The Grudge (Chapter 1)

redo-the-grudge2
Author: hanasumi
Tittle: The Grudge – chapter 1
Cast: Yoona and Donghae
Genre: Romance 
Author Note : Hi! It’s me again! Maaf kalau aku udah post ff yang baru sedangkan ff love steps sama since i found you masih pending. Prinsip aku, kalau ada ide yang muncul langsung buru-buru tulis dan harus di post untuk lihat feedback dari reader. Kalau feedbacknya kurang memuaskan, aku bakal langsung cancel ff nya. Untuk yang satu ini, idenya udah aku pikirin dari dulu sih tapi baru ditulis baru-baru ini. Kalau menurut kalian sebaiknya aku lanjut dulu 2 ff yang sebelumnya just tell me ya, aku bakal pending buat ff yang ini dan fokus sama 2 ff aku yang sebelumnya. Comment is needed! Maaf kalau banyak kesalahan. Enjoy it! Thanks! ^^

 

 

Prolog:

Ada pepatah lama yang mengatakan, orang-orang yang tidak bisa mengingat masa lalu, dikutuk untuk mengulanginya. Tetapi kita yang menolak untuk melupakan masa lalu, dikutuk untuk menghidupkan kembali masa lalu itu.

 

Pertanyaan yang sering muncul sekarang adalah, mengapa dendam muncul dalam diri kita?

Adakah dendam perlu dibalas?

Sekiranya dendam tidak terbalas, apa yang terjadi?

Dalam dendam memang selalu ada kebencian, marah, kecewa, putus asa, dan hampa kerana dendam itu tidak terbalas.

Adakah waktu dapat menguraikan dendam?

Jawabannya untuk yang satu ini, mungkin tidak. Tidak akan pernah.

Orang sering berkata padaku, apabila orang berbuat jahat pada kita, kita tidak membalas, kita balas dengan cara setimpal, dan kita bersabar dengan keburukan yang dilakukan oleh orang kepada kita.

Tapi dalam kasusku ini berbeda. Sangat berbeda. Aku tidak berurusan dengan sesamaku. Aku berurusan dengan sesuatu yang lebih buruk dari yang kalian pikirkan. Diperlukan sebuah pengorbanan yang sangat besar untuk ini. Dan jujur, aku tidak kuat. Aku takut.

Ya, selain Tuhan, aku takut dengan makhluk yang sedang aku hadapi ini.

Sejauh apapun kau mencari tahu nya, sejauh itu pula kau akan masuk dalam mimpi burukmu…

****

Author’s POV

 

 

 

“Aku bersumpah untuk selalu mencintaimu selama aku hidup, untuk selalu mempercayai kalau kau adalah kiriman dari Tuhan untuk mendampingiku dan melindungiku menghadapi dan melewati kehidupan ini. Kau adalah malaikatku, dan aku bersumpah untuk selalu memiliki kesabaran yang mencintai tuntutan. Untuk berbicara ketika kata-kata diperlukan, dan untuk hidup dalam kehangatan hati mu dan selalu menyebutnya rumah. ” Seorang wanita berbalut gaun putih yang indah dengan rambut panjang coklatnya yang digelung itu, baru saja menyelesaikan janji pernikahannya di hadapan  banyak orang yang ada di dalam gereja itu, dan tentu saja di hadapan sang pria yang sebentar lagi akan menjadi suami nya itu. Sang pria tersenyum mendengar janji suci yang dibuat oleh wanitanya itu untuknya. Kemudian setelah janji suci oleh mempelai wanita, giliran mempelai pria yang akan mengucapkan janji sucinya.

“Aku bersumpah untuk selalu mencintaimu. Dan tidak peduli sebesar apapun tantangan yang mungkin akan memisahkan kita berdua, kita akan selalu menemukan jalan kembali ke pelukan satu sama lain. Aku bersumpah untuk selalu menyayangimu dalam segala kondisimu sekarang dan selamanya.  Aku berjanji untuk tidak pernah lupa bahwa ini adalah cinta sekali seumur hidup.”  Akhirnya sang mempelai pria menyelesaikan janji suci yang telah dibuatnya itu dan sukses membuat wanitanya berkaca-kaca karena dia sangat terharu mendengar janji suci dari pria yang dalam beberapa detik akan menjadi suaminya itu.

“Dengan ini saya menyatakan kalian sebagai pasangan suami istri. Kau boleh mencium mempelai wanitamu.” Sang pendeta pun akhirnya mengatakan perkataan yang sudah ditunggu-tunggu oleh kedua insan yang tengah berdiri di altar gereja itu dan seluruh orang yang sedang duduk melihat momen indah di hadapan mereka sekarang. Lee Donghae dan Im Yoona akhirnya dipersatukan oleh Tuhan di gereja yang menjadi tempat orang tua Yoona menikah dulu. Dengan senyum yang terukir di wajah Donghae, dia langsung mencium wanita di depannya yang sekarang sudah berstatus sebagai istrinya itu. Dia menarik pelan pinggang Yoona dan mencium mesra bibir pink itu. Yoona tersenyum di sela-sela ciuman mereka dan dia mengalungkan tangannya di leher Donghae. Para keluarga, teman dekat dan jemaat gereja yang menyaksikannya hanya tersenyum bahagia dan beberapa dari mereka bahkan ada yang sampai menangis terharu.

“Aku mencintaimu, Lee Yoona.” Ucap Donghae setelah ciuman mereka berakhir.

“Aku juga mencintaimu, Lee Donghae.” Yoona pun tersenyum dengan indah pada Donghae. Kemudian kedua pasangan suami istri itu berjalan meninggalkan altar dan berjalan menuju depan gereja dimana telah terparkir mobil Mercedes benz sl550 berwarna putih yang bertugas mengantar mereka ke tempat resepsi pernikahan mereka.

“Yoona! Selamat atas pernikahanmu!” Yuri yang merupakan sahabat dekat Yoona menghampiri Yoona ketika Yoona dan Donghae sudah berada di luar gereja.

“Yuri! Terima kasih sudah datang. Aku benar-benar merindukanmu.” Yoona langsung memeluk sahabatnya itu.

“Tentu saja. Mana ada seorang sahabat melupakan pernikahan sahabatnya sendiri? Kau benar-benar cantik, Yoong.”

“Terima kasih, Yul.”

Setelah berbincang sebentar dengan beberapa orang, Donghae dan Yoona langsung menaiki mobil yang sudah terparkir disana dan Donghae segera menyalakan mesin mobilnya. Dengan segera mereka meninggalkan halaman gereja dan pergi menuju tempat resepsi pernikahan mereka.

****

Alunan musik save the last dance for me dari Michael Buble dapat terdengar dari sebuah taman yang sudah disulap menjadi sebuah tempat resepsi pernikahan dengan nuansa serba putih, meja dan kursi yang sudah diatur secara melingkar dengan beratapkan sebuah tenda putih yang sudah terlihat elegan dengan hiasan bunga dimana-mana.

“Baiklah, sekarang mari kita dengarkan beberapa kata dari keluarga atau teman dekat pengantin pria dan wanita di depan saya ini.” Ucap Leeteuk yang merupakan sahabat dari Lee Donghae yang memang sudah ditunjuk menjadi MC pernikahan mereka oleh Donghae.

“Aku punya beberapa kata untuk mereka berdua!” Im Yunho, kakak kandung Yoona, mengacungkan tangannya dan langsung berjalan menuju panggung yang telah tersedia dan mengambil microphone dari tangan Leeteuk.

“Pertama, saya ucapkan selamat pada kalian berdua. Akhirnya kalian menikah juga, ya. Sudah lama kami menginginkan kalian berdua bersatu, dan akhirnya pada tanggal 9 April ini kalian resmi menjadi pasangan suami istri. Tidak banyak yang akan saya katakan disini, saya berharap kalian menjadi keluarga yang harmonis, selalu melindungi satu sama lain dan tetap terus mencintai kelebihan maupun kekurangan dari masing-masing kalian. Donghae, jaga Yoona. Aku masih ingat saat kau bertengkar dengan Yoona, lalu kau memohon padaku dan mengatakan bahwa Yoona sangat berharga untukmu dan kau tidak tahu apakah kau akan tetap hidup apabila seorang Im Yoona meninggalkanmu.” Yoona yang mendengar hal itu langsung melihat kearah Donghae yang duduk disampingnya sambil merangkul pundaknya itu dan sambil tersenyum malu ketika mendengar Yunho yang sudah menjadi kakak iparnya itu mengungkapkan rahasia antara mereka berdua. Donghae langsung melihat Yoona dan tersenyum tulus padanya.

“Dan sekarang kau sudah memiliki Yoona seutuhnya, jadi kau harus buktikan perkataanmu itu. Aku menyayangi kalian berdua. Berbahagialah dan aku harap kalian cepat memiliki anak karena aku yakin kalau anak kalian lahir nanti, dia akan bangga memiliki paman seperti aku ini.” Seluruh undangan yang hadir tertawa mendengar ucapan Yunho barusan.

“Terakhir saya mau bersulang untuk cinta mereka yang tulus dan suci.” Seluruh undangan pun kemudian bersulang dan Yunho pun turun dari panggung dan menghampiri Donghae dan Yoona. Yunho dan Donghae kemudian berpelukan dan Yunho juga memeluk Yoona yang berada di samping Donghae.

“Selamat sekali lagi.” Yunho tersenyum kearah kedua insan yang sudah resmi menjadi suami istri itu.

“Terima kasih, hyung.” Ucap Donghae pada Yunho sambil tersenyum.

****

Para tamu undangan sudah meninggalkan tempat resepsi setelah acara selesai. Tersisa satu meja yang dikelilingi oleh beberapa orang yang duduk disana.

“Wah! Kalian berdua akhirnya menikah juga!” Seru Eunhyuk yang merupakan salah satu sahabat Donghae dan Yoona. Donghae dan Yoona tersenyum mendengar perkataan Eunhyuk.

“Pasangan paling romantis di kampus dulu akhirnya mendapatkan happy ending mereka. Selamat untuk kalian.” Ucap Taeyeon yang duduk di sebelah Leeteuk yang merupakan suaminya itu.

“Kalian berdua mendahului aku!” Seru Kyuhyun yang duduk di sebelah Taeyeon.

“Yah! Mereka pantas mendahului kau karena kau lebih muda daripada mereka. Sekarang kalau kau mau melangsungkan pernikahan, kau diperbolehkan. Berhubung Seohyun tadi menangkap buket bunga yang dilempar oleh Yoona.” Ucap Leeteuk pada Kyuhyun sambil menaik-naikkan alisnya bermaskud memberi Kyuhyun kode.

“Itu benar. Apakah kalian tidak berpikir itu merupakan sebuah pertanda? Kalian harus segera menikah.” Ucap Heechul menimpali omongan Leeteuk.

“Hmm…baiklah. Seohyun, sebentar lagi kita akan menikah!” Ucap Kyuhyun mantap pada Seohyun yang duduk di sampingnya.

“Aish! Kau ini bicara apa, oppa!” Seohyun terlihat malu atas ucapan Kyuhyun barusan sehingga dia terdengar seperti memarahi Kyuhyun.

“Apa itu berarti tidak untuk pernikahan? Hahaha!” Eunhyuk mengejek pasangan itu dan Kyuhyun mulai kesal dengan sikap hyungnya itu.

“Jangan berbicara sembarangan, hyung!”

“Baiklah, baiklah. Aku minta maaf. Aku cuma bercanda, maknae.”

Yang lain hanya tertawa melihat tingkah laku sahabat mereka yang kekanakkan itu walaupun usia mereka sudah bisa dibilang sangat dewasa dan beberapa dari mereka sudah berkeluarga, bahkan mempunyai anak.

“Jadi, kalian akan pulang ke rumah baru kalian?” Siwon kembali memfokuskan pembicaraan pada kedua orang yang menjadi sorotan hari ini.

“Iya. Kami berdua akan pulang ke rumah baru kami.” Donghae menjawab pertanyaan Siwon sambil tersenyum kearah Yoona dan merangkul pundak istrinya itu.

“Apakah rumah itu adalah rumah yang kalian ceritakan pada kami waktu itu? Rumah di dekat danau itu?”

“Iya, itu rumahnya.”

“Bersenang-senanglah malam ini, Hae.” Ucap Eunhyuk pada Donghae sambil menaik-naikkan alisnya.

“Yah! Apa yang kau bicarakan?!” Donghae mengerti maksud dari ucapan Eunhyuk barusan.

“Kau tahu, Hae.” Eunhyuk tersenyum nakal pada Donghae.

“Kalian berdua harus cepat-cepat memberikan kami keponakan. Aku tidak sabar untuk memberinya banyak hadiah dan mainan!” Ucap Tiffany sambil menunjukkan deretan giginya dan matanya yang seakan-akan tersenyum pada saat dia tersenyum.

“Iya, aku juga tidak sabar untuk mengajarinya cara mendapatkan wanita. Well, kalau anak kalian laki-laki tentunya.” Ucap Heechul dengan kharisma yang dimilikinya. Dia terkenal sebagai playboy dikumpulannya karena dia sangat hebat dalam merayu dan mendapatkan wanita hanya dalam beberapa detik. Tetapi, dia belum mau berkomitmen pada satu wanita sekarang.

“Aku mau memberinya nama!” Seru Kyuhyun semangat.

“Yah! Itu pekerjaan kami berdua.” Timpal Yoona ketika mendengar jawaban konyol dari Kyuhyun.

“Pokoknya kalian harus cepat mempunyai anak, biar anak kalian dan anakkku dapat dijodohkan!” Seru Taeyeon ikut bicara. Leeteuk yang duduk disampingnya langsung meoleh kearah istrinya itu.

“Anakmu? Tunggu sebentar, apa kau-” Donghae cukup kaget mendengar perkataan Taeyeon dan segera memusatkan perhatiannya pada Taeyeon.

“Ya, Taeyeon hamil.”Ucap Leeteuk sambil tersenyum bahagia.

“Omo! Taeyeon, selamat!” Ucap Yoona girang.

“Wah, selamat, Hyung!” Donghae beserta yang lainnya memberi selamat pada Leeteuk, sementara para wanita memberi ucapan selamat pada Taeyeon sekaligus pelukan.

“Aku setuju dengan ide Taeyeon! Kita bisa menjadi keluarga nanti, iya kan oppa?” Yoona merespon usul dari Taeyeon dengan semangat dan langsung melihat kearah Donghae dengan muka penuh harap.

“Kita bisa membicarakan itu lain waktu, sayang.”

“Iya, aku setuju dengan Donghae.” Ucap Leeteuk dengan santai.

Dan begitulah perbincangan mereka terus berlanjut dengan cerita-cerita dari satu sama lain dan mengingat masa lalu waktu mereka masih menjadi seorang pelajar dan masa-masa kuliah mereka.

“Apa kalian ingat waktu Eunhyuk ditolak mentah-mentah oleh Uee si dewi nasional universitas kita itu?”

“Yah! Bukankah kita sudah sepakat tidak membicarakan hal itu lagi?!”

“Oh ya, apa kalian ingat dulu kita sering menyelinap ke loteng sekolah hanya untuk menghabiskan waktu bersama dan bermain truth or dare bersama?”

“Aku ingat pada waktu itu aku tertangkap basah sedang menaiki tangga menuju loteng oleh Jung seonsaengnim dan pada akhirnya kita dilarang untuk bermain di loteng lagi.” Ucap Eunhyuk dengan muka bersalahnya.

“Jadi itu kau? Mengapa pada saat itu kau bilang ada murid lain yang melaporkan kita? Aish! Kau tau, loteng sekolah adalah tempat favoritku di sekolah!” Ucap Donghae kesal pada Eunhyuk.

“Eyy, pada saat Jung seonsaengnim menyuruh kita untuk tidak datang ke loteng lagi, itu bukan kali terakhir kau pergi ke loteng, kan? Aku tahu kalau kau dan Yoona selalu menyelinap ke loteng untuk menghabiskan waktu berdua. Benar, kan?” Kali ini Eunhyuk membalas perkataan Donghae.

“Aniyo!” Jawab Donghae dan Yoona secara bersamaan.

“Sebenarnya aku juga tahu.” Heechul mendukung perkataan Eunhyuk tadi.

“Aku juga.” Susul Siwon.

“Ah, aku juga!” Susul Yuri.

“Yah, k-kami tidak pernah berduaan di loteng!” Bantah Donghae pada sahabat-sahabatnya yang sedang memojoki dirinya dan Yoona.

“Ayolah Hae, kau pikir kami bodoh? Setiap kali kami mengajak kalian untuk makan atau pergi ke sebuah tempat bersama, kalian selalu punya seribu alasan untuk menolak ajakan kami, dan ujung-ujungnya kalian akan pergi ke loteng dan menghabiskan waktu berdua daripada menghabiskan waktu bersama kami. Iya, kan?” Heechul semakin memojokki pasangan suami istri baru itu. Donghae mengalihkan pandangannya kearah lain sedangkan Yoona hanya bisa menunduk karena malu.

“Eyy, kalian benar-benar pasangan yang kompak.”

Tak terasa waktu semakin larut, mereka pun akhirnya berpisah dan pulang ke rumah masing-masing. Beberapa dari mereka ada yang sudah mabuk dan teler. Donghae dan Yoona pun segera pergi ke rumah baru mereka menggunakan mobil pengantin mereka. Perjalanan mereka berdua dipenuhi dengan canda tawa dan godaan-godaan yang tentu saja keluar dari mulut Donghae.

****

Akhirnya mereka berdua sampai di rumah baru mereka. Donghae menghentikan mobilnya di halaman rumah mereka. Yoona mendahului Donghae keluar dari mobil dan segera berlari menjauh dari mobil menuju pintu rumah mereka.

“Yah, Yoona kemari kau!” Donghae segera berlari menyusul Yoona dan langsung memeluk Yoona dari belakang. Saat ini Yoona mengenakan dress berwarna pastel panjang dan membentuk badannya yang ramping itu.

“Hentikan, oppa! Aaaa! Lepaskan! Geli, oppa!” Teriak Yoona ketika dia tertangkap oleh tangan kekar Donghae yang melingkar di pinggangnya.

“Kau akan menyesal malam ini, nyonya Lee.” Bisik Donghae di telinga Yoona yang sukses membuat Yoona merinding dan mukanya memerah.

“L-lepaskan aku, oppa.” Ucap Yoona canggung.

“Ani, aku akan menggendongmu memasuki rumah baru kita.” Donghae langsung mengangkat Yoona ala bridal style berhubung mereka berdua memang sepasang pengantin baru. Yoona agak terkejut dengan perlakuan Donghae dan sedikit malu ketika mukanya berdekatan dengan muka Donghae. Yoona pun segera menyembunyikan wajahnya pada leher Donghae karena dia tidak mau Donghae melihat mukanya yang memerah.

****

Mereka berdua sudah memasuki rumah mereka. Di dalam rumah mereka sudah tersusun rapi lilin-lilin kecil yang membentuk hati dan di sekelilingnya terdapat taburan bunga mawar merah. Donghae menurunkan Yoona perlahan sementara dia menutup pintu. Yoona seperti tersihir ketika melihat rumah yang akan dia dan Donghae tempati sebagai pasangan suami istri.

“Sangat indah.” Ucap Yoona kagum.

“Kau suka?” Ucap Donghae yang sudah melingkarkan tangannya pada pinggang Yoona.

“Aku sangat suka.”

“Aku mengubah beberapa detail di rumah ini seperti wallpaper dan warna utama dari rumah ini. Aku tahu kau tidak suka warna yang mencolok jadi aku menggunakan warna seperti krem dan putih untuk warna dasar rumah kita. Dan beberapa hiasan rumah yang tidak begitu banyak karena kau bilang kau suka rumah yang sederhana.” Ucap Donghae panjang lebar menjelaskan tentang beberapa perubahan yang dia buat untuk rumah baru mereka.

“Aku sangat sangat menyukainya. Terima kasih, oppa.” Yoona membalikkan badanya menghadap Donghae kemudian mengecup bibir Donghae sekilas.

“Apapun untukmu, sayang. Hmm, mungkin kau mau melihat sekitar rumah ini? Aku akan mengambil barang-barang di mobil dulu.”

“Perlu bantuan?

“Tidak usah, nyonya Lee. Kau bisa menikmati bagian yang lain dari rumah ini.”

“Kau memang pria sejati. Baiklah.”

Pada saat Donghae meninggalkan rumah untuk mengambil barang-barang mereka, Yoona memutuskan untuk melihat ke lantai atas rumah mereka. Entah mungkin karena angin, Yoona merasakan sesuatu yang dingin di lehernya ketika dia menaiki tangga. Tapi dia coba untuk tidak menghiraukannya dan terus berjalan menuju atas.

Yoona membuka sebuah ruangan yang kelihatannya akan menjadi kamar utama untuk dia dan Donghae. Yoona melihat setiap sudut dari kamar yang terdiri dari tempat tidur king size, sebuah sofa berwarna cream di dekat jendela, balkon yang menampakkan halaman belakang mereka dan danau yang berada tidak jauh dari rumah mereka, kamar mandi, sebuah lemari berukuran besar, dan meja kecil di samping kiri dan kanan tempat tidur dengan lampu tidur diatasnya.

“Kamar ini memerlukan sebagian dari cerita aku dan Donghae oppa.” Ucap Yoona.

Ketika Yoona membuka pintu kamar mandi untuk melihat keadaan kamar mandi mereka, tiba-tiba Yoona melihat seorang perempuan berambut panjang hitam  dan memakai gaun putih panjang sedang berdiri di tengah-tengah kamar mandi. Yoona kaget melihat sesosok perempuan di dalam kamar mandi mereka dan kemudian dia berteriak dengan keras sambil melangkah mundur dari kamar mandi.

“Aaaaaa!”

****

“Aaaaaa!”

Donghae yang sudah menurunkan barang-barang mereka dari mobil mendengar teriakan Yoona dan langsung berlari ke tempat Yoona berada.

“Yoona! Sayang, kau kenapa?” Donghae langsung merangkul pundak Yoona yang sedang menutup matanya dengan kedua telapak tangannya.

“Oppa, a-aku melihat s-seorang di-di dalam kamar mandi.” Ucap Yoona terbata-bata.

“Nde? Seseorang? Siapa?” Tanya Donghae bingung.

“Di-disana! Aku melihatnya disana, oppa! Bajunya agak lusuh, rambutnya panjang hitam dan mukanya pucat.” Yoona menunjuk ke arah kamar mandi tepat di depan mereka.

“Tunggu sebentar.” Donghae kemudian berjalan ke kamar mandi untuk membuktikan perkataan Yoona.

“Tidak ada apa-apa di dalam sini, Yoong.” Ucap Donghae setelah mengecek ke dalam kamar mandi.

“M-mungkin hanya halusinasi ku saja, oppa.”

“Kau terlihat lelah, sayang. Istirahatlah duluan, nanti aku akan menyusul.”

“Tapi oppa-”

“Tidak apa-apa, istirahatlah.” Donghae mengecup kening Yoona. Kemudian Yoona mengganti bajunya menjadi piyama yang sudah dia siapkan dan langsung pergi menuju tempat tidur. Sedangkan Donghae masih harus menyimpan tas dan beberapa barang mereka ke dalam kamar utama. Yoona yang melihatnya merasa tidak enak pada Donghae dan dia masih dipenuhi rasa gugup apakah mereka akan melakukan ‘malam pertama’ mereka sekarang atau tidak.

Tidak lama kemudian Yoona merasakan tempat tidurnya bergerak dan sesuatu menyentuh keningnya.

“Selamat malam, sayang.” Yoona membuka matanya sedikit ketika ternyata Donghae sudah naik ke tempat tidur mereka dan mencium keningnya. Yoona membalikkan badannya untuk menghadap ke arah Donghae.

“Oppa…”

“Kau belum tidur? Aku pikir kau sudah tidur, Yoong.” Ucap Donghae ketika aktivitasnya menarik selimut dan bersiap untuk tidur terhenti saat Yoona memanggil namanya.

“Kau tahu aku sulit tidur ketika harus tidur sendiri.”

“Mendekatlah.” Donghae menarik tangan Yoona agar mendekat ke arahnya dan tangan kanannya dia letakkan di bawah kepala Yoona sebagai bantal. Yoona mendekat kearah Donghae dan langsung memeluk Donghae.

“Begini lebih baik.” Ucap Yoona yang sudah berada dalam dekapan Donghae.

“Selalu, Yoong.” Ucap Donghae sambil menutup matanya.

“O-oppa…”

“Hmm?”

“K-kau tidak apa-apa?” Tanya Yoona agak sedikit terbata-bata pada Donghae.

“Maksudmu?” Ucap Donghae yang menjawab pertanyaan Yoona dengan pertanyaan lagi.

“Ya, k-kau kan tau.”

“Tau apa, Yoong? Bicara yang jelas.”

“I-itu…malam pertama kita.” Ucap Yoona pelan karena dia malu untuk mengatakannya di depan Donghae.

“Oh, itu. Aku tahu kau lelah, sayang. Kita bisa melakukannya lain waktu. Aku tidak mau kau tambah lelah setelah kita melakukannya.”

“Maksudmu?” Tanya Yoona tidak mengerti perkataan terakhir yang diucapkan Donghae.

“Kau tahu maksudku, nyonya Lee.” Jawab Donghae dengan nada sedikit menggoda dan sambil membisikkannya di telinga Yoona membuat Yoona sedikit merinding karenanya.

“Aish, sudahlah, bagus kau tidak ada masalah kalau kita menunda ‘malam pertama’ kita. Aku mau tidur.”

“Kau mau tidur? Yoona?” Donghae bertanya pada Yoona tetapi dia tidak mendapatkan satu pun jawaban dari istrinya itu.

“Yoona, kau sudah tidur?” Tetap tidak ada jawaban.

“Baiklah, selamat malam istriku yang cantik. Aku mencintaimu.” Donghae mencium puncak kepala Yoona sebelum menutup kedua matanya.

“Aku juga mencintaimu, suamiku.” Tiba-tiba Yoona menjawab pertanyaan Donghae dan sukses membuat Donghae membuka kedua matanya untuk melihat Yoona yang masih menutup kedua matanya itu tetapi terlihat sebuah senyuman terukir di wajahnya yang cantik itu.

“Aish, dasar. Selalu mempermainkan orang.” Donghae tersenyum atas tingkah laku istrinya dan kemudian benar-benar menutup matanya. Kedua pasangan suami istri itu melewatkan malam dengan memberikan kehangatan pada satu sama lain melalui sebuah pelukan. Walaupun mereka tidak berhasil membuat kesan ‘malam pertama’ seperti pengantin baru pada umumnya, tetapi mereka menikmati momen kecil seperti ini dan beruntung karena sekarang mereka sudah memiliki diri masing-masing seutuhnya.

****

Bulan pun sudah digantikan oleh matahari yang menyinari langit biru, menandakan hari yang baru sudah dimulai. Terlihat pasangan suami istri yang masih setia menutup mata mereka dan sang pria yang masih memeluk pinggang istrinya dari belakang. Lama memang sebelum akhirnya salah satu dari mereka memutuskan untuk bangun dari tidurnya.

Yoona merasakan sesuatu yang berat melingkar di pinggangnya. Ketika dia melihat ke arah pinggangnya, sebuah tangan kekar melingkar di pinggangnya. Mungkin semalaman dia seperti ini pikirnya. Dengan hati-hati, Yoona menyingkirkan tangan Donghae dari pinggangnya. Dia bermaksud untuk menghadap ke arah Donghae.

Setelah sukses menyingkirkan tangan kekar Donghae dari pinggangnya, sekarang dia berhadapan dengan suaminya yang masih tidur itu. Beginilah kebiasaan seorang Im Yoona. Sebelumnya, ketika dia tinggal bersama di apartemen Lee Donghae atau ketika Donghae sedang menginap di apartemen Yoona akibat mereka terlalu lama menghabiskan waktu bersama di apartemen Yoona sehingga membuat Donghae harus menginap di apartemen Yoona karena dia sudah terlalu lelah untuk kembali ke apartemennya, dan tentu saja mereka tidak berbuat apa-apa yang lebih dari hubungan sepasang kekasih, setiap pagi, dia selalu memperhatikan wajah Donghae. Terkadang  dia juga akan menyentuh mata, hidung, atau bibir Donghae, menunggunya untuk membuka mata dan dia akan menjadi orang pertama yang dilihatnya saat bangun nanti. Entahlah, Yoona sangat suka melakukan hal-hal seperti itu.

“Kau tidak pernah berubah rupanya.” Sambil masih menutup kedua matanya, tiba-tiba Donghae berbicara pada Yoona yang sedang memandangi wajahnya.

“Kau juga, selalu tahu kalau aku sedang memperhatikan wajahmu padahal kau masih menutup kedua matamu.” Donghae kemudian membuka kedua matanya dan dia melihat wajah Yoona di pagi hari yang masih cantik menurutnya. Dia tersenyum ketika melihat Yoona karena mulai sekarang, setiap dia bangun di pagi hari, dia akan melihat wajah orang yang dia sayangi.

“Kau akan selalu menjadi orang pertama yang aku lihat ketika aku membuka mataku di pagi hari, Yoong”

“Benarkah itu, tuan Lee Donghae?”

“Tentu saja, nyonya Lee.” Tiba-tiba Yoona mengecup bibir Donghae sekilas membuat Donghae menunjukkan ekspresi bingung pada mukanya.

“Dan kau akan menjadi orang pertama yang mendapatkan morning kiss dariku setiap paginya setelah aku bangun dari tidurku.” Mereka memandangi wajah masing-masing cukup lama, ketika tiba-tiba Donghae bangun dari tidurnya dan memposisikan dirinya di atas Yoona. Yoona yang berada di bawahnya sedikit kaget dengan perlakuan Donghae yang secara tiba-tiba ini.

“Mungkin kita bisa menebus ‘malam pertama’ kita yang terlewat kemarin dan menggantinya menjadi ‘pagi pertama’ kita. Bagaimana?” Tanya Donghae dengan tatapan yang sukses membuat jantung Yoona berdegup lebih kencang dari biasanya.

‘Bagaimana ini? Aku tidak ada persiapan sama sekali. Dan yang paling penting, aku belum mempersiapkan mentalku untuk hal ini!’ Batin Yoona dalam hatinya ketika wajah Donghae semakin lama semakin mendekat ke arah wajah Yoona. Secara otomatis, Yoona menutup kedua matanya, pasrah dengan apapun yang akan Donghae lakukan padanya nanti.

Donghae langsung menuju leher jenjang Yoona dan menghirup aroma khas Yoona kemudian menciumnya perlahan. Lama-kelamaan, Donghae bukan hanya mencium leher Yoona tetapi melumatnya. Tidak ada jarak lagi diantara mereka berdua. Sedangkan Yoona, dia merasakan sesuatu yang aneh di sekujur tubuhnya. Dia merasakan panas di dalam tubuhnya dan sesuatu yang menginginkan Donghae untuk berbuat lebih dari yang dia lakukan padanya sekarang. Tetapi, satu hal membuatnya terpaksa memberhentikan kegiatan Donghae padanya itu.

“Eungh, o-oppa, bukankah k-kau harus bekerja?” Ucap Yoona yang terdengar menahan dirinya agar dia tidak berdesah dan membuat dirinya dan Donghae berbuat jauh dari ini dan membuat pagi mereka menjadi ‘pagi pertama’ mereka.

“Aku bisa menelpon anak buahku dan mengatakan padanya kalau aku tidak akan bekerja hari ini karena aku terlalu lelah setelah pernikahan kita kemarin. Mereka akan mengerti, sayang.” Ucap Donghae yang masih setia menciumi leher Yoona itu dan tangannya yang bergerak menuju pinggang Yoona dan bermaksud untuk menggerakannya ke daerah bawah Yoona.

“Andwae, kau h-harus bekerja. K-kita bisa melakukan ini lain waktu.” Yoona mendorong pelan dada Donghae. Setelah mendengar Yoona mengucapkan hal itu, Donghae menghentikan ciumannya dan memandang wajah Yoona agak lama. Yoona yang merasa risih, memilih untuk mengalihkan pandangannya ke arah lain.

“Ma-maaf, oppa. Tapi, disamping kau harus bekerja, a-aku juga belum-”

“Kau belum siap. Aku mengerti, Yoong. Maaf karena aku terlalu tergesa-gesa ingin melakukannya tanpa bertanya terlebih dahulu padamu.”

“Aniyo, ini bukan salahmu. Seharusnya pada saat aku mengucapkan janji pernikahan ku kemarin, aku sudah harus siap menghadapi hal-hal dalam pernikahan bersamamu. Salah satunya, berhubungan intim denganmu. Sebagai seorang istri aku seharusnya sudah siap memberikan yang terbaik untuk suaminya. Maafkan aku, oppa.”

“Apa yang kau bicarakan, Yoong. Ini sama sekali bukan salahmu. Berhenti memikirkan hal itu, oke?”

“Baiklah.”

“Bagus. Sekarang aku akan mandi dulu.” Donghae mencium kening Yoona sebelum beranjak pergi menuju kamar mandi.

“Kecuali…kau mau mandi bersamaku, nyonya Lee.” Donghae menghentikan langkahnya di depan pintu kamar mandi dan melihat ke arah Yoona yang masih berada di tempat tidur dalam posisi duduk.

“Yak, Lee Donghae!” Donghae segera membuka pintu kamar mandi dan menutupnya dengan cepat sebelum Yoona melempar sesuatu yang mungkin akan menyakitinya.

“Terima kasih karena sudah mengerti, oppa.”

****

Yoona yang masih mengenakan pakaian tidurnya tampak sibuk di dapur menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga untuk suaminya. Memang ini bukan pertama kalinya dia menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Donghae. Dia mau membuat sarapan pagi ini sempurna dan beda dari yang sebelumnya karena pagi ini merupakan sarapan pertama mereka berdua sebagai pasangan suami istri.

“Kau terlihat sangat sibuk, nyonya Lee.” Tiba-tiba Yoona dikagetkan oleh Donghae yang memeluknya dari belakang, dengan setelan jas yang sudah melekat rapi di tubuhnya yang proposional itu.

“Oppa! Kau mengagetkanku!” Ucap Yoona kesal pada Donghae.

“Oh ya? Memang itu tujuanku, Yoong.” Donghae menciumi leher Yoona dan tetap memeluk pinggang Yoona sehingga Yoona kesulitan untuk menyiapkan sarapan mereka.

“Oppa, aku sedang memasak.”

“Terus kenapa?”

“Kau menghambat aktivitas ku sekarang!”

“Baiklah, baiklah. Aku akan duduk dengan manis di meja makan.” Donghae mencium pipi kanan Yoona sebelum dia melangkahkan kakinya menuju meja makan. Pipi Yoona berubah menjadi merah atas perlakuan Donghae tadi. Entahlah, sudah cukup lama mereka berdua berpacaran hingga mereka menikah sekarang, dan sudah cukup sering Donghae melakukan hal-hal seperti itu padanya, tetapi Yoona masih saja dibuat malu oleh tingkah laku Donghae yang dibilang romantis itu padanya.

****

 “Ini dia! Sarapan sudah jadi. Dibuat dengan penuh cinta oleh Im-ani, Lee Yoona.” Donghae tertawa mendengarnya.

“Gomawo, istriku yang cantik.” Yoona menaruh sepiring pancake, roti isi, dan omelet di meja makan.

“Maaf kalau kau bosan dengan sarapan seperti ini. Tapi, tidak ada bahan lain jadi aku membuat ini. Rencananya nanti siang, aku akan pergi ke supermarket dan belanja keperluan sehari-hari.”

“Tidak apa-apa. Aku suka dengan apapun yang kau masak. Hm, bagaimana kalau kita belanja keperluan rumah tangga bersama?”

“Tapi kau kan kerja, oppa.”

“Itu urusan gampang. Sudah kubilang, mereka pasti akan mengerti. Kita kan baru menikah, Yoong. Aku membutuhkan waktu bersama istriku dan mereka sebagai bawahanku tentu harus mengerti kebutuhan atasan mereka, iya kan?”

“Baiklah. Kalau begitu aku akan menunggumu nanti.”

“Oke, sekarang ayo kita makan.” Mereka berdua menikmati sarapan pertama mereka sebagai pasangan suami istri dengan penuh canda tawa. Sangat romantis.

****

Setelah mereka menghabiskan sarapan mereka, Donghae segera pergi menuju garasi tempat mobil audi A8 putihnya terparkir.

“Hati-hati, oppa.” Ucap Yoona yang kini sedang berdiri di depan pintu sambil sedikit membenarkan dasi Lee Donghae.

“Nde. Aku pergi dulu.” Donghae mencium bibir Yoona dan Yoona pun membalasnya. Mungkin bibir seorang Im Yoona sudah menjadi candu untuk Lee Donghae sehingga Donghae tidak terlihat akan menghentikan ciuman mereka berdua sampai Yoona melepaskan ciuman mereka untuk mengambil nafas.

“Ada pekerjaan menantimu, sayang.” Ucap Im Yoona setelah mereka menghentikan ‘aktivitas’ berciuman mereka.

“Hhh, baiklah. Sampai jumpa.” Sekarang, Donghae benar-benar langsung masuk ke dalam mobilnya dan menjalankan mobilnya menuju kantor tempat dia bekerja. Bukan ide yang bagus jika dia berlama-lama melihat Yoona karena mungkin dia bisa memutuskan untuk tidak pergi bekerja dan memilih untuk bersama dengan Yoona seharian di rumah dan mencium bibir manis dan lembut istrinya itu.

****

Setelah kepergian Donghae, Yoona sendirian di rumah tidak tahu harus melakukan apa karena dia masih cuti dari pekerjaannya. Beda dari Donghae yang satu hari setelah pernikahan mereka harus langsung bekerja karena sebagai seorang CEO, pekerjaan sudah menanti di depan mata. Sudah banyak proyek dari klien-klien yang harus di kerjakannya.

Lee Donghae adalah seorang arsitek terkenal dan Im Yoona adalah seorang desain interior. Dari pekerjaan mereka saja sudah terlihat bahwa mereka memang dijodohkan untuk bersama. Sampai sekarang, Yoona bersyukur karena berkat pekerjaannya, dia dan Donghae bisa bertemu satu sama lain. Ya, walaupun pada saat itu Donghae tidak sedang ‘sendiri’.

 

Flashback

Sebuah ballroom yang di desain dengan sangat indah dan mewah. Para wanita dengan gaun mewahnya dan para pria yang terlihat tampan dan rapi dengan tuksedo mereka, saling berbincang satu sama lain sambil memegang gelas sampanye mereka dan para pelayan sibuk melayani mereka sambil berjalan kesana kemari dengan sebuah nampan di tangan mereka. Seorang wanita muda terlihat berusaha mencari seseorang di tengah kerumunan orang-orang itu. Kepalanya yang tidak bisa diam, bergerak ke kanan dan ke kiri, dan kedua matanya yang mencari ke setiap sudut ruangan yang cukup besar ini. Karena terlalu sibuk mencari dan tidak terlalu memperhatikan jalan di depannya, tiba-tiba saja seseorang di depannya membalikkan badan dan Yoona yang tidak tahu kalau ada seseorang di depannya, menabrak orang tersebut dan minuman yang tengah dipegang oleh pria yang tidak sengaja bertabrakan dengan Yoona tumpah membasahi gaun panjang indah berwarna peach yang dikenakan Yoona.

“Ah, maaf. Saya tidak melihat anda. Maafkan saya.” Ucap pria tersebut pada Yoona yang tengah sibuk mengelap gaunnya, berusaha untuk menghilangkan noda dari wine yang tidak sengaja tertumpah pada gaunnya yang mewah dan indah itu.

“Gwenchanayo. Ini juga kesalahan saya. Saya tidak memperhatikan arah saya jalan. Saya minta maaf.” Untuk sesaat, mereka saling menatap satu sama lain dan tidak ada satu dari mereka yang mengalihkan tatapan mereka akan satu sama lain.

“Nona Im, kau disini rupanya. Aku sudah mencarimu kemana-mana. Kau tidak apa-apa?” Seorang wanita tengah baya mendekati Yoona yang tengah diam.

“Eoh? Tuan Lee, kau disini. Saya tidak bisa menemukan pimpinan dari perusahaan Black Pearl.” Seorang pemuda juga tiba-tiba ikut bergabung dengan Yoona dan yang lain.

“Nona Im Yoona?” Panggil wanita tengah baya yang merupakan ketua tim di perusahaan yang bergerak di bidang desain interior itu dan sekaligus penasihat Yoona yang merupakan kepala perusahaan.

“Ah ye, waeyo?” Yoona akhirnya sadar dan mengalihkan pandangannya pada wanita di sebelahnya.

“Tuan Lee Donghae?” Pemuda yang merupakan asisten pribadi dari Lee Donghae juga mencoba menyadarkan Lee Donghae yang masih setia menatap wanita muda di depannya.

“Nde? Ada apa?” Akhirnya Donghae juga sadar dari lamunannya dan beralih pada asistennya itu.

“Saya sudah mencari kemana-mana pimpinan dari perusahaan Black Pearl yang akan bekerja sama dengan perusahaan kita. Saya tidak menemukan nona Im Yoona dimana-mana.” Ucap Lee Jong Suk yang merupakan asisten pribadi Lee Donghae.

“Nona Im Yoona, saya sudah mencari pimpinan dari perusahaan Y tapi saya tidak menemukannya dimana-mana.” Ucap Park Hyeon Suk yang merupakan asisten sekaligus penasihat Yoona.

“Tunggu sebentar, Perusahaan Black Pearl?” Donghae yang tidak sengaja mendengar asisten Yoona memanggil nama Yoona di depannya.

“Perusahaan Y?” Dan juga Yoona yang tidak sengaja mendengar nama Lee Donghae yang sudah tidak terdengar asing baginya dan mungkin bagi orang-orang di kalangannya, dan terutama karena Lee Donghae adalah pimpinan dari perusahaan besar yang akan bekerjasama dengan perusahaannya.

“Whoa, suatu kebetulan yang sangat menguntungkan bagiku. Terima kasih, Tuhan.” Gumam Lee Jong Suk.

“Lama tidak bertemu, Im Yoona.” Ucap Donghae sambil mengulurkan tangannya dan dibalas oleh tangan putih dan lembut Im Yoona.

Yoona hanya bisa diam menatap Donghae yang berada di depannya sedangkan Donghae tengah tersenyum melihat Yoona yang sudah lama tidak ditemuinya itu.

“Annyeonghaseyo, Tuan Lee. Saya Park Hyeon Suk, ketua tim sekaligus asisten dari nona Im Yoona.” Park Hyeon Suk membungkukkan badannya sambil memberi salam pada Donghae.

“Ah, nde annyeonghaseyo.” Jawab Donghae.

“Kalau begitu saya akan memperkenalkan diri saya, nama saya Lee Jong suk, Saya adalah asisten pribadi tuan Lee Donghae. Senang bertemu dengan anda nona Im dan nyonya Park Hyeon Suk.”

“Nde. Maaf, tapi saya permisi ke toilet sebentar. Saya mau membersihkan noda di gaun saya.” Yoona segera berlari pelan menuju toilet meninggalkan asistennya, asisten Donghae, dan Donghae yang tengah tersenyum melihat kepergian Yoona dari hadapannya. Entah mengapa dia merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya.

****

Setelah susah payah membersihkan noda wine dari gaunnya, Yoona segera mencari asistennnya dan Donghae kesana kemari.

“Nona, tuan Lee Donghae menunggu anda di balkon.” Asisten Park tiba-tiba muncul di samping Yoona.

“Balkon?”

“Iya, dia bilang dia ingin membicarakan tentang kerja sama antara kedua perusahaan empat mata denganmu.”

“Ah, baiklah kalau begitu.” Yoona pun segera menuju balkon ballroom yang berada di seberang tempatnya berdiri sekarang.

“Aku rasa, tuan Lee menyukai nona Im.” Tidak tahu sejak kapan asisten pribadi Donghae berada di belakang asisten Park.

“Apa yang anda bicarakan?”

“Tidakkah kau lihat, ahjumma? Cara mereka menatap satu sama lain, penuh dengan, hmm…ah! Kehangatan, ketertarikan, dan keinginan untuk memiliki satu sama lain. Dan aku yakin, nona Im juga tertarik dengan tuan Lee Donghae.”

“Jangan asal bicara. Dan apa tadi kau bilang? Ahjumma? Memangnya aku ini bibimu?”

“Tapi kan anda lebih tua dariku. Aku berusaha untuk bersikap sopan.” Ucap Jongsuk sambil tersenyum lebar.

“Aish, jeongmal.”

“Tapi sayangnya, tuan Lee sudah ada yang punya.” Raut wajah Jongsuk seketika berubah.

“Maksudmu?” Asisten Park dengan cepat menoleh ke arah sampingnya.

“Iya, dia sudah mempunyai kekasih. Dan rencananya, dia akan melamar kekasihnya itu dalam waktu dekat.”

“Benarkah?” Terdapat nada kekecewaan dalam ucapan asisten Yoona barusan.

“Iya. Kalau saja tuan Lee bertemu dengan nona Im Yoona duluan, mereka berdua akan menjadi pasangan yang paling sempurna di Korea. Pasangan dewa dan dewi. Sangat sempurna!” Ucap Jongsuk berandai-andai.

“Ya, mereka akan menjadi pasangan yang serasi.” Ucap asisten Park sambil melihat ke arah Yoona dan Donghae yang sedang berbincang di balkon.

****

“Maaf membuatmu menunggu lama, tuan Lee.” Ucap Yoona pada Donghae yang sedang menahan kedua tangannya pada tembok balkon sambil melihat ke arah langit malam. Ketika mendengar suara Yoona, Donghae langsung membalikkan badannya dan untuk sesaat Donghae terkagum oleh sosok Yoona yang sedang berdiri di depannya itu.

“Ah, tidak apa-apa. Dan, jangan terlalu formal padaku, Yoong. Aku merasa kita tidak pernah bertemu sebelumnya. Panggil saja aku Donghae.”

“Baiklah, Donghae-ssi.” Yoona tersenyum ketika mendengar Donghae masih memanggilnya dengan panggilan yang biasa dia panggil sewaktu mereka masih bersama. Begitu juga Donghae yang merasa senang ketika Yoona menyebutkan namanya.

“Aku meminta pada asistenmu untuk membicarakan ini empat mata denganmu. Apa kau keberatan? Maaf aku tidak menanyakanmu dulu.”

“Tidak, aku sama sekali tidak keberatan.”

“Bagus kalau begitu. Oh, noda wine nya tidak bisa hilang?” Donghae menunjuk ke bagian gaun Yoona yang terkena tumpahan wine Donghae.

“Ah, n-nde.”

“Maafkan aku. Aku tidak melihatmu tadi.”

“Tidak apa-apa. Tidak usah dipikirkan.”

“Sekali lagi aku minta maaf karena telah merusak gaun indahmu.” Yoona hanya bisa tersenyum karena dia tidak bisa menemukan kata-kata untuk membalas perkataan Donghae padanya.

“Pertama, terima kasih karena perusahaanmu sudah mau bekerja sama dengan perusahaanku. Aku sama sekali tidak tahu kalau ternyata perusahaan Black Pearl adalah perusahaanmu.”

“Tidak, seharusnya aku yang berkata seperti itu. Terima kasih karena perusahaanmu sudah mempercayakan perusahaan kami sebagai partner kerja kalian.”

“Kami selalu memilih yang terbaik untuk mencapai hasil yang maksimal. Aku sudah melihat rancangan-rancanganmu sebelumnya. Kau sangat ahli dalam urusan desain interior, Yoong.”

“Terima kasih. Aku juga sangat mengagumi hasil karyamu, Donghae-ssi.”

“Terima kasih.” Perbincangan mereka pun berlanjut ke arah yang lebih pribadi. Mereka mulai saling bertanya kehidupan masing-masing selama mereka berpisah dan tidak bertemu untuk waktu yang cukup lama. Rasa gugup yang dirasakan oleh mereka berdua seiring waktu hilang dan mereka mulai merasa nyaman dengan satu sama lain.

“Yoona, tentang kepergianku ke Amerika pada waktu itu-”

“Sudahlah, itu kan sudah lewat. Kita lupakan saja yang telah terjadi di masa lalu. Tidak ada gunanya juga kalau kita membicarakannya sekarang. Itu semua tidak akan bisa memperbaiki apa-apa.” Ucap Yoona sambil menundukkan kepalanya.

“Aku tidak tahu seberapa besar penyesalan yang aku rasakan sekarang. Maafkan aku. Aku sangat minta maaf…”

“Ah, kau belum menjawab pertanyaanku tadi, mengapa kau lebih menyukai malam daripada siang?” Tanya Yoona pada Donghae. Donghae hanya tersenyum tipis ketika Yoona mencoba mengalihkan pembicaraan mereka.

“Oh itu, karena suasana malam bisa memberiku ketenangan. Tidak jarang pula aku mendapat inspirasi untuk membuat rancangan sebuah gedung di malam hari. Aku merasa sangat damai ketika aku mengerjakannya di malam hari.” Yoona dengan serius mendengar perkataan Donghae sambil terus menganggukan kepalanya.

“Bagaimana denganmu? Kau juga lebih memilih malam daripada siang.” Sekarang giliran Donghae yang bertanya pada Yoona yang kebetulan jawaban mereka sama.

“Aku menyukai malam karena aku suka dengan pemandangan di malam hari.”

“Pemandangan?”

“Iya. Aku sangat suka berada di lantai paling atas sebuah gedung lalu aku melihat pemandangan di malam hari dari atas sana. Aku bisa mendapatkan kedamaian ketika aku disana. Terlepas dari semua pekerjaan dan kebisingan kota.” Yoona berbicara sambil menatap jalanan kota yang ramai di bawah sana. Beda dengan Donghae, dia lebih memilih menatap Yoona yang berada di sebelahnya.

“Dan juga, aku suka saat aku melihat ke arah langit dan mendapatkan banyak sekali bintang bertaburan di sana. Biasanya, ketika aku merasa senang, akan ada banyak sekali bintang di langit. Tetapi, ketika aku sedang merasa sedih, aku tidak menemukan satu pun bintang di langit.”

“Pada saat kau sedih, apa yang akan kau lakukan?” Tanya Donghae yang masih setia menatap Yoona yang tengah sibuk menatap langit malam yang gelap.

“Aku akan melihat ke atas langit dan menutup kedua mataku. Lalu aku akan membiarkan air mataku jatuh dengan sendirinya.” Yoona pun menutup kedua matanya sambil mengarahkan kepalanya ke arah langit seperti yang dia bilang tadi. Angin pun berhembus, membuat rambut panjang Yoona mengenai wajah cantik nan mulusnya itu. Donghae yang melihatnya, merasakan perasaan yang aneh. Perasaan seperti saat kau bertemu dengan cinta pertamamu, perasaan ketika kau ingin memeluk orang yang kau sayangi dan memberikan kenyamanan untuknya di dalam pelukanmu. Perasaan yang kebanyakan orang menyebutnya, jatuh cinta. Tapi, apakah mungkin? Apakah boleh dia merasakan sesuatu seperti ini sekarang?

“Seperti itu. Itulah alasan mengapa aku menyukai malam. Seperti kau, aku juga merasakan kedamaian di malam hari.” Yoona kemudian berpaling ke arah Donghae yang tengah menatapnya. Yoona merasa bingung dengan Donghae yang tidak berhenti menatapnya.

“Donghae-ssi?” Dengan gugup Yoona memanggil Donghae untuk mendapatkan kembali perhatiannya.

“Ah, nde?”

“Wae? Apa ada yang salah denganku?” Yoona merasa senang ketika Donghae menatapnya seperti itu, tetapi dia juga takut kalau-kalau Donghae menatapnya karena ada yang salah dengan dirinya.

“T-tidak ada. Tentu saja tidak ada.” Donghae kembali sadar ketika Yoona memanggilnya.

“Aku harap kita bisa bekerja sama dengan baik.” Yoona mengulurkan tangannya ke arah Donghae, sedangkan Donghae tetap menatap wajah Yoona yang tengah tersenyum padanya.

“Ah! Iya, aku harap juga begitu.” Setelah sadar dari lamunannya, Donghae membalas uluran tangan Yoona dan tersenyum padanya.

****

Yoona tersenyum mengingat pertemuan pertamanya dengan Donghae setelah mereka berdua sempat berpisah ketika Donghae harus pergi ke Amerika untuk melanjutkan studi nya. Sekarang, dia benar-benar merindukan suaminya itu.

“Apakah setiap pengantin baru merasakan ini juga? Belum lima menit Donghae pergi, aku sudah benar-benar rindu padanya. Hah, ada apa denganku?” Yoona kemudian memutuskan untuk membereskan barangnya di kamar.

****

Semua orang yang berpapasan dengan Donghae dengan balutan jasnya itu segera membungkukkan badan mereka dan memberi salam selamat pagi padanya. Dan beberapa dari mereka memberikan ucapan selamat atas pernikahannya yang dibalas ucapan terima kasih oleh Donghae .

“Ini dia orang yang kita nantikan! Selamat pagi, direktur Lee.” Ucap Eunhyuk dan Heechul yang tengah duduk di sofa ruangan Donghae.

“Apa yang membuat kalian berdua berada di sini?” Tanya Donghae pada kedua sahabatnya itu.

“Kami hanya mau menyambutmu. Wajar, kau kan baru menikah.”

“Lalu, apa hubungannya dengan datang di pagi hari ke kantor ku dan aku yang baru menikah?” Tanya Donghae sambil menyimpan tas kerjanya lalu menatap kedua sahabatnya lagi.

“Aish, coba kau lihat muka polosnya, hyuk.” Heechul menyenggol Eunhyuk yang ada di sampingnya.

“Aigoo, Donghae, wajahmu terlihat sangat lesu. Apa kau kelelahan setelah ‘aktivitas’ mu semalam?” Eunhyuk menaik-naikkan alisnya disertai senyuman jahilnya.

“Bagaimana perasaanmu? Apa kalian berdua melakukannya semalaman? Whoa!”

“Yah, apa yang kalian berdua bicarakan?!”

“Itu…masa kau tidak mengerti apa yang kami bicarakan?”

“Sudahlah, Hae. Aku tahu kau mengerti apa yang kami bicarakan.”

“Bukankah aneh kalau aku membicarakan tentang itu pada kalian berdua?”

“Aneh apanya? Kita semua ini kan pria. Akan aneh jika kau menceritakannya pada Taeyeon atau Yuri.”

“Kita tidak melakukannya semalam. Kalian puas?” Ucap Donghae lalu berjalan ke arah kursi kerjanya dan duduk disana.

“Mwo?!” Seru Eunhyuk dan Heechul bersamaan.

“Yah, Hae, jangan bohong. Aku sudah sering menceritakan masalah seperti ini padamu dan juga yang lain. Jangan malu untuk menceritakannya pada kami.” Ucap Heechul dengan terus memaksa Donghae.

“Aku tidak bohong. Yoona dan aku tidak melakukan malam pertama kami seperti halnya pengantin baru.”

“Mengapa kalian tidak melakukannya?”

“Karena Yoona belum siap.”

“Hae, semua wanita akan mengucapkan itu ketika mereka merasa gugup untuk melakukannya. Coba kau beri Yoona sedikit kenikmatan ketika kau hendak melakukannya. Lama kelamaan, Yoona akan tergoda dengan permainanmu dan tanpa dia sadari, dia sudah masuk ke dalam permainanmu.” Ucap Eunhyuk yang sudah terdengar seperti ahli dengan masalah seperti ini.

“Betul apa yang dikatakan oleh Eunhyuk. Yoona hanya merasa gugup karena ini kali pertama dia melakukannya denganmu. Coba beri dia sentuhan yang mungkin akan membuatnya bergairah.”

“Sudahlah, aku menghormati dia sebagai wanita. Jadi, aku akan menunggunya sampai dia benar-benar siap untuk berhubungan intim denganku.”

“Baiklah, kalau itu yang kau mau, tuan Lee.”

“Kau tahu, aku sangat suka dengan sikapmu seperti ini. Kau bersikap seperti laki-laki sejati.” Donghae tersenyum singkat mendengar Heechul berkata seperti itu.

“Kami pergi dulu. Selamat bekerja, direktur Lee.” Kedua sahabatnya pun pamit lalu keluar meninggalkan ruangan Donghae. Sepeninggal kedua sahabatnya, Donghae menyandarkan tubuhnya lalu menutup kedua matanya.

“Aku akan menunggunya. Ya, aku akan menunggunya.”

****

“Hah, lelah sekali!” Yoona menjatuhkan dirinya pada tempat tidur miliknya dan Donghae. Setelah memasukkan semua pakaiannya dan juga milik Donghae, Yoona berniat untuk menaruh beberapa foto di ruang keluarga.

“Hmm, foto pernikahan akan aku taruh dimana nanti? Apa sebaiknya di ruang keluarga saja? Atau disini?” Yoona segera beranjak dari tempat tidur lalu membawa sebuah box yang berisi beberapa frame foto dan berjalan menuju lantai bawah.

“Aigoo,berat sekali kardus ini!” Yoona segera mengeluarkan satu per satu frame foto lalu menyusunnya pada sebuah meja yang berada di ruang keluarga. Ketika Yoona sedang menyusun foto-fotonya, terdengar suara barang terjatuh di dapur yang sukses membuat Yoona kaget. Karena penasaran, Yoona menghampiri asal suara tersebut. Ketika dia sampai di dapur, dia menemukan sebuah pisau berada di lantai.

“Mengapa ini bisa jatuh? Apa ada tikus? Itu tidak mungkin. Kucing?” Yoona melihat ke sekitarnya dan tidak mendapati seekor kucing.

“Atau angin? Tapi angin tidak mungkin membuat sebuah pisau terjatuh.” Setelah disadari, seluruh jendela di rumahnya tidak ada satupun yang terbuka. Yoona merasa sedikit takut, tetapi dia mencoba menepis rasa itu lalu menaruh pisau itu ke tempat yang lebih aman, lalu dia kembali ke aktivitasnya.

****

Setelah selesai melakukan beberapa hal, Yoona memutuskan untuk mandi. Sebelum dia memasuki kamar mandi, dia sedikit ragu, tetapi dia berusaha untuk meyakinkan dirinya sendiri kalau tidak ada apa-apa di dalam kamar mandi. Akhirnya Yoona pun mandi.

****

“Jongsuk-ah, aku mau kau mewakili aku di rapat nanti.”

“Ta-tapi, hari ini banyak pertemuan penting yang harus kau hadiri.”

“Aku tidak peduli. Aku mempercayakan semuanya padamu.”

“Memangnya kau mau kemana, direktur?”

“Aku mau pulang lebih awal. Aku sudah janji pada Yoona.”

“Ah, begitu rupanya. Baik! Aku akan menggantikanmu.” Seru Jongsuk sambil memberi hormat pada Donghae.

“Aish, ada apa dengannya?” Donghae bergumam pelan melihat tingkah laku Jongsuk yang aneh.

“Apa kau mengatakan sesuatu, pak direktur?” Tanya Jongsuk.

“Tidak. Sudah, aku pergi dulu.”

“Nde!” Donghae hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan asistennya itu.

****

Yoona terlihat sibuk mencari baju sambil masih memakai kimono mandinya. Entah kenapa, sedari tadi Yoona merasa ada sesuatu di belakangnya, tetapi Yoona tidak berani untuk melihat ke belakang. Dia terus mencari baju untuk dia pakai. Tiba-tiba, ketika dia sedang berjinjit, mencoba untuk mengambil bajunya di bagian atas, sesuatu memeluknya dari belakang dan dia pun mengeluarkan teriakannya yang cukup kencang itu.

“Aaaa! Lepaskan! Lepaskan aku!” Yoona mencoba melepaskan kedua tangan kekar yang sedang memeluk pinggangnya itu.

“Yoona! Yoona, ini aku! Ini aku, Donghae.” Donghae berusaha membalikkan badan Yoona supaya menghadapnya. Ketika sudah berada di hadapan Donghae, Donghae melihat Yoona yang sedang menutup kedua matanya sambil terus mencoba melepaskan tangannya dari tangan Donghae.

“Hey, Yoona, ini aku Donghae.” Mencoba membuat Yoona tenang, Donghae berbicara dengan nada yang lembut dan sedikit melonggarkan pegangannya pada kedua tangan Yoona. Perlakuan Donghae sukses membuat Yoona tenang dan membuka kedua matanya.

“O-oppa?”

“Iya, ini aku, sayang.”

“Kau membuatku kaget, oppa! Kau selalu berbuat seperti itu! Kau tahu aku benar-benar takut tadi! Kau menyebalkan! Kau benar-benar menyebalkan!” Yoona berusaha mengeluarkan rasa takutnya tadi dengan terus berteriak dan memukul dada Donghae.

“Hey, hey, aku minta maaf, sayang. Aku tidak tahu kalau kau akan sangat terkejut seperti ini. Aku minta maaf.” Ucap Donghae yang berusaha untuk menghentikan pukulan demi pukulan yang dilayangkan Yoona padanya.

“Aku benar-benar takut tadi.”

“Kenapa kau takut, mmm?” Donghae mengelus pipi Yoona dengan lembut.

“Sudah, lupakan saja, oppa. Aku lihat kau menepati janjimu untuk pulang lebih awal.” Sekarang Yoona sudah lebih tenang dari sebelumnya dan dia segera melonggarkan dasi Donghae.

“Aku selalu menepati janjiku, Yoong.” Donghae menarik pinggang Yoona agar lebih dekat dengannya.

“Berarti kita jadi belanja, kan?”

“Tentu saja.” Ucap Donghae sambil tersenyum manis pada istrinya itu.

“Baiklah, aku siap-siap dulu, oppa!”

“Aku tunggu kau di bawah.”

****

“Kajja, oppa!” Seru Yoona pada Donghae yang sedang duduk di sofa sambil berbicara di telpon.

“Aku tidak mau tahu, tapi dia harus mengerjakannya sesuai dengan deadline yang telah kita putuskan, dan juga putuskan sekarang mengenai proyek pembangunan hotel di Gangnam. Aku akan menelpon mu lagi.” Donghae memutuskan sambungan telpon ketika Yoona tiba-tiba datang dari arah belakangnya.

“Kau sibuk, oppa?”

“Tidak, aku sudah menyerahkan semua urusan hari ini kepada Jongsuk.”

“Berarti kau sedang sibuk? Lantas mengapa kau pulang lebih awal? Aku bilang kan kalau kau sibuk kau tidak usah pulang cepat, selesaikan urusanmu dulu di kantor.”

“Tidak usah dipikirkan, Yoong. Yang penting sekarang, kita jadi belanja atau tidak?” Yoona hanya menggangukan kepalanya sambil memutarkan bola matanya kesana kemari.

“Bagus, kalau begitu kita berangkat sekarang.”

****

Di sebuah pusat perbelanjaan, terlihat sepasang suami istri sedang mendorong troli bersamaan sambil tertawa dan menggoda satu sama lain. Orang-orang yang melihat mereka pasti akan merasa iri oleh kemesraan mereka. Sesekali Yoona mengambil beberapa bahan makanan dan menaruhnya di troli belanjaan. Dia juga mengambil semua makanan yang dia suka dan dengan santai menaruhnya ke dalam troli belanja yang didorong oleh Donghae. Sedangkan Donghae yang melihat tingkah laku istrinya itu hanya bisa tertawa kecil dan sesekali tersenyum.

“Aku rasa sudah semua, oppa.”

“Sudah? Baiklah, kita bayar.” Kemudian mereka berdua pun berjalan bersama ke tempat pembayaran. Setelah di total semua, Donghae mengeluarkan kartu untuk membayar semua belanjaan. Setelah selesai diproses, mereka mengambil barang belanjaan mereka. Ketika Yoona hendak mengambil satu kantung belanjaan, Donghae segera mengambilnya dari tangan Yoona.

“Biar aku saja yang membawa semuanya.” Yoona tersenyum oleh hal yang mungkin menurut beberapa wanita di luar sana sepele, tapi baginya itu merupakan hal yang sangat manis.

Mereka berdua pun berjalan beriringan sampai ke mobil mereka.

****

To be continue…

62 thoughts on “The Grudge (Chapter 1)

  1. horor kah…!? knp dia sprt meneror yoona..!? pnsran sosok misterius yg d Liat yoona…? dtnggu part sLnjut’y

  2. the grudge? Berarti ttg dendam seseorang ya?
    Oiya itu rumah baru punya mreka emang udh brhantu?
    Next chapter kalo bisa lebih horror lagi ya wkwkwk 😀

  3. horror, itu hantunya mungkin kekasihnya donghae dulu yak? *soktau><
    penasaran! Next chap ditunggu thor!^^

  4. Masih penasaran sama hantu yg ada di rumah baru YoonHae , kya nya hantu nya punya dendam sama Yoona , cerita nya beda dari ff lainnya , baru nemu ff yg horor ya walaupun baca nya agak takut sih .
    DAEBAKK..

    Dilanjut chapter berikut nya ya thor..
    Kalo bisa chapter berikut nya lebih romantis lg ^_^

    Suka bgt sama Haeppa yg sweet ke Yoona
    Semoga nantinya ♥YoonHae♥ ga terpisahkan

  5. itu yang jadi hantu sapa ya??
    kasian kalo sampek ngeganggu hubungan yoona eonnie sama donghae oppa

  6. dilanjut dong eonnie! X-(
    penasaran banget sama hantunya!
    ohya aku suka deh pas bagian yoonhae ngobrol2 sama temen2nya sehabis resepsi! feel sahabat akrabnya kerasa banget :3 aku juga seneng ada TaeTeuk disini :3

  7. Apakah sosok wanita dengan gaun lusuh itu mantannya donghae? Seram tapi bikin penasaran.

Komentarmu?