Your Punishment;Love Me! (Chapter 4)

tumblr_n1y9jjqqIq1rlk492o1_500

Tittle : Your Punishment : Love Me! Chapter 4

Author : Ester Lee

Cast : Im Yoona, Lee Donghae

Genre : Romance

Chategory : Chapter

Lenght : 5000Words

Enjoy Reading 🙂

Synopsys:

Lenguhan napas kembali terdengar dari bibir mungilnya, Yoona maju beberapa langkah sampai berdiri depat didepan pintu apartemen Kristal, dan mulai bertanya-tanya benarkah Kristal sudah pergi? Benarkah Ia tak memiliki tetangga yang selalu merepotkanya lagi? benarkah ia telah kehilangan partner memsaknya dihari minggu pagi? Dan benarkah Donghae sudah pergi dari kehidupanya? Hey! Donghae? bukankah itu berita bagus?

Normal POV

Jung Jessica melangkahkan kaki ringan menuju gedung Apartemen yang menjulang diseberang jalan, suasana hatinya sedang baik meskipun Ia sendiri menyadari tak seharusnya Ia merasa sebahagia ini mendengar orang lain sedang sakit. Satu jam yang lalu ia tengah menenggelamkan dirinya diantara sketsa-sketsa rancangan busana yang harus diselesaikan minggu ini, telepon dari Kyuhyun tiba-tiba mengubah suasana hatinya yang awalnya muram, ya karena laki-laki itu memintanya untuk mengunjungi Donghae yang menurut Kyuhyun sedang tidak sehat.  Jessica tersenyum kecil saat kakinya menginjak ujung tangga terakhir dihadapan pintu utama gedung apartemen Donghae, Ia memperhatikan beberapa tombol disebelah Interkom mencari-cari nomor apartemen Donghae, namun saat Ia menemukannya seseorang membuka pintu dari dalam dan Jessica dengan tanpa berpikir langsung melompat masuk sebelum pintu otomatis itu menutup, kejutan kecil sepertinya menarik begitu pikirnya.

Pintu lift terbuka setelah berdenting keras, membawanya kelantai 4 gedung apartemen ini. Jessica berjalan pelan menyusuri koridor cukup lebar dan berhenti dihadapan pintu yang saling berhadapan, Jessica memutar kepalanya kearah kiri,

“4A..”gumamnya membaca nomor apartemen tang tertera dipintu, Jessica menggeleng kemudian memutar tubuh 180 derajad menghadap pintu diseberang pintu 4A.

“4B,,ini dia,,”ucap Jessica riang, kemudian meletakkan rantang berisi makanan ditangan kananya disamping pintu. Sementara tangan kananya menggenggam tas tanga yang tak begitu besar.

Jessica menekan bel Apartemen Donghae, setelah menunggu beberapa saat Ia mendengar bunyi pintu yang dibuka perlahan, Ia menunduk mengambil Rantang makanan yang tadi diletakkanya setelah berhasil menggenggam rantang makananya Jessica mendongak sesaat kemudian senyumnya yang sejak tadi terkembang tiba-tiba menghilang sempurna. ketika mataya menangkap sosok gadis yang berdiri dihadapanya dan sedang menatapnya dengan alis berkerut.

“Jessica-Sshii?”

Gadis Itu menyebut namanya, Jescica tak bisa berkata apa-apa selain balas menatap Gadis dihadapanya. Gadis itu tersenyum, tapi Jessica masih membeku sekarang Ia mengingatnya, diamana Ia melihat gadis itu. Dan itu semakin memekakunya ditempat, bayangan tentang Donghae yang memeluk gadis itu terbesit diotaknya,

                Apa yang dilakukan disini? Apa yang dilakukan gadis itu diapartemen Donghae sepagi ini?

“masuklah..”kata Gadis itu lagi sambil tersenyum ramah,

Jessica tersentak kemudian memaksakan dirinya bersikap senormal mungkin, Ia balas tersenyum Yoona meskipun sulit baginya. Yoona melangkah kesamping dan membiarkan Jessica masuk namun Jessica tak meneruskan Langkahnya Ia terpaku pada lantai mencari-cari sandal rumah yang mungkin bisa dipakai.

“pakailah,,,aku sudah mau pergi”kata Yoona lagi masih dengan nada ramah kemudian melepas sandal Hello Kitty yang tadi dipakainya tepat dihadapan Jessica.

“tak perlu masih ada Sandal lain disana,,” sahut Donghae yang entah sejak kapan sudah berdiri disamping Yoona tangan kananya terayun kearah rak sepatu disamping pintu.

“anyeong Oppa,,,”sapa Jessica riang“apa aku mengganggu?” Jessica tersenyum tapi justru terkesan kikuk bagi Yoona.

“anyio!”sahut Yoona cepat “aku sudah selesai jadi aku harus pergi, kalian bisa mengobrol dengan nyaman didalam”lanjut Yoona tak menyadari tatapan Donghae yang memberengut kearahnya.

“masuklah Jess,,”timpal Donghae kemudian menyingkir, membiarkan Jessica memakai sandal Hello Kitty yang dilepas Yoona dan mempersilahkan gadis itu duduk disalah satu Sofa diruang tamu. Saat berbalik Donghae sudah tak menemukan Yoona, hanya mendapati pintu apartemenya yang perlahan menutup. Donghae menatap pintu itu beberapa saat lalu membalik badan dan menghampiri Jessica.

“ingin minum sesuatu?” Tawar Donghae,

Jessica menggeleng, “gwaenchana Oppa aku datang karena mendengar kau sedang tak enak badan jadi aku membawakan makanan” Jessica mengangkat rantang makanan berukuran sedang ditanganya kemudain meletakkanya dia atas meja “tapi sepertinya kau sudah makan…” kata Jessica lagi menoleh kearah meja makan Donghae.

“oh, terimakasih” sahut Donghae ringan, kemudian mengempaskan tubuh pelan disalah satu sofa disamping Jessica namun tak terlalu dekat.

“aku baru tau Oppa pindah kesini…”

“begitulah..”

“jadi Oppa sudah sehat?”tanya Jessica lagi sambil tersenyum “sepertinya gadis itu merawatmu dengan sangat baik”

Donghae tidak tau bagaimana harus menanggapi perkataan Jessica, kalau boleh jujur ia akan langsung mengiyakan namun bagian lain hatinya tak menginginkan itu karena gadis yang saat ini tersenyum dihadapanya itu bisa saja terluka dan Ia sama sekali tak mau Jessica terluka, ya hanya seperti itu, dan  tak ada alasan lain yang lebih dari itu.

***

Yoona menekan-nekan remote LED ditanganya namun pandangan gadis itu tak sepenuhnya tertuju pada tanyangan Televisi yang terus berganti bersamaan dengan tombol remote yang terus ditekanya, sudah hampir 1 jam berlalu sejak pertama Yoona mengehempaskan tubuhnya dengan kasar diatas Sofa panjang didepan LED malang itu. sebenarnya Yoona sendiri tidak memahami apa yang terjadi dengan suasana hatinya yang tiba-tiba tak bersemangat, seolah semua yang dilakukanya sia-sia, semua acara Televisi dihadapanya membosankan dan semua yang dilakukanya terasa salah. Yoona menghembuskan napas keras mulai lelah terus menekan tombol-tombol itu hingga akhirnya Yoona melemparkan remot tak bersalah itu entah kemana.

“Kenapa membosankan sekali, seharusnya aku membuat janji dengan Taeyeon Unnie kemarin” Gumam Yoona pada dirinya sendiri, memang ini bukan pertama kalinya yoona berdiam diri didalam apartemenya tanpa siapapun dan tanpa melakukan apapun tapi baru kali ini Yoona merasa bosan, Ia ingin melakukan sesuatu tapi tidak tau harus melakukan apa, ingin pergi kesuatu tempat tapi entah kemana dan ingi berbicara degan orang lain yang juga ia tidak tau dengan siapa. Tadi pagi moodnya baik-baik saja ia bahkan bisa mengendalikan kejenuhanya dengan sangat baik tapi sekarang setelah kembali dari Apartemen laki-laki itu Yoona sendiri tak bisa mengendalikan perasaanya. karena bosan? Karena kesal dengan Donghae? tidak-tidak bukan itu Yoona sudah terbiasa bosan dan juga terbiasa dengan kekesalanya pada Donghae. ada hal lain yang mengganggunya.Ya, cara Donghae menatap Jessica, cara laki-laki itu menatap Jessica sangat berbeda dengan cara Donghae menatapnya begitu lembut dan…entahlah Yoona tidak mengerti. Sekarang kedua manusia itu sudah hampir satu jam didalam sana dan entah apa yang mereka lakukan, bernostalgia? Kemudian saling membicarakan perasaan satu sama lain? Tidak! Yoona tidak suka dengan gagasan itu, Ia menggeleng cepat memotong alur pikiranya sendiri

“baiklah, sebaiknya aku membeli beberapa kebutuhan rumah”gumam Yoona setelah beranjak dengan enggan dari singgasananya-sofa- dan membuka lemari pendingin yang tidak benar-benar kosong, masih ada beberapa buah dan sayur yang cukup untuk kebutuhanya sampai 2 hari kedepan. Yoona berjalan dengan langkah lebar menuju kamarnya kemudian keluar dengan mantel tebal dan dompet yang ia jejalkan dikantong saku mantelnya. Sudah hampir memasuki bulan november dan suhu terus menurun jadi Ia harus tetap hangat agar tidak terserang flu.

***

“kau yakin pulang sekarang?” tanya Donghae sekali lagi, bukan karena ia ingin gadis itu tinggal lebih lama atau apa. Diluar hujan baru saja turun dan sudah pasti udara sangat dingin.

“ada banyak Deadline yang harus kuselesaikan sebelum Peragaan busanaku bulan depan, tapi aku tidak keberatan jika Oppa memintaku tetap tinggal…”sahut Jessica penuh harap bibirnya melengkungkan seulas senyum manis, Ia memang terhimpit pekerjaanya tapi jika Donghae menginginkan Ia tetap disini sudah pasti akan Jessica lakukan.

Menyadari tak mendapat tanggapan dari Donghae jessica kembali menyela sambil mengibaskan tangan, “aku bercanda Oppa…”ucapnya tertawa kikuk “dan aku sudah menelpon Taxi jadi aku hanya perlu turun dan menunggu taxi didepan gedung apartemenmu”

Donghae tersenyum Simpul “baiklah kalau begitu, biar kuantar” tawar Donghae,

“boleh juga…”jawab Jessica “aku tentu tak ingin mengambil resiko basah kuyub kalau menolak tawaranmu” lanjutnya, mengingat Taxi yang datang tak bisa berhenti tepat didepan pintu utama Gedung Apartemen Donghae.

“tentu saja..”Donghae  balas tersenyum lalu masuk kedalam kamarnya dan kembali dengan mantel tebal membalut tubuhnya. Jessica menghela napas pelan kemudian bangkit dan memakai mantelnya.

“kajja…”ajak Jessica riang. Meskipun dalam hati Jessica tak ingin pergi tapi ia tau Donghae tak membutuhkanya jadi untuk apa tinggal lebih lama.

***

Im Yoona menghela napas panjang menatap jutaan tetes hujan yang saling berjatuhan dihadapanya, Ia baru selesai membeli beberapa kebutuhan rumah dan beberapa benda lain yang mungkin tak penting. Setelah puas mengelilingi minimarket diseberang apartemenya dan berharap dapat memperbaiki susana hatinya yang kacau sekarang Ia harus dihadapkan pada hujan cukup deras yang membuatnya tidak bisa pulang, kecuali Yoona mau mengambil resiko basah kuyub setibanya disana. Yoona sudah terlanjur keluar dari minimarket hangat itu dan sudah tak mingkin kembali masuk meskipun pemilik minimarket itu takkan melarangnya. ditengah keputusasaan itu Yoona melihat seseorang dengan payung kuning cerah membelakanginya. laki-laki itu menunduk kearah kursi belakang Taxi kemudian melambai sebentar dan Taxi itu melesat Pergi, Yoona memperhatikan payung kuning itu sekali lagi disalah satu sisi payung itu terdapat sulaman bunga matahari dengan benang yang juga berwarna kuning namun lebih gelap dari warna payungnya. Tidak salah lagi, itu adalah payung miliknya, tapi siapa yang memakainya? Sebelum rasa penasaran Yoona terjawab laki-laki itu memutar badan dan tatapanya terhenti pada Yoona dan langsung mengernyitkan dahi melihat Yoona memeluk kantong belanjaan cukup besar dan berdiri mengenaskan dihadapanya.

“apa yang kau lakukan?” tanya Donghae setelah berdiri dihadapan Yoona,

“kau tidak liat,,,”Yoona mengangkat kantong belanjaanya acuh tak acuh,

“ya sudah,,”sahut Donghae ringan “awalnya aku akan menawarkan tumpangan,,”donghae menggoyang payungnya pelan “tapi sepertinya kau lebih suka disini,,,”

“Aisshh! Pergi saja aku memang lebih suka disni, dan lebih baik disini…”

“tentu kau sangat cocok disana, tetaplah disana gadis baik…”kata Donghae sambil tertawa mengejek.

Yoona mendengus dan tanpa sadar pelukanya mengerat, jika saja kantong belanjaan itu bisa bernapas sepertinya kantong itu sudah mati terkapar sekarang.

“sekya!”pekik Yoona tertahan, tepat saat Donghae memutar badan dan mulai melangkah. “dia memang berengsek mana mungkin punya hati nurani…”kutuk Yoona lagi dan setelah mengatakan itu Donghae berbalik lagi dan manghampirinya,

“ini tidak benar,,”ucapnya memiringkan kepala,

“apa lagi?”jawab Yoona enggan,

“peganglah,,,”

Yoona mengerutkan kening saat Donghae menyodorkan ganggang payung kearahnya, bagus! Pikir Yoona, Donghae  pasti merasa tidak benar membiarkanya hampir mati beku disana dan sekarang Ia memberikan payung itu pada Yoona lalu laki-laki itu akan berlari menembus hujan tanpa payung, tumben sekali! Tunggu! Bagaimana kalau laki-laki itu sakit lagi. itu akan lebih menyusahkan baginya.

“cepatlah, disini sangat dingin..”desak Donghae,

Yoona ragu, namun tetap menuruti Donghae, ia memeluk kantong belanjaan dengan tangan kirinya sementara tangan kananya meraih payung dari tangan Donghae,

“kau akan kehujanan…”Yoona mengatur suaranya agar tak terdengar khawatir,

“siapa bilang…”jawab Donghae ringan

Yoona mengerutkan keningnya beberapa saat sampai Donghae kembali bersuara,

“kau yang memegang payungnya…….baiklah kajja”sahut Donghae ringan sambil memasukan kedua tangan kesaku celananya, sementara Yoona masih diam tak mengerti yang terjadi.

“ayo jalan!”ajak Donghae kemudian menyingkir kesamping Yoona, apa-apaan ini jadi Yoonalah yang harus mengenggam payungnya juga. Ya meskipun kantong belanjaan ditangan kirinya adalah miliknya seharusnya Donghae tak menambah pekerjaan pada tanganya yang satu lagi. Yoona menghela napas kesal, demi Tuhan kalau saja ada jalan lain yang bisa Ia lakukan selain menunggu hujan berhenti Yoona akan dengan seang hati melakukanya.

Akhirnya dengan sisah kesabaranya dan dengan cukup kesusahan Yoona menuruti perkataan Donghae mereka menyeberang jalan besar dihadapanya dan berhenti diujung tangga didepan pintu utama Gedung Apartemen mereka. Yoona menggerutu tidak jelas karena Donghae hanya diam saja dan tak berniat membuka pintu dihadapanya.

“buka!”perintah Donghae, wow! Sejak kapan? Sejak kapan Yoona menjadi persuruhnya?

“Aisshhh!! Kau ini!”pekik Yoona “pegang ini!!”Yoona menyodorkan payungnya yang masih terbuka kearah Donghae dan mau tak mau laki-laki itu harus menerimanya.

Donghae menatap kesal payung ditanganya kemudian berusaha menutup payung cukup besar itu, dan tepat sebelum payung itu menutup sesuatu menarik perhatianya. Sesuatu yang berwarna kuning namun lebih gelap dan berbentuk bulat, Donghae memicingkan mata mengamati sesuatu yang bulat itu denga lebih Intens.

“kau bisa merusak payungku jika menatapnya seperti itu? dan kau tidak masuk?” kata Yoona yang ternyata sudah lebih dulu melompat masuk saat pintu utama terbuka.

Donghae tak menjawab, Ia masih terpaku pada payung yang sudah tertutup ditanganya.

“apa katamu?”

Tanya Donghae sambil menunggu pintu Lift terbuka,

“apa?”

“payungmu?”Donghae melirik payung ditanganya,

“hm. Kenapa? aku meninggalkanya waktu itu, saat menemukanmu ‘terkapar’ didalam apartemen yang gelap gulita itu” jawab Yoona dengan penekanan saat mengucapkan kata terkapar,

“kenapa kau tak membawanya,,” tanya Donghae lagi sambil melangkah masuk dan mulai berjalan kearah lift.

Yoona menoleh dengan kesal kearah Donghae, pertanyaan macam apa itu?

“kalau aku ingat untuk membawanya pulang, tidak akan tertinggal” Dengus Yoona, dan pintu Lift dihadapanya berdenting sekali kemudian terbuka. Yoona dan Donghae melangkah masuk “kau ini bodoh sekali”

“dimana kau membelinya? Apa memang ada bunga matahari itu saat kau membelinya?”tanya Donghae lagi,

Yoona mengankat alisnya tinggi kemudian menurunkanya setelah teringat sulaman bunga matahari disalah satu sisi payungnya“hei! Apa yang mau kau tanyakan sebenarnya”

“jawab saja!”

“Ya Tuhan!!!….” Yoona mendesah panjang lalu memindahkan kantong belanjaanya ketangan kanan “aku tak tau itu beli dimana, ibuku yang membelinya. Dan bunga matahari itu ibuku yang menyulamnya karena payungku sering tertukar dan hilang jadi….”Yoona terdiam, Ia melirik Donghae terpaku disampingnya dengan tatapan kosong.

“kau ini!!!! memangnya kenapa bertanya? Aneh sekali!”

Donghae masih bungkam pikiranya menjelajah entah kemana sampai tak mendengar bunyi berdenting dan bahkan tidak keluar saat pintu lift terbuka. Yoona kembali mengerutkan keningnya, ada apa lagi dengan namja itu,

“keluar! Kita sudah sampai….”

Donghae tak berkata apa-apa dan melankah keluar sebelum Lift itu berdenting sekali lagi lalu menutup. Tatapanya kosong Ia menatap kearah Yoona namun tak benar-benar memperhatikanya, setelah cukup lama diam laki-laki itu membuka mulut siap mengatakan sesuatu namun suara dering ponsel yang entah dari mana membuat mulutnya kembali menutup.

Donghae berpaling kearah kantong celananya, merogohnya sebentar lalu mengeluarkan benda putih kotak yang terus berdering, Ia menatap layar ponselnya sebentar lalu kembali menatap Yoona, namun karena mendapati Yoona yang ternyata tak memeperhatikanya Donghae melangkah lebar menuju pintu apartemanya.

***

“yeobseyeo? Wae Hyung?”

Kata Donghae setelah menempelkan ponselnya ditelinga kanan dan sudah memaski apartemenya, Ia sempat berhenti didepan pintu dan melirik payung kuning Yoona yang masih ditanganya, tapi akhirnya tak melakukan apa-apa selain meletakkan payung itu disamping pintu bersama beberapa payung lain miliknya.

“Hae-yah, kuharap kau tak terkjekut…”

Mendengar nada suara ragu dari seberang sana Donghae menautkan kedua alisnya, Ia berjalan malas menuju sofa lalu menghempaskan tubuhnya pelan.

“Eomma baik-baik saja kan Hyung?” suara Donghae terdengar panik,

“tentu hae, Omma baik-baik saja…hanya,,,,tak ada kemajuan yang berarti, tak ada perkembangan tentang kondisi Eomma….”

Mendengar Eommanya baik-baik saja Donghae menghembuskan napas yang tanpa sadar ditahanya, kemudian kembali memfokuskan diri pada perkataan Donghwa.

“tak banyak yang bisa dilakukan disini,,karena itu kami semua -Dokter yang menagani Eommanya- sepakat untuk membawa Eomma kembali ke Korea dengan harapan semua kenangan tentang Appa disana dapat membantunya meskipun peluangnya sangat kecil dan tidak jauh berbeda dengan disini..”

“baiklah Hyung lakukan yang terbaik untuk Eomma, apapapun yang terbaik….”

“tentu Hae,, seminggu lagi kami akan terbang ke Korea setelah membereskan semuanya disini. Aku tak ingin kau terlalu khawatir, sekali lagi Eomma baik-baik saja Hae-yah. Dan juga kataka pada Kristal tak perlu khawatir”

“aku mengerti Hyung,,aku juga akan mempersiapkan semuanya disini…”

“baiklah hae,,,”

Donghae beniat untuk menurunkan ponsel, namun suara khas dari kakak iparnya terdengar diseberang sana,

“Jangan ditutup!……Hae kau mendengarku. Baiklah dengarkan aku, kau sedang sakit kan? Jaga makanmu, jangan menunda makan dan jangan makan sembarangan. Kau tau Kristal selalu mengoceh panjang lebar padaku, dan juga cepatlah dapatkan kekasih aku sudah tidak tahan melihatmu hanya mengurung diri dirumah saat aku kembali nanti. Mengerti?”

Donghae menarik kedua ujung bibirnya mendengar celotehan panjang kakak iparnya, seperti biasa wanita itu tak pernah berubah selalu berkata tanpa sela, seperti adiknya Kristal dan juga gadis itu yoona. Tunggu! Kenapa otaknya harus menyertakan Yoona? kenapa Ia tak menyebut Victoria saja sepupunya yang juga tak bisa berhenti bicara, kenapa harus Yoona? Donghae menggeleng pelan memotong jalur pikiranya sendiri.

“Ha-yah? Lee Donghae? Astaga! anak ini tak mendengarkanku sayang-Donghwa-….”

‘klik’

Dan sambungan telepon terputus tanpa jawaban dari mulut Donghae, Ia mengehembuskan napas pelan lalu meletakkan ponsel dimeja rendah dihadapanya. Kali ini kepalanyaberputar kearah jendela besar diseberang ruangan, ditatapnya butiran hujan yang terus berjatuhan tanpa ampun itu namun sekali lagi ia tak benar-benar memperhatikanya, pikiranya memikirkan hal lain. Hal lain yang begitu banyak hingga Donghae merasakan otaknya tak mampu lagi berpikir.

***

Cho Kyuhyun memberhentikan mobilnya tepat saat lampu lalu lintas diujung perempatan jalan berubah merah, dan membiarkan beberapa orang berpayung dan mengenakan jas hujan melintas dihadapanya. Sore ini setelah menyelasikan beberapa Operasi Ia berniat mengunjungi Donghae, untuk memastikan keadaanya sahabatnya itu dan juga dia Ingin tau bagaimana reaksi Donghae setelah Ia menyuruh Jessica mengunjunginya pagi ini. Sebenarnya Kyuhyun tak bermaksud apa-apa dengan meminta Jessica mengunjungi Donghae, Ia hanya ingin memastikan sesuatu. Sesuatu yang sudah sangat lihai ditebaknya dan kali ini dia sangat yakin dengan perkiraanya sendiri.

Lampu lalu lintas berubah hijau, Kyuhyun melajukan mobilnya perlahan. Hujan deras membuat jalanan licin ditambah lagi kaca mobilnya yang berembun dan menghalangi pandanganya. Kyuhyun memicingkan mata mendapati sesuatu menarik perhatianya. Keningnya berkerut beberapa saat dan tanpa berlama-lama lagi Kyuhyun menepikan mobilnya. Hujan masih deras namun Kyuhyun nekat keluar dari mobil dan menghampiri sesuatu yang menarik perhatianya. Anjing kecil berwarna putih itu memandang lemah kearah Kyuhyun yang menghampirinya, laki-laki itu berjongkok dan meraih aning kecil itu dengan tubuhnya yang hampir sepenuhnya basah. Namun beberapa saat kemudian Ia tak merasakan butiran hujan menerjang tubuhnya, Kyuhyun mendongak dan mendapati payung besar menaunginya ditambah seorang gadis cantik yang berdiri disampingnya, kedua mata gadis itu menatap anjing kecil ditanganya dengan raut sedih kemudian beralih kearahnya dan tersenyum membuat Ia terpaku ditempat, terpesona dan hampir saja anak anjing itu terlepas dari tanganya.

“sebaiknya kita membawanya ketempat yang lebih hangat,,,”ucap gadis itu lembut, namun cukup menyadarkan Kyuhyun.

“ndee…”sahutnya pelan kemudian bangkit dan mensejajarkan tubuh dengan gadis disampinya, kedua tanganya menggenggam lembut anjing kecil itu.

“kau basah,,,”

Kyuhyun menoleh kearah Seohyun, dan sekali lagi Ia terpesona terpaku ditempat tanpa melakukan apapun, bedanya kali ini anjing malang itu tak lagi bersamanya. Ia dan Seohyun membawa anjing itu kesebuah klinik hewan dan membiarkan petugas disana mengambil alih merawatnya.

“tak apa..”jawab Kyuhyun memaksakan suaranya tak terdengar bergetar sambil melengkungkan senyum simpul “aku senang kita bisa bertemu lagi,,,”

Kyuhyun tak menjawab Ia hanya balas tersenyum manis pada Kyuhyun senyum yang selalu berhasil membuat laki-laki itu bertekuk lutut.

“tak keberatan jika kuantar pulang?” tawar Kyuhyun penuh harap, Ia tak ingin membuang kesempatan lagi seperti waktu itu hanya membiarkan Seohyun berlalu dari hadapanya.

“tidak, tidak perlu..”Seohyun menggerakkan tangan kananya “aku bisa pulang dengan Bus,,” tolaknya malu-malu.

“kau ingin aku membiarkan seorang gadis pulang sendiri diantara hujan sederas ini setelah Ia memberiku tumpangan payungnya?”

“ah,,,a-aniyeo…aku tak bermaksud seperti itu, aku hanya….”

“jadi kau tak bermaksud menolak tawaranku kan?”Kyuhyun makin gencar, ia sudah meyakinkan hatinya untuk tak melepaskankesempatan kali ini.

Seohyun menghembuskan napas pelan lalu tersenyum “baiklah….”

Kyuhnyun menyambut jawaban gadis itu dengan mata berbinar namun berhasil Ia sembunyikan dibalik wajah evilnya “bagus,,,” lanjutnya dengan suara ringan.

***

“Unnieee,,,,!!!!”

Panggil kristal dengan suara keras saat Yoona membuka pintu apartemen dan langsung memeluk Yoona, sudah tiga hari sejak kepulanganya dari Jejju dan Ia baru memiliki kesempatan menemui Yoona malam ini.

“Unnie aku merindukanmu..Oh ayolah kenapa Unnie diam saja” Protes Kristal ketika tak mendapat reaksi dari Yoona. “Unnie tak merindukanku?” Kristal melepas pelukanya dan memandang Yoona kesal.

“hahaha…tentu saja aku merindukanmu,,, masuklah…”Yoona melangkah kesamping dan membiarkan Kristal masuk, lalu dengan cukup kompak kedua gadis itu mendudukan diri diSofa empuk ruang tengah apartemenya.

“ingin minum?”tawar Yoona,

“tidak Unnie, astaga kau bahkan memperlakukanku seperti tamu sekarang? sepertinya 6 hari tak bertemu menjadikan kita orang asing”kata Kristal serius sambil menatap Yoona dengan kedua mata disipitkan dan kedua tangan dilipat kedepan dada.

“benarkah? Oh maafkanku,,”sahut Yoona sambil tersenyum lebar “oh,, bagaimana liburanmu?”tanya Yoona basa-basi.

“liburan? Oh ayolah Unnie itu sama sekali bukan liburan, kau tau aku harus bangun jam enam pagi hanya untuk melakukan beberapa game tak penting lalu setelah sarapan sebelum makanan -makanan itu tercerna dengan baik dalam perutku aku sudah harus menulis semua jenis patung dalam musium disana yang ebtah berapa ratus jumlahnya dan itu terus berlangsung selama 3 hari. Astaga! tidakkan itu berlebihan?” papar kristal panjang,

Yoona tertawa kecil melihat wajah Kesal gadis disampingnya “sukurlah kau tak melarikan diri, sepertinya memang sangat membosankan,,itulah kenapa aku tak pernah menyukai perjalanan sekolah”

“kau benar Unnie,,mati kebosanan didalam apartemen sendiri jauh lebih baik kurasa”

Apa mereka kembar? Bahkan kata-kata itu pernah terlintas dalam pikiran Yoona beberapa hari yang lalu. Bedanya disini yang lebih buruk dari ‘mati kebosanan diapartemen sendiri’ bukanlah perjalanan sekolah Ke Jejju, melainkan berhadapan dengan Donghae. ya! laki-laki itu,,bicara Soal Donghae, apa yang terjadi pada laki-laki itu? terkhir kali Donghae menanyakan hal tak penting tentang payungnya dan sampai sekarang Yoona belum bertemu dengan Donghae lagi. Tunggu Im Yoona! berhenti memikirkan Donghae! Yoona merutuki jalan pikiranya sendiri.

“unnie kau tak mendegarku?”

Yoona tersentak saat Kristal mengerakkan tangan pelan didepan wajahnya,

“Ah..nde..”sahut Yoona  berusaha mengembalikan fokus pada Kristal “tentu, tentu saja…” lanjutnya asal, Yoona bahkan tidak tau menau apa yang Kristal katakan sebelumnya.

“Jinjja? Unnie”

Apa lagi? batin Yoona dalam hati, mendadak perasaanya tak enak. Sepertinya ia sudah melakukan kesalahan besar dan sangat fatal. Apa yang sudah disetujuinya hingga membuat Kristal begitu antusias?

“sungguh aku senang mendengarmu mau berkunjung kerumahku Unnie,,kami akan pindah dalam beberapa hari lagi”Kristal menghembuskan napas enggan,

“nde? kerumahmu? Pindah?…..”Yoona mengulang beberapa kata kristal dengan bingung, namun otaknya mulai bisa menebak arah pembicaraan gadis itu.

“ndee. Oppaku memutuskan untuk membawa Eomma kembali ke Korea..tak ada kemajuan dengan kondisi Eomma disana, Eomma masih tetap tak mau mengatakan apapun tak pernah sejak kematian Appa”

***

Few day Latter….

Lorong apartemen yang dilaluinya terasa begitu sunyi, seperti biasa. Namun kali ini Yoona merasakan kesunyian itu lebih nyata.  Yoona menghentikan langkah dan siap membuka partemanya, namun gadis itu diam sejenak kemudian berbalik menatap pintu aparteman disebrangnya. Sejak Kristal mengatakan tentang kepindahanya Ia merasakan sesuatu , namun Ia sendiri tak mengerti apa itu, dan sekarang saat menatap pintu yang tertutup rapat dihadapanya Ia mulai merasakanya lagi, sesatu yang masih tak bisa Yoona mengerti. Seperti sesuatu yang berat menimpa dadanya membuat oksigen bebas disekitar lorong terang itu seolah menipis. Lenguhan napas kembali terdengar dari bibir mungilnya, Yoona maju beberapa langkah sampai berdiri depat didepan pintu apartemen Kristal, mulai bertanya-tanya benarkah Kristal sudah pergi? Benarkah Ia tak memiliki tetangga yang selalu merepotkanya lagi? benarkah ia telah kehilangan partner memsaknya dihari minggu pagi? Dan benarkah Donghae sudah pergi dari kehidupanya? Hey! Donghae? bukankah itu berita bagus? Ya itulah yang coba yoona pikirkan, sayangnya otak dan hatinya sedang tak sejalan.  Hatinya tak menerima jalan pikiranya sendiri. Ya karena sebenarnya Ia mulai terbiasa, tidak-tidak tak hanya terbiasa bahkan hampir bisa dipastikan Ia menikmati semuanya, semua kehebohan yang kristal sebabkan, semua celotehan panjang yang gadis itu lontarkan dan yang lebih parah Yoona menikmati semua ancaman laki-laki itu. semua perkataan pedas Donghae, semua sikap menyebalkan namja itu semuanya ya semuanya tentang Donghae.

Dan sekarang setelah Yoona ‘terbiasa’ dengan semua itu apa yang Ia dapatkan?

Saat bertemu Donghae dikelas beberapa jam yang lalu, laki-laki itupun tak banyak bicara, tak mendebatnya tak mengancam, tak menatapnya sinis bahkan Donghae tak melihat kearahnya. bukankah itu yang selama ini ia inginkan? Tentu saja! Tapi saat ini Ia menginginkan sesuatu yang lain, sesuatu yang lebih dari itu. karena sesungguhnya seorang Im Yoona sudah terjatuh dalam pesona Lee Donghae. Karena  Im Yoona mencintainya……… Lee Donghae.

***

Namja dengan balutan kemeja biru itu masih diam, sudah hampir 15 menit berlalu namun matanya masih terpaut pada benang-benang yang saling terkait membentuk sebuah bunga matahari disalah satu sisi payung dihadapanya. Memori otaknya kembali berputar, ketika Ia menemukan Eommanya ditaman itu saat hujan begitu deras. Donghae ingat dengan jelas ia menemukan Eommanya duduk gemetar dibawah payung kuning, payung yang juga memiliki sulaman bunga matahari disalah satu sisinya.

Donghae bangkit dari Sofa empuk diruang tamu apartemenya dan berjalan dengan langkah lebar menuju pintu, Ia belum sempat mengembalikan payung itu pada Yoona.  hingga Ia memutuskan kembali keapartemenya untuk mengambil dan mengmbalikan payung itu dan juga mungkin ia akan berterimakasih kerena Yoona sudah membiarkan Eommanya duduk gemetar dibawah payungnya. Meskipun Donghae tak begitu yakin orang itu adalah Yoona atau bukan.

‘klek’

Pintu dihadapanya terbuka, Donghae diam beberapa saat memperhatikan gadis yang memalingkan wajah tepat setelah daun pintu apartemenya terbuka lebar. gadis itu tampak salah tingkah dan berusaha menyembunyikan keterkejutanya. Sehingga Donghae dapat menyimpulkan gadis itu berdiri didepan pintu sebelum tangan kananya membuat pintu itu terbuka.

“mencari sesuatu?”

Tanya Donghae dengan sebelah alis terangkat,

“ti-tidak..”sahut Yoona terbata.

“kebetulan kau disini” Doghae menyodorkan payung ditanganya kearah Yoona “ini”

Yoona tak menjawab menatap payung itu sesaat lalu kembali menatap Donghae “tentu saja harus kau kembalikan. kupikir au akan membawanya pergi. Melihat betapa antusiasnya kau membawa pergi payungku beberapa hari yang lalu.” Sahut Yoona ringan sambil meraih payungnya.

Yoona menunggu reaksi Donghae, berharap laki-laki itu membantahnya mendebatnya bahkan mengancam keselamatan nilai mata kuliahnya. Namun diluar dugaan laki-laki itu justru menarik kedua ujung bibirnya, dia tersenyum Lee Donghae tersenyum padanya. Dan Sial! Jatungnya langsung bekerja diluar kendali, Yoona membuang wajahnya tak ingin melihat senyum –yang mungkin tulus- itu lebih lama lagi jantungnya bisa melompat keluar saat ini juga.

“ka-kau tidak apa-apa?”ucap Yoona berusaha menatap Donghae aneh, “kepalamu terbentur sesuatu sebelumnya mungkin?”

“aneh sekali…”gerutu Yoona lagi, kali ini lebih untuk dirinya sendiri.

“Terimakasih,,,,”

Yoona menoleh cepat kearah Donghae,,ia benar-benar tidak tuli. Laki-laki itu baru saja mengucapkan terimakasih, untuk apa? untuk payung itu? dan ini kedua kalinya kata itu meluncur dari pria angkuh bernama Lee Donghae.

“apa?”Yoona balas bertanya sesinis mungkin,

“terimakasih….”ulang Donghae lagi, kali ini lebih tegas dan sukses membuat Yoona melipat keningnya dengan mulut menganga “kenapa kau melihatku seperti itu….”

“kau pasti terbentur sesuatu Lee Donghae, atau kau salah minum sesuatu? atau minum obat dengan dosis yang salah? Tapi kurasa ada baiknya juga,,,,Tunggu,,”Yoona teringat buku Donghae yang belum sempat Ia kembalikan. Yoona menrogoh tas tanganya beberapa saat dan mengeluarkan buku setebal 3 setengah senti dari dalam tasnya.

“ini…” Yoona menyodorkan buku itu kearah Donghae

“kupikir sudah hilang…”ucap Donghae sambil meraih bukunya.

“baiklah aku pergi dulu,,,,”

Pamit Yoona, dan tanpa menunggu persetujuan Donghae Ia memutar badan dan melangkah pelan menuju pintu apartemanya,

“Tunggu,,,”panggil Donghae, Yoona menghentikan langkah lalu berbalik kearah Donghae lagi,

“Wae?”

-ingin minum kopi bersama ku?- Donghae mengatupkan mulutnya rapat, hampir saja kalimat itu meluncur keluar. tidak secepat itu, Yoona bisa langsung menolak ajakanya dan membuat Donghae menjadi orang tolol sedunia yang mangajak musuhnya untuk minum bersama. Meskipun hubunganya dan Yoona tak seburuk itu, tetap saja sekarang bukanlah saat yang tepat.

“tidak…tidak ada apa-apa….” jawab Donghae akhirnya,

Yoona mengendikkan bahu singkat lalu masuk kedalam apartemenya. Sementara Donghae masih diam disana ditempatnya berdiri, memandang pintu bercat merah marun yang baru saja menutup. Seulas senyum kembali melengkung dibibirnya, Ia sudah menemukan alasan itu. alasan yang membuat otaknya berhenti memikirkan Jung Jessica, alasan yang membuatnya tak bisa berhenti untuk merecoki kehidupan Yoona dan alasan yang membuatnya melupakan segala hal kecuali gadis itu… alasan itu adalah Yoona, Karena Donghae mencintainya.

***

 “kita berteman…” Nickhun tersenyum sambil menggerakkan jari kelingkingnya “mulai sekarang kita menjadi teman” ulangnya.

Yoona yang duduk disampingya ikut tersenyum singkat sambil mengacungkan jari kelingking kearah jari Nichkhun  “johaa…”

senyum Nickhun melebar, kedua matanya melengkung indah seolah ikut tersenyum.

“sungguh inilah yang terbaik selama hidupku Yoon,,,”

“kalau begitu Oppa harus mentraktirku….” potong Yoona, tak ingin laki-laki itu membahas lebih jauh tentang perasaanya.  Keputusan untuk memaafkan Nickhun tak lagi menjadi hal sulit bagi Yoona, ya sejak Ia menyadari perasaanya pada Donghae. semua tentang Nickhun terasa mudah baginya, bahkan Ia dengan santainya menerima ajakan Nickhun untuk menghabiskan sore dingin ini bersama. Dan sekarang Ia juga dengan senyum cerah menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking pria itu.

“baiklah ayo kita berangkat,,,,”Yoona bangkit dari duduknya “aku tau restoran Ramen paling enak disekitar sini,,Oppa tidak akan menyesal”ajaknya penuh semangat.

“tentu,,”balas Nickhun ikut bangkit.

Restoran ramen terkenal yang disebut-sebut Yoona terletak diseberang taman besar tempatnya dan Nickhun duduk, taman yang dekta dengan Cafe tempat Yoona bekerja dan tentu taman tempat Eomma Donghae biasa duduk disana.

“sudah aku tak mengelilingi Seoul,,,” Nickhun membuka pembicaraan saat mereka berhenti ditepi jalan menunggu lampu lalu lintas berubah warna,

“bukankah New York lebih indah?”sahut Yoona,

“tetap Seoul yang paling Indah…”

“Benarkah?”

Yoona melihat sekelilingnya memastikan jika Seoul memang jauh lebih Indah dari New York. Selama ini Yoona hanya meihat New York dari beberapa gambar diinternet atau photo rekan-rekanya yang pernah kesana dan menurut Yoona semua gambar itu indah. Kepala Yoona spontan berhenti mandapati sepasang mata tengah menatap lurus kearahanya. Diseberang jalan itu diantara orang-orang yang berdiri menunggu lampu lalu lintas berubah warna ada sepasang mata yang sangat Ia kenal menatapnya lurus-lurus. Yoona mengerjab beberapa kali memperjelas pandanganya, dan memang laki-laki yang berdiri disana adalah Lee Donghae, perhatianya langsung terfokus pada Donghae. Ia mendengar Nickhun mengatakan sesuatu tapi entah apa.

Lampu lalu lintas berubah warna sementara orang-orang mulai melangkahkan kaki Yoona masih terpekur menatap Donghae yang juga sama diamnya. Tak ada yang saling bergerak sampai Nickhun meraih jemari tangan Yoona dan menariknya lembut. Yoona memperhatikan tangan Nckhun yang menggandengnya sesat lalu kembali menatap Donghae, Ia tak bisa mengartikan tatapan laki-laki itu namun jauh dilubuk hatinya Yoona merasakan hatinya berteriak keras dan memohon orang yang berdiri disana itu bukanlah Lee Donghaenya.

Donghae masih diam tanpa gerakan, sementara Yoona-dengan tarikan lembut Nickhun- hampir mencapai tempat Donghae berdiri. Yoona menginjakan kakinya di  trotoar dan Nickhun tak lagi menarik tanganya hanya menggenggam tanganya lembut. Yoona menoleh ternyata laki-laki itu tengah berbincang dengan seorang seorang namja Muda, dari perangai kedua orang itu Yoona menyimpulkan mereka teman lama yang baru saja bertemu. Mungkin teman di New York, karena Yoona sempat mendengar Nickhun dan namja itu saling melempar kata-kata dalam bahasa Inggris.

Yoona kembali manatap Donghae mulutnya sudah terbuka untuk meneluarkan kata apapun yang terlintas diotaknya, tapi Yoona tak mendengar suara apapun dari mulutnya sendiri mendapati namja itu menatap tanganya dan Nickhun yang saling bertautan kemudian berpaling kearah lain. Tak ada lahi Donghae yang diteminya seminggu yang lalu dilorong apartemnya, tak ada lagi Donghae yang menyunggingkan senyum manis seperti waktu itu. yang ada hanya sorot mata dingin yang menusuk jantungnya, meciptakan perih luar biasa dihatinya.

“dia Im Yoona,,,,”

Nickhun mengguncang pelan tangan Yoona, membuat gadis itu dengan sangat terpaksa melepas kontak matanya dengan Donghae, Ia menatap Nickhun sesaat lalu memandang namja dihadapan Nickhun sambil menyunginggan senyum tulus.

“dan Yoona In James Kim…” laki-laki bernama james Kim itu tersenyum kearah Yoona, Yoona balas tersenyum sambil membungkukkan badan.

Dari ekor matanya Yoona dapat melihat Donghae yang masih berdiri disampingnya. sesaat kemdian Laki-laki itu merogoh saku jasnya lal menempelkan ponsel ketelinganya dan mulai melangkahkan kakinya. Yoona mendesah pelan, tidak mengherankan memang mendapati perlakuan seperti itu dari Donghae. namun lagi-lagi hatinya tak menerima semua itu, Ia ingin Dongha emelihatnya melihatnya tanpa sorot mata dingin itu Yoona ingin Donghae lebih dari itu.

Sekali lagi Yoona melirik ketempat Donghae berdiri tapi tak menmukan laki-laki itu disana Ia mengerutkan kening samar kemudian setengah memutar badanya menghadap Jalan. Dan disanalah Ia menangkap sosok Donghae, tengah berjalan menyebrangi jalan besar itu sambil menempelkan ponsel ditelinganya. Beberapa detik kemudian Donghae menurunkan ponselnya dan melambai pelan kearah taman. Saat Yoona berniat membalik badan sebuah mobil melaju kencang kearah Donghae, mendadak tubuhnya menegang sekujur tubuhnya terasa dingin. Yoona panik sementara Donghae tak bergeming dan masih berjalan santai, lampu penyebrangan memang masih menyala hijau namun mobil itu tak menunjukan tanda-tanda berhenti,, dan saat jarak mobil itu semakin dekat Yoona memekik keras.

“Andwaaaaaeeeee!!!!!”

66 thoughts on “Your Punishment;Love Me! (Chapter 4)

  1. wahh apa tuh yg mau dilakuin yoona..donghae oppa jangan sampai kau kenapa2 eoh..nih knapa juga tbc di.waktu yang kaga tepat,,next part pokoknya ditunggu thor..fighting..

  2. akhirnya mrk mengakui perasaan mrk kl mrk sbnrnya sama2 cinta, tp sygnya mrk satu sama lain blm mengungkapkannya secara lsg…

    Hmmm… Apa Donghae cemburu liat kedekatan Nichun ama Yoona ^^
    Apa Donghae kecelakaan moga2 ga, nextnya di tgg thor 🙂

  3. agak aneh deh ngeliat yoonhae yg biasanya ribut jadi canggung gni, tp yah ini kan karena mereka udah saling tau perasaan masing2, semoga kedepanya ada momen yg manis2 lg buat mereka.

Komentarmu?