan”
“tsk, kecelakaan?” aku kembali memalingkan mukaku dari hadapannya. Donghae membalikkan tubuhku
Chu~ bibir kami bersentuhan untuk kedua kalinya, aku membulatkan mataku dan menatapnya. yang terlihat hanya matanya yang sedang tertutup. Aku pun menutupi mataku untuk merasakan apa yang ia lakukan saat ini. Darahku kembali memuncak hingga ke kepala. Getaran yang ku rasakan sangat berbeda kali ini. Entah apa yang aku rasakan, tapi dunia seolah berhenti. Tak beberapa lama Ia melepas bibirnya dari bibirku
“ini first kiss ku dan first kiss mu” ia menatap wajahku serius dan itu membuatku takut karena aku belum pernah melihatnya seserius ini menatapiku “aku tak akan melupakan ini lagi” ia lalu tersenyum padaku
‘omo na… ia terlihat sangat manis kali ini, ’ aku sangat ingin tersenyum, tapi ku tahan. Muka ku memanas. Sepertinya wajahku memerah. Aku menatapnya yang sedang tersenyum menatap ku. Aku ingin waktu ini berhenti, hanya aku berdua dengannya, menghabiskan waktu bersama, tapi sayang dunia berkata lain. Terutama bus yang datang menghampiri kami, aku dengan segera masuk ke dalam bus tersebut. aku melihatnya dari dalam jendela. Ia melambaikan tangannya sambil tersenyum dan aku membalas senyumnya.
*******
“eonni, sudah jam sepuluh kau baru pulang? Kenapa lama sekali? Umma bisa memarahimu,ayo ke kamar…  ppali….” tanya ku khawatir dan aku melihat raut wajahnya  yang tampak beda “jangkaman eonni,  mukamu tampak ceria… museum iriya?”  aku menggoda eonni yang baru pulang dan mukanya tampak memerah dan ia tersenyum. Sudah lama sekali aku tak melihatnya begini
“aku membeli masker,”
“eonni… jangan mengalihkan” ia hanya tersipu dan aku mengkutinya hingga ke kamarnya
“yoona-ya… museum iriya?” tanya omma bingung melihat tingkah kami
“gwaenchana omma… kokjonghajima” jelas Jessica eonni
“keureochi? Omma mau tidur dulu, sudah jam sepuluh.” Umma pergi meninggalkan kami berdua dan menutup pintu
“sepertinya Umma tak sadar kau pulang jam sepuluh eonni” aku meledek sica eonni
“mworago?” teriak Umma dari luar kamar. sica eonni segera mengunci pintu kamar nya sementara Umma masih teriak di luar. Sica eonni menatap tajam padaku yang sedang menyengir sendiri.
“yoona-ya… tadi aku bertemu seorang namja, dan aku langsung menyukainya” sica eonni tersipu malu
“jinjja? Eotte? Bagaimana kau bisa bertemu dengannya?” tanyaku penasaran dan sica eonni hanya tersenyum sambil membuka maskernya
“eonni” rengekku “kalau begitu aku mau keluar dulu biar omma bisa memarahimu” ancamku
“yoona andwae, aish… jinjja. ” aku tersenyum penuh kemenangan “ok, aku akan cerita. Tadi waktu di mau pergi ke halte bus, aku melihat ada bus yang lewat dan itu bus terakhir. Lalu aku mengejarnya, aku tak tau sejauh mana aku mengejarnya dan tiba tiba aku terjatuh dan lututku berdarah. Jadi ada seorang namja yang melihatku dan kami mencari tempat duduk, karena tak ada, ia mengajakku ke sebuah restaurant. Di sana ia menyuruhku untuk menunggunya yang sedang membeli obat, dan ia mengobatiku. Karena telah di bantu, jadi aku mentraktirnya makan, makanya aku pulang lama” aku mendengarnyapun ikut bahagia
“siapa namanya eonni? Berapa umurnya? ” tanyaku
“molla, aku tidak sempat mananyai namanya karena sibuk memperhatikan wajahnya,”
“apa ia tak menanyakan namamu?”
“ani, ia sangat konsen pada makanannya” sejenak kami terdiam dalam kesunyian
“oh, pakai maskermu… igeo…” ia memberikan ku masker “malam ini tidurlah di kamarku”
“ne, arraesso” jawabku dan kami tidur berdua, aku tau kalau ia belum tidur
“apa yang kau  pikirkan eon?” tanyaku
“namja tadi”
“oh… ”
“yoona, bagaimana namjachinngumu yang selama ini kau puji itu?”
“oe? Namja chingu?” tanyakku pura pura tak tau
“aigo… jangan pura pura tidak tau nae dongsaeeeng….  Tiap malam kau selalu bilang, eonni… kau harus bisa mendapatkan namja yang lain, tapi ingat, jangan sampai melebihi namja chinguku…  ” aku tersipu malu mendengarkannya, memang tiap malam aku selalu mengatakan itu untuk menambah semangat eonni agar melupakan nappeun namja chingunya itu
“ne,…. Tapi eonni, kau harus melihatnya. tapi jangan sampai jatuh cinta padanya. Dia jeongmal meotjin, matanya… bersinar, dan… ” Aku menunduk sambil menahan senyum “ah, tapi dia memang jinjja jinjja daebak”
“daebak?” tanyanya dan aku meraba bibirku tadi sambil tersenyum malu
“ah… arraesso, mwoya? Apa itu first kiss mu?” tanyanya lagi
“ne, first kiss ku dan dia”
“jeongmal? Whoooa…. Eotte?”
“museum iriya?”
“bagaimana??”
“di halte” aku tertawa geli dan menutupi mukaku dengan selimut
“yoona-ya,  kau belum menceritakan semuanya” rengeknya
“mian ne, aku tak pernah memperhatikan kau dengan namja chingumu. Justru kau yang hanya sibuk memperhatikanku hingga sudah empat tahun kalian berpacaran, baru kali ini berbuat itu. Mian ne” perkataan eonni membuatku membukakan selimut dan menatap wajahnya yang belum di tutupi masker.
“aku bahkan belum tau namanya dan bagaimana orangnya. Dan aku baru tau kalian pacaran sebulan yang lalu,”
“aniyeo eonni, itu karena aku yang selalu menyembunyikannya”
“ne, kau selalu memendam segala hal sendiri. Kenalkan aku padanya, nan jeongmal gunggeumhae”
“akan ku perkenalkan eonni” eonni lalu memakai maskernya lalu berbaring di sebelahku
******
Aku melemparkan tubuhku di tempat tidur, kali ini aku pulang lebih awal dari kencanku dengan Donghae oppa.
~buing buing~ aku mengambil handphoneku dan melihat pesan masuk
=from: Haeppa
Yoong…  hari ini kau tak bisa kencan dengan ku, kau harus membayarnya besok=
=to : Haeppa
Mwoya? Mworago? Aku sudah menemukan namja lain hari ini khkhkhkh=
=from : Haeppa
Ya! neo jinjja… aku juga menemukan pasien yeoja, ia memintaku untuk merawatnya malam ini, aish kemana suster? Kami hanya berdua di dalam kamar ini khkhkhkh=
“Mwo?!” teriakku
“wae?” tanya sicca eonni yang baru saja pulang
“eonni, apa kau bertemu dengannya?? ” tanyaku penasaran
“ani,”
“kojonghajima eonni, aku akan menemani mu besok, eoh?”
“ne…” wajahnya kembali berseri
******
“yoona-ya, kenapa kau lama sekali?” tanya sicca eonni saat aku baru saja sampai di rumah
“mian,”aku dan jessicca eonni langsung pergi menuju halte bus tempat ia dan namja itu bertemu, kami menggunakan mobil appa dan di parkir jauh dari sini agar kelihatan kalau kami sedang berjalan kaki. Kami menunggu bersama sedangkan Sicca eonni sibuk melihat sekeliling mencari namja tersebut
~buing buing~
=from: Haeppa
Yoong, kau Sudah tidur?=
=to: Haeppa
Ani, aku sedang menunggu namja itu dengan eonni=
=from: Haeppa
Jinjja? Cham manhi gunggeumhae(penasaran). apa ia manhi meotjin(lebih tampan) dariku?=
=to: Haeppa
Nado gunggeumhae oppa. MEOTJIN??? Molla, aku belum melihat  wajahnya, tapi aku yakin ia manhi meotjin, kali ini aku tak akan membiarkannya menyakiti eonniku lagi, ia harus menyukai eonniku juga, karena sulit bagi eonni untuk jatuh cinta. huhuu=
=from: Haeppa
Ne, arraesso… kau sudah mengulangnya beberapa kali. Khkhkhkhkh
Ambilkan fotonya, aku akan melihat bagaiman selera eonni mu, fhufufufufu=
“eonni, Namja chinguku ingin melihatnya juga. Boleh aku mengambil gambarnya nanti?” tanyaku pada eonni yang sibuk celingak celinguk mencari namja itu
“oh, ne…. ah,  Yoona, sepertinya itu dia yang berjalan ke arah sana”  sicca eonni langsung mengejar namja itu sementara aku masih di tempat
=to: Haeppa
Sudah dulu oppa, kami hampir menemukannya. Oppa, tak ada yang  manhi meotjin darimu. Saranghae :*=
Aku mengejar  sicca eonni yang sudah berlari ke arah namja itu dan bahkan sicca eonni sudah menyapa namja itu, aku mendekati namja itu yang wajahnya terhalangi kegelapan malam. Aku melihatnya lekat dari jauh. Aku menghentikan larianku dan mencoba berjalan  mendekatinya, ia merogoh kantong jacketnya dan mengambil handphonenya, lalu melihatnya dan tersenyum sendiri,
“eonni,  igeneun?” tanyaku pelan sambil memegang pundak sica eonni
“ne, ah oppa. Ini dongsaengku” Sicca melihat namja itu  yang masih sibuk dengan handphonenya “oppa… nuguya?” tanya Sicca eonni
“ahahahaha” namja itu mengetik sesuatu di handphonenya dan lalu ia menatap kami berdua. Ia melihatku yang menatapnya kaget
“ige neun, uri dongsaeng” sicca eonni menjelaskan. Dalam seketika wajah Donghae yang tadinya ceria berubah total menjadi kaget
“dongsaeng?” tanyanya kaku
“ne, annyeong haseyo… yoona imnida, senang berkenalan denganmu” aku melontarkan kata kata yang tak seharusnya ku ucapkan dengan orang yang sudah lama ku kenali bahkan sudah empat tahun menjadi namja chinguku, Donghae kaget melihat tingkahku. Sepertinya ia mengerti
“annyeong haseyo, Donghae imnida” jawabnya bingung
“oppa, jadi nama mu Donghae? Aku bahkan belum mengetahuinya, na Jessicca.” Jawab eonni sambil tersenyum “eo?, sepertinya aku pernah mendengar nama Donghae, bahkan pernah melihatnya. tapi dimana ya?”
“oh, nama Donghae kan banyak eonni” aku langsung menyela perkataan eonniku
“keure?…”
~Buing buing~ aku langsung mengambil handphoneku
=From: Haeppa
Ne, arraesso… kau juga, tak ada yang bisa mengalahkanmu, neomu yeppeo. nado saranghae… :*=
“nuguya? Neo namja chingu?” tanya Sicca eonni. Aku menatap Donghae
“oh, tadi kau bilang namja chingumu ingin mengambil gambar Donghae oppa kan?” tanya Sicca eonni lagi. Aku kembali menatap Donghae yang terseyum menahan tawa padaku
“tak usah eonni, gwaenchana”
“ah, kalau begitu ambil gambar kami bersama saja. Kau pasti segan” sicca eonni mendekati Donghae oppa lalu memegang tangannya meski Donghae oppa berulang kali ingin melepasnya, aku bersiap mengambil gambar mereka, meski hatiku sangat perih,
“gumawo” ucapku
“kau harus mengirimkannya” perintah Donghae oppa sambil tersenyum evil
“eonni, mian ne.  namja chinguku menunggu di depan jalan ini. aku harus segera pergi. Jeongmal mian ne”
“yoona ya, kau tampak pucat. Sebaiknya kau langsung pulang ke rumah. nanti aku pulang sendiri saja” eonni menyodorkan kunci mobilnya padaku
“ani, aku biar jalan kaki saja.” Tanpa mendengar perintah eonni, aku langsung pergi meninggalkan mereka. Sepanjang jalan yang gelap ini aku menangis. entah kenapa ini bisa terjadi padaku. Jalan ku masih panjang. Aku tak mungkin mencari taxi di jalan yang kosong ini. Hari semakin larut dan kakiku mulai lelah. Kepalaku mulai pusing karena air mataku yang tak kunjung berhenti. Tanganku menahan di setiap dinding pagar rumah orang  yang ku lewati, Manahan tubuhku yang sudah hampir terjatuh ini. Biasanya dalam keadaan seperti ini, aku memanggil Donghae Oppa. Air mataku meledak lagi mengingat namanya hingga terduduk di suatu tempat dan meluapkan semua air mata yang tak akan bisa menutupi luka di hatiku~
“oh, kau sudah sadar?” tanya seorang namja yang suaranya tak asing di telingaku. Aku menatapnya meski pandanganku samar, aku memegang kepalaku yang sakit ini, tapi ini masih tak sebanding dengan hatiku yang sudah sangat terluka.
“neo gwaenchana? Manhi appo?” tanyanya khawatir
“Donghae oppa?” tanyaku dan ia tersenyum
“apa kau mengatakannya?”
“katakana apa?”
“hubungan kita.”
“oh, Jessica…. Ani.” Aku tersenyum lega mendengar perkataannya meski lubang luka di hatiku semakin melebar
“oppa, kita sudahi saja.”
“mwo-mworago?”
“bahagiakan eonni” aku terseyum simpul dan pergi meninggalkan ruangannya . dengan cepat ia menarik tanganku
“wae?” pertanyaan itu. Pertanyaan yang ku takuti untuk di lontarkan di saat saat seperti ini. Pertanyaan yang membuatku bingung, kaku dan pertanyaan yang membuatku harus berbohong
“aku menyukai namja lain” aku melepaskan tangannya tapi ia mengeratkan genggamannya dan menatapku
“geotjimal.(bohong)” Aku menghela nafas panjang. Disinilah awal kebohonganku padanya yang nantinya pasti akan bertambah dan bertambah.
*****
aku pulang ke rumah, dan mengurung di kamar dari pagi hingga malam. rasa lapar tak terlintas di benakku, mataku tak kunjung henti mengeluarkan air mata. sekitar jam sembilan malam aku keluar kamar, untung umma dan appa sedang pergi ke luar kota, jadi tak ada yang menkhawatirkanku saat ini. saat hendak mengambil air, aku mendengar suara isak tangis dari kamar sicca eonni
“eonni??” aku membuka pintu kamar sicca eonni dan melihatnya duduk di pinggir kasur sambil melipat kakinya dan wajahnya di benamkan di kedua lututnya
“gwaenchana?” tanya ku bingung. Ia mendongkakkan kepalanya dan terlihat wajahnya yang berlinang air mata
“wae keure?” tanyaku dan ia memelukku
“yoona…” ucapnya lirih. aku mengambil handphonenya yang berada di ujung kasur dan terlihat pesan dari donghae oppa
=From: Donghae Oppa ❤
jangan cari aku lagi, jangan bersikap kekanakan. anggap saja kita belum pernah bertemu=
******
Aku berjalan menuju ruangan Donghae oppa, karena saat ini ia sudah bekerja tetap di rumah sakit ini bahkan sudah memiliki ruangan sendiri. Aku membuka pintu ruangannya dengan terburu buru tanpa menghiraukan larangan dari suster yang sedari tadi hendak mencegahku
“oppa! ” teriakku di depan pintu ruangan, Donghae dan seorang pasien yang paruh baya melihatku kaget
“mian ne, aku sudah melarangnya”
“gwanchana” jawab Donghae sambil tersenyum “masuklah” kini ia mempersilahkan ku duduk di sofa pinggir ruangan
“jangkaman, ada pasien sedang konsultasi denganku” ia meninggalkanku dan pergi ke tempat yeoja paruh baya tadi. Aku terus memperhatikan yeoja itu
‘sepertinya pernah melihatnya’ batinku. Aku melihat sekeliling ruangan yang di penuhi fotoku dan dia.
“Ghamsahamnida”  ucap yeoja itu pada Donghae oppa sambil bow
“ne, sebentar lagi anakmu pasti menjemputmu. Bisa kau tunggu di luar? Aku ada sedikit urusan”
“nde” yeoja itu pergi meninggalkan kami berdua. Donghae menatapku dan aku langsung bangkit dari tempatku dan pergi menumuinya. Aku menarik nafas panjang,
“wae? Bogoshipeo?” tanyanya sambil tersenyum. Aku langsung berlutut sambil menunduk
“yoong, museum iriya?” ia mencoba membuatku berdiri tapi aku menahannya
“oppa, ani, Donghae-ssi… jaebal, jangan buat eonniku begini”
“wae? Aku hanya ingin kau, bukan eonni mu. Kalau kau dan eonni mu mirip mungkin bisa ku pertimbangkan, tapi ini”
“DONGHAE-SSI!!! Jangan katakan itu lagi,” tak sadar air mataku keluar.
“yoong ulujima”
“yoong tak ada lagi, jangan sebut itu lagi”
“yoong………”
“hajima!!!! ” air mataku semakin meledak melambangkan perasaanku yang sudah semakin sakit, perih dan juga sesak “aku hanya ingin balas budi”
“mworago? Apakah aku orangnya? Apa harus aku?”
“karena hanya kau yang bisa!! Jaebal. Nikahi dia agar ia tak tersakiti lagi”
“nikah? bagaimana aku bisa menikah jika setiap hari aku menyakitimu?”
“aku tak akan tersakiti”
“aku sudah empat  tahun bersamamu, bagai mana aku tidak mengetahui raut wajahmu”
“jaebal Donghae-ssi… aku tak akan tersakiti karena aku sudah mencari yang lain. Aku akan melupakanmmu”
“bagaimana bisa jika aku setiap hari melihatmu sedang melihatku dengan yeoja lain? Hatiku akan tersayat yoong”
“yoong tak ada!!!!”
“kau tak akan pernah tau”
“kau yang tak mengerti apa apa!!” air mataku keluar lagi dan kini aku terisak untuk kedua kalinya dalam hidupku “aku di angkat menjadi anak di usia tujuh tahun saat orang tua ku meninggalkanku dan, dan saat itu aku menangis terisak hinngga appa dan ummanya sicca eonni memungutku, hingga sekarang aku tak bisa membalas jasa mereka. Hanya ini yang bisa ku lakukan” Donghae masih diam tak berkutik, ia menatap jendela ruangan ini
“hanya ini yang bisa kulakukan agar mereka tak pilih kasih padaku” kebohonganku membuat Donghae menatapku “agar mereka tiap hari tak hanya terpaku pada Sicca eonni, agar mereka memperhatikan ku, benar benar menganggapku anak, dan… Dan perduli pada apa yang aku alami” kali ini ia juga ikut berlutut. Aku menatap matanya yang sudah memerah, menahan air mata yang hendak keluar. Ini pertama kalinya aku melihatnya seperti ini, setelah apa yang kami alami selama ini, setelah kebahagiaan yang kami ukir selama ini. Ia lalu memelukku.
“demi mu, demi kau aku lakukan ini.” Ia menarik nafas panjang “berjanjilah untuk tidak menangis lagi” ia lalu melepas pelukannya dan menghapus air mataku
“tapi aku tak janji untuk menikah dengannya”
“wae? bukankah kau sangat ingin menikah”
“tapi dengan mu, aish… jinjja, kenapa aku harus terlibat”
“Donghae-ssi, aku sudah menemukan namja lain, kalau aku bersamanya kau bisa kan menikahi Sicca eonni?” tanyaku dan ia berdiri dan mengulurkan tangannya, tapi tak ku hiraukan, aku berdiri sendiri tanpa tangannya
“ne, tapi tak semudah itu”
******
“jaebal Minho-ya…”
“noona, tapi aku sudah memiliki yeoja”
“hm, hanya kau yang bisa minho-ya… jaebal”
“shireo” aku menunduk merenungi nasib ku. Siapa lagi yang harus ku cari. Namja yang sangat akrab denganku hanya dia,
“Baiklah kalau begitu, aku turuti permintaan mu.”
“jinjja?? Jinjjayeo???” aku langsung memeluknya
“noona, lepaskan… kita dilihat orang”
“mian. Oh, mulai sekarang kau jangan panggil aku noona. panggil aku Yoona” ucapku pasti
*****
“jadi, berapa lama kalian pacaran?” tanya Sicca eonni
“empat tahun lebih” jawabku “iyakan chagi?”
“ne.” jawab minho
“ah, itu Donghae oppa datang” kami bertiga melihat kearah pintu masuk restaurant pink romance ini. Di sana kelihatan Donghae oppa menggunakan jas yang kami beli di dongdaenum dulu. Aku menunduk karena agak merasa bersalah.
“sudah lama?” tanya Donghae menghampiri meja kami, ia keget melihat gaun Sicca Eonni.
“igeo…” tunjuknya
“wae oppa? yeppeoso? Yoona yang memberikannya untukku. Ia memaksaku menggunakan ini”
“eonni…” bisikku. Terlihat raut kecewa dari wajah Donghae oppa, karena dulu aku berjanji jika datang ke restaurant pink romance ini akan menggunakan gaun itu.
“wae oppa? Yeppeo ani?” tanya sica eonni dan Donghae oppa menggelengkan kepalanya
“kau pasti kaget” ucapnya lagi, Donghae oppa masih tetap menatapku yang menunduk, suasana menjadi dingin
“chagiya… kau mau pesan apa? ” tanyaku genit pada Minho, dan ia agak terlihat kaku
“ah… ini saja” minho menunjuk salah satu menu di buku menu dan Donghae yang sedari tadi berdiri mengambil tempat duduk tepat di depan Minho
“oh, Minho!”  teriak Donghae
“hyung!” balas Minho
“hahahaha” Donghae tertawa menatapku, ia menertawaiku sementara  Minho menahan malu
“wae minho?” bisikku
“wae oppa” tanya Sicca eonni pada Donghae
“dia sunbae ku di klub bola” bisik minho
“kenapa kau tak bilang dari awal? ”
“kau yang tak menanyakannya”
“oppa wae?” tanya Sicca eonni lagi
“ani, gwaenchana. Ini belum selesai”
“selesai? Apa yang selesai?” tanya Sicca eonni penasaran dan Donghae menatap ku sambil tersenyum evil
“ne, belum selesai!” bentakku sambil menatapnya
“kalian berdua kenapa?” tanya Sicca eonni
“yoona, tenang dulu” Minho menahan lenganku
“belum selesai makan maksudnya eonni” dan kami kembali makan makanan yang sudah di sediakan di atas meja.
~buing buing~
=From : Haeppa
apakah dia? Khkhkhkhkh  sangat memalukan. Dia bahkan lebih baik padaku. Sepertinya rencananya akan gagal=
aku menatap Donghae yang sedang tersenyum menyantap makanannya.
Aku lalu meletakkan daging di atas nasi Minho
“chagiya… makan yang banyak” pintaku dan minho terlihat kaku lalu aku menyanggol kakinya
“mwoya?” tanya Minho membalas senggolan kakinya padaku dan aku menyipitlan mataku padanya, memberikan suatu tanda sambil menyenggol kakinya lagi
“kenapa kaki kalian sangat lasak?” tanya Donghae, tetapi matanya tetap tertuju pada makanannya
“jeongmal?” tanya Sicca eonni.
Minho lalu menyuapkanku makanan dan aku memakannya. Dan aku membalasnya. Donghae oppa dan Sicca eonni lalu berpandangan, mereka berdua menyiapkan makanan di sumpit untuk di suapkan satu sama lain. Tapi mereka sadar kalau mereka berdua akan melakukan bersama sama, jadi mereka tidak jadi melakukannya.
“oh, yoona-ya. jadi ini namja chingumu yang tiap malam kau selalu bilang namja yang jinjja meotjin, matanya bersinar dan daebak itu? hahaha”
“eonni, amugeuto(sudahlah)”
“dan bahkan kau bilang itu first kiss kalian berdua? Di halte, sepertinya romantis”
“eonni, kau berlebihan” aku menahan malu sementara Donghae menahan tawanya. sepertinya mukaku memerah karena menahan malu
“minho-ya, aku mau ke toilet. Jika kau di tanya, suruh mereka menanyakannya sama ku, berusaha menghindar saja” bisikku pada Minho dan ia mengangguk. Aku segera bangkit dari kursi
“Chusseongaeyeo” aku  lalu berjalan ke toilet.
“aish, jinjja… kenapa mukaku memerah begini??” aku berbicara pada cermin toilet ruangan ini
“ani yoona-ya! kau harus bisa, ini perjuangan terakhir, kau tak boleh nangis. Halsuisso!! Yoona, Fighting!!” aku lalu pergi meninggalkan toilet yeoja itu meski seisi toilet menatapku bingung
Aku langsung duduk di kursiku dan melanjutkan makan
“yoona, mian ne” ucap Sicca eonni. Donghae dan Minho menunduk
“wae?” tanyaku pada Minho pelan, bahkan sampai tak keluar suara dan Minho hanya menyipitkan matanya seperti merasa bersalah. Apa ia mengakui semuanya?
“w-wae eonni?” tanyaku kaku
“mian ne aku membaca pesan mu?”
“mwo?!” aku segera mengambil handphoneku yang berada di tangan eonni. Jangtungku berdebar, sepertinya mukaku mulai pucat
“yoona-ya, Haeppa nugu ya? pesannya dari Haeppa” tanya sicca eonni.aku kaku menatap Donghae yang menggeleng kecil
“namanya sangat aneh” aku membaca pesannya
=From : Haeppa
Kau menceritakan semuanya padanya? Jinjja… kau sepeti anak kecil fufufufu apa kau juga menceritakan harapan kita? khkhkhkh=
“oh, haeppa…” desisku pelan dan sicca eonni terlihat masih menunggu jawaban
“haeppa itu singkatan dari…” baru saja donghae oppa mau menjelaskan, aku langsung memotongnya
“haeppa itu singkatan dari… dari… minhae, ah, keure… minhae oppa” aku terpaksa menutupi kata ‘Donghae Oppa’ dan menggantikannya dengan ‘Minhae Oppa’ hanya itu yang terlintas di otakku saat ini
“minhae? Sangat aneh… haha ada ya nama seperti itu, itu terdengar seperti singkatan dari Minho Donghae… hahaha” sicca eonni tertawa dan kami bertiga yang sedang menyembunyikan sesuatu darinya hanya mampu menyengir
“ia sunbaeku” jelasku lagi. Ani, bohongku lagi
“oh, bagai mana orangnya” pertanyaan itu membuat mataku tertuju pada Donghae oppa,
“ne, ia sangat jelek, menyebalkan, dan pabo” Donghae oppa kaget mendengarnya sementara sicca eonni tertawa begitu juga Minho. Sebelum Donghae menjadi dokter, ia kuliah di tempatku sekarang ini dan menjadi sunbaeku. Ia baru saja  wisuda sebulan yang lalu.
“tapi pasti kau menyukainya” celetuk Donghae oppa
“ah, tidak mungkin oppa” bantah Sicca eonni
******
“sesudah ini kita kemana?” tanya minho
“aku hanya mau kita berdua chagiya, bolehkan Eonni?”
“ne,” jawab sicca eonni. Makanan penutup kami sudah datang, aku memesan ekspresso. Aku meminumnya hingga bibirku masih tertinggal busanya. Aku sudah berulang kali mempelajari ini tadi malam.
“yoona-ya, di bibirmu” tunjuk minho ia segera mencari tisu. Opso, tak ia temukan di meja kami.
“opso” ia membalik menghadapku, aku segera memegang kedua pipinya dan mencium bibirnya. Ia terlihat kaget, dan aku menendang kakinya, sepertinya ia mengerti. Ia memegang lenganku dan membalas ciumanku. Tak beberapa lama kami melepasnya
“lebih mudah di bersihkan chaggiya” ucapku genit, minho masih kaku dengan perbuatan kami tadi hingga tak dapat berkata apa apa lagi. Donghae oppa membulatkan matanya tak percaya dengan sikapku barusan. sementara Sicca eonni tersenyum menatapku.
*****
“kalau begitu kami pergi dulu annyeong haseyo” aku dan Minho berdiri dari meja kami
“ne, jangan pulang larut ya” pesan Sicca eonni
“ne eonni” aku member isarat pada Donghae oppa dan ia hanya menunduk menyerah. lalu kami berdua pergi ke luar. Suasana menjadi hening saat kami keluar dari restaurant itu. Aku tak menyangka, restaurant yang sangat ku idamkan dari dulu dan berharap akan membuat kenangan manis antara aku dan Donghae oppa ternyata menjadi kenangan pahit dan sangat ingin ku lupakan. Ini bahkan akan menjadi tempat bersejarah bagi Jessica eonni dan Donghae oppa. Aku menunduk sepanjang jalan karena memikirkannya. Kami terdiam di dalam mobil. Entah kemana tujuan kami selanjutnya, minho tetap menancap gas mobilnya tanpa tujuan yang tak jelas. Aku menatap Minho yang masih kaku. Matanya hanya memandang kedepan
“minhoya” panggilku dan ia tak menghiraukan
“museum iriya minho ya?” ia tersadar dari lamuannya dan memandangku
“eoh? Mworago?”
“kau masih kaget ya?” tanyaku “mian ne” lanjutku lagi
“kau tak bilang akan menciumku”
“mian hae… sebenarnya itu….”
#FLASH BACK#
Author POV
Yoona menatap mata namja itu yang sudah memerah, menahan air mata yang hendak keuar. Ini pertama kalinya Yoona melihat namja yang sudah menjadi mantan kekasihnya seperti ini. Terlihat raut kaget di wajah Yoona melihat Donghae saat ini.  Donghae lalu memeluk yoonaa.
“demi mu, demi kau aku lakukan ini.” Donghae menarik nafas panjang “berjanjilah untuk tidak menangis lagi” Donghae lalu melepas pelukannya dan menghapus air mata yoona
“tapi aku tak janji untuk menikah dengannya”
“wae? Tapi kau sangat ingin menikah”
“tapi dengan mu, aish… jinjja, kenapa aku harus terlibat”
“Donghae-ssi, aku sudah menemukan namja lain, kalau aku bersamanya kau bisa kan menikahi Sicca eonni?” Donghae lalu berdiri dan mengulurkan tangannya, tapi tak dihiraukan oleh Yoona, ia berdiri sendiri tanpa bantuan dari Donghae
 “ne, tapi tak semudah itu” ucap Donghae
“apa maksudmu?”
“kau harus bisa melakukan apa yang dilakukan kekasih lain.” Belum sempat yoona menjawab, Donghae sudah melanjutkan perkataannya “pasangan kekasih yang saling menyuapkan makanan, saling perhatian dan…” Donghae menghentikan pembicaraannya
“dan apa?”
“dan, menciumnya agar aku lebih percaya”
“hh? Apa kau sudah gila?”
“kalau tidak begitu aku tidak akan percaya”
“arraesso, setelah  aku melakukan itu, kau harus mengencani sicca eonni, memacarinya dan menikahinya”
“ne, aku yakinkan itu tak akan terjadi”
“hh, hallsuisso. Oh, tanggalkan semua foto kita di ruangan ini”
#END OF  FLASHBACK#
Yoona POV
“mian ne” ucapku lagi
“amugeotdo,”
 “cham, kenapa kau melakukan ini? Kalian sudah empat  tahun pacaran tapi dengan mudah kau memberinya ke orang lain?”
“panjang ceritanya minho-ya”
******
Sudah sebulan mereka berpacaran. Ada suatu nuansa lain pada diri eonni. Ia lebih tampak ceria, bahagia dan setiap minggu selalu pergi kencan dengan Donghae oppa dan bahkan kudengar Donghae oppa sering makan malam bersama di rumahku.  Sementara aku, aku hanya bisa menyibukkan diriku dengan bekerja sampingan untuk menghindarinya. Pulang dari kuliah aku langsung kerja di sebuah toko ‘coffee luv’dan setelah pulang kerja, aku pergi kerja di tempat lain. Di sebuah restaurant. Bahkan uang yang berhasil ku kumpulkan dari kerja kerasku ini terkumpul dan tak tau mau ku belikan apa. Aku bekerja bukan karena uang, tapi demi menghindar dari pemandangan yang sama sekali tak ingin ku lihat. Hari ini libur, aku berniat untuk seharian hanya di rumah, tapi baru pagi sudah ada yang memencet bel rumah  ku. Aku langsung membuka pintu tanpa melihat di layar kamera karena sangat mengantuk. Kulihat orang yang berada di depanku. Donghae oppa. Ia bahkan belum pernah menjemputku hingga ke rumah. sejenak kami terdiam karena ini pertama kalinya bagiku untuk membukakan pintu rumahku untuknya.
“aku akan panggilkan eonni” aku segera pergi dan ia langsung menarik tanganku. Tangan hangatnya terasa bagiku. aku sangat ingin memeluknya saat ini, tapi keadaan sekarang berbeda.
“mian ne. jinjja bogoshippeo” ucapnya, inilah yang selama ini aku takutkan jika melihatnya. takut akan luluh, makanya aku menyibukkan diriku dengan bekerja di sana sini hingga larut malam.
Aku langsung melepas tangannya dari tanganku dan pergi meninggalkannya sendiri di depan pintu.
“oh, oppa sudah datang? Masuklah. Aku belum bersiap, sarapan lah di sini” sambut sicca eonni dengan ceria
“ne” Donghae oppa langsung menuju ke meja makan yang di sana sudah ada appa dan umma. Mereka bertiga tampaknya berbincang dengan riangnya. Sementara aku hanya mengintip dari dalam kamar. Aku segera mengganti baju ku dan membawa tas. Setelah itu aku berencana untuk pergi entah kemana, tapi umma memanggilku
“yoona ya? eodika? Bukannya hari ini kau libur”
“ah,,, ne umma. Aku mau pergi bersama minho” bohongku
“tunggu saja di sini”
“ani umma. Aku mau menunggu di halte” jelasku dan tiba tiba sicca eonni menarikku ke tempat duduk di meja makan lalu ia kembali masuk ke kamarnya untuk berhias
“tunggu saja di sini, suruh dia menjemputmu ke rumah ” perintah umma
“dia tidak pernah menjemputmu ke rumah kan? suruh dia kesini dan makan bersama” ucap umma lagi dan aku hanya terdiam. Bagaimana tidak, ia pasti tidak mau lagi, dan aku juga bukan mau pergi dengannya. aku pura pura mengirimnya pesan.
“jadi apa sudah selesai di siapkan semuanya?” tanya appa pada Donghae oppa
“kokjonghajima abeonim. Semuanya sudah.” Jelas Donghae oppa
‘ABOENIM?! Sejak kapan’ pikirku sambil mengoyak ngoyak roti secara perlahan yang sama sekali tidak ku makan
“sampai kapan kau akan mengoyak itu? Cepat makan, nanti minho datang” perintah umma dan Donghae oppa hanya melihatku yang menunduk mulai memakan rotinya “karena kau selalu tak ada di rumah, jadi agak terlambat untuk mengetahuinya. Donghae dan Jessica akan bertunangan besok. Luangkan waktumu” jelas umma lagi
“uhuk uhuk” aku tersedak dan Donghae oppa langsung memberiku air, aku tak menghiraukannya dan segera mengambil air sendiri.
“wae yoona ya?” tanya appa
“apa terlalu cepat?” tanya Donghae oppa
“ani apa, Donghae-ssi. Aku akan luangkan waktu besok” jelasku sambil berusaha sekuat mungkin untuk menahan air mataku.
“aigo… kenapa kau menggunakan baju seperti ini? Bukannya kau mau kencan?” komentar umma melihat bajuku. Bagaimana lagi, aku memang tidak berkencan untuk apa aku berdandan, aku hanya bisa menundukkan kepalaku, hanya baju ini yang ku temukan saat aku buru buru.
“kalau begitu pernikahannya minggu depan?” ucap umma dengan ceria dan Donghae hanya menunduk.
“mian sudah membuat keputusan yang mendadak Donghae-ya. kau tau kan keadaan Sicca dulu, kami hanya takut terulang” jelas umma lagi
“nde” angguk Donghae oppa.
“kau harus tinggal di sini euh?” pinta appa
“mian aboenim, aku akan tinggal di apartement”
“aku ingin melihat kalian berbahagia bersama. Tinggallah di sini, jaebal” pinta umma. Aku tau ia sekarang merasa bersalah padaku. Aku berusaha bersikap senormal mungkin.
“tinggallah di sini donghae-ssi. Dan chukhae… ” ucapku padanya. Kami saling berpandangan, matanya menatapku teduh.
“gumawo”
“jangan mengecewakan sicca eonni”
“nde” sesaat kami berdua bertatapan dan saling kaku, Rasanya aku ingin menangis saat ini.
“aku akan segera punya keponakan” aku mencoba mencairkan suasana dengan tersenyum paksa.
“kenapa sicca lama sekali?” tanya Appa.
“ah, sepertinya aku harus menunggu di depan rumah, ini pertama kalinya minho menjemputku” aku segera pergi keluar rumah. aku menyandarkan punggungku ke dinding depan rumah. aku mengeluarkan emosi yang ku pendam dari tadi dengan air mata.
“aku tak boleh menangis di sini” aku segera berlari menuju jalan. Entah kemana aku akan pergi saat ini, air mataku terus keluar meski sudah ku hapus beberapa kali. Tak sadar mereka sudah akan segera menikah. Aku yang sudah empat tahun pacaran saja belum berpikir untuk menikah dengan Donghae oppa, tapi sicca eonni dengan mudahnya mendapatkannya. Memang aku yang melakukan semua ini, aku menyesal menerima uluran tangan umma saat aku sendiri di pinggir jalan menunggu umma ku yang tak pernah datang meski aku sudah menunggu seharian. Hari itu seakan terulang lagi, kalau aku bisa kembali, aku tak akan mau diangkat menjadi anak jika aku tau balas budi itu sangat berat. Tapi akan wajar bagi ku, bagi seorang anak umur tujuh tahun yang menunggu ummanya seharian penuh di pinggir laut untuk mendapatkan umma baru. Saat itu aku tau umma ku tak akan pernah kembali, ia sudah lenyap bersama suami barunya pergi keluar kota meninggalkan ku pada appa yang tak menginginkanku dan meninggalkan ku di pinggir laut, tempat terakhir kali kami bertiga, aku, umma, appa bersama sebelum bertemu ummanya sicca eonni.
Jika aku tau akan seperti ini, aku tak akan mau menjadi saudara dengan sicca eonni, aku akan kabur dari rumah dan hidup sendiri. Tapi mereka memperlakukanku hangat seperti anak sendiri.
“yoona!” panggil seseorang dari dalam mobil, aku belum pernah melihat mobil itu sebelumnya. Dengan cepat aku menghapus air mataku meski masih terlihat. Yeoja itu keluar dari mobil dan itu adalah sicca eonni bersama dengan namja chingunya, Donghae oppa.
“bukannya kau bersama Minho? Kenapa kau menangis?” tanyanya khawatir dan aku melihat raut wajah Donghae oppa yang kaget melihatku dari dalam mobil. Aku segera memeluk sicca eonni dan menangis
 “pasti ada masalah antara kau dan minho kan?”
“aku…  dan minho putus ” aku memperat pelukankku karena telah berbohong pada eonni
“jeongmal? Tak akan ku biarkan dia”
“eonni jangkaman” aku melepas pelukanku “aku dan dia putus karena salahku, jangan mencarinya. Na gwaenchana,  “aku menghapus air mataku
“kesalahanmu?”
“ne, aku akan menyelesaikannya. Kau pergilah dengan namja chingumu. Aku mau shopping”
“aku tau kau kuat. Mau ku antar?”
“gwaenchana, aku lebih suka naik bus”
“keurom, kalkae yeo. annyeong”
“ne, jangan temui Minho eo?” pintaku
“arraesso” jawabnya dari dalam mobil dan tak beberapa mobil mereka menghilang. Sepertinya itu mobil barunya Donghae oppa yang didapatinya dari hasil kerja kerasnya. Dia semakin sukses. aku menarik nafasku panjang.
hari itu aku hanya duduk di pinggir sungai sambil melempar beberapa batu hingga malam.
*****
Untung acaranya di adakan di gedung, jadi aku tak akan melihat mereka bersama mempersiapkan acaranya. Satu jam lagi acara akan di mulai.
“yoona, ppaliwa” teriak Umma dari luar rumah
“ne umma” teriakku. Kami harus cepat pergi kesana untuk melihat keadaan acara. Aku berpakaian secantik mungkin. Lalu pergi keluar
“aigo… orang pasti akan mengira kaulah tunangannya. Yeppeo so” puji appa  aku melihat gaun hijau yang ku kenakan. aku sengja tak mengikat rambut pendekku agar terlihat lebih.
“appa berlebihan” ucapku malu, sebenarnya memang aku yang ingin menerima cincin itu, tapi apa boleh buat. Sicca eonni lah yang lebih pantas. entah aku sanggup melihat mereka nanti apa tidak, semoga saja aku bisa melihat mereka saling bertukar cincin nanti. Kami bertiga, aku, appa, dan umma langsung masuk ke mobil menuju tempat sicca eonni dan donghae oppa bertunangan. Sicca eonni sedang sibuk di salon, berusaha untuk secantik mungkin.
~buing buing~
=From: Minho
Yoona…..! apa kau menceritakan hal aneh pada Donghae hyung? Ia membuatku terluka=
“mwo?!” teriakku
“wae?” tanya umma kaget
“ani umma. Appa, aku akan kesana nanti, turunkan aku di halte bus sana.”
“museum iriya?”  tanya appa sambil meminggirkan mobilnya
“nanti ku jelaskan” aku segera berlari keluar dan mencari taxi. Lalu menuju ke rumah Minho.
******
Aku menekan bel apartement minho dan ia membukakan pintunya
“apa semua orang sekarang berpesta? Kenapa berpakaian rapi?” tanyanya. Aku melihat pipinya membiru
“apa ia meninjumu?” tanyaku
“ne, masuklah dulu. Baru ku ceritakan”
Kami berdua masuk kedalam apartementnya
“saat aku membuka pintu, aku melihatnya berpakaian rapi dan memujinya lalu ia meninju pipiku. Setelah itu ia bilang ‘kenapa kau menyakitinya?!!’ dan perkataan nya membuatku takut dan bingung, lalu aku meninjunya di perut dan saat ia hendak meninju wajahku dan aku menunduk, lalu tangannya mengenai tembok dan berdarah. Saat aku memegang tangannya karena khawatir dan menanyakan keadaannya ia melepas tanganku dengan kasar lalu pergi”
“jinjja?”
“apa luka ku ini berbohong?” tanyanya sambil menunjuk luka di pipinya “Sebenarnya ada apa antara kalian? aish, jinjja… kenapa aku harus terlibat? Apa kata Soon ji melihat pipiku ini nanti?? Kau ungkapkan aja sejujurnya pada eonni mu. Ini semua hanya akan menyakitimu…”
“mian ne minho ya” aku langsung menjelaskan semuanya pada minho dan mengobati wajahnya yang terkena luka. Tak sadar sudah satu jam aku di sana
“keundae… neo naemu yeppeo…”
“jinjja?” tanyaku
“kau memang mau pergi kemana atau hanya menghiburku makanya begini”
“ya, mana mungkin aku mau mengunjungimu dengan berpakaian seperti ini kalau bukan karena mau pergi ke acara. Ah! Aku lupa, aku harus pergi?!”
Minho mengantarku ke acara pertunangan Donghae oppa dan Jessica eonni. Aku langsung masuk dan membuka pintu gedung itu. Aku orang paling terbelakang melihat mereka yang saling berhadapan saat ini. Aku melihat tangan Donghae oppa yang di balut.
“pabo namja” celetukku
“ne, pabo namja.” kali ini minho memandangku “dan pabo yeoja”
mereka saling bertukar cincin dan aku mulai menangis hingga melunturkan make up ku. Minho merangkulku. Setelah itu mereka saling berpegangan tangan dan meghadap semua penonton yang melihat pertunangan mereka, Donghae melihatku yang berada di dalam rangkulan Minho.  Ia terlihat kaget, dan sepertinya ia melihatku menangis. aku segera pergi keluar sebelum eonni melihatku juga.
*****
sesudah hari itu aku datang ke ruangan kerjanya Donghae oppa untuk mengucapkan selamat padanya. aku tidak mau berlama lama menatapnya. hanya perih yang akan kudapat dari itu semua. aku lalu berjalan ke luar hospital yang besar ini.
 “yoona-ya” panggil sicca eonni dari depan pintu hospital
“oh, eonni…”
“wae? Kenapa kau disini? Neo appo?” tanyanya khawatir. Mau bagai mana lagi, terpaksa aku berbohong
“ne, sebentar lagi sembuh. Apa yang kau lakukan di sini? Oh, pasti mau melihat namja chingu?”
“ne, ini pertama kalinya aku ke sini”
“jeongmal?”
“oh, itu Donghae oppa” sicca eonni langsung menuju ke Donghae oppa dan memeluknya. Donghae yang melihat kearahku hanya bisa terdiam. Aku lalu membalikkan badanku lalu pergi meninggalkan mereka. Tiba tiba aku teringat sesuatu
“fotonya!” aku langsung berlari ke ruangan Donghae oppa. Aku melihat sekeliling ruangan yang masih di penuhi oleh foto kami, aku lalu menanggalkannya satu persatu.
“sangat banyak” ucapku setelah berhasil mengumpulkan semua “aku harus membuangnya sejauh mungkin, ani ini harus di bakar” ucapku lagi. Aku mencoba memasukkannya ke dalam tas, tapi tasku sangat kecil untuk ini, aku lalu mencari plastik untuk membungkusnya, saat aku mencari cari tiba tiba ada yang masuk
“yoona?” tanya sicca eonni. Aku kaget melihatnya dan segera membuang foto foto beserta bingkainya yang ku pegang sedari tadi ke dalam tempat  sampah yang berada di belakangku
“apa yang kau lakukan di sini?”
“ani eonni, tadi… handphone ku tinggal” bohongku
“memangnya kau tadi ke sini? ” tanyanya lagi
“dia hanya mengucapkan selamat” jelas Donghae.
“kalau begitu kalkae yeo, annyeong.” Aku segera keluar meninggalkan mereka berdua di ruangan, tiba tiba saat sudah di luar ruangan Donghae menarik tanganku dan membawaku ke pelukannya
“apa yang kau lakukan? Sicca eonni bisa mengetahuinya”
“kok jonghajima, ia sedang di ruangan itu menempelkan fotonya” bisiknya di telingaku,
“lepaskan”
“biarkan begini dulu, jaebal.” Pintanya dan aku menurutinya. Kami berdua berpelukan tak jauh dari depan ruangan Donghae, pelukan ini yang sangat ku rindukan.  Tapi saat ini aku tak bisa begini, akan ada masalah baru jika ketahuan. aku  melepaskan pelukannya
“ini yang terakhir…… oppa” aku mendongkakkan wajahku menatapnya, melihat nya yang sudah menjatuhkan air mata, aku lalu menghapus air mata itu. Dan ia juga menghapus airmataku dengan jarinya Lalu mencium keningku untuk terakhir kalinya. aku lalu pergi meninggalkannya.
“foto yang di tempat sampah itu segeralah di bakar, jika di buang akan ketahuan”
“mian ne. aku lupa menanggalkannya”
“gwaenchana”
*****
“mian sudah menyusahkan kalian selama ini” ucap ku
“apa perlu di antar?” tanya appa
“gwaenchana appa, minho akan menjemputku di depan”
“kenapa terlalu buru buru?” tanya umma
“mian ne, kebetulan ada kerja besar di sana dan ini tak akan ku lewati” jelasku dan umma lalu memelukku
“kami akan selalu menjengukmu”
“hajima umma, aku yang akan pulang nanti”
“Yoona-ya ” teriak eonni di depan pitu rumah saat baru masuk dan Donghae yang mengantarnya masih terpaku di depan pintu
“kenapa terlalu buru buru?” tanyanya lagi
“mian ne eonni” ia lalu memelukku dan menangis di pundakku “aku sangat berharap kau yang akan menerima bucket bungaku saat nanti aku menikah”
‘bagai mana bisa?’ batinku
“mian eonni” ucapku lagi
“apa tak bisa di undur?” tanya appa
“ani appa, ini sangat berharga bagiku. Dan ini kesempatanku satu satunya”
“apa pernikahanku tak berharga bagimu?” tanya eonni dengan raut kecewa. Aku memandang wajah Donghae oppa
“bukan begitu eonni. Pernikahanmu aku bisa melihatnya di cd nanti” ucapku “sepertinya minho sudah datang, kalkae yeo. annyeong” aku lalu pergi meninggalkan rumah, dan saat aku hendak melewati pintu, Donghae menahan tanganku. Karena appa, umma dan eonni melihat kami, aku langsung melepasnya.
****
Aku pergi ke Jepang bukan untuk bekerja seperti yang ku ucapkan pada umma, appa dan eonni. Tapi untuk menghindar lagi. Akhirnya uang yang ku kumpulkan itu ada gunanya, uang yang di dapat dari menghindari Donghae oppa dan sicca eonni membuatku menjauh dari mereka. Aku berencana akan membuat kehidupan baru di Jepang. Setelah berhasil membalas budi pada mereka. Aku yakin mereka akan mengirimkan ku cd pernikahan sicca eonni dan Donghae oppa. Jadi aku  tidak akan memberi tahu mereka dimana aku tinggal. Aku juga tak memberi tau mereka nomor teleponku. Karena aku sudah membayar hutangku pada mereka, bagaimana pun beban di pundakku sudah hilang meski beban di hati ku masih sangat berat.
“apa yang kau pikir kan?” tanya Minho yang sedang mengemudi
“molla, apa aku harus melakukan ini?” jawabku dan  Minho hanya menarik nafas panjang
~buing buing~
=from: Haeppa
Apa kau akan menghindar lagi?=
=to: Haeppa
Seperti katamu, akan sulit bagimu untuk menikah dan mencintai eonni jika selalu melihatku begini. Aku sudah mencobanya, tetapi tidak bisa. Aku tak bisa menahan air mataku, aku janji akan bahagia selama di Jepang. Tinggallah di rumah umma dan appa. Mereka sangat mengharapkanmu.=
 Aku menarik nafas panjang dan mencabut baterai handphoneku agar tidak melihat balasannya yang selanjutnya. Minho yang sadar akan tingkahku hanya bisa menatapku kasihan
“ya, jangan pandang aku seperti itu”
“arraesso, arraesso” jawabnya
“ppalli.  Nanti aku akan ketinggalan pesawatnya” desakku pada Minho yang sedang mengemudi. Mobil nya pun melaju menuju ke bandara.

20 thoughts on “For You (ONE SHOOT)

  1. terlalu naif jika membalas budi harus menghancurkan kebahagiaan banyak orang, Maaf 🙂
    Keep Writing and Thank You 🙂

  2. Sumpah thor nyesek banget bangetan baca ffnya 😥 . Buat sequelnya jg ya thor :). Keep writing thor ^^9

  3. Yaah msak crita’y gantung 😦
    Sequel yah ..
    Pdahal aku kira tdi donghae bkal jlasin ke sica dan ortu’y klo dia pcr yoona .. Dan sica unni relain donghae buad yoona lgi trus minta maaf , trus hae ke jpang deh nyri yoona dan jlsin klo mreka btal nikah , akhir’y yoonha yg nikah .

    #eh jdi buad sinopsis sndiri -.-

    Mian author ^^v

  4. Yaah msak crita’y gantung 😦
    Sequel yah ..
    Pdahal aku kira tdi donghae bkal jlasin ke sica dan ortu’y klo dia pcr yoona .. Dan sica unni relain donghae buad yoona lgi trus minta maaf , trus hae ke jpang deh nyri yoona dan jlsin klo mreka btal nikah , akhir’y yoonha yg nikah .

    #eh jdi buad sinopsis sndiri -.-

    Mian author ^^v
    Keep writing ^^/

  5. Huuaaaa kasian yoong eonni ㅠ.ㅠ
    Sequel dong thor, please jebal thor buat YoonHae bersatu iyaa 😀 jebal jebal jebal..

  6. hah..nyesek..kasian Yoona,kasian Donghae..
    Balas budi yg ga setimpl..karna justru juga ikut menyakiti orang yg mencintai kta..ijin next bca yow,…hiks..

  7. Kasian yoona , harus ngerelain donghae buat sicca hanya karna balas budi , tapi kok endingnya gantung ? , bikin sekuelnya dong dong , tp klo bisa happy ending buat yoona sama donghae , , 🙂

Komentarmu?