Rendezvous (Chapter 9)

Rendezvous 4

Author : Ester Lee
Title :Rendezvous– Chapter 9
Cast : Im Yoona, Lee Donghae
Kwon Yuri, Lee Jonghyun, Kim Taeyeon, Park Jung So, Sooyoung Choi and Eunhyuk.
Genre : Romance
Mian mian mian mian mian, buat keterlambatanya. author sedang sangat sangat sibuk mau memasuki yudisium, mohon doanya. :*
semoga kisah ini dapat menghibur. ya  ya ya 
jangan lupa tinggalkan komentar kekekekek
LOVE YA!!
HBD URI YOONG
ini hadiah buat kalian 😀
aku telah bertekuk lutut padamu Kim Yoona,
karena sekeras apapun kau melawan takdir hanya Tuhan yang memberi hasil Akhirnya Lee Donghae,,
Aku percaya pada-Nya Yoona, Kepada Tuhan.

Kim Yoona,

Sebuah nama yang membuat hatinya terasa diremas dan dipelintir hingga kering, Yuri selalu menyumbat telinganya setiap kali nama itu menggaung di seluruh indranya. Yoona parasit! Begitulah perempuan itu selalu menegaskan pada dirinya sendiri tentang adik setengah darahnya itu,

Yuri juga bersumpah demi nama ibunya untuk membenci perempuan yang telah menggantikan posisi wanita tercintanya dari sisi sang Ayah, lalu setelah kelahiran Yoona kebencian itu kian menjadi, mengakar, terpupuk dan tumbuh kian besar tak terobohkan dengan ketulusan-ketulusan yang selalu perempuan pengganti itu berikan, ya Ibu tirinya itu adalah wanita yang sangat mencintainya dan Yuri selalu mengelak, sejak kecil bayangan tentang Ibu Tiri selalu cacat dimatanya, selalu jahat dan akan merenggut segala miliknya.

Tapi kenyataanya benar bukan?

Perempuan itu yang tak pernah dipanggilnya Eomma, yang bahkan tidak ingin Yuri sebut namanya benar sudah merenggut ayahnya, menyeret Appanya kedunia tanpa Eommanya, Yuri tak bisa terima itu! ia merasa dikhiannti,,,Appanya bahkan menangis meraung ketika Eommanya berpulang kesurga tapi lihatlah, laki-laki tua itu sekarang melempar senyum, saling tertawa dengan perempuan lain.

Dan satu lagi yang membuat akar-akar kebenciaya kian merambah,

Yoona

Adik sialanya itu berhasil menjungkirbalikkan impianya,  lenyap sudah bersama cinta pertamanya yang tak terbalaskan. Saat itu semua orang tau kemampuanya, jauh sangat jauh lebih baik dari Yoona, semua orang mengeluhkan nama Kim Yuri, memuja setiap inchi gerak gemualai dari tubuh moleknya, wajahnya bak malaikat titisan dewa dewi kayangan. Sampai matanya harus terbuka dan tubuh moleknya terpental jatuh terprosok pada lapisan bumi paling dalam, Yuri telah terkalahkan oleh Yoona. Adik sialanya itu yang kemampuan menarinya tak sebanding dengan Yuri terpilih untuk menjadi satu-satunya penari yang akan berpasangan Lee Jonghyun penyanyi solo terkenal, kawan dan juga cinta pertamanya. Hatinya mencelos, tak lagi kuasa untuk melahap kenyataan itu mentah-mentah. Tangisan Yuri pecah untuk pertama kalinya, Ia yakin penilaian itu salah, Hanya Yuri yang pantas dan satu-satunya.

Tetapi,

Diam-diam ingkar dalam gelengan elakan nuraninya, pantaskah Yuri membenci Yoona? Atau perempuan pengganti itu?

Wanita pengganti sialan itu terlalu tulus untuk memerankan sosok ibu tiri yang keji dan tak tau belas kasih,

Dan Yoona,

Hatinya bagai kain putih tanpa setitikpun noda,

malaikat yang terjebak didunia manusia,

Maka kemurkaan hatinya yuri kubur dalam-dalam..

Lenyap menjadi pilihan terakhir,,

Musna sudah, sirna semua mimpi dan impianya

Raganya memudar, menjauh….

Sampai mata itu…sepasang mata bercahaya itu ……

AIDEN LEE

0-0-0-0-0-0-0-0-0-0

“sesuatu terjadi?”

Lolos juga dari bibir Donghae, dua kata itu akhirnya meresap ditelinganya, Yoona menoleh kesamping dan langsung dihadapkan dengan wajah gusar Donghae dibalik kemudi. Mobil laki-laki itu melaju stabil membelah  jalan malam Seoul. Sementara diluar salju tipis mulai bertebaran dilangit.

Senyum tak tulus melengkung diwajahnya, Yoona menggeleng perlahan “apa aku terlihat berantakan?” benar hatinya berantakan semenjak bertemu dengan Sojin dan juga Yura beberapa jam yang lalu.

Donghae menghentikan mobilnya tepat saat lampu lalu lintas berubah merah lalu kembali menoleh, “kau selalu cantik untukku Yoona” senyum menawan itu memperindah wajah tampan Donghae, Yoona ikut tersenyum jika saja suasana hatinya tak awut-awutan, pipinya sudah pasti memerah, tapi tubuhnya sedang sangat lambat untuk menerjemahkan stimulus-stimulus semacam itu saat ini, pikiranya penuh. Otaknya sampai hampir meledak.

“aku hanya sedikit lelah” Yoona tersenyum lagi, masih senyum tak tulus yang sama.

“apa aku harus melakukan sesuatu untuk itu?”

Pertanyaan Donghae membuat kedua alisnya terangkat,

Donghae tersenyum jahil lalu melanjutkan “seperti ini misalnya” laki-laki itu maju kesamping kearah Yoona, dalam kurang dari satu detik bibir tipisnya telah mengecup bibir tipis gadisnya.

Yoona terbelalak, tanpa berniat mengelak.

Kedua mata bulatnya masih melebar mana kala Donghae telah mundur dan kembali keposisinya semula,

“meski tak menjamin akan lebih baik, setidaknya aku sudah merusaha mengambil beban itu”

Yoona tidak tau bagaimana harus merespon, gerakkan Donghae sangat cepat, dan otaknya sedang lambat bukan. Benar-benar semakin lambat sekarang setelah kecupan manis itu menyapu bibirnya. Hatinya terenyuh mendengar penuturan Donghae,

Lampu lalu lintas berubah hijau, mobil Donghae mulai melaju.

“ini bukan arah keapartemenku?” keluh Yoona, Donghae berbelok kearah kekanan seharunya arah apartemen Yoona adalah kekiri.

Donghae menoleh. Bibirnya siap berucap, tetapi harus batal karena Yoona lebih dulu menyela.

“baguslah sepertinya aku sedang tidak ingin pulang cepat” Yoona menambahkan,

—-

“aku mengatakan tidak ingin pulang cepat Donghae-sshi”

Yoona menoleh pada laki-laki yang sudah menggunakan setelan santai disampingnya dengan bibir mengerucut. Sementara Yoona masih dengan pakaian kantor yang belumlah diganti sejak pagi, membuat Ia gerah stengah mati. Berbeda dengan Donghae yang telah selesai mandi dan duduk tampan disampingnya.

Donghae tergelak, meletakkan secangkir coklat yang baru saja dibawa dari dapur dihadapan Yoona “kau tidak dirumah sekarang bukan?”

“tapi ini apartemenmu” sahut Yoona cemberut, “dan lihat, aku belum mengganti bajuku” Yoona menatap jengah setelan kemeja lusuh ditubuhnya.

“kau bisa berlama-lama disini Yoona-sshi dan tidak perlu pulang cepat, ada kamar mandi dikamarku dan satu lagi kau bisa memakai pakaian manpun dari sana” Donghae mengarahkan dagu kearah kamar miliknya “lagi pula besok hari minggu”

“oh battah” Yoona bergumam seperti baru mengingat sesuatu, “Sooyoung terbang ke Jejju malam ini”

Donghae tersenyum penuh arti, lalu menarik pinggang perempuan itu mendekat menghilangkan jarak daiatas sofa merah nyaman itu,

Yoona terbelalak, kedua matanya megerjab lambat sementara jantungnya telah lebih dulu sadar dengan posisi intim itu dan berdetak dengan cepat, hembusan napas Donghae terasa harum dan memikat menerpa bulu-bulu mata lentiknya.

“good” Donghae tersenyum nakal, “sudah sangat lama sejak kita di London”

“N-nde?” Yoona tercekat ingatanya langsung meloncat pada moment-moment penuh kemanisan itu, seketika bulu-bulu tubuhnya meremang. Pipinya mulai berubah warna,

“Do-Donghae-sshi a-aku…”

Donghae tertawa melihat Yoona gelagapan “kenapa sayang?” tanyanya lembut sebelah tangan terangkat membelai pipi Yoona, “kau sangat cantik dari jarak sedekat ini”

Ibu jari Donghae masih bergerak pelan, menggosok lembut pipi Yoona, dan sumpah bahwa Ia telah jatuh cinta menggema di relung hati memenuhi kepala dan pikiranya. Perempuan itu, Yoona ini miliknya Lee Donghae telah jatuh sangat dalam.

Astaga! Yoona menelan ludahnya dengan susah payah. Serasa paru-parunya telah mogok untuk menyedot dan menghembuskan udara, terpaan napas Donghae bagai bulu yang membelai lembut wajahnya sementara kedua tanganya sendiri saling bertaut kaku diatas pangkuan. Yoona masih diam, kedua matanya membalas sorot mata sendu Donghae yang menatapnya, ada keindahan disana, menghangatkan hatinya. Rasa nyaman yang tak pernah Yoona temukan dari laki-laki manapun. Tubuhnya menjadi ringan dan terasa melayang, Yoona sangat menikmati perlakuan Donghae itu, tak bisa Ia pungkiri apa lagi saat laki-laki itu perlahan menarik wajahnya seirama dengan wajah Donghae yang mendekat, Yoona hampir menutup mata jika saja suara Donghae tak lebih dulu meresap ditelinganya,

“coklatmu mulai dingin” bisik Donghae, lalu menarik mundur wajahnya mengembalikan jarak yang sempat hilang, tangan kananya terlepas dari pinggan Yoona.

Mengerjab berkali-kali, Yoona yakin wajahnya merah padam. Dasar mesum! Umpatnya, rupanya perlakuan Donghae yang seperti itu memberikan rangsangan sangat cepat untuk mengaktifkan otak jorok dikepalanya.

“N-nde” Yoona menghembuskan napas yang hampir semenit ditahanya, dan dengan salah tingkah mengambil cangkir pemberian Donghae dan menyesapnya cepat.

Panas cairan itu tak lagi Ia rasakan. Bahkan asap masih mengepul disana, Yoona yakin lidahnya bisa melepuh setelah ini.

Ya Tuhan!

Oke, Donghae berhasil menggodanya, Yoona melirik kekasihnya-bisakah disebut begitu?- sambil mencibir, “bahkan masih panas” dengusnya bersungut-sungut. “kau membuat lidahku hampir melepuh”

Donghae terkekeh sekali lagi, “aku bilang mulai sayang, bukan telah dingin”

Yoona menautkan kedua alisnya “sayang? Ndee? Sejak kapan….” Yoona bahkan baru menyadari setelah Donghae memanggil untuk yang kesekian kalinya, rupanya berdekatan dengan Donghae dengan jarak sesempit itu membuat Ia kehilangan titik fokusnya.

“kau tidak menyukainya?” tanya Donghae lalu menyesap kopinya,

“ya Tuhan aku baru sadar” Yoona ikut tergelak, masih dengan gerakan yang sangat tampak gugup Yoona menyeruput coklat dari cangkirnya.

“panggil aku sayang?” perintah Donghae,

“apa?” Yoona pura-pura tak mengerti, “itu menggelikan Donghae” tolaknya.

Donghae mendecak, “lalu kau mau terus memanggilku ‘Donghae-sshi’ begitu?” sahut Donghae menirukan suara Yoona saat memanggil namanya.

“Hem” Yoona mengangguk “dan kau bisa terus memanggilku Yoona” jawab Yoona santai, entahlah tapi Ia tidak ingin memperjelas semuanya, Yoona masih tidak bisa membayangkan reaksi Yuri, ketakutan itu masih melekat seperti permen karet dihatinya. Belum lagi reaksi bos tua sok tampanya sebut saja Leeteuk dan sahabat jangkungnya Choi Sooyoung Ya tuhan kedua saudara itu akan membanjirinya dengan pertanyaan-pertanyaan tak penting yang harus dijawab jika ingin hidupnya aman dan selamat.

Melihat Donghae hanya diam Yoona mendesah “baiklah-baiklah, hanya saat kita berdua”

Donghae mencibir, “tidak perlu” singkatnya kesal. “baiklah, panggil aku Donghae-sshi sesukamu dan aku akan memanggilmu Yoona” Donghae bangkit dari Sofa dan berjalan cepat menuju dapur,

Merasa bersalah Yoona mengikuti laki-laki itu,

“Donghae” panggilnya pelan, tapi laki-laki itu tak menghiraukanya “begitu saja marah” bujuk Yoona lagi,

Setelah berdebat dengan kepalanya sendiri yang lebih keras dari baja perempuan Im itu sadar tak ada pilihan lain,

“Sayang” Yoona memberanikan diri, meski suaranya terdengar lebih pelan dari angin.

Donghae berhenti disudut dapur meletakkan cangkir kopi ditangnya kemudian berbalik,

“tidak perlu memaksa Yoona”

Yoona tersenyum gemas, wajah cemberut Donghae terasa menggelitik perutnya “aigoooo” keluhnya “kau sangat tampan dengan wajah begitu, cemberut saja sepanjang hari aku menyukainya”

“menyenangkan ya?” tanya Donghae,

Yoona mengangguk “nde,,nde aku menyukainya wajahmu seperti bayi”

“Sudahlah” Donghae kesal lagi, Yoona benar-benar mempermainkanya laki-laki itu berbalik menghadap washtafel dan siap mencuci cangkir kopinya.

Namun tiba-tiba saja sebuah lengan terjulur dari belakang tubuhnya disertai hantaman pelan sesosok raga yang menghimpitnya dan kehangatan yang mendamba itu langsung saja melingkupinya membuat Donghae betah tak bergerak untuk meletakkan cangkir kopi ditanganya.

“jangan dicuci”

Suara Yoona terdengar sangat indah ditelinganya, entah karena memang suara nya yang lembut atau backhug itu yang mengubahnya.

“sejak tadi aku menginginkan kopimu” Tangan Yoona berhasil meraih cangkir itu dari balik tubuh Donghae, “untung masih tersisah,,,”

Donghae berbalik,

Mundur satu langkah, melepaskan backhug yang sengaja-tak sengaja Ia berikan pada Donghae, Yoona mengalihkan pandangan pada cangkir kopi ditanganya,

“ini pahit”

Dahi Yoona mengernyit tak suka dengan rasa kopi yang baru saja disesapnya, Ia mendongak akan mengajukan protes. Yoona tak menyukai kopi, tapi melihat Donghae meminum cairan hitam itu membuat seleranya tergugah.

“Aku bisa membuatnya manis”  tapi sebelum kata tanya ‘bagaimana?’ lolos dari bibir mungil kekasihnya, Donghae telah maju dan membungkam bibir Yoona dengan miliknya, perlahan dan lembut Yoona mabuk kepayang. Ciuman Donghae selalu saja terasa manis, rasa pahit kopi itu telah menghilang seluruhnya tergantikan dengan rasa nikmat yang menghanyutkan, cangkir kopi ditanganyan perlahan turun dan tergeletak begitu saja diatas meja dapur, Yoona menutup matanya perlahan, dan dengan sangat ragu membalas lumatan-lumatan halus yang Donghae jejalkan dibibirnya sementara kedua tangan miliknya terangkat untuk merengkh tubuh Donghae.

—-

Perempuan dengan gaun simple berwarna maroon itu berjalan pelan kearahnya, Donghae tersenyum, Ia melirik jas hitam yang ia yakinin bukan miliknya membalut apik tubuhnya. Tapi bukan hal penting sekarang, Donghae telah terlalu larut dengan wajah kekasihnya itu.

“Oppa…” suara perempuan itu serak dan lirih “terimakasih” selaput air mata menggenang dikedua mata milik perempuan itu seiring dengan bibirnya yang mangeluarkan suara. Donghae menyadarinya. Kedua mata perempuan itu sangatlah sembab, seperti telah bekerja keras untuk mengeluarkan air mata semelaman.

“gwaenchana?” tanya itu meluncur dari Donghae penuh kekhawatiran,

“aku sangat mencintaimu” ketulusan terpancar jelas dari kedua mata sembabnya,

Donghae tersenyum haru lalu maju satu langkah, hingga kedua tanganya dapat meraih masing-masing pundak perempuan itu. Meremasnya, seolah berbicara lewat gerakan sederhananya betapa Donghae mencemaskan perempuanya.

“dan aku lebih mencintaimu sayang”

Air mata jatuh lagi, tangan kanan Donghae terangkat dan dengan cekatan menghapusnya “hey,,apa yang membuatmu menangis?” tanyanya lembut,

Perempuan itu memejamkan matanya sesaat, dan dengan susah paya menhirup masuk oksigen untuk mengisi paru-parunya.

Hanya gelengan dan deraian air mata,

Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya, dan Donghae telah mengambil ancang-ancang untuk menarik perempuan itu kedalam dekapanya namun harus batal,

“Han Si Wo-sshi,,,,” suara panggilan itu sangat keras terdengar ditelinganya, Donghae mengerutkan kening heran. “Han Si Wo?” ulang Donghae memastikan,

“oh–“perempuan yang memanggilnya terkesiap sepasang bola matanya bergerak kesegalah arah gelisah, “oh maaf, maksudku Han Seung gi-sshi selamat”

Apalagi! Siapa lagi Han Seung gi itu, lipatan dikeningnya semakin bertumpuk lalu seakan meminta penjelasan Donghae menatap perempuan itu, tapi mata sembabmya hanya menatap kosong dan tak ada kata terdengar.

“kau pasti melupakanku, aku Hyeoyeon temanya masa kau lupa?” perempuan itu menyenggol bahu perempuan lain disampingnya.

“Han-Han Seung gi?—-”

Belumlah sempat Donghae bertanya pada keduanya tentang nama-nama asing itu, tiba-tiba aja suara laki-laki dari pengeras suara terdengar,

“pengantin wanita memasuki altar”

Detik berikutnya terdengar derit pintu raksasa diujung karpet merah tempatnya berpijak dan kedua daun pintu cukup tinggi itu terbuka perlahan dan tanpa Ia sadarai ruangan itu telah berubah menjadi sebuah gereja yang dipenuhi manusia-manusia dengan gelak tawa. Bahkan ada Leeteuk dan juga Sooyoung dideretan terdepan menatapnya sayu.

“Oh Hana! Pengantinya sudah datang ayoo kita duduk”

Hana! Tunggu siapa yang Hyeoyeon itu panggil Hana, Donghae tak sempat bertanya karena perempuan yang mengaku Hyeoyeon itu telah menyeret Hana-Yoonanya yang Ia sebut Hana- kederetan kursi. Donghae mengembalikan pandanganya pada altar seorang perempuan bergaun pengantin bersama seorang laki-laki paruh baya telah berdiri dihadapanya, perempuan bertubuh tinggi-miripYoona- itu menunduk. Dan tanpa suara seperti telah terprogam diotaknya tanpa perintah, tangan kirinya terangkat menengadah siap menerima uluran tangan sang pengantin wanita. Tunggu apakah dia pengantin laki-lakinya?

Pria paruh baya itu menggenggam tangan mungil yang mengamit lenganya dan mengarahkanya pada tangan Donghae, dan saat itulah perempuan bergaun putih itu mengangkat wajanhya, dan dunianya terasa runtuh, tak ada lagi langit diatas dan bumi dipijaknya, nyawanya seras tercabut saat itu juga, tenggorokkan tercekik sampai hampir mati dan selanjutnya yang bisa lolos dari bibirnya hanyalah suara tertahan yang sangat kecil,

“Yu-Yuri?”

————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————-

Napasnya menyembur cepat,

Dan kesadaranya lansung kembali disertai tubuhnya yang terlonjak tegap. Donghae membuka mata selebar-lebarnya dan langsung tertuju pada LED besar yang menyala dihadapanya. Kelegaan luar bisa langsung menguyur hatinya, mana kala otaknya telah mengirimkan informasi bahwa hal buruk yang baru saja terjadi hanyalah sebuah mimpi.

Lalu,

Teringat keberadaan Yoona, Donghae dengan gerakan luar biasa cepat memutar kepalanya kesamping dan mendapatai Yoona duduk tertidur disampingnya dengan sebelah tangan berada dalam genggaman tanganya yang berkeringat dingin.

“Yoona” desisinya.

Entah karena panggilan Donghae atau karena gerak geriknya yang gelisah Perlahan kelopak mata pemilik nama itu terbuka,

Dan Donghae langsung menariknya, mendekap Yoona didalam dadanya erat-erat, Ia bersumpah lagi tidak akan pernah meninggalkan Yoona tidak sekalipun demi Tuhan.

“Do-Donghae,,ada apa?”

Yoona yang terkejut dengan perlakuan kekasihnya berusa menggendorkan pelukan Donghae agar bisa menatap laki-laki itu, tapi Donghae malah mengeratkan pelukanya,

“tidak sayang, kumohon biarkan seperti ini…aku-aku membutuhkanmu” suara Donghae terdengar parau, laki-laki itu meletakkan kepala dipundak Yoona dan tenggelam diantara lekukan leher jenjang perempuan itu.

Yoona menyerah, kedua tanganya terangkat untuk balas memeluk Donghae,

“mimpi buruk?” tanya Yoona hati-hati.

“Ya” sahut Donghae singkat,

Yoona tak bertanya lagi, tangnya yang berada dipunggung Donghae bergerak naik turun untuk memberi ketanangan.

‘Mungkinkah Donghae bermimping tentang Aiden?’ batin Yoona bertanya-tanya, terakhir kali Donghae terlihat sangat buruk saat memasuki kamar Aiden di London.

“ingin Ku buatkan coklat?” tawar Yoona tapi tak lagi mendorong tubuh Donghae mundur.

“aku membutuhkan,,,kau sayang”

0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0

“tidak-tidak Yoona!!!”

Yoona mendecak, kesal dengan Sooyoung yang sejak tadi memaksanya untuk bertemu laki-laki penabrak mobilnya,

“aku tidak ingin memperpanjang masalah” Yoona berkata lagi. Memindahkan ponsel ketelinga kirinya, Tangan kananya sibuk memasukkan roti kedalam pemanggang. Lagi pula melihat kemampuan menyetir Sooyoung yang tidak bisa disebut baik itu Yoona tak yakin kecelakaan itu bukan kesalahan Sooyoung sepenuhnya.

“tidak bisa Yoona, kau harus bertemu dengan laki-laki sialan itu dia harus minta maaf padamu”

“Soo ini hanya masalah mobil—“

“tidak ada penolakan!” putus Sooyoung sepihak “besok setibanya di Korea kita akan bertemu

Nada tut panjang terdengar menandakan lawan bicaranya telah memutus panggilan tanpa tau permisi,

Yoona mendesah, meletakkan ponsel diatas meja bar dan kembali fokus mengambil roti dari pemanggang lalu menjejalkan 2 roti lagi kedalamnya. Tanganya kemudian beralih mengaduk kopi hitam yang sudah ia biarkan cukup lama diatas meja.  Sepertinya Yoona memang tidak memiliki pilihan lain selain menuruti keeinginan Sooyoung, dengan sikap sahabatnya yang seperti itu Yoona yakin perempuan jangkung itu akan terus memaksanya tanpa ampun. Sampai kata persetujuan keluar dari mulutnya.

“heii apa yang kau pikirkan sayang”

Yoona tersentak, paru-parunya secara spontan menarik napas dan menahanya tanpa perintah, suara serak ditelinganya menjadi pemicu utama serta lengan kekar yang terjulur dari balik pinggangnya menjadi faktor selanjutnya. Yang lebih berat, adalah deru nafas hangat Donghae yang menerpa lehernya,,,

“rotinya sudah terpanggang sejak tadi” Donghae kemudian meletakkan dagunya dibahu Yoona, menghirup aroma tubuh perempuan itu yang membaur bersama aroma kopi hitam yang sedang diaduk kekasihnya, mendamba, membuat Donghae kecanduan setengah mati. Yoona melirik dua buah roti yang mencuat diantara mesin pemanggang lalu tersenyum salah tingkah,

“memikirkanku?” satu kecupan singkat mendarat dilehernya membuat Yoona seolah tersengat listrik jutaan volt, menjalar menghadirkan euforia aneh yang menyenangkan.

“sudah bangun?” Yoona menekan suaranya yang bergetar gugup dengan susah payah, sementara otot-otot tubuhnya menegang kaku. Lehernya mengeras hingga menolehserasa sangat sulit Ia lakukan.

“kau sangat cantik” sahut Donghae,

Yoona tergelak, memutar bola matanya geli, menoleh kearah Donghae- dengan susah payah tetapi sok santai- lalu berkata,

“apa yang bagus dengan kemeja kebesaran ini” Yoona menunjuk kemeja putih Donghae yang membalut tubuhnya dengan bibir mengerucut “aku terlihat sangat mengenaskan seperti tidak makan berhari-hari”

“karena itu kau sayang”

Yoona hampir saja meleleh sungguh perkataan singkat Donghae membuatnya seperti permen kapas yang siap mencair.

“sepertinya kau ahli sekali membual” masih menoleh kearah Donghae Yoona mencibir, berlagak tak percaya “katakan berapa banyak yang tertipu?”

“ya, hanya untuk Yoonaku”

Dikecupnya lagi, Donghae tersenyum sungguh Ia telah menang banyak. Dan Donghae menyukainya setiap kontak fisik yang terjalin bersama kekasihnya,

“Beri aku kopi” pinta Donghae manja, tanganya masih tak lepas dari pinggang Yoona.

“aigoooo” Yoona mendecak “manja sekali, baiklah” Yoona beranjak melepas pelukan Donghae dan memutar badan dengan gelas kopi yang Ia sodorkan kearah Donghae.

0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0

“ jadi dia menggantikan Taeyeon Eonni atau Sunye sebenarnya?” Yoona melipat tangan didepan dada, sepasang mata besarnya menatap tajam kearah Leeteuk. Laki-laki itu duduk dibalik meja kerjanya satai,

Setelah mengambil napas cukup panjang Leetuk tersenyum singkat lalu menjawab, “keduanya”

Yoona mengerutkan kening, “maksudmu?”

“pemangkasan pengeluaran” sahut Leeteuk kemudian, “kenapa harus menggunakan dua orang jika Yuri dapat mengendalikan keduanya? Dan sepertinya aku ingin sedikit meringankan pekerjaan Yuri. Beri Author yang lain kesempatan Yoona, tulisanmu terlalu bagus kurasa”

“cek! Alasan!” Yoona mendecak “Ya Tuhan!!!” selorohnya setengah memekik “aku jadi yakin sebentar lagi kantormu ini akan bangkrut”

Leeteuk mengangkat bahu tak tersinggung sedikitpun dengan perkataan Yoona. Semuanya sudah laki-laki itu susun dengan sangat rapi, Ialah yang harus menjadi dalang dari semua kisah ini. Bahkan jika Leeteuk bisa membelokkan dan mengganti takdir Tuhan, telah pria itu lakukan sejak lama. Jauh sebelum takdir mempermainkanya, sebelum batasan antara dunia dan khyalan melebur menjadi satu didalam otaknya.

“apapun Yoona, surat perintahmu sudah dicetak dan mulai hari ini kau resmi menjadi seorang disigner”

Yoona menganga, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Tingkat kewarasan laki-laki itu pun Ia ragukan.

“kau sudah gila Oppa” akhirnya hanya desisan putus asa yang bisa Yoona berikan sebagai respon.

Leeteuk memang telah hilang akal sehatnya, laki-laki tua bangka tetapi tampan -anggap saja begitu- itu dengan seenak pantatnya memindahkan Yoona kedalam bidang yang sama dengan Yuri, padahal Leeteuk jelas bisa meramalkan apa yang akan terjadi. Dan bahkan boss Yoona itu tau benar kemampuanya adalah bukan menjahit baju.

“minggu depan foto-foto Donghae akan diterbitkan, dan dengan terbitnya majalah edisi itu kau juga akan resmi berpartner dengan Miss Kim, ah tidak tidak dengan kakakmu maksudku”

Yoona mendengus, bola matanya berputar jengah. Dalam hati perempuan itu terus menahan diri agar tidak menggebrak meja Leeteuk lalu menghancurkan wajah tampan laki-laki itu, atau membakar kantor gilanya.

“terserahmu” sergah Yoona, Ia bangkit dari kursi dan mencebik kearah bosnya, tak peduli lagi dengan adanya tata krama didunia ini. Anggap saja tak pernah ada.

“dan Yoona….”

Yoona telah menapakkan kakinya diambang pintu, dan dengan kesal berbalik kearah Leeteuk,

“Wae too (Apalagi)!!!” bentaknya,

“kau dibebas tugaskan seminggu kedepan, selamat Liburan”

Senyum lebar laki-laki itu menjadi pemandangan terakhir sebelum akhirnya pintu kayu ruang kerja Leeteuk dibanting dengan keras. Menimbulkan bunyi gedebam yang sangat nyaring.

—————————–

“aku akan berterimakasih pada Sooyoung setelah dia pulang”

“untuk?”

Yoona menggerakkan kepalanya kesamping, berusaha menatap wajah Donghae yang menempel dibahu kirinya. Kedua tanganya menangkup erat cangkir coklat megepul berusaha menghilangkan kegugupan yang menyergapnya. Menambah kehangatan backhug yang Donghae berikan.

“untuk bisa memelukmu seperti ini”

Pipi Yoona memanas, bibirnya secara spontar melengkung membuat rona kemerahan dipipinya kentara.

“tidak dingin?”

Mengalihkan pembicaraan, Yoona menyesap coklat ditanganya. “kurasa ketidakwarasan Leeteuk Oppa telah menular” Yoona tergelak, lihatlah tadi pagi Ia mati-matian mengatai orang lain gila dan sekarang Ia malah lebih gila dengan berdiri dibalkon apartemen Donghae ditengah hujan salju dan suhu dibawah nol derajat.

“aku bersedia gila bersamamu sayang” Donghae berkata lembut lalu sebuah kecupan Ia hadiahkan dipipi Yoona, sementara kedua lenganya memeluk perempuan itu erat-erat. Untuk beberapa detik saja mimpi buruk itu berkelebat dalam ingatanya. Dan Donghae berusaha keras untuk tidak mengatakan apapun pada Yoona, karena sudah pasti mimpi itu akan melukai gadisnya.

“Tunggu!” Donghae tiba-tiba saja melepaskan pelukanya, Yoona yang merasa kenyamananya diganggu segera berbalik menghadap Donghae dengan kedua alis hampir menyatu.

“Ada apa Donghae?” tanyanya keheranan.

“kau memanggil laki-laki tua itu apa?”

“Leeteuk Oppa maksudmu?” jawab Yoona tanpa menghilangkan kerutan didahinya,

Donghae berdecak “ kau bahkan memanggil pak tua itu dengan ‘Oppa’?” protesnya.

“Astaga!” Yoona terkekeh, geli dengan ekspresi Donghae yang mirip bocah 5 tahunan. “jadi kau hanya ingi menjadi seperti paman tua itu?” Yoona balik bertanya.

Donghae diam, mengalihkan wajah tak acuh pada Yoona. “jadi apa aku harus mencari Donghae yang lain?” goda Yoona.

“Ya!! Enak saja. Mana boleh seperti itu?” serunya, meletakkan kedua tangan diatas pinggang.

“Lalu?”

“ah sudahlah, ayo masuk aku kedinginan” ujar Donghae lalu meninggalkan Yoona dibalkon. Yoona terkekeh kemudian menyusul kekasihnya itu kedalam, benar, udara semakin dingin, entah karena memang suhunya menurun atau karena pelukan Donghae tak lagi membeitnya.

————————————————-

“aku sudah mirip tuna wisma kau tau”

Yoona mendesah sambil meletakkan cangkir kopi dihadapan Donghae, mantan editor-sebut saja begitu- itu lalu mengambil posisi dihadapan kekasihnya.

Donghae tersenyum lalu menyesap kopinya “itu keberuntungan bagiku”

“oh baiklah” Yoona tergelak lanjtas mengangkat bahunya.

0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0

“aku akan pulang dengan Sooyoung Donghae-sshi”

Yoona kembali berucap sambil menahan pintu mobil Donghae, tanganya yang sudah siap mendorong pintu itu tertahan lantaran Donghae bersih keras menjemputnya.

“aku sudah terlalu sering merepotkanmu selama hampir seminggu ini, nde?”

Donghae menghela napas menyerah, “baiklah, hubungi aku jika masalahnya sudah selesai”

Yoona tersenyum “tentu” jawabnya lalu menutup pintu mobil Donghae dan langsung memasuki Cafe langgananya, Sooyoung itu tiba di Seoul 3 jam yang lalu dan langsung saja menyeret Yoona untuk bertemu dengan sipenabrak mobilnya. Dan satu lagi sahabatnya itu sama sekali tidak mau menyebutkan dimana mobilnya diperbaiki, dan jadilah selama seminggu ini Yoona selalu merepotkan Donghaenya.

Cafe sore itu tampak legang, memang awal pekan baru saja dimulai langganan cafe ini tentulah masih sibuk dengan pekerjaanya. Lain halnya dengan akhir pekan yang pengunjungnya harus rela merogoh kantong cukup dalam untuk membayar biaya reservasi demi sepasang candle light dinner. Kontras memang.

Yoona tersadar,

Sepasang matanya menemukan sosok tinggi Sooyoung disudut ruangan lantai 2, tempat biasa. Sahabatnya itu haruslah bersembunyi dari para penggemarnya jika tidak ingin kerepotan. Popularitasnya sedang benar-benar diatas, baiklah lupakan itu.

“tunggu saja, kau ini cerewet sekali!”

Kalimat yang lebih mirip ultimatum itu terdengar seiring langkah Yoona yang kian dekat, Sooyoung sedang serius menatap laki-laki dihadapnya, Yoona tak dapat melihat jelas. Karena posisi laki-laki itu memunggunginya.

“ah itu dia”

Tangan lentik Sooyoung melambai-lambai keudara, Yoona tersenyum semakin dekat dan perempuan tinggi itu langsung memeluknya,

“oh, aku merindukanmu Yoong” ucapnya girang. Wajah cerianya langsung lenyap ketika memalingkan wajah kearah Eunhyuk,

Sementara laki-laki diseberang meja memucat, keringat dingin mengucur dipelipisnya.

“Yoona” desisnya tertahan lirih tak, yang bahkan tak terdengar oleh dua perempuan didepanya.

“Ini dia, laki-laki sialan ini yang menabrak mobilmu,,,dia itu banyak bicara sudah bersalah tak tau sopan santun” Sooyoung membisikkan  kalimat terakhirnya. Dagu lancipnya bergerak kearah Eunhyuk.

Yoona menoleh, designer dadakan itu lalu tersenyum ramah, tangan kananya terulur kearah Eunhyuk “Aku Im Yoona”

“A-aku Lee Hyuk Jae”

“sebenarnya kita tak perlu bertemu begini Hyuk Jae-sshi, maaf merepotkanmu” Yoona memulai pembicaraan penuh ketidak enak hatian,

dan Sooyoung langsung menambahi dengan kesal “ya! Yoona….apa yang kau katakan!” lalu menarik Yoona duduk disampingnya.

“aku minta maaf Yoona-sshi,,,” Eunhyuk berkata nyalang, pikiranya kacau sekarang. Yoona memang tidak mengenal laki-laki itu, tetapi Eunhyuk..dia sungguh sangat mengenal Yoona. Penari latar Joghyun itu, skandal 2 tahun, yang lalu hanya Eunhyuklah yang pantas mendapat ganjaran setimpal. Jika saja malam itu Ia tak mabuk foto-foto sumber bencana itu tidak akan pernah kluar dari kameranya, ya! Eunhyuk bersumpah, tetapi takdir tetaplah takdir dan Tuhan adalah maha Penetap segala sesuatu.

“tidak usah pikirkan masalah perbaikan Yoona, Eunhyuk-sshi akan menanggung semuanya…benar begitu kan?” dengan tanpa rasa berdosa Sooyoung menyesap jus pesananya, kedua matanya mengarah pada laki-laki diseberang meja dengan tatapan yang menusuk memasksakan laki-laki itu untuk menjawab ‘ya!’ tanpa ragu-ragu “memang Dia ini yang salah tak usah khawatir”

Yoona menyikut lengan Sooyoung, memberi isyarat agar gadis banyak bicara itu tutup mulut, sementara Eunhyuk, laki-laki itu sejak pertama kali bertatap muka dengan Yoona tak sekalipun melepaskan pandanganya meski sesekali Ia menoleh pada Sooyoung dan menerima tatapan ancaman perempuan itu tapi seluruh titik fokusnya saat ini adalah Yoona dan kejadian 2 tahun yang lalu berulang-ulang dikepalanya,

“Yaa! Yoona!! Kenapa kau menyenggolku,,,,—-”

“tidak Eunhyuk-sshi, temanku ini memang ceroboh” mengarahkan dagu pada Sooyoung, Yoona tersenyum tak enak. “mobilku terdaftar dalam asuransi, jadi kerusakan akan ditanggung sepenuhnya oleh–”

“tidak Yoona-sshi aku akan bertanggung jawab”

Yoona diam. Perkataanya seketika berhenti mana kala Eunhyuk menimpali dengan tiba-tiba. Laki-laki itu menatap tepat kedua iris coklat milik Yoona

Eunhyuk diam, mengumpulkan keberaninya

“semuanya—-“

Kening Yoona berkerut mantan editor cantik itu tampaknya mulai menyadari keganjilan dari setiap kata yang terlontar dari Eunhyuk, namun belum sempat Ia mengurai lebih jauh ketidakwjaran itu pikiranya harus buyar oleh sebuah suara yang menginterupsi konsentrasinyam dan pada saat itu juga titik fokusnya berganti kepada sipemilik suara.

“Yoona, maaf aku mengganggu…..tapi kau meninggalkan ponselmu”

Tangan laki-laki sipemilik suara itu terulur kearah Yoona menyodorkan smartphone keluaran terbaru berwarna putih,

Seketika 3 pasang mata disana menoleh pada Donghae, ada 3 reaksi yang langsung menyambutnya, Sooyoung dengan tatapan berbinar penuh kekaguman, Yoona yang tersenyum tak enak menyambut ponselnya dan Eunhyuk,,dengan keterkejutan luar biasa kedua matanya melebar sedetik kemudian bibirnya berdesis,

“Donghae”

Merasa namanya disebutkan, Donghaepun menoleh dan mata sendunya langsung melebar tatkala bertukar tatap dengan mata kecil milik Lee Hyuk Jae. Ada kekalutan yang Donghae coba sembunyikan, ketakutan.

“Hyuk Jae”

Yoona dan Sooyoung saling bertatapan, kebetulan macam apa ini bagaimana mungkin laki-laki setampan dan seramah Donghae memiliki hubungan pertemanan yang terlihat tidak hanya  ‘hubungan pertemanan biasa’ dengan laki-laki pembawa sial dan bermulut lebar macam Eunhyuk, Sooyoung lebih dulu berkeomentar dalam diam.

Yoona memperhatikan wajah Eunhyuk dan Donghae bergantian, “kalian saling kenal?”

“Ya, kami kuliah diakampus yang sama” Donghae lebih dulu menjawab.

“oh begitu,,,” Sooyoung langsung menimpali “kalau begitu ikutlah makan siang dengan kami Donghae” ajak Sooyoung semangat, melihat kekasih sahabatnya itu bisa memberinya sedikit kesegaran dari pada harus melihat wajah jelek Eunhyuk terus-terusan.

 

0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0

“Sesuatu mengganggumu?”

Donghae tersentak dari cangkir kopi ditanganya, mendongak dan menemukan Yuri yang entah sejak kapan telah beridiri disampingnya dengan gelas kertas berisikan kopi yang masih mengeluarkan uap putih.

Senyum lembut melengkung dibibir perempuan itu, Donghae balas tersenyum lantas mengangkat bahu sebagai respon,

“lembur?”

“tidak juga” sahut Yuri, “aku haya tak ingin pulang cepat”

Donghae tergelak, jawaban perempuan itu mengingatkan pada jawaban Yoona tempo hari. Memang tak ada hubungan dan kesamaan yang lebih kental dengan darah meskipun kedua peremuan itu terlahir dari ibu berbeda, namun tetap saja ada darah ayah yang sama mengalir dikeduanya.

“kau juga belum pulang, jika sudah begini pasti ada sesuatu yang mengganggumu” Yuri menyesap kopinya, tentu perempuan itu tau banyak tentang kebiasaan Donghae. Mereka teman sekelas dan juga mantan calon ipar, jangan lupakan itu.

Donghae menggeleng tersenyum simpul dan menyesap kopinya lagi. Tidak benar photograper tampan itu memang sedang terganggu Ia tengah mencari-cari cara untuk membersihkan nama sahabatnya, Eunhyuk. Meski Yoona-perempuan yang saat ini sedang menikmati liburan akibat ulah semena-mena Leeteuk- belumlah mengetahui perihal siapa Eunhyuk sebenarnya, tetapi tetap saja akan terbongkar pada saatnya nanti, dan Donghae haruslah sudah siap dari sekarang.

“tidak Yuri, aku hanya sedang menikmati kota ini” pandangan Donghae tak lagi berfokus pada Yuri, laki-laki itu menatap pemandangan malam yang tampak menakjubkan dari atas balkon kantornya “rasanya sudah sangat lama”.

Yuri menghembuskan napas ada jutaan makna yang menyertainya, “ya aku juga meindukanya” samar-samar Yuri menyahuti, tiba-tiba saja matanya terasa berembun, sejak tadi Yuri telah menahan-nahan diri untuk tidak lari kedalam pelukan laki-laki itu. Ia telah keliru, seharunya Yuri tak mendekat. Beridiri disisi Donghae sepeerti itu membuat perempuan itu berharap lebih, otaknya mulai bereuforia, berfantasi. Ikut mengalihkan wajahnya pada pemandangan malam, diam-diam Yuri merutuki tindakanya. Sudah jelas seharusnya Ia tak dekat-dekat dengan Donghae, sehingga efek mellow ini tak perlu dirasakanya.

Menangkap maksud lain yang tersirat dari pembicaraan Yuri, seketika Donghae merasa Iba. Rasa bersalah telah meninggalkan perempuan itu disaat tengah terpuruk memenuhi hatinya, bukankan Donghae seharusnya tidak pergi begitu saja? Bukankankah sebagai laki-laki yang mencintai Yuri-saat itu- seharusnya Donghae membantu Yuri bangkit dari keterpurukan?

Tapi bagaimana jika Donghae sama terpuruknya?

Aiden adalah separuhnya, segalanya.

“aku merindukanya Donghae”

Kalimat yang sama, hanya pengulangan tapi entah mengapa intonasi suara Yuri serasa merobek hatinya, seakan memperjelas sakit yang perempuan itu coba sembunyikan dibalik sikap angkuhnya.

“Yuri” Desisnya,

Hembusan napas keras terhempas dari bibir Yuri “maaf” perempuan itu menoleh pada Donghae sebentar lalu membuang wajah,

“maafkan aku”

‘seharusnya aku tak meninggalkanmu waktu itu’ diam-diam Donghae melanjutkan. Laki-laki itu tau tak seharusnya membahas masa lalu, terlebih saat ini hatinya telah memilih Yoona. Tapi Ia tentu tak akan mampu menghindar dari rasa bersalahnya.

“kau merindukanya?”

Donghae menoleh, tetapi Yuri tak menatapnya. Yang perempuan itu maksud adalah Aiden bukan? ‘YA’ tentu saja Donghae pasti akan menjawab begitu. Tetapi entah mengapa Donghae hanya ingin diam.

“takdir kita begitu dekat Donghae” lanjut Yuri masih tak menatap Donghae, “sangking dekatnya sehingga hanya bisa berjalan sejajar tanpa titik temu”

Setelah mengatakan itu Yuri memutar kepala kearah Donghae, membalas tatapan tak mengerti laki-laki itu dengan senyuman.

“aku harap kau bahagia”

Yuri diam menarik napas dalam-dalam, membuang perih yang tiba-tiba menyayat hatinya berulang. Hatinya sakit, tersayat Yuri sadar betul laki-laki disampingnya bukanlah calon suaminya bukan laki-laki yang telah menarik hati dan cintanya tetapi mereka begitu serupa. Lantas salahkah jika Yuri berharap? Bukankah Donghae sempat menjatuhkan hatinya pada Yuri jauh sebelum Ia mengenal Aiden?

0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0

Yoona berjalan dengan langkah ringan memasuki loby kantornya, perempuan cantik itu memang masih libur. Tetapi berdiam diri diapartemenya tanpa melakukan apapun sangat membosankan, bahkan Yoona telah meluangkan waktunya untuk menari di Studio tari langgananya tetapi perempuan itu masih saja merasa jenuh. Ini aneh sekali, padahal biasanya menari adalah cara terakhir untuk mengusir segala pikiran aneh dikepalnya. Lihat sekarang? Ia bahkan telah sampai dedepan ruangan Donghae, dan sepertinya perempuan itu telah menemukan alasan titik kebosanan yang dialaminya, ya, Donghae. Laki-laki itulah yang saat ini lebih mujarab untuk menghilangkan kebosananya, melenyapkan pikiran-pikiran aneh dikepalanya dan sialnya mantan editor itu tiba-tiba saja terserang rindu akut hanya dengan melihat cangkir kopi yang sudah kosong diatas meja kerja kekasihnya. Oh tunggu, Ia bahkan belum menjawab pernyataan cinta laki-laki itu.

Mendapati ruang kerja Donghae kosong, Yoona menahan langkah diambang pintu. Berpikir untuk masuk atau mencari Donghae ditempat lain. Karena Yoona yakin Donghae belum pulang, mobil laki-laki itu masih terparkir di basemant.

Setelah memutuskan untuk menunggu Donghae didalam ruanganya, Yoona mengeluarka ponsel dari dalam tasnya. Langkahnya terus menuntun perempuan itu kearah meja kerja Donghae, Yoona ingat rekan kerjanya itu pernah membanggakan pemandangan senja dari ruang kerjanya, sangat kebetulan sekali sekarang sedang senja.

‘tuuut’

Nada tanda panggilan terdengar sekali, tetapi suara getar ponsel yang berasal dari atas meja kerja Donghae menarik perhatian Yoona. Perempuan itu mendesah pelan dan berjalan mendekat, meninggakan pemandangan senja Seoul yang bahkan belum sempat dinikmatinya.

“ponselnya ditinggal lagi” keluhnya,

Yoona mendesah lalu meraih ponsel diatas meja, senyum kecil langsung saja terungging dibibirnya semburat merah seketika memanas dipipinya. Padahal Yoona hanya melihat fotonya sendiri, fotonya sendiri diponsel Donghae. Well, itulah masalahnya disini. Yoona mengertukan kening, Ia tidak ingat kapan Donghae mengambil gambarnya. Didalam foto itu Ia tampka memanyunkan bibir beberapa centi, terlihat menggelikan sekaligus menggemaskan.

“yaaa….kenapa harus yang jelek begini” protes Yoona, lantas Ia bertekad untuk menggantinya diam-diam nanti.

Meletakkan ponsel diatas meja, Yoona mengalihkan pandangan dan matanya tiba-tiba saja menangkap beberapa lembar foto yang terselip dibawah keyboard. Sambil mengertukan kening penasaran, disegner dadakan itu menariknya. Dan itulah kesalahan terbesar yan pernah Yoona lakukan, Ia tidak seharusnya lancang dan melihat lembar-lembar foto itu.

——————————————————————————————

Donghae melambaikan tangan pada Yuri, perempuan itu balas tersenyum lalu kembali fokus pada lampu-lampu yang berkedip dari atas balkon.

Setelah cukup lama terdiam berdua, Donghae memutuskan untuk pergi. Keinginan untuk bertemu Yoona sangat besar secara tiba-tiba. Donghae telah yakin hatinya bersih dari masa lalu, laki-laki itu tak lagi merasakan debaran-debaran aneh ketika bersama Yuri, perasaanya pada perempuan itu hanya sebatas iba. Ya, jahat memang. Tapi Donghae memanglah telah menjatuhkan hatinya kepada Yoona, dan pantang bagi laki-laki itu untuk jatuh lagi dihati yang berbeda.

Donghae mengerutkan kening menangkap silluette bayangan wanita didalam ruang kerjanya, dan tak membutuhkan waktu lama Ia telah menebak siapa pemilik raga didalam sana, gadisnya, perempuan yang Ia rindukan.

Sambil tersenyum lebar-lebar Donghae mendorong pintu kaca ruang kerjanya keras-keras.

“merindukanku?” tanyanya percaya diri, tetapi Yoona diam. Tak memberikan reaksi apapapun. Membuat Laki-laki itu dengan tergesa berjalan kearahnya.

“Tolong jelaskan apa ini”

Yoona berkata parau tepat setelah Donghae berada dihadapanya, sebelah tanganya mengangkat beberapa lembar foto dengan kedua mata memerah,

Donghae mengangkat wajah dari layar kameranya, mata sendu miliknya langsung melebar kaget dan dengan susah payah otaknya mencari-cari alasan yang masuk akal untuk menjawab pertanyaan gadis itu.

“bagaiman kau bisa memiliki foto ini Donghae?” ada perih yang terselip diantara pertanyaan itu, suaranya lirih, sebuah sebuah kekecewaan tergurat jelas  diwajah cantiknya.

“Yoona….” Donghae menahan ucapanya, haruskah sekarang Ia menjelaskan bahwa pengambil gambar yang membawa petaka itu adalah sahabatnya, haruskah sekarang disaat hubunganya dengan Yoona sedang melayang diatas angin, haruskah sekarang semuanya hancur begitu saja setelah Yoona telah membuka hati untuknya.

“apa yang kau ketahui tentangku Donghae? Tentang masa laluku?”

Pertanyaan itu terus keluar dari mulut Yoona, tanganya bergetar seolah foto-foto itu begitu berat untuk digenggamnya.

“apa hubunganmu dengan foto ini?” Yoona menahan napas, oksigen tak lagi masuk keparu-parunya, sementara hatinya sakit.

“jawab aku Donghae!”

Bentakanya begitu lemah, perih dan sakit seolah menguar dari intonasinya yang menyayat,

Donghae maju satu langkah, tangannya mencapai kedua pundak Yoona meremasnya penuh kelembutan.

“Yoona dengar…”ujarnya lembut,

Yoona memalingkan wajah saat bulir-bulir air mata secara perlahan turun dipipinya. Ini untuk pertama kalinya mendengar suara Donghae menyakiti perasaanya.

“sayang dengarkan aku” tangan kanan Donghae menarik wajah Yoona untuk menghadap kearahnya “aku akan menjelaskan semuanya,,,tapi kau harus berjanji untuk mempercayaiku, nde?”

Yoona tak menjawab, menggigit bibir bawahnya keras-keras dan hanya menatap Donghae, tatapanya nyalang karena otaknya telah memutar ingatan masa lalu itu dengan tempo yang cepat tanpa ada bagian sedikitpun yang terlewatkan.

“tidak Donghae” Yoona menggeleng lemah “kau tidak seharusnya……” sesak Yoona merasa dadanya tertekan kuat “aku tidak ingin kau mengetahui apapun,, tidak.. jangan Donghae” Yoona terisak.

Donghae mendesah, sadar telah salah untuk ikut campur. Tetapi bukankah ini suratan takdir, demi Tuhan Donghae tak berniat sedikitpun untuk mengorek masa lalu Yoona.

Diusapnya lembut air mata yang mengalir dipipi Yoona “maafkan aku, aku tau aku tak berhak sayang tapi aku mohon percalah padaku. Setidaknya percayalah bahwa aku mencintamu”

Yoona mendongak, kembali menatap Donghae.

“aku tidak peduli dengan masa lalumu, aku tidak peduli dengan apa yang pernah terjadi sebelum kita bertemu. selama itu adalah Yoona, aku membutuhkanya”

Yoona semakin terisak, perkataan Donghae menohok hatinya. Sebegitu besarkah laki-laki itu mencintainya? Mereka bahkan baru mengenal 2 bulan yang lalu.

“aku terlalu buruk Donghae aku tidak—“

“apa yang buruk sayang?” Donghae meletakkan jari telunjuk dibibir Yoona, menutup segala keluh kesah yang akan terlontar disana. “kau tidak melakukan apapun,,,”

“aku melakukanya Donghae, kau tidak mengerti” Yoona menjerit tertahan “aku merebutnya, kesempatan itu seharusnya milik Yuri. Dia membenciku Donghae, satu-satunya kakaku membenciku. Yuri mem—”

Donghae tak lagi kuasa untuk menyaksikan kristal-kristal bening itu berjatuhan dipipi Yoona, hingga dengan tanpa berpikir kedua tanganya yang meremas pundak Yoona bergerak lembut kearah telungkuk dan menarik wajah perempuan itu mendekat, menempeli bibir tipis kekasihnya itu dengan bibirnya. Hanya menempel tanpa lumatan-lumatan menuntut yang selalu Ia berikan.

Yoona tersentak, tetapi tak bisa menolak ketika Donghae telah mencium bibirnya. Menempel lama disana, Yoona merasakan hatinya mencair, kekecewaan dan amarah yang disimpanya secara perlahan meluntur, menghilang menyisakkan tangisan tanpa suara dengan air mata yang terus jatuh membasahi pipinya.

“Mianhae…” desisan lembut itu menyapu bibirnya. Donghae menatap kedua matanya dekat dan lekat. Membuat Yoona benar-benar tak bisa berkutik, berkedipun tak Ia lakukan.

“Saranghae,,,percayalah padaku Yoona, aku sangat mencintaimu”

Tangisanya kembali pecah, Yoona menatap iris mata coklat Donghae yang memancarkan kesungguhan. Pertahananya runtuh. Persetan dengan Yuri, poersetan dengan masa lalunya dan masa bodoh dengan siapa Donghae sebelumnya ia tak peduli.

Yang Yoona tau, Ia membutuhkan Donghae, membutuhkan laki-laki itu lebih dari apapun.

“nado”

Suara itu berasal dari Yoona, sangat pelan dan halus. Tetapi dengan jarak sedekta itu tentu saja Donghae dapat mendengarkanya, bahkan mungkin dengan jarak seratus mil pun laki-laki itu juga bisa mendengarnya.

Berkedip tak percaya, Donghae menatap Yoona seoalh meminta perempuan itu untuk mengulang perkataanya. Memastikan telinya tak bermasalah atau tidak berhalusinasi karena ia telah frustasi menunggu jawaban Yoona.

“Saranghae Lee Donghae,,aku juga mencintaimu”

Donghae tersenyum, lantas mendekat lagi. menempelkan bibirnya diatas milik Yoona. Mengecup bibir ranum perempuan itu lalu berkata,

“aku telah merekamnya, jangan pernah mencoba kabur dariku dengan alasan apapun”

Dan sebelum sempat Yoona menjawab, Donghae telah lebih dulu menyerangnya. Melumat bibir mungil kekasihnya itu tanpa ampun. Meski hanya lumatan-lumatan lembut tanpa tuntutan, tetapi cukup untuk membuat Yoona terbuai. Perempuan itu perlahan menutup matanya, menikmati sentuhan bibir Donghae pada bibirnya.

Yoona hanya berharap, setelah matanya terbuka kembali segala kenangan masa lalunya itu telah memudar, atau bahkan hilang sekalian dari ingatanya.

 

JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMEN YA! :*:*:*:*:*

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

59 thoughts on “Rendezvous (Chapter 9)

  1. yeee akhirnya yoona nerima hae juga,senang lihat pasangan yang baru jadian,untung aja yoona ngak nanya yang macam macam,moga yoona ngak marah dan merusak hubungan yang baru terjalin jika tahu apa yang sebenarnya disembunyikan hae

  2. Suka thor banyak YH momentnya 😀
    Akhirnya Yoona membalas cintanya Donghae, semoga hubungan mereka kedepannya bahagia 🙂
    Next jangan lama” ya thor

  3. wah yoonhae moment.na buanyak sweet pulaa.. yahh wlpn yoona mangil donghae dg nama aja.. tpi setidaknya ia cinta sma donghae.. kapan yoona baikan sma yuri.. kasian yoonanya.. next chap di tunggu

  4. Leeteuk tau yg ga ‘mereka’ tau? Kira2 apa ya?
    YH nya sweet banget >< saling melengkapi hahah
    Capt 10 nya jangan lama2 yaa~ 😀

  5. Yahhhh bingung gk tau soalnya aq bru baca dn langsung kepart yg ini… tp moment yh bkin senyum2
    wuahh klo gtu mau bca dr awal dlu…
    keren kak ffnya

Komentarmu?