After Story of He (Oneshoot)

After Story Of He

Author            : Chalista

Title                : After Story Of He

Leght              : Oneshoot

Main Cast      : Chalista Im, Aiden Lee

Other Cast     : Find by Yourself

Genre             : Romance

Chalista terus tersenyum sambil memandangi wajah bayinya. Pagi ini rasanya sangat membahagiakan bagi Chalista. Saat ia terbangun untuk pertama kali wajah yang ia lihat adalah wajah mungil bayinya yang tengah tertidur damai. Chalista benar-benar bersyukur atas karunia Tuhan yang telah diberikan padanya, diusia pernikahannya yang baru berjalan setahun, Tuhan telah mempercayakan dirinya untuk menjaga malaikat mungil ini. Ia merasa kebahagiaannya sudah sangat lengkap, terlebih ia juga melahirkan secara normal, sehingga ia merasa harus seberapa banyak ia mengucapkan terimakasih pada tuhan? Nyatanya sesering apapun ia mengucapkan terimakasih, rasanya itu sangat tidak cukup untuk membalas kebaikan Tuhan.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Chalista dari bayi mungil yang tengah didekapnya, lantas mata bulatnya memandang ke arah pintu dan mempersilahkan orang yang ada di balik pintu untuk masuk.

“Ibu.” Pekik Chalista girang. Disana, di dekat pintu berdiri ibunya dan juga ibu mertuanya. Sedangkan sang ayah dan ayah mertuanya tidak tampak batang hidungnya.

“Waahh, akhirnya dalam sejarah keluarga Lee, terdapat keturunan wanita.” Girang sang ibu mertua sambil meraih bayi mungil dari tangan Chalista.

“Apakah bayiku benar-benar keturunan wanita pertama di keluarga Lee?” Tanya Chalista tidak percaya.

“Itu benar sayang. Apa kau tidak tahu, jika silsilah keluarga Lee selalu berisi pria. Bahkan anakku kedua-duanya adalah pria. Betapa kami dulu sangat menginginkan anak perempuan, hingga aku berharap anak ke duaku adalah wanita, namun Tuhan memberiku Aiden.” Kata nyonya Lee sedikit tergelak.

“Jika anakmu wanita, mungkin saat ini kita tidak akan saling menyatukan dua keluarga.” Timpal ibu Chalista sambil mengecup pipi chubby bayi mungil itu.

“Ah iya, benar juga. Ternyata Tuhan memang selalu menyimpan kejutan bagi umatnya. Ngomong-ngomong dimana keberadaan anak nakal itu?” Tanya nyonya Lee sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.

“Aiden sedang menangani pasiennya yang harus operasi pagi ini. Sebenarnya aku sedikit kasihan melihatnya, ia terlihat lelah setelah semalam menemaniku pasca melahirkan. Namun, ia berjanji akan segera kesini jika semua pekerjaannya telah selesai.”

“Ah, anak itu memang seperti ayahnya. Sangat sibuk dan gila kerja. Walaupun ia bisa melimpahkan pekerjaanya pada dokter lain, tapi ia tidak akan mau jika ia bisa melakukannya sendiri. Dan kau mendapatkan salam dari ayah mertuamu, ia sedang menghadiri rapat untuk pembangunan rumah sakit di New York. Tapi dia juga secepatnya akan pulang ke London begitu urusannya telah selesai. Ia begitu bahagia memiliki cucu perempuan. Bersiaplah jika mungkin setelah ini Aiden akan semakin sibuk, kemungkinan ayah mertuamu akan segera pensiun dan memilih untuk bermain menemani cucunya di masa tua.”

“Oh benarkah? Pasti anakku akan banyak mendapat limpahan kasih sayang dari kakek dan neneknya.” Kata Chalista sambil tersenyum memandang anaknya.

Kemudian kedua ibu Chalista sibuk berceloteh bersama dengan cucu mereka dan mengabaikan Chalista yang hanya memandang itu semua dengan penuh bahagia. Apalagi saat ini sang bayi tengah membuka mata membuat kedua ibu itu semakin gemas kepada cucu mereka.

“Chalista, lihat anakmu lucu sekali. Matanya sangat bulat seperti dirimu, bibirnya juga sangat tipis. Ibu jadi ingin selalu dekat dengan cucu ibu.” Kata nyonya Im dengan nada gemas. Sedangkan Chalista hanya tertawa menanggapi ucapan ibunya.

Selang beberapa menit, pintu ruangan Chalista dibuka oleh seseorang. dari balik pintu muncullah sosok Aiden bersama dengan kakaknya, dan juga ayah Chalista. Membuat ruang rawat Chalista semakin ricuh dan ramai.

“Hai sayang. Maaf ayah baru datang.” Kata Ayah Chalista sambil mencium puncak kepala Chalista.

“Hmm, aku tahu. Uri CEO memang sangat sibukkan.” Cibir Chalista. Namun semua itu murni hanya candaan, setelah itu Chalista langsung menghambur memeluk ayahnya.

“Selamat atas kelahiran bayimu. Ayah begitu terharu, akhirnya kau menjadi ibu. Sepertinya baru kemarin ayah menggendongmu dan mengantarkan kau pergi ke taman kanak-kanak, tapi kini aku sudah menjadi kakek. Oh betapa tuanya aku.” Canda Tuan Im. Namun perkataan tuan Im mampu membuat mata Chalista berkaca-kaca.

“Ayah, kau membuatku sedih.” Kata Chalista sambil bermanja-manja dipelukan ayahnya.

“Sudahlah jangan menangis. Ayah ingin melihat cucu ayah, sebelum ia menjadi santapan nenek dan juga pamannya.” Tunjuk tuan Im pada bayi Chalista yang dikelilingi oleh nyonya Lee, nyonya Im, dan juga Dannis.

Chalista hanya tergelak menanggapi ucapan sang ayah dan beralih memandang Aiden yang berdiri di samping kanan ranjangnya.

“Bagaimana, apa pekerjaanmu sudah selesai?” Tanya Chalista berusaha meraih tangan Aiden dan mengisyaratkan Aiden untuk duduk di sampingnya.

“Sudah. Jadi hari ini aku bisa menemanimu di sini nyonya.” Kata Aiden sambil mengecup bibir Chalista sekilas.

“Aiden, siapa nama bayimu?”

Suara Dannis menginterupsi kebersamaan Aiden dan Chalista. Secara spontan mereka menoleh ke arah Dannis.

“Aku akan memberinya nama, Hana Lee. Karena dia adalah wanita petama yang lahir dari keluarga Lee.” Ucap Aiden yakin. Ia lalu menoleh ke arah Chalista dan menggenggam tangan Chalista erat.

“Wahh, nama yang cantik. Secantik wajahnya, ibu harap ia juga tumbuh dengan hati yang cantik.” Kata nyonya Im sambil mengusap kepala bayi itu lembut.

Semua orang di ruangan itu juga tampak setuju dengan nama yang diberikan Aiden. Karena nama itu memang sangat cocok dengan bayi mungil itu. Nama itu terdengar sangat cantik.

“Aiden, aku ingin membawa pulang bayimu. Bolehkah?” Tanya Dannis terdengar lucu. Antara menahan gemas dan juga girang.

“Buat saja sendiri. Kau ini sudah tua masih saja sendiri. Apa kau tidak populer dikalangan wanita?” Jawab Aiden dengan sadis. Perkataannya sungguh sangat menohok hati Dannis.

“Yahh, mengapa jawabanmu sangat menyakitkan hati. Jika tidak boleh, tidak usah mengatakan demikian.” Kata Dannis dengan wajah ditekuk.

“Tapi ibu setuju dengan pendapat Aiden. Kau ini sudah dewasa, apa tidak ada wanita yang ingin kau kenalkan pada ayah dan ibu?”

Kali ini nyonya Lee angkat bicara dan memandang sendu ke arah Dannis. Nyonya Lee menilai jika Dannis terlalu sibuk dengan dunianya sendiri hingga lupa untuk mencari seorang isteri. Nyonya Lee, sebagai orang tua merasa kebahagiaanya masih kurang lengkap karena anak teruanya sampai saat ini tak kunjung mengenalkan calon isteri kepadanya dan juga tuan Lee. Padahal berbagai cara sudah dilakukan nyonya Lee, mulai dari memperkenalkan anak kenalannya hingga mendaftarkan Dannis ke acara kencan buta yang dinilainya sedikit norak itu. Tapi mau bagaimana lagi, sang anak memang susah untuk menjalin cinta dengan seorang gadis. Ia terlalu sibuk mengembangkan bisnisnya yang memang sedang dalam masa-masa puncaknya.

“Yah, kenapa kalian semua jadi memojokkanku seperti ini? Soal gadis yang akan menjadi calon istriku, ibu tidak usah khawatir. Nanti pada saatnya aku akan membawanya ke hadapan kalian semua.” Jawab Dannis santai. Setelah itu Dannis lebih memilih menyibukkan diri dengan Hana, keponakan barunya. Ia tidak mau terlalu ambil pusing mengenai masalah calon isteri yang diinginkan ibunya. Dannis hanya merasa jika saat ini memang bukan saat yang tepat untuk membawa calon isterinya ke hadapa nyonya Lee. Masih ada banyak hal yang harus ia selesaikan sebelum ia melangkah ke jenjang pernikahan.

Suasa ruang rawat Chalista seketika berubah hening dan canggung. Chalista menatap ke arah Aiden meminta bantuan agar suasana menjadi ricuh kembali. Namu Aiden hanya mengedikkan bahu sebagai jawaban, membuat Chalista sedikit geram dibuatnya. Bagaimanapun ini semua berawal perkataan yang dilontarkan Aiden. Tiba-tiba Hana menangis dengan kencang menandakan bahwa ia lapar. Seketika suasana kembali ricuh. Membuat Chalista sedikit bersyukur. Bayinya memang lebih bisa dindalkan dibandingkan Aiden, suami menyebalkannya itu.

“Chals, sepertinya ia lapar. Cepat berikan Hana ASI.” Perintah sang ibu mertua pada Chalista. Chalista menerima bayi itu dengan tangan terbuka. Lalu ia memandang ke arah semua orang yang ada di ruangan itu. Ia bingung, bagaimana ia bisa menyusui, sedangkan ada Dannis di sana.

“Chals, sepertinya aku harus kembali ke kantor. Ada meeting yang harus kuhadiri. Selamat atas kelahiran bayimu, semoga ia tumbuh menjadi gadis yang manis dan tidak menyebalkan seperti ayahnya.” Kata Dannis sambil melirik sebal ke arah Aiden.

Setelah kepergian Dannis semua orang yang ada di ruangan itu juga memutuskan untuk pulang. Akhirnya di ruangan itu hanya menyisakan Aiden, Hana, dan juga Chalista.

Chalista Pov

Suasana ruang rawatku kembali sepi. Setelah semua orang sumber kericuhan itu pergi, ruangan ini terasa sangat hampa. Jangan harap jika Aiden juga akan membuat keributan. Saat ini ia malah terlihat sibuk dengan ponselnya, entah apa yang sedang ia lakukan. Padahal tadi ia mengatakan akan menemaniku, tapi sekarang ia malah mengabaikanku. Dasar pria ini, sifatnya harus segera kuubah, sebelum ia terlalu sibuk seperti Dannis.

“Aiden. Kau sedang apa? Membalas pesan dari pacar barumu?” Tanyaku dengan nada polos. Tapi menurut Aiden ucapanku itu pasti sungguh menyebalkan. Biarkan saja, ia lebih menyebalkan dariku kan?

“Iya. Aku mengundang pacar baruku untuk menjengukmu. Apa kau puas?” Balas Aiden gusar. Sepertinya aku berhasil mengusik kesenangannya.

Tiba-tiba pintu ruang rawatku kembali diketuk. Muncullah sosok beberapa perawat yang selama ini memang bekerja bersama Aiden. Dan dari tatapan mereka, mereka adalah fans fanatik Aiden. Ck, memang mereka perawat kurang kerjaan.

“Suster Alice, suster Dara, dan suster Seohyun silahkan masuk.” Kata Aiden dengan ramah. Apa-apaan dia itu, tadi dia mengabaikanku, dan sekarang ia tebar pesona dengan ketiga suster itu. Awas saja, setelah ini aku akan membalasnya. Memang dia pikir hanya dia yang dikelilingi wanita cantik, aku juga punya banyak teman pria. Setelah ini aku akan mengundang mereka untuk mengunjunguku, aku akan membuatnya panas menahan cemburu.

“Selamat siang nyonya Lee. Maaf mengganggu.” Kata suster Alice dengan nada ramah. Seketika lamunanku sedikit buyar dan mulai membalas sapaan mereka.

“Selamat siang, suster. Silahkan masuk.” Ucapku terlihat ramah, walau sebenarnya aku sangat tidak suka dengan tatapan mereka yang selalu mengarah ke arah Aiden. Bukannya mereka akan melihat bayiku, mengapa sedari mata mereka hanya memandang Aiden? Dasar wanita, tidak bisa melihat barang bagus.

“Kami ingin mengucapkan selamat atas kelahiran putri dokter Aiden. Kami turut bahagia atas kebahagiaan kalian. Dan saya juga ingin minta maaf, karena kemarin saya tidak terlalu memperhatikan anda, karena saya terlalu panik dengan pasien di ruang operasi.” Kata suster Alice dengan ekspresi tidak enak.

“Oh tidak apa-apa. Aku bisa memakluminya.”

“Nyonya ini ada sedikit hadiah untuk bayi anda, semoga anda mau menerimanya.”

Suster Seohyun memberikan kotak persegi ke arah Aiden. Dan Aiden membalas senyum suster genit itu dengan senyum manisnya.

“Terimakasih, kalian tidak perlu repot-repot.” Kata Aiden terdengar basa-basi.

“Kami sama sekali tidak merasa repot dokter. Kalau boleh saya tahu, siapa nama bayi cantik ini?” Tanya suster Dara sambil membelai pipi chubby Hana.

“Namanya Hana Lee.” Jawabku cepat. Sebelum Aiden menjawabnya lebih baik aku saja yang menjawab. Ternyata suster yang satu ini tidak kalah genit dengan teman-temannya.

“Wahh, nama yang cantik.” Puji suster Alice girang.

“Aww, Aiden aku rasa luka bekas jahitanku sedikit sakit. Apa kalian tidak keberatan jika aku istirahat sebentar?” Tanyaku sedikit meringis menahan sakit. Semoga saja mereka merasa peka dan pergi secepatnya dari ruangan ini.

“Oh, kalau begitu kami juga permisi untuk melanjutkan pekerjaan kami. Semoga anda lekas sembuh nyonya.” Pamit suster Alice yang diikuti ketiga temannya. Ternyata mereka cukup peka juga. Syukurlah.

“Apa kau benar-benar merasa sakit?” Tanya Aiden tak percaya. Huh, suamiku ini benar-benar menyebalkan. Kenapa dulu aku mau menikah dengannya?

“Iya. Kenapa kau tidak percaya?” Tanyaku sebal.

“Tidak, hanya saja mungkin kau hanya berpura-pura. Aku tahu jika kau sedikit tidak suka dengan mereka.”

“Terserah kau saja. aku lelah. Tolong kau jaga Hana, jika dia lapar kau bisa membangunkanku.”

“Yes, I will.”

Aku membalikkan badanku membelakangi Aiden. Bisa dikatakan saat ini aku sedang sedikit marah padanya. Dia selalu saja seperti itu, tidak pernah bersikap manis padaku. Pada wanita lain saja ia bisa bersikap manis. Sebenranya aku ini isterinya atau bukan?

“Cepatlah tidur. Tidak usah menyumpahiku didalam kepala cantikmu itu.” Kata Aiden menyindirku. Bagus kalau dia sadar, aku memang sedang menyumpahinya.

Kemudian aku merasakan ranjangku sedikit bergerak dan tiba-tiba tangan kekar Aiden memeluk perutku dengan posesif. Apa dia sedang merayuku?

“Ada apa?” Tanyaku tanpa berbalik ke arahnya.

“Aku… merindukanmu.” Kata Aiden. Ia lantas mengeratkan pelukannya.

“Rindu? Bukannya kita sering bertemu, walaupun kau juga sering mengabaikanku.”

“Maafkan aku. Aku jarang berada di sampingmu ketika kau sedang mengandung. Tapi saat itu aku memang sangat sibuk. Apalagi ayah akan pensiun, jadi semua tanggungjawab yang ayah pegang dialihkan kepadaku. Aku sendiri juga merasa kewalahan menanganinya, disisi lain aku ingin menemanimu, tapi pekerjaanku juga tidak dapat kuabaikan. Tapi percayalah itu semua juga demi kebahagiaanmu. Aku lembur setiap hari agar setelah kau melahirkan, waktuku bersama denganmu dan anak kita tidak tersita untuk pekerjaan. Aku sudah mengambil cuti selama seminggu untuk menemanimu dan anak kita. Jadi kau jangan marah lagi padaku.”.

Aku benar-benar ingin menangis dengan semua penjelasan Aiden. Selama ini bukan hanya aku yang merasa rindu padanya, ternyata ia juga. Ia rela lembur setiap hari agar bisa menemaniku bersama Hana. Aku langsung berblik ke arahnya dan memeluk lehernya dengan erat. Aku membenamkan kepalaku ke dada bidangnya yang nyaman. Ternyata Aiden adalah sosok ayah yang baik. Aku terlalu cepat berprasangka buruk padanya.

“Maafkan aku karena terlalu egois.”

“Stt, tidak apa-apa. Sekarang mari kita menjadi orang tua yang baik untuk Hana. Kau tahu, Hana benar-benar sangat cantik seperti dirimu. Banyak dokter dan juga suster yang memberiku ucapan selamat dan juga memuji kecantikan putri kita. Gen keluarga Lee memang yang terbaik.” Kata Aiden dengan bangga.

“Kau ini, ujung-ujungnya juga memuji dirimu sendiri. Dasar sombong.” Cibirku.

Tapi walaupun begitu aku sangat bangga dan mencintai Aiden. Dia benar-benar orang yang tidak terduga. Selama ini aku sama sekali tidak pernah berpikir jika ia tengah lembur demi diriku dan juga Hana. Selama ini yang aku rasakan adalah dia yang egois dan gila kerja. Dan yang membuatku merasa bersalah adalah Aiden tidak pernah membantah akan tuduhanku itu, ia hanya memelukku sebelum berangkat ke rumah sakit dan tidak memarahiku. Dia adalah sosok suami dan juga ayah yang baik, aku sangat beruntung memilikinya. Terimakasih Tuhan, atas segala kebahagiaan yang kau berikan padaku.

000

“Chals, Hana lapar.” Kata Aiden dengan suara parau khas bangun tidur.

Semenjak pulang dari rumah sakit dua hari yang lalu, Aiden akan menjadi alarmku jika Hana bangun di tengah malam dan menginginkan ASI. Walaupun lelah tapi aku harus tetap menjalankan tugasku menjadi seorang ibu yang baik bagi Hana. Dengan langkah sempoyongan aku menghampiri box bayi Hana dan mengangkat Hana menuju ranjang kami. Memang jika Hana bangun di tengah malam, ia akan kupindahkan ke ranjang kami. Lebih baik seperti itu, daripada aku harus meletakkannya kembali ke box bayi, karena terkadang aku akan tertidur jika tengah menyusui Hana. Dan paginya aku akan menemukan Hana masih menempel padaku. Rasanya sungguh lucu jika melihatnya, Hana terlihat seperti bayi koala.

“Ahh, anak mommy haus yachh.” Kataku sambil meletakkan Hana ke atas ranjang.

Lalu aku segera berbaring disampingnya dan memberikan makanannya. Dia terlihat sangat lapar, ia meminumnya dengan rakus. Sangat mirip dengan sifat Aiden yang tidak sabaran.

“Anak daddy sangat lapar yaa.”

Tiba-tiba Aiden membuka mata dan mengelus kepala Hana lembut. Ia lalu menataku sekilas dan mengecup keningku.

“Tidurlah lagi. Dan ingat, jika diantara kita ada Hana. Jadi jangan bergerak sesuka hati.” Peringatku. Aku selalu takut jika Aiden akan menindih Hana. Walau pada kenyataannya Aiden tidak pernah melakukannya. Ia memang tidur dengan sangat calm, tapi terkadang ia suka langsung memelukku saat tidur, maka dari itu aku harus mengingatkannya jika sekarang diantara kami ada Hana, jadi ia tidak bisa sembarangan memelukku.

“Aku tidak akan mungkin menindih anakku sendiri. Aku memiliki ikatan batin dengan anakku.” Balas Aiden sebal.

Hmm, sepertinya aku membuat moodnya sedikit buruk. Tapi biarkan saja, dengan begitu ia tidak akan manja-manja padaku lagi.

Pagi-pagi sekali saat aku membuka mata aku melihat Aiden sedang berdiri di samping ranjang sambil membawa nampan. Tapi aku merasa tidak yakin jika itu Aiden, dia itu pria yang kaku dan tidak romantis sama sekali. Lagipula ia pria yang malas untuk memasak sendiri. Jika ia lapar maka ia akan memintaku memasak untuknya, meskipun itu tengah malam sekalipun. Pernah saat usia kandunganku menginjak tujuh bulan, ia membangunkanku pukul satu dini hari untuk dibuatkan minuman hangat dan juga cemilan, saat itu ia baru saja pulang dari rumah sakit. Jadi bisa disimpulkan jika ia adalah orang yang merepotkan, dan juga tidak akan bertindak romantis seperti yang baru saja kulihat. Kamudian aku sedikit menggeser tubuh Hana, dan mulai memejamkan mata lagi. Tapi sebuah suara membuatku mengurungkan niat untuk kembali tidur.

“Good morning nyonya Lee. Sarapanmu telah siap.”

Aku mengerjapkan mataku dua kali dan berusaha mempercayai apa yang kulihat saat ini.

“Aiden? Kaukah itu?” Tanyaku tak yakin.

“Tentu saja ini aku, kau kira siapa? Mantan pacarmu?” Dengus Aiden kesal.

“Tapi kau seperti bukan Aiden. Yang aku tahu Aiden adalah pria kaku yang tidak mau memasak untuk dirinya maupun orang lain.” Candaku sambil meraih nampan yang sedari tadi ia pegang.

“Tidak usah kau bawa. Aku akan menyuapimu.”

Apa? Benarkah itu Aiden? Hari ini ia sangat romantis. Selain memasakkanku pancake dengan saus maple dia juga memberikan buket bunga baby breath yang sangat indah. Aku terharu dengan perlakuannya.

“Aiden, kau terlihat sangat manis.” Kataku sambil mengusap pipinya. Sesekali ia menyuapkan sepotong pancake ke mulutku.

“Ini sebagai bentuk terimakasihku, karena kau mau menjadi ibu yang baik bagi Hana dan juga isteri yang baik untukku. Aku tahu, kau pasti sangat lelah dengan semua kegiatan barumu ini. Mengurus anak, memasak, membereskan rumah, dan semua tugas lain yang harus kau selesaikan, aku sangat berterimakasih.” Ucap Aiden tulus. Ahhh, aku akan menagis lagi sepertinya. Bagaimana bisa, setelah memiliki bayi Aiden berubah menjadi suami yang peka. Berbeda dengan Aiden saat kami baru saja menikah, ia sama sekali tidak peka padaku. Ia hanya peka saat proses pembuatan Hana. Menyebalkan bukan?

“Aiden, akhir-akhir ini kau sering membuatku tersentuh dengan semua kejutan yang kau berikan. Jika aku tahu, dari dulu aku memintamu menghamiliku terlebih dahulu, dan setelah itu baru kita menikah. Dengan begitu aku tidak akan merasa terabaikan seperti dulu.”

“Kenapa tidak bilang? Aku pasti juga akan senang.” Kata Aiden dengan senyum yang mengerikan.

Jangan-jangan aku telah membuat kesalahan dengan mengatakan itu. Oh My God, bawa pergi Aiden, sebelum terjadi hal yang tidak menyenangkan di kamar ini.

“Aiden, aku mau cuci muka. Terimakasih atas sarapannya, nanti akan aku habiskan.”

Aku bersiap-siap kabur dari hadapan Aiden. Tapi Aiden dengan sigap menarik tanganku dan membuatku kembali terduduk di atas ranjang.

“Kau mau kemana?” Bisik Aiden mengerikan.

Duhh, kenapa hari ini Aiden jadi aneh. Tuhan tolong selamatkan aku.

“Aiden, kau kenapa?” Tanyaku takut.

“Kau takut baby? Aku, hanya ingin bermain-main denganmu.” Jawab Aiden dengan smirk yang mengerikan.

“Ta.. Mphh.”

Aiden langsung membungkam bibirku dengan kecupannya yang sangat lembut tapi juga menuntut. Dan aku merasa tidak bisa  mengabaikannya begitu saja, ini terlalu menyenangkan dan juga manis. Dia benar-benar good kisser.

Ooeekkk.. ooekk

Aiden langsung melepas bibirnya dari bibirku dan memandang ke arah Hana yang sedang menangis di sebelahku. Hmmm, anak itu pasti terganggu dengan aktivitas kami.

“Hana menangis. Mungkin ini saatnya memandikannya. Aku akan menyiapkan pakaiannya.” Kata Aiden sambil mengecup bibirku kilat. Ia lantas beranjak ke lemari pakaian Hana dan memilih baju yang cocok untuk Hana hari ini.

Aku beralih menuju Hana dan mengangkat tubuhnya dengan pelan. Saat kuayun-ayunkan badannya ia berhenti menangis dan mata bulatnya memandang ke arahku. Sungguh sangat lucu dan manis, membuatku tak dapat menahan diri untuk mengecup pipi chubbynya.

“Aiden, bisa kau gendong Hana sebentar. Aku akan menyiapkan air hangat untuknya.”

Aiden menghampiriku dan mulai menggendong Hana menuju halaman belakang. Sinar matahari pagi sangat bagus untuk Hana, selain itu sinar matahari dapat menangkal penyakit kuning pada bayi.

Selesai menyiapkan air hangat untuk Hana, aku menghampiri mereka di halaman belakang. Aku terharu saat melihat kedekatan Aiden dengan Hana. Aiden yang biasanya sangat kaku, dia mampu berkomunikasi dengan Hana. Aku mendengar suara Aiden yang asik berceloteh pada Hana, seakan-akan Hana mengerti apa yang dia bicarakan. Ternyata ia memang sangat siap untuk menjadi ayah. Walaupun dia sudah menjadi ayah di usianya yang terbilang muda, tapi ia mampu memerankan sosok ayah yang baik bagi Hana. Dulu saat pertama kali aku mengetahui bahwa aku hamil, aku sempat ragu untuk mengatakannya pada Aiden. Aku takut ia belum siap untuk menjadi seorang ayah. Apalagi saat itu usia pernikahan kami baru berjalan tiga bulan. Namun tanpa kuduga, Aiden justru sangat bahagia mendengar kabar kehamilanku dan ia mengatakan padaku bahwa ia sangat siap untuk menjadi ayah, walaupun usianya masih terbilang muda. Dan saat ini aku melihat sendiri, betapa Aiden benar-benar siap untuk menjadi ayah.

“Daddy, air hangat untuk Hana sudah siap.” Kataku dengan aksen bayi.

Aiden kemudian memandangku dengan aneh. Sepertinya ia tidak suka dengan aksen bayiku. Padahal menurutku itu lucu.

“Jangan katakan lagi. Sangat tidak pantas.”

Setelah mengatakan hal itu Aiden meninggalkanku berjalan menuju kamar kami. Aku sendiri masih syok dengan kata-katanya. Sepertinya ia telah kembali ke Aiden yang normal.

000

“Aiden, sakit. Bekas jahitanku sakit.”

Aku merengek-rengek pada Aiden karena bekas jahitanku sakit. Sebenarnya sih tidak sakit. Ini sudah sembuh semenjak aku pulang dari rumah sakit. Namun, hari ini aku sedang ingin bersantai dengan  Hana. Jika aku mengatakan sakit, pasti Aiden yang akan mengambil alih pekerjaan rumah. sekali-sekali pria itu harus merasakan sulitnya menjadi seorang isteri.

“Bagian mana? Kau jangan merengek-rengek seperti itu. Membuatku panik.”

“Ini sakit. Aku benar-benar tidak bisa bergerak bebas. Aiden, bantu aku menyelesaikan pekerjaan rumahku. Aku belum memasak, mencuci bajumu dan juga baju Hana, aku belum mencuci piring, aku belum membersihkan rumah, aku..”

Belum sempat aku menyelesaikan perkataanku, Aiden telah lebih dulu memotong ucapanku. Hmm, spertinya rencanaku akan berhasil.

“Ssstttt, aku akan menyelesaikan semua pekerjaanmu. Sekaranga kau istirahatlah.” Kata Aiden sambil menyelimutiku.

Aku mengamati dari lantai dua, bagaimana Aiden tengah kesusahan saat membersihkan rumah. Dimulai dari menggunakan vakum cleaner, tangannya terlihat sangat kaku dan juga ia sesekali bersin-bersin karena terlalu banyak mneghirup debu.setelah hampir satu jam ia berkutat dengan vakum cleaner, ia beralih menggambil gagang pel di gudang. Ia mulai mengepel dengan sangat calm. Kalau soal mengepel kukira Aiden tidak ada masalah. Ia bisa melakukannya dengan lancar. Tapi aku masih saja terkikik jika membayangkan wajah Aiden saat menggunakan vakum cleaner, wajah cerdasnya tertutupi dengan wajah bingungnya. Dan itu sungguh lucu. Tugas berikutnya yang harus diselesaikan Aiden adalah mencuci piring, seharusnya tugas ini juga tidak ada masalah. Tapi sepertinya Aiden tidak terbiasa mencuci piring, terlihat dari gerakan tangannya saat mencoba melumuri piring kotor dengan sabun, ia malah menjatuhkan piring tersebut. Sepertinya ia terlalu banyak memberikan sabun, sehingga piringnya terasa licin saat dipegang. Dasar pria, mereka benar-benar tidak bisa diharapkan untuk tugas rumah tangga. Jika aku tetap membiarkan Aiden mencuci piring, bisa-bisa kami tidak akan makan menggunakan piring lagi. Ia pasti akan memecahkan semua piring yang kami miliki.

Dan tugas terakhir adalah mencuci popok Hana yang kotor. Oh, wajah Aiden sungguh lucu saat memegang popok-popok itu. Antara jijik dan juga ingin muntah. Dia pasti sangat tidak suka dengan baunya. Mungkin setelah ini dia akan berpikir dua kali untuk cepat-cepat memiliki anak ke dua. Memang seorang pria hanya suka saat prosesnya saja, tapi setelah lahir mereka jarang mengurus bayi mereka. Dan sekarang aku sedang memberikan Aiden pelajaran, agar dia tidak menjadi ayah yang hanya bisa membuat bayi, tanpa tahu bagaimana repotnya mengurus bayi.

Aku segera berlari menuju ranjang dan pura-pura tidur. Aiden sedang berjalan menaiki tangga menuju kamar kami. Bisa gawat jika Aiden tahu aku sedang berbohong padanya. Untung saja Hana tidak terbangun dengan suara berisik yang kuperbuat. Anak itu setelah mandi dan juga kenyang langsung tertidur lagi. Memang bayi jika belum genap satu bulan akan sering menghabiskan waktunya untuk tidur kan?

“Sayang, mau sampai kapan kau tidur?” Tanya Aiden dari ambang pintu. Aku tetap memejamkan mataku dan tidak kuhiraukan suaranya. Tapi setelah itu Aiden tidak bersuara lagi. Ia hanya menaiki ranjang, dan kemudian…

“ahahaaa, Aiden,, ahahahah.. lepaskan. Ini geli Aiden.. ahahaa.”

Dia tiba-tiba menggelitikiku tanpa ampun membuatku beanr-benar tidak bisa berkutik. Aku memang paling tidak tahan dengan geli, dan sekarang Aiden tengah menggelitikiku.

“Kau sudah berani mengerjaiku ya. Kau pikir aku tidak tahu jika kau cekikikan dengan semua hal yang aku lakukan. Sebagi dokter aku juga cukup tahu, jika luka bekas jahitan akan sembuh dalam waktu tiga hari, apalagi kau melahirkannya dengan normal. Puas kau mengerjaiku.”

“Iya iyaa, maafkan aku. Aku hanya ingin memberimu pelatihan dasar sebagai seorang ayah.” Kataku dengan wajah memelas dan juga lemas. Gelitikan Aiden memang sangat dasyat, aku langsung lemas karenanya.

“Alasan. Kau sengaja mengerjaikukan?” Kata Aiden dengan tatapan kesal.

“Maaf. Tapi ini semua juga karena permintaanmu. Kau dengan seenaknya meminta anak kedua, padahal aku baru saja melahirkan. Jika kau tahu betapa susahnya mengurus anak, kau pasti akan mengurungkan niatmu kan?” Kataku dengan wajah mengejek. Dia kan sudah merasakan bagaimana susahnya menjadi seorang isteri, pasti seletah ini Aiden tidak akan buru-buru untuk memiliki anak ke dua. Aiden memang sangat gila, dia menginginkan jarak antara anak pertama dan ke dua kami hanya satu tahun. Itu berarti aku harus hamil lagi saat umur Hana baru menginjak tiga bulan. Malang sekali nasib Hana, ia harus berbagi kasih sayang dengan adiknya.

“Hah, kau salah nyonya. Aku justru sangat bersemangat untuk membuat anak ke dua. Setelah ini aku akan mencari pembantu untuk membantu menyelesaikan ekerjaan rumah, jadi kau bisa fokus mengurus anak-anak kita. bersiaplah untuk hamil anak ke dua sayang.”

Aiden membelai wajahku dengan ekspresi yang  mengerikan. Ia layaknya psikopat yang akan membunuh korbannya. Ya Tuhan, kenapa dengan Aiden. Beberapa hari tinggal di rumah membuat otaknya sedikit terganggu. Jika begini aku tidak akan memintanya untuk cuti.

“Aiden. Kembalilah ke rumah sakit.” Teriakku sambil mendorong badannya hingga tersungkur ke lantai. Kemudian aku segera berlari menghindari kejaran Aiden.

000

Ternyata tinggal bersama Aiden di rumah tidaklah semenyenangkan yang akum pikirkan. Dulu aku sering bermimpi akan menghabiskan waktu berdua bersama Aiden di rumah. tapi sekarang aku akan lebih memilih menghabiskan waktuku bersama Hana, setidaknya bayi itu lebih lucu dan manis daripada Aiden. Walaupun begitu sampai kapanpun aku akan tetap mencintai sosoknya yang menyebalkan itu. Karena bagaimanapun Aiden adalah my hubby and my daughter’s dad.

18 thoughts on “After Story of He (Oneshoot)

  1. ini dpublish ulang kah kaya pernah baca dsini juga , tapi suka keluarga sama lee family ah si donghae udah dkerjain masih aja ga kapok mlah makin jadi haha ga kebayang seorang dokter kaya aiden beres2 rmh haha

  2. hahaha Yoona jahil banget sih sama Donghae?! yah gpp sih biar Donghae ngerasain juga haha 😀
    btw Donghae tuh gampang marah ya haha 😀
    happy family ^^

  3. keren lucu kocak romantis cucokk…. ya ampun mrka ini sebel2 tpi cinta yee…. ff.a daebak saling brkaitan satu sma lain.a…. dtggu ff author lain.a fighting ;D

  4. sosweet.. mereka ceria, bhagia dan lucu.. Yoong nggk suka sma suster yg dket2 ma hae.. Hae main minta ank ke 2 aja,, emangnya dia yg ngelahirin?? Ahaha yoong kesenangannya tuh kerjain hae 😀 Ada sambungannya gak??

    Fighting 🙂

  5. hahaha ngga kebayang liat wajah donghae disuruh beres2 rumah. mommy yoong and daddy hae makin romantis

  6. jadi ini ff nya kaya lanjutan yang before story of he ya ?? aku suka ceritanyaa, hae evil banget ya kayanya, yoona juga bahagia banget waktu ngerjain donghae, bagus ceritanya

Komentarmu?