This Is Us (Chapter 1)

TIU black

Author                  : Hime Lee

Title                       :This Is Us (Chapter 1)

Cast                       : Yoona, Donghae, SNSD, Super Junior

Genre                   : Romance

Length                  : 3.474 words

Category              : Chapter

Sinopsis                :

Yoona hates Donghae with every fiber of her being. Donghae yang playboy dan gemar memainkan wanita itu tidak pernah berhenti membuat darah Yoona mendidih. Mereka saling melemparkan kata-kata sarkastis setiap kali bertemu, dan tidak pernah bisa duduk diam berdua tanpa harus membuat salah satu menyeringai puas (dalam hal ini selalu Donghae) atau menumbuhkan tanduk di kepala dengan wajah memerah (tentu saja Yoona). Namun, bagaimana jika takdir memilih untuk mempermainkan mereka?

Author’s note    :

I know, I know, aku nggak seharusnya publish ff di saat ada ff yang belum aku selesaiin. Tpi fyi aja, This Is Us ini udah lebih dulu aku bikin daripada The Promise. Dan jujur, aku suka plot cerita ini, suka karakter Yoona dan Donghae juga yang beda dari biasanya. Jadi mending daripada feelingnya keburu ilang, aku publish aja sekalian. Dan aku juga akan berusaha update ff-ku yang satunya. Disabar-sabarin aja pokoknya J

Satu lagi, I mean no harm here. Karakter Yoona dan Donghae di sini mungkin bikin kalian kaget, tapi tenang aja ini cuma fiksi kok J Dan maaf juga kalo banyak bahasa yang kasar. Yang masih di bawah umur, read with your own risk :p

Enjoy!

 

 

Smile, Yoona. Smile.

Sudah tidak terhitung lagi berapa kali kuucapkan mantra itu dalam hati. Sejak turun dari panggung, banyak orang menyapaku. Dan meskipun kepala ini berdenyut seakan-akan mau pecah, damn those schedules yang hanya memberiku waktu dua jam untuk tidur, aku tidak boleh memperlihatkan itu semua. Becuase I am Yoona, I’m expected to be perfect. Aku harus selalu tersenyum, membalas sapaan mereka dengan hangat, walaupun yang kuinginkan saat ini hanyalah berbaring di tempat tidur dan tidak bangun hingga besok siang.

Bora, anggota SISTAR yang juga merupakan teman dekat Seohyun, menghampiriku ketika aku melewati ruang ganti grupnya. Ia tersenyum ramah, menjabat tanganku akrab. Aku pun melakukan hal yang sama. To be honest, I never like this girl. Kadang, ia merasa dirinya adalah wanita tercantik di dunia, lalu mulai flirt ke mana-mana. Aku juga benci style-nya. Her taste of fashion is so blah, bisa kubayangkan Jessica unnie berkomentar tajam jika ia melihat Bora saat ini.

Bora bukanlah satu-satunya orang yang tidak kusukai di industri musik ini. Kalau boleh kubilang, aku hampir tidak menyukai semua orang, kecuali sebagaian besar keluargaku di SM. Gain, yang sedang mengobrol akrab dengan Tiffany unnie, tidak pernah berhenti membicarakan dirinya sendiri. Belum lagi anggota girl band beberapa meter di depanku yang namanya belum terlalu besar yang aku tahu selalu menggunjingku. Aku berjalan melewati mereka tanpa sedikitpun melirik. Kulangkahkan kakiku dengan pasti menuju dressing room yang tinggal beberapa meter lagi, mengabaikan beberapa junior yang menyapaku. Biarlah mereka berpikir apa yang mereka inginkan, aku tidak peduli.

Well, ketika kubilang aku tidak membenci sebagian besar keluargaku di SM, lelaki yang sedang berdiri menyandar di kusen pintu dengan seringaian andalannya bukan termasuk sebagian besar itu. Lee Donghae, the famous Casanova. Playboy busuk yang berpikir bahwa setiap wanita di dunia ini bisa dibuat meleleh hanaya dengan satu senyumannya. Aku tidak tahu sejak kapan aku mulai membenci pria ini. Mungkinkah sejak ia mulai mempermainkan beberapa unnie-ku yang dengan bodohnya terperangkap dalam pesonanya? Entahlah. I just hate this guy with every fiber of my being.

“Hi there, beautiful,” sapa Donghae, tersenyum ke arahku. Hal yang paling kubenci dari Donghae adalah cocky smile-nya. Aku mau melemparkan apa saja ke arah pria ini agar ia menghapus senyumnya yang menyebalkan itu.

“Kau menghalangi jalanku, Lee Donghae.”Aku memang menolak memanggilnya oppa. Dan sepertinya dia tidak keberatan, malah menjadi semakin bersemangat untuk menggodaku.

“Berikan aku satu ciuman, dan aku akan memberikan jalan untukmu.” Donghae mengedipkan sebelah matanya. Oh, please. Rasanya aku ingin muntah.

Kusilangkan tanganku di depan dada, menatapnya tanpa gentar. Donghae hanya mengangkat kedua alisnya. Aku mendekatkan tubuhku, lalu berbisik di telinganya, “Kalau saja kau bukan seniorku, aku sudah menendangmu di bagian paling private dari tubuhmu.”

Bisa kurasakan Donghae menyeringai. Ia mendekatkan kepalanya, menempelkan bibirnya di telingaku. “That sounds inviting, tapi aku tidak bisa membiarkan wartawan membuat headline bahwa visual SNSD yang dikagumi seluruh negeri baru saja melakukan kekerasan terhadap seniornya. Bukan begitu, sweetheart?”

Mataku menyipit tajam. Kukatupkan bibirku kuat-kuat, menahan amarah yang sudah mendidih di puncak kepalaku. “You are such a jerk, Lee Donghae.”

Donghae terkekeh. “Aku sudah sering mendengarnya, terima kasih.”

“Oh, halo, Donghae oppa!” tiba-tiba Tiffany unnie sudah muncul di belakangku. Ia terlihat terkejut melihatku bersama Donghae di depan pintu. Ia menatapku dengan satu alis terangkat, meminta penjelasan selengkapnya. Aku hanya bisa memutar bola mataku.

“Hai, Miyoung-ah,” balas Donghae sambil tersenyum.

“Apakah semua Super Junior di sini?”

Donghae mengangguk. Tiffany bersorak kecil sebelum masuk ke ruang ganti, tepat setelah Donghae menggeser tubuhnya agar wanita itu bisa lewat. Aku langsung mengambil kesempatan untuk ikut masuk ke dalam ruang ganti. Baru beberapa langkah, aku merasakan tangan Donghae menggenggam pergelangan tanganku, cukup erat untuk membuatku membalikkan tubuh dan menatapnya galak.

“Don’t force your smile, sweetheart. Those fake smiles never look good on you.”

Damn this man. Satu hal lagi yang kubenci dari Lee Donghae; ia seolah-olah mengetahui sisi lain diriku yang tidak pernah kutunjukkan pada siapapun.

Aku melepaskan tanganku dari genggamannya, kemudian melangkah cepat menuju sofa. Kujatuhkan tubuhku tepat di samping Eunhyuk oppa. Sebuah helaan napas lega meluncur dari bibirku ketika kurasakan empuknya sofa hitam itu menyambut punggungku. Kupejamkan mata, berusaha mencuri-curi waktu untuk tidur.

“Lelah?” tanya Eunhyuk oppa dari sebelahku. Aku mengangguk dengan mata masih terpejam.

“Tahan dulu, Yoong. Gunakan sisa tenagamu untuk berpesta malam ini.”

Mataku terbuka. “What?!”

Tepat setelah aku mengatakan itu, Heechul oppa berseru dari seberang ruangan.“Kita harus merayakan kemenangan ini! Let’s get the party started, everyone!!”

Semua orang menyambut setuju. Ingin rasanya aku menyurukkan wajahku di tangan sofa. Oh dear God, please help me.

***

Sepertinya semua orang hari ini sedang bersekongkol untuk membuatku kesal. Here I am in a stupid club, terpaksa harus mengikuti ajakan Heechul oppa karena ia benar-benar tidak bisa berhenti berbicara. Dan dengan kepala yang berdenyut seperti ini, mendengarkan lebih lama omongan Heechul oppa sama saja bunuh diri.

Sekarang aku menyesali keputusanku. Ketika semua orang terlihat sangat excited, aku justru hanya ingin duduk tenang di sudut paling jauh di club dan tidak berbicara pada siapapun. Atau aku bisa saja kabur saat semua orang sibuk berpesta. Ya, sepertinya itu ide bagus. Sebaiknya kutelepon manajer oppa dari sekarang. Aku mengeluarkan ponselku, hendak menelepon manajer oppa ketika seseorang tiba-tiba mengambil ponselku dari belakang.

Aku membalikkan tubuh, melayangkan pandangan paling tajam dan galak kepada siapapun yang berani mengangguku. Tatapan tajamku berubah menjadi tatapan sinis ketika sebuah seringaian khas menyapaku. Aku mendengus.

“Jangan main-main denganku, Donghae,” desisku. Aku tidak yakin Donghae mendengarnya di tengah suara dentuman musik ini, tetapi sepertinya dia bisa membaca gerakan bibirku.

“Belum apa-apa kau sudah menolakku? Padahal aku berpikir mungkin kita bisa bermain-main sedikit malam ini.” Seringaian nakal di wajahnya membuatku ingin menampar wajahnya sekarang juga. Namun yang kulakukan hanyalah memutar bola mata, kemudian mencoba merebut kembali ponselku dari tangannya.

Seakan-akan masih ingin menggodaku, Donghae mengangkat tangannya tinggi-tinggi agar aku tidak bisa meraih ponselku. Aku menggeram kesal, sementara Donghae masih tersenyum menyebalkan, puas bisa menggodaku. Kemudian, tiba-tiba ia mendekatkan bibirnya ke telingaku.

“Jangan pikir kau bisa kabur, Princess. Semua orang di sini akan mengawasimu,” bisiknya. Aku harus menahan geli merasakan embusan napasnya di kulitku. Dengan satu kalimat itu, ia mengembalikan ponselku dan pergi setelah memberikan satu kedipan menggoda.

Aku benci mengatakan ini, tetapi apa yang dikatakan Donghae memang benar. Sedari tadi, bergantian member Super Junior dan SNSD menemaniku di sofa di lantai 2 club ini. Khyuhyun baru saja pergi setelah menemaniku mengobrol selama beberapa menit, dan sebelum aku bisa melancarkan aksi kaburku, Sooyoung unnie sudah duduk di sampingku.

“Yah! Kau tidak bosan sejak tadi di sini?” teriak Sooyoung unnie, berusaha mengalahkan suara musik.

Aku menggeleng sambil menunjuk kepalaku. Ia tidak mengerti betapa kepalaku ini serasa akan pecah. Sooyoung mendecakkan lidah, mungkin mengasihaniku yang tidak bisa bersenang-senang.

“Nah, this won’t do,” ia bergumam pada dirinya sendiri. Lalu, tiba-tiba ia sudah berdiri dan menarikku paksa bersamanya. Aku meronta, tetapi sepertinya alkohol berhasil menambah kekuatan Sooyoung unnie karena ia bisa melawan kekuatanku, kekuatan seorang Him Yoona.

Sooyoung membawaku ke lantai dansa, tempat di mana semua orang berkeringat dan mabuk berat menggoyangkan tubuhnya mengikuti alunan musik. Aku melihat Yuri unnie dan Hyoyeon unnie benar-benar mabuk, tetapi mereka tidak juga berhenti menari. Inilah mengapa aku lebih sering menolak untuk mabuk jika kami sedang berada di club. Aku harus menjadi bodyguard unnie-unnieku karena Seohyun saja tidak akan sanggup.

Tepat saat aku menginjakkan kaki di lantai dansa, Kangin oppa langsung menghampiriku dan meraih tanganku, membawaku ke anggota Super Junior yang lain. Dengan senyum terpaksa, aku mengikuti kemauannya. Semua anggota Super Junior bersorak ketika melihatku mendekat. Mereka bergantian mengajakku berdansa, tetapi aku masih tidak bisa menikmati pesta ini. Yang kulakukan hanya bergerak seperlunya tanpa bersentuhan dengan mereka.

Tiba-tiba, aku merasakan sebuah lengan kokoh memelukku dari belakang. Aku bisa saja langsung menendang orang itu kalau saja aromanya tidak tercium olehku dan aku langsung bisa mengenali orang di belakangku ini. Di hadapanku, anggota Super Junior mengerutkan kening, tetapi aku memilih untuk tidak peduli. Itu hanya reaksi mereka yang selalu ingin melindungi junior wanita mereka. And I don’t need that.

Aku berbalik, dan seperti tebakanku, Lee Jonghyun lah yang sedari tadi memelukku. Ia melempar senyum menawannya, sebelum mengecup bibirku singkat. Everyone, meet my part time boyfriend and full time bestfriend, Lee Jonghyun. Kami memang sepasang kekasih, tetapi aku tahu perasaan kami lebih seperti perasaan seseorang kepada sahabatnya. Aku tahu Jonghyun tidak jatuh cinta padaku, and I’m definitely not in love with him either. Kami hanya membutuhkan seseorang untuk menjaga pikiran kami agar tetap waras di tengah kegilaan dunia entertainment.

“Bagaimana kau menemukanku?” gumamku di dadanya. Kuhirup aroma Jonghyun dalam-dalam. Jonghyun selalu memiliki caranya sendiri untuk menenangkanku, dan aromanya adalah bagian favoritku.

“Aku hanya mengikuti kata hatiku, I guess?” Kemudian ia tergelak dengan candaannya sendiri. Aku ikut tertawa, lalu memukul bahunya pelan.

Seakan-akan baru menyadari sesuatu, Jonghyun menjauhkan dirinya dariku untuk mengamatiku. Matanya menyipit, terkihat tidak menyukai apa yang dilihatnya. “Kau tidak terlihat baik-baik saja.”

Aku mendesah panjang. “Kepalaku sakit dan tulangku seakan ingin remuk. Puas?”

Aku melihat kekhawatiran melintas di kedua matanya. Dengan lembut, ia menarikku kembali ke dalam pelukannya. Bibirnya mengecup pelipisku dengan sayang.

“Well, that heals a little,” kataku.

“Benarkah? Kalau begitu, aku bersedia mencium kepalamu sepanjang malam,” katanya sebelum kembali mendaratkan kecupan di pelipisku.

Karena melihatku tidak nyaman di lantai dansa, Jonghyun mengajakku ke tempat dudukku semula. Ia duduk di sebelahku dan aku langsung menyandarkan kepala ke bahunya, memeluk lengannya erat. He’s my all-time favorite pillow, indeed.

Tidak lama kemudian, ponsel Jonghyun berdering. Ia mengaktifkan layar ponselnya dan mengernyit melihat nama yang berkedip di sana. Aku melirik dari balik bahunya, dan ternyata sang manajerlah yang menelepon Jonghyun. Dilihat dari ekspresinya, sepertinya ini bukan kabar baik.

“Time’s up.” Jonghyun menegakkan posisi duduknya, membuatku terpaksa mengangkat kepala dari bahunya yang nyaman. Melihatku mengernyitkan dahi tidak suka, ia membelai lembut puncak kepalaku. “Aku harus kembali ke studio, got some recordings to do.”

Huh. The night is just getting shittier. Aku melepaskan pelukanku di lengannya, mengambil segelas bir yang sejak tadi belum kusentuh dan menenggaknya. Jonghyun terlihat menyesal, tetapi dia tahu aku tidak membutuhkan penjelasan apapun darinya. Hey, this is Kpop, what do you expect?

“Aku harus pergi,” ia bangkit dari duduknya. Aku masih menghindari kontak mata dengannya. Entahlah. Suasana hatiku sangat buruk sekarang.

“Telepon aku kalau kau sudah sampai rumah,” ujarnya sekali lagi. Aku hanya mengangguk sekilas, masih menolak untuk menatapnya. Dengan satu kecupan di pipi kananku, ia pun pergi meninggalkan club. Aku menatap punggungnya yang semakin menjauh. Damn, that guy is a very good companion. Sekarang aku harus bagaimana?

Karena suasana hatiku tidak kunjung membaik, ditambah Donghae yang tiba-tiba menghampiri mejaku dengan dua wanita di pelukannya, aku memutuskan untuk memesan bir lagi. Setelah mengusir Donghae dengan wanita menjijikkan itu, entah kenapa aku ingin minum banyak-banyak. Sakit kepala yang kurasakan tadi seolah-olah menguap entah ke mana.

Semakin lama, aku semakin menggila. Sudah tidak terhitung berapa gelas bir yang kutenggak, ditambah satu gelas tequila barusan. Dunia berputar di sekelilingku, membuatku sedikit limbung ketika mendekat ke lantai dansa. Melihatku yang kesusahan karena mabuk, Eunhyuk oppa langsung meraih pundakku dan mengajakku berdansa di lantai dansa. Biarlah, malam ini aku hanya ingin melupakan semuanya. Aku meraih kerah baju Eunhyuk oppa dan berteriak padanya, “Let’s dance the night away!!!”

Gila. Ini benar-benar gila. Tidak biasanya aku seperti ini, kehilangan kendali di tempat umum. Biasanya, Yoona the nation sweetheart tidak pernah berperilaku seliar ini. Apa kata orang-orang kalau mereka melihatku seperti ini? Pikiran-pikiran ini membuatku mendengus. Sejak kapan apa yang dipikirkan orang menjadi beban untukku? Sejak kapan aku harus selalu tampil sempurna dan berperilaku sesuai image-ku yang innocent dan baik-baik? Yeah right. Semua ini terjadi sejak nama SNSD ditempelkan secara permanen di belakang namaku. Yoona SNSD adalah sosok yang sempurna, with innocent face and outstanding manner. Sementara Im Yoona adalah sosok yang jauh dari kata sempurna, yang membenci sebagian besar orang di industri musik, dan yang hanya ingin hidupnya normal tanpa sorotan kamera. Menari di lantai dansa tadi, membuatku merasa….hidup. Membuatku merasa inilah Yoona yang sebenarnya, Yoona yang hanya diketahui orang-orang terdekatnya saja.

Alkohol yang kuteguk satu jam lalu mulai bereaksi di perutku. Tiba-tiba aku merasa mual, dan mendadak ingin memuntahkan semua cairan di lambungku ini.

“Hoek,” sebuah suara menjijikkan keluar dari mulutku. Great, Yoona. Just great. Muntah dengan memalukan di sebuah club adalah hal terakhir yang kubutuhkan sekarang.

“Yah, Yoona!” Eunhyuk oppa terlihat khawatir di sampingku. Ia memijit tengkukku, tetapi itu tidak juga membuatku merasa lebih baik.

Tiba-tiba pandanganku mengabur. Aku bisa melihat samar-samar pemandangan club di hadapanku semakin menjauh, sebelum semuanya tiba-tiba gelap. Hal terakhir yang kuingat adalah sepasang lengan yang menahan tubuhku dari belakang, mencegahku terjatuh.

***

Sinar matahari yang menyilaukan langsung menyapaku begitu aku membuka mata. Ugh. Sudah pagi lagi. Kupejamkan mata sekali lagi, berniat mencuri-curi tidur sebelum Taeyeon unnie membangunkanku nanti. Hmmm bantal ini terasa sangat nyaman. Kusentuh sarungnya yang lembut. Ini pasti sutra, terasa lembut sekali di tanganku.

Wait. Kuhentikan gerakan tanganku. Sutra? Sejak kapan aku memiliki sprei sutra? Mendadak was-was, aku membuka mata lebar-lebar dan memperhatikan sekelilingku. Nakas abu-abu. Gorden putih yang terbuka separuh. Bed cover lembut juga dari sutra. Oh no, aku menutup mulut. This is not my room.

Seolah-olah ini semua belum membuatku panik, tiba-tiba pintu kamar yang tidak familiar ini terbuka, menampilkan sesosok pria dengan piyama. Hanya celananya, tanpa sehelai baju pun, menampilkan dadanya yang bidang dan kotak-kotak seksi di perutnya.

He smirked. That oh so familiar smirk. Donghae, orang terakhir yang ingin kutemui sekarang, menyeringai lebar di ambang pintu dengan nampan berisi susu dan roti bakar. Ia berjalan mendekat. Seringaiaannya semakin lebar seiring dengan mataku yang semakin membeliak karena panik.

“How was your sleep, sweetheart?” Ia tersenyum manis kepadaku, menampilkan sederet giginya yang rapi.

Oh, dear. Just what did I get myself into?!

Aku sama sekali tidak bisa bergerak di tempatku. Semakin Donghae berjalan mendekat, semakin erat aku mencengkeram selimut yang membalut tubuhku. Oh, no. Please tell me it isn’t real.

Bagaimana aku bisa berada di tempat ini? Lebih-lebih di kamar Lee Donghae, orang paling menyebalkan di dunia ini? Memejamkan mata untuk berdoa kepada Tuhan, aku kemudian mengintip tubuhku di balik selimut dan harus menahan diri untuk tidak berteriak panik.

Oke, aku memang tidak telanjang, tetapi pakaian yang tersisa di tubuhku hanya pakaian dalamku. Dunia seakan berputar-putar di kepalaku, membuatku pening mendadak. Tetapi sepertinya Donghae menikmati kepanikanku. Seringaian menyebalkan di wajahnya itu semakin lebar melihat kepanikan di mataku.

“Selamat pagi,” sapanya dibuat selembut mungkin, malah terdengar sangat menyebalkan di telingaku.

Aku melemparkan tatapan 1000 watt ke arahnya dan yang makin membuatk kesal, Donghae sama sekali tidak gentar. Senyum menyebalkan masih tersungging di bibirnya ketika ia meletakkan nampan berisi sarapan di nakas tempat tidur. Ia kemudian mendudukkan diri di tepi ranjangnya, tepat di sebelahku, membuatku beringsut menjauh dan semakin mengeratkan selimut ke tubuhku.

“Bagaimana aku bisa di sini?” tanyaku segalak mungkin.

Donghae malah tertawa. “Pelan-pelan, sweetheart. Ini masih pagi. Kau benar-benar tidak ingat semalam?”

Semalam? Hal terakhir yang kuingat adalah aku sedang berada di lantai dansa. Setelah itu semuanya berubah gelap dan aku tiba-tiba sudah terbangun di tempat tidur Donghae hanya dengan pakaian dalam. Oh shit. Please please tell me tidak terjadi apa-apa semalam di sini. Lebih baik aku bunuh diri kalau sampai aku melakukan ‘itu’ dengan manusia menyebalkan di sampingku ini.

Melihatku tidak merespon apa-apa, Donghae kembali berkata, “Wow. Kau melukai egoku, Yoong. Bagaimana bisa kau melupakan apa yang terjadi semalam?”

“Stop talking nonsense!” desisku di antara gigiku yang terkatup.

“Apanya yang tidak masuk akal? Menurutmu, mengapa kau di sini sekarang, hanya dengan bra dan celana dalammu?”

Aku nyaris meraih gelas susu di sebelahku dan menyiramkannya ke pria ini. Tapi aku tidak bisa membiarkan Donghae terus-terusan menang. Kalau aku sampai menunjukkan kepanikan dan emosiku, ia akan semakin bersemangat menggodaku. Tidak, tidak. Aku tidak boleh membiarkan hal itu terjadi. Tetap tenang, Yoong, kau sudah sering berpura-pura seperti ini.

Heck, siapa yang bisa aku bohongi? Dengan gusar, aku berdiri, tidak lupa menarik selimut penyelamatku ini bersamaku. Aku mencari-cari bajuku yang kupakai semalam dan lega mendapati jeansku tersampir di kursi. Sekarang aku butuh bajuku. Di mana bajuku?!

“Sweetheart,” suara menyebalkan itu kembali terdengar. Aku tidak mau repot-repot menjawab. Tidak di saat aku sendiri tidak bisa menemukan bajuku!

“Yoona,” ia memanggilku lagi. Aku masih tidak menghiraukannya.

“Kurasa kau tidak akan suka memakai bajumu semalam. It smells.”

Kuputar cepat kepalaku untuk menatapnya. “Kau bilang apa?”

Donghae mengangkat bahu. “Kau muntah di luar club dan mengenai bajumu. So…”

Shit. Haruskah Donghae yang menyaksikan itu semua?! Aku pasti terlihat sangat menjijikkan semalam.

Tidak bisa mencerna informasi mengejutkan lagi, aku mendesah lelah dan mendudukkan kembali tubuhku di tempat tidur. Donghae berjalan ke arah lemari dan mengambil sebuah kemeja putih dan melemparkannya ke arahku.

“Pakai ini. Walaupun aku akan senang melihatmu tanpa pakaian, aku tidak mau tubuhmu dilihat orang-orang di lobi.”

Tanpa perlu mengucapkan terima kasih, aku membawa jeans dan bajunya ke kamar mandi dan lekas berganti baju. Tidak ada alasan bagiku untuk berlama-lama di sini. Setelah ini aku harus kembali ke dorm dan…jam berapa ini sekarang?

Seolah-olah bisa membaca pikiranku, Donghae berteriak dari dalam kamar, “Sebaliknya kau bergegas. Kudengar dari Jessica semalam kau ada syuting CF jam 9 pagi, which is 20 menit lagi.”

Sudah tidak terhitung lagi umpatan yang keluar dari bibirku. Bisa kudengar Donghae tertawa di dalam kamar, puas melihat kegusaranku. Setelah mengenakan pakaian dan merapikan penampilanku dengan cepat tanpa harus berteriak melihat bayanganku sendiri di depan cermin
(OH MY GOD apa yang terjadi pada rambutku?!), aku langsung keluar dari kamar mandi. Donghae masih duduk di atas tempat tidur, kali ini dengan kedua tangan menyilang di depan dada. Di posisi seperti itu, aku bisa melihat otot bisepnya yang menyembul. Since when did he get so fit?

Oke, Yoona, fokus. Hal pertama yang harus aku pikirkan adalah bagaimana caranya bisa keluar dari kamar sialan ini dan menjauh dari manusia paling menyebalkan di dunia.

Ketika aku sudah berada di ambang pintu, Donghae memanggilku. Ia mengangkat purse yang kubawa semalam. “You forgot this.” Sedetik kemudian, ia melemparkan purse itu dan aku dengan sigap menangkapnya.

“Dan kurasa kau membutuhkan tumpangan.”

Kugertakkan bibirku kuat-kuat. “Aku bisa pulang sendiri,” desisku.

Donghae mengangkat kedua alisnya. Ia berjalan mendekat. Tangannya masih menyilang di depan dada. Tingginya mungkin saja satu kepala di atasku, tetapi itu tidak membuatku gentar untuk balik menatap matanya dengan tajam.

“Benarkah? Dan membuat orang-orang bertanya-tanya mengapa SNSD Yoona yang menjadi panutan banyak orang itu keluar dari apartemen yang bukan miliknya, mengenakan pakaian laki-laki, dan terlihat berantakan?”

Berbagai skenario untuk membunuh Donghae sudah kurancang dalam pikiranku. Tapi aku tidak mau membuatnya merasa menang dengan menunjukkan emosiku. Sebagai gantinya, walaupun di dalam pikiranku aku sudah menembak Donghae hingga ia terkapar tak berdaya, aku menatapnya tanpa gentar.

“Baiklah. Antarkan aku ke gedung SM sekarang.”

Donghae menyeringai. Aku menggigit bagian dalam pipiku untuk menahan diri agar tidak memukulkan purse yang kupegang ke arah wajahnya.

Perjalanan dari gedung apartemen Donghae ke gedung SM terasa sangat panjang. Aku tidak sudi untuk menatapnya, apalagi mengobrol dengannya. Berbagai macam prasangka buruk tentang Donghae tengah berkecamuk di kepalaku sekarang, jadi lebih baik aku mengunci rapat-rapat bibirku. Walaupun begitu, ada satu hal yang sangat ingin kukatakan.

Apakah terjadi sesuatu semalam? Ya, mungkin aku tidak bangun telanjang, tetapi selalu ada kemungkinan bahwa semalam aku dan Donghae melakukan…eww. Tubuhku bergidik membayangkannya. Well, membayangkan tubuh Donghae yang kekar itu tidak masalah, tetapi membayangkan kami berdua melakukannya…

Oke sepertinya aku butuh kopi. Efek alkohol itu masih memenuhi kepalaku, membuatku tidak bisa berpikiran jernih. Bagaimana aku bisa memikirkan tubuh Donghae ketika aku sangat membenci pria ini? Aku bahkan tidak bisa menahan diri untuk melirik Donghae yang sedang berkonsentrasi menyetir. Tangannya mencengkeram roda kemudi dengan yakin. Matanya yang tertutup kacamata hitam menatap jalanan lurus-lurus. Ia terlihat seperti model iklan mobil sport jika dilihat dari samping.

Damn! Aku menggigit bibir bawahku dan menahan diri untuk tidak menjedukkan kepalaku ke jendela. Sepertinya aku sudah gila.

Setelah berdebat panjang dengan diri sendiri, aku pun memberanikan diri untuk menanyakannya pada Donghae. Aku tidak akan tenang sebelum mendapatkan jawaban, dan pasti Donghae tidak akan pernah berhenti menggangguku jika aku belum tahu hal yang sebenarnya. Oleh karena itulah, dengan terpaksa, aku memiringkan tubuhku menghadapnya.

“Did something really happen last night?”

“Hmm?” Donghae menggumam, seperti terkejut aku tiba-tiba bertanya. Ia melepaskan pandangannya dari jalanan untuk menatapku, kemudian memberikan seringaiannya yang menyebalkan.

“Menurutmu?” tanyanya ringan, yang membuatku semakin ingin melompat keluar dari mobil ini.

“Dammit, Donghae! Katakan yang sebenarnya padaku!” aku sedikit menggeram ke arahnya, tetapi ia sepertinya tidak menghiraukannya.

Tidak ada jawaban bahkan sampai mobilnya berhenti di pelataran parkir gedung SM. Aku menatapnya kesal untuk terakhir kali sebelum membuka pintu mobil dan keluar dari Audi sialan itu. Mulai detik ini, aku tidak ingin berurusan dengan Donghae lagi. Biarkan orang berkata apa, aku akan menjaga jarak dengannya. Ia tidak boleh berada dalam radius kurang dari lima meter dariku. Just go to hell, Donghae!

“Yoona.”

Aku berhenti melangkah kemudian membalikkan tubuhku, memastikan bahwa lelaki sialan itulah yang baru saja memanggilku. Kepalanya menyembul dari jendela mobil yang terbuka. Senyum mengejek menghiasi wajahnya.

“What?” tanyaku gusar. Jika ia masih menggodaku, aku tidak akan segan untuk memukul wajahnya di sini, saat ini juga.

“Nothing happened. Kalau memang kita melakukannya, aku tidak akan membiarkanmu melupakannya.”

I hate you, Lee Donghae. I HATE YOU.

to be continued….

*****

Here goes the first chapter! Plis komen ya, dan kalian juga bisa kok kasih masukan buat plot cerita ini. Aku akan selalu mempertimbangkan ide yang masuk J

Let me know what you think ya. Yuk kritik dan saran masih ditunggu J

Love,

Hime Lee

91 thoughts on “This Is Us (Chapter 1)

  1. ffnya keren aku paling suka sama ff yg real life gini yg donghae oppa sama yoona unnie bener2 jadi member suju sma snsd, aku tunggu part selanjutnya jgn lama2 y nanti keburu lupa sama critanya

  2. ffnya keren aku paling suka sama ff yg real life gini yg donghae oppa sama yoona unnie bener2 jadi member suju sma snsd, aku tunggu part selanjutnya jgn lama2 y nanti keburu lupa sama critanya . SEMANGAT ^_^

  3. Kenapa yoona benci donghae???? Tumben ada ff kayak gini yoonhae gk akur tp kerennnnnnn banget lanjut plissssss jgn lama ya

  4. wiih seru banget ffnya thor
    mereka benar” berbeda dengan karakter yang di tampilkan selama ini,daebak !!
    next,kalo bisa jgn lama” hehehe

  5. aaahhh ceritanya bagus, kepribadian mereka beda banget dari biasanya, disini mereka ga menye, suka suka, ditunggu banget kelanjutannya yaaa 🙂

  6. Whoa.. daebak banget karakter Yoong nya disini. Beda 180 drajat dari karakter” Yoong biasanya. Kalo untuk Hae nya mungkin masih biasa lah yh, cool, cold, ga beda jauh sama yang biasanya dibuat lah yh.
    Penasaran pake banget sama kelanjutannya.

  7. O0o0mm0o0o. . .mereka? . .sumpah aku gak nyangka kalo karakter mereka bener2 diluar duga’anku. .apalagi yo0na e0nnie.. .buat ada cinta segi berapa aja. . terserah author. .,biar tmbh seru. .
    Salam kenal aku readers bru. .ditnggu update an lnjt nya. .

  8. yaaaa… i love it!!!!
    kerenn bgtzz.. si donghae, suka sma karakternyaa.,, kpn nie chapter berikutnya d post??? bikin penasarannn ajaa.. apa yg bakal d lakuin donghae buat ngegoda yoona????
    d tunggu next chapternyaaaa
    FIGHTINGGGG

  9. bagus ceritanya. …lanjutkan segera!!!
    sifat yoonhae disni Benar2 beda… donghae sangat menyebalkan dan yoona benci sama orang2 yg ada disekitarx.
    kapan ya yoonhae akan akur???

  10. aa love it!! suka banget ff yang karakter yoona nya kaya gini, tough dan agak ‘liar’ but still awesome.
    next nya ditunggu banget, baca nya asik diksinya pas banget, pokoknya next chapter nya ditunggu banget ^^

  11. Ff nya seru , menarik
    Suka juga sama karakter Yoona dan Donghae disini ,
    Apalagi sama karakter Donghae yg selalu ngegoda Yoona 🙂

    Sebener nya kenapa Yoona bisa ada di kamar Donghae dengan hanya menggunakan pakaian dalam , makin penasaran 🙂

    Next chapter di tunggu thor 🙂

  12. FFnya seru & menarik..
    Suka sama karakter Yoona & Donghae 🙂

    Penasaran sama kelanjutan ceritanya…
    Ditunggu chapter selanjutnya..^^

  13. Keren…!! Karakter mereka bener-bener beda dari yang biasanya. Bayangin smirknya donghae gak kuat!! Love it..
    Gak sabar nunggu chapter 2 nih, cepetan ya thor

  14. Karakter.a Y00na beda bgt dr yg biasa.a d kenal, rasa.a kayak benar2 dr hati.a Y00na ..,
    Y00na kenapa bisa benci sama D0nghae? D0nghae jg usil terus ke Y00na, (udah suka sama Y00na mungkin?) -_-,,,
    Tp Y00na udah pacaran sama J0nghyun, mskipun cuma sekedar status & saling memiliki.,

  15. Seru ceritanya, karakter mereka beda dr yang lain
    Yoong, jgn trlalu benci sm donghae, ntar brbalik jd suka
    Donghae lg jd org jail amat

  16. Daebak ni ff tapi sebel sama sifat donghae disini tp ttep keren sih heheheh knp yoona benci bht ya sama donghae? Dan knp pula donghae bersikap seperti itu huaaaaa kerennnnn pokoknya ni ff ijin baca yg part selamjutnya ya thor gomawo and fighting

  17. Waahh daebak, ff nya kreenn..
    Gak nyangka yoona kayak gitu wkwk berbanding terbalik dgn kenyataan sumveh karakternya beda bangeett..

  18. Owhhhh….Yoona sudah memiliki Lee Jonghyun sebagai kekasihnya.
    Sepertinya Donghae senang sekali bisa selalu membuat Yoona jengkel..,bahkan kata kata ketus Yoona akan semakin membuat Donghae menggoda gadis itu.
    Bagaimana dengan pertanyaan Yoona tentang apa yang dilakukan mereka semalam saat mabuk dan tudak dalam keadaan sadar??
    Masih sempat juga Donghae mengatakan untuk membuat Yoona selalu ongat tentang kejadian semalam.
    Apa Donghae memiliki perasaan lebih pada Yoona???

Komentarmu?