Your Punishment; Love Me! (Chapter 2)

tumblr_n1y9jjqqIq1rlk492o1_500

Tittle : Your Punishment : Love Me! Chapter 2

Author : Ester Lee

Cast : Im Yoona, Lee Donghae

Genre : Romance

Chategory : Chapter

Lenght : 6000 + words

Nyeong readers!! thanks for reading RCL 🙂

Synopsis :

“kupikir kau akan menangis setelah kejadian tadi…”

“kau pikir aku anak kecil..”potong Yoona “ngomong-ngomong terimakasih sudah membawa ku pergi, meskipun sebenarnya kau tak perlu mengatakan aku kekasihmu, bagaimanapun terimakasih”

Donghae menatap Yoona dengan mata disipitkan, “apa golongan darahmu AB?” kata Donghae tiba-tiba.

“mwo?….” Yoona mengertutkan dahi, apa hubunganya dengan golongan darah dan mulai kapan pembicaraanya dan Donghae berubah arah.

“kudengar golongan darah AB berkepribadian ganda,,,”

“mwo! jadi kau mau mengatakan aku memiliki dua kepribadian?” Yoona balas bertanya dengan nada jengkel.

“sepertinya aku tidak salah dengar…” sahut Donghae,

Yoona POV

“aku Pergi dulu…” pamitku kesal. Bagaimana mungkin ada orang seperti dia didunia ini. Sudah bagus aku mengantar ponselnya lalu dia masih bertanya apakah ia harus mengucapkan termikasih. Ah…Cham! anak kecil saja tau bagaimana caranya berterimakasih.

Tepat saat aku membalik badan siap melangkah, Donghae tiba-tiba menarikku kedalam pelukanya tanpa bisa kuhindari dan seluruh tubuhku sudah masuk kedalam pelukanya beberapa saat kemudian. aku tersentak dan berniat mendorongnya keras, namun semua kekuatanku tiba-tiba lenyap saat sebuah bisikan merasuki pendengaranku,

“Aku merindukanmu…..” ucapnya Lembut. Apa aku tidak salah dengar? tidak itu bukanlah bisikan itu adalah kata-kata terhalus donghae yang pernah kudengar. Dan sesuatu yang aneh itu kurasakan lagi. Rasanya seperti detik jarum jang yang seketika berhenti dan semuanya menjadi hening hanya suara namja ini yang bisa kudengar.

Donghae melepaskan pelukanya tapi terus melihat kebalik bahuku. Aku mengikuti arah pandangnya dan mendapati seorang Yeoja memandang kerah kami dengan tatapan nanar. Dia adalah gadis itu gadis dalam Ponselnya. Ada apa sebenarnya?

Mulutku membisu aku ingin menjelaskan apa yang baru saja terjadi padanya tapi donghae malah menggenggam tanganku erat seolah memberiku aba-aba untuk tidak mengatakan apapun. Aku menutup mulutku yang sudah terbuka dan beralih menatap kaca besar dibelakang Donghae tak ingin terlibat dengan masalah yang sama sekali tak kumengerti.

‘deg’

dan jantungku seolah berhenti berdetak saat ini juga, jarum jam yang sempat kurasakan berhenti kini bergulir begitu cepat. Disana, di balik bahu Donghae dari kaca besar yang membatasi caffe dengan dunia luar aku melihat Nikhun Oppa menatapku dengan tatapan yang sulit kuaratikan, tatapan itu tatapan seperti itulah yang selalu terekam sangat baik dalam otakku, sepersekian detik kemudian semuanya menjadi nyeri rasa sakit itu masih membias jelas dalam hatiku, tanpa Pikir panjang aku menarik tubuh namja bernama Lee Donghae kedalam pelukanku.

“Aku lebih merindukanmu Oppa……” lirihku bukan untuknya tapi untuk namja yang pernah menempati tempat tertinggi dihatiku. Namja yang saat ini melihatku dibalik kaca besar itu.  Donghae tak bereaksi, ia membiarkan pelukanku yang begitu mendadak. Beberapa saat kemudian Ia melepaskan pelukanku lalu menarik tangan kananku keluar caffe tak dihiraukanya gadis dengan air mata mengepul dipelupuk matanya. Diluar caffe Donghae bertemu nikhun Oppa mereka bertatapan sesaat sebelum Donghae menyeretku masuk kedalam mobilnya.

Mobil Donghae berhenti diarea parkir kampus, namun tak satupun dari kami yang bergerak aku masih sibuk dengan pikiranku begitu juga Donghae. sedari tadi kami saling menutup mulut rapat. Tak ingin sesuatu yang lain keluar dari mulut kami. Terlebih, aku masih syok dengan pelukan Donghae yang tiba-tiba itu. dan jika boleh kutebak ia juga shock dengan yang kulakukan.

“kau tidak turun?” tanya Donghae lalu membuka pintu disampingnya.

“oh… aku akan turun” jawab ku ikut membuka pintu mobi miliknya.

“anggaplah tidak terjadi apa-apa hari ini” kata Donghae.

“ck! Memang kau pikir ada apa?”

“baiklah….tapi, kenapa kau juga memelukku? Jangan bilang kau mencari kesempatan!”

“Mworageo???!! Aishhh!!! Lupakan saja!”sahutku kesal, lalu kubuka pintu mobilnya dengan satu sentakan keras.

“yaaa!!! Apa yang kau lakukan…”pekik Donghae dari dalam mobilnya.

“bawalah otakmu itu ke dokter, sepertinya kau perlu memeriksakanya. Sa jang nim?”balasku dengan penuh penekanan pada kata Sajangnim. Lalu cepat melangkah meninggalkan namja menyebalkan itu, Apa dia idiot? Jelas-jelas ia bertemu dengan Nikhun Oppa didepan caffe haruskah aku masih menjelaskan kenapa kau memeluknya atau dia memang tidak tau aissshhh haruskah aku menjelaskanya hufftt!. Keundaeee…. ada apa sebenarnya dengan Donghae dan gadis itu? Bukankah Donghae masih menjadikan fotonya sebagai layar HomeScreen?  Kalau Donghae dan gadis itu masih ada hubungan bukannkah itu artinya aku sebagai orang ketiga? Aissssshhhh!!! Yoona Pabbo!!

***

Normal POV

Pagi-pagi sekali Yoona dan kristal sudah memasasuki minimarket diseberang apartemen mereka. Hari Minggu yang cerah ini Yoona dan Kristal akan memsak bersama. Entah sejak kapan kebiasan itu mereka lakukan yang jelas ini pertama kalinya Yoona menerima permintaan kristal untuk memasak diapartemen kristal. Sebelumnya Yoona selalu menolak dengan banyak cara, padahal Yoona hanya merasa tidak nyaman dengan kakak laki-laki gadis itu. Ia sangat tidak menyukai suatu kecanggungan dan itu akan terjadi jika ia memasak ditempat kristal dan bertemu namja itu. Hari ini entah kenapa Yoona menjadi lunak dengan pemikiranya sendiri dan akhirnya menerima ajakan Kristal.

“Unnie, sudah unnie pikirkan apa yang akan kita masak hari ini?”

Yoona mengalihkan pandangan dari rak panjang di minimarket kearah kristal. Ia tampak berpikir sejenak “emmmm…kau ingin kita makan apa?” tanya Yoona.

“eemmmm…hari ini aku sedang tak ingin makan masakan Korea unnie, Unnie ada ide?”

“bukan masakan korea lalu……” Yoona menggigit bibir bawahnya, ia sudah terbiasa dengan masakan korea tapi untuk masakan selain masakan korea tidak banyak yang Yoona tau. Apa lagi menu untuk pagi hari. Yoona teringat masakan Indonesia yang pernah ia masak bersama Alissya, Alissya adalah Orang Indonesia yang dikenalnya saat Sekolah menengah kedua. Dulu mereka sangat dekat hingga Alissya akhirnya kembali ke Indonesia karena Orang Tuanya kembali dipindah kerjakan disana.

“ bagai mana kalau Nasi  Goreng ( dalam bahasa indonesia)?”

“mwo?? Na…Nasi Guu leng?”

Yoona tertawa kecil mendengar cara pelafalan kristal.

“hahaha ne Nasi Gooreng” Yoona melafalkan lagi dengan lebih pelan.

“ahhh molla Unnie sulit. Lalu apa yang kita butuhkan untuk itu?”

“tenang saja aku sudah mencatatnya” Yoona tersenyum dengan sebelah tangan mengangkat Ponsel smartphonenya.

Kristal ikut tersenyum lalu mulai sibuk mencari bahan yang tercatat dalam ponsel Yoona.

‘bib bibibb biib biiiib‘

Pintu apartemen Kristal terbuka,

“kajja Unnie!”panggilnya pada Yoona

“nde,,,,” Yoona mengekor dibelakang kristal sampai didapur dan meletakkan semua hasil belanjaanya dimeja.

“Apa Oppa belum bangun?” gumam Kristal.

Yoona diam ia tau pertanyaan itu bukan untuknya. Ia mulai memperhatikan sekeliling Apartemen kristal tampak rapi, perabot dan dekorasinya sangat cantik meskipun tak terlalu banyak barang didalamnya.

“unnie sepertinya Oppa belum bangun, aku bangunkan dulu…tidak biasanya Oppa bangun sesiang ini” kata kristal lalu setelah mendengar jawaban iya dari Yoona, kristal memasuki sebuah pintu dari ketiga pintu yang letaknya berjauhan. Apartemen kristal memiliki bentuk yang sama persis dengan apartemanya.

“oppa!!” panggil Kristal pelan didepan pintu kamar Donghae.

“Oppa” panggilnya lagi perlahan membuka pintu kamar kakaknya.

“obseo….” kata kristal lagi menemukan kamar kakanya sudah tertata rapi sementara pemilik kamarnya tidak ada ditempat.

Kristal lalu berjalan menuju Ruang kerja Donghae disudut ruangan. perlahan kristal membuka pintu dihadapanya dan menemukan Donghae tertidur dimeja kerja.

 

Kristal POV

Aku tidak terkejut menemukan Donghae Oppa tertidur dimeja kerjanya hal itu sudah biasa kulihat. Tapi kali ini Donghae Oppa terlihat berantaka sangat berantakan dan bau alkohol memenuhi ruangan kerjanya yang tidak terlalu besar ini. Mungkin semalam Donghae oppa keluar setelah aku tertidur?

Aku melangkah lebih dekat, dengan nyenyaknya Donghae Oppa tertidur dalam posisi duduk dan setengah badanya bertumpu pada meja dengan posisi membelakangiku. Aku tertegun melihat foto ditanganya, foto Donghae Oppa dengan wanita itu. Seketika hatiku langsung perih mengingatnya. Mengingat saat donghae oppa terjatuh setelah kepergian wanita itu, shierreo!! Sampai kapanpun aku tidak ingin melihat wanita itu lagi aku sangat membencinya. Tidak juga dengan Donghae Oppa aku tidak akan membiarkan Wanita jahat itu masuk lagi dalam kehidupanya.

“Apa yang kau lakukan?”

Tanya Donghae Oppa entah sejak kapan Ia terbangun dan sudah memutar kursinya kearahku.

“apa yang oppa lakukan?” kataku balik bertanya.

Donghae Oppa mengusap wajah dengan kedua tanganya berusaha mengembalikan kesadaranya.

“kenapa Oppa sangat berantakan? Kenapa sangat bau alkohol? Dan kenapa ada foto wanita itu!!”tanyaku bertubi-tubi.

Donghae Oppa salah tingkah dengan, ia menoleh cepat kearah foto ditanganya dan memasukan foto itu dengan sangat cepat kedalam laci meja kerjanya.

“ Oppa Gwaenchana……hanya tak sengaja melihatnya semalam” jawab Donghae Oppa asal, Ia tak berani maenatap mataku itu artinya dia berbohong.

“apa wanita itu kembali?!”tebakku geram.

“aniyeo… bukan begitu Soo Jung-ah. Oppa hanya….”

“cukup Oppa, aku tidak mau mendengar apapun tentang dia!”

Dengan kesal ku tinggalkan Donghae Oppa diruang kerjanya. Aku kesal dan aku mogok masak untuk hari ini biar saja ia memakan makanan instan. Bisa-bisanya oppa mengingat lagi wanita itu sekarang disaat Oppa membutuhkan ketenangan untuk melupakan Appa. Kenapa dia kembali.

“Kristal dengarkan Oppa……” panggil donghae oppa. tapi tak kuhiraukan.

 

Normal POV

Yoona tengah asik memotong daun bawang saat tiba-tiba Kristal menarik tanganya keluar dan meminta Yoona membawanya masuk kedalam apartemen miliknya.

“Wae geurae?” tanya Yoona setelah mereka duduk sofa empuk milik Yoona.

“aishhh! Kenapa oppa masih menyimpan foto wanita itu” suara kristal terdengar frustasi, Yoona hanya menautkan kedualisnya merespon perkataan tetangganya itu.

“tidak bisa kah wanita itu pergi dari kehidupan Oppaku!!” rutuk kristal lagi seolah wanita yang dimaksudnya berada dihadapanya sekarang.

Yoona hanya membiarkannya. Ia hanya terus menatap tanpa tau harus bagaimana.

Kristal melirik Yoona yang melihat keaerahnya dengan tatapan tak mengerti. ia mengubah ekspresi kesalnya menjadi memelas. Ia sadar tak seharusnya mengatakan apa yang tidak Yoona mengerti.

“waktu ituu…..” lirihnya lalu menarik napas panjang “ aku masih disekolah dasar….saat Oppa menegnal wanita itu…..”

Flashback

Normal POV

“yak Lee Donghae…” Panggil Yun Hoo sambil menyikut lengan hoobaenya. Sementara Lee donghae namja yang berdiri disampinya terus saja memandang takjub pada sosok yeoja dihadapan Jun Hoo.

“Anyeong Jessica-sshi….”Jun hoo tersenyum tulus disambut senyum dan bungkukan badan gadis dihadapanya.

“Anyeong sunbae….” balasnya Ramah.

Sementara Donghae masih terpaku pada posisinya tak sedikitpun namja itu bergerak mungkin berkedip saja tidak. Jessica adalah gadis yang diincarnya sejak pertama kali ia Donghae melihatnya. Donghae tak henti-hentinya memuja kecantikan jessica, hingga membuat Jun Hoo jengah dan berinisiatif mengenalkan lee Donghae secara Langsung dengan Jessica yang bernotaben sebagai adik tingkatnya, itu artinya Jessica setahun lebih muda dari Donghae dan dua tahun lebih muda dari Yun hoo.

“hae-ah bicaralah, atau dia akan segera pergi” bisik jun Hoo tepat ditelinga donghae, yang lantas memaksa Donghae mengalihkan pemandangan dari keindahan dihadapnya kearah Yun Hoo.

“palliwa!” bisik Yun Hoo lagi.

“aku…..” Jessica melirik jam dilayar ponsel yang digenggamnya “ sepetinya bel akan berbunyi sebentar lagi… aku”

“ Lee Donghae Imnida “ kata Donghae cepat dengan suara tertahan.

Jessica menoleh kearah Donghae lalu tersenyum dan membungkukan badan. “Jessie, kau bisa memanggilku seperti Itu Sunbae” balas Jessica, sungguh senyum diwajah gadis itu membekukan Donghae. Ia hanya diam dan menatap punggung gadis yang perlahan menjauh.

Semenjak itu hubunganya dan Jessica berjalan mulus, Donghae beruntung gadis yang diincarnya itu juga memiliki perasaan yang sama denganya. Dan 2 bulan sejak perkenalan itu Donghae dan Jessica resmi menjadi kekasih. Banyak memori indah disana, mereka akan menghabiskan banyak waktu bersama, terkadang Jessica meminta Donghae untuk mengajak Kristal hingga Ia dan kristal menjadi sangat dekat.  Hubungan mereka terus berlanjut hingga kejenjang kuliah, saat itulalah masalah mula mengusik hubunganya dan Jessica.  Kekasihnya itu berubah drastis, dari yang awalnya penuh perhatian menjadi acuh seolah tak membutuhkanya lagi. Dan kenyataan itu semakin parah saat Donghae menyelesaikan S2 nya dan Jessica memutuskan pergi ke California tempat kelahiranya, yang meyakitkan disini Jessica tak pergi sendiri, melainkan bersama Laki-laki bernama Taecyeon. Laki-laki itu yang berhasil memalingkan hati jessica dari Donghae.

Flashback END

penggalan lagu electric Shock terdengar nyaring-

Yoona dan Kristal menoleh bersamaan mencari asal suara itu, sesaat kemudian kristal merogoh kantong sweaternya dan mengeluarkan benda kotak pink yang tak lain adalah ponselnya. Kristal mendengus, lalu menggeser kasar icon berwarna merah diponselnya.

“aku tidak akan menerimanya…” gumam kristal, sungguh melihat sifat keras seperti itu Yoona seolah melihat gambaran dirinya. Dirinya yang begitu keras kepala.

“Oppamu?” tanya Yoona hati-hati.

“nde, biar saja aku kesal!!”

Yoona tersenyum samar, “kau harus membicarakanya dengan Oppamu” saran Yoona “setidaknya kau harus mendengarkan alsanya lebih dulu, mungkin tak seperti yang kau pikirkan “ kata Yoona mencoba menenangkan gadis disampingnya.

Kristal mengerucutkan bibirnya, ia tak menjawab namun ia mendengar jelas perkataan Yoona, dan akal sehatnya mulai menerima saran gadis itu.

“hanya marah seperti ini tak akan berguna, bicarakan, meskipun sulit itu lebih baik Than not at All” imbuh Yoona. sebelah tanganya terangkat menyentuh bahu kristal, seolah memberi ketegaran pada gadis itu.

“arraseyeo…” jawab kristal lemah “aku terlalu marah tadi, aku akan mengajak Oppa bicara”lanjutnya.

Yoona kembali tersenyum, ternyata gadis itu tak sekeras kepala yang ia pikirkan. Sementara itu pintu kamar Taemin terbuka, dan namja itu keluar begitu saja. Ia sudah tak peduli dengan kehadiran kristal baginya sudah biasa kedua wanita itu dirumahnya saat hari minggu dan merecoki kehidupanya yang memang tak pernah damai karena nunnanya yang begitu cerewet. Taemin berjalan pelan kearah kulkas, diliknya dua wanita itu sekali lagi ia sedikit memicingkan mata melihat cairan berwarna merah mengalir di jari telukjuk Yoona.

“Noonnaa…tanganmu berdarah…” kata Taemin, kedua gadis itu sontak menoleh dkearahnya, setelah berhasil mencerna perkataan Taemin kedua wanita itu kembali saling bertatapan. Kristal menoleh cepat kearah tangan Yoona yang tak menyentuh pundaknya.

“tangan Unnie berdarah,,,” ucap kristal panik,

Yoona mengangkat jari telunjuk setinggi wajahnya “oh,,kenapa aku tak merasakanya..tak apa. aku akan membalutnya”

“ini salahku…” sahut kristal “aku yang menarikmu Unnie..”

“aniyeo, gwaenchana…”

“Aniyeo…aniyeo,,,aku yang akan mengobatinya…Dimana letak kotak obatnya?” Kristal beranjak dan memperhatikan sekeliling aparteman Yoona.

“sebenarnya aku membawa kotak obat kita kesekolah Nunna. Lalau aku lupa membawanya pulang” Kata Taemin dengan kepala dimiringkan.

“Yaa,,, Oppa…bagaimana kau bisa melupakanya” sahut Kristal “Tunggu aku akan mengambilnya” belum sempat Yoona menjawab perkataan Kristal Gadis itu sudah lebih dulu melesat dan dengan tergesa-gesa memasuki Apartemenya.

Donghae menoleh Cepat saat pintu Apartemenya terbuka dan menampakkan sosok Kristal disana, namun Gadis itu tak peduli Ia hanya melirik tajam kearah Donghae lalu melewatinya begitu saja. Donghae tak bergerak, Ia hanya menatap frustasi adik kesanyanganya itu. Donghae tau Ia salah, bagaimanapun Ia sudah berjanji pada Kristal untuk tidak mengingat wanita itu lagi, setidaknya tidak menunjukan dihadapan Kristal apa yang sebenarnya ia rasakan. Namun tak semudah itu baginya, kembalinya gadis itu merupakan guncangan dari tameng yang selama ini dibangunya, dan itulah yang membuatnya mabuk semalam.

“kita belum selesai!” kata Kristal, entah sejak kapan gadis itu sudah berdiri dihadapanya dan menatap tajam kearah Donghae” Aku sudah membuang semua tentang wanita itu, dan aku tak habis pikir Oppa masih menyembunyikan yang lain dariku”

“soo jung-ah,,,”panggil Donghae pelan “apa yang akan kau lakukan dengan kotak itu”Donghae menunjuk kotak obat ditangan kiri Kristal.

“mwo?!” dengus Kristal sebal “jangan mengalihkan pembicaraan Oppa! sudahlah aku pergi dulu. aku membuat tetangga kita Terluka, jarinya tergores pisau saat aku menariknya keluar. dan semua itu karena Oppa!” kalimat panjang itu keluar begitu saja dari mulut kristal, lalu membanting pintu apartemanya cukup keras. Membuat Donghae sedikit bergidik memperhatikan tingkahnya.

“sepertinya dia sangat mirip denganku saat marah…” Gumam Donghae, lalu beranjak dengan malas dari kursinya. Donghae sangat menyayangi Kristal, sementara gadis Itu sangat membenci Jessica wanita yang sangat Dicintainya. Donghae tak pernah menentagnya ia tau kristal punya alasan kuat untuk itu.

***

Yoona POV

Oke, hari minggu yang begitu berharga ini akhirnya berakhir seperti ini. Saat tiba-tiba Temanku Sunny menelpon dan meminta untuk menggantikan. Ya, seharusnya aku bekerja malam setiap hari minggu, namun karena temanku itu tak bisa datang dan tak ada seorangpun yang bersedia menggantikanya selain aku jadi aku jadilah seperti ini. Dan acara masak-memasak dengan Kristalpun akhirnya batal, selain karena pekerjaanku yang mendadak juga karena gadis itu sudah kehilangan Moodnya Untuk menyentuh perlatan dapur, Ia berkata padaku Ingin menghabisi kakanya. aku tak bisa membayangkan apa yang akan gadis itu lakukan. Sebenarnya aku sedikit terkejut saat pagi tadi Ia berteriak begitu keras dan menarikku begitu saja. Tapi setelah memahami semua yang diceritakan Kristal, aku mulai mengerti karena pada dasarnya Ia dan Taemin sama. Apa yang gadis itu lakukan pernah Taemin lakukan padaku, dan itu wajar. Hey! Tak ada satupun yang merelakan Saudaranya terluka bahkan hewan sekalipun.

‘Klintiiing’

Bunyi lonceng kecil yang tergantung dipintu Cafe berbunyi, dan berhasil membuyarkan lamunanku. Seorang namja dengan kaos Putih dan buku tebal ditangan kananya memasuki Cafe, namja itu langsung menatap Lurus kearahku, bejalan bagai robot dan atak sedikitpun ada lengkungan senyum dibibirnya,selalu seperti itu. tau yang kumaksud? Sudah pasti! Siapa lagi selaian si pembawa sial itu, Lee Donghae.

“Osseo, Osseyeo…” Sapaku ramah, meskipun dalam hatiku ingin sekali mengusirnya.

Ia hanya menatapku dingin lalu menyodorkan beberapa Uang won padaku “Chocochino Hangat” katanya tanpa banyak bicara lagi. Ia bahkan tak benar-benar menyodorkan Uangnya padaku, hanya meletakkan begitu saja disebelah mesin Billing. Ini aneh biasanya ia akan lebih dulu mengumpatku, lalu saat aku balas mengumpatnya ia akan mengancam memberiku nilai D.

“Nde Pelanggan Pesanan anda akan segera kami antar..” sahut kudengan nada ceria, hanya pura-pura. Mana mungkin aku bisa bahagia saat kesialanku selalu menyertai laki-laki itu dan bisa menimpaku kapan saja. Donghae itu tak menjawab hanya berjalan santai menuju meja disudut ruangan, meja dengan dua kursi yang menghadap jendela besar yang menampakan hiruk pikuk kota Seoul.

“aku lagi?” Protesku, ini keterlaluan bagai mana mungkin setiap laki-laki itu membeli minuman akulah yang harus membuatkanya.”kalian hanya perlu mengembalikan pengaturan mesin ke standart mode Dan hanya berjalan sesantai mungkin kearahnya, seolah benar-benar membuat Kopi spesial seperti permintaanya. Bukankah aku sudah mengatakan ini berkali-kali” lanjutku jengkel. Sungguh aku tak bisa menerimanya lagi, tak hanya sekali laki-laki itu datang dan selalu aku yang membuat pesananya ayolah aku bukan Cheff bukan juga barista tugasku hanya menjaga mesin Billing dan membersihkan kaca-kaca besar itu.

“Tolonglah Yoona-sshi,,” pinta wanita itu lagi, Ia terlihat sangat frustasi. hanya membuatkan minum membuatnya frustasi bagaimana denganku,

“ah,,, arraseo arraseo”

“Huaa gamshamnida Yoona-sshi, aku akan menggantikan tugasmu” Hara tersenyum senang dan bergerak cepat menuju mesin Billing. Ahh Stresss!! Kenapa Donghae tak mencari tempat lain saja, dan kenapa juga ia harus menyukai Chocochino di Caffe ini. Astaga apa perlu aku yang berhenti agar tak bertemu denganya lagi. Cukup Im Yoona!

“ini pesanan Anda…” aku meletakkan secangkir Chocochino dihadapanya dengan hati-hati, lalu berniat untuk segera melesat dari hadapanya. sudahku bayangkan reaksi apa yang akan diberikanya. Namun nihil! Ia tak bereaksi, hanya diam dengan kedua tangan terlipat didepan dada dan pandangan tertuju pada kaca besar disampingnya.

“kenapa kau masih berdiri disana!” bodoh! Gerutuku aku baru saja tersentak dari lamunanku saat Donghae mengatakan kalimat dingin itu, sepertinya aku sempat terpaku selama beberapa detik padanya. Bukan karena sesuatu yang lain, hanya merasa aneh saja melihat laki-laki itu tak secerewet biasanya.

“a-aniyeo”sahutku tergagap.

“itu sudah dingin,,,”katanya lagi.

“Nde?” Shitt! Apa ia tidak melihat uap putih masih melayang-layang diatas cangkir itu “aku tidak yakin itu dingin” sahutku tegas. Ini pasti taktiknya utuk mengerjaiku, seperti biasa. Kupikir ada angin besar yang berhasil mengubahnya tadi, nyataanya ia kembali seperti ini.

“itu dingin,,”balasnya tak mau kalah. Dasar keras kepala.

“bagaimana mungkin itu dingin jika masih ada uap seperti itu diatasnya”kataku sambil menunjuk uap putih tipis diatas cangkirnya, apa dia buta? Itu jelas telihat.

“pegang saja cangkirnya jika kau tak percaya…”Donghae menatapku tajam, lalu beralih menatap cangkir dihadapanya “Lakukan!”perintahnya.

“bagaiman mungkin ini dingin…” Gumamku, sejujurnya aku mulai meragukan perkataanku sendiri. Melihat Donghae begitu ngotot jika kopi dihadapanya dingin. Perlahan kuulurkan tangan kiriku utuk menyentuh cangkir dihadapanya.

“Dasar Bodoh!” lirih Donghae tepat saat jari tanganku menempel pada cangkir kopinya dan mendapati cangkir itu sama sekali tidak dingin.

“Kau!”aku menoleh cepat kearahnya “kau mempermainkanku, jelas-jelas ini tidak dingin” kataku dengan emosi membuncah. Sial aku sudah termakan perkataanya.

“sudah tau itu tidak dingin, Tak berpendirian” cecarnya lagi.

“Mwo!!” kali ini suaraku melengking tinggi, bahkan beberapa pengunjung sempat menoleh kearahku.

“bodoh dan Plin plan” Donghae menoleh kearahku lalu tersenyum penuh kemenangan, sebelah tanganya terulur meraih cangkir chocochino dihadapanya da menyesap kopi itu tanpa berdosa.

“Astaga!!!” pekikku, lalu menyeret paksa tubuhku yang sudah berubah kaku. Begitu kaku karena menahan emosiku yang terus meluap dan ingin menenggelamkan Lee Donghae hidup-hidup. Apa mengerjaiku begitu menyenagkan untuknya? Dasar Pembawa Sial!

 

Normal POV

Lee Donghae mengangkat sebelah alisnya saat melihat Yoona mengulurkan tangan untuk menyentuh cangkir kopi seperti yang diperintahkanya, mata laki-laki itu terpaut pada plaster dijari telunjuk Yoona, Ia merasa tak asing dengan benda coklat yang melekat sempurna dijari gadis itu. Donghae yakin itu bukan buatan Korea, Ia pernah membeli plaster yang sama saat melakuakn Perjalanan Bisnis ke Singapoer, tanganya tergores waktu itu. beberapa saat Ia sempat berpikir bahwa Yoonalah tetangga yang kristal maksud. Adiknya itu mengatakan jarinya tergores, tapi apa harus telunjuk? Mungkin saja jari yang lain, misalnya saja tetangganya itu kidal mungkin saja yang tergores justru tangan kananya. dan plaster itu bisa saja hanya sama persis dan bukan plaster miliknya mungkin saja Plaster itu sekarang dijual bebas di Korea. Donghae menepis cepat pikiranya yang muali melantur. Ia kembali memperhatikan Yoona, gadis bodoh itu menuruti perintahnya begitu saja setelah bersih keras mengatakan kopi itu tak dingin.

Donghae tersenyum penuh kemenangan saat Yoona mengumpatnya dengan suara cukup keras. Dan tanpa rasa berdosa ia meraih cangkir dihadapanya lalu menyesap kopi itu begitu saja. Sekali lagi Ia tersenyum licik saat Yoona dengan sedikit kasar beranjak meninggalkanya, sambil bibir tipis gadis itu tak henti-hentinya menggerutu. Ia Melupakan rasa kesalnya setelah berdebat begitu panjang dengan kristal. Tertangkap basah mabuk dan menyembunyikan foto Jessica membuat Dongsaengnya itu berang, bahkan nyaris melempari seluruh benda diapartemenya. Donghae tak banyak bicara Ia hanya membiarkan kristal mengomelinya lalu pergi begitu saja setelah Kristal puas dan menutup mulutnya. Donghae sudah mengelilingi hampir seluruh jalanan Seoul, dan itu hanya membuatnya semakin kesal. Ia menghentika mobilnya begitu saja saat melihat Caffe tempat Yoona bekerja, sedikit mengerjai orang lain mungkin bisa menghilankan kesal, begitu pikirnya. Dan ia menemukan target yang tepat, Yoona.

Donghae mengangkat wajah dari buku ditanganya saat mendengar gemuruh air hujan yang tiba-tiba turun begitu deras, entah sudah berapa lama Ia menenggelamkan diri dikursi itu. Donghae melirik jam yang melingkar ditangan kanan kirinya.

“sudah sesore ini….”gumanya dengan sebelah alis terangkat, Ia tak menyadari waktu berlalu begitu cepat. Sudah 2 jam lebih ia hanya duduk dan membaca buku ditanganya. Secangkir Chocochino dihadapanya sudah dingin bahkan nyaris mengering.

“Unnie aku pulang dulu,,sebentar lagi Sunny Unnie sampai” kata Yoona pada Taeyeon. Ia sudah selesai bekerja berniat pulang saat tiba-tiba hujan turun begitu derasnya.

“kau akan tetap pulang ditengah hujan sederas ini?” Taeyeon menunjuk jendela besar diseberang ruangan. Yoona mengikuti arah tunjuk Taeyeon dan menatap hujan deras diluar sana sesaat.

“nde,,aku harus mengerjakan beberapa tugas lain, lagi pula aku hanya perlu berjalan kehalte lalu naik Bus” sahut Yoona riang sambil mengangkat payung lipat ditanganya.

“baiklah Yoong, hati-hati, sayang sekali Leeteuk Oppa tak ada. Aku bisa memintanya mengantarmu jika ia disini”

“Aniyeo,,aku baik-baik saja Unnie. Kalkeyeo…” Yoona tersenyum lagi, lalu berjalan santai menuju pintu keluar caffe, Yoona terpaksa menggunakan pintu utama, menggunakan pintu belakang hanya memperpanjang jarak tempuhnya ke halte, dan itu akan jadi masalah dalam hujan sederas ini.

“hujanya deras sekali,,,”Yoona mempaout bibir tipisnya, Ia baru menyadari seberapa deras hujan setelah keluar dari Caffenya. Apa boleh buat, ia harus pulang untuk mengerjakan tugas kuliah yang seharusnya suda ia selesaikan pagi tadi. Yoona membuka payung lipat yang dibawanya. Payung berwarna kuning itu terbuka sempurna, Ia mulai berjalan perlahan. Namun tepat dilangkah kelimanya Yoona berhenti, sekujur tubuhnya menegang, napasnya tercekat dan kedua matanya memanas. Laki-laki itu berdiri dihadapanya, hanya beberapa langkah dari tempatnya berdiri. Ia tak bergeming, Puluhan belati itu seolah kembali menusuk jantungnya, tatapan sayu laki-laki dihadapanya membuat lukanya semakin menganga lebar. Ini bukan pertama kalinya, Ia sudah bertemu dengan Nickhun beberapa kali namun Ia tak mengerti Kanapa hatinya begitu sakit saat laki-laki itu menatapnya seperti sekarang. tatapan hangat dan penuh cinta dari Nickhun justru meukainya.

“Yoon…”Panggil Nickhun, ia masih menatap lekat mata Yoona yang juga tengah menatap kedua matanya. Tak mendapat jawaban dari Yoona Nickhun mengamabil satu langkah kedepan, membuat jaraknya dan Yoona semakin dekat, bahkan payungnya dan Payung kuning milik Yoona kini saling bersentuhan.

“Yoona-yah…jangan menghindar lagi”ucap Nickhun lembut “aku akan terus melakukannya tak peduli bagaimana kau menghindariku”

Sebelah tangan nikhun terangkat menyentuh pipi Yoona, seperti yang selalu dialakukanya dulu.

“Mianhae,,,”lirihnya, kini sorot mata laki-laki itu berubah nanar, menunggu jawaban Yoona. Nickhun tau meminta maaf seperti ini bukanlah waktu yang tepat. tapi ia sudah terlalu lama menunggu kesempatan seperti ini, Yoona selalu menghindarinya dan sekarang gadis itu berdiri dihadapanya ia tak bisa melepaskan gadis itu lagi.

“Jangan sentuh aku!” sahut Yoona Tegas menepis tangan Nickhun dari pipinya. Air matanya mulai berjatuhan, ia tak berhasil menahan cairan bening itu dan sekarang sudah mengalir deras dipipinya.

“Yoon…”

“Geumanhae!!” Yoona memekik keras lalu mengambil satu langkah mundur “Jaebal Geumanhae! Aku tak ingin melihatmu lagi. Pergilah, Karago!”

“aku tak bisa melepaskanmu lagi kali ini Yoon…aku tak bisa melepaskanmu seperti dulu” Nickhun kembali melangkah maju dengan sebelah tangan menyentuh pipi Yoona. Yoona langsung menepis keras tangan namja itu, sangking kerasnya ia bahkan melepaskan payung ditangnya yang lain.

“Geumanhae…”Yoona Terisak, “aku takkan pernah memaafkanmu! Jadi berhentilah!!!!” Yoona memekik keras “aku masih mencintaimu, bahkan berharap kau tak pernah bermain dengan wanita lain. Jadi kumohon berhentilah, karena aku tak sudi membiarkan diriku tetap mencintaimu!!! Karago!! Kau…..”

Perkataan Yoona membuat nickhun hilang kendali, Ia begitu bahagia mendengar Yoona mengatakan perasaanya. Meskipu Yoona tak menginginkan kehadiranya lagi setidaknya gadis itu mengatakan masih mencintainya. Nickhun membuang payungnya lalu bergerak cepat menarik tubuh Yoona, berniat merengkuh gadis itu kedalam pelukanya. Namun Nickhun tersentak saat sebuah tangan menahan Tubuh Yoona. tangan itu begitu kuat menahan Yoona agar tak jatuh kedalam pelukanya,

“kau tak perlu menemui kekasihku lagi…”

***

Donghae masih duduk diam memperhatikan kedua manusia yang berdiri tepat dihadapanya. Dari kaca besar itu Donghae melihat Yoona berdiri kaku dengan kedua mata terpaut pada laki-laki dengan payung berwarna merah ditanganya. Ia berniat mengalihkan pandanganya kearah lain namun pekikan keras dari Yoona mengubah pikiranya, ia semakin terpaku pada perdebatan kedua orang itu. ia tak bisa mendengar jelas karena hujan yang begitu deras, namun Donghae tau Yoona terus berteriak keras pada laki-laki itu. bahkan saat laki-laki itu menyentuh pipinya, Yoona kembali berteriak dan mengambil langkah mundur. Beberapa detik kemudian Yoona melepaskan payungnya, dan hujan yang begitu deras membuat tubuhnya basah, baju tipis yang dipakai gadis itu berubah transparan. Donghae sedikit terkejut, entah pikiran dari mana yang sudah membuatnya berdiri dengan kasar lalu berjalan cepat keluar caffe, tidak bahkan Ia berlari sekarang.

Laki-laki itu berniat menarik Yoona, namun Donghae lebih dulu menarik Yoona kedalam pelukanya.

“kau tak perlu menemui kekasihku lagi…”

Donghae sedikit tersentak dengan ucapanya sendiri, Ia tak tau bagaiaman mulutnya mengeluarkan kata-kata gila itu. Nickhun menoleh cepat kearahnya lalu menatap Donghae tajam. sebelum sempat Nickhun membuka mulut Donghae menarik Yoona menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari tempatnya berdiri. Setelah memasuki mobil Donghae segera melajukan benda itu, ia tak tau kemana yang jelas Ia ingin membawa Yoona pergi.

Donghae melirik gadis disampingnya, gadis itu masih sama. Mulutnya yang membiru tertutup rapat, matanya menatap kosong kedepan. Tubuhnya mulai menggigil dan Donghae membuang wajah saat menyadari baju Yoona yang transparan itu kembali tertangkap retinanya. Mulut Donghae terbuka berniat memulai perdebatan dengan Yoona. namun ia kembali menutup mulut melihat air mata jatuh dipipi gadis itu. akhirnya Ia memilih bungkam.

“turunlah,,,” kata Donghae, tepat saat mobil hitam miliknya berhenti.

Yoona memutar kepala kearahnya “dimana ini?” tanyanya lalu mengedarkan pandangan, merasa asing Ia kembali menatap Donghae “ini dimana?” ulangnya.

“dirumahku..turunlah!”perintah Donghae sambil melepas seatbeltnya.

Yoona mengerutkan dahi, pikiran liarnya seketika menyeruak. Bagaimana jika Donghae macam-macam, bagaimana jika Donghae melakukan hal-hal mengerikan padanya. Yoona menggelang pelan berusaha berpikir jernih.

“Apa yang kau pikirkan? Kau senang memperlihatkan baju transparan itu padaku?”Donghae menunjuk baju Yoona dengan dagu. Sontak Yoona menoleh, dan menyadari baju transparanya nyaris memperlihatkan pakaian dalam yang seharusnya tak terlihat. Yoona menarik tubuhnya mundur, lalu menyilangkan tangan didepan dada, kedua matanya menlirik tajam kearah Donghae.

“ka-ka-kauu!!jangan macam-macam!!”Sahut Yoona tergagap

“kau bukan tipeku, aku tak menyukai yang datar…”Kata Donghae ringan, lalu membuka pintu disebelahnya.

“mwoo!!!” pekik Yoona kemudian membuka kasar pintu mobil Donghae, dan menyusul laki-laki yang sudah beberapa langkah didepanya. Masih dengan tangan yang Ia silangkan didepan dada. Dadanya memang datar, tapi tetap saja Ia harus melindungi diri. Donghae laki-laki Ia tidak tau apa yang laki-laki pikirkan. Begitu pikir Yoona. imajinasi laki-laki begitu luar biasa, mereka bahkan bisa membayangkan bagian dalam apapun hanya dengan melihat bagian luarnya. Salah satunya adaalah pakaian, dan isi dibalik pakaian itu.

“masuklah,,,” Donghae membuka pintu besar dihadapanya, Ia melepas sepatu dan menggantinya dengan sandal rumah berwarna putih. Lalu meletakkan sandal putih lain dihadapan Yoona.

Yoona melepas sepatu dan memakai sandal pemberian Donghae. Pandanganya mulai  menggeledah seisi rumah Donghae, Rumahnya tampak legang, Yoona tak melihat siapapun didalam rumah yang begitu luas itu. Perabotan mewah memenuhi setiap detail rumah Donghae semuanya tertata begitu rapi dan begitu bersih bahkan lantainya pun mengkilat, Yoona sempat membuka mulut beberapa saat sebelum akhirnya kembali menutupnya, dan berpaling kearah Donghae.

“tak ada siapapun?” Tanya Yoona hati-hati,

“Obseo,,,” sahut Donghae sambil terus berjalan kelantai dua, Yoona tetap mengekor dengan patuh dibelakangnya, ia menekan kuat rasa curiga pada laki-laki itu.

“aku tak berminat padamu, sudah kubilang aku tak suka yang datar”

“mwo!!” Yoona mendelik tajam kearah Donghae, meskipun Donghae tak akan melihat karena laki-laki itu membelakanginya. Demi tuhan apa laki-laki itu bisa membaca pikiran?

Donghae menghentikan langkahnya didepan sebuah pintu berwarna pink cerah, lalu menoleh kearah Yoona “ini kamar Dongsaengku, ada kamar mandi disana dan ganti pakaianmu meskipun aku tak yakin style kalian sama . tapi lebih baik dari pakaianmu yang…..”Donghae menahan perkataanya, ia memeperhatikan Yoona dari atas hingga kebawah kemudian keatas lagi dan berhenti pada wajah Yoona.

“jadi menurutmu aku tidak stylish!” dengus Yoona jengkel, tanpa sadar gadis itu melepaskan tanganya yang sejak tadi disilangkan didepan dada.

“kau memeang sengaja memancingku atau bagaimana?” Donghae membuka pintu bercat pink itu lalu mendorong Yoona masuk, ia sudah tidak tahan melihat pakian Yoona. meskipun ia mengatakan tak menyukai yang datar, Donghae lak-laki dan daya imajinasinya sudah pasti jauh melebihi akal sehatnya. Dan sebelum imajinasinya itu berubah liar Donghae harus membuang sumber pemicunya.

Hari beranjak senja saat yoona menuruni anak tangga menuju lantai utama rumah Donghae, diluar hujan masih berjatuhan dengan begitu deras. sesekali Yoona menarik dressnya yang sedikit kependekan. Seperti yang Donghae katakan tak ada satupun baju yang cocok dengan stylenya. Yoona tak menemukan jeans panjang dan kaos casual seperti yang biasa dipakainya. Lemari dalam kamar itu dipenuhi dengan dress dan hotpant yang begitu pendek, ia sampai bergidik membayangkan memakai pakaian itu dihadapan Donghae. hingga akhirnya Yoona memutuskan memakai dress selutut berwarna cream, bagaian atasnya cukup tertutup cukup untuk menutupi bagian dada. Rambut panjangnya yang sedikit basah ia biarkan terurai. Yoona terus menuruni tangga hingga sebuah suara menganggetkanya,

“duduklah” Donghae menunjuk kursi kosong dihadapanya. Yoona mengangguk lalu mendudukan dirinya dihadapan Donghae  “tak ada apapun disini jadi aku hanya bisa membuatkanmu ini” Donghae menyodorkan secangkir teh yang masih mengepul kearah Yoona.

Yoona mengerutkan kening, “kau tak salah makan? Tumben sekali….”komentar Yoona, perlahan menarik cangkir pemberian Donghae.

“kalau tidak mau ya Sudah!” sahut Donghae, dan berniat menarik kembali cangkir dari tangan Yoona, “aniyeo!!” tukas Yoona, menepis cepat uluran tangan Donghae, “aku kedinginan, jadi aku membutuhkanya” Yoona tersenyum garing, Ia sudah hampir mati beku saat hujan tadi. Dan meskipun sekarang suhu dalam rumah donghae sangat hangat Ia masih membutuhkan cangkir berisi teh itu.

“kau hanya sendiri disini? Dirumah sebesar ini? Bukankah kau bilang kau punya adik, jadi dimana adikmu sekarang?” tanya Yoona memulai pembicaraan, dengan kedua tangan menangkup cangkir dihadapanya. Sementara kedua mata bulat gadis itu menatap Donghae datar.

Donghae mendongak dari cangkirnya, “kau mengintrogasiku?” sahutnya ketus,

“cih,,”Yoona memalingkan wajah “lupakan saja!!”balasnya tak kalah ketus.

“kupikir kau akan menangis setelah kejadian tadi…”

“kau pikir aku anak kecil..”potong Yoona “ngomong-ngomong terimakasih sudah membawa ku pergi, meskipun sebenarnya kau tak perlu mengatakan aku kekasihmu, bagaimanapun terimakasih”

Donghae menatap Yoona dengan mata disipitkan, “apa golongan darahmu AB?” kata Donghae tiba-tiba.

“mwo?….” Yoona mengertutkan dahi, apa hubunganya dengan golongan darah dan mulai kapan pembicaraanya dan Donghae berubah arah.

“kudengar golongan darah AB berkepribadian ganda,,,”

“mwo! jadi kau mau mengatakan aku memiliki dua kepribadian?” Yoona balas bertanya dengan nada jengkel.

“sepertinya aku tidak salah dengar…” sahut Donghae,

“apa yang kau maksud Lee Donghae,,,”

“sudahlah lupakan,,” Donghae diam sesaat “jadi laki-laki itu alasanya…”

“apa?” Yoona mengankat alisnya beberapa detik, lalu menurunkanya setelah mengerti arah pembicaraan Donghae.

“kurasa kita impass…”sahut Yoona santai lalu menyesap teh pemberian Donghae,

“kau masih berhutang padaku,,,”sela Donghae “aku sudah 2x membantumu. kau tidak ingat?” Donghae kembali menatap Yoona dengan mata disipitkan “licik…!” lirihnya.

“a—aa-apa?”Yoona terbata, ia tidak menyangka Donghae masih mengingat kejadian beberapa minggu yang lalu itu. bukankah Donghae menuduhnya mencari kesempatan? Jadi laki-laki itu hanya pura-pura tidak mengerti?

“selan plinplan dan bodoh kau juga cukup licik rupanya…” kata Donghae datar, lalu beranjak dari duduknya “hujan sudah mulai berhenti, aku akan mengantarmu pulang.

“Yakk! Jaga bicaramu” Yoona memekik keras, lalu berdiri denga kasar “kau tak perlu mengantarku pulang, aku akan pulang sendiri” tolak Yoona.

“memang kau tau ini dimana? Sudahlah jangan banyak protes!”sahut Donghae tegas, lalu mulai melangkah. Namun tak seberapa lama ia berbalik lagi kearah Yoona, menatap Yoona dari ujung rambut hingga kaki, lalu kembali menatap wajah Yoona. persis seperti yang ia lakukan dihadapan kamar dengan pintu bercat pink cerah itu.

“wa-wa-waeyeo..??” Yoona tergagap, pikiran buruknya kembali menyerbu dan membuatnya gugup.

“tak terlalu buruk….” lanjut Donghae dengan suara datar, lalu berbalik dan meninggalkan Yoona.

Yoona mengerutkan kening indahnya, apa yang laki-laki itu katakan. Apanya yang tidak buruk?  Dasar namja aneh, pikir Yoona. bagaimana bisa laki-laki itu terus mengatakan hal-hal dengan kata sangat singkat. Memangnya ia mesin penebak kata yang bisa membaca semua kalimat singkat Donghae. setidaknya Donghae sudah membantunya hari ini, meskipun laki–laki itu sangat menjengkelkan tapi diam-diam Yoona bersyukur karena Donghae selalu datang diwaktu yang tepat. tepat sebelum hatinya kembali jatuh pada Nickhun.

***

Yoona POV

Donghae tak sebaik itu, Ia tak benar-benar mengantarku pulang. Memang awalnya ia bersih keras mengantarku namun ditengah perjalanan Ia menerima telepon entah dari siapa yang jelas setelah menerima panggilan itu Donghae menginjak pedal Remnya secara tiba-tiba hingga membuat dencitan cukup keras dan tubuhku terdorong kuat kedepan untungnya aku menggunakan seatbelt hingga tak ada cidera serius yang terjadi, hanya jantungku yang serasa melompat keluar seketika. Dan tanpa rasa kemanusiaan Donghae menurunkanku dihalte terdekat. Lalu melesat begitu saja tanpa sepatah katapun. Sungguh keterlaluan dan aku harus pulang dengan dress tipis dan menjinjing kantong plastik berisikan baju basah.

Oke cukup membicarakan kesialanku hari itu, sekarang ada kesialan lain yang lebih serius menimpaku. Ini sama sekali tak berhubungan dengan Donghae, tak sedikitpun ada sangkut pautnya dengan sumberkesialanku yang satu itu. pasalnya ditengah acara mandiku sore ini kran air dikamar mandiku tiba-tiba mati, sementara rambutku masih dipenuhi dengan busa. Dan dengan sangat terpaksa aku keluar dari dalam kamar mandi lalu mengecek satu persatu kran yang ada didalam apartemenku, sayangnya tak ada satupun yang menyala. Dan Taemin juga pergi entah kemana. Setelah cukup lama terdiam dan kepalaku yang dipenuhi busapun mulai mengering otakku yang sangat lambat ini tiba-tiba mengingat sesuatu yang brilian. Kristal, tetangga depan apartemenku mangetakan kakanya sedang melakukan perjalanan bisnis ke Jejju. itu artinya hanya kristal diaparteman depan. aku tersenyum girang lalu meraih ponsel diatas meja nakas. Menyentuh beberapa icon pada layar, lalu meloudspeakernya. Yoona tentu tak bisa menempelkan ponsel itu pada telingnya yang bebusa.

“Yeobseyeo…Wae Unnie?”

“aku membutuhkan bantuanmu” sahutku tanpa basa-basi.

“nde, katakan saja Unnie…”

“aku belum selesai mandi, tapi kran air di apartemenku tiba-tiba mati. Jika kau tidak keberatan aku ingin menumpang…”

“Ah…jinjjaru? tapi aku sedang diluar Unnie”

“ah benarkah?”

“Unnie, kau masuk saja. Lagipula tak ada siapapun disana, Oppaku baru kembali besok. aku akan mengirim passwordnya”

“baiklah. Gumawo” sambungan telpon terputus tak seberapa lama ponselku berdering, mengisyaratkan sebuah pesan. aku tersenyum senang lalu melangkah riang menuju aparteman kristal. Hanya dengan handuk Kimono diatas lutut yang membalut tubuhku, dan handuk lain ditangan kiriku, tadinya aku berpikir untuk mengganti pakaian. Tapi tidak jadi, lagi pula hanya ada partemanya dan kristal dilantai ini dan apatemen kristal kosong itu artinya tak ada seorangpun yang melihatnya, kecuali CCTV didepan lorong apartemnya. Dan itu tak jadi masalah.

‘bib bibibb biib biiiib‘

Pintu apartemen kristal terbuka, aku segera mendorong tubuhku masuk, dan langsung berjalan menuju kamar mandi disalah satu sudut apartemen. Busa dikepanya sudah menghilang karena terlalu lama dibiarkan. Hingga tidak ada hal lain yang lebih menggiyurkan selain air yang mengalir deras dari kamar mandi kristal, ya itulah yang sangat penting!

Normal POV

Sekali lai Donghae menghubungi nomor posel Kristal, namun tetap tak mendapat jawaban. Ia ingin mengabari kepulanganya dari Jejju yang tidak sesuai jadwal. Dalam jadwal sebelumnya penerbangan Donghae pukul 10 pagi, namun karena ada meeting mendesak Ia terpaksa pulang sore ini juga. Awalnya ia ingin mengajak kristal untuk makan diluar namun kristal tak menjawab panggilanya, dan lagi-lagi dengan terpaksa Donghae langsung pulang keapartemenya. Mengabaikan perutnya yang kosong, ia hanya minum banyak air sepanjang perjalanan. Tentu Ia tak akan makan jika tidak ada yang menemaninya, begitulah Lee Donghae.

‘bib bibibb biib biiiib‘

Donghae membuka pintu apartemenya dengan tidak sabar, efek minum air terlalu banyak cukup membuatnya tersiksa, bukan karena minum air terlalu banyak berbahaya, masalahnya sejak perjalanan dari bandara Ia ingin buang air kecil.  hingga keinginan itu benar-benar meuncak sekarang, kantung kemihnya seolah terisih penuh. Ditambah lagi hawa dingin memasuki musim dingin, bahkan perutnya mulai terasa kram. Ia berjalan tergesa-gesa menuju Kamar Mandi sampai tidak sempat mengenakan sandal rumahnya. Donghae bahkan tak memperhatikan sandal asing yang bertengger manis disebelah sepatunya. Perjalanan dari pintu depan sampai kekamar mandi yang dekat terasa begitu panjang baginya, kini tanganya sudah menggenggam erat ganggang pintu dan dengan satu sentakan keras pintu kamar Mandi terbuka. Donghae tersentak mendapati seorang degan handuk kimono dan rambut terbalut handuk putih tengah berdiri membelakanginya. Gadis itu memutar badan kearahnya namun sebelum Ia melihat jelas wajah gadis Itu Donghae melewatinya begitu saja.

“maafkan Oppa Soo Jung-ah ini mendesak….”katanya cepat, Donghae menarik tirai plastik yang memisahkan washtafell tempat gadis itu berdiri dengan bathup dan Closed tempatnya berdiri. Kemudian sebuah suara khas aliran air terdengar, Tubuh Yoona menegang. Kedua mata bulatnya terbuka lebar, otot-otot tubuhnya menjadi kaku dan ia tak bisa melakukan apapun selain tetap terpaku ditempat. Kedatangan laki-laki itu begitu mengejutkan Yoona, ia baru saja mengikat handuk kimono itu ditubuhnya saat namja itu tiba-tiba masuk, bagaimana jika laki-laki itu masuk beberapa detik lebih cepat?  Tubuh Yoona gemetar, suara gemerincik air yang meresapi pendengaranya berhasil membuat Yoona menggigit keras bibirnya. Namun Ia masih tetap tak bergerak, ia tetap terpaku pada tirai yang baru saja ditutup itu, masih menatap tak percaya apa yang baru saja terjadi. Suara gemerincik air itu berhenti tergantikan dengan suara guyuran air dari penyiram Closet .

‘sreeeekkkkk’

Tirai dihadapan Yoona terbuka, Yoona tersentak ia mendongak cepat dan menarik satu langkah mundur. Kedua matanya semakin melebar sempurna, saat mengenali siapa orang yang berdiri dihadapanya sekarang. orang yang juga membulatkan matanya sempurna, orang Yang sama terkejutnya dengan Yoona dan Orang yang juga sama kakunya melihat tubuh Yoona  hanya terbaluk handuk kimono pendek itu. Yoona merasa sulit bernapas, namun dengan sekuat tenaga ia mengeluarkan suaranya, beberapa saat kemudian pekikakan keras terdengar dari mulut Yoona.

“KAU!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”

55 thoughts on “Your Punishment; Love Me! (Chapter 2)

Komentarmu?