Together (Chapter 2)

ff

Author : Lee Hanna

Title : Together ; Hello London

Type : Chapter

Lenght : 5000+ words

Genre : Romance, Family, Friendship

Cast : Im Yoona and Lee Donghae

 

PERHATIKAN TAHUNNYA. DI SINI TAK DISEBUTKAN ‘FLASHBACK’ OR SOMETHING  

DAN DI SINI ANGGAP SAJA YOONA KELAHIRAN TAHUN 1988. JADI BEDA 2 TAHUN DENGAN DONGHAE 

DAN MENGGUNAKAN UMUR INTERNASIONAL, BUKAN KOREA 

*~~ Hello London~~*

Setiap manusia selalu menjalankan harinya dengan bersemangat meski Ia tau suatu saat Ia akan mati.

Itu lah tingkah manusia.

Melakukan sesuatu yang akan berakhir sia sia namun Ia tetap saja menikmatinya.

>> 12 desember 2008

Ting nong

“Nde, akan ku panggil Kau jika Aku membutuhkanmu” ucap Donghae sambil memakai sendal rumahnya sambil berbicara pada orang yang menelponnya “Jangan berlebihan Hyung.  Apartement mu ada di sebelahku dan Kau sangat protektif seperti melindungi anak kecil” kesal Donghae sambil merapatkan tali di handuk kimononya. Ia meraih hair draier dan kembali meletakkan hair drier tersebut setelah mengeringkan rambutnya dan merapikannya sedikit

Ting nong…

“Nde Aku tau. Aku matikan. Annyeong” ucapnya sambil mematikan sambungan telpon

Ting nong

Dengan santai, lelaki itu berjalan menuju pintu dan melihat di layar intercom. Tak ada seorang pun berdiri di sana namun bel nya terus berbunyi. Apa wartawan lagi?

Ting nong…

=who are you?= tanya Donghae melalui sambungan suara intercom tersebut

=I willn’t open the door if you wouldn’t show up your identity= lanjutnya. Ia cukup terkenal di perusahaannya dan harus berhati-hati dalam mengambil tindakan

“Bahasa inggrismu jelek Donghae! Cepat bukakan pintunya!! Kau mau membuatku mati kedinginan eoh?!” Pekik Yoona. Donghae tergelak melihat usaha gadis itu untuk mengejutkannya gagal total. Ia segera menekan tombol dan pintu terbuka, membuat suara roda kecil yang ikut serta di suara hentakan kaki penuh semangat

“Kau gila! Membiarkan tamu hampir mati kedinginan. Ah, kenapa London sedingin ini?!”

“Disini baru awal winter Kau tau kan? Itu adalah hari-hari terdingin sepanjang tahun” ucap Donghae sambil menarik koper kuning menyala itu. Sementara Yoona masih sibuk melepaskan sepatu jenis boat ber-high heels itu dengan sedikit kesusahan

“Setan apa yang merasukimu mengenakan sepatu mematikan seperti itu?”

“Eomma memaksaku memakai ini dengan alasan akan ada banyak wartawan di bandara nanti. Aku berasa seperti artist. Aku membenci para wartawan yang kepo itu! Kau tau kan? Aku benci saat di foto tanpa seizin ku” kesal Yoona. Ia memang terlihat sangat manis, tapi Ia tak ingin jika ada yang memotretnya. Hal itu membuatnya risih entah kenapa. Butuh waktu lama untuk membujuknya agar mau di foto untuk di pajang sebagai foto keluarga. Dan itu akan membuat mood nya hancur dan berakhir di kamarnya yang akan berserakan karena menangis dan mengamuk seharian setelah pemotretan. Ia benci saat harus di perintah paksa untuk di potret. Seiring berjalannya waktu, mau tak mau Ia harus menerima apa yang di sebut dengan pemotretan. Mulai dari foto untuk buku tahunan yang membuatnya tak bisa tidur malamnya, dan foto resmi lainnya.

“Kau mengirimkanku foto saat dimahari Eomma waktu itu” jawab Donghae

“Kau melihatnya!! Dan Kau tak membalasnya” amuknya sambil melemparkan sepatunya ke kepala lelaki malang itu

“Aaaaah!!!!” Pekik Donghae kesakitan dan terduduk dilantai sambil memegang kepalanya. Dengan sepatu yang baru sebelah terlepas, Yoona berlari tengkak ke arah Donghae yang sangat terkasihani itu

“G-gaenchana?” Tanyanya panik

“Wajah tampankuuu!!” Pekik Donghae kuat membuat Yoona kesal telah mengkhawatirkannya. Mungkin sakit itu memang adanya. Tapi masalah wajah tampannya yang rusak gara-gara sepatu?! Hal gila macam apa itu?

“Mati saja Kau sekya!” Kesal Yoona sambil kembali membuka sepatunya yang akhirnya sudah terlepas sempurna

“Apa Kau bilang?! Sekya?!!” Pekik Donghae sambil berdiri menatap Yoona yang tengah terduduk di lantai dingin itu dengan tertawa gembira melihat mata Donghae membulat sempurna

“Yaak! Aku datang ke sini untuk berlibur, bukan berkelahi denganmu”

“Kalau begitu pergi nginap di hotel saja sana,”

“Aku mau yang gratis” ucap Yoona sambil memeletkan bibirnya dan tangannya membuka scraft nya “Ah, benda ini sangat merepotkan! Sudah ku bilang pakai yang biasa saja” kesal Yoona, melihat itu, Donghae membantu gadis itu untuk membuka scraft nya yang sangat susah untuk di lepas itu “Untung Aku terlahir sebagai laki-laki” ucap Donghae setelah benda itu terlepas dan kakinya berjalan menuju setiap ruangan yang ada. Hanya ada dua kamar di sini “Dan tampan lebih tepatnya” lanjut lelaki itu sambil tertawa geli melihat ekspresi Yoona setelah mendengar lanjutan dari perkataannya. Tapi tak bisa di pungkiri, saat melihat Donghae setelah lama mereka berpisah, lelaki itu jauh berubah lebih tampan dari biasanya.

Dan seketika langkah kaki lelaki itu terhenti saat derap langkah kaki yang berlari itu menyeruak masuk ke telinganya dan sebuah tangan melingkar di perutnya sangat erat.

“Aku merindukan punggungmu” ucap Yoona “Atau karena cuaca yang sangat dingin? Kenapa Kau masih tetap hangat Lee Donghae?” Ucap Yoona sambil memeluk erat tubuh lelaki itu. Membenamkan wajah cantiknya pada handuk kimono yang berbulu halus hingga menambah kesan hangat di sana.

“Bagaimana ini? Hanya ada satu kamar di sini” ucap Donghae sambil melirik pintu dari ruang kerjanya.

Bukh!!

Satu pukulan maut mendarat punggung lelaki itu, membuat rasa perih di sana dan Ia yakin, saat bajunya dIbuka, akan ada jejak tangan berwarna merah di sana “Kau mau membunuhku?!”

“Itu hanya alasanmu agar bisa tidur berdua kan?” Tanya Yoona sambil tertawa garing. Ia membuka sebuah pintu dan melihat sederet buku berjejer di belakang kursi kerja yang berdekatan di sebuah meja besar hitam dengan beberapa tumpukan kertas dan satu layar laptop tertera manis di sana. Tak ada satupun kursi, sofa atau sebagainya kecuali kursi di meja kerja si pemilik

“Di sini penghangat ruangannya tak berfungsi maksimal” ucap Donghae. Yoona tak menghiraukannya lantas menutup pintu itu dan membuka satu pintu ruangan lainnya, menemukan sebuah kasur king size di sana. Dengan sedikit berlari, Ia melempar tubuh letihnya di kasur empuk itu, larut bersama hangatnya selimut dan aroma yang sangat Ia rindukan.

“Kau tau? Tempat tidur ini bisa kita pakai berdua” ucapnya tanpa rasa tau malu setelah tadi memaki Donghae karena pikiran buruknya mengenai Donghae yang mencari alasan untuk tidur bersamanya.

“Kau tau Aku seorang pria kan?” Tanya Donghae sambil menatap Yoona dengan menyipitkan matanya “Dan Kau seorang wanita, Im Yoona” lanjutnya sambil mendekati gadis itu dan membuka ikatan bajunya sambil menatap Yoona intens. Seketika Yoona menyadari apa yang baru saja Ia katakan tanpa rasa tau malu itu berakibat sangat fatal untuk anak seusianya. Tidak, Ia sudah dewasa dan tak mungkin kan tidur bersama dengan seorang pria?!  Mungkin saja, tapi kesalahan pasti akan terjadi seiring dengan banyak nya setan yang berkeliaran di muka bumi ini

“Dan ini London…” Lanjut Donghae “Di sini hanya ada kita berdua” ucapnya sambil sedikit membungkukkan badan mendekati Yoona yang beringsut ke belakang mencari jalan untuk lari dari ketakutannya. Ia tidak melihat sosok Donghae yang dulu lagi!

Tangan Donghae mendekati Yoona, membuat wajahnya terekpos sangat dekat dengan wajah yeoja yang sedang ketakutan itu. Senyuman penuh kemenangan pun mulai dikembangkan dari bibir tipisnyasaat mendapatkan apa yang Ia butuhkan. Donghae membundurkan tubuhnya dengan di genggamannya terdapat sebuah benda kotak berwarna kuning “Karena kita hanya berdua, Kau tak pandai masak dan Aku sangat lapar saat ini” lanjutnya membuat Yoona menghela nafas lega mengingat Donghae masih sama jahilnya seperti yang dulu. Hanya Ia yang terlalu agresif menanggapi semua ini terlalu jauh

“Kau seperti mau membunuhku” kesal Yoona sambil mengatur nafasnya

“Hello. Can I order some food there?” Ucap Donghae kemudian keluar dari kamarnya

“Tapi kenapa harus  handphoneku?” Tanya Yoona mulai bingung. Seketika Ia teringat “Ah! Sial! Ia pasti mengenakan kartu kredit dari handphoneku! Aish! Dasar ikan pelit!!” Pekik Yoona sambil menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang bahkan mantelnya pun belum terbuka itu.

Setelah memesan beberapa makanan melalui rekening ponsel Yoona, Donghae berjalan memasuki kamarnya dan meraih sebuah sweater untuk di kenakan di musim dingin ini. Ia melepaskan handuknya setelah melirik ke arah Yoona yang tampak tertidur pulas. Sepertinya Ia masih jet-lag.

Donghae menggantungkan handuknya dan beranjak membuka selimut Yoona, melihat orang yang tidur di atas kasurnya dengan pakaian lengkap, membuat Donghae menggelengkan kepala pelan melihat tingkah aneh gadis itu. Ia segera membuka jas pink yang dikenakan oleh Yoona dan kembali menyelimuti tubuhnya dengan selimut sementara Donghae kembali melanjutkan aktifitasnya di ruang kerjanya.

*~2018~*

Donghae meletakkan sebuah hot Chocolate di atas meja nakas di samping tempat tidur kemudian menggoyang-goyangkan tubuh Yoona pelan hingga tubuh yang digoyangkan itu bergerak membuka selimut dan bangkit dari tidurnya

“Sudah jam berapa?” Tanyanya. Donghae celingukan menatap jam dindingnya “Sudah jam tujuh pagi” jawab Donghae dan segera berdiri untuk memasangkan kerah di lengan bajunya

“Mwo?!!!” Pekik Yoona dengan matanya yang membulat sempurna.

“Aku pergi dulu. Jangan kemana mana sampai Aku pulang. Kalau ada apa-apa telpon saja. Jangan kemana-mana Im Yoona, ingat itu” perintah Donghae kemudian keluar dari kamar Yoona. Gadis itu tampak lelah dan tertidur dengan sangat pulas semalaman membuat Donghae terpaksa tidur di sofa dan sekarang  tubuhnya pegal-pegal akibat tempat yang tak layak untuk dijadikan kasurnya itu.

Demi apapun Ia tak ingin tidur satu ranjang dengan Yoona. Ya, bisa-bisa pertahanannya luntur seketika dan bisa saja Ia melakukan kesalahan terbesar.

Donghae menutup rapat pintu apartementnya dan bergegas menuju kantor diiringi oleh Jung Soo di belakangnya yang dari tadi menunggunya di depan pintu.

“Apa nona muda ke sini?” Tanyanya pada Donghae. Donghae hanya bergumam pelan  “Pagi ini meeting bersama investor baru yang akan menginvestasikan sahamnya”

“Lalu?” Tanya Donghae saat memasuki lift

“Dan Ia mempromosikan produknya” lanjut lelaki yang sedikit lebih tua dari Donghae. Donghae menghela nafas panjang, sedikit resah dengan ‘promosi’. Setaunya, hal yang di namakan promosi itu berlangsung lama dan bertele-tele.

Dan yang benar saja, sudah dua jam mereka di sini namun Ahjussi botak itu masih berkoar-koar dengan microsoft pembuat makanannya. Donghae menarik nafas panjang dan memopang dagunya di kedua tangannya. Mungkin untuk yang pertama kalinya Ia bosan dengan pertemuan yang menghasilkan banyak uang ini. Biasanya tak pernah Ia bosan dan dengan semangat menggebu gebu Ia terus saja menatap bahan dan materi yang di berikan. Berbeda dengan kali ini.

Ia melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Tiba-tiba Yoona melintas di pikirannya. Apa yang dilakukannya saat ini? Apa Dia bosan di rumah? Di rumah mereka kan tak ada DVD drama, mungkin saja Dia bosan

Drrrt drrrrt

Donghae menarik handphonenya dan melirik pesan masuk dari orang yang baru saja dipikirkannya. Bibirnya melengkung membentuk sebuah senyuman. Hatinya mencolos untuk segera membuka pesan tersebut

From : Yoona Im

                Hae! Aku keluar ya. Aku bosan. Hanya mencari DVD yang bisa kutonton. Jangan khawatir karna bahasa inggrisku cukup bagus juga kkk

“Andwae!!!” Pekik Donghae sambil berdiri dari tempat duduknya, membuat semua mata terheran heran dan tertuju padanya. Donghae yang sadar akan itu langsung terduduk menatap lurus kedepan. Peluhnya meluncur dari pelipisnya, kekhawatiran mulai merasukinya. Dan semua orang di ruangan dingin itu mulai berbisik-bisik karena tidak mengerti dengan apa yang di teriakkan oleh Donghae, setengah dari mereka yang mengerti hanya menggelengkan kepala melihat tingkah aneh CEO perusahaan itu.

*~2018~*

Dengan kecepatan yang jauh di atas ketentuan, Donghae melewati jalanan London, segera menuju flatnya. Bagaimana bisa Ia sepanik ini?

Tanggung jawab nya atas Yoona sangat besar kali ini. Jika Yoona hilang, apa yang bisa Ia lakukan?

Dan decitan mobil itu terdengar tepat di telinga Yoona saat hendak menuruni tangga keluar dari gedung besar ini. Donghae segera membuka kaca mobilnya dan menarik nafas lega. Seolah lepas dari cobaan terberat di hidupnya

“D-Donghae-ah?” Tanya Yoona panik. Rasanya baru beberapa menit lalu Ia mengirim pesan dan lelaki itu kini sudah berada di hadapannya

“Naik” perintah Donghae. Dan tanpa babibu lagi, Yoona segera menaiki mobilnya meski masih bingung dengan apa yang ada dihadapannya ini.

“Kita mau kemana?” Tanya Donghae lagi

“N-nde?” Tanya Yoona yang masih belum mengumpulkan nyawanya “Ah… Terserahmu, Aku mau membeli DVD untuk di tonton” jelasnya

“Baiklah tuan putri” jawabnya sambil kembali menjalankan mobilnya. Mungkin hari ini Ia harus meluangkan waktunya bersama Yoona.

*~2018~*

 “Nde?” Tanya Donghae sambil matanya melirik ke arah Yoona yang sedang sIbuk memilih DVD di toko tersebut

“Siang nanti ada meeting dengan perusahaan periklanan tenta-”

“Batalkan semuanya hari ini”  ucap Donghae tegas. Namun yang menelponnya tadi masih tak bereaksi, sepertinya Ia kaget

“Tapi anda akan rugi banyak dollar.”

“Undur saja waktunya, mereka bisa menyesuaikan nanti” lanjut Donghae dengan nada yang sedikit di tinggikan

“Arraesseo” jawab nya pasrah dan sedetik kemudian sambungan diputuskan sepihak oleh Donghae. Lelaki itu menarik nafas panjang sambil memijit pelipisnya.

“Oppa!!” Panggil Yoona sambi berlari mendekati Donghae. Di tangannya sudah ada beberapa kotak DVD dan matanya menatap Donghae dengan berbinar-binar dan senyumnya masih tersungging di sana.

“Kalau ada maunya saja baru Kau panggil Aku Oppa” kesal Donghae dengan tangannya mengacak pelan rambut gadis itu. Ia berjalan menuju kasir dan membayar semua tagihannya.

“Setelah ini mau kemana?” Tanya Donghae.

“Mana Aku tau, tempat wisata yang ku kenal cuma sungai Han” ucap Yoona polos “Kau tau Aku jarang keluar rumah kan?” Ucap Yoona sambil matanya tak berani menatap kedua bola mata Donghae demi mencari alasan

“Bukan berarti Kau tidak mencari tau di internet Im Yoona” kesal Donghae.  Mereka berjalan menelusuri jembatan kecil di dari toko ini sebelum akhirnya berhenti di parkiran mobil Donghae. Donghae melemparkan handphonenya dan langsung di tangkap oleh gadis itu yang masih sedikit bingung

“Cari tempat wisatanya di internet. Lima menit” ucapnya kemudian membuka pintu mobil dan beranjak masuk. Yoona masih diam menatap kesal pada sikap Donghae. Ia berasa seperti tamu yang datang jauh jauh dari Korea dan tak di anggap sebagai tamu. Ah tidak, Dia bukan tamu, Dia adalah adiknya dan seharusnya di perlakukan lebih special. Hati Yoona berkecamuk dan dengan kesal di bukanya pintu mobil hitam itu dan melemparkan handphone Donghae sekuat tenaganya. Tak perduli jika benda itu nanti akan tak berfungsi lagi atau tidak

“Yak!!!” Donghae gelagapan mencari handphonenya sementara Yoona masih memuramkan muka dan memasang seat belt nya.

“Kau kira Aku apa?! Aku tak tau apapun tentang London dan menyuruhku mencari tau sendiri?! Lebih baik Aku pergi dengan taxi!!” Pekik Yoona sekeras kerasnya. Bahkan mungkin suaranya terdengar keluar dari mobil ini meski tak ketara

“Kecilkan suara mu!!!” Balas Donghae tak kalah besarnya. Ia menarik nafas kesal dan melihat keadaan handphonenya. Benda itu tak berfungsi lagi saat ini, dan dengan penuh emosi Ia mengacak rambutnya frustasi. Yoona yang menyadari handphone milik Donghae sudah tak berfungsi lagi mulai terdiam dan sedikit merasa bersalah. Tapi semua dengan mudah di tepisnya mengingat Ia yang memiliki tingkat ego yang tinggi

“Aku tak mau tau, Aku jauh-jauh dari Korea ke sini hanya untuk bertemu denganmu dan Kau seperti ini Lee Donghae” ucap Yoona. Donghae melirik yeoja yang di sampingnya itu dan tatapan tajamnya meredup seketika. Ia mengangguk pelan dan mulai bergumam “Baiklah”

“Sekarang Aku akan membawamu ke tempat yang ku tau dan jangan ada protes” ucap Donghae masih kesal dengan tingkah Yoona. Ia menjalankan mobilnya menuju tempat yang Ia tau, dan saat melewati tower bridge yang berada di sungai  thames, mata Yoona berbinar binar menatap pemandangan indah di hadapannya ini. Sungguh layaknya kerajaan dan pikirannya mulai melayang layang membayangkan dirinya yang menjadi putri kerajaan dan dinikahkan dengan pangeran kaya di jembatan ini. Kekanakan.

Mereka memang berasal dari keluarga kaya, namun kesempatan untuk keluar negri sangatlah tipis karena kesIbukan dari kedua orang tuanya. Namun Ayahnya berjanji, setelah Yoona lepas dari usia 17 tahun, Ia boleh pergi kemanapun yang Ia inginkan dengan seorang pengawal. Dan itu membuat kontorversi dengan Ayahnya karena tak ingin di ikuti oleh pengawal terus saat pergi ke London bertemu dengan Donghae, Oppa nya.

“Jika Aku menikah di sini nanti…”

“Jangan lebay Yoon,” potong Donghae dan langsung saja Ia menatap tajam orang yang baru saja mengatainya itu

“Kau tidak akan mengerti!” Pekiknya. Mereka melanjutkan perjalanan dan berhenti di sebuah parkiran besar. Di sana tertulis Queen Mary’s Garden

“Tempat apa ini?” Tanya Yoona. Sepertinya beberapa detik lagi Ia akan protes. Tapi Donghae dengan sangat percaya diri membawa Yoona ke sini berharap suasana romantis itu menular pada mereka

“Taman bunga…” Donghae mulai melihat palang besar yang tertulis di sana “Ratu Marry” lanjutnya. Ia mendengar dari teman kantornya, ada yang melamar kekasihnya di sini dan diterima. Itu pasti akan meninggalkan kesan yang sangat mendalam jika sepasang kekasih menghabiskan waktu bersama di sini.

“Mwoya!!! Kau mau Aku melihat bunga-bunga itu? Kita bahkan tidak bisa memakannya! Lihatlah, ini hanya kebun!! Eomma juga memilikinya di rumah!” Cerepet Yoona panjang lebar dan dengan sedikit pasrah, Donghae memejamkan matanya dan menyandarkan punggungnya pada kursi mobil.

“Sudah kukatakan tidak ada protes kan?” Tanya Donghae dengan memelankan suaranya, menahan geramnya atas tingkah dari gadis di hadapannya ini

“Yaaa!!! Aku tak mau kesinii” rungut Yoona sambil menggoyang goyangkan kakinya seperti anak kecil. Mereka diam dalam beberapa waktu lama sampai akhirnya Donghae memutuskan untuk mengalah. Di pikirannya sudah terbayang nanti Yoona yang terus saja mengkerutkan kening menatap taman indah itu dan akan di lihat aneh oleh pengunjung yang lainnya.

Donghae memutar mobilnya menuju pusat perbelanjaan harrods. Di pikirannya setiap wanita pasti menyukai tempat perbelanjaan. Meski uangnya harus terkuras untuk hal ini. Dan yang benar saja, saat mobil berhenti, satu detik kemudian Yoona sudah berada di luar sana. Donghae tak tau bagaimana caranya gadis itu keluar dengan secepat itu seperti hantu.

Mereka menghabiskan waktu bersama dengan melihat lihat belanjaan yang bagus. Suasana yang akan memasuki natal ini pun mulai terasa saat orang orang menggantungkan bola-bola merah dan silver di atas jalan. Salju-salju yang sedikit menutupi jalan tak membuat pengunjung menipis.

“Bersikap manislah jika Kau tak mau uangmu keluar” bisik Donghae di belakang Yoona. Sedari tadi yeoja itu masih tak mengacuhkan Donghae hingga Ia terdengar suara lelaki itu memberi isarat jika uang didompetnya tak akan habis. Ia sedikit berpikir akan harga dirinya, mau diapakan lagi, Ia dan Donghae sudah terlalu dekat hingga harga diri bukanlah hal perlu di acungkan. Ia berbalik dan tersenyum manis pada namja itu dan segera mensejajarkan tubuh mereka untuk berjalan bersama di sana.

*~2018~*

 “Oppa~!!” Teriak Yoona dari dalam kamar mandi “Aku sedang menghangatkan makanan di atas kompor! Nanti matikan yaa!!” Pekiknya lagi

“Kenapa tidak pakai mocrowave? Pabo” kesal Donghae. Mungkin Yoona tak mendengarkannya karena setelah berteriak Ia segera menghidupkan shower dan bermain dengan air. Sementara Donghae masih setia bersama obeng-obeng kecilnya untuk membenarkan handphone malangnya itu. Hari sudah malam saat mereka sampai di rumah. Siang hari di musim dingin memang terasa lebih cepat dari biasanya dan di sana, di atas sofa ada beberapa belanjaan yang tak banyak. Memang Yoona bukanlah gadis pemboros yang selalu menghabiskan uangnya dengan membeli tas-tas dan baju-baju mahal karena Ia tau Ibunya pasti akan membelikan itu untuknya. Ia hanya membeli barang barang yang menurutnya unik. Seperti lampu dengan kerangka juice tumpah yang unik dan sebagainya. Sehingga uang Donghae tak habis banyak karena gadis itu.

Ting nong

Donghae melirik kearah pintu, tempat sumber suara berbunyi. Dengan segera Ia berjalan kearah pintu tersebut dan membukanya setelah melirik siapa yang berkunjung lewat intercom.

“Wae?” Tanya Donghae

“Ada beberapa file yang harus di tandatangani. Aku menelponmu dan mengirimmu pesan. Apa tidak masuk?” Tanya Jung Soo.

“A-ani. Handphoneku rusak. Nanti ku perbaiki, pakai telpon rumah saja” ucapnya

“Baiklah” orang tersebut lantas pergi menuju apartementnya, meninggalkan Donghae berdiri di pintu menatap punggungnya. Lelaki itu masih betah di pintu sambil melihat lihat berkas yang ada hingga saat Ia berbalik, ada kobaran kuning kemerahan yang menyala di sana. Ia terdiam kaku saat menyadari kobaran itu adalah api.  Tiba-tiba kejadian 13 tahun lalu dimana Ia harus berhadapan dengan apa yang ada di hadapannya saat ini. Saat itu, panik memasukinya dan matanya masih membulat menatap pemandangan menakutkan yang membawanya terjun bersama kenangan pahit itu. Ia memundurkan langkah kakinya saat mendengar teriakan-teriakan dari kedua orang tuanya

“Donghae-ah!! Sini!” Pekik wanita paruh baya itu namun Donghae masih tetap berdiri kaku serta ketakutan menatap kamarnya yang sudah dipenuhi oleh si jago merah sampai dirasakannya seseorang menggendongnya dan membawanya keluar. Dirasakannya pelukan dari Ayahnya untuk terakhir kalinya dan saat di turunkan di tempat yang aman, Ia melirik kearah Ibunya yang masih terkepung oleh kobaran api, di mana saat itu juga sebuah kayu besar menimpa punggungnya, membua tubuhnya tertindih oleh benda berat itu. Dengan segera Ayahnya menurunkan tubuh mungil lelaki yang di gendongnya sebelum dengan segera Ia menyelamatkan Ibunya. Setelah itu semuanya hilang… Semua menghitam begitu saja saat donghae menatap kedua orang tuanya berusaha saling menyelamatkan sementara Ia tak bisa berbuat apa-apa.

“Oppa~!! Handuk kimononya kemana?!!” Pekik Yoona. Namun tak ada sahutan dari nama yang dipanggil. “Oppa!!!!” Pekiknya untuk yang kesekian kalinya. Dan akhirnya gadis itu memutuskan untuk mengenakan handuk agar tubuhnya terlilit. “Sepertinya ini juga bisa menutupi. Dan mungkin Donghae tak ada di rumah saat ini” desisnya pelan sambil membuka pintu kamar mandi dan alangkah kagetnya Ia saat melihat kobaran api tang tak terlalu besar itu berada di atas kompornya mengingat masakannya di sana . Itu bukanlah hal yang membuatnya kaget, melainkan Donghae yang hanya terpaku diam menatap kejadian di hadapannya itu.

“Kau gila?!!” Pekik Yoona sambil berlari ke dapur dan menatap marah pada Donghae yang masih terpaku penuh ketakutan menatap kobaran api kecil itu. Dengan cepat Yoona mengambil apa yang tersedia di sana dan detik itu juga ada air yang menyemprot mereka berdua dari atap. Pemadam kebakaran otomatis dan mengeluarkan air yang banyak membuat tubuh Yoona kembali basah bersama dengan handuknya. Dan dengan kesal Ia menyemrotkan apar tersebut hingga kompor tersebut di penuhi dengan busa putih. Ia menarik nafas lega saat si jago merah itu tak  terlihat lagi dan air yang menyemrot banyak itu masih setia menghujani mereka berdua.

“Donghae!! Lee Donghae!!” Pekik Yoona pada lelaki yang masih berpatung di sana. Yoona berjalan menghadap lelaki itu dan menatapnya kesal. Sadar akan api yang telah hilang, Donghae menatap mata kesal Yoona dan entah kenapa Ia mendekati Yoona dan merengkuh tubuh yang berbalut handuk itu kedalam pelukannya, menenggelamkan kepalanya pada pundak Yoona dan menangis bersama air yang perlahan mereda. Menyadari punggung yang bergetar itu, Yoona mengetahui lelaki yang memeluknya kini tengah menangis dan mengeratkan pelukannya

“Sukurlah” ucapnya lirih dengan suaranya yang parau, semua kemarahan Yoona akan sikap bodoh lelaki ini mereda seketika. Tangannya beralih membalas pelukan nya

“Gwaenchana” ucap Yoona lembut saat merasakan lelaki rapuh itu makin menangis dan mencengkram erat tubuh Yoona. Merasa sesak, Yoona melepaskan pelukan itu dan menatap mata sendu Donghae dan sedetik kemudian Ia tersadar akan apa yang Ia kenakan saat ini. Matanya membulat melihat Donghae yang dengan seenaknya memeluk tubuhnya yang hanya mengenakan handuk yang tak cukup untuk menutupi semuanya dan bagaimana jika handuk ini lepas?!! Ah, otak kotornya mulai melayang-layang.

Namun tak sedikitpun Donghae memikirkan hal yang sama. Hati dan pikirannya masih kalut dalam masa lalu hingga di dengarnya suara pintu yang tertutup dan menyadari Yoona sudah tak berada di hadapannya lagi.

*~2018~*

 “Eomma…”

“Kau sudah sampai? Bagaimana? Bagaimana keadaan Donghae?” Tanya Ibunya panjang lebar setelah menerima telpon dari anaknya itu

“Baik. Tapi Eomma, apa Donghae Oppa pernah trauma dengan api?” Tanya Yoona masih sedikit bingung setelah mengganti bajunya. Rambutnya kembali basah karena hal yang tadi

“Orang tuanya meninggal saat kebakaran dirumah mereka dan hanya Donghae yang selamat” terang Ibunya “Kenapa Kau bertanya?”

*~2018~*

 “Donghae Oppa…” Panggil Yoona, kali ini tidak dengan suara tinggi. Ia beranjak menuju sofa dan menemukan Donghae tengah membaringkan tubuhnya di sana. Yoona melempari handuk putih yang masih kering dan hangat pada Donghae “Keringkan tubuhmu dan tidurlah di kasur” perintah Yoona.

Melihat Donghae yang tak bergeming sedikitpun, gadis itu kemudian meraih tangannya dan menarik keras tubuh lelaki itu “Cepatlah sebelum Kau sakit! Aku tak mau mengurusimu nanti” kesalnya lagi.  Dan kali ini Donghae mengalah dan beranjak memasuki kamar untuk mengganti pakaiannya kemudian menutup tubuhnya didalam selimut. Mencoba untuk tenggelam bersama mimpi indahnya.

Namun usahanya gagal, mimpi buruk akan masa lalu menghampirinya dan membuat peluh mengalir deras di keningnya. Rasa-resah di rasakannya dan mulai mengatakan sesuatu sesuatu yang aneh membuat Yoona terjaga dari tidurnya dan beralih menatap lelaki di sebelahnya itu yang tengah resah dalam tidurnya.

“eom…ma” gumamnya pelan dengan mata tertutup. Yoona bangkit dari tidurnya dan menyeka keringat di dahi Donghae dengan tangannya kemudian memukul pelan pipi lelaki itu

“Bangun Hae… Kau mengigau” ucapnya pelan. Belum pernah di lihatnya sisi seorang Lee Donghae yang serapuh ini, dengan sedikit menjangkau lampu tidur di meja nakas samping tempat tidur, Yoona berusaha menghidupkannya. Namun tangannya dengan cepat di tarik hingga Ia terjatuh menimpa tubuh lelaki itu, terkesan seperti menindih karena wajah mereka sejajar dan mata lelaki itu perlahan terbuka

“K-Kau mengigau” ucap Yoona pelan dan kali ini Donghae membelalakkan matanya dan dengan cepat mendorong tubuh Yoona kemudian bangkit dari tidurnya

“K-Kau tidur di sini?!” Pekik Donghae dan di jawab anggukan pelan oleh Yoona

“Wae?” Tanya Yoona dengan polosnya. Mata Donghae beralih menatap Yoona yang ‘hanya’ mengenakan baju daster bergambar mickey mouse selutut dan baju itu sedikit terangkat hingga pahanya. Matanya terpaku di sana, sementara yang dilihat menyadari tatapan itu, Yoona sedikit menurunkannya hingga kelutut

“Apa yang Kau pikirkan Lee Donghae?! Kita hanya tidur berdua dan tidak melakukan apapun!!!” Pekik Yoona tak terima dengan tatapan aneh Donghae.

“Kau tau kan? Kita sudah dewasa sekarang. Apapun bisa terjadi Im Yoona”

“Dan tak akan terjadi jika kita saling menjaga” lanjut Yoona. Baiklah, Donghae mulai mengalah dan duduk di pinggiran ranjang. Yoona segera menghidupkan lampu karena dari tadi hanya remang remang yang Ia dapati. Ia beralih ke dapur untuk membawakan air. Aneh. Kenapa Donghae sangat aneh? Padahal dulu Ia dan Donghae tidur bersama dan biasa saja. Perlahan tangan Yoona menuruni dasternya lagi “Apa ini terlalu terbuka? Seharusnya Aku membawa piyama” desisnya pelan. Ia segera memasuki pintu kamar dan menemukan Donghae masih duduk seperti tadi kemudian memberikan air itu

“Gumawo” ucap Donghae serak kemudian meneguk air tersebut hingga tandas

“Kau mimpi buruk?” Tanya Yoona yang sudah duduk di sampingnya. Donghae mengangguk kemudian kembali berbaring untuk tidur  setelah melihat jam.

“Sudah jam dua malam” gumam Yoona pelan kemudian kembali tidur di balik selimut hangatnya. Tak beberapa lama setelah tubuhnya terbaring sempurna, sebuah tangan melingkar di perutnya dan dapat dirasakannya aura hangat merasuki tubuhnya. Dapat di rasakannya deru nafas seseorang mengalir di lehernya dan membuat rasa sedikit resah hingga Yoona berusaha untuk melepaskannya

“Salahmu. Biarkan begini dulu” ucap Donghae pelan sambil mengeratkan pelukannya. Yoona membiarkan tingkah Donghae yang satu ini mengingat betapa rapuhnya lelaki ini saat melihat api tadi.

Donghae mulai menggeliat dan merapatkan tubuhnya. Jujur itu membuat Yoona sedikit risih, namun lama kelamaan Ia juga menikmatinya dan tertidur dalam pelukan Donghae.

*~2018~*

Sinar pagi mulai menjalar masuk melalui ventilasi kamar itu. Suasana remang cahaya mulai terlihat jelas saat lelaki itu membuka matanya sempurna. Bunyi klakson mobil dan suara jalanan sedikit menghiasi heningnya ruangan ini. Donghae bangkit dari tidurnya dan duduk di atas kasur empuk itu sambil matanya memperhatikan pemandangan yang tak kalah indahnya dari kota London. Im Yoona.

Wajah polosnya sedang menutup mata sangat indah. Perlahan Donghae mencondongkan tubuhnya mendekati Yoona dan melihatnya lebih dekat dan dalam, jantungnya mulai bergerak tak karuan mengalahkan olah raga pagi yang biasanya dilakukan lelaki itu. Sebuah senyum pahit terukir di bibirnya  “Kau salah Im Yoona” desisnya pelan kemudian bibirnya menyentuh sempurna bibir yang pemiliknya tengah tertidur pulas itu. Mengecupnya pelan dan lembut. “Ketahuilah, Aku mencintaimu”

>>24 april 2010

Makan malam dan jamuan itu akhirnya selesai seperti yang diinginkan pemilik rumah. Donghae serta Ayahnya masih berdiri menatap mobil yang perlahan keluar melalui pagar besar itu dan helaan nafas terdengar di telinganya dan melirik sang pemilik suara. Appanya balik menatap Donghae dan tersenyum lembut

“Sepertinya akan turun hujan” ucapnya. Entah apa maksud dari kalimat-kalimat itu dan dengan tepukan pelan di pundaknya, lelaki paruh baya itu pergi meninggalkan Donghae sendiri di depan pintu tengah kebingungan menatap langit yang penuh bintang itu.  Entah berapa lama Ia berdiri di sini hingga seorang pelayan menghampirinya.

“Tuan muda, anda di panggil presdir untuk menghadapnya diruang kerja” ucapnya. Donghae mengangguk pelan dan beranjak menuju ruang kerja milik Ayahnya itu.

*~2220~*

 “Cho Kyuhyun” desis Donghae pelan sambil menatap lekat pada layar laptop di hadapannya itu yang terus saja memberikan informasi tertulis mengenai kehidupan salah seorang pewaris dari keluarga Cho. Memiliki seorang kakak yang sudah berkeluarga dan Cho Kyuhyun, di usia 19 tahunnya sudah mendapatkan gelar CEO di perusahaan Ayahnya karena penyakit yang diidam oleh orang tuanya, tak dapat membuatnya lebih lama di meja kerja meski Ia menginginkannya. Kini sangat sulit hanya untuk sekedar berjalan. Cho Kyuhyun, meski memiliki usia yang sama dengan lelaki yang tengah mengamati lekat wajah Cho Kyuhyun itu, namun lelaki bermarga Cho tersebut lulus lebih cepat darinya “Apa mungkin Ia penggila kerja? Atau orang yang jenius?” Desis Donghae dalam kekalutannya.

*~2220~*

 “Dia sudah tidur?” Tanya Donghae saat memasuki kamar Yoona. Ia melirik ke belakang pelayan tersebut, di sana ada Yoona yang tengah tertidur pulas dengan piyama birunya.

“Ne” jawab pelayan itu kemudian menunduk kemudian pergi meninggalkan Donghae

“Seberapa tinggi dosisnya?” Tanya Donghae membuat langkah kaki pelayan itu terhenti kemudian dengan sedikit ragu Ia membalikkan tubuhnya

“Dosis terendah, tuan” jawabnya. Donghae menangguk mengerti dan wanita itu pergi meninggalkan Donghae dan Yoona berdua di kamar itu. Langkahnya terus beriring pelan menuju ranjang tempat Yoona terbaring. Wajah polosnya masih sama seperti dua tahun yang lalu. Perlahan tangan Donghae mengelus pipi gadis itu pelan dan sedikit tersenyum melihat  wajah dari orang yang sangat Ia cintai tertidur pulas meski di dorong oleh obat penidur. Ia tau, pasti Yoona menangis setelah acara makan malam itu selesai.

“Gwaenchana. Dia lelaki yang baik” ucap Donghae pelan dengan tangannya tetap mengelus lembut pipi gadis itu dan menyibakkan anak rambutnya ke belakang telinganya yang kini mendadak memerah dengan diikuti air yang mengalir indah dari ujung matanya, turun menelusuri anak rambut yang berada di atas telinganya. Ia menangis dan kini bahu gadis itu bergetar, bibirnya di gigit kuat membuat Donghae tersadar, gadis itu tak sedang tidur saat ini. “Bangunlah, semua sudah pergi saat ini” ucap Donghae dengan suara yang mulai serak, tangannya perlahan menghapus jejak air mata itu kemudian di susul dengan cairan air mata yang tak hentinya keluar, terjun bersama semua kesedihan gadis cantik itu yang perlahan membukakan matanya, terlihat buliran air mata yang mendesak keluar dari sana dan kini jemarinya menggenggam kuat jas yang masih menempel pada tubuh lelaki di hadapannya itu “Tolong Aku, Oppa” ucapnya samar-samar dengan gelengan kepala secara perlahan. Donghae menatap kedua bola mata coklat itu dan dengan perlahan melepaskan genggaman erat dari tangan Yoona dengan segenap kesadaran dan kewarasannya.

Kini Ia mengusap pelan rambut adiknya itu “Tidurlah, sudah larut” ucapnya sambil menatap kedua bola mata yang kini sudah membuyar dengan air mata yang sedari tadi setia menumpuk di sana. Dengan berat hati lelaki itu melangkahkan kakinya menuju pintu, meninggalkan Yoona yang entah seperti apa keadaannya saat ini, sendiri tanpa Donghae yang biasanya selalu berada di sampingnya, menjadi kesatrianya, menjadi penjaganya, serta penenang hatinya.

Donghae menggenggam erat engsel pintu dan kemudian menguncinya, mengurungi niatnya untuk pergi meninggalkan Yoona kemudian berbalik menatap Yoona yang tengah terduduk menunduk, membiarkan air matanya berjatuhan di atas selimut tebalnya.

Perlahan langkah kaki itu berhenti tepat di tepi kasur dan menangkup tubuh rapuh gadis itu kedalam pelukannya, membiarkan Yoona menangis di perutnya karena memang Ia tengah berdiri di tepi kasur saat ini.

*~2220~*

Lima belas menit yang lalu

“Kau menyukainya bukan?”

“Tidak aboji. ” jawab Donghae mencoba sekuat tenaga untuk tenang

“Wajahmu sama kagetnya dengan Yoona saat Aku mengatakannya tadi” lanjutnya kemudian berdehem  “Kau tau Kau akan sukses Lee Donghae? Setelah Kau kesini, Aku akan membiarkanmu memimpin cabang perusahaan terbesar kita yang ada di Paris. Di London itu terlalu mudah untuk Kau gapai” lanjutnya

“Ne aboji”

“Dan Yoona, setelah bertunangan katanya akan membuat butik di Paris” ucapnya lagi  “Aku akan mencarikan anak dari investor terkenal yang bisa Kau nikahi, Donghae-ah. Yoona bukan satu satunya permata perusahaan. Pujuk lah Yoona agar Ia mau menerima tunangannya” lanjut pria paruh baya itu lagi. Bagaimana bisa Ia membuat Yoona jatuh cinta pada lelaki itu di saat hatinya menolak keras?!

 

Kau tak akan pernah bisa menentang matahari… Itu sudah hukum alam

To Be Continued…

Hola readers~~

terima kasih atas responnya di chapter sebelumnya

banyak yang beranggapan jika FF ini sad dan sebagainya ‘_’)

itu Cuma seidkit konflik yang aku masukkan agar FF nya tidak hambar ‘_’)

Tenang saja, selagi di Genre aku tidak mencantumkan ‘Sad’ ‘Angst’ ‘Hurt’ dsb,

kuharap dengan mengetahui Ending ini, kalian masih mau meninggalkan komentar sebagai penyemangat tersediri untuk membuat project FF Yoonhae yang sudah mulai menumpuk di otak /?

haha :^)

well~ thanks for reading 

67 thoughts on “Together (Chapter 2)

  1. Sediiiiih.. Kenapa ayah yoona begitu bersikeras buat ngejodohin, bahkan nyuruh donghe bikin yoona jatuh cinta ama kyu… Tapi tambah seru nih ceritanya…

  2. yoonhae momentnya so sweet “ketahuilah, aku mencintaimu.” kalimat yg aku suka , sdkit kritik shrusnya “donghae-ya” bkn “donghae-ah” & ga bgtu suka sama kata2 alay di chapter ini but ini udh bgus

  3. Ya, kenapa jadi sedih gini, ayo donghae jgn nyerah pertahankan yoona agar tak lepas darimu,, lagian yoona juga gk cinta kan ma calon tungannya jadi buat apa dipaksain.

  4. Kasian D0nghae waktu kebakaran jd ke ingat sama meninggal.a 0rang tua.a dulu,.
    Abe0ji.a Y00na & D0nghae bilang prmata perusahaan.a bukan hanya Y00na, tp D0nghae jg & bakal cariin istri buat D0nghae srta minta D0nghae buat bujuk Y00na supaya mau nerima Kyuhyun., Yg saking gk mau.a smpai harus d kasih 0bat penenang,.
    Kasian mereka brdua, k0nflik.a mulai keliatan nih.,,

  5. ‘ketauhilah aku mencintaimu’ uhhh tp yoong eonii gmna??? Hemm gmna yah klanjutannya.. #pnsrang..
    Thor kamu daebak.. 😀

  6. yoona terlalu bergantung sm donghae jd ga sadar kl sbnrnya si dongdong suka sm dy, tp sakitnya terasa sih pas bagian yg terakhir itu ;_;

  7. sedikit agak bingung si sma ceritanya
    di sini yoona manja bnget sma donghae bner-bner oppa yg syag bnget sma saengnya tpi bagi donghae di syang artian apa ya
    oh ternyata donghae bukan anak kandung keluarga Im toh

  8. sukaa sama cerita author..
    selama ini donghae selalu jadi tembok besar buat yoona bersandar, ternyata juga bisa serapuh itu klo inget traumanya..
    , trus yoona ada disampingnya buat nenangin.. bukti kalo mereka itu saling membutuhkan.. sweet yoonhae.. 🙂
    hmm kyaknya dari awal ayah yoona emang udah tau kalo donghae suka sama yoona..
    author daebakk

  9. Ngebayangin sikap YoonA di ff ini lucu >< kira2 KyuHyun bakal jatuh cinta ngga ya sama Yoong? kayanya kalo Kyu suka sama Yoong lebih rumit lagi :3

Komentarmu?