Suspicious (Oneshoot)

Suspicious Moment

Author            : Chalista

Title                : Suspicious

Leght              : Oneshoot

Main Cast      : Im Yoona, Lee Donghae

Other Cast     : Find by Yourself

Genre             : Romance

“Yoong, oppa akan pergi ke Belanda selama satu minggu. Ada pembangunan rumah sakit baru disana, dan oppa harus memimpin rapat untuk menangani proyek ini. Kau…” Belum sempat Donghae melanjutkan perkataanya, Yoona sudah menyela dengan nada sakarstiknya.

“Aku bisa mengurus diriku dan juga Hana selama oppa pergi. Oppa tidak perlu khawatir.”

“Baiklah kalau begitu. Oppa akan tenang meninggalkanmu di Seoul. Ingat, jangan melakukan hal-hal bodoh selama oppa pergi!” Pesan Donghae dengan nada penuh ancaman. Sedangkan Yoona hanya menanggapinya dengan cibiran dan memilih untuk tidak membalas perkataan Donghae.

-00-

Hari dimana Donghae akan pergi ke Belanda telah tiba. Sejak pagi Yoona tampak sibuk memasukkan barang-barang keperluan Donghae ke dalam koper. Bahkan Yoona sampai lupa memandikan Hana.

“Oppa, aku sudah menyiapkan semua keperluanmu.”

Ibu muda itu berjalan menghampiri ranjang king sizenya dan ikut berbaring disebelah Hana dan juga Donghae.

“Kau yakin sudah menyiapkannya dengan benar? Aku khawatir kau akan melupakan sesuatu.” Canda Donghae. Namun candaan Donghae terdengan sangat serius, membuat Yoona mempoutkan bibirnya sebal.

“Berhenti berprasangka buruk padaku. Aku sudah berusaha untuk mengurangi sifat cerobohku, kenapa kau suka sekali menghinaku.” Teriak Yoona kesal. Dan teriakkan Yoona itu mampu membuat Hana yang baru berumur lima bulan menangis. Ia begitu terkejut dengan suara teriakan ibunya.

“Yakk, suaramu membuat Hana terkejut. Lihat dia menangis.” Omel Donghae sambil mengangkat Hana ke dalam gendongannya. Bayi itu tampak nyaman berada dipelukan ayahnya dan langsung menghentikan tangisnya.

“Ini semua juga salahmu. Hana sayang, ayo ikut mommy. Bebek kuningmu sudah menunggu di kamar mandi.”

Donghae mengangsurkan Hana ke dalam gendongan Yoona dan sedikit menghela nafas jengah dengan tingkah kekanakan isterinya. Isterinya memang wanita yang spesial, pikir Donghae.

Donghae pov

Pukul sembilan malam pesawatku berhasil mendarat dengan selamat di bandara Schipol. Udara di sini sangat dingin, sama seperti di Seoul. Menjelang pergantian tahun banyak turis yang berlibur di Negara Belanda. Beberapa diantaranya juga merupakan warga Korea, sama sepertiku. Berbicara mengenai warga Korea, membuatku merindukan isteri cerobohku itu. Seharusnya aku tidak menghabiskan saat-saat pergantian tahun dengan bekerja, tapi aku tidak bisa mengelak dengan tugas ini. Ayah sudah benar-benar sudah lepas tangan, ia menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab rumah sakit dan proyek-proyeknya di tanganku.

Sembari menunggu koperku keluar dari bagasi pesawat, aku berjalan menuju kafe terdekat untuk mencari kopi. Kafe itu tampak sangat ramai, banyak turis dan juga warga Belanda yang membeli minuman hangat di kafe ini. Aku berjalan menuju barisan orang-orang yang mengantre di tempat pemesanan makanan dan minuman. Didepanku berdiri seorang gadis, dengan mantel tebal, kaca mata, topi, dan juga syal. Badannya sangat besar dan wajahnya hampir tidak terlihat. Wanita itu berbalik ke arahku dan sedikit berjengit kaget, kemudian ia segera berbalik kembali membelakangiku. Dia terlihat sangat aneh. Badannya yang besar hampir memenuhi barisan tempt kami mengantre.

“Terimakasih.” Ucapkau ramah pada petugas kasir. Wanita petugas kasir itu sangat ramah, senyumnya juga manis. Tapi, Yoonaku jauh lebih manis dan juga unik.

Sebelum melewati pintu keluar, aku melihat gadis gendut itu lagi. Berdiri dengan tidak nyaman di sebelah pintu kafe ini. Sepertinya ia sedang menunggu seseorang. Dengan langkah tak peduli aku melewati pintu kafe dan memandang ke arah gadis gendut itu sekilas.

Brukk!!

Sesuatu menghalangi langkah kakiku dan membuat aku jatuh tersungkur diatas lantai bandara yang dingin. Kopiku? Kopiku sudah melayang entah kemana dan cairannya mengotori sedikit jaket yang kukenakan. Sial, ada seseorang yang sengaja menjegal langkah kakiku. Cepat-cepat aku bangkit dan menengok ke arah gadis gendut itu berdiri. Dan, dia telah menghilang. Dasar wanita aneh, bisa-bisanya ia membuatku tersungkur di bandara. Benar-benar membuatku malu. Untung saja tidak ada yang mengenaliku, bisa jatuh reputasiku. Akhirnya aku memilih mengambil koperku dan bergegas pergi menuju hotel. Moodku untuk minum kopi sudah terlanjur hilang, yang tersisa hanya perasaan dongkol dan juga marah.

-00-

Esok harinya pukul tujuh aku sudah selesai bersiap untuk melakukan meeting dan juga meninjau persiapan pembangunan rumah sakit. Sebelum berangkat aku berpikir untuk menghubungi Yoona, aku merindukan suara cemprengnya dan putri kecil kami, Hana Lee.

“Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif.” Lagi-lagi suara operator yang menyapa panggilan teleponku. Sudah lebih dari enam kali aku menghubunginya, tapi jawaban yang diberikan selalu sama. Suara operator. Kemana perginya wanita itu, sekarang di Seoul pukul dua sing. Pasti ia sedang tidur siang dengan Hana. Mungkin setelah meeting aku bisa menghubunginya lagi.

“Tuan Lee, selamat datang. Senang dapat melihat anda datang dengan sehat dan juga selamat.”

Saat tiba di ruang meeting aku disambut oleh pemimpin perusahaan kontruksi dan beberapa petinggi lainnya. Mereka semua tampak sudah berumur dan hanya aku yang paling muda.

“Selamat pagi, suatu kehormatan bagi saya untuk bertemu anda.” Sapaku dengan ramah pula. Aku menyalami mereka satu persatu dan mulai memposisikan diri untuk memimpin rapat ini. Kali ini aku akan membicarakan mengenai desain rumah sakit, anggaran, dan juga kesiapan lokasi.

-00-

Rapat di tutup pukul sepuluh siang. Dilanjutakan dengan meninjau lokasi pembangunan rumah sakit. Sejauh yang kulihat persiapannya sudah berjalan 75%, mungkin dua atau tiga hari lagi aku bisa pulang. Aku sudah sangat merindukan isteri cerobohku dan putri cantikku. Semoga semua persiapan pembangunan bisa dipercepat.

“Tuan Lee, apa anda ingin pergi ke suatu tempat?” Tanya mitra kerjaku saat kami tengah menyantap makan siang di restoran eropa.

“Sepertinya saya akan kembali ke hotel dan sedikit merasakan keramaian Kota Amsterdam.” Jawabku sambil memasukan sesuap stammpot, semcam kentang tumbuk dengan sayuran hijau di dalamnya. Lezat, tapi tidak selezat masakan Yoona. Meskipun ceroboh, masakan Yoona sangat enak. Aku sampai heran dibuatnya.

“Tuan Lee, sepertinya anda melamun.” Tegur mitra bisnisku.

“Maaf, anda tahu, aku sedikit merindukan rumah.” Jawabku tidak enak.

Selesai makan seorang pelayan menghidangkan sebotol Heineken, bir asli dari Belanda. Botolnya berwarna hijau dan memiliki lambang bintang berwarna merah di badan botolnya. Pelayan itu menghidangkan bir dengan wajah genitnya, ia sengaja menundukkan badannya agar belahan dadanya yang rendah dapat terekspos. Sebagai pria normal, tentu saja aku tergoda. Tapi mengingat Yoona, aku jadi merasa bersalah. Kemudian aku mengalihkan pandangan mataku ke arah tuan Ben, mitra kerjaku.

“Tuan Ben, maaf saya tidak bisa minum bir. Sekali lagi saya minta maaf. Lebih baik saya kembali ke hotel sekarang juga, permisi.” Pamitku sopan. Kulihat tuan Ben dapat memaklumi tingkahku, ia langsung mengijinkanku pulang ke hotel.

“Tuan Lee, bisakah anda datang ke acara pesta perusahan kami. Nanti malam pukul tujuh, ballroom hotel Waldorf Astoria.” Kata tuan Ben sebelum aku benar-benar beranjak dari kursiku.”

“Baiklah. Sekali lagi terimakasih.” Kataku sambil menjabat tangannya.

-00-

Di perjalanan menuju hotel aku kembali mencoba menghubungi Yoona. Semoga saja kali ini dia menjawab panggilanku.

“Yeoboseyo.” Sapanya setelah deringan ketiga.

“Yoong, kau pergi kemana saja? Aku sudah menghubungimu lebih dari enam kali.”

“Oppa, kau ini tidak merindukanku? Kenapa omelanmu menjadi sapaan pertama saat aku mengangkat telepon?” Gerutu Yoona kesal. Sudah dapat kubayangkan bagaimana raut kesalnya di sebrang sana.

“Mian, aku hanya khawatir padamu. Dimana Hana, aku ingin mendengar suara celotehnya.”

“Oppa ada-ada saja, Hana baru berusia lima bulan, ia belum mengeluarkan celotehan.” Kata Yoona tertawa.

“Tapi oppa ingin. Berikan ponselnya pada Hana.”

“Tapi.. Hana sedang tidak ada bersamaku.” Jawab Yoona dengan intonasi yang berubah gugup.

“Kau dimana? Suara disekitarmu sangat ramai. Kau pergi keluar?” Tanyaku penuh selidik.

“Emm, ya begitulah. Kami sedang berbelanja dengan eomma, dan Hana pergi bermain bersama eomma. Oppa aku harus membayar belanjaanku, sampai nanti.”

Klik.

Sambungan terputus. Benar-benar wanita itu. Akan kuhukum saat aku tiba di Seoul.

-00-

Sore hari di Amsterdam sangat indah. Salju-salju berjatuhan dan banyak lalu-lalang pejalan kaki yang memadati daerah ini. Aku berjalan dengan santai sambil menikmati pemandangan Kota Amsterdam di sore hari.

Brukk.

“Ahh.”

Seorang wanita menabrakku dan menumpahkan minumannya ke arahku. Minumannya benar-benar sangat panas, bahkan di udara yang sedingin ini, minuman itu tetap terasa panas di tanganku.

“Hey.” Teriakku kesal. Tapi wanita itu langsung pergi tanpa meminta maaf padaku. Bagus, lagi-lagi aku mengalami kesialan.

“Donghae.”

Panggil seseorang dari arah belakangku. Merasa terpanggil, aku menolehkan badanku ke arah sumber suara.

“Jessica. Hai.” Sapaku sambil memeluknya. Wanita ini adalah Jessica Jung, sahabatku saat senior high school. Terakhir kali aku bertemu dengannya saat pernikahannya dua tahun yang lalu, dan sekarang ia menetap di Belanda. Suatu kebetulan aku bisa bertemu dengannya.

“Bagaimana kabarmu? Kudengar kau sudah menjadi direktur di sebuah rumah sakit.”

“Aku sangat baik. Aku memang menjadi direktur di rumah sakit, tapi itu karena ayahku sudah ingin cepat-cepat pensiun. Kau tahu sendiri bagaimana sifat orang tua.”

“Ayo kita harus mencari tempat yang nyaman untuk mengobrol, ada banyak hal yang ingin aku tanyakan padamu.”

Jessica menarik tanganku ke sebuah kafe yang berada di sekitar taman.

“Aww.” Teriakku kesakitan. Seorang pria dengan badan sangat besar menginjak kakiku. Rasanya kakiku akan remuk.

“Donghae, ada apa?” Tanya Jessica khawatir.

“Seseorang menginjak kakiku.” Jawabku masih menahan rasa sakit.

“Kau masih sanggup berjalan?”

Haha konyol. Memang dia pikir aku selemah itu. Tentu saja aku masih sanggup berjalan.

“Ya, aku tidak apa-apa. Ayo.”

Kami melanjutkan perjalanan kami yang sempat tertunda. Sebelum tiba di pintu kafe aku berinisiatif membukakan pintu untuk Jessica, tapi sungguh sial nasibku, aku justru terbentur pintu kafe saat ada seorang wanita bermantel tebal dengan anak balita di gendongannya tengah mendorong pintu itu dari dalam. Benturan itu sedikit membuat kepalaku berdenyut pening. Sebenarnya ada apa dengan hariku? Sejak awal menginjakkan kaki di Belanda aku sering mendapatkan kesialan.

“Donghae, keningmu memerah.” Kata Jessica sambil memeriksa keningku. Dengan sopan aku  menepis tangannya dan mengatakan jika aku baik-baik saja.

“Aku baik-baik saja. Lebih baik kita segera masuk ke dalam.” Putusku sebelum aku bertambah konyol.

Ternyata Jessica belum banyak berubah, ia masih sama seperti Jessica yang kukenal dulu. Sangat cerewet dan juga heboh.

“Jadi kau sudah memiliki anak? Wah selamat, aku tidak sempat melihat anakmu. Siapa namanya?”

“Hana Lee, karena ia anak pertama wanita di keluarga Lee.” Terangku pada Jessica.

“Pasti anakmu sangat cantik. Apa kau menyimpan fotonya?” Tanya Jessica penasaran.

Aku mengangsurkan ponselku ke arahnya.

Prang!!

Oh no!!! Ponselku. Ponselku hancur berkeping-keping di bawah lantai. Jessica juga tampak syok dengan kejadian itu. Seorang pelayan berkali-kali membungkuk meminta maaf kepadaku. Karena tangan ceroboh pelayan itu, ia membuat ponselku jatuh dan pecah berkeping-keping. Cepat-cepat aku memungut serpihan ponsel itu dan mencari memori eksternal ponsel itu. Bisa gawat jika memori itu hilang, disana banyak hal-hal penting termasuk foto-foto Hana dengan berbagai pose lucu.

“Donghae, maafkanku. Karena aku, ponselmu rusak.” Kata Jessica dengan raut wajah penuh penyesalan.

“Tidak apa-apa, ini bukan kesalahanmu. Aku hanya khawatir dengan data-data penting yang ada didalamnya.” Kataku menenangkannya. Walau kenyataannya justru aku yang membutuhkan sebuah ketenangan.

“Jessica, sepertinya aku harus pergi. Pukul tujuh aku harus menghadiri pesta yang diadakan oleh mitra kerjaku. Sampai jumpai.” Pamitku pada Jessica. Sebelum aku bertambah sial, sebaiknya aku segera kembali ke hotel. Jika ditanya, bagaimana perasaanku, maka aku akan menjawab sangat kacau. Antara marah, dongkol dan konyol. Bagaimana bisa hari-hariku di Belanda tidak berjalan baik, justru dari awal aku mengalami kejadian-kejadian yang menyebalkan.

-00-

Memasuki ballroom hotel Waldorf Astoria aku diberikan sebuah topeng oleh pelayan yang berdiri didekat pintu. Ternyata pesta ini cukup kekanakan. Haruska para para orang tua mengenakan topeng ini? Namun, dengan terpaksa aku memakainya juga.

Semua tamu undangan memakai topeng yang sama. Hanya jenis topeng antara pria dan wanita dibedakan. Tuan Ben memberikan sambutan diatas panggung dengan topeng khusus, sehingga kami semua tahu jika itu tuan Ben. Setelah sambutan dari tuan Ben, acara dilanjutkan dengan berdansa. Karena aku tidak memiliki pasangan, aku lebih memilih untuk menepi dan menikmati hidangan yang telah disediakan. Belum sempat aku melangkahkan kakiku, seorang wanita datang menghampiriku. Dengan gaun merah menyala dan potongan punggung yang rendah membuat aura wanita itu terlihat seksi. Jangan lupakan juga kaki putihnya yang terekspos dengan sempurna karena belahan gaunnya setinggi paha. Wanita itu membelai dada bidangku dan mengajak aku berdansa. Walau malas, kuikuti juga wanita itu. Kami berdansa cukup lama, sesekali wanita itu menggodaku dengan menempelkan tubuhnya ke tubuhku. Bahkan ia dengan sengaja menghembuskan nafas di leherku. Membuat aku menjadi lebih semangat untuk menyentuhnya.  Kubelai punggung putih nan mulusnya, lalu aku sedikit mencicipi bagaimana rasa pipinya. Hmm, manis dan lembut. Wanita itu memberikan kiss mark di leherku.

“Arggh.” Aku sedikit menahan geli dengan sentuhannya.

“Kau ingin bermain-main denganku.” Kataku dengan suara menggoda. Bukannya menjawab, wanita itu justru mengalungkan lengannya ke leherku dan mendekatkan wajah kami.

“Kiss me, give the sweetest thing in the world.” Bisik wanita itu menggoda.

Dengan sedikit seringaian aku mendekatkan bibirku pada bibirnya dan sedikit melumat bibir merahnya yang manis. Hal pertama yang kurasakan adalah manis buah strawberry dan juga peach. Hmm, sangat sempurna.

“Hmm, manis.” Bisikku tepat diwajahnya. Ia tampak tersipu malu dan menyembunyikan wajahnya di leherku.

“Kau sangat menggoda, aku suka dengan dada bidangmu yang nyaman ini.” Kata wanita itu sensual. Rasanya bibir merah itu terus memanggil-manggilku untuk mendekat dan mencicipi rasanya. Degan perlahan kutarik dagunya dan aku mulai melumat bibir tipis merahnya yang menggoda. Cukup lama kami berciuman hingga tak terasa musik dansa telah berubah menjadi lebih pelan. Kami berdansa mengikuti alunan musik itu, hanya gerakan ringan dan kami saling menempelkan tubuh satu sama lain.

“Kau sendiri?” Tanya wanita itu di cerukan leherku. Aku hanya menganggukan kepalaku singkat sambil tetap memeluknya.

“Kau sudah menikah?” Tanya wanita itu lagi. Sepertinya ia sangat ingin mengetahui kehidupan pribadiku.

“Ya, dan isteriku sangat ceroboh.” Jawabku jujur. Tidak ada niatan sama sekali untuk menyembunyikan statusku, justru aku ingin wanita ini tahu semuanya.

“Kau mencintainya?”

“Sangat.” Jawabku singkat.

“Kau sering bermain-main dibelakangnya?”

“Mungkin.” jawabku ambigu. Wanita itu kemudian mendongakkan wajahnya ke arahku dengan sorot mata yang penuh selidik.

“Aku tidak mengerti. Jawabanmu terkesan ambigu.” Kata wanita itu dengan nada gusar yang terselip diantara nada datarnya.

“Yah.. Mungkin saja aku akan bermain-main dibelakangnya jika aku sudah bosan.”

“Bosan dengan penampilannya? Apa isterimu jelek?”

“Aku bosan dengan sikap kekanakannya.” Terangku meluruskan perkataanya. Mana mungkin aku bosan dengan wajah Yoona, justru aku sangat memujanya.

“Apa yang telah dia lakukan hingga membuatmu berpikir jika ia wanita yang kekanakan?”

“Banyak. Dia telah membuatku tersungkur di bandara, tersiram air panas, terbentur pintu kafe, dan membuat ponselku pecah berkeping-keping. Dan jangan lupakan penampilan nakalnya malam ini. Yoona, tindakanmu sangat tidak lucu.” Kataku sambil membuka topeng di wajahnya.

“Oppa.” Kata Yoona dengan cengiran tanpa dosanya. Sejak aku merasakan sentuhannya didadaku aku langsung berpikir jika itu Yoona. Semua sentuhannya, aku sudah sangat hafal di luar kepala.

“Dimana kau tinggalkan Hana?” Tanyaku galak. Jika sampai ia menelantarkan Hana, aku tidak akan mengampuninya.

“Hana… bersama eomma di hotel.” Jawab Yoona gugup.

“Kenapa kau mengikutiku ke sini?”

“Karena…. aku khawatir.” Jawab Yoona pelan.

“Khawatir atau curiga. Dasar kekanakan.” Cibirku kesal.

“Yakk, aku tidak kekanakan. Jika aku tidak mengikuti oppa, oppa pasti akan bermain-main dengan wanita Belanda yang genit itu.” Teriak Yoona kesal. Beberapa pasang mata tampak menatap kami dengan aneh.

“Sstt, kecilkan suaramu. Orang-orang memandang kita dengan aneh.” Kataku sambil membungkam bibirnya.

“Biarkan saja. Aku kesal pada oppa.” Kata Yoona dengan kekanakan.

“Ya ampun, sayang. Kau itu benar-benar kekanakan sekali. Lihat gaunmu juga sangat terbuka, siapa yang menyuruhmu mengenakan ini?”

“Eomma yang memilihkannya untukku, lagipula gaun ini bagus. Aku merasa sangat seksi menggunakan gaun ini.” Jawab Yoona masih dengan sikap acuhnya.

“Kau lebih dari seksi, kau menggoda mata pria-pria kelaparan itu.” Geramku kesal.

“Oh ya? Baguslah kalau begitu, jadi oppa bisa merasakan bagaimana cemburunya aku.”

“Tidak, aku tidak cemburu.” Elakku. Bisa-bisa Yoona besar kepala. Walau sebenarnya aku memang cemburu.

“Baiklah, aku akan pergi berdansa dengan pria tampan itu. Sedari tadi ia selalu mencuri pandang ke arahku, hanya karena ada oppa, dia tidak jadi mengajakku berdansa.”

“Hey, mau ke mana kau. Aku belum selesai memarahimu, kau harus ku hukum.”

Sebelum Yoona berhasil melangkahkan kakinya, aku telah terlebih dahulu menarik tangannya. Enak saja dia akan berdansa dengan pria Belanda yang sok tampan itu. Langkahi dulu mayatku.

“Aw, oppa sakit.” Rintih Yoona sambil memegang pergelangan tangannya.

“Apa Hana tidur dengan eomma?”

Tanpa mempedulikan rintihannya aku tetap menggenggam tangannya, mengantisipasi jika ia akan melarikan diri.

“Ya, malam ini aku memang menitipkan Hana pada eomma. Karena aku sendiri tidak tahu kapan pesta dansa ini akan berakhir.”

“Kemarin, apa kau menitipkannya juga?”

“Tidak. Tentu saja tidak, aku selalu membawa Hana kemanapun aku pergi. Lagipula aku kasihan pada eomma jika harus menggendong Hana yang semakin berat.”

“Ah, jadi wanita gendut yang menjegalku di kafe itu kau. Aku kira kau menyuruh orang untuk melakukannya. Dan juga wanita yang membuatku terbentur pintu kafe, itu kau sendiri yang melakukannya?” Tanyaku kesal. Mengingatnya membuat hatiku dongkol.

“Itu karena aku sudah tidak sabar dan terlanjur kesal padamu. Sebenarnya aku tidak berniat menjegalmu di kafe bandara, hanya saja aku melihatmu sedang tersenyum genit ke arah petugas kasir. Aku sungguh gemas dengan tingkahmu. Dan saat itu aku juga tengah memeluk Hana, agar ia tetap hangat, makanya aku terlihat seperti wanita gendut.” Jelas Yoona tampak berapi-api.

“Kau tahu, akibat ulahmu sikuku menjadi sangat nyeri. Dan kau lihat keningku, ini gara-gara kau, keningku jadi memerah seperti ini.” Tunjukku pada keningku sendiri.

“Salah sendiri kau bergandengan dengan wanita blasteran itu. Masih mending hanya keningmu yang memerah, bagaimana jika seluruh tubuhmu memerah karena ku hajar. Oppa mau?” Kata Yoona dengan sinis. Wanita ini benar-benar. Ia sama sekali tidak merasa bersalah sama sekali.

“Sepertinya aku sudah kesal dengan sikapmu. Setelah ini aku akan menghukummu dengan sadis, hingga kau tak bisa berjalan dan seluruh tubuhmu memerah.”

Aku segera menarik tangan Yoona keluar dari ballroom ini dan memesan salah satu kamar di hotel ini. Salah sendiri ia menggodaku, membuatku sangat ingin menghabiskan malam berdua dengannya dan menghangatkan tubuh kami yang dingin.

“Oppa, Hana akan mencariku.” Kata Yoona meronta-ronta.

“Tidak akan, ia aman bersama eomma.” kilahku dan masih terus menarik tangannya.

“Oppa, Hana masih kecil. Ia belum membutuhkan adik.” Mohon Yoona dengan ketakutan. Hah, rasakan. Lee Donghae adalah pria yang tidak akan membiarkan mangsanya lolos begitu saja.

“Tapi aku ingin memberikan Hana adik. Kita juga belum memiliki anak laki-laki.” Jawabku santai.

Rasanya aku seperti pelaku kejahatan. Bagaimana tidak, aku terus menarik-narik tangan Yoona dan ia sibuk meronta-ronta.

“Oppa andweeeee.”

Tiba didepan kamar, aku langsung menggendongnya dan menjatuhkan tubuhnya di ranjang. Sedangkan Yoona sibuk berteriak-teriak seperti orang gila.

“Ini adalah hukuman untukmu Yoong. Nikmati hukumanmu.” Teriakku sebelum aku membungkam bibirnya dengan ciuman panasku. Haha, semoga setelah ini akan ada Lee Donghae junior di tengah-tengah keluarga kami.

 

24 thoughts on “Suspicious (Oneshoot)

  1. Omg ternyata ulahyoona toh? Kirain dongjae bener2 kepicut cewek belanda hampir aja mau aku lempar remit tuh do dongjae yg berani2 main dibelakang istrinya ternyata yoona hahahaha salut deh authornya kereeennn di tu ggu karya2 lainnya gomawo

  2. hahaha ternyata yoong toh yg buat hae kna sial mulu 😀 Slah sndiri ninggalin anak ma istrinya 🙂 Yoong sbar yah dpat hukuman panjangggggg dari hae 😀

    Ini cerita di post acak yah??

  3. Tadi nya emang udah sempet ngira kalo wanita gendut yg nabrak Donghae itu Yoona, tapi ga nyangka sewaktu ternyata Yoona yg menggoda Donghae, dikira cuma Yoona bqkal ada di pesta utu aja, ga kepikiran kalo dia yg sampe ngajak Donghae dansa 😀

    Lucu mereka sama sama kekanakan, Yoona mau di apain ya sama Donghae, mengerikan haha 😀

    Next thor secepatnya 🙂

  4. Haha aigoo kalian memng sangat cucok deh,, samaz2 childishlah menurutku,,,, 😀 aigoo gak nyangka itu yoong toh…. Hhh

  5. owalah… ada lanjutannya toh. Hahahaha… penuh emosi gue bacanya. Kecewa n senang berganti tiap paragraf. #plak ngawur

  6. ngga nyangka klo wanita gendut itu yoong, bru nyangkanya yoong pas jdi wanita nakal.. rasain tuh yoong kena hukuman sampai tak bisa berjalan dan badan memerah aigoo donghae sadis bget

  7. Sudaaahkuduga seperti itu wkwk, ko bisa sih kepikiran alur cerita begini unik banget😅 makasih yaa author complicated cemburu romance-nya menghibur sekali serius kereeen !!! Keep writing dan terimakassih ❤

  8. Jadi donghae sadar kalau dia dibuntuti yoona. Hahaha…lucu banget sih yoona. Kirain donghae mau selingkuh di pesta. Ternyata dia mencumbu istri sendiri. Keep up the good work author-nim…

Komentarmu?