Together Squel (Oneshoot)

cover together

Title : Together

Author : Lee Hanna (Gakuena)

Cast : Im Yoona, Lee Donghae , Lee Jeno, Lee Haru

Genre : Family, Marriage Life, Romance

Chategory : Chapter

Lenght : +5000

Together squel (Jeno and Haru)

***

Hello everyone, my name is lee Jeno. You guys can call me Jeno, my nick name. I am eigh years old and Korean, that’s all, ghambsahambnida” pria kecil itu membungkukkan tubuhnya dan disambut dengan tepuk tangan oleh seluruh orang yang berada di hadapannya. Kedua bola matanya bergerak-gerak peuh ketakutan, seakan goyah, namun Yoona dengan segera mengangkat tangannya, menunjukkan keberadaannya pada pria kecil dengan jas yang sangat cocok untuk wajah tampannya itu, berdiri di sana sendirian dengan senyuman lega karena telah menemukan Ibu nya, dan Haru yang tampak gembira melambaikan tangan berulang kali di kursinya. Seharusnya gadis kecil ini tidak duduk sendirian, Ia terlalu kecil untuk itu. Langkah kaki Jeno memutar mendekati piano yang di sediakan dan duduk disana dengan penuh keseriusan, jemarinya diletakkannya di atas nuts itu.

“Aku tepat waktu” ujar seseorang yang dengan tergopoh-gopoh melangkahi kaki kaki dari penonton yang duduk di jejeran kursi merah ini, mencoba mendekati Yoona, menggendong Haru dan duduk disana. Yoona hanya dapat melayangkan tatapan tajamnya karena keterlambatan pria itu, ada banyak amarah yang ingin Ia lontarkan jika saja tidak ada kamera di tangannya itu

“Wae yeo? Paris macet sekali” terangnya kemudian kembali melihat jagoannya tengah duduk di sana, sekali lagi kembali melihat kearah Yoona yang tersenyum menyemangati. Namun senyuman pria kecil itu kini mengembang, lebih dari yang tadi lantaran menemukan Ayahnya. Seolah tak menghiraukan ribuan orang yang melihatnya saat ini, Ia hanya terfokus pada keluarga kecilnya itu sebelum menekan beberapa nuts disana, menghasilkan nada-nada yang indah yang selama ini selalu dimainkannya bersama Ayahnya. Ibunya? Ibu nya sangat payah pada piano.

*

*

*

Oppa Kau sudah meluangkan waktumu hari ini, bukan?” Tanya Yoona memastikan. Tapi yang Ia dapati justru wajah yang tak mengenakkan. Pria itu mengangkat alisnya seolah tidak mengetahui jika Yoona memintanya untuk menyisihkan waktu untuk keluarganya dari siang ini, membuat Yoona geram akan sikap suami nya ini. Meski Donghae tak pernah pulang lebih dari jam lima sore, namun Donghae cukup sulit untuk diajak keluar seharian penuh jika itu bukan hari minggu atau hari libur besar lainnya. Bahkan Ia menghabiskan sabtunya seharian di kantor, benar-benar menjengkelkan

“Yaaak! Eotokhae? Jeno pasti ke-” rengekan itu terhenti saat Donghae mendekatkan wajahnya,  menatap kedua bola mata rusa itu dalam yang tak pernah Ia sadari jika tatapan itu selalu sukses memutuskan satu saraf kesadaran milik isterinya itu, hingga membuat Yoona menutup bibirnya rapat-rapat dan mendapatkan kecupan dari pria itu dengan senyum penuh kemenangan. “Kita mau kemana hari ini?” Tanya nya, membuat pipi Yoona memerah seketika. Wanita itu menunduk sambil mengutak atik kameranya tanpa Ia tau apa yang akan Ia lakukan,

“Kita dilihat Haru” umpat Yoona pelan, namun tak Ia pungkiri jika Ia menyukainya. Saat lirikannya lari ke arah Donghae, pria itu sudah kembali mengecup Haru hingga anak itu tertawa kegirangan karena kegelian.

Eomma!!! Appaa!!!” Panggil Jeno saat melihat kedua orang tuanya menunggunya di belakang panggung. Langkah kaki mungil anak itu mendekati mereka, membuat Yoona dan Donghae memilih untuk brejongkok agar mereka bisa menyesuaikan tingginya dengan ukuran anak yang baru saja masuk elementary school itu.

“Did you see?! Did you see?!”

“Of course, you know it” ujar Yoona sambil mengacak rambut Jeno geram,

“Eomma!! Dont disturbing my hair” keluhnya

“Omo, are you mad dear? You look handsome altough when you woke up” ledek Yoona, membuat Jeno mengerucutkan bibirnya kesal, ekspresi yang sangat Yoona nantikan yang menjadikan alasan setiap kali Yoona menjahili Jeno.

“So, where are you wanna go then, we should take some holiday, should us go to disney land?” Tanya Donghae

“Yak, itu jauh sekali” ujar Yoona memperingatkan

Waeyeo? I have much day for holiday” jawab Donghae, mendengar jawaban itu membuat ketiga manusia yang ada di hadapannya menatap Donghae dengan mata yang berbinar-binar.

“Appa really?!!” Tanya Jeno tak percaya. Seingat mereka terakhir kali Ayah nya yang terkesan sibuk itu bahkan menghabiskan liburan musim panasnya di kantor hingga Jeno, Haru dan Yoona Harus menyusulnya ke kantor dengan baju renang. Ah, kecuali Yoona yang dengan nekat membiarkan kedua anaknya mengenakan baju renang dan pelampung berkeliaran di kantor tersebut. Hingga dengan sedikit tidak tega, Donghae pulang lebih awal dan membawa kedua anaknya ke pantai disana.

“Yup, so where are you guys wanna go?” Tanya Donghae sekali lagi menawarkan,

“Haraboji’s home!!” jawab Jeno bertepatan saat Haru bersorak, “Haramonie’s home!” Yoona tersenyum penuh semangat saat pemikirannya sama dengan kedua anaknya itu. Sudah lama sejak terakhir kali Ibu dan ayahnya mendatangi mereka ke Paris. Hidup di negara yang berbeda demi mempertahankan cabang dari perusahaan yang  telah di dirikan itu memang bukanlah hal yang mudah. Keluarga adalah taruhannya. Tapi mereka tampak bahagia, mereka telah meminta untuk balik ke Korea. Tapi keluarga kecil itu justru di tolak oleh Ayah dan Ibu mereka hingga harus berakhir kembali ke Paris“Keure, we will go to haraboji and haramoni’s home, but don’t call them to make a sureprise, arachi ?”

Arraesseo” kompak Jeno dan Haru.

“Then we have to go home for packing. Umm Jeno do you wanna doing something else here?” Tanya Donghae memastikan, dengan penuh semangat

“Nope, I just want a piggy back, appa!” Pinta Jeno penuh semangat. Pria kecil itu tanpa menerima persetujuan dari Donghae langsung menempelkan tubuhnya di punggung Donghae yang  kemudian berdiri dengan Haru di pelukan tangan depannya. Mereka kemudian berjalan bersama,

“Yak, Yoona”

“Wae?”

“Kau tidak bertanya apa ini berat?”

Ani, oppa kan namja

Aigo, anak ini” umpatnya

“Appa are you tired? Do I and Jeno oppa make you tired?” Tanya Haru khawatir

Nope dear, are you forget that your appa is a superman?” Bangga Donghae sambil melirik aneh pada Yoona seolah menunjukkan rasa kebanggaan yang luar biasa. Sementara setelah kepergian mereka, seorang gadis mungil dengan rambut pirang di kepang dua berjalan menuju Ibunya yang tengah sibuk berada di antara kerumunan Ibu-Ibu lainnya. Dengan jemari mungilnya, Ia menarik gaun tersebut menandakan ingin bicara,

“What happen, dear?”

“Mommy, what is arraesseo?” Tanya nya penasaran

“What? Arraesseo? I dont know. Where you hear that?”

“From that Korean boy” ujarnya sambil menunjuk kearah keluarga kecil yang tengah berjalan menuju pintu keluar itu dengan bahagia.

***

Rumah itu kini tampak ribut lantaran kehebohan keluarga Donghae mempersiapkan barang barang untuk keberangkatan mendadak mereka. Dengan nyaris tak mendapatkan tiket, akhirnya mereka mendapatkan tiket dadakan dari beberapa orang yang men-cancel penerbangan mereka menuju seoul hari ini.

“Yak lee Donghae, kenapa bawaanmu banyak sekali?” Tanya Yoona sambil berkacak pinggang saat menentang suaminya yang tengah memasukkan seluruh pakaiannya ke dalam koper

“Ini untuk persiapan, kita tidak tau apa yang akan terjadi di sana nanti”

“Tapi kita kan bisa beli di sana”

“Kau ini cerewet sekali, sudah packing?”

“Su-dah” bangga Yoona sambil menarik koper ukuran medium ke hadapan Donghae.

“Jeno dan Haru?” Tanya pria itu lagi, Ia melirik jam tangannya untuk memastikan mereka tidak akan telat

“Sudah” jawab Yoona diiringi dengan hentakan kaki Jeno dan Haru yang berlomba-lomba masuk ke kamar orang tuanya, melompat ke atas kasur dan duduk di tepiannya,

“Let’s goo!” Seru Haru

Yak! Dont you see appa didn’t yet already” celetuk Jeno, Haru hanya dapat memanyunkan bibirnya sambil sedikit mengejek kesal ke arah Jeno

“B-baiklah, Aku akan bawa setengah dari ini” jawab Donghae mencoba mengalah dan mengembalikan setengah bajunya asal ke dalam lemari,

“Seperempat hae, ini terlalu banyak untuk ukuran setengah”

“Ghez whatever” umpatnya. Rasanya Donghae bersikap bahkan menyerupai Ibu Yoona yang selalu menumpukkan banyak barang ke tas anaknya dengan alasan ‘jika perlu’. Bagi Yoona tak ada yang penting selain uang untuk di bawa pergi, selebihnya hanya cadangan saja jika Ia tak sempat keluar. Tapi toh Ia Harus mempersiapkan diri juga dan tak mungkin menghabiskan uang Donghae lagi. Apa lagi kini Ia sudah tak berpenghasilan lagi, setelah memiliki Haru, Yoona lebih sibuk mengurus kedua anaknya dibanding menjadi penulis. Ada beberapa tawaran yang datang padanya, tapi rasanya terlalu berat jika Harus menghiraukan kedua malaikat kecilnya itu sedetikpun.

Donghae menarik kedua koper miliknya dan Yoona, sedangkan Yoona menarik milik Jeno dan Haru yang digabung menjadi satu. Sedangkan Jeno sibuk menggandeng Haru agar tidak hilang di tengah keramaian bandara ini.

“Appa have you seen my raport?” Tanya Jeno setibanya di pesawat

Mmm wich one?” Goda Donghae, membuat Jeno mengerucutkan bibirnya

“Aigoo appa will give you whatever you want, my smartest boy, just marebwa” ujar Donghae, sementara Haru yang sedikit sensitive setelah mendengar percakapan ayahnya dan oppa nya itu hanya bisa memanyunkan bibirnya sambil mengumpat , “I wanna go to school too, to get a raport”

“Appa, what is marebwa?” Tanya Jeno polos. Sedikit sulit menghilangkan kebiasaan menggunakan bahasa daerah bagi Yoona dan Donghae, namun hal itu sama saja dengan menyulitkan anaknya untuk mengerti. Terkadang Yoona dan Donghae sibuk mengajari mereka bahasa Korea agar tidak lupa, namun sejak lahir mereka sudah berada di Paris, sekolah di lingkungan internasional, di titipkan ke penitipan anak hampir setiap hari di awal hidup nya dulu saat Yoona masih sibuk dengan buku nya, dan begitu pula tetangga mereka yang kesehariannya menggunakan bahasa inggir. Yoona dan Donghae juga selalu enggan menggunakan bahasa prancis yang kalau kata Yoona sangat sulit itu. Meski kini mereka telah terbiasa, begitu hal nya dengan Jeno dan Haru yang kesehariannya menggunakan bahasa inggris, tapi mereka selalu kesulitan saat berbicara dengan nenek dan kakenya. Apa yang terjadi jika nanti mereka Harus pulang ke Korea? Apa Haru dan Jeno dapat menyesuaikan diri? Pertanyaan-pertanyaan itu lah yang membuat Yoona dan Donghae berpikir untuk Harus pindah ke Korea sebelum kedua orang tua mereka mengusir mentah-mentah anak nya itu dengan alasan perusahaan di Paris tidak boleh diganggu gugat karena sudah berada di peringkat tepat setelah perusahaan yang utama, di Korea. Seharusnya Donghae benar-benar mengelola itu, hingga membuat Ayah Yoona harus memulangkan kedua anaknya itu kembali ke Paris beserta cucu-cucu nya. Dan disini lah mereka, terkadang Donghae ingin kabur saja dan pindah ke sebuah pulau di Korea, tapi Ia juga memikirkan tentang pendidikan anaknya. Setidaknya mereka harus lebih sukses dari dirinya.

“Marebwa same like, ‘tell me’” jawab Donghae. Jeno membulatkan bibirnya sambil mengangguk mengerti. Jemari telunjuknya memukul-mukul pelan bibir mungilnya itu, membuat Donghae geram saja.

“I will tell you soon, I need time to thinking about it,” jawab Jeno, membuat Donghae tergelak

“Jawabanmu dewasa sekali” gelak Donghae diiringi dengan cengiran Jeno yang tidak mengerti dengan bahasa ayahnya itu. Namun tawaan itu terhenti saat Haru menumpahkan minuman di baju Donghae begitu saja, gadis kecil itu menatap ayahnya dengan tatapan memohon merasa bersalah, bahkan tanpa Haru minta maaf pun Donghae mengerti jika Ia tidak sengaja

“Omo Haru-ya,” panik Yoona. Seorang pramugari kemudian bergegas mendekati mereka dan membersihkan tumpahan itu di baju Donghae dengan sapu tangan,

“Gwaenchana, biar saya saja” ujar Donghae sebelum Yoona melemparnya dari pesawat ini

Appa sooorrrryyyyyy” tangis Haru kemudian meledak,

“A-aigo, g-gwaenchana it’s okey, dear” ujar Donghae, Ia mengulurkan tangannya untuk memeluk gadis kecilnya itu, namun Jeno kini sudah memeluk Haru untuk meredakan tangisnya. Yoona yang berada di sudut, tepat di samping Donghae hanya dapat menoleh aneh pada Jeno.

“Dont cry, we are in air plane,” ujar Jeno sambil mengelus kepala adiknya itu. Saat ini posisi Haru tepat di samping jendela karena permintaannya, membuat Donghae dan Yoona yang dibatasi Jeno menjadi kesulitan untuk menggapainya, namun Jeno dengan cepat tanggap dan segera memeluk adik kesayangannya itu. Meski Haru selalu saja bersikap jahil pada oppa-nya, Jeno selalu membalas dengan perawakan yang tenang. Jeno tampak lebih tenang saat Ia menyadari jika Ia telah memiliki adik, mengingatkan Yoona pada seseorang.

“Haru , want a hug?” Tanya Donghae, di jawab anggukan oleh gadis kecil itu. Akhirnya kini Jeno dan Haru harus bertukar posisi.  Namun setelah tragedi tumpahnya minuman tadi dan bertukarnya posisi duduk mereka, kini Haru kembali merengek di samping oppa-nya,

“Oppa, let mee see the sky”

“You can see it from computer, i wanna sleep, just close the window”

“But sky in computer is untouchable”

“You cant touch the sky here also”

“Oppaa!!! I just wanna see”

“Arraesseo arraesseo”

*

*

*

Aigo, Im Yoona? Lee Donghae?”

Haramoniiii!!!!” Pekik Haru dan Jeno bersamaan kemudian bergegas memeluk kedua kaki wanita paruh baya itu.

Annyeonghaseyeo” sapa Donghae sambil membungkuk, namun Yoona dengan segera memeluk Ibunya.

Bogoshippeo” ujar Yoona. Mereka baru saja tiba di rumah penuh kenangan milik keluarga Im. Setelah melepas rindu, mereka makan bersama meski tanpa Ayah Yoona yang sibuk kerja.

“Aku sudah mengabarinya dan Appa-mu akan segera pulang” ujar wanita paruh baya itu sambil duduk di samping kedua cucunya yang makan dengan lahapnya. Mereka berdua tidak menyukai makanan di pesawat. Sejujurnya hanya Jeno yang tidak menyukainya, karena anak itu banyak milih. Namun Haru ikut-ikutan tidak suka karena Jeno.

Eomma tidak perlu bilang ke appa” jawab Donghae

Gwaenchana, biar Ia segera pulang. Jika tidak mungkin Ia akan pulang sore” gelaknya,

“Sama seperti suami yang satu ini” celetuk Yoona menyindir pria yang ada di sampingnya ini sambil mengupas apel, Donghae memilih untuk tidak makan lantaran Harus menghabiskan makanan Yoona, Jeno, dan Haru di pesawat, namun perut karet pria itu kini menginginkan apel meski Yoona juga menginginkannya. Entah mengapa semenjak melahirkan, Yoona lebih kehilangan selera makannya dan makan sesuai takaran normalnya. Menurutnya perut buncit sehabis kehamilan nya itu sangat memalukan meski berulang kali Donghae mengatakan, ‘bagiku itu sexy’

“Did food in airplane felt bad?” Tanya eomma Yoona

Oppa said yes, it so bad” jawab Haru meski di dalam mulutnya masih terisi penuh makanan

Aigo, Haru dont talking when you eating” ujar Yoona memperingati

Mm eomma” jawabnya. Setelah makan, Haru dan Jeno terkapar di atas kasur milik kamar Yoona dulu. Mereka sangat kelelahan karena berjam-jam memperhatikan awan.

Kyeopta” ujar Yoona saat meletakkan koper di kamar mereka. Donghae yang ada tepat di belakangnya kini melingkarkan satu lengannya di pinggang Yoona

“Kau tidak lelah?” Tanyanya

Ani, Aku sangat senang bisa sampai disini”

“Mau jalan-jalan?” Tawar Donghae. Mengingat hari sudah sore, Yoona segera mengangguk

“Memangnya ini gratis?” Ledek Donghae. Mendengar cibiran itu, Yoona mengerti jika Ia Harus membayarnya. Ia segera memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan Donghae

Oppa ayo jalan-jalan” ujarnya dengan suara diimutkan, kakinya menjinjit untuk meraih bibir pria itu, mengecupnya singkat. Mengetaui telah dapat bayaran, Donghae menarik kedua ujung bibirnya. Tersenyum terlalu bahagia kali ini. Mereka kemudian mengeluarkan mobil audi hitam dari garasi rumah dan membiarkan angin Seoul mengiringi perjalanan mereka kali ini. Helaian rambut Yoona mengalir indah mengikuti arus angin, jemarinya menggapai genggaman angin yang hangat dan sangat Ia rindukan. Bibirnya tersenyum mengiringi sorot matanya yang mendapati betapa cerahnya Seoul di sore hari. Tak lama mereka di perjalanan, Donghae menghentikan mobilnya dan turun dari mobil. Menempelkan kedua telapak tangannya di penyanggah jembatan itu, dari sini terlihat sekolah mereka yang sudah berubah pesat.

“Kenapa kita kesini?” Tanya Yoona saat kakinya baru saja menginjak jembatan itu. Matanya menyapu hamparan sungai ini sambil tersenyum menyadari tempat ini,

“Aku selalu menunggumu disini” ujar Donghae

“Dengan buku di tangan kirimu dan minuman kaleng pemberian wanita-wanita aneh itu di tangan kananmu” ledek Yoona

“Dan Kau datang bawa banyak surat, keuchi?” Kini balas Donghae yang kegirangan melihat wajah cemberut Yoona.

“Aku tidak mengerti apa yang mereka sukai darimu” umpat wanita itu sambil melipat kedua tangannya di depan dada

“Sama seperti Kau menyukai ku, sayang” goda Donghae kemudian mendekat, kali ini di lihatnya lagi angin kembali mengguncangkan rambut Yoona, mentupi setengah wajahnya. Dengan perlahan Donghae menyingkirkan itu, menyelipkan helaian rambut itu ke telinganya,

“Aku ingin disini lebih lama lagi,” ujar Donghae kemudian kembali menyandarkan tubuhnya di sandaran jembatan tersebut

“Sebentar lagi bel berbunyi dan…”

Ding dung… Ding dung

Kedua bola mata rusa Yoona menoleh pada gerbang sekolah, begitu pula dengan Donghae. Ada banyak sekali anak-anak yang keluar dengan wajah yang tampak bahagia. Membawa mereka kembali kemasa-masa sekolah dulu, dimana Yoona selalu berlari ke kelasnya untuk meminta uang saku yang ditinggalkannya dengan ceroboh. Saat Yoona menunggunya hingga larut karena tak mau pulang sendirian. Saat Yoona dan dirinya masuk ke gerbang itu bersamaan dengan celotehan dari bibir Yoona tentang drama yang Ia tonton tadi malam. Dan masih banyak lagi, tanpa Donghae sadari kini tangan kirinya terangkat mengelus pucuk kepala Yoona

Oppa…” Panggil seorang anak perempuan pada pria yang tengah berjalan itu, membuatnya berhenti dan menoleh, “I-ini u-untukmu” ucapnya sambil memberikan coke dan bergegas lari meninggalkan pria itu kegirangan. Namun tak beberapa lama kemudian pria itu justru memberikannya pada wanita lain yang tampak marah berdiri di hadapannya,

“Kapan Kau akan mengembalikan gitarku?!” Bentaknya,

“Nanti Aku kerumahmu. Ini minumlah biar Kau tak marah-marah” ujarnya.

Benar bukan? Masa-masa sma itu adalah masa-masa terindah. Begitu mudah mereka jatuh cinta dan melupakan. Seolah tak memiliki perasan, meninggalkan dan berpaling. Namun ada pula yang memilih bertahan, menggapai cita-cita bersama sama dan membuat perjanjian bodoh untuk selalu saling mencintai selamanya.

***

“Apa sebaiknya kita mengunjungi Siwon, Tiffany, Kibum, Henry, dan Kyuhyun?” Tanya Yoona saat di perjalanan. Matanya menerawang ke langit yang tampak cerah ini, mengingat betapa down-nya mereka berdua dulu dan nama nama yang Ia sebutkan itu adalah vitamin terhebatnya yang selalu ada di sampingnya untuk menyemangati. Mengingatkan Donghae saat-saat dimana Ia hidup namun berasa mati. Melihat Yoona yang sangat lemah saat itu sungguh menusuk-nusuk tubuhnya, membuat air matanya ingin selalu keluar meski tak mungkin Ia lalukan.

“Aku berhutang banyak pada mereka” ujar Donghae

“Kita” koreksi Yoona, membuat Donghae menarik ujung bibirnya dan tersenyum mengiyakan meski ini tak seutuhnya kehendak mereka berdua

“Tapi tidak Kyuhyun”

“Kau ini kekanakan sekali”

Waeyeo? Aku tidak bilang Aku cemburu” elak Donghae

Aigo lihatlah si tua ini”

“Hey Aku tidak tua!” Umpat Donghae dan di jawab ledekan dari Yoona. Ia tak mau menghabiskan waktunya di Korea hanya untuk bertengkar dengan Donghae.

“Tapi sebaiknya kita bawa Jeno dan Haru. Mereka Harus melihat betapa manisnya Haru saat ini” ujar Donghae kemudian

“Benar juga,” jawab Yoona tepat saat mobil mereka berhenti di depan sebuah toko. Yoona tersenyum sambil menoleh, bergegas Ia keluar dan memasuki pintu itu dengan bunyi klang dari loncengnya

“Selamat da- eo! Yoona-ssi, Donghae-ssi!” sapa pria itu. Setelah Donghae menyelamatkan tokonya, Ia berhutang banyak pada Donghae dan Yoona meski kedua sejoli itu tak menghiraukan nya toh mereka juga ingin toko ini ada hingga mereka tua nanti. Mereka menghabiskan sore bersama berdua menghabiskan semangkuk ice cream, bernostalgia tentang  tahun-tahun mereka bersama di Korea. Korea memang sungguh membawa banyak kenangan untuk mereka berdua. Hingga setelah pulang, Yoona membawa dua ice cream untuk anak-anaknya dan keluar dari toko itu ketika matahari benar-benar sudah tenggelam, meninggalkan langit orange kemerahan menandakan cerahnya hari ini dan akan datangnya musim gugur.

Oppa,” tahan Yoona sebelum Donghae memasuki mobilnya. Matanya menatap Donghae dengan tatapan memohon seperti apa yang Haru lakukan di pesawat. Mereka berdua memang selalu punya cara untuk meluluhkan Donghae. Begitu mengerti, Donghae kemudian menyerahkan punggungnya,

“Ini tidak begitu jauh dari rumah kita” ujarnya.

***

“Omo Hae-ya”

Eomma, annyeonghaseyeo” sapa Donghae dan bergegas menggendong Yoona menuju kamarnya. Haru dan Jeno yang tengah bermain video game kini memperhatikan kedua orang tuanya dan bergegas mengikuti mereka

Do you went without us?” Tanya Jeno tepat di belakang Donghae

Aigo anak ini sudah menikah masih menyusahkan saja” sementara Ibu Yoona masih mengumpat sambil membukakan pintu kamar

“Yoona butuh istirahat, Ia lelah sekali sepertinya” ujar Donghae sambil perlahan membawa Ibu nya, Jeno dan Haru keluar dari kamar

“Jeno-ya, Haru-ya, we’re so sorry. We just went to our friend’s hause becouse something important. But appa buy an ice cream to you” ujar Donghae menjelaskan, sontak mendapatkan sorakan kegembiraan dari kedua anaknya

“Kau sudah sampai, nak?” Tanya seorang pria dengan suara beratnya. Donghae menoleh mendapati Ayah Yoona berada di ujung tangga. Dengan sigap Donghae membungkukkan tubuhnya memberi hormat, “Annyeonghaseyeo aboji

“Bagaimana di Paris?” Tanya pria itu sambil meletakkan tangan kanannya di pundak Donghae, pria itu tampak nyaman dan tersenyum penuh bangga

“Kita berhasil memenangkan tender dari investor besar kemarin, orang ke tiga terkaya se-dunia menginvestasi perusahaan kita. That’s why I’m here, aboji” ujar Donghae penuh kebanggaan

“Aku baru mendengar kabarnya pagi ini dan bingung kenapa Kau belum mengabarinya” ujar pria itu diiringi dengan tawa khasnya

“Appa! The ice cream was melting!!” Rengek Haru

“Hey, just eat it. Dont judge the food”

“Then why you didnt like airplane’s food oppa?” Bantah Haru tak mau kalah

“I mean just see appa buy it for us and eomma was tiring cause it” balas Jeno masih dengan wajah datarnya

“How can I eat the melting ice cream?” Rengek gadis kecil itu

“Just drink it, you can feel it like a milk” balas Jeno dan mereka berdebat setelahnya. Melihat percakapan mereka berdua, Donghae berjongkok dihadapan mereka dan sedikit tersenyum merasa bersalah

“Appa so sorry, may be Seoul too hot then the ice cream melting”

“Appa dont worry, we still love it” ujar Jeno menenangkan

“Wanna buy an ice cream with halmoni and haraboji?” Tanya Ayah Yoona, kedua anak kecil itu tampak kegirangan dan bersorak,

“I want I want!!! Just see what oppa said before, then you want haraboji’s ice cream right?” Ejek Haru

“Aniyeo, I just wanna go with haraboji, keurechi?” Elak Jeno

Keuree,” jawab pria paruh baya itu sambil menggendong Haru dan Jeno di kedua tangannya

Appa bisa sakit, mereka berat” ujar Donghae memperingati

Aigo, Kau istirahat lah nak. Yoona pasti merepotkanmu sejak dari Paris hingga ke Korea” ujarnya kemudian pergi meninggalkan Donghae

Yeobooo” panggilnya pada Ibu Yoona, mereka sepertinya merindukan sosok cucu di rumah mereka. Lihatlah betapa kedua orang tua itu bersemangat ingin membawa Jeno dan Haru jalan-jalan untuk sekedar membeli ice cream.

“Ribut sekali di luar, ada apa?” Tanya Yoona di ambang pintu

Aniyeo. Tidurlah, Kau pasti lelah”

“Eum” jawab wanita itu kemudian berbalik kembali ke kasur

“Dan jangan lupa ganti bajumu, tidur dengan pakaian seperti itu tidak baik”

*

*

*

“Kau sudah bangun?” Tanya Yoona, begitu dekat saat Donghae membuka mata hingga menutupi seluruh pemandangannya

“Eumm”

“Kau yang mengganti bajuku tadi malam?” Tanya Yoona lagi,

“Eumm”

“Kau tidak melakukan apa pun kan?”

“Eumm” erang Donghae untuk yang kesekian kali nya pada wanita yang mengganggu tidurnya ini.

“Baguslah” Yoona kemudian mengangkat tubuhnya hendak pergi meninggalkan Donghae yang masih setengah sadar itu sampai lengan Donghae menahannya, membiarkan tubuh Yoona tetap pada posisi awal dimana mereka sangat dekat tanpa batas

“Apa lagi?” Tanya Yoona

“Dimana anak-anak?”

“Tidur bersama appa dan eomma” ujar Yoona kemudian menyandarkan kepalanya di dada bidang Donghae, “Chagiyaa~” satu kata itu keluar begitu saja dari bibir Yoona, membuat Donghae membulatkan matanya menyadari apa yang diinginkan Yoona darinya, “Aku membuatkan kopi untukmu” ah sial, Ia tau persis Yoona tak pernah membuatkannya kopi setelah dulu Ia memasukkan seluruh bubuk kopi memenuhi cangkir.

“T-tumben” ujar Donghae kaku

Waeyeo? Kali ini Aku membuatnya dengan benar. Kau Harus mencobanya” Yoona kemudian bangkit dari tidurnya hendak mengambil kopi tersebut yang terletak di nakas, namun Donghae dengan cepat menahan tubuh wanita itu, membalikkannya hingga Yoona tertindih di bawah,

“Nanti saja” ujarnya kemudian mendekatkan bibirnya pada bibir Yoona, mengecupnya lama dan melumat nya beberapa kali hingga mendapat balasan dari wanita itu.

“Kau tau betapa susahnya Aku menahan diri tadi malam?” Celetuk Donghae sambil menatap kedua bola mata Yoona intens, sebuah tatapan yang selalu digunakannya jika Ia menginginkan Yoona.

Oppa, jangan disini. Nanti suaranya terdengar”

“Kamarku kan kedap suara, yoon”

A-ani bagaimana jika Haru dan Jeno memergoki kita lagi?”

“Ini masih jam enam, mereka pasti masih tidur” jawab Donghae. Sekarang Yoona tau siapa pewaris sifat yang dimiliki Haru itu

“Kita Harus pergi ke-mmmppp!”

*

*

*

Mereka menghabiskan hari untuk pergi berkunjung ke rumah-rumah kerabat dan menghabiskan waktu seminggunya di Korea hingga mereka Harus kembali lagi ke Paris. Kembali menjalani rutinitas kehidupan normal mereka. Alunan nada dari piano mengiringi pagi mereka saat aroma ramen kimchi begitu menggiurkan membuat Donghae menoleh.

“Should we have a breakfast?” Tanya Donghae setelah menghentikan jemarinya, Haru dan Jeno  yang sedari tadi memperhatikan ayahnya bermain piano dengan mata yang berbinar-binar kini begitu bersemangat berlari menuju dapur

Kimchi!!!” Sorak Jeno bahagia,

Oppa do you like kimchi that much?” Tanya Haru

Mmm!!!” Jawab Jeno bersemangat sambil memegang kedua sumpitnya

“Then I like it too!”

“Apa hanya tinggal segini, yoon? Anak-anak menyukainya”

“Mm, Aku membagikannya. Para tetangga juga menyukai ini”

“Appa! My friends ask me what is arraesseo, they are so funny when use ‘arraesseo’ in every word what they said evenIi have told them that ‘arraesseo’ mean ‘do you get it?’ ” kekeh Jeno menceritakan hari harinya di sekolah. “They said, ‘Jeno do you bring your lunch? Arraesseo?’ what a terrible” kikik Jeno lagi dan diikuti oleh Haru. Tiga hari setelah kepulangan mereka dari Korea ternyata membawa perubahan yang pesat di sekolah Jeno mengenai kata ‘arraesseo’

“Appa I wanna go to school too” rengek Haru kemudian

“Aigo, next year in january you will go there, Haru”

I want it now! Not later” rengeknya lagi

Haru, you are too young to school,” umpat Jeno kemudian

“Jeno, be faster. Your bus will come in fifty minutes” ujar Yoona memperingati sambil melerai pertengkaran kecil itu.

“Aku juga ingin Haru sekolah agar pagiku tidak terganggu” umpat Donghae

Appa mworago?” Tanya Haru dan Jeno penasaran

No-nothing” jawab Donghae segera sebelum Yoona mendengarkannya dan bergegas menghabiskan sarapannya agar segera pergi ke kantor. Hari hari berlalu seperti biasanya. Liburan yang sangat menyenangkan dan Donghae berjanji  akan membawa mereka lagi untuk waktu yang lebih lama dari kemarin.

***

“Besok hari minggu, ada planning?” Tanya Yoona, “Haru sudah sibuk menanyai ku sedari kemarin”

“Mmm bagaimana kalau piknik ke taman?”

Not bad” jawab Yoona kemudian menghentikan langkahnya dan membuka engsel pintu kamar Jeno perlahan. Untuk yang ke sekian kali nya Ia melihat Haru juga tertidur disana

“Ghez lihatlah Haru selalu saja tidur bersama Jeno”

“Mereka lucu” kikik Donghae

“Aku khawatir bagaimana jika nanti mereka semakin dewasa?”

“Tidak ada yang perlu Kau khawatirkan, lihatlah bagaimana Jeno begitu care pada adiknya”

“Entahlah, bagaimana jika Haru jatuh ke tangan lelaki yang salah?” Ujar Yoona penuh kekhawatiran. Gambaran dirinya yang memperjuangkan Haru terlintas begitu saja di benaknya. Ia tak ingin seseorang menyakiti gadis kecil itu disaat dirinya Harus mati-matian membiarkannya hidup. Sifat memanjakan yang berlebihan ini lah yang membuat Haru menjadi gadis yang manja dan keras kepala, selain juga turunan dari sifat Ibunya.

“Jika itu terjadi, Aku akan membunuhnya” ujar Donghae sakartis

“Aigo, super dad  eoh?” Ledek  Yoona,

“And super husband” ujar Donghae kemudian, “Tapi Aku punya feeling jika kelak Haru akan bersama Jeno” tebaknya begitu saja,  membuat Yoona memiringkan kepalanya dan menoleh pada sumber suara dengan kening yang mengkerut saat Donghae mendekatkan wajahnya ke wajah wanita itu,

“Seperti kita” ujarnya lembut, membiarkan Yoona menyerap dua kata yang baru saja masuk ke pendengarannya, membuat bibirnya tertarik untuk tersenyum. Kedua bola mata rusanya tampak berbinar menatap kedua bola mata yang selalu ingin dilihatnya itu. Kemudian tatapan itu turun ke bibir tipis milik Donghae, sedikit membayangkan hal nakal yang tak seharusnya malu lagi untuk Yoona minta, tapi entah naluri apa yang membawa Donghae untuk mengecup bibir itu, menarik erat pinggang Yoona ke tubuhnya agar menyatu tanpa jarak, membiarkan kedua tangan wanita itu melingkar tepat di lehernya seolah tak ingin lepas. Tak ingin membuat keributan dengan ciuman hangat ini, Donghae perlahan mendorong tubuh Yoona keluar dari kamar masih dengan posisi yang sama, hanya langkah kaki samar-samar membawa mereka ke tempat yang seharusnya mereka berada saat ini. Kasur. Ah, sial, Yoona bahkan tak menyadari dimana mereka saat ini. Yang Ia tau kini tubuhnya di himpit oleh kasur dan Donghae.

*

*

*

Where is eomma and Haru?” Tanya Jeno yang baru saja kembali dari parkiran setelah mengambil topi milik Haru yang tertinggal di sana

There” tunjuk Donghae pada Yoona dan Haru yang berlari kecil menjauhi mereka, berniat untuk mengambil bunga yang sangat di sukai Haru.Haru sangat menyukai bunga, sama seperti Donghae. Dan itu berkebalikan dengan Yoona yang justru muak dengan makhluk hidup yang lemah dan berwarna itu

“Appa, do you remember that I can ask you whatever I want?”

“Of course, just one. What’s that?” tanya Donghae kemudian mengalihkan tatapannya pada Jeno yang tampak bingung, namun kedua bola mata anak itu kemudian menatap Ayahnya serius

“Can I marry Haru?”

84 thoughts on “Together Squel (Oneshoot)

  1. ciee…si anak mau ngikutin jejak orangtuanya…
    tp kan dari kecil jeno sama haru udah bersama..
    bagus..happy family

  2. Puas bgt sama squel.a, stlh prjalanan panjang mereka meraih kebahagian lg dlm masa2 mmprtahankan kehidupan Haru,, Dan kekhawatiran Y00na tntang pasangan.a Haru nanti yg gk bakal nyakitin putri.a, mlh trjawab dngan prmintaan Jen0 ke D0nghae yg pngen nikah sama Haru.,
    Bakal jd penerus.a Y00nHae kalau jd beneran kyk gtu.,>>>

  3. Ahh aku lupa ceritanya yang Together :3
    Jeno dan Haru kan saudara kandung? 😮
    Ah whateverlah, yang penting ceritanya daebak, sangatt :*
    Tapi endingnya kenapa gantung lagi, eon? 😥
    Sequel lagi kalau gitu deh 😉 #plakk.
    Fighting! ❤

  4. i like it,
    eh tp massa haru jeno bkal ngikutin jejak orangtua na sii,
    aku merindukan together hahaha

  5. Aigoo uri jeno kyeoptaaaa… yaak masa mau nikah sama haru sih jeno yaaaa.. ada2 saja kamu nak hahahaha.. senengg banget deh baca seq ini.. trbukti author nepatin janji jugaaa saya suka saya suka^^

    Jeno haru yoong and hae fighting!!

  6. ya ampun ya ampun jeno bilang “can I marry Haru”??hahhhaa emamg anak kcil kya kamu ngerti apa tentang pernikahan??hahhaa lucu2..
    gimna reaksi donghae waktu dengar ny yaaah??
    buat ff yoonhae yang bnyk yaaah!!
    ditunggu,,

  7. ya ampun ya ampun jeno bilang “can I marry Haru”??hahhhaa emamg anak kcil kya kamu ngerti apa tentang pernikahan??hahhaa lucu2..
    gimna reaksi donghae waktu dengar ny yaaah??
    buat ff yoonhae yang bnyk yaaah!!
    ditunggu,,

  8. Wah squel nya seru 🙂

    Bener bener Happy Family .
    Jeno kaya nya sayang banget sama Haru , kaya dulu Donghae sayang ke Yoona ^_^

    Wah Haru sama Jeno bakalan mgikutin jejak nya Yoona sa Donghae yaa 🙂
    Tapi berarti Jeno udah tau dong kalo dia itu anak angkat 😮

    Squel nya sebener nua kurang thor 🙂

  9. Waaaa Jeno walaupun anak angkat ny Donghae tapi sifat ny warisin banget Donghae,dewasa dan berbakat,,dan sekarang apa yg aku pikirin dri awal ternyata bener,kayany klo besar nanti Jeno-Haru kisah ny kaya YoonHae,dan hmmm…gtuh lah,haha…
    Thanks Author ini ff udah lama bnget dan sekarang ada sequel ny tentang kehidupan Yoonhae dan anak2 mereka,,suka-suka 💗

  10. sebenernya aku uda lupa sih sama cerita awalnya,tp tetep aj aku baca,,
    masa iya jeno mau nikah sma haru,kan mereka kakak beradik,gmna sih?

  11. authoor, sukses bikin aku jungkir balik, geregetan, nangis, sampe senyum2 sendiri 😀
    sukaaa sama ff ni, bener2 aku ikut ngerasain emosi mereka
    ngikutin perjalanan mereka dari kecil sampe punya baby, si yoona yang selalu ribut dengan drama2nya, suka jailin donghae, si donghae yang sayangnya minta ampun deh sama yoona, liat mereka saling nyokong satusamalain, hadapi cobaan seberat itu 😦 , sampe badai bener2 berlalu
    suka sama karakter ortu yoona yang ngerti banget sama anak2nya,
    author makasii bgt udah bikin ff sebagus ini 🙂
    fighting ya.. bikin ff yoonhae yang banyak lagi hehe
    very nice ending, gak gantung sama sekali..
    kayaknya beberapa hari kedepan q bakal senyum2 sendiri deh 😀
    yoona.donghae haru.jeno happy family ❤
    maaf ya author commentq kepanjangan wkwk

Komentarmu?