Obsesi (Chapter 11)

obsesi

Tittle : Obsesi (Chapter 11)

Cast : Yoona, Donghae, Choi Minho, Jessica Jung, Rachel Shim, Wu Yi Fan, other

Genre : married-life, angst, pyscopath

Length : Chapter

Author : Yuna21

Rating : PG

Poster by : RyeohyunYoon (http://ryeohyunyoon.wordpress.com/)

Disclaimer : Hello!! Maaf yaa lanjutannya lama dipublish /kena tabok readers/ Well, aku baru habis ngetrip jadi yaa, agak fresh dan bisa menulis dengan lancar kembali. Buat kalian readers yang bukan dari Lombok, NTB aku saranin buat main – main ke daerahku ini. Jangan ke Bali aja. Di sini nggak kalah bagus sama di Bali, Jawa dll deh! Ok, Hapie ridieng eah! /alay bet/

Yoona terduduk di tempat biasa ia bersantai di kampus bersama Donghae. Ya, kali ini memang sedikit berbeda. Donghae sudah bekerja dan Yoona merasa sedikit kesepian berada di kampus. “Anyeong Yoona!”sebuah sapaan membuat kepala Yoona mendongak. Matanya menatap Minho yang kini mulai terduduk di sampingnya. “Kau sendiri? Di mana Donghae?”tanyanya sedikit berbas – basi.

“Donghae sudah mulai bekerja hari ini di kantor ayahnya.”jawab Yoona santai. Minho hanya mengangguk – anggukan kepalanya. Tentu saja ada kebahagian sedikit dalam hatinya. “Kau sudah makan?”tanya Minho. Yoona hanya menggelengkan kepalanya. “Mau ikut denganku?”tawar Minho. Sekali lagi Yoona menggeleng. “Terimakasih, tapi aku harus ke kantor Donghae sekarang.”jawabnya.

Tolakan halus yang diberikan Yoona berhasil membuat Minho sedikit kecewa. Ia tak mau menyerah begitu saja. “Bagaimana jika aku mengantarmu?” Yoona sudah membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu, dengan cepat Minho menyambung kalimatnya. “Tenang saja, aku akan menunggumu di bawah. Janji.”ucapnya sambil mengangkat tangannya.

Yoona terdiam sejenak. “Baiklah.”jawabnya setuju. Kedua orang ini mulai bangkit dari duduk mereka dan bergegas pergi.

oOo

Tangan Yoona mengetuk kaca mobil Minho. Perlahan kacanya mulai turun. “Kau yakin akan menunggu di sini?”tanyanya. “Ya, sudah jangan khawatirkan aku.”jawab Minho dan bergegas memarkir mobilnya.

Yoona berjalan pelan memasuki gedung. Matanya mendapati seseorang yang tak asing baginya. Sekilas wajahnya sangat mirip dengannya. Yoona terhenti sejenak. Matanya masih saja menelusuri wanita di seberang sana. “Eomma,”gumamnya.

Langkahnya terburu hendak mendekat. “Yoona-sshi!”sebuah panggilan membuatnya berputar. Matanya menatap Donghae yang berdiri menunggunya. Sebuah senyum merekah di wajah Yoona. Kepalanya melihat wanita yang diyakini adalah eommanya, lalu bergegas pergi menghampiri Donghae. Mungkin saat ini lebih baik ia mengurungkan niatnya.

“Kau tidak mengabariku, aku bisa menjemput.”kata Donghae sambil merangkul bahu Yoona. Yoona hanya tersenyum kecil. “Aku ingin membuat surprise, lagipula Minho bersedia mengantarku.”ucapnya santai. Langkah Donghae terhenti sejenak. “Tenang, dia tidak akan mengganggu. Dia juga ingin meminjam buku.”jelasnya. Donghae hanya menganggukan kepalanya dan mengajak Yoona kembali berjalan.

Sedikit hening mereka alami selama di dalam lift. Bagaimana tidak, di dalam lift sebesar ini hanya ada mereka berdua. “Donghae,”panggil Yoona memecahkan keheningan. “Kau tau siapa wanita di bawah tadi yang mengenakan celana panjang berwarna hitam?”

“Yang mana?”

“Wanita dengan rambut diikat.”

“Oh, itu salah satu pemilik perusahaam YO. Dia juga pemilik saham di sini. Kau kenal Rachel Shim?”

“Ya, apa hubungannya?”

“Itu eomma Rachel.”

“Kau tau siapa namanya?”

“Memangnya ada apa?”

“Tidak, hanya saja dia mirip ibuku. Aku jadi merindukan ibuku.”

Donghae menatap Yoona prihatin. Sebelah tangannya mengusap lengan Yoona dengan sebelah tangannya. “Jangan bersedih. Aku akan membantumu mencari eomma.”hiburnya. Kepala Yoona mendongak menatap Donghae. “Jinjjayo?”tanyanya berbinar. “Eommamu, adalah eommaku juga.”

TING!

Pintu lift terbuka. Segera dua orang ini keluar dan berjalan menuju ruangan Donghae. Ruangan Donghae berada di sebelah ruangan ayahnya. Namun karena sang ayah tidak ke kantor lagi, hanya ada ruangannyalah.

Sebelah tangan Donghae membukakan pintu untuk Yoona, layaknya seperti cerita putri – putri dalam dongeng. Yoona menatap Donghae dengan sedikit tawa. Langkah Yoona memasuki ruangan. Matanya terhenti menatap seseorang yang terduduk dengan santainya di sofa Donghae. Sepertinya pria itu tak menyadari keadiran Yoona dan Donghae.

Donghae menyusul Yoona, langkahnya ikut terhenti. Terlihat sedikit amarah di wajahnya. Tentu saja, siapa yang tidak marah jika ada orang yang memasuki ruangan tanpa izin. Donghae hendak melangkah untuk memarahi, sebelah tangan Yoona mencegahnya.

“Anyeonghasseyo.”sapa Yoona sopan. Perlahan Eunhyuk memutar kepalanya. Matanya menatap senyum Yoona terpukau. “Yakk! Hyung!”tegur Donghae. Mendengarnya membuat Eunhyuk mengalihkan pandangannya. Eunhyuk terlonjak kaget. “Mianhae.”ucap Eunhyuk.

Donghae dan Yoona berjalan. Sebelah tangan Eunhyuk terulur ke arah Yoona. Yoona menyambutnya dengan hangat. “Panggil saja aku Eunhyuk. Kau masih ingat aku kan?”tanyanya bersemangat. “Tentu saja.”jawab Yoona dan terduduk di sofa.

“Wah, kebetulan sekali aku lapar.”ucap Eunhyuk.

“Hyung, itu untukku. Jika kau mau kau cari di luar sana.”kata Donghae dan mulai bergabung. Mata Yoona menatap Donghae sejenak. “Oppa jangan dengarkan Donghae. Aku membawa makanan lebih.”sahut Yoona. “Hei Lee Donghae, lihat! Istrimu saja mengerti.”gerutu Eunhyuk.

Yoona terhenti sejenak. Kepalanya kembali mengingat. Sementara dua pria ini asyik sendiri berebut makanan. Yoona bangkit dari duduknya. Langkahnya menjauh sedikit. Tangannya mengambil ponsel dari sakunya. “Halo, Minho-ah.”sapanya. “Um, sepertinya aku pulang bersama Donghae. Kau tidak usah repot – repot menungguku.” Jeda. “Gomawoyo, sudah mengantarku.”

oOo

Minho menutup teleponnya. Sedikit kekesalan. Mungkin lebih baik lain waktu saja ia mengajak Yoona  pergi. Segera ia menyalakan kembali mobilnya. Minho memutar mobilnya dan hendak bergegas pergi.

Mendadak seseorang melintas di hadapannya. Tangannya menginjak rem dengan cepat sebelum ia menbrak. Tangannya memukul stirnya dengan kasar. Sungguh, apa yang membuatnya hingga tak konsenterasi seperti ini.

Minho memencet belnya berulang kali. Gadis itu tak mau bergeser. Penuh kekesalan Minho keluar dari Mobilnya. “Nona, bisakah kau bergeser sedikit? Kau menghalangi jalan mobilku.”tanya Minho. “Nanti kutelepon lagi.”ucap gadis ini di telpon. “Mianhae.”lanjutnya dan segera bergeser.

oOo

Makan siang di kantor Donghae sangat menyenangkan. Apalagi bisa bertemu dengan sepupu Donghae yang begitu membawa kecerian. “Sekarang kau sudah kenyang. Pergilah hyung.”perintah Donghae. Eunhyuk menghentikan obrolannya bersama Yoona sejenak. “Bilang saja kau cemburu. Ya, kan?”ujar Eunhyuk mengejek.

“Tidak.”kata Donghae yang mulai memanas. Sejak makan tadi Donghae terbakar amarah, karena Eunhyuk berhasil mencuri perhatian Yoona dan sejak tadi pula ia tak dihiraukan oleh dua orang ini. Kaki Donghae melangkah dan terduduk di sebelah Yoona. “Aku tidak cemburu, karena aku yakin Yoona memilihku.”ucap Donghae percaya diri.

“Baiklah, bagaimana jika kita buktikan?”tantang Eunhyuk. “Yoona, siapa yang lebih kau pilih untuk mengobrol?”tanya Eunhyuk. Yoona terdiam sejenak dengan senyum yang masih menempel. Matanya melirik Donghae dan Eunhyuk bergantian.

“Entahlah, mungkin Eunhyuk oppa.”jawabnya polos. Rasa kecewa akan pilihan Yoona membuat kuping Donghae terasa berasap. Matanya menatap Yoona. “Kenapa kau memilihnya?”tanya Donghae. Eunhyun menarik Yoona dengan senyum kemenangannya. “Sudahlah, kau memang tidak punya pesona untuk menarik wanita.”ejek Eunhyuk.

“Yakk! Jangan menyentuh istriku!”ucap Donghae geram. Tangannya menarik tangan Yoona. “Oke, oke. Janganlah bertengkar.”tenang Yoona. Kedua orang ini terdiam seketika. “Yoona kau harus berhati – hati dengan Donghae.”kata Eunhyuk. “Dia bisa sangat mengerikan jika marah. Kau tau psychopath? Ya dia seperti itu.”lanjut Eunhyuk blakblakan.

Yoona hanya tersenyum. Ia memang sudah tau akan hal itu. Tentu saja, ia pernah melihat suaminya ketika marah. Itulah sebabnya ia tak ingin membuat Donghae marah kembali.

Sorot mata Donghae tajam terarah pada Eunhyuk. “Hyung mau adukan apalagi ke Yoona, hem? Jangan pikir dia tidak tau. Dia sudah hapal kebiasaanku. Lagi pula aku selalu menceritakan hal apapun padanya.”jelas Donghae.

“Jinjjayo? Kenapa kau tidak pernah cerita padaku?”

“Memangnya kau istriku yang harus kuberitahu setiap hari?”sahut Donghae. Sedikit percakapan ini membuat Yoona tertawa. Sebelah tangan Eunhyuk menepuk punggung Yoona. “Aku ingatkan, jangan pernah menatapnya. Kau tidak akan bisa tertidur nanti.”

Eunhyuk bangkit dari duduknya. “Mungkin aku harus pergi sekarang sebelum serigala mengamuk. Bye Yoon-ah! Sampai bertemu nanti!”ucap Eunhyuk. Kakinya pelangkah pelan dan terhenti sejenak. “Yoona, ingat kata – kataku tadi!”lanjut Eunhyuk di depan pintu. “Yakk! Pergi sana!”sahut Donghae sambil melemparkan bantal sofa ke arah Eunhyuk.

“Jangan percaya padanya.”ucap Donghae pada Yoona.  Yoona terenyum masam pada Donghae. “Kau tidak pernah bercerita padaku.”jawabnya. Donghae tersenyum manis. Sebelah tangannya mengacak – acak rambut Yoona.

“Kau tidak percaya padaku?”tanya Donghae.

“Aniyo.”

“Huh, terserah kau saja.”kata Donghae kesal.

oOo

Pukul 11.00 malam (KST)

Yoona dan Donghae melangkah masuk ke dalam kamarnya. Yoona merebahkan dirinya di kasur.  Matanya menatap Donghae yang masih terduduk menonton film. “Kalau aku boleh tau, kau pernah ada hubungan dengan Rachel?”tanya Yoona curiga.

“Kau ini kenapa bertanya begitu?”tanya Donghae yang masih sibuk menonton TV. “Tidak. Aku dengar Rachel menyukaimu.”jawabnya.

“Memang, tapi aku tidak menyukainya. Hyung memberitahumu?”

“Bukan. Ya, aku mendengarnya di kampus. Dulu sebelum kita menikah.”

“Oh,”jawab Donghae mengangguk.

Donghae mematikan TVnya. “Sudah malam. Cepat tidur.”ucapnya. Donghae bangkit dari duduknya. Langkahnya menuju pintu. “Oppa, kau mau kemana?”tanya Yoona bangkit.

“Ke atas.” Yoona mengangkat sebelah alisnya.

“Bukankah di atas itu atap?” tanya Yoona heran.

“Kau pikir begitu?”tanya Donghae tersenyum. “Tidurlah.”lanjut Donghae dan bergegas kelaur. Yoona berdiri dan berjalan mengikuti Donghae. “Tunggu, aku ikut!”serunya. Donghae membuka pintu di sebelah kamar Yoona. Langkahnya melangkah masuk diikuti Yoona.

Sebuah jendela kecil yang menghubungkan ke atap. Donghae meloncat keluar jendela. Badannya berbalik. Tangannya terulur ke arah Yoona, membantunya untuk naik. “Rumah ini begitu banyak ruangan rahasia yang belum ku ketahui.”kata Yoona. Matanya mengedar. Memang walaupun di atap, setidaknya mereka tidak berdiri di ruangan terbuka. Sekelilingnya di kelilingi kaca. Sebuah atap dari kayu menjadi penutup.

Yoona melangkah maju. Temboknya yang terbuat dari kaca memudahkan untuk melihat keluar. Pemandangan Kota Seoul memang indah dari ketinggian. “Kau mau melihat bintang?”tanya Donghae. “Ini sudah terlalu larut-“kalimat Yoona terpotong. Sebuah tombol di sudut yang telah di tekan Donghae membuat atap dan tembok rumah ini bergerak membuka.

Yoona mendongakan kepalanya. Indah. Sangat indah. Yoona mendudukan dirinya di samping Donghae di pinggir bangunan rumahnya. Kaki mereka bergelayut. “Rumah yang sangat susah untuk ku tebak isi dalamnya.”kata Yoona kagum. “Kau suka?”tanya Donghae. “Jauh dari kata suka. Aku merasa seperti di dalam mipi.”jawabnya. “Ya jika di rumah appa, aku biasa melihat bintang di kolam atau mungkin di taman.”lanjutnya.

Mereka melihat bintang untuk beberapa saat. “Ini sudah larut. Ayo kita kembali.”ucap Donghae. Yoona sedikit kecewa. Dengan segera ia bangkit dari duduknya. Donghae kembali menutup ruangan ini. Setelah itu langkahnya menuruni jendela. Memang jika turun jaraknya cukup jauh. Tangannya terulur pada Yoona. “Padahal aku ingin lebih lama lagi.”kata Yoona sambil meletakan tangannya di atas tangan Donghae.

Yoona sedikit ragu untuk melompat. “Ayo,”ajak Donghae. “Kau yakin aku tidak akan terjatuh?”tanya Yoona. Donghae menghembuskan napasnya. Kedua tangannya menggendong Yoona tanpa aba – aba. Sontak gadis ini sedikit terkejut. “Apa yang kau lakukan?”tanya Yoona.

“Mwoya?” Jeda. “Kau itu terlalu lama.”lanjutnya. Donghae membopong Yoona hingga tiba di kamarnya. Segera Donghae mengambil tempat di sofa. Tangannya kembali hendak menyalakan TV. “Kau menyuruhku tidur, tapi kau sendiri tidak tidur.”gerutu Yoona.

Kali ini kepala Donghae berputar ke arahnya. “Oh ya? Aku tidak menyuruhmu.”jawab Donghae. Ia membatalkan niatnya untuk menonton TV. Langkahnya mematikan lampu kamar Yoona dan hendak keluar. “Selamat tidur!”

“Oppa!”panggil Yoona.

“Apalagi? Kau tidak memperbolehkanku menonton di sini. Lalu?”

“Psh. Baiklah..”jawab Yoona.

Donghae kembali ke arah Yoona. Diambilnya tempat di sebelah Yoona. “Kau tidak jadi menonton?”tanya Yoona heran. “Tidak. Moodku sudah hilang.”jawab Donghae. Yoona menatap Donghae yang hendak tertidur.

“Kau tidak tidur?”tanya Donghae.

“Tunggu, kenapa kau disini?”

“Jadi kau mengusirku, hem? Kemaren kau yang menyuruhku di sini. Baiklah aku pergi saja.”

“Jangan. Aku hanya bertanya.”

Donghae menatap Yoona sejenak. Sebelah tangannya mengusap kepala Yoona dengan senyum. Sementara gadis ini, perlahan mendekatkan wajahnya ke arah Donghae. Mata Donghae sedikit menyipit menatapnya. “Oppa, kau tidak sakit kan?”tanya Yoona sambil menyentuh kening Donghae.

Tangan Donghae menggenggam tangan Yoona yang menyentuh keningnya. “Tidak aku baik – baik saja.”jawabnya. Yoona hanya mengangguk – anggukan kepalanya. Perlahan Donghae tersenyum jail. Tangannya mengeluarkan ponselnya. Sebuah gambar dirinya bersama Rachel ia tunjukan kepada Yoona.

“Dia cantik bukan?”tanya Donghae. “Andaikan dia menjadi istriku sekarang.”lanjutnya. Mendengar ucapan Donghae dan melihat foto mereka yang begitu dekat membuat wajah Yoona memerah terbakar amarah. “Tidak! Dia tidak cantik. Sama sekali tidak!”jawab Yoona ketus.

“Eum.. jinjjayo?”

“Pergi sana! Terus saja bicarakan dia di depanku!”

“Hahaha… kau itu lucu sekali.” Sebuah tawa terlihat di wajah Donghae. Yoona menatapnya masih dengan amarah. “Bercandamu tidak lucu! Lagi pula mana ada teman berfoto sedekat itu.”sahut Yoona. Matanya tak mau menatap Donghae. Sementara Pria ini terus menatapnya. “Kenapa melihatku?”tanya Yoona yang merasa dirinya diperhatikan. “Aku memang tidak salah memilihmu.”jawab Donghae. “Kau masih marah?”tanya Donghae.

“Masih! Aku sangat marah!”

“Ya sudah, lanjutkan saja marahmu aku mau tidur.”ucap Donghae dan merebahkan dirinya. Yoona menatap Donghae kesal. Dia pikir Donghae akan meminta maaf atau menghiburnya seperti sebelumnya. “Oppa… mianhae..”kata Yoona.

“Aku memaafkanmu jika kau mau menciumku.”ucap Donghae sambil tertawa. Sungguh, mengganggu Yoona adalah hal yang paling menyenangkan baginya. Yoona menatap Punggung Donghae. “Tidak adakah pilihan lain?”tanya Yoona. “Ada.”jawab Donghae meloncat dari tidurnya. Ia terduduk dengan senyum. “Apa?”tanya Yoona.

“Kau masih ingat apa yang kita belum lakukan?”tanya Donghae.

“Hanya dua pilihan?”tanya Yoona syok.

“Pilih salah satu. Keduanya tidak masalah. Tapi kalau tidak mau, jangan harap kau mendapat maaf dariku.”jawab Donghae.

“Aissh jinjja! Baiklah. Aku pilih salah satu.” Yoona berpikir sejenak. “Mungkin pilihan pertama tidak terlalu buruk.”jawabnya. Donghae menatap Yoona sejenak. Sebuah tawa tersembur darinya. “Kau ternyata sangat mudah di tipu.”ucapnya. Dengan cepat kepala Yoona berputar ke arah Donghae.

“Yakk! Oppa!”bentaknya.

DEG!

Jantungnya serasa berhenti berdetak. Dia pikir ini hanya lelucon. Ternyata ini sungguhan. Donghae mendaratkan bibirnya di bibir Yoona dengan lembut. Membuat sebuah lumatan kecil. Tiga detik bagi Yoona terasa sangat lama. Perlahan ia kembali menatap Donghae. Jantungnya berdebar dua kali lipat dari biasanya.

“Aku tidak mungkin menyukai gadis lain.”ucap Donghae dan kembali tertidur. Yoona masih terdiam. Ia masih tak percaya akan hal ini. Perlahan ia kembali tertidur. DEP! Sebelah tangan Donghae memeluknya. “Kau mau berlibur besok? Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat.”

To be Continue……

2 thoughts on “Obsesi (Chapter 11)

Komentarmu?