Together (Chapter 10)

BjFSx_tCQAA-Y-p

“Ya, kau benar. Aku hamil” ujar Yoona dengan suara sedikit parau.

“M-mwo?!” Tanya Donghae dengan suara meninggi dan tatapan yang sudah membulat. Lebih tepatnya kagetnya. Ia berbalik menatap wanitanya itu dan tentu saja Ia tak percaya dengan apa yang Yoona katakan. Sungguh jauh dari pemikirannya. Tidak, Ia bahkan tak pernah berpikir jika Yoona memilih untuk hamil disaat kondisinya sungguh tidak mendukung. Tapi anak siapa itu? Ah, mungkin seminggu sebelum kepergian Yoona, gadis itu selalu menggoda Donghae dan ini lah hasilnya. Membayangkan rahim Yoona yang sedang dalam masalah ini saja sudah membuatnya lemas, lalu sekarang Yoona mengatakan jika Ia hamil?

*

*

*

Together-10

-It would be the last story

Sometimes, together may not always beside

Tittle : Together

Author : Leehanna (Gakuena)

Genre : Sad, Comedy, Marriage Life

Chategory : Chapter

*

*

*

 

“Are you kidding me, Im Yoona?” Tanya Donghae. Matanya tampak mengkilat menandakan amarah yang sudah memuncak begitu saja, tangannya mengepal dan dadanya bergemuruh saat mengatakannya, “Kau tau bagaimana kesehatanmu? Dan kau tau apa resiko mu?”

“Aku tau. Sangat tau” jawab Yoona sedikit memelankan suaranya di akhir kata

“Lalu?”

Oppa, bagaimana bisa Aku hidup bersama anak angkat? Bagaimana jika Ia besar nanti bertemu orang tua kandungnya? Atau justru memiliki wajah yang sangat berbeda dengan kita? Atau bagaimana jika nan-”

“Kau terlalu banyak menonton film Im Yoona” ujar Donghae

“Terserah, Aku tetap mau pada keputusanku” jawab Wanita keras kepala itu. Dengan kuat Donghae menarik pergelangan tangan Yoona, menggenggamnya erat dan membawanya keluar

“Kau mau membawaku kemana?!” Tanya Yoona sedikit menaikkan suara

“Kita harus konsultasikan ini, rahim mu bukan dalam keadaan baik!” Ujar Donghae

Shireo!” Kali ini mata gadis itu berkaca-kaca “Setidaknya ini usahaku sebagai Ibu”

“Meski kau tau akan gagal?” ujar donghae.

“Aku tetap terus bernafas meski aku tau akan mati, lumrahnya kita begitu, Hae” ujar Yoona

“Lalu kau tak memikirkan bagaimana Aku? Bagaimana jika nanti kau-“ Donghae menarik nafasnya yang serasa tercekat saat itu. Ia tak bisa, rasanya matanya memanas memikirkan apa yang Ia hadapi saat ini dan apa yang akan Ia hadapi nanti. Ia kembali memasuki mobilnya dan pergi begitu saja meninggalkan Yoona yang sudah tampak mengeluarkan air matanya, menangis melihat kepergian suaminya. Apa sesakit ini? Apa hanya Ia yang harus memperjuangkannya?

“Aku berjuang, demi kita…” Desis Yoona pelan. Tak ada yang mengerti perasaan seorang Wanita yang gagal menjadi Ibu yang tak ingin tampak lemah dan tak ada pula yang mengerti perasaan Donghae sebagai seorang suami yang takut kehilangan. Semua tetap bersikekeuh pada ego masing-masing hingga setelah dua hari perkelahian itu, tak ada satupun dari mereka yang saling menghubungi. Bahkan Donghae pun tak juga tampak menelponnya seperti biasa.

*

*

*

Hari tampak cerah saat Donghae terduduk disamping makam Ibunya. Matanya masih fokus pada pandangan yang sama, tatapan kosong itu seolah telah merenggut waktunya yang tanpa Ia sadari kini langit sudah menguning saat Ia duduk disini bahkan tanpa bahasa dengan di depannya kumpulan bunga lili dan soju beserta gelas yang telah terisi. Donghae masih tak meminumnya, bahkan tak mengeluarkan sepatah katapun setelah tadi menyapa Ibunya dengan hangat dengan sebelumnya menyapa Ayahnya. Ia melirik jam tangannya menandakan sudah waktunya pergi. Satu hal yang membuatnya tak mengerti, Ia di tinggali oleh orang-orang yang disayanginya hingga Ia takut akan ditinggalkan lagi. Mungkin ini terlalu egois, tapi satu perasaan menggemuruh di hatinya, ‘bisakah Yoona mengerti?’. Ia hanya tak ingin Wanita itu tak terlihat lagi olehnya, tak dapat di peluknya lagi, tak mendengar suaranya lagi, dan bahkan hanya tergantikan oleh orang lain yang mereka sebut anak. Mungkin semua Ibu akan melakukan hal yang sama, tapi percayalah, setiap Ayah juga bahkan akan melakukan hal yang sama seperti apa yang Donghae lakukan. Pria itu berdiri kemudian pamit sebelum akhirnya kembali mengelilingi kota Tokyo ini tanpa alasan, berjalan menggunakan mobilnya mengelilingi kota yang sempat samar-samar singgah di kehidupannya sebelum mungkin Ia akan kembali menuju Korea. Mungkin Yoona juga melakukan hal yang sama, larut dalam pikirannya. Bahkan telah beberapa hari semenjak kepergian Donghae, matanya terus menatap layar handphone berharap suatu saat Donghae menelponnya sekedar bertanya kabar atau aktifitas nya. Tapi tidak, tidak hingga saat ini.

“Apa Aku harus meminta maaf?” Desis Yoona pelan. Tiba-tiba saja Ia teringat akan suaminya itu, mengingat wajah Donghae yang menampakkan amarahnya pada saat itu sungguh diluar dugaannya. Ia tau ini pasti akan terjadi, tapi Ia tak pernah melihat Donghae semarah itu sebelumnya.  Selang beberapa detik kemudian, terdengar ketukan di pintu rumah nya, bergegas Yoona membukakan pintu tersebut dan menemukan Donghae dengan koper di tangan kirinya dan Jeno di tangan kanannya.

O-oppa” Pria itu menerobos masuk ke rumah Yoona dan meletakkan koper serta Jeno begitu saja di atas sofa. Baru saja Yoona hendak menyadarkan dirinya bahwa apa yang Ia lihat ini bukanlah mimpi, Pria itu langsung keluar, berbicara pada ketiga orang asing di luar sana dan membawanya pada Yoona.

“Yoona-ya, kenal kan. Mereka adalah Dokter yang akan merawatmu selama proses kehamilan. Ini Soo Young, Ia adalah Dokter kandungan, ini Ryewok, Dia adalah ahli gizi dan ini Kibum, Dia adalah Dokter bedah” ujar Donghae bersemangat. Yoona bergidik ngeri mendengar semua teman Donghae yang kini ada di hadapannya.

A-aanyeong haseyeo” sapa Yoona akhirnya dan di jawab serempak oleh ke tiga manusia di hadapannya ini dengan setelahnya memperkenalkan diri mereka pada Yoona.

“Kalian bisa tinggal di rumah sebelah. Aku sudah menyewanya untuk satu tahun ini” ujar Donghae. Donghae kemudian beralih menatap Yoona setelah kepergian mereka, tersenyum kemudian memeluk gadis itu.

“Mau diapakan lagi, ini sudah satu bulan” ujar Donghae seraya mengelus pelan perut Yoona.

“Kau juga membawa Jeno” ujar Yoona

“Dia anakku” Donghae memeletkan lidahnya kemudian beranjak menuju Jeno yang masih duduk manis di atas sofa bersama mainannya.

Gosh” umpat Yoona

“Aku merindukanmu. Satu bulan itu sangat lama” ujar Pria itu dengan wajah…

“Wajahmu mesum!” Umpat Yoona kemudian menarik pipi kiri Donghae, mendengarnya Pria itu merintih kesakitan sambil berteriak tidak jelas.

*

*

*

Yoona baru saja meletakkan Jeno di atas tempat tidurnya dengan penuh kasih, tubuhnya menghangat saat dirasakannya Donghae memeluk tubuhnya dari belakang.

“Jeno tidak cukup?” Tanyanya pelan. Donghae tau, tak ada yang bisa Ia lakukan jika terus larut dalam pemikiran dan emosi sepihaknya. Beberapa orang menyebutkan jika Wanita selalu berbicara menggunakan perasaannya, meski Donghae sebagai seorang Pria hanya punya logika untuk berkomunikasi.

“Kau dan Jeno sudah sangat lebih cukup dariku” ujar Yoona. Ekor matanya melirik Donghae yang menyandarkan kepalanya di pundak istrinya dengan senyum yang tulus menatap bayi kecil itu tertidur pulas di atas ranjang mereka. “Ku rasa ada yang lebih baik dariku” ujar Yoona sontan membuat Donghae mengangkat kepalanya dan membalikkan tubuh istrinya itu. “Karena ketakutanku, Aku ingin menunjukkan yang terbaik untukmu”

“Kau sudah sangat yang terbaik untukku, Yoona-ya”

“Aku tidak bisa-” Yoona menahan nafasnya untuk ini. Matanya memanas tak sanggup menatap kedua bola mata Pria dihadapannya ini. “Kau tau apa yang Aku rasakan saat gagal menjadi Ibu? Aku iri melihat Ibu Jeno yang bahkan bisa membuang anaknya” kini kedua bola mata coklat itu beralih melihat bayi kecil yang tengah tertidur pulas disana.

“Dia anak kita. Kau ibunya”

“Berhenti lari dari fakta, Hae” Yoona memelankan suaranya. Rasanya ruangan redup cahaya ini menjadi alasan mengapa Yoona lebih membiarkan air matanya mengalir begitu saja meski Donghae masih dapat melihatnya dalam kegelapan.

“Biarkan Aku berjuang, untuk menjadi seorang Ibu” ujar Wanita itu, kedua tangannya menangkup kedua pipi Donghae untuk mendekatkan wajah mereka yang kini kian terasa rasa basah mengalir di pipir Donghae. Hati nya teriris saat  seperti ini, Yoona mengecup bibirnya hangat, sangat hangat dan lembut seperti biasanya. Matanya terpejam merasakan perih yang Yoona salurkan untuknya. Ia sadar jika Yoona telah jauh lebih dewasa setelah melewati masa sulitnya beberapa hari yang lalu. Ada sedikit rasa bersalah telah bersikiap kekanakan dan egois. Donghae menyesalinya dan dengan pelan Ia melepaskannya sambil sedikit berbisik, “Kita berjuang bersama-sama”

***

 “Apa kau mengalami sakit akhir-akhir ini?” Tanya Soo Young, sementara Ryewook baru datang dengan semangkuk buburnya. Oh, jangan lagi. Yoona benci itu, aromanya saja membuatnya ingin memuntahkan makanan itu.

“Ayolah, ini sangat baik untuk kandunganmu. Aku menambahkan beberapa rempah alami disini” ujar Ryewook setelah melihat raut wajah khawatir Yoona. Yap, pagi-pagi sekali mereka seperti biasa melakukan kunjungan ke rumah Yoona untuk memeriksa keadaan Ibu hamil itu.

“Kau yakin tidak mengalami sakit akhir-akhir ini?” Tanya Soo Young sekali lagi tetap pada anamesisnya, dan sekali lagi pula Yoona menggeleng. Mencoba mengibuli seorang Dokter. Meski Soo Young percaya, Ia tetap tak yakin dengan jawaban Yoona. Ia yakin ada sesuatu yang aneh di perut Wanita itu meski setelah di periksa menggunakan USG mini yang dibawanya dari Seoul, rasanya sama saja.

“Apa Dia baik-baik saja?” Tanya Donghae yang kini sudah berada di ambang pintu. Ada kantung mata hitam di bawah matanya, sedikit samar tapi Yoona dapat melihat kelelahan suaminya itu. Ia menghabiskan malamnya di ruang kerja baru yang di buatnya dengan barang alakadarnya hingga sekarang baru sempat melihat istrinya

“Seperti biasa” jawab Soo Young

“Um… Aku mau pergi ke Paris untuk tiga hari, mungkin lusa balik. Bagaimana? Apa bisa ku tinggalkan?” Tanya Donghae sedikit berkonsultasi

“Cuma tiga hari, jangan khawatir, Aku baik-baik saja” ujar Yoona. Ia mengerti pekerjaan Donghae tak akan selesai jika diselesaikan lewat perantara untuk menengahi jarak mereka.

“Kurasa kami bisa menjaganya” jawab Ryewook yakin. Donghae mengangguk pelan dan Ia memutuskan untuk pergi ke Paris hari ini setelah membereskan beberapa berkas yang Ia butuhkan.

Di kecupnya kening Yoona dalam sebelum akhirnya menatap kedua bola mata rusa milik Yoona yang selalu dirindukannya.

“Ingat semua pesanku. Dan Aku tak akan lama” ujar Donghae. Yoona mengangguk pelan sambil melihat kepergian suaminya. Ia harus tinggal serumah dengan ketiga Dokter ini. Mungkin dua karena Kibum tampak sibuk bolak-balik Seoul ke sini untuk mengurus kepindahannya ke Amerika. Oh, ya tadi Pria itu mengatakan tentang pesan yang Ia sampaikan panjang lebar pada Yoona. Seperti menjawab setiap panggilan yang masuk darinya dan berbagai hal memuakkan lainnya. Dan Donghae akan dengan senang hati menelpon Yoona setiap tiga jam sekali kecuali jika Ia ada meeting yang memakan waktu lama, mungkin jika bisa Ia harus permisi hanya untuk menanyai kabar istrinya itu. Dan Yoona harus tidak mematikan panggilannya dimulai dari jam 10 malam hingga pagi. Untuk berjaga-jaga jika Yoona kesakitan malamnya dan pesan terakhir, membiarkan Jeno dirawat oleh Soo Young karena Soo Young mengatakan jika Yoona harus lebih mempersempit gerak kerjanya. Donghae juga harus memastikan keadaan gadis itu setiap pagi melalui skype. Meski ini hanyalah kepergian singkat, Donghae tetap akan menjadi suami yang over-protektif bagi Yoona. Ia tak ingin hal yang tak diinginkan terulang lagi.

“Eo, Aku sedang duduk di atas kasurku dengan segelas susu di sisi kiri ranjangku dan keripik kimchi di pangkuanku lalu ada laptop juga di pangkuanku sedang memutarkan drama” ujar Yoona dalam satu nafas saat Donghae baru saja menelponnya.

Good. Aku sudah dibandara menuju Seoul. Mau menitip sesuatu, sayang?”

“Tidak ada, hanya datang cepat saja” jawab Yoona

“Kenapa? Kau merindukanku?” gelak Donghae

“Aku mulai kehabisan uang untuk membeli coklat” ujar Yoona, Donghae mengumpat kesal setelahnya dan mematikan sambungan telpon begitu mendengar cekikikan dari Yoona. Ia rasa menikahi Wanita seperti Yoona adalah sebuah kesialan dan keberuntungan disaat bersamaan. Tapi sebuah perasaan bergemuruh bahagia mendengar kembali istrinya itu dapat tertawa bersamanya dan sial, jika Ia bisa menggunakan jet maka akan digunakannya agar segera sampai dan memeluk istrinya itu.

***

“Kau sudah pulang?” Yoona memeluk Donghae yang kini menghirup dalam aroma tubuh Prianya itu, sangat erat.

“Kurasa kami sudah bisa pulang” ujar Soo Young sambil melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 9 malam

“Ya, terima kasih eonni” Yoona membungkukkan punggungnya memberi salam pada kedua Dokter itu. Dokter Soo Young tersenyum ramah sambil menjawab, “Ya, Aku akan downloadkan film mu nanti, jadi jangan tidur larut, okey?”

Ndee” jawab Yoona bersemangat. Ryewook pun tampak tersenyum ramah membiarkan kedua suami istri ini melepas rindu dengan cara mereka.

“Chaaa mari kita tidur” Donghae menggendong tubuh Yoona yang kini sudah melingkarkan lengannya di leher Pria itu. Menatap wajah suaminya yang tampak luar biasa tampan dengan baju sweater biru langit seadanya. Lee Donghae selalu mempunyai cara sendiri untuk bisa memikat Yoona tanpa Ia ketahui.

“Kau tampak lelah” ujar Yoona setelah melihat raut wajah Donghae dari dekat. Setelah Pria itu meletakkan Yoona di kasur, Ia menyelimutinya dan mengecup kening Yoona dalam.

“Tidurlah” bisiknya kemudian beranjak menuju kasur dimana Jeno tertidur pulas disana dan membenarkan selimut putranya dan mengecup hidungnya sebelum akhirnya Donghae memilih untuk tidur di sebelah nya.  Ia sama sekali belum mengganti bajunya, melihat itu Yoona bangkit dari tidurnya dan melepaskan sweater milik Donghae menyisakan kemeja putih yang Ia kenakan. Saat jemari gadis itu hendak membuka kancing baju Pria yang tengah pulas dengan tidurnya itu, rasanya perutnya kembali berkontraksi. Ini masih dalam jangka satu bulan kehamilannya dan harus merasakan perih yang lebih kuat dari sebelumnya, hingga Yoona harus menahannya dan terduduk di tepi ranjang, menahan gejolak aneh di perutnya. Rasanya seperti di cekam keras dan bayi yang bahkan masih belum terbentuk di dalamnya seolah bergemuruh kencang. Tak seperti biasanya yang menimbulkan rasa yang masih dapat Ia tahan, kini darah keluar dari kedua kakinya, tangannya mencengkram erat ujung kasur dan keringat mulai bercucuran di dahinya. Sakit yang timbul saat itu kembali menyerang pikirannya, dimana Ia kehilangan anaknya. Kali ini tak boleh lagi, Ia tak tau harus bagaimana dan setelahnya Ia tak dapat melihat apapun sebelum akhirnya samar-samar Ia membuka matanya karena bunyi suara yang keras serta aroma aneh yang menyeruak ke hidungnya. Beberapa orang mengelilinginya menatapnya penuh tuntutan.

“Im Yoona…” ujar seseorang yang sangat Yoona kenali. Tangannya terasa hangat saat Ia menggenggam erat tangan Yoona, Yoona tau persis siapa itu meski samar Ia melihatnya

“Jeno…” Wanita yang di papah memasuki ambulan itu mengucapkannya saat pintu ambulan ini tertutup “Jeno…” Ulangnya lagi dan matanya kembali tertutup menahan perih yang bergejolak di perutnya, rasanya seperti kabur dan tak kuat untuk sekedar berkata lagi. Genggaman itu terlepas, suara-suara di sekitarnya masih terdengar olehnya,

“Jeno? Yaampun! Bawa juga Jeno, ya tuhan! Dia sendiri di rumah” pekik Donghae yang masih dapat di dengar oleh Yoona. Ia tak ingat apapun lagi, yang Ia tau hanya Yoona tergeletak di bawah tempat tidur saat mendengar rintihan gadis itu. Tangan Yoona yang mendingin kembali teringat olehnya, dan kaki yang mengeluarkan darah yang sangat banyak. Wajah Yoona tak lagi merona seperi saat Ia menyambut kedatangan Donghae dan saat Donghae menggendongnya, pucat pasi dan keringat yang membasahi sebagian rambutnya.  Kejadian ini terulang lagi, rasa panik mulai menjalar di sekujur tubuhnya, membuat rasa mual hingga ingin menangis. Jika saja genggamannya yang erat ini dapat menghangatkan tubuh Yoona, maka Ia akan terus menggenggam tangan istrinya itu, tapi Yoona sudah memucat tak sadarkan diri.

“Im Yoona…”

***

Beberapa kericuhan datang di rumah sakit Internasional Seoul. Beberapa orang berdiri menyambut kedatangan ambulan yang menjadi tamu kesekian pula bagi mereka hari ini. Tempat tidur itu di turunkan dan beberapa orang sibuk membawa gas oksigen serta infus yang telah terpasang terlebih dahulu oleh Soo Young. Tempat tidur itu dijalankan lebih cepat memasuki ruangan ICU dan beberapa orang berhenti di pintu bersama Donghae yang berada di posisi paling depan, melihat keadaan istrinya setengah memohon kepada tuhan. Ia dapat melihat pergelangan tangan kiri Yoona terjuntai melewati kasur dan matanya terpejam menahan kepedihan yang kian merenggut dirinya. Sosok yang lebih kurus dari biasanya itu kini harus berjuang sendiri di dalam sana, bersama sejuta doa yang Donghae panjatkan untuknya dan anak mereka yang baru berusia empat bulan. Ia yakin tuhan tak memberikan kebahagian lebih pada kedua manusia yang selalu tertawa dan berbagi kebahagaiaan ini. Itu sudah takdir alam jika mereka harus menangis di sela tawa mereka. Dokter keluar sambil memijit pelipisnya menatap cemas ke arah Donghae. Pria itu masih dapat melihat dari dalam istrinya masih di bereskan oleh beberapa perawat yang ada disana.

***

“Istri anda sudah disadarkan dan mungkin harus dilakukan operasi secepatnya” Dokter itu memutari kursinya kemudian mengambil kertas CT scan milik Yoona dan memaparkannya di hadapan Donghae,

“Lihat, rahimnya melemah akibat TORCH yang Ia alami. TORCH ini parasit toxoplasma dan virus rubella” ujarnya sambil menunjukkan bentuk scan rahim istri dari Pria yang kini sudah memucat duduk di hadapan sang Dokter, mencoba untuk tenang dengan apapun yang akan diputuskan, “Toxoplasma ini timbul pada infeksi toxoplasma, bila bapak pelihara kucing di rumah, maka kotorannya lah yang menjadi penyebabnya”

“Kami tidak pelihara kucing dan Yoona pun tidak memeliharanya dulu” ujar Donghae sambil memutar kembali otaknya

“Kalau begitu mungkin melalui makanan yang kurang higienis yang telah tercemar kotoran kucing,” ujar sang Dokter dengan perlahan dan hati-hati takut menyinggung perasaan Donghae “Jika dipertahankan, maka akan merusak tubuh istri bapak, dan anak yang dilahirkanpun kemungiknan besar mengalami kerusakan mata, otak atau bahkan keterbelakangan mental. Jadi saya sarankan untuk lebih dini mengaborsi kandungannya belum lagi infeksi rubella yang selalu mengikuti infeksi toxoplasma ini yang menyebabkan kerusakan mata, telinga, jantung, gangguan pertumbuhan dan sistem saraf pada anak anda kelak” dunia Donghae runtuh seketika. Tak terbayangkan olehnya Ia bersama Yoona yang berada di kursi roda dengan keadaan sudah sangat menyedihkan sambil mengendong anak yang terlahir tak sempurna.

“Sebelum ini istri saya pernah mengandung dan gagal di bulan ke 7. Dokter tersebut bilang, ini akibat miom di rahimnya” ujar Donghae, nafasnya tercekat saat mengatakannya

“Ya, itu faktor utama yang menyebabkan tubuh istri anda seperti termakan penyakit sendiri saat masa kehamilan, jika ini di lanjutkan, ini akan menjadi masa-masa yang sulit dan tak berakhir”

“Istri saya keras sekali untuk melanjutkan…” Donghae menggantungkan kata katanya saat dirasakannya nafasnya berhenti, pikirannya kalut dan terdengar olehnya helaan nafas sang Dokter.

***

“Aku… Entahlah,” Donghae mencoba menerangkan apa yang didapatinya dari Dokter tersebut. Di tangannya masih ada tangan dingin Yoona. Obat-obatan sungguh tak baik untuknya, tapi dirinya harus berada di sini, di lilit oleh kabel penunjang kehidupan serta alat alat kedokteran lainnya semakin mengkhawatirkan Donghae

Jika hanya TORCH, ku rasa sudah ada beberapa Ibu hamil yang kurawat. Mengenai anaknya kelak, Aku tidak menjamin tapi kita bisa mencegahnya dengan enam bulan atau bahkan ada yang sampai satu tahun perawatan di rumah sakit untuk memantau perkembangan anak

“Apa pasienmu yang itu sekarang anaknya masih hidup?” Terdengar suara gelak disana

“Hey, jauh-jauh teman mu ini belajar di Jerman dan kau kira pengobatan di sini dan di Korea masih sama? Ditambah sekarang Aku di Amerika, teknologi di sini is damn to high, Aku bahkan tak perlu susah-susah mendiagnosa mereka” adu Kibum, terdengar suara kendaraan disana yang memperjelas jika Pria ini sedang terjebak macet. Baru kemarin Ia tinggal disana dan memulai bekerja disana setelah sulit mengurus urusan kepindahannya.

“Hey Aku serius” ujar Donghae. Jika Kibum dapat melihat ekspresi Pria ini saat ini juga, maka Kibum akan terpingkal-pingkal tertawa hingga menyentuh lantai, wajah terkasihani milik Donghae kini sudah sangat berlebihan terutama saat Ia melihat istrinya terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit

“Baiklah, mereka masih… Maksudku masih hidup, bernafas dan bahkan seperti anak-anak lainnya. Selama setahun itulah kita memantau dan menghilangkan hormon-hormon penyakit hingga Ia mati ke akarnya, nah! Itu bahasa awamnya” ujar Kibum

“Baiklah… Jadi Aku masih bisa memiliki anak yang sehat?”

“Hey, jangan khawatirkan anakmu. Satu-satunya yang kutakutkan saat Yoona memilih untuk hamil lagi adalah miom-nya yang dapat memakan tubuhnya secara berkelanjutan. Ia mungkin akan lebih menjadi tengkorak hidup atau maaf, mati karenanya. Rahimnya itu parasit dan harus di singkirkan, bagaimana bisa Dia begitu bodoh” umpat Kibum tanpa menyadari darah Donghae yang sudah tersirap mendengar kata mati keluar begitu saja dari temannya itu

“Bisa kau menanganinya?” Tanya Donghae setelah beberapa lama Ia mencoba untuk kembali bersuara. Kibum terdiam sejenak, Ia yakin sekali apa yang dirasakan oleh sahabatnya itu, “My pleasure” jawabnya.

*

*

*

“Dimana Aku?” Suara itu terdengar serak keluar dari bibir pucat yang tampak pecah-pecah itu. Donghae duduk di tepi ranjang, memandang Dokter dan perawat yang baru saja membangunkan Yoona beserta kedua orang tuanya secara bergantian. Setiap kali Ia melihat Yoona yang seperti ini, rasanya aliran darahnya di tutup, dan lemas sekujur tubuhnya, paru-parunya di remas dan jantunganya di tusuk. Bagaimana bisa Ia jadi serapuh ini? Bahkan Yoona sudah sangat rapuh dan satu-satunya penyanggah adalah Donghae, Pria yang kini tengah tersenyum sendu menatapnya

“Kita di rumah sakit” ujarnya sambil membelai pelan rambut wanitanya itu. Reflek Yoona meraba perutnya dan lihatlah, Ia seperti kucing betina yang baru saja kehilangan anaknya. “Tidak, Ia masih di dalam sana” ujar Donghae menyadari maksud dari bahasa kinetis yang diberikan Yoona

“Kau akan di pindahkan ke Amerika. Untuk beberapa tahun kita disana, ada Kibum yang bisa menanganimu. Ia sudah berjanji” ujar Donghae sambil mengembangkan senyumannya

“Benarkah? Aku… Bisa?” Tanya Yoona, untuk seketika bibir itu membentuk sebuah senyuman dan mata rusanya melengkung berkaca-kaca, “Kajja…” ajaknya. Demi tuhan, bahkan Donghae membenci pembicaraan ini. Ingin rasanya Ia kembali pada keadaan mereka dulu, tertawa bersama, bercanda, bertengkar, saling perduli, dan… Entahlah. Ia seperti kehilangan sosok Yoona yang tegar.

“Setelah hasil pemeriksaan keluar, kita dapat mengirim Yoona ke Amerika” ujar sang Dokter kemudian permisi dan pergi meninggalkan mereka, keluarga kecil itu disana

“Jeno biar eomma yang rawat, Hae fokus pada Yoona saja” ujar Ibunya

Andwae eomma, Aku dapat merawat Jeno” tolak Donghae

“Ya, biar saja Jeno dengannya. Aku sudah mengirim Park Jung Soo ke Paris untuk mengelola cabang disana, untuk dua tahun ini kau bekerja di belakang saja, jangan ke lapangan. Jika butuh apa-apa, suruh Jung Soo ke tempat mu” ujar Pria paruh baya itu, keningnya tampak mengkerut tak tenang memikirkan anak gadisnya yang kini sudah tampak melemah. Sementara Yoona sedari tadi hanya melihat pembicaraan ketiga orang di hadapannya , pikirannya mulai melayang-layang entah kemana.

***

Malam itu juga Yoona di rujuk di rumah sakit ternama di Amerika. Tempat Kibum bekerja, diikuti oleh Donghae dan Jeno yang membawanya bersama seorang perawat yang turut memantau keadaan Yoona selama berpergian.Wanita itu benar-benar sudah tampak lemah di atas tempat tidur saat Kibum melihatnya.

“Hey Donghae” sapa Kibum ramah setelah Ia berlari dari lantai tiga menuju lobi dimana Donghae baru saja menginjakkan kaki di rumah sakit ini. “Dan Nyonya Lee, annyeonghaseyeo” sapa Kibum. Yoona tersenyum lemah menanggapinya dan Donghae benci itu. Yoona biasanya akan menyapa tak kalah girangnya dengan sapaan Kibum kini hanya dapat tersenyum dengan mata sayunya yang terkadang tertutup karena efek obat yang diberikan.

And the little Donghae, Ia benar-benar mirip denganmu” ujar Kibum sambil menyubit pipi Jeno “Kau super sekali memilihnya” puji Kibum
“Yap, dan kau tampak lebih gemuk, seseorang merawatmu?”

“Begitulah” gelaknya kemudian beranjak meninggalkan mereka saat seseorang memanggilnya, membicarakan beberapa hal tentang rujukan Yoona dan kemudian kembali lagi pada Donghae, “Baiklah, ikuti Aku” perintah Kibum.

Yoona diberikan pelayanan yang lebih dan perawatan yang lebih dari cukup. Sementara Donghae masih dengan berkas-berkasnya yang menumpuki meja di kamar kecil ini dan Jeno yang tampak resah di tempat duduknya, ingin ikut keluar bermain bersama anjing kecil dan seorang anak lainnya yang tampak gembira bermain di luar sana

“Ia sangat ingin keluar” ujar Yoona. Donghae mengalihkan pandangannya pada istrinya yang tanpa Ia sadari sudah duduk di atas kasur dengan kaki menggantung di tepinya, wajah pucatnya tersenyum dan tampak merona saat sinar matahari pagi menerpa wajahnya, memberi warna pada dirinya yang selalu mendingin. Donghae menutup note-nya dan beranjak menuju istrinya yang lagi dan lagi selalu merusak konsentrasinya. Baru sehari Ia berada disini, dan rasanya belum cukup bagi mereka untuk menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar.

“Bagaimana mimpimu?” Tanya Donghae kemudian mengecup bibir Yoona lembut, membasahkannya dan memberikannya kehangatan dengan beberapa kali lumatan yang sangat Ia rindukan.

“Aku bermimpi kau, Aku, Jeno, dan Dia” ujar Yoona sambil mengelus perutnya yang sudah tampak menonjol. Tangan kurusnya digenggam oleh Donghae, Wanita ini sungguh bukan Yoona, Ia tampak sangat lemah. “Kita akan capai mimpimu”

“Baiklah, tapi sebelumnya, Aku lapar” ujar Yoona sambil mengembangkan senyumnya dan sedikit tertawa setelah melihat ekspresi Donghae yang tampak kaget. Biar bagaimanapun Ia adalah Im Yoona. “Bagaimana kalau makan di luar? Jeno sangat ingin keluar” ujar Yoona

“As your wish, my queen”

***

Kamar kecil itu menjadi temat mereka hari demi hari hingga bulan demi bulan di laluinya. Yoona yang biasanya tampak sering keluar masuk kamar kecil ini bersama Jeno dengan sepengetahuan Donghae atau bahkan tanpa sepengetahuan Donghae, kini sudah tak sanggup lagi bahkan hanya sekedar untuk menurunkan kakinya. Bulan ke tujuh kehamilannya adalah puncak nightmare bagi Donghae. Bulan-bulan sebelumnya kebugaran Yoona tampak menurun dan drastis di bulan ke lima. Tapi pada bulan ke tujuh, bahkan Jeno dipindah tangankan kepada kedua orang tua mereka yang memilih untuk tinggal di Amerika untuk beberapa waktu tertentu. Wajah Donghae tampak lebih kusut dari biasanya, Ia berjalan cepat menuju ruangan Yoona saat di dengarnya pekikan Wanita itu disana. Memang sudah menjadi hal yang biasa baginya dan seharusnya tetap begitu, tapi tetap saja Pria itu tampak tak tega melihat urat Yoona yang selalu terlihat serta peluh yang berjatuhan, suaranya bahkan hilang untuk sementara setelah Ia mengalami kontraksi sialan itu dan demi tuhan, lebih baik Ia yang berada di posisi Yoona saat ini dibandingkan wanita malang itu.

“Ya tuhan” ujar Donghae saat membuka pintu, Yoona sudah menekan bel itu saat sakitnya mulai terasa dan seolah mati sementara tubuhnya saat itu, kini Ia tampak berlutut di lantai dengan tangan yang tampak menggigil menahan dan menggenggam tempat tidur dan kedua bola mata menyeramkan itu kini menatap Donghae di balik rambutnya yang basah akibat keringat dan menutup sebagian wajahnya. Darah Donghae tersirap saat mentapatkan tatapan itu, Yoona seperti telah dirasuki, bukan, Ia hanya sedang mengalami kontraksi dan dalam sebulan terakhir ini Ia selalu mengalaminya. Bahkan Ia pernah melempar apa pun yang yang ada di sekitarnya, memukul perutnya dan lebih parahnya menghempaskan kepalanya ke tembok. Donghae mengerti, sakit yang dirasakan oleh Yoona memang sangat teramat sakit hingga tak terasa baginya sakit di bagian tubuh lainnya.

Y-Yoona-ya” ujar Donghae kemudian mendekati tubuh Wanita itu saat dirasakannya beberapa Dokter datang mendorong tubunya yang tampak menghalangi jalan mereka untuk segera menangani Yoona yang kini terduduk di bawah dengan beberapa darah keluar dari mulutnya yang Ia muntahkan begitu saja serta dari kedua kakinya. Apa Ia akan kehilangan anaknya lagi? Donghae yakin jika Kibum selalu memasukkan pil penguat janin nya ke makanan Yoona dan dengan senang hati Yoona mengkonsumsinya tanpa memikirkan apa efek yang didapati oleh tubuhnya seperti saat ini.

“Ambil stock darah!” Perintah sang Dokter dan ruangan ini, ruangan yang telah mereka tempati untuk empat bulan terakhir ini tampak hiruk pikuk seperti biasanya. Sementara Donghae hanya berdiri di sudut tembok, tampak lebih kaget karena tak biasanya Yoona mengeluarkan darah dari selangkangan kakinya dan Yoona yang kini meliriknya sebelum menutup mata seolah menamparnya keras, mengingatkan kembali akan kata-kata yang pernah wanitanya itu ucapkan saat hujan mengguyuri kota ini dan Yoona tampak sibuk membuat burung dari origami yang nantinya akan di hancurkan oleh Jeno, “Apa pun yang terjadi, selamatkan anak ku dulu atau Aku akan sangat membencimu” ujarnya sambil melempar burung itu ke luar jendela. Ia tau burung kertas itu tak cukup kuat untuk terbang disaat hujan, tapi Ia tetap menerbangkannya. “Kau tau Aku memperjuangkan siapa. Jadi perjuangkan dirimu sendiri untuk ku dan anak kita. Karena jika tidak, Aku akan sangat membencimu” ujar Donghae kemudian menutup jendela tersebut.

Bayang-bayang tawa Yoona mulai mengisi memori nya yang berputar kembali ke masa-masa mereka sekolah, tertawa bersama, cemburu, meloncat ke atas kasur Donghae, makan ice cream di tempat biasa hingga menggenggam tangan Yoona di altar, Yoona tersungkur di altar dan tinggal bersama di Paris dengan penuh keceriaan.

“Lee Donghae kita harus bicara” ucap Kibum tampak menyadarkan Donghae. Wajah Pria itu tampak sangat serius dengan kening mengkerut yang menambah bahasa tubuhnya untuk menunjukkan bahwa Ia tengah tak main-main dengan masalah ini.

“Dalam sehari Yoona memerlukan sekurang-kurangnya satu kantung transfusi darah. Ia perlu penanganan setiap hari dan operasi singkat untuk membenarkan letak bayi nya dan banyak lagi”

“Kami akan menanggung semua biayanya” ujar Donghae masih mengesampingkan keselamatan dibandingkan biaya yang sungguh Ia bahkan bisa membeli rumah sakit ini jika mereka semua hanya akan terfokus pada istrinya

Damn it. It’s not about price tag, it just cause your wife, Hae. Kami mendiskusikan hal ini beberapa kali. Perpaduan miom dan TORCH bukanlah hal yang mudah”

“Kau yang menawarinya kemarin” ujar Donghae dengan menahan nafas, takut-takut jika Kibum mengatakan hal yang takdiinginkannya

“Baiklah, jika kita biarkan bayi itu disana, tubuh Yoona sungguh menolak. Ini puncaknya, Ia sangat lemah dari yang ku kira”

“Tentu saja begitu, Dia Wanita” Donghae mulai meninggikan suaranya

“Bukan itu maksudku. Ia tidak bisa lebih lama lagi membiarkan bayi itu disana atau Ia akan mati bersama bayinya. Sukur sukur jika bayinya bisa di selamatkan” baru saja Donghae hendak membantah, namun Ia terpaksa harus menelan kembali perkataannya. Sungguh apa yang dikatakan oleh Kibum itu hal yang membuat tubuhnya terasa tidak menyentuh bumi lagi. Sudah berapa kali Ia mendengar perkataan itu, tapi yang kali ini benar-benar yang sebenar-benarnya dari apa yang mungkin terjadi. Kibum benar, dan Donghae tak da[at menerima itu.

“Lalu…”

“Maafkan Aku, tapi itu yang sebenarnya. Satu-satunya jalan kita keluarkan bayinya. Ini sudah bulan ke tujuh. Kecil kemungkinan bayinya selamat dan besar kemungkinan Yoona selamat. Jika bayinya pun selamat, maka Ia akan prematur dengan bawaan TORCH milik Yoona. Kau tau kan, dampak itu sangat buruk?” ujar Kibum “Tapi jika kita tetap biarkan, maka akan sebaliknya. Besar kemungkinan anakmu selamat, kecil kemungkinan Yoona selamat, Kau bisa memilih”

***

Untuk pertama kalinya Donghae berdoa dengan isi yang berbeda dari biasanya.sungguh Ia malu jika memiliki anak yang berketerbelakangan. Ancaman anak itu akan terkena resiko penyakit mata, telinga, otak, bahkan mental saja sudah menghantuinya. Membuatnya berpikir seribu kali bagaimana kelak Ia akan menyembunyikannya.

“Bagaimana jika Kau selamatkan saja istri ku? Aku sungguh telah hidup berkecukupan dengan Jeno diantara kami.” Donghae memejamkan matanya sembari melipat tangannya di depan dada menghadap Tuhan, persetan dengan Yoona yang mungkin akan sangat membencinya. Ia hanya tak ingin kehilangan Yoona. Setelah operasi yang akan dilaksanakan besok, ada selang waktu sebulan sebelum pengangkatan rahim dari tubuhnya. Ia kembali lagi berjalan melalui koridor rumah sakit yang sudah sangat di hapalnya dan bahkan beberapa perawat menyapanya karena Donghae mungkin telah menjadi penduduk tetap disini dan akan tetap begitu untuk setahun ke depan jika anak nya selamat, atau tidak jika tuhan mengabulkan doa terakhirnya. Kakinya berhenti saat dilihatnya kedua orang tuanya beserta Jeno berdiri di depan pintu kamar Yoona, mata mereka tampak panik dan kericuhan kembali melanda ruangan itu setelah kasur roda itu di jalankan keluar, membawa Yoona yang kini di pompa jantungnya oleh Dokter yang berada di atasnya dan beberapa Dokter serta perawat lainnya membawa nya ke ruang bedah.

“Apa… Yang terjadi?” Tanya Donghae panik kepada kedua orang tuanya

“Ia kontraksi lagi setelah tertidur beberapa menit. Tapi hanya sebentar Ia terpekik dan setelahnya layarnya menunjukkan garis lurus” ujar Ayah Yoona tampak melemas dan mencoba menguatkan istrinya. Kaki Donghae melemas dan berputar arah melihat Yoona yang dibawa oleh beberapa suster itu, tampak tubuh lemahnya yang sangat kurus berada di sana dengan perut buncit seperti anak kekurangan gizi di negara kekurangan sana. Air mata Pria itu jatuh saat kakinya membawa tubuh nya pada jalan yang dilalui kasur roda yang membawa istrinya tadi. Beberapa Dokter tampak sibuk memasuki ruang bedah dengan telah berganti pakaian dan sibuk mencuci tangannya. Donghae dapat melihatnya dengan jelas dari dalam dan sial, Yoona bahkan tampak sangat terkasihani di dalam sana, di kelilingi oleh Dokter-Dokter yang memegang peralatan medis mengerikan mereka yang mungkin sudah sangat di kenali oleh tubuh Yoona. Dari dalam sana, Kibum beserta Dokter lainnya tampak beradu argumen dan Kibum menoleh dari dalam sana setelah menyadari Donghae tampak sangat khawatir. Ia mengangguk pelan menyadari apa yang Donghae rasakan dan pinta padanya, pada rekannya, dan pada tuhan saat ini. Yoona. Ia hanya tak ingin kehilangan oksigennya yang selalu mengisi paru-parunya selama ini.

Operasi berjalan sangat lama hingga anak itu telah berada di tangan perawat dan di pindahkan ke ruangan lain diikuti oleh beberapa Dokter bedah lainnya. Namun tidak dengan Kibum beserta ke tiga Dokter lainnya yang masih terfokus pada Yoona. Dari luar Donghae dapat melihat kerja mereka samar-samar terhalang oleh cermin, dan Ia dapat melihat bayi nya di pindahkan ke ruangan lain yang lebih jelas di lihat dengan beberapa perawat membersihkannya untuk kemudian di bawa ke tangan beberapa Dokter untuk di pasangkan beberapa alat dan di suntikkan sesuatu berulang kali di tubuhnya. Anak itu tampak tak normal di mata Donghae, jauh lebih kecil dari bayi kebanyakan. Pria itu menitikkan air mata, tuhan tidak berpihak padanya, tapi kakinya kembali membawanya untuk melihat keadaan Yoona saat Dokter terus melanjutkan pengoperasian yang bahkan tanpa Ia sadari telah ada seorang Pria dibelakangnya.

“Donghae-ssi” panggil Pria itu membuat Donghae menoleh. Pria ini selalu berbicara dengan bahasa Korea pada Donghae, Ia di besarkan dikorea dan menjadi sahabat Kibum disini “Seperti dugaan, bayimu lahir abnormal dengan mikrosefalus di kepala. Mikrosefalus itu sejenis kepala lebih kecil dari ukuran normal.  Kami sudah menanganinya dan tinggal menunggu hasil dalam 3 sampai 7 jam ini apakah ini karena prematur atau memang tengkorak kepalanya yang kurang. Prematur membuat tubuhnya sangat kecil tapi masih ada kemungkinan untuk bertahan hidup” ujar Pria itu sambil memegang pundak Donghae yang tampak sangat rapuh. Sedangkan disana ada Ibunya yang kini tersungkur dilantai, pingsan dengan keputusan yang baru saja di dengarnya. Beberapa perawat dan Donghae tampak sibuk mengangkat Ibunya ke kasur dan dibawa ke ruang gawat darurat untuk di tenangkan kembali dari keadaan syok nya.

“Tunggu Henry-ssi” panggil Donghae “Bagaiman dengan Yoona?”

“Kita lihat saja hasilnya. Aku juga tidak bisa membuat perkiraan saat ini” ujar Pria itu kemudian pamit pada Donghae. Membuat Donghae beralih kembali menatap ruangan operasi yang tak kunjung selesai itu. Pikirannya mulai kalut dipenuhi oleh berbagai kemungkinan. Persetan dengan nama anak yang baru saja lahir itu dan jenis kelaminnya dan apapun tentangnya, yang ada di pikiran Donghae hanyalah Ibu dari sang anak.

“Aku aman, Kau tidak akan membenciku. Jangan buat Aku membencimu, Yoona-ya” ujar Donghae mulai pasrah saat dilihatnya keempat Dokter tersebut meninggalkan ruang operasi dan beberapa perawat yang tampak membersihkan peralatannya. Kibum berjalan di depan kemudian menghampiri Donghae. Ia mencoba tersenyum menegarkan Pria dihadapannya ini meski matanya tampak sangat mengasihani Pria itu.

“Yoona koma” ujarnya dan butuh penanganan lebih intensif lagi. Rasanya ikatan kuat di kepala Donghae terlepas begitu saja dan tubuhnya kembali ringan setelah di angkat beban-beban yang memikulnya.

“Jadi.. Ada ke-”

“Ada” jawab Kibum disertai anggukan “Ada kemungkinan untuk hidup dan selamat, dan anak mu Wanita” Donghae membelalakkan matanya, Ia kembali terhempas pada fakta lainnya saat mengingat bayi itu seolah tak pernah ingin menerima keadaan

“Tenanglah. Ia akan normal” ujar Kibum menenangkan saat mendapati wajah Donghae yang tampak memucat saat Kibum mengatakan tentang anak. Donghae tau jika Kibum hanya menenangkannya dan sadar jika hal tersebut adalah kebohongan belaka. Yang bahkan hingga saat ini, Donghae masih tak ingin mengunjungi anaknya meski para Dokter sibuk bolak balik ruangan inkubator milik anak Donghae. Untuk saat ini, seterusnya, atau bahkan sebulan setelahnya.

Hari tampak cerah seperti biasanya. Donghae mengusap keningnya melihat pasar saham milik keluarga mereka yang turun drastis, salah satu faktor adalah penanganan yang kurang dan Donghae tau persis jika satu bulan terakhir ini Ia melewatkan pekerjaannya, membuat Tuan Im jungkir balik harus mengembalikan keadaan perusahaan itu kembali seperti sedia kala.

“Dia minum sangat banyak susu” ujar Pria paruh baya itu yang baru saja masuk ke ruangan Yoona mengagetkan Donghae yang selalu terlihat disana menggenggam jemari Wanita yang sudah sebulan setelah operasi masih tak sadarkan diri ini. Dokter mengatakan jika anaknya tidak terkena penyakit mikrosefalus dan mutlak hanya karena prematur yang didapatinya. Henry menyampaikannya lebih dini mungkin hanya ingin Donghae berjaga jaga atau was-was dengan segala kemungkinan yang ada. Tapi tidak dapat di pungkiri jika bayi itu masih harus di pantau jika ada kelainan yang akan timbul setelahnya yang seperti kata Kibum, kita tak akan dapat melihatnya di awal-awal umur bayi tersebut. Kerusakan itu bisa timbul kapan saja dan dimana saja, itu sebabnya mereka harus memantau bayi hingga setahun umurnya dan telah bebas dari penyakit yang akan membuatnya berbeda dari yang lainnya. Dan beberapa minggu sebelumnya, sang Dokter memvonis bahwa bagian dari mata sang bayi tidak berfungsi.

“Ia bahkan tak memiliki nama setelah sebulan kehadirannya” ujar Ayah Yoona kemudian duduk disamping istrinya yang akhir-akhir ini selalu merenung seperti hal nya Donghae.

“Anakku yang malang” ujar ibunya “Seharusnya Aku saja yang mengalaminya, lihatlah, Ia bukan seperti Yoona ku lagi” entah untuk keberapa kalinya Ia mengucapkan hal yang sama. Donghae sangat hapal itu dan ya, Yoona tampak sangat lemah dengan hanya tulang berbalut kulit di atas kasur, wajahnya selalu memucat dan bahkan sinar matahari tak dapat meronai wajah indahnya, bibirnya selalu pucat dan matanya terpejam seperti putri tidur dan suasana menjadi hening kembali sebelum Siwon dan Tiffany datang mengunjungi mereka dengan Jeno di gendongan Siwon. Untuk seminggu terakhir ini Pria itu menyempatkan untuk datang ke Amerika mengunjungi sahabatnya dan menjadi babysitter Jeno karena mereka tau persis jika pikiran mereka semua kalut dalam keadaan yang mengikat ini.

“Kalian sudah makan?” Sapa Tiffany ramah. Siwon mendekati Donghae dan memindahkan tangan Jeno pada Pria itu.

“Appa bogoshipda” ujar Donghae sembari menghidu kepala Jeno. Kehadiran Siwon dan Tiffany tampak mencairkan suasana mereka untuk beberapa hari terakhir ini sebelum suasana kembali ditegangkan saat Kibum datang membuka pintu ruangan ini dengan terburu-buru dan menatap mata Donghae dengan tatapan yang sulit di mengerti, kepanikan, ketakutan, kekhawatiran, dan… “Anakmu…”

***

“Ia menangis tanpa suara kemudian tak ada yang menyadari jika sedari tadi cairan tubuhnya menurun drastis hingga darahnya pun ikut begitu. Tak biasanya seorang bayi mengalami hal seperti ini dan beberapa menit setelah kami menyadarinya Ia berhenti menangis dan tak ada nadi karotisnya dan nafasnya juga tak teraba” kata-kata Kibum terulang di pikiran Donghae. Ini kah yang diinginkan tuhan? Memberikan waktu Donghae untuk bersama anaknya saat Ia kembali menariknya lagi? Membiarkan Donghae merasakan menggenggam hasil jerih payah Ia dan istrinya? Hasil spermanya? Tapi Pria ini menyia-nyia kannya. Rasanya bebannya terlalu berat hingga meruntuhkan tubuhnya terduduk di lantai dingin ini, menyadari betapa bencinya Ia pada anak itu yang lahir dengan semua kekurangannya dan mengancam hidup Yoona saat ini. Tapi untuk saat ini Ia merasa sangat bersalah dengan fakta bahwa anak itu adalah anaknya, hasil dari apa yang selama ini diusahakannya, meski niatnya hanya tertuju pada Yoona dan keselamatan wanitanya, tapi…

“Donghae-ssi, Yoona sadar!” Pekik Tiffany saat terburu-buru keluar dari ruangan Yoona, menuju pada ruangan operasi yang kini di ramaikan oleh Donghae, kedua orang tuanya dan Siwon. Donghae menoleh, Ia yakin Yoona dapat merasakan ini hingga ke tulang nya hingga membuat Wanita lemah itu tersadar dari tidur panjangnya. Kaki Donghae menopang tubuhnya untuk berdiri dan berlari menuju ruangan Yoona. Memeluk Wanita yang kini tampak rapuh terbaring di atas tempat tidur itu dengan mata yang sayu dan bibir yang tampak bergerak mengatakan sesuatu tanpa menghiraukan Ibunya yang menangis memeluknya atau Donghae yang tampak berkaca-kaca mengecup keningnya

“Apa?” Tanya Donghae lembut kemudian mendekatkan kupingnya di bibir Yoona

“Anak… Kita” ujar Wanita itu lemah dan sangat halus. Donghae tersentak dan menoleh pada perawat dan Dokter yang hendak memeriksa keadaan Yoona. Tak memakan waktu lama meraka melakukan pemeriksaan

“She’s definitely fine and need a rest” ujar sang Dokter.

But doctor, may I…” Tanya Donghae dengan perkataan yang menggantung. Dokter itu mengerti lantas tersenyum dan mengangguk kemudian memerintahkan perawat untuk menyediakan kursi roda. Seperti dugaan, ruangan operasi masih dihuni oleh beberapa Dokter dan beberapa perawat sebelum beberapa menit kemudian mereka menyelesaikannya dan keluar dengan raut wajah yang kalut. Kibum tampak mendekati Donghae sambil menghela nafas panjang, membuat hempasan beban yang selalu dipikirkannya kini semakin mengikatnya seolah tak ingin membiarkan Donghae bernafas lega untuk sejenak saja.

“Sukurnya Ia selamat. Tapi ada kelainan di sarafnya, kemungkinan terbesar Ia akan mengalami keterbelakangan mental” Donghae membulatkan matanya, sungguh banyak sekali kemungkinan-kemungkinan yang menakutkan selama setahun terakhir ini. Jika Ia pernah berbuat salah sekali saja, maka Pria itu bersumpah akan berbuat baik untuk seumur hidupnya jika keberadaannya di sini adalah karma. Tapi jika ini adalah takdir tuhan, maka ingin rasanya Ia menyimpang keluar dari garis takdir dan menghentikannya jika bukan karena sebuah genggaman dingin di pergelangan tangannya, membuat nya menunduk menyadari Yoona ada di sampingnya. Kibum berjongkok di hadapan Yoona dan tersenyum manis sambil mengusap kepala Wanita lemah itu,

“Kau sudah sadar, cantik? Anakmu sama cantiknya sepertimu. Tenang saja, jika kita terapi untuk beberapa bulan kedepan, mungkin Ia akan normal sepertimu” ujar Kibum dengan nada yang super ramah. Ia kemudian berdiri setelah mendapat anggukan dari Yoona

“Tenanglah bung, kami sering menemui kasus ini dan Aku akan berusaha maksimal untuk ini. Kau hanya perlu tinggal di sini lebih lama lagi”

*

*

*

Mengapa setiap keputusan yang di berikan oleh Dokter selalu tampak menakutkan hingga membuat nadi nadi Donghae tertarik dan melilit jantungnya yang bahkan paru-parunya pun terasa penuh oleh udara yang tak bisa di keluarkannya. Yoona telah sadar membuatnya terkadang melupakan beban beban itu, tapi Wanita itu selalu meminta untuk menemui anak mereka, berdua. Melihat dari luar ruangan bayi mungil itu berada di inkubator.

“Ia belum seharusnya lahir” ujar Donghae. Yoona tampak tak banyak bicara karena sulit untuk mengumpulkan energi hanya sekedar untuk berkata-kata, tapi kali ini Ia berusaha keras agar satu kata keluar dari bibirnya,

“Nama…” Ujarnya sambil mendongakkan kepalanya

Eo?” Tanya Donghae yang tampak bingung dengan pertanyaan singkat itu, melihat wajah Yoona yang mendongak padanya, tampak berharap dengan tarikan garis bibir melengkung itu membuatnya benar benar merasa bersalah

“Aku hanya menunggumu menyetujuinya” ujar Donghae dan didapatinya Yoona mengangkat alisnya “Haru” ujar nya pasti dan terlihat kening Yoona mengkerut membuat Donghae hendak memecahkan tawanya

“Hey, Haru itu punya makna yang dalam… Ha-Ru. Day, Dongha And Yoona, dan haru karena kita memantaunya setiap hari,”

“Kampung” hanya itu yang dapat di katakan Yoona dengan kening yang mengkerut  dan sekali lagi, membuat Donghae tertawa setelahnya

“Lee Ha Ru, itu lucu” tampak sepertinya Yoona menolak lagi, membuat Donghae mengecup kening Wanita itu dengan lembut setelahnya,

“Ehm…” Tanpa mereka sadari, seseorang berdiri di belakang mereka dan membuat Donghae kembali berdiri dan menoleh siapa yang mengganggu kebersamaannya dengan istrinya itu

“Kebetulan ada meeting di Amerika jadi Aku singgah sekalian” ujar Kyuhyun tampak menerawang melihat keadaan si bayi di dalam sana

“Siapa namanya?” Tanya Kyuhyun lagi

“Lee Haru” ujar Donghae bersemangat. Ah ya, terakhir kali Ia membenci anak itu tapi mengapa Ia kini tampak membanggakannya?

“Not bad. Dan kau tampak kurus Nyonya Lee” ujar Kyuhyun menilai keadaan Yoona. Yoona hanya dapat tersenyum dengan bibir pucatnya

“Terima kasih sudah berkunjung” ujar Yoona. Ini kalimat terpanjang yang pernah di ucapkannya setelah sadar dari koma, biasanya Wanita itu hanya mengatakan satu per satu kata, namun ini sepertinya Ia berusaha sangat keras dihadapan Kyuhyun dan lihatlah, keningnya menampakkan banyak peluh dan matanya berbinar-binar saat menatap Pria ber jas dengan tatanan rambut yang sial, Ia jauh lebih tampan dari Donghae yang kini tampak acak-acakan layaknya seorang suami yang ditimpa masalah dan beban keluarga, bukan seperti Pria bujangan yang masih sexy, free, and single seperti Kyuhyun. Ya, Donghae merasa jauh lebih tua saat ini dan cemburu pada istrinya dan Kyuhyun. Jika bukan karena Kyuhyun yang telah bersedia mengunjungi mereka, maka Donghae akan segera menarik Yoona pergi menjauhi Kyuhyun dan memberikan Wanita itu pelajaran, tidak, Yoona masih dalam keadaan sakit dan apa yang Donghae pikirkan? Dasar mesum.

Mereka berdua tampak berbincang mengenai masalah kantor dan Kyuhyun tampak ingin membantu masalah yang menimpa perusahaan Donghae saat ini hingga Tiffany datang menghampiri mereka dan berjongkok di hadapan Yoona yang sedari tadi hanya memperhatikan anaknya di inkubator sana,

“Lekas sembuh eomma” ujar Tiffany dengan Jeno di tangannya, Yoona belum di perbolehkan untuk menggendong Jeno karena kondisi fisiknya yang sangat lemah

Lekah mbuh eomma” ujar Jeno tampak bersemangat, matanya berbibar-binar mengatakannya pada Yoona

“Lihatlah, anakmu pintar sekali” puji Tiffany membuat Yoona tertawa dibuatnya. Ia membawa Jeno beserta Yoona kembali ke ruangannya dengan Nyonya Im sibuk memotong apel dan berbincang dengan Tuan Im dan Siwon, tersenyum hangat menyadari kehadiran Yoona dan membantunya kembali berbaring di atas tempat tidur.

“Ada Kyuhyun” ujar Tiffany memberi tahu sebelum akhirnya Donghae datang bersama Kyuhyun dan para Pria sibuk memperbincangkan masalah perusahaan. Begini lah kehidupan mereka selama berada di rumah sakit. Setelah kepulangan Kyuhyun, Tiffany, dan Siwon, beberapa hari setelahnya mereka dikunjungi oleh Zhoumi dan Victoria yang tak pernah sepaham dan selalu berdebat meski mereka memiliki tujuan yang sama, memberikan undangan.

“Kami akan melakukan pestanya di Amerika, agar kau mudah melihatnya” ujar Victoria bersemangat, sejujurnya mereka melakukan pesta di tiga negara berturut-turut, Korea, China, dan Amerika setelahnya. Tentu saja biayanya tidak murah, terutama di undangan mereka mau tak mau harus menyelipkan tiket pesawat pribadi milik Zhoumi yang sial, Pria jangkung itu sangat kaya.

“Aku sangat menantinya” ujar Yoona dengan senyum yang merekah.Ia duduk di tepian kasur dengan sinar matahari langsung mengarah pada wajahnya, membuat matanya tampak berbinar dan bibirnya memerah serta pipinya merona terkena hangatnya sinar matahari pagi. Jika saja keadaan kamar ini tak seramai yang ada, maka Donghae dengan segera mengecup bibir istrinya dan tak akan membiarkan pelukan mereka lepas. Ah, Dia berpikiran aneh lagi. Cukup lama Victoria dan Zhoumi di sini hingga mereka pulang ke Korea dan hanya ada Donghae, Yoona, dan Jeno mengingat orang tua mereka juga ikut pulang karena urusan pekerjaan mereka. Jessica berkunjung beberapa minggu setelahnya bersama sang tunangan, saat Yoona telah cukup kuat untuk berdiri dan berjalan meski harus dibantu oleh Donghae. Mereka tampak berbincang ria mengenai anak, terutama saat Jessica melihat anak Yoona, Ia tampak histeris,

“Ia cantik sepertimu” ujarnya. Tamu mereka silih berganti hingga Haru tak lagi berada di inkubator dan Yoona dapat memeluk tubuh mungilnya. Telah cukup lama mereka berada di rumah sakit ini, telah lama pula Haru harus mengkonsumsi obat-obatan yang di suntikkan atau di berikan dengan berbagai cara oleh Dokter demi sarafnya dan matanya.  Dokter mengatakan jika mata mungkin sudah sangat pasti tak bisa di sembuhkan sebelum usianya mencapai tiga tahun dan mendapatkan transpalasi mata dari orang yang cocok, tapi jika saraf, ini sudah semakin membaik.

“Kau ingin melihat Korea? Eomma akan membawamu kesana secepatnya” ujar Yoona sambil mengelus rambut halus yang dimiliki Haru. Yoona tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca saat didekatkannya tubuh mungil itu pada dada nya, dan Haru tampak refleks mencari-cari sesuatu

“ASI, mungkin Dia menginginkannya” ujar Donghae dengan Jeno di pangkuannya

“Apa.. Ada?” Tanya Yoona kemudian membuka dua kancing baju rumah sakitnya, membuat Donghae harus menahan nafas dan sulit menegak liurnya saat ini. Sial, jika bukan Jeno yang menyadarkannya mungkin Pria itu sudah melakukan hal bodoh saat ini

“Ia mau” ujar Yoona bersemangat sambil tertawa bahagia dengan air mata yang tak dapat di bendung lagi. Lihatlah, Yoona tersenyum bahkan tertawa geli saat Haru mengisap puting susu nya. “Aku seorang Ibu, hae” ujar Yoona bangga. Donghae berpindah duduk di samping Yoona, menarik kepala istrinya dan mengecup keningnya lama, “Dan seorang istri” ujar Donghae sambil menarik senyum nakalnya, Jeno yang ada di pangkuan Donghae kini memegang kaki milik Haru dan menarik sarung kakinya begitu saja

“Hey, apa yang kau lakukan?” Tanya Donghae mulai tertawa diikuti oleh Yoona. Mereka tampak sangat bahagia saat ini, keluarga kecil yang bahagia dengan dikaruniai oleh dua anak.

*

*

*

-7 tahun kemudian-

“Haru tidak ada di kamarnya!” Pekik Yoona mulai kelalaban kemudian mencari anaknya di sekeliling rumah

“Mungkin di kamar Jeno” ujar Donghae sambil kesulitan memasang dasinya. Yoona mengangguk dan lihatlah ekspresinya, Ia tampak sangat panik saat ini seperti induk ayam yang kehilangan telurnya dan yang benar saja, Haru tertidur di sebelah abangnya menggunakan selimut milik Jeno sedangkan Jeno tak menggunakan selimutnya, tertidur di sudut ranjang.

“Haru benar benar kejam sepertimu” ujar Donghae yang ikutan mengintip

“Enak saja” jawab Yoona kemudian berbalik melihat Donghae dan memasangkan dasi Pria itu

“Pulang lah cepat, kita harus mempersiapkan barang-barang menuju Korea” ujar Yoona. Empat tahun setelah lama menempati rumah sakit adalah masa-masa tersulit mereka. Sudah tujuh tahun mereka tinggal di Amerika demi kesehatan Haru dan tampaknya mereka akan pindah ke Korea juga. Kedua anak mereka tampak telah melupakan tradisi, budaya, bahkan bahasa mereka sendiri.

“Setelah Aku menandatangani dan memeriksa berkas yang kuajukan pada perusahaan Kyuhyun disini. Mungkin sedikit lama karena menunggunya”

“Suruh Kyuhyun cepat datang dan menandatanganinya segera, Dia pasti bersedia. Atau Aku yang mengatakannya?” Tanya Yoona kemudian selesai dengan pemasangan dasinya

“Sial, jangan!” Bantah Donghae kemudian mendekatkan wajahnya pada wajah Yoona “Jangan menelponnya, Nyonya Lee”

“Dan mengapa kau cemburu? Ia sudah memiliki istri” ujar Yoona kemudian melingkarkan lengannya di leher Donghae dan mengecupnya lembut, membiarkan bibir hangatnya menyapu bibir Donghae dan dibalas oleh Pria itu hingga tangan Donghae beralih menarik pinggul Yoona untuk merapat padanya. Beberapa tahun ini Yoona tampak menggemuk tak seperti keadaannya tujuh tahun yang lalu, tapi tubuhnya tetap cantik seperti apa yang selalu Donghae inginkan. Ciuman ini berlanjut menjadi panas saat jemari Yoona refleks meremas rambut Donghae dan Donghae mungkin akan memilih untuk tidak pergi ke kantor memberi surat pemindahannya pada Kyuhyun -karena selama ini cabang perusahaan Kyuhyun yang ada di Amerika ada di tangannya- dan lebih memilih untuk berdua bersama sang istri di balik selimut, bergembul berdua hingga matahari tegak.

What are you doing appa? Eom- ummph! Oppa! Your hand is disturbing” Donghae dan Yoona melepaskan ciuman mereka dan beralih pada Jeno dan Haru yang sudah terduduk di atas kasur dengan mata Jeno terbelalak dan tangan satunya lagi menutup mata Haru

“H-Haru-ya” ujar Donghae bersamaan saat Yoona dengan tergagapnya memanggil Jeno, “J-Jeno-ya,”

There is something in appa’s mouth and eomma help him to breath” ujar Yoona menjelaskan saat Haru pun mulai tampak bingung. Haru melihatnya dan ini sungguh pemandangan yang tidak mendidik, membuat Yoona dengan merasa bersalah duduk di tepi kasur mereka

Yup, eomma just help appa to breath. Just like what you learn in first aid last week,” ujar Donghae menambahkan

Then, did you sink, appa? You not seem wet cause swimming” ujar Haru polos membuat kedua orang tua ini tampak gelagapan

“Time to breakfast, dear. Wake up and wash your face” ujar Yoona

“Ay ay captaint!” Ujar Jeno bersemangat

Okey eomma,” ujar Haru kemudian

“Hey, my morning kiss” ujar Yoona setengah berteriak, membuat kedua anak nya berbalik pada Yoona kemudian mengecup bibir Yoona bergantian

“Then appa?” Tanya Donghae mulai membungkukkan tubuhnya, dan mendapatkan kecupan dari Jeno dan Haru di pipinya

Just cheek? It’s not fair” ujarnya tak terima kemudian mendengar gelak tawa dari kedua bocah itu yang berlomba menuju kamar mandi. Haru tampak sangat bahagia dan Jeno pun begitu, mengingat Jeno adalah guardian Haru yang terlahir dan tumbuh menjadi anak yang sedikit lebih kecil dari teman-teman lainnya. But it’s no matter, Ia tampak mungil dan menggemaskan di mata mereka. Di umur empat tahun, Haru mendapatkan transpalasi mata dari seseorang setelah dari awal tidak dapat melihat apapun hingga kini Ia dapat melihat dunia, dan hidup normal seperti apa yang di janjikan Kibum.

“Entahlah, mereka selalu bersama” ujar Yoona

“Seperti kita” jawab Donghae kemudian merangkul istrinya kemudian menatap kedua bola mata Yoona penuh kelegaan menyadari Ia masih bersama orang-orang yang dicintainya saat ini dan harus selalu bersama mereka. Bersama kedua anaknya yang sangat Ia sayangi dan bersama Yoona yang telah menjadi bagian dari hidupnya.

*

*

*

End

**

Well, maaf untuk pemostingan yang sangat teramat lama ini. Mungkin beberapa dari kalian sudah lupa dengan chapter-chapter sebelumnya dan maka dari itu aku sertakan link untuk part 1-9

Kenapa tamat di 10? Awalnya ada hingga 11 part. Tapi aku gabungin karena rasa bersalah aku telah hampir menelantarkan ini cerita karena sibuuukkkk. Dan aku minta maaf kalau ceritanya apa banget maksa-maksa alay gimana gitu. Jujur aku ngga nyadar jika cerita ini 90% latar nya adalah rumah sakit, pfffttt dan cerita ini jadi mellow-mellow gimana gitu dan sungguh di luar jalur. Tapi yowes lah, itu aku singkatin juga tahu- tahun sulit mereka saat haru buta dari umur 1-3 tahun. Dari pada ntar aku php, jadi aku tamatin dulu :’)

Masih ada hutang dan aku ngga janji untuk samsara karena sialnya, aku-manusia yang ngga kebagian jatah pulang kampung- di terror dosen untuk belajar buat smester depannya yang belum masuk pelajarannya, apa banget dah. Itu dosen salah kaprah, dikiranya gue ngga pulkam gue jadi sedih dan ngga ada kerjaan, padahal kerjaan numpuk gini :’)

Itu aku hanya menjelaskan kata ‘sibuk’ yang selalu aku jadiin alasan pada kalian, karena itu salah satu nya dan faktanya… aku-benar-benar-sibuk.buka laptop aja jarang jarang jika bukan untuk buat tugas. Jika kata guru agama ku kita harus bisa membagi aktifitas kita pada dunia dan pada akhirat, tapi aku membagi tiga, pada dunia, pada akhirat, dan pada dunia maya :’)

Dan untuk blog yang kurang update lagi… i dunno what to say. Ini bukan karena kurangnya pemostingan, tapi kurangnya author yang berniat mengirim cerita kesini. Get it? :’’’’’ jadi jangan terror saya dan staff lainnya :’’’)

Soooooooo semoga suka dengan the last together story ini Jangan lupa RCL dan dan dan dan saranghambnida buat yang udah mau nungguin sampai jenggotan dan jambangan ^^)~~~

109 thoughts on “Together (Chapter 10)

  1. Kirain ini bukan chapter terakhir 😦
    Tapi ceritanya sangat sangat menarik ko 🙂 .

    Tadinya sempet ngira bakalan Sad Ending karna Yoona nya meninggal nyelametin anak nya tapi ternyata cerita nya Happy Ending sesuai harapan 🙂

    Thor kalo menurut nae , ending nya kurang klimaks
    Jadi tolong buatin Squel nya dong thor ^_^

    Kalo ada waktu tolong buat squel dong thor *maksa bgt yaa 🙂

    Di tunggu Squel nya & di tunggu juga ff SAMSARA nya 🙂

    #Gomawo masih mau ngelanjutin ff Together *_*

    1. kalau ada waktu ya… masih aku jadiin pertimbangan mengingat samsara ^^. mungkin nanti pas tahun baru atau natal atau event gituu kaya ff special twin tahun lalu hehee. karena aku masih menata waktu (?) my pleasure, =))

  2. ya ampun cobaan untuk yoonhae sangat banyak mungkin kalau di dunia nyata jarang ada orang yang bisa sesabar dan setegar yoonhae
    sumpah bacanya sampai sesak sendiri pas bagian yoona klimaks kontraksinya itu bagian paling berkesan banget

  3. Oh myyy… Author-nim,,, bahas ttg darah bikin aku mual gimana gituh.,, ngeri kalo bayangin ada darah banyak. Suer ^^v
    Ini ceritanya rumit, menegangkan, bikin deg-degkan juga.,,, fiuhhh. Yoongie keras kepala bangettt untung dia dan anaknya bisa selamat. Cieeeh Haru, pasti cantik banget tuh secara perpaduan bapak dan ibunya gituuuuh kkkk~
    Jeno n Haru jangan ngikutin jejak ortu kalian yaa… Kalian saudaraan Ok! XXD
    Aku suka endingnya, Chukkae buat keluarga kecil YH..
    Happy Ending ♥♥♥♥
    Ditunggu ffmu yg lain jg yaa thor~ Hwaiting!!!

  4. Kirai msh berlnjut ternyta udh end 😭
    Kasian yoona dia mau memperthnkn anknya tpi hrs semenderita itu
    Usaha yoona ngak sia” krna skrng mrka udh dpt haru
    Donghae yoona msh skit aja mesum nya ngak ilang” x_x
    Endingnya lumayan memuaskan lh 😆

  5. Terimakasih thor udh dilanjut. mdh2an kesibukanmu bs terselesaikan. ini FF bikin tegang bgt, tpi syukurlah happy end. jujur saja sedikit lupa part2 sebelumx, maaf ya, maklum q orgx pelupa bgt, tpi FFmu memang keren2, & maaf sebelumx dilibrary q prnh komplen, maaaaf bgt. klo g sibuk lagi FFmu yg samsara dilanjut ya, q akn sabar menunggu kpnpun FFx diupdate. Author semangat selalu ya, kamu Author yg HEBAT.

  6. haaaah akhir ny kelar juga bacanya…hoho berasa panjang bnget nih part,puaaaas maksimal..
    Gila ny part ini bener2 menguras emosi bnget..yg dri awal baca ga berhenti menghela nafas,perjuangan YoonHae sungguh mesti di acungin jempol deh bener2..
    Tapi yaaah puji syukur akhirny apa yg di takut kan tidak terjadi..akhirny Haru bisa hidup normal,YoonHae makin mesra..ugh keluarga hebat..keren..ff keren,
    Thanx Author di waktu mu yg sibuk kamu tetap melanjutkan ff ini sampai selesai…goodjob

  7. omooooo,,, tegang bgt,,, part ini bnjir air mata,,,nyesekk bgt bcanya,, inilah perjuangan seorang ibu,,,,
    tpi seneng akhirnya happy ending…

  8. Baca part ini tuh bkin sesak napas .. Gmna perjuangan yoonhae buat nyelamati ank dlm kandungan yoona dan gimana kalutnya donghae harus liat keadaan yoona+anaknya yg mengkhawatirkan .. Blum lagi keadaan perusahaan yg sempet memburuk tp akhirnya happy ending juga .. Pngen mnta sekuelnya sihh gmna bahagianya keluarga kecil mreka dan gima jeno ngejagain haru .. :’)

  9. Huwwaaa!! Authoor jahat!
    Msok kehidupannya yoonhae jdi kek g-t,. Tdi ps awal2 rasanya pengen nangis breng donghae(?)
    Pokoknya sediih bgtzz,!
    Tpi author jga DAEBAKK bsa bkin cerita yg super duper mneguras emosi., ku acungi banyak jempol bwat author.
    D tunggu selalu karya2 author yg laen. FIGHTING
    Qlow boleh tau, author kuliah d mna dan jurusan ap??

    1. di fakultas yang dalam lingkup bidang kesehatan(tebak aja sendiri huahahahaa :p ) dan di salah satu universitas di sumatera =)) ngga sebutin dimananya dan apanya, kalau mau tau lengkap bisa tanya langsung di personal chat :’D

  10. waawaaaah akhirnya end. sempet dagdigdug di awal kirain ada yg ga selamat. mungkinkan haru dan jeno nantinya kaya yh? hahaha good ending. ditunggu karyamu yg lain thor 🙂

  11. Akhr’a Happy ending jg.
    Prtngahn aq bca bnrn sedih bngt smpai tngn q brgetar.coba’n nya bner2 bnyk nget,tp trblskn jg.:-)ad sequel kn thor.

  12. Ah ceritanya bagus..
    Thanks yaa udah buat
    Kasian banget keluarga yoonhae.
    Dont know what to say agaian
    Fighting for all of ur ff ! Goodluck!

  13. Lama menunggu akhir na publish jg,
    Eh pas publish chapter terakhir alias ending. Tpiiiii untung na happy end ,, huuuuuuufth. Samsara na d next doooooonk authornim 😀

  14. srius dah end…!? udh tkut ja yoona knp2…!? sykur smua’y baek2 ja…!? dngn ending yg happy end…!? dtnggu ff yoonhae laen’y

  15. akhirnya update!!! wuahh lama amat waks.. tapi aku masih tetap ingat ceritanya kok..
    ini koflik terberat bagi yoonhae! dan wow it’s good..
    suka ceritanya..
    thanks for update :3

  16. akhirnya bahagia lagi 🙂
    ngerti banget kok kak sibuknya jadi mahasiswa, apalagi kalo dikejar deadline laporan ampe bernafas aja susah apa lagi disuruh nyari inspirasi buat cerita, keajaiban jadinya…hehehe 😀

    1. naaaaaah kamu ngertiin aku banget. susah banget, mereka bilang kuliah itu seru, kelas tuker tuker, banyak temen, baju bebas, tapi mereka lupa nyebutin kalau kuliah itu banyak tugas dengan deadline mepet dan tugas bukan si buku pr, tapi makalah, lalu nyari dosen susah banget, lalu wawancara dan mencari referensi yang lebih luas dan….. ah, sulit :””’)

  17. sebenernya udah lama baca Chap ini, bahkan sebelum aku baca aja lihat ini ending atau belum, tapi aku ngeri gimana sibuknya author saat ini hehehe aku juga minta maaf gak langsung komentar karna waktu itu aku baca dari hp dan gugup karna di deadline tugas tumpukan dari guru sama tentor *curhat dikit
    walau sedikit agak mengecewakan tapi makasih udah berakhirnya ff ini, aku tunggu lanjutan ff yang lain

  18. Udah takut duluan di awal dan tegang sampai pertengahan cerita ini.salut banget ma yoonhae yang kayak gak ada habisnya di tempa cobaan yang gak ada habisnya . . .
    Untung perjuangan mereka gak sia-sia . .
    Next ff ditunggu jangan lama- lama unn . . .
    Yoonhae jjang !!!!¡!!!!!!!!

  19. huee, seriusan ini udah end?? astaga padahal baru happy lagii haha.
    ganyangka bakal happy end masaa. YH bersatu lagii, perjuangan mereka ga sia-sia. dengan tambahan anak2nyaa, hh.
    dan tetep yaa LDH sekali mesum tetep mesum:(.
    semogaa ada sequelnya yaa, bikin haru jadi *seganas yoona haha.xoxo

  20. Setelah menerima cobaan yang begitu berat, akhirnya berakhir bahagia juga,, disini donghae bener2 diuji.. Tp berkat ketabahannya dalam menghadapi masalah bnr2 menguras tenaga dan fikiran.. Dia bisa melewati semua.. Dan yoona juga sungguh hebat, adakah wanita setangguh dia, mempertahankan anaknya ditengah ketidak berdayaan fisiknya bnr2 wanita yang hebat.. Dan aku salut sama cerita mereka berdua.. Semoga aja ini bisa jadi inspirasi buat istri2 dan juga para suami diluar sana, bahwa didunia ini tdk ada yang tdk mungkin bila tuhan sdh berkehendak.. Sukses buat author.. Ditunggu ff inspirasi lainnya.

  21. Luar biasa ya perjuangannya yoona n donghae untuk bisa punya anak apalagi ketika harus dilahirkan lebih awal dengan berbagai dugaan n agak kecewa jg cy pas awal haru lahir donghae seolah g mau tau tp ya ngerti jg dia kn ditengah berbagai ketakutannya,tp akhirnyaaaaaaaaa happy end…n maaf jg tadi kuacak2 soalnya aku lupa dulu baca mpe part mana jd ya udah buka dulu 6,8 ternyata yg blm,kebaca yg part 10…

  22. I don’t know what to say anymore, the story is really amazing, I thank you because you still took time to finish this story in your busy schedules,, >_<

  23. eonni ini ff bner* daebak kerennn, dri part awal udah mnarik bnget,, tdnya aku kra bkal sad end, tpi ternyata happy ending dan aku suka pke bgt bgt bgt ceritanya, udah dag dig dug pas bca part 9 aplgi part terakhir bkin ga tenang penasaran gereget tegang bnget dag dig dug pokonya semua rasa dirasain dehh… dan akhirnya melegakan because HAPPY ENDING .
    Gomawo eonni udah mau berbgi critanya yg luar biasa ini,mluangkn waktunya .. pokonya Gomawo Gomawo Gommawo

  24. Akhir.a Happy Ending, pdhal sempat takut Y00na kenapa2 & D0nghae yg smpat benci anak perempuan.a yg bakal trlahir cacat & krna ngelahirin dia, Y00na jd k0ma,.
    Aig00, alibi.a Y00na saat Haru & Jen0 ngeliat kissing scene.a dngan D0nghae, bilang kalau ngebantu D0nghae brnafas? Kkk,,

  25. Astagaaa kirain sad ending,,, abis bikin hati terombang ambing,,,, gak tau gmna klo qu yg ada diposisi mereka,,, sulit bngett,,, astaga penjabaran konfliknya daebak,, nan joah thor,,, like it,,, thanks yah thor,,, 😀 fighting..!!! Karya selanjtunya ditunguu….
    Lanjutkan..!!!!!!!!

  26. aww, aku suka cerita bittersweet gini… perjuangan yoona bwt dapetin anak patut diacungi jempol, ga kebayang beratnya dapetin haru dan aku suka dg kesetiaannya donghae ;_;

    aciiee, jeno bakal jd donghae bwt haru :D… no problem, mereka ga kandung xd

  27. thumb up buat pasangan ini 🙂
    usaha mereka bener2 bikin airmata meleleh hiks
    akhirnya tercapai juga.. happy family yoonhae 🙂
    author keren dah pokoknya 🙂

  28. Happy End 🙂

    ff ini bagus banget + keren…. dapat membuat ku menjatuhkan air mata dan tersenyum bahagia membaca kehidupan YoonHae 😥 🙂

    YoonHae ❤

Komentarmu?