The Pain (TWO SHOOT)

jj

Author : Lee Hanna

Tittle : The Pain

Lenght : Two Shoot

Cast : Lee Donghae, Im Yoona, Cho Kyuhyun

Other Cast : Kwon Yuri

Genre : Sad

Note : Annyeong haseyeo… kini author datang dengan menenteng sebuah fanfiction yoonhae lagiii *LompatLompat mian kalau judulnya gak terlalu nyambung sama cerita ini *bow. Tapi coba baca dulu deh, Dont be Silent readers ^^

 

Yoona POV

 

Garisnya dua. Seketika aku terdiam menatap benda putih kecil panjang itu. Mulutku kelu untuk hanya sekedar melontarkan sepatah kata dan tanganku kaku seketika. Ku pandangi wajahku yang sudah pucat itu di pantulan cermin yang ada di hadapanku saat ini.  Ucapan dokter itu benar. Saat aku jatuh pingsan dan di bawa kerumah sakit karena kecapean, dokter itu menyuruhku untuk menjaga diriku agar tidak terlalu kecapean. Karena sudah sebulan  dan sedang menginjaki waktu dua bulan.

“sheolma” ucapku pelan sambil menggelengkan kepalaku pelan

=tok tok tok tok= “yak eonni!! Ppalliwa!” Pekik dongsaengku dari luar.

“NDE!” Jawabku. Ku buka air keran westafle dan langsung membasahi wajahku. Aku berbalik dan membuka pintu kamar mandi ini

“apa kau tidur disana?” Tanyanya dengan nada marah. Ia langsung masuk ke kamar mandi. Sementara aku hanya berjalan gontai ke kamarku. Duduk di ujung kasur dengan tangan masih menggenggam erat benda pengecek kehamilan itu.

Ku raih handphoneku dan menekan nomor satu. Panggilan langsung tersambung dengan voicemail yang sudah ku setting.  Tapi tetap saja tidak di angkat dan operator mengatakan nomor ini sudah tidak aktif lagi. Bagaimana aku bisa menghubungunya? Apa yang harus aku lakukan?! Saat ini aku hanya bisa menunggu panggilan itu tersambung dan mencobanya kembali, begitu seterusnya.

***

Aku menunggu di bangku taman ini sambil sesekali melirik sekitar taman kampus ini. Tangan ku tak kunjung berhenti untuk memelintir ujung rok dari gaun sederhana setinggi lutut yang ku kenakan. Rasa cemasku setiap detik semakin bertambah bagitu mengetahui namja yang ku cari tak kunjung terlihat.

Sudah satu jam aku menunggu di sini namun hasilnya nihil. Ku hampiri kelasnya dan memberanikan diri untuk menanyakan hal ini pada sunbae(senior) yang ada di sana

“chogiyeo sunbae, apa Kyuhyun sunbae ada di sini?”

“Kyuhyun? Ia bukannya sudah pindah ke jepang?” Ucapnya. Kakiku seketika kaku. Air mata yang ku tahan kini sudah tak kuat lagi untuk meloloskan dirinya dari pelupuk mataku.

“ghambsahambnida” jawabku sambil tersenyum getir. Mencoba untuk tegar lalu berjalan dengan tergopoh gopoh ke mobil.

***

ONE MOON LETTER

“keundae… Aku pasti akan merindukanmu” ucap yuri. Aku hanya bisa menarik nafas panjang

“na do” jawabku. Tiba tiba seorang hoobae(junior) menghampiri kami

“sunbae, bukankah yesung oppa konser di balai kota? Kau tidak datang?” Tanya seorang hoobae yang lumayan dekat dengan yuri

“jinjja? Oh, gumawo infonya.  Kajja yoong” ucapnya lalu menarik tanganku. Hanya karna mendengar kalau yesung tampil di balai kota, ia langsung bergegas pergi ke sana untuk melihat namja chingunya itu

“aish! Namja itu bahkan tidak memberi tahuku kalau ada konser hari ini”

“mungkin dia tidak mau kau seperti seminggu yang lalu” ucapku sambil memperhatikan luar jendela yang berjalan dengan cepat karena si pembawa mobil ini sedang mengebut untuk mengejar waktu

“memangnya aku kenapa minggu lalu?”

“yak! Bisa kau pelan sedikit?!” Pekikku “minggu lalu yang kau mencium nya di atas panggung di hadapan orang ramai”

“benar juga” ucapnya dan seketika mobilnya berhenti mendadak dan membuatku spontan maju ke depan dan membuat hentakan keras terutama di kandunganku. Terlebih lagi karena aku yang tidak menggunakan safety belt.

***

Ku buka mataku perlahan. Ini kamarku. Aku terbaring di sini dan menemukan Donghae di sampingku. Ia menatapku dengan tatapan sedih.

“oppa” ucapku pelan. Dapat ku rasakan tangannya menggenggam tanganku erat. Ia oppa ku, kami bersama sejak kecil karena orang tuanya tinggal di Mokpo. Jadi orang tuaku yang memperhatikannya selama ia tinggal di Seoul. Ia sering datang ke rumah. Ia sudah ku anggap sebagai keluarga ku sendiri.

“gwaenchana? Manhi appeo?” Tanyanya lagi

“gwaenchana” ucapku. Seketika eomma masuk dengan mata yang sudah memerah.

“siapa yang melakukannya? Kenapa tidak bilang pada eomma?” Ucap eomma. Aku terdiam sejenak dan berusaha keras untuk duduk.

“apa yang eomma katakan?” Tanyaku

“tadi dokter bilang kau hamil,” ucap eomma sambil menangis. Baru kali ini aku melihat eomma menangis tersedu sedu karena ulahku. Aku mengecewakannya. Mengecewakan yeoja yang melahirkanku. Air mataku seketika keluar. Mulanya setelah mengetahui kehamilanku, aku berniat untuk menjadi single parents dan sekolah di paris. Seharusnya besok aku sudah berangkat ke Paris dan melanjutkan sekolah ku disana dan membesarkan anak ku sendiri lalu menunggu hingga Kyuhyun datang.

“m-mian ne” ucap ku pelan

“jadi karena ini kau ingin ke paris?” Tanya eomma lagi. Aku hanya terdiam seribu bahasa. Donghae entah sejak kapan sudah tidak ada di sini lagi.

“appa menunggu mu di luar” eomma beranjak keluar kamarku dan dengan perlahan aku turun dari kasur dan pergi ke luar kamar untuk menemui appa. Appa sudah duduk di sana. Yuri dan Donghae juga ada di sana.

“duduk di sini” ucap appa tanpa menatap wajahku. Sebegitu sulitkah? Hanya untuk menatapku yang kotor ini, sebegitu sulitkah? Apa aku sangat menjijikkan hingga appa pun tak sudi untuk hanya sekedar menatapku?

Aku duduk di hadapan appa. Sambil mencengkram erat ujung rok dari gaun biru muda yang ku kenakan. Ku tundukkan kepalaku untuk mengelakkan tatapannya jika ia mau menatapku

“siapa appanya?” Tanya appa langsung ke inti permasalahan. Aku hanya diam tak bergeming “SIAPA APPANYA?!” Marah appa padaku. Hanya dengan sekali bentakan aku sudah ciut dan mengeluarkan air mataku. Membiarkannya jatuh butir demi butir.

“aku akan pergi ke paris dan membesarkannya sendirian. Tanpa appanya pun aku bisa menghidupinya” ucapku.

“pemberangkatanmu sudah appa batalkan” ucap appa lagi dan membuatku mentap matanya yang tajam itu

“appa” ucapku pelan

“SIAPA YANG MELAKUKANNYA!” Tanya appa lagi. Air mataku kembali keluar. Aku perlahan turun untuk berlutut di hadapan appa

“biarkan aku ke Paris appa” ucapku lirih. Appa berdiri dan membuka ikat pinggangnya.

“katakan siapa yang melakukannya”

“yeobo! Dia sedang hamil” ucap eomma menahan tangan appa

“biarkan saja ia keguguran! Siapa suruh melakukan hal yang membuat malu keluarga!”

“Yeobo!” Pekik eomma yang sama mengeluarkan air matanya sepertiku. Yuri yang duduk di ujung sana hanya bisa menutup mulutnya dengan tangannya sambil mengeluarkan air matanya

“kau mau ku pukul juga!” pekik appa.

“nde! Bunuh saja aku! Aku gagal mendidik anak anakku!” Ucap eomma lalu ikut berlututu di sampingku.

“m-mian ne aboji… A-aku yang menghamilinya” ku tatap sumber suara yang berada tepat di sampingku. Namja itu dengan ragu ragu menatapku yang menatapnya penuh tanya dan sangat tidak percaya. Keringatnya keluar sangat banyak membasuhi keningnya. Ia yang entah sejak kapan sudah berlutut di sampingku dan kini menundukkan kepalanya

“aku yang salah” ucapnya lagi. Appa terduduk dan diam karena shock.

Author POV

Appa Yoona terduduk sambil menatap lurus ke depan. Ia kaku seketika begitu mengetahui anak dari sahabatnya lah yang telah melakukan hal keji itu. Ia tau kesalahan terbesar yang ia buat. Amanat yang di pinta dari ke sahabatnya yang ber notabene sebagai orang tuanya Donghae untuk menjaga Donghae selama ia di Seoul telah gagal.

Yuri,sahabat Yoona hanya bisa diam kaget mendengar penjelasan yang ia harap semua ini hanya mimpi. Kalau saja ia tidak menghentikan mobil mendadak tadi, semua ini tidak akan terjadi. Ia bahkan sahabat Yoona sendiri tidak tau kalau chingunya itu sedang hamil tiga bulan. Satu hal yang lebih ia tidak percayai, namja yang menghamilinya adalah Donghae. Padahal yuru tau kalau Kyuhyun dan Yoona pacaran. Dan masih pacaran meski sudah tidak ada koneksi satu sama lainnya.

Terlebihnya di Yoona yang kaget mendengar penjelasan palsu dari teman kecilnya, Donghae. Kenapa namja ini sangat baik dan membuatnya menjadi sangat merasa bersalah

“kau” ucap appa Yoona yang berdiri “orang tuamu menyuruhku untuk menjagamu untuk tidak melakukan hal keji ini” ucap appa dengan amarahnya yang sudah memuncak.

=plak!=

Tali pinggang itu ia pukul di punggung Donghae.

“Yeobo!” Ucap eomma Donghae berusaha melerai perlakuan suaminya itu. Begitu juga dengan yuri

“ahjussi!” Ucapnya yang tidak bisa membiarkan begitu saja namja itu di pukuli oleh ikat pinggang. Ia menahan tangan appa Yoona yang berulang kali memukulkan benda yang beribu kali sakitnya jika dengan kekuatan yang kuat mendarat di punggung Donghae. Yoona hanya bisa diam  terpaku. Air matanya masih terus keluar. Sementara namja yang ada di sampingnya hanya bisa menahan sakit karena pukulan yang datang bertubi tubi dari ikat pinggang appa Yoona.

***

FOUR MOON LATER

Donghae masih diam tak bergeming. Ia berharap agar ia segera tertidur.  Tapi tetap saja tidak bisa. Ia masih saja mendengar sedikit suara, ia tetap saja tau kalau yeoja yang ada di sampingnya itu menangis. Sudah sering ini ia lalui, tapi ia  tidak dapat menenangkan yeoja itu. Yeoja yang tiap malam selalu menangis dan entah apa yang ia pikirkan. Donghae berbalik dan memeluk yeoja itu dari belakang. Di rasakannya perut yeoja itu sudah membesar. Yeoja yang di peluk itu hanya bisa terdiam menahan tangisnya.

Sudah lama Donghae memeluk Yoona dari belakang, Yoona yang merasa Donghae sudah benar benar tertidur pergi berjalan keluar kamar ini dan melepaskan pelukan Donghae. Donghae yang belum tidur hanya bisa duduk dan membiarkan Yoona pergi sesukanya. Ia beranjak ke jendela kamarnya. Seperti yang ia duga, Yoona pergi ke sana dan duduk di bangku halaman rumah mereka sambil menatap bintang bintang di sana.

“sampai kapan kau akan terus begini Yoona?” Ucap Donghae pelan. Apa yang bisa ia buat? Yeoja itu bahkan tidak mencintainya. Hati yeoja itu hanya ada pada Kyuhyun.

Donghae berjalan untuk melelapkan matanya. Berharap besok akan ada hari yang cerah, di mana ia bisa berbahagia dengan yeoja itu seperti sebelum masalah yang menjeratkan Yoona untuk larut di dalam kesedihan. Membuat Yoona yang  selalu bersikap ceria di hadapan Donghae berubah menjadi yeoja pendiam dan cengeng.

Sementara Yoona masih diam menatap bintang bintang yang bersinar indah di atas sana. Ia mengambil handphonenya dan menekan nomor satu. Voicemail Kyuhyun tersambung, tapi terputus karena operator mengatakan nomor ini berada di luar jangkauan atau sedang mati. Yoona yang sudah setiap hari mendengarkan itu masih saja tetap mencoba. Berharap Kyuhyun mengangkatnya dan ia dapat mendengar suara Kyuhyun meski itu hanya sepatah kata ‘yeobseyeo’

***

“masyita”(lezat) ucap Donghae lalu menyeruput teh hijaunya perlahan. Ia sangat sulit untuk meminum minuman hangat dan membutuhkan waktu lama untuk meminumnya karena ia hanya bisa menyeruput sedikit demi sedikit.

“jinjja? ” ucap Yoona dan tersenyum pada Donghae yang sedang melahap rotinya.Yeoja itu tampak sangat bahagia saat ini. Selalu seperti itu, bahagia padahal di hatinya sudah sangat merintih kesakitan.

“aku mungkin akan pulang cepat” ucap Donghae lagi. Ia sudah bekerja menjadi jaksa hukum semenjak tiga bulan yang lalu

“wae?” Tanya Yoona sambil memutar mutarkan jarinya di mulut gelas itu

“bukankah hari ini kau check up?”

“ah benar juga. Oppa tidak perlu mengantarku. Aku bisa minta yuri untuk menemaniku”

“apa kau tidak malu pergi ke sana tanpa suami? Kau tidak iri melihat ibu ibu lainnya yang di dampingi suaminya”

“tsk, sesukamulah” ucap Yoona akhirnya. Donghae bangkit dari duduknya dan berjalan menuju mobil. Yoona yang pun mengikutinya untuk mengantar suami nya itu.

“kau sudah minum susu?” Tanya Donghae

“belum”

“aigo… Yak im Yoona, aku tidak mau anak kita lahir dengan keadaan tidak sehat hanya karena eommanya malas meminum susu” ucap Donghae. Ia mulai cerewet seperti ahjumma

“nde, arraesseo” ucap Yoona. Donghae mengelus perut istrinya yang sudah membesar itu

“na kalkae” ucap Donghae lalu masuk ke dalam mobil. Yoona tersenyum manis pada Donghae sambil melambaikan tangannya. Senyuman Yoona memudar ketika namja itu pergi.  Ia masuk ke dalam rumahnya dan mulai menyusun skripsinya agar bisa lulus kuliah. Biar bagaimanapun ia masih mahasiswi.

***

“ia pasti tampan seperti appanya” ucap Donghae saat keluar dari ruangan rumah sakit itu. Sementara Yoona masih diam tak bergeming ketika mendengar ucapan dari suaminya itu. Di bayi yang ia kandungi ini bahkan tidak ada sedikitpun benih darinya, tapi ia masih saja seperti orang bodoh mengatakan hal itu. Mereka duduk berdua di bangku taman.

“hari yang cerah” ucap Donghae. Namun istrinya itu masih tetap tak bergeming. Mata Donghae sseketika terhenti di anak anak yang berlari lari sambil memperebutkan balon.

“besok kita akan seperti itu” ucap Donghae lagi. Yoona masih diam. Ia terus saja memikirkan bagaimana nanti jika anak ini lahir dan sangat mirip dengan Kyuhyun. Di tambah lagi karena anak ini adalah namja.

“wae keure?” Tanya Donghae begitu melihat istrinya yang terus saja diam semenjak keluar dari rumah sakit.

“mian ne” ucap Yoona tiba tiba. Kata kata yang selalu ia lontarkan dan selalu di dengar oleh Donghae.

“untuk apa?” Tanya Donghae

“semuanya… Aku hanya bisa selalu menyakitimu” ucap Yoona. Donghae lalu memeluk istrinya itu.

“sudahku bilang kalau ini bukan salah mu” Donghae akhirnya melepaskan pelukannya. Jarak mereka hanya kurang dari lima senti saat ini. Donghae menatap kedua mata Yoona yang indah itu dalam dalam. Seolah mencari sesuatu. Ia menutup matanya dan mendekatkan wajahnya ke wajah yeoja yang ada di hadapannya itu.

Meski sudah empat bulan menikah, mereka belum pernah melakukan hal hal semacam ini, jangan kan untuk sekedar berciuman, mencium kening indah Yoona saja Donghae tidak pernah kecuali saat di altar pernikahan mereka. Apa lagi melakukan hal hal yang lebih dari itu semua.

Yoona melihat itu semua hanya bisa diam, tak sampai sesenti lagi, Yoona memalingkan wajahnya. Karena sadar ciumannya di tolak, Donghae membuka matanya dan menatap Yoona yang sudah tidak menatapnya lagi. Meski Donghae adalah suaminya, tetap saja Yoona masih belum bisa melakukan hal seperti itu.

Donghae menarik nafas panjang

“aku… Mau makan eskrim itu” ucap Yoona mengalihkan suasana. Donghae memberi jarak antara mereka berdua dan menarik nafas panjang

“keure, aku belikan dua. Tunggu di sini sebentar” ucap Donghae sambil berjalan ke tempat penjual eskrim itu. Ia tau, ia terlalu terburu buru untuk mendapatkan Yoona. Seharusnya ia tidak melakukan hal itu tadi.

“mian ne oppa” ucap Yoona saat melihat punggung Donghae yang berjalan ke arah tukang eskrim tersebut.

“Yoona!” Teriak seseorang dari arah lain. Yoona menoleh dan terdiam ketika tau siapa yang memanggilnya barusan. Emosinya memuncak seketika, air matanya pun mengalir membasahi pipi yeoja itu.

Namja itu tersenyum manis mendekati Yoona

“aku tidak menyangka kita akan bertemu di sini. Nan bogoshippeo

(aku merindukanmu)” ucapnya. Yoona masih diam tak bersuara. Apa semua ini mimpi? Apa yang harus ia lakukan? Haruskan ia marah dengan namja itu?! Atau malah bahagia karena kehadirannya?

Namja itu langsung memeluk Yoona, namun sadar kalau Yoona sedang hamil saat ini

“k-kau…” Ucapnya. Yoona benar benar menangisi semuanya saat ini. Ia rindu namja ini, ia rindu aromanya dan wajahnya. Ia rindu suaranya, ia rindu segala hal yang ada di diri namja ini. Hanya tangisan yang bisa ia luapkan sambil memukuli dada bidang namja ini

“nappeun! Kau pergi begitu saja!!!” Ucap Yoona di sela tangisannya

“a-apa anak ini… Anak kita?” Tanya Kyuhyun dengan hati hati. Yoona mengangguk sambil tetap memukul namja itu. Namja itu langsung memeluk Yoona erat. Membiarkan yeoja yang ia cintai itu mengangis di pelukannya

“bogoshippeo…” Ucap Yoona setelah pukulannya melemah. Ia membalas pelukan namja itu.

Di sisi lain, Donghae yang melihat kedua insan itu hanya bisa diam tak bergeming dengan dua eskrim di tangannya. Apa yang harus ia lakukan? Ani, apa yang bisa ia lakukan? Untuk sekedar meredakan tangisan Yoona saja ia tak mampu, bahkan tidak berani. Ia hanya takut akan memperkeruh keadaan.

Cemburu memang, tapi apa lagi yang bisa  ia lakukan. Beribu kali ia mengatakan kalau ia marah, ia cemburu, dan ia tidak suka semua ini, itu tidak akan bisa merubah keadaan dan perasaan yeoja yang ia cintai.

Ia sangat ingin melerai pelukan mereka, biar bagai manapun Donghae adalah suami dari yeoja itu. Mana ada suami yang rela melihat istrinya berpelukan dan menangis di pelukan namja lain. Tapi tidak dengan Donghae, ia lebih memilih diam dan membiarkan waktu yang menjawab semuanya. Hanya bisa melihat keduanya, jika setiap manusia bisa di lihat perasaannya, pasti perasaan mereka berdua sangat bahagia. Karena telah di pertemukan kembali. Tapi saat ini adalah saat saat yang sangat di takuti Donghae.

Setelah menikah, ia sadar kalau pernikahan ini akan di guyuri hujan dan pastinya petir akan datang begitu saja tanpa di ketahui.  Dan petir itu adalah Kyuhyun. Namja yang bisa membalikkan keadaan ini semua. Membalikkan kenyataan kalau Donghae adalah suami Yoona.

Apa pun itu, namja bodoh itu hanya bisa diam sambil memegang kedua eskrim itu. Hingga Kyuhyun menarik tangan Yoona ke suatu tempat.

***

“mian ne” ucap kyuhun setalah puas menatapi yeoja yang ia cintai yang berada di hadapannya.  “aku melanjutkan perusahaan appa di jepang dan baru sempat pulang ke korea hari ini. Dan saat aku ke taman, aku melihatmu. Mungkin kita benar benar jodoh” ucap Kyuhyun. Yoona masih diam tak bergeming. Matanya masih sembab karena menangis terus

“sudah berapa bulan kandunganmu?”

“tujuh”

“jinjja? Kalau begitu aku harus secepatnya menikahimu” ucap Kyuhyun lagi sambil menatap Yoona dengan senyuman termanisnya

“sudah terlambat oppa” ucap Yoona sambil menyeruput cappuchinonya.

“terlambat?”

“waktu aku ketahuan hamil, appa memaksaku untuk memberi tau siapa yang melakukan ini. Tapi namja bodoh itu mengatakan kalau ia yang melakukan ini semua”

“namja bodoh? Nugu?”

“Lee Donghae” ucap Yoona

“Donghae?!” Tanya Kyuhyun. Sejenak mereka terdiam. Kyuhyun sudah sangat terlambat untuk ini semua. Tapi ia tak bisa biarkan saja yeoja yang ia cintai jatuh di tangan namja lain. Bukankah cinta itu egois? Wajar saja kalau ia egois, anak yang ada di janin Yoona saat ini adalah anaknya.

Perlahan tangan Kyuhyun memegang tangan Yoona. Berharap akan menenangkan hati yeoja itu

“aku akan membicarakan hal ini pada suamimu” ucapnya. Ucapannya ini membuat yeoja itu menatapnya seolah tak percaya. Antara ragu dan terharu.

***

“gumawo Kyuhyun-ah” ucap Yoona. Terukir senyuman manis dari bibir yeoja itu. Kyuhyun yang berada di dalam mobil pun membalas senyuman yeoja itu dan menancapkan gasnya. Yoona mendongkakkan kepalanya dan melihat langit yang sudah menggelap ini. Di tambah lagi tidak ada sedikitpun bintang disana. Karena dari sore tadi hujan tak kunjung berhenti dan baru berhenti beberapa menit yang lalu.

Yeoja itu berjalan menuju rumahnya dan langsung membuka pintu. Di lihatnya tidak ada seorang pun di sana. Bahkan mobil Donghae pun tidak ada di tempat

“maldeo adwae” ucap Yoona setelah menyimpulkan sesuatu. Ia segera mencari taxi dan pergi ke taman tempat mereka tadi.

Seperti yang ia duga, namja itu masih duduk di sana. Yoona berlari kecil mendekati namja yang tubuhnya sudah basah itu

“Donghae oppa” ucap Yoona perlan. Namja itu mendongkakkan kepalanya. Matanya sembab dan memerah, serta di kedua tangannya ada eskrim yang sudah lembek dan basah karena hujan tadi

“kau datang” ucap Donghae sambil tersenyum pada Yoona. Yoona duduk di samping Donghae dan memperhatikan baju Donghae yang sudah basah itu dengan prihatin

“kenapa tidak pulang saja?” Tanya Yoona sambil memegang baju basah Donghae

“kau mau?” Tanya namja itu. Ia tersenyum, senyuman yang menyakitkan di mata Yoona. Entah kenapa senyuman itu seperti tanda bahwa ada luka yang mendalam di hati Donghae.

“bukannya kau tadi ingin es krim?” Tanya Donghae.

“ini sudah basah” ucap Yoona

“ah, b-benar juga” Donghae segera berdiri dari duduknya dan membuang eskrim itu ke sembarang tempat. Ia melihat sekitar

“aku akan belikan lagi, tunggu di sini” ucap Donghae. Saat ia ingin berjalan, Yoona dengan cepat menarik jas kerja Donghae yang basah hingga membuat namja itu berhenti.

“jangan seperti ini, jaebal” ucap Yoona. Air mata Donghae sudah tidak dapat di tahan lagi. Cairan putih bening itu mengalir begitu saja di pipi namja itu.

“jangan pura pura tidak mengetahuinya” ucap Yoona. Donghae tau ucapan yeoja ini mengarah kemana. Tapi ia hanya tidak mau mempersulit keadaan. Bukankah lebih baik tidak tau, meski takdir berkata untuk harus tau tentang ini.

“pakaian mu basah, kita pulang saja” ucap Yoona. Donghae memegang tangan Yoona yang sedari tadi menggenggam jasnya. Di lepaskannya tangan yeoja itu dari jasnya dan menariknya ke mobil.

Di mobil suasana menjadi sangat awkward. Mereka sibuk dengan pemikiran nya masing masing. Yoona sesekali melirik ke arah Donghae. Hidung namja itu memerah karena menangis dan tubuh namja itu basah kuyup serta mata nya yang sembab memperjelas kalau namja itu baru saja menangis dalam tenggang waktu yang cukup lama.

***

Donghae masih belum bisa tidur, begitu juga dengan Yoona. Tapi kali ini tak terdengar Yoona menangis lagi. Seperti ini bahkan membuat Donghae lebih sakit, mengetahui kenyataan bahwa karena kedatangan Kyuhyun Yoona bisa keluar dari kesuraman hatinya.

Kemudian Yoona bangun dan keluar dari kamar ini. Donghae tau, Yoona pasti keluar rumah ini. Dan yang benar saja, yeoja itu duduk di taman sambil memutar mutar handphonenya.

Akhirnya ia memutuskan untuk memanggil namja yang sedari tadi ia pikirkan. Kebiasaan ini tak pernah hilang meski ia tau namja itu sudah ada di dekatnya.

“ini yang ke tujuh ratus sembilan dua” suara itu. Telepon ini benar benar tersambung dan ucapan pertama yang Kyuhyun katakan adalah itu

“aku tak tau kau meneleponku sebanyak itu. Mian ne” ucap Kyuhyun lagi. Yoona hanya diam mendengar suara yang sangat ia rindukan itu.

“bogoshippeo” ucap Yoona

“na do. Kau kenapa belum tidur?”

“molla. Banyak yang ku pikirkan”

“apa itu tentang aku?”

“salah satunya”

“anak kita?”

“itu juga”

“lalu… Donghae?” Yoona terdiam sejenak. Itulah inti dari pemikirannya.

“nde” ucap Yoona

“kokjonghajima… Besok aku akan katakan semuanya padanya. Tidurlah dulu, aku tak mau anak kita suka tidur malam karena eommanya selalu tidur malam” ucak Kyuhyun. Persis seperti ucapan Donghae untuk minum susu.

“nde”

“jaljaeyeo” Yoona langsung mematikan handphonenya.

***

“oppa, kau tidak kerja?” Tanya Yoona. Donghae melirik jam di kamarnya

“sebentar lagi” ucap Donghae lalu menarik selimutnya hingga menutupi wajahnya. Yoona lalu beranjak ke kamar mandi. Mendengar suara pintu kamar mandi, Donghae membuka kembali matanya. Sudah jam sembilan dan ia belum juga berangkat kerja. Ia masih meringkuk di atas kasur sambil memikirkan sesuatu. Kalau saja namja itu datang dan meminta Yoona untuk bersamanya, bagai mana dengan Donghae? Apa yang harus ia lakukan?

***

“tak perlu buatkan sarapan. Aku makan di kantor saja. Sudah terlambat” ucap Donghae sambil memasang sepatunya

“nde” jawab Yoona yang dari belakang melihat suaminya itu

“na kalkae” ucap Donghae tanpa menatap sedikitpun ke arah Yoona. Saat ia membuka pintu, ia menemukan namja yang sangat ia takuti kehadirannya itu. Sejenak ia terdiam melihat namja itu, dan seolah tanpa dosa, namja itu tersenyum manis ke Donghae dan sedikit bow

“annyeonghaseyeo” ucapnya ramah. Donghae hanya sedikit menundukkan kepalanya. ‘Untuk apa aku berlama lama di sini? Melihat kemesraan mereka berdua? Atau seperti namja bodoh yang melihat istrinya bermesraan dengan namja lain? Terserah mereka mau berbuat apa.’ Batin Donghae

“na kalkae” ucap Donghae lalu beranjak pergi, meninggalkan mereka berdua. Agar ia tidak lebih sakit hati dari yang sekarang ini

“jamkaman Donghae-ssi” ucap Kyuhyun. Donghae berbalik menatapnya “bisa kita bicara bertiga sebentar?” Seketika bulu kuduk Donghae merinding. Ia tak ingin apa yang ia miliki saat ini lenyap begitu saja. Ia tak ingin ini berjalan dengan baik, lebih baik Yoona tiba tiba menghilang dan tinggal bersama namja itu dari pada harus di minta baik baik padaku.

***

Yoona meletakkan tiga teh hijau hangat untuk kami dan duduk di sofa.

“sebenarnya aku ke sini… Ingin mengatakan sesuatu” ucap Kyuhyun.

“apa itu?” Tanya Donghae

“aku ingin menikahi Yoona. Oleh karna itu aku mau kau bercerai dengnanya”

“nde?” Tanya Donghae sedikit kaget, biar bagai manapun ini sangat cepat untuknya

“bukankah kau melakukan ini  untuk membantu Yoona? Aku sangat berterima kasih karena telah menjadi suami yang baik untuknya selama ini” ucap Kyuhyun lagi. Donghae terdiam. Ia bahkan belum melakukan sesuatu yang seharusnya ia lakukan layaknya suami. Apakah ini akhir dari semuanya? Kisah cinta indahnya bersama yeoja yang ia cintai itu?

TBC!!

Ottae? Masih ada satu chapter lagi… bakal autroh post kalau udah banyak yang koment. ^^

16 thoughts on “The Pain (TWO SHOOT)

  1. Anyong cingu…
    Salam kenal.
    Kim haena imida..

    Hwah…. SediH sangat cingu
    aku ampe nangis d pojokan*takuT keliatan temen kosaoan baCa Ff ampe nangis*hahaha

    hae… Bae sangat…
    Kyu yona tega ny kalian memperlakukan oppa ku seperti itu
    huhuhuhu T_T
    Nangis ny belum berhenti aja..

    D tUnggu kelanjuTan ny
    ff Ny DAEEEBBBAAAAKKKK

    1. annyeong juga… salam kenal juga chingu ^^
      Lee Hanna imnida ^^

      wah, sampe nangis ya? hahaaha…
      gumawo chingu.. pantau ff yang lainnya juga ya 😀

  2. saeng ff mu keterlaluan *peace*
    kasian haeppa, knp bgtu rumit masalah yg dihadapi.. hikss hikss

  3. aaaaa..galau.,bca di setiap bait cerita ny bener2 nguras emosi ku nih,pengin nangis tpi lg puasa…

    Ga tega sama Donghae,baik bnget…tapi galau Kyuhyun…ga tega…
    Next ijin bca yow..

  4. hikz…hikz…
    kasian banget donghae oppa.. plus terlalu BODOH.. jangan diam ajah oppa.. Lakukan sesuatu tuk mpertahankan istrimu.
    uhhhh… *geregetan* ada yah laki2 sesabar ituhhhh

    >_<

  5. Kasian donghae ,, padahal dia cinta banget sama yoona , tp tiba2 kyuhyun dteng buat ngambil yoona , lagian kyuhyun mlah ngilang gitu ajjj ,, endingnya yoona sama kyuhyun apa donghae ? , ?

  6. Sumpah thor ,, hatiku perihhh *terbawa suasan tas perasaan Haeoppa ,, #NangisDah #alay #abaikan,,..
    Thor keren,, daebaklah pokoknya,,,top markotoppppp

Komentarmu?