EPHEMERAL (CHAPTER 3)

yh

Author : Hadnifla

Chategory : Chapter

Genre : Dark Fantasy, Romance, Action

Cast : Im Yoona, Lee Donghae, Jessica, Sungmin, Eunhyuk


Aku abadi.

Aku tidak bertambah tua.

Aku adalah seorang penghenti waktu.

Sang pencabut jiwa.


THE TIME REAPER

Sebagai Soul Ripper, aku Aiden bersumpah untuk menjalankan tugasku dengan baik dan benar. Bersumpah demi dua mahkota sayap suciku bahwa aku tidak akan melalaikan, menghalangi maupun menunda pencabutan jiwa manusia dalam kondisi apapun. Jika aku melanggar ketentuan dan peraturan malaikat hitam yang tertulis dalam psalmist maka aku bersedia memberikan kedua sayapku sebagai hukuman”

oOo

Aku memang tidak pernah tahu kapan waktu Yoona berakhir. Karena pada kenyataannya aku tidak pernah mau mengetahui hal tersebut, pun aku juga tidak mencoba mencari tahu hal itu sama sekali. Sebisa mungkin aku tidak melihat dirinya saat menggunakan Red Eyeku. Mengetahui kapan akan ditinggalkan Yoona hanya akan membuat semua terasa seperti bencana. Namun sungguh aku masih tidak percaya sedikitpun kalau nyawa Im Yoona ternyata harus berakhir hari ini. Lebih buruknya lagi di tangan Soul Ripper terkeji.

“Tidak Mungkin. Kau jangan bercanda Kris!” Aku benar-benar sangat terkejut sekaligus marah. Ini benar-benar terdengar menyedihkan sekaligus menakutkan. Bagaimana mungkin ini terjadi? Bukankah Kris hanya mencabut jiwa para pendosa saja?

“Mengapa aku harus bercanda mengenai masalah ini?”

Ya benar, Kris memang bukan malaikat hitam yang humoris. Namun ini tetap kenyataan yang tidak bisa aku terima sama sekali.

“Kau tidak mencabut nyawa seorang gadis yang sakit Kris!” aku menyangkal Kris dengan ketus.

“Memang tidak, tapi entahlah dia ada di listku” Kris menunjukkan holy book kematiannya. Ia tidak berbohong, nama Im Yoona memang ada di list terakhirnya hari ini dan sakit adalah penyebab kematiannya.

Hal itu pun membuatku semakin kalap. Aku menatap Kris dengan tajam “Tapi kenapa kau yang mendapat tugas untuk mencabut nyawanya?”

“Wow Aiden santailah, mengapa kau terlihat marah sekali tentang hal ini?” kedua alis Kris berkerenyit.

“Aku serius Kris, mengapa kau yang mendapat tugas mencabut jiwa Im Yoona”

Kris berhenti mengepakkan sayapnya yang lebar dan berpijak di balkon apartemen. Ia masuk kedalam dan melangkah mendekati Yoona yang sedang tertidur. Aku semakin risau saat ia mengamati Yoona dengan cermat menggunakan Red Eyenya yang bersinar merah.

“Hmm aku juga penasaran mengapa aku ditugaskan mencabut nyawa gadis ini padahal ia tidak punya aura seorang pendosa. Tapi Jessica bilang kalau gadis ini telah melakukan suatu dosa yang sangat besar”

Kata-kata Kris membuatku terkesiap, seketika tubuhku melemas. Dosa besar? Aku mulai berfikir, jika ada dosa besar yang dilakukan Yoona maka hanya ada satu kemungkinan yang tepat, yakni jatuh cinta kepada seorang malaikat hitam. Sebab jangankan membunuh, berkata kasar pun Yoona tidak pernah.

Brengsek! Itu artinya semua memang sudah terbongkar. Jessica, sang penguasa jiwa sudah tahu dan sengaja memberikan pencabutan jiwa Yoona pada Kris sebagai hukuman. Entah bagaimana Jessica bisa mengetahui hal yang kusembunyikan selama 7 tahun tersebut. Aku memang sadar bahwa cepat atau lambat hubunganku dengan Yoona pasti akan ketahuan. Namun aku tidak menyangka bahwa hari ini adalah waktunya.

“Ngomong-ngomong, mengapa kau ada di kamar gadis ini Aiden?” Mata Kris melirik tajam kepadaku dengan alisnya yang mengkerut. Ada sesuatu yang tersirat jauh dipelupuk matanya yang merah. Entah sebenarnya dia mengetahui hubunganku dengan Yoona atau hanya sekedar tatapan kecurigaan.

“Aku memang sering bersamanya” Aku berterus terang sambil menggertakan gigiku dengan kencang karena kesal. Jujur aku tidak bisa berbohong masalah hubunganku dan Yoona padanya. Dilihat dari tatapannya yang tidak biasa, bisa saja ia sebenarnya mengetahui semua dan hanya berusaha menguji kejujuranku.

Kris tertawa mengejek “Maaf tapi sepertinya kau sudah tidak bisa bersamanya lagi. Kusarankan kau pergi sekarang, kau tidak akan sanggup melihatku mencabut jiwa gadis cantik ini”

Tidak akan kubiarkan! Aku akan melakukan apapun agar Yoona tidak mati hari ini juga, terlebih lagi ditangannya.

Dengan kekhawatiran yang menggigit aku melangkah mendekatinya. Mataku menatap Kris dengan lekat. “Bagaimana jika aku yang melakukannya Kris? Serahkan pencabutan jiwa gadis ini padaku”

Kris mengerutkan keningnya dan menatapku dengan keraguan “Menyerahkan gadis ini padamu?”

“Ya. Biar aku ambil alih tugasmu” ujarku dengan tegas.

“Mengapa kau tiba-tiba ingin mengambil alih tugasku?”

Aku terdiam sejenak, memikirkan seribu alasan yang masuk akal “Aku hanya ingin mencoba mencabut jiwa manusia yang melakukan dosa besar”

“Atau karena ada sesuatu antara dirimu dengan gadis ini?” tanya Kris sambil membelai pipi Yoona dengan ujung sabitnya yang runcing. Tatapan miliknya masih penuh dengan kecurigaan.

Tubuhku kini terasa menegang. Tanganku terkepal erat. Brengsek, Kris benar-benar mengetesku. Satu saja goresan di pipi Yoona maka aku akan maju melawannya.

“Tidak ada, aku hanya ingin menghitamkan sayapku” seru ku meyakinkan.

“Ayolah Aiden, aku yakin bukan itu alasannya” Kris menyangkal. Ia memang tidak bodoh seperti Eunhyuk. Alasan amatir seperti itu tentu tidak akan membuatnya langsung percaya begitu saja.

Aku terkekeh dan mencoba bersikap tenang.  “Mengapa kau ingin tahu alasannya? Kupikir kau bukan malaikat yang peduli. Lagi pula bukankah pengalihan tugas ini akan meringankanmu?”

Kris terdiam sejenak dan tidak bertanya kembali setelah itu. Ia hanya menatapku lama dengan tatapannya yang tajam. Aku memasang muka tidak panik agar ia tidak semakin curiga.

“Hmm baiklah” Aku bernafas sangat lega saat Kris mengatakan itu. “Tapi apapun itu alasannya pastikan kau mencabutnya dengan keji sebagai hukuman atas perbuatannya”

Kris mulai berjalan ke arah balkon sambil terus menatapku. Sayapnya yang lebar terbentang dengan gagah kemudian dikepakkan dan ia sudah bersiap untuk terbang.

“Ketahuilah Aiden, aku tidak pernah mau menyerahkan tugasku pada siapapun” ujarnya dengan tatapan yang terlihat garang dan penuh arti.

Aku terkekeh geli mendengar itu. Pasalnya aku tahu betul ia memang bukan malaikat hitam yang baik.

“Jadi apakah aku harus merasa spesial karena kau mau menyerahkan tugasmu padaku, Soul Ripper terkeji?”

Malaikat yang mendapat predikat paling keji itu menyeringai “Tentu saja tidak, Aiden. Justru kau harus berhati-hati”

oOo

Entah sudah berapa banyak pelanggaran yang aku langgar selama menjadi malaikat hitam. Yang jelas banyak, itu saja yang aku tahu. Dan semua adalah pelanggaran berat, salah satunya adalah menunda kematian.

Aku tidak pernah mendengar cerita tentang seorang malaikat yang menunda kematian targetnya hingga hampir berminggu-minggu. Setahuku menunda sehari saja sudah terbilang sangat parah. Dan kini aku memecahkan rekor sebagai Soul Ripper yang menunda pencabutan jiwa terlama, yakni dua minggu.

Meski nama Im Yoona sudah terdaftar di list targetku, aku belum mencabut jiwanya sama sekali. Aku tetap melakukan pencabutan jiwa pada targetku yang lainnya namun aku menunda pencabutan jiwa Im Yoona selama dua minggu tersebut. Tentu saja aku tidak akan bisa mencabut jiwa wanita yang selama ini aku cintai. Lagi pula tujuan penyerahan tugas Kris itu adalah untuk membiarkan Yoona hidup lebih lama.

Namun ajaibnya setelah aku menunda kematiannya, keadaan Yoona kini justru berangsur membaik. Ia tidak lagi sakit dan mulai kembali seperti dulu lagi. Apakah ini efek karena aku menunda kematiannya, aku juga kurang tahu menahu. Tetapi saat aku mencoba melihat Yoona dengan Red Eyeku, anehnya nama dan angka tidak lagi tertera di atas kepalanya. Aku memang tidak pernah mendapat cerita tentang apa yang akan terjadi pada target yang ditunda kematiannya. Yang aku tahu Soul Ripper yang menunda pencabutan jiwa harus menerima resiko sebuah hukuman berat. Tetapi aku tidak peduli lagi akan bagaimana nantinya, hukuman apa yang nantinya akan aku terima, aku siap. Aku hanya tidak ingin Yoona pergi selamanya. Kapanpun itu aku tidak akan pernah terima sebab aku sudah terlanjur mencintai gadis ini lebih dari aku mencintai diriku sendiri.

“Sayang kau seharusnya sudah tidur, mengapa kau masih terbangun?”

Sepulang dari bertugas aku menemukan Yoona di balkon luar kamarnya sedang termenung. Ia hanya memakai kaus putihku yang agak transparant dan longgar di badan.

“Tidurlah ini sudah malam sayang” Aku memeluk Yoona dari belakang. Aroma parfum strawberrinya masih tercium di sekitar lehernya.

Ia mendesah pelan dan membalik badannya. Kini kami saling bertatapan “Oppa, ada yang ingin aku katakan kepadamu”

“Tentang apa?” tanyaku penasaran.

“Belakangan ini aku merasa aneh”

“Merasa aneh kenapa?”

Yoona menatap lebih dalam ke mataku. Wajahnya terlihat resah dan ragu. “Waktu aku sakit aku sempat pergi ke beberapa dokter tanpa sepengetahuanmu, tapi tidak ada dari mereka yang tahu penyakit apa yang ku alami. Mereka bilang penyakitku terlalu parah untuk sekedar dibilang kelelahan tapi mereka juga mengatakan bahwa tidak ada yang salah dengan organ dalam maupun luarku. Dokter mendiagnosa bahwa ada kemungkinan penyakitku bisa semakin parah dan hidupku tidak akan bertahan lama”

Aku menatap Yoona dengan serius sekaligus terkejut “Yak! Mengapa kau tidak pernah memberitahuku tentang hal ini sebelumnya?”

“Aku sebenarnya ingin memberitahumu. Tapi aku berubah pikiran di akhir-akhir”

Ya, gadis ini memang agak egois dan itu membuatku dongkol “Kau seharusnya memberitahuku Yoona!”

“Itu tidak mudah Oppa. Lagi pula meskipun kau tahu kau juga tidak bisa melakukan apa-apa mengenai hal itu. Aku pun tidak tahu harus bagaimana selain pasrah. Aku bahkan merasa seperti ingin mati saja saat itu”

Aku mendengus kesal “Jadi karena itu kau sengaja tidak makan dan minum obat karena kau menyerah pada hidupmu, tidak mau diperiksa dokter agar aku tidak tahu masalah ini dan kemudian mengabaikanku agar aku membencimu sehingga aku lebih rela melihatmu mati, huh? Sungguh dramatis”

“Mianhae Oppa tapi itu sudah tidak penting lagi sebab saat aku cek kemarin, dokter bilang bahwa penyakitku tiba-tiba hilang. Aku dinyatakan baik-baik saja seperti sembuh total. Aneh bukan?”

“Mengapa aneh?” tanyaku heran.

Yoona memukul dadaku pelan “Oppa, tidak ada penyakit langka yang hilang begitu saja. Kebanyakan bahkan selalu berakhir pada kematian”

Aku termenung dan berfikir sejenak. Sembuhnya Yoona yang tiba-tiba memang dimulai saat aku tidak mencabut nyawanya hari itu. Sepertinya ini benar-benar efek akan penundaan kematiannya. Aku tidak tahu apakah aku harus khawatir akan hal tersebut atau merasa tenang, sebab itu bisa menjadi hal yang bagus namun bisa juga menjadi hal yang buruk.

“Itu berarti kau beruntung” Aku berusaha menimpali pernyataan Yoona senormal mungkin. Itu semua pasti memang sangat aneh baginya.

“Tidak Oppa, tapi sangat aneh! Dan beberapa minggu yang lalu aku juga mendapat mimpi seorang malaikat menyeramkan yang mendatangiku. Ia seperti ingin mengambil nyawaku tapi entah kenapa tidak jadi” seru nya dengan wajah serius.

Kutahuilah Im Yoona itu bukan mimpi, itu nyata. Kris nyaris mengambil nyawamu.

Aku mengusap pipinya dengan lembut “Sudahlah jangan dipikirkan lagi, yang terpenting kau sekarang ada disini bersamaku dan masih bernafas”

Dahi Yoona semakin berkerut “Oppa, mengapa kau tidak kaget akan semua itu?”

Aku tersenyum “Aku tidak peduli akan hal seperti itu sayang, yang aku pedulikan hanya kau masih hidup dan penyakitmu hilang”

Medengar itu, bibir Yoona melukiskan senyum tenang yang indah. Aku pun membawa wajahnya semakin dekat dan mendaratkan bibirku diatas bibirnya. Sambil mengeratkan pelukanku dipinggangnya aku memperdalam ciuman dengan mencoba bermain-main di permukaan luar bibirnya terlebih dahulu, bibrinya terasa pas dan manis. Kugigit perlahan dan kulumat seluruh bibirnya. Setelah itu lidah ku menerobos masuk kedalam dan Yoona merespon dengan lihai. Birahi ku mulai meningkat, tanganku mulai berpindah dari pinggangnya menjalar ke bagian atas tubuhnya dan satu desahan lolos dari bibir Yoona. Namun sebelum aku bisa menengkup dua bagian sensitifnya, bibirnya menjauh, kedua tangan Yoona pun menghentikan gerayanganku dan membawa kembali tanganku ke pinggangnya.

“Terima kasih Oppa karena sudah merawatku saat aku sakit kemarin, maaf karena aku sudah sangat merepotkanmu saat itu” ujarnya seraya tersenyum.

“Ya kau memang benar-benar sangat merepotkanku. Aku sungguh tersiksa melihatmu sakit seperti itu dan aku rasa kau harus membalas itu semua” nadaku setengah serius dan setengah bercanda. Tapi lebih ke serius sepertinya.

Yoona terkekeh pelan “Lalu apa yang harus aku lakukan untukmu eoh?”

“Hmm” aku memulai membuat beberapa ide di otakku “Bagaimana kalau sekarang?”

“Sekarang apa?” Yoona memasang wajah polos tidak tahu.

Aku melirik ke arah tempat tidur dan mengisyaratkan sesuatu padanya. Aku yakin Yoona akan segera tahu maksud dari isyaratku, ia cepat tanggap untuk masalah yang seperti ini.

“YAK!” tangan Yoona mendarat keras didadaku “Bukankah tadi kau menyuruhku tidur kenapa sekarang tiba-tiba kau menyuruhku melakukan itu?”

“Aku berubah pikiran” Aku tersenyum jahil padanya. “Kau sudah sembuh bukan? Sudah dua minggu kita tidak melakukannya”

“Tapi malam ini aku lelah” ia merajuk manja dengan wajah cemberutnya.

“Baiklah, jika malam ini kau lelah bagaimana jika besok seharian?”

“Bukankah kau harus pergi bekerja?”

“Aku bisa ambil cuti untuk hal yang satu itu”

“Ya! Kau ini benar-benar ikan mesum” Setelahnya aku merasakan ada cubitan kecil dipinggangku.

“Aw! Mengapa kau harus mencubitku? Aku sedang tidak bercanda sayang”

“Maaf Oppa, tapi aku sedang tidak bernafsu melakukannya”

Aku menyeringai. Sambil membawa Yoona lebih dekat, aku berbisik pelan ditelinganya “Ayolah Im Yoona aku tahu kau merindukan dan menginginkan itu juga. Kau bahkan tidak memakai bra malam ini”

Godaanku pun berhasil menuai semburat merah dipipi Yoona dan senyuman malu-malu yang jahil darinya. Ia kemudian melepas tanganku yang ada dipinggangnya dan berlalu melewatiku sambil membuka bajunya.

oOo

Aku termenung memikirkan banyak hal. Salah satunya adalah mengenai perkataan terakhir Kris waktu itu. Penyerahan tugas yang ia serahkan padaku seperti mengandung maksud terselubung. Aku bahkan sebenarnya curiga kalau dialah yang melaporkan hubunganku dengan Yoona pada Jessica. Ia bisa saja melihatku berdua dengan Yoona saat pencabutan jiwa di kejadian penembakan malam itu. Tidak mungkin ia tidak menyadari kehadiranku disana. Red Eye Kris pasti melihat semuanya.

Namun yang jelas aku memang harus berhati-hati, Jessica tidak mungkin akan diam saja saat salah satu jiwa manusia ada yang tertunda pencabutannya. Terlebih lagi ia sudah tahu hubunganku dengan Yoona. Eunhyuk bahkan memberitahuku bahwa Madame Jessica berkali-kali memintaku menghadapnya. Jessica pasti akan menggelar persidangan grail dan ingin menjatuhkan hukuman berat karena pelanggaran-pelanggaran yang aku lakukan.

Jika semua memang telah terbongkar, jujur aku tidak tahu lagi harus berbuat apa dan harus merencanakan apa untuk bisa terus bersama Yoona. Rasanya aku ingin membawa ia pergi dari dunia ini dan tinggal bersama selamanya. Etika ku sebagai malaikat hitam terasa hilang sudah. Aku seperti sudah menjadi manusia karena mencintai Yoona.

Setelah urusan ranjangku dengan Yoona selesai, malam itu aku dirundung rasa gelisah yang tak kunjung hilang. Sedangkan Yoona sudah tertidur pulas disampingku dengan tubuh polosnya yang dibalut selimut. Aku mencoba turun dari kasur dengan gerakan pelan dan hati-hati agar ia tidak terbangun. Kukenakan celana panjangku kemudian pergi menuju balkon luar untuk menenangkan pikiranku yang sedang kalut luar biasa.

Angin berhembus sangat kencang dan menerpaku di balkon. Tubuhku yang tidak berbalut pakaian terasa menggigil serta merinding secara bersamaan. Aku memandang kelangit dan menyadari bahwa cahaya bulan dan bintang ternyata redup tak bersinar. Lalu kemudian ada aura yang terasa sangat mencekam muncul tiba-tiba. Firasatku pun berubah menjadi was-was. Aku segera masuk ke kamar Yoona untuk berjaga-jaga. Ada sesuatu yang berbahaya dan menyeramkan yang sangat terasa.

Angin kencang dari luar tiba-tiba saja menerobos masuk melewati ventilasi jendela disusul dengan suara gemuruh yang menggelegar, padahal malam itu tidak ada kabar akan datangnya hujan. Beberapa barang-barang kecil di kamar Yoona jatuh berserakan kemudian pintu kaca yang menjadi penghubung balkon dan kamar Yoona pun pecah.

Seperihan kecil kaca yang pecah itu terlempar menyebar. Dengan bergegas aku menggunakan tubuhku untuk melindungi Yoona yang sedang tertidur dari pecahan kaca. Beberapa pecahan kecilnya pun menusuk punggungku yang sedang tidak dibalut pakaian. Lalu…

Tick…

Tock…

Tick…

T…

Tiba-tiba saja Jarum jam dinding di kamar Yoona berhenti berdetak. Di luar kamar terdengar suara gemuruh petir yang semakin menggelegar. Setelahnya aku bisa merasakan bahwa bumi berhenti berputar dari porosnya. Semua makhluk hidup yang bernafas tidak lagi bergerak. Daun-daun di pepohonan yang ringan tidak bisa lagi melambai, membuat angin sekaligus tidak bisa lagi berhembus. Tidak ada yang bisa beraktivitas kecuali mereka yang bukan manusia. Ini pertanda nyata bahwa waktu telah dihentikan. Dengan kata lain,  Jessica, sang pengatur waktu, sang penguasa jiwa telah datang.

Bersambung

AN: 2 chapters left, and this will come to an end dan abis ini ceritanya bakal action banget. Prepare!

63 thoughts on “EPHEMERAL (CHAPTER 3)

  1. menegangkan.. bacanya sampai deg degan..
    waktu penghukuman donghae udah tiba ya ?!
    ga sabar baca part selanjutnya..

  2. serem ih ngebayanginnya . ah aku kira kris bakalan luluh hahaha . waduh ada apa tuh , ada angin ribut jangan jangan bener nih jessica dateng . udah donghae dihukum nya jadi manusia aja hahaa

Komentarmu?