I Love My Bos (Chapter 6-END)

1466040_684719814895253_1709580960_n

I Love My Boss (6th) – End

Title : I Love My Bos

Author : Miss.Lee

Main Cast :

  • Lee Donghae
  • Im Yoona

Other cast :

  • Kim Taeyeon
  • Choi Sooyoung

Genre: Romance, comedy

Lenght : Chapter

Rating : PG-13

 

Note     : di part ini semuanya pake sudut pandang author 😀 Happy reading^^

                                  

2013

© Miss. Lee Storyline

 

Donghae memasuki apartemennya dengan senyum yang merekah. Ia tidak pernah merasa sebahagia ini. Hanya karena Yoona-gadis yang ia sayangi sudah memaafkannya, sungguh membuat hatinya terasa begitu bahagia sekali.

“Yoona apa yang kau lakukan padaku sampai aku seperti ini?”

Ia berjalan menuju sofa ruang tamu dan merebahkan dirinya disana. Ia mengeluarkan ponselnya dari saku jas kerjanya. Dilihatnya ada dua pesan suara dari…. Sandara!, ada apa gadis itu mengirim pesan suara padanya?

‘ Donghae, kau bahagia? Kau senang bersamanya? Aku rasa kau akan menjawab iya. Aku benar bukan? Jika kau bahagia, sepertinya aku juga akan merasa bahagia. Sepertinya aku tidak akan mengganggumu lagi, kau senang? Kau boleh berpesta ria setelah mendengar pesan ini’

Plip

Pesan itu berhenti disana. Sandara tidak akan mengganggunya lagi? Bolehkah ia berbahagia? Tapi kenapa ia tiba-tiba seperti ini? Donghae menekan panggilan suara yang kedua, lalu mulai mendengarkannya.

‘Selamat tinggal Donghae, aku akan pergi ke tempat dimana semua orang tidak akan pernah bisa menemukanku. Kau boleh bahagia mulai sekarang’

Donghae membulatkan kedua matanya, apa maksud gadis ini? Pergi ke tempat dimana semua orang tidak akan menemukannya? Apa itu… kematian?

Gadis itu, apa ia hendak bunuh diri?

#

Sandara memandang gedung apartement Donghae dengan nanar. Rasanya sekarang ia sungguh malu untuk menginjakkan kakinya disana. Entahlah, ia merasa banyak berdosa pada Donghae selama ini. Tanpa terasa air matanya jatuh, selama ini  perbuatannya salah. Ia telah begitu menyakiti perasaan lelaki itu.

Sandara segera menghapus air matanya dan merapatkan tubuhnya di balik pohon besar di sebrang gedung apartement Donghae. Dilihatnya Donghae keluar dengan tergesa lalu masuk kedalam mobilnya. Apa Donghae sudah mendengar pesan darinya? Apa dia hendak mencarinya?

“Donghae-ya? Apa kau hendak mencariku?”

Sandara tertawa hambar. Ia tau Donghae tipe orang yang peduli terhadap apapun, termasuk dirinya. Sebenci apapun Donghae pada apapun atau siapapun, ia akan selalu memaafkannya. Apakah itu berarti Donghae akan memaafkan Sandara atas semua kesalahannya?

“Aku tau kau akan mencariku. Jika memang pada akhirnya kau menemukanku itu artinya kau masih peduli terhadapku”

Dengan langkah lunglai Sandara meninggalkan tempat itu, ia akan pergi sejauh yang ia bisa dengan semua penyesalannya. Jika Donghae tidak memaafkannya, apakah dunia juga tidak mau memaafkannya?

#

“Em, Kyuhyun sajangnim ada apa anda memanggil saya?”

“Oh Yoona kau sudah datang? Duduklah, tidak baik berbicara sambil berdiri”

Yoona segera mendudukan dirinya di sofa seberang Kyuhyun. Gadis itu merasa aneh, tidak ada angin tidak ada hujan kenapa tiba-tiba lelaki di hadapanya ini memanggilnya? Bahkan nada suaranya seolah-olah mereka telah lama saling mengenal.

“Oh, jadi seperti ini wajahmu jika di lihat secara dekat?”

Yoona menaikkan alisnya “Ye? Maksud anda?”

Kyuhyun tertawa kecil “Tidak usah seformal itu padaku. Aku belum pernah melihat wajahmu dalam jarak sedekat ini, ternyata kau cantik. Pantas saja Donghae Hyung menyukaimu”

“Apa? Kau-“

“Ya aku tau, bahkan seluruh kantor juga tau” ujarnya memotong perkataan Yoona. Gadis itu membulatkan matanya, seluruh kantor tau? Apa mereka mengira bahwa dirinya menggoda Donghae? Dia yang merebut Donghae dari Sandara?

“Mereka tidak berpikir seperti itu. jadi kau tidak perlu khawatir mengenai itu” jawab Kyuhyun, seolah mengetahui apa yang Yoona pikirkan.

Yoona menghela nafas lega, setidaknya apa yang Yoona pikirkan sama sekali tidak terjadi. Ia patut bernafas lega. “Lalu, kau tau darimana? A-aku sama sekali tidak pernah merebutnya dari Sandara-ssi”

Kyuhyun tersenyum simpul “Aku tau. Donghae yang mengatakannya, jika dia tidak mengatakannya mana mungkin aku tau. Lagipula sepertinya aku kurang kerjaan saja mencari tau tentang kalian. Memangnya kalian itu selebritis?”

“Dia bilang kau gadisnya, dan tidak ada seorang pun yang  boleh mendekatimu ataupun menyakitimu. Bahkan saat mengatakannya ia masih berstatus sebagai tunangan Sandara. Saat itu aku berpikir ia sudah tidak waras” lanjutnya seraya menaruh satunya tangannya di atas dagu tegasnya.

Yoona menundukkan kepalanya, wajahnya bersemu merah. Benarkah Donghae mengatakan itu? ish, dasar lelaki macam apa dia itu? bahkan saat itu mereka belum sedekat sekarang. Tanpa sadar kini ia tengah tersenyum bahagia. Apakah akhir kisahnya akan sebahagia dengan yang ada di benaknya?

“Aku menyuruhmu kemari karena ingin mengucapkan selamat sekaligus aku ingin menyerahkan ini padamu” ujar Kyuhyun seraya menyerahkan sebuah kartu, seperti kartu undangan.

“Kwon Yuri & Cho Kyuhyun? Kau akan menikah?”

Kyuhyun mengangguk “Kami akan menikah di Swiss, tadi aku sudah ke ruangan Donghae Hyung tapi ternyata dia tidak ada. jadi sekarang aku serahkan saja padamu, sepertinya sore ini aku harus pergi ke Swiss untuk mengurus pernikahanku”

Yoona mengangguk paham “Selamat juga untukmu dan Yuri-ssi. Aku pasti akan menyampaikan undangan ini pada Donghae. Apa ada lagi yang ingin kau sampaikan?”

Kyuhyun terdiam sejenak “Sampaikan maafkan pada Donghae. Dia pasti mengerti, kau boleh keluar sekarang”

Yoona mengangguk paham, ia membungkuk lalu bergegas pergi. “Yoona” panggil Kyuhyun, membuat langkahnya terhenti. Ia berbalik menghadap Kyuhyun, sepertinya lelaki itu tidak seburuk yang ia pikirkan.

“Gomawo”

#

“Sampai kapan kau akan melihat ponselmu terus-menerus? cepatlah makan, kapan tubuhmu akan berisi jika kau malas makan?”

Yoona mendengus sebal “Sebentar lagi Eomma, aku menunggu telepon dari Donghae. Seharian ini aku tidak melihatnya di kantor”

“Mungkin dia kabur meninggalkanmu, mana mau dia dengan gadis kurus sepertimu” sahut jihyun adik Yoona.

“Yak, beraninya kau bicara seperti itu? kau pikir kau tidak kurus? Lihatlah bahkan kau lebih kurus dariku”

“Aish sudahlah, Yoona kau sungguh tidak mau makan?” lerai Ibunya. Yoona menggeleng sebal, sambil terus menatap ponselnya.

Ia khawatir pada Donghae tidak biasanya namja itu seperti ini. Apa terjadi sesuatu? Apa ini menyangkut Sandara?

“Selamat tinggal Donghae, aku akan pergi ke tempat dimana semua orang tidak akan pernah bisa menemukanku. Kau boleh bahagia mulai sekarang”

Ia teringat pada pesan Sandara tempo lalu, apa Donghae tidak ada karena ini? Apa sekarang Donghae sedang mencari Sandara? Tiba-tiba Yoona rasanya ingin menangis, ia beranjak dari sofa yang di dudukinya

“Yoona kau mau kemana?” teriak Ibunya.

“Aku pergi dulu sebentar Eomma, aku akan segera kembali”

Yoona berlari menuju pintu rumahnya lalu dengan cepat membukanya. Ia berlari sekencangnya, ia takut apa yang ada di pikirannya terjadi.

Apa Sandara ingin mengambil Donghae kembali? Jika memang begitu, lalu bagaimana dengan dirinya? Bagaimana dengan kisahnya bersama Donghae?

“Donghae-ya, kau dimana?” panggilnya, dengan masih berlari entah kemana tujuannya.

Yoona berhenti berlari ketika dirasanya kakinya mulai lemas “Kau tidak berniat pergi dariku kan? tidak kan?”

“Aku sudah mempercayaimu Donghae, jangan tinggalkan aku”

#

Donghae mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru, ini sudah kesekian tempat yang Donghae datangi tapi ia sama sekali belum menemukan keberadaaan Sandara. Sungai Han, ia sangat tau Sandara pasti akan kemari jika gadis itu sedang dalam masalah.

“Sungan Han adalah tempat favoritku, jika suatu saat nanti aku menghilang kau bisa menemukanku disini”

Donghae masih mengingat bagaimana ekpresi Sandara ketika gadis itu mengucapkan kalimat itu. Sekarang Sandara sudah banyak berubah, tapi bagaimanapun ia tidak bisa menghapus bersih Sandara dalam hatinya. Meskipun hatinya bukan untuk gadis itu lagi, Sandara tetaplah orang yang dia sayangi.

“Kau dimana? Setelah semua yang terjadi kau pergi begitu saja?” lirihnya dengan nafas yang masih terengah-engah.

“Apa kau tidak pernah merasa bersalah?” teriaknya kencang.

“Bahkan aku tidak bisa membencimu meskipun aku sangat ingin melakukannya. Kau tidak berniat untuk keluar?” ujarnya lantang, ia yakin Sandara ada di sekitar sini.

“Kau masih peduli padaku?”

#

“Kau masih peduli padaku?”

Donghae membalikan badanya tatkala ia mendengar suara itu. Kini Sandara ada di hadapannya, ternyata gadis itu memang ada disini.

“Kau tidak berpikir aku akan bunuh diri bukan hingga kau mencariku sampai selarut ini?”

Donghae mendengus “Bukankah kau akan selalu melakukan hal yang gila? Mungkin termasuk bunuh diri”

“Dan jika itu terjadi kau akan menyelamatkanku begitu?” balasnya. Sandara merasa sedikit senang, setidaknya Donghae tidak membencinya dan masih peduli padanya.

Donghae berjalan menuju kursi yang ada di dekatnya “Sebenarnya apa yang sedang kau rencanakan?”

Sandara mengikuti langkah Donghae lalu duduk di sampingnya “Menurutmu apa yang tengah aku rencanakan?” tanyanya

Donghae menghela nafas kesal, kenapa Sandara jadi suka bermain-main seperti ini? Ini sama sekali bukan tipe seorang Sandara.

Sandara tertawa kecil “Baiklah-baiklah. Aku ingin kembali bersamamu”

Donghae menoleh dengan cepat ke arah Sandara, dilihatnya gadis itu sama sekali tidak tersenyum ataupun sedang bergurau seperti tadi. “Kau tidak serius bukan mengatakannya? Bukankah aku sudah-“

“Kau sudah bersama Yoona. Begitu kan yang akan kau katakan?”

“Donghae-ya, saat menerima pesan dariku kau merasa khawatir bukan? Kau masih peduli padaku kan? makanya kau mencariku sampai kemari. Bukankah itu artinya, aku masih berarti untukmu?” ujar Sandara, kali ini ia menggenggam tangan Donghae.

“Aku tau, sekarang kau mencintai Yoona, tapi bukan berarti kau tidak mencintaiku lagi bukan? Sampai kapanpun perasaan itu akan selalu ada untukku kan? bukankah dulu kau sering mengatakan hal itu?” lanjut Sandara, air matanya sudah jatuh mengalir.

#

Air mata Yoona semakin deras mengalir saat melihat pemandangan yang di saksikannya. Dua orang yang tengah menangis? Sandara dan Donghae menangis? Bahkan gadis itu memegang erat tangan Donghae.

Jadi dugaannya benar, Donghae mencari Sandara tanpa sepengetahuannya. Bahkan ia mencari gadis itu sampai selarut ini,

“Iya kau benar. Sampai kapanpun perasaan itu masih tetap ada”

Yoona terhenyak mendengar penuturan Donghae. Apa maksudnya itu, ia masih mencintai Sandara? Siapa disini yang sedang di permainkan?

“Kau masih mencintaiku kan Donghae? jika memang begitu, tinggalkan Yoona, kembalilah padaku. Aku takut sendirian” ujar Sandara, dilihatnya gadis itu semakin bercucuran air mata.

Yoona menggigit bibirnya menantikan kelanjutan jawaban Donghae.

“Iya aku masih mencintaimu, tapi-“

#

“Yoona kau darimana saja? Hei kau habis menangis?”

Tanpa menghiraukan perkataan Ibunya Yoona terus melanjutkan langkahnya memasuki kamarnya. Ia sudah terlalu lelah hanya untuk sekedar menjawab pertanyaan Ibunya.

“Ada dengannya Eomma?” tanya Jihyun, yang kebetulan juga ada disana. Ibunya hanya mengendikkan bahu tanda tak tau dan kembali melanjutkan pekerjaannyayang sempat tertunda-mencuci piring tentunya.

Di dalam kamarnya, Yoona hanya mampu menangis. Ia sudah tidak peduli bagaimana jawaban yang Donghae lontarkan. Ia tidak sanggup mendengarkannya, seharusnya ia sadar posisinya sekarang ini adalah apa. Ia bukanlah kekasih Donghae, lalu kenapa ia menangis? Oh ayolah pasti kalian tau bagaimana rasanya melihat orang yang kita cintai bersama wanita lain. Tentu sangat sakit.

“Kenapa aku begitu bodoh? Jelas-jelas Donghae  tidak pernah memintaku untuk menjadi kekasihnya. Jadi untuk apa aku menangis sekarang?” rutuknya.

“Aarrrrgh”

Membayangkan kejadian tadi sungguh membuatnya frustasi. Harusnya ia tidak pernah memberikan semua perasaannya pada Donghae. Harusnya ia tau, Sandara tidak akan pernah dengan mudah menyerahkan Donghae. Gadis itu begitu menginginkan Donghae disisinya. Tapi apa Donghae juga menginginkan Sandara untuk selalu disisinya? Atau Donghae menginginkan dirinya yang berada disisi namja itu?

“Mana mungkin aku yang dia inginkan. Babo!” gumamnya sambil memukul kecil kepalanya.

Lalu apa arti semua perkataan Donghae selama ini padanya? Apa arti perkataan Kyuhyun ? apa kedua namja itu tengah mempermainkannya?

Kembali Yoona menangis. Sepertinya kisahnya bersama Donghae tidak akan berakhir bahagia. Haruskah ia mengundurkan diri dari perusahaan dan pergi dari kehidupan Donghae?

#

Sooyoung mengusap-ngusap punggung Yoona yang bergetar, daritadi gadis di sampingnya itu hanya menangis tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

“Sudahlah Yoona, jangan menangis terus seperti ini. Bukankah kau kemari untuk menceritakan semuanya padaku?”

Yoona mengusap airmatanya pelan “Aku mencintai Donghae Sooyoung-ah”

Sooyoing menghela nafas sejenak “Aku tau, kau mencintainya. Bahkan sangat mencintainya. Lalu apa yang membuatmu menangis seperti ini?”

“Sandara”

Sooyoung memutar bola matanya kesal “Iya ada apa? Ada apa dengan Sandara? Ayolah Yoong, jangan berbelit-belit. Aku sudah tidak sa-”

“Donghae masih mencintai Sandara”

“Mereka berdua masih saling mencintai Sooyoung-ah, apa yang harus aku lakukan sekarang?” lanjut Yoona, kembali gadis itu menangis.

“Kau tau darimana Donghae masih mencintai Sandara?”

Yoona menghentikan tangisannya sejenak “Aku mendengarnya sendiri kemarin malam, Donghae berkata seperti itu”

Sooyoung mendecak kesal “Yoona, jadi karena itu kau tidak masuk kantor hari ini? Karna itu juga kau tidak mau menjawab semua panggilan telepon dari Donghae? Hanya karena kau mendengar Donghae masih mencintai Sandara? Sejak kapan kau jadi gadis yang melow seperti ini?”

“Kau sudah mendengar semua yang Donghae katakan?” tanya Sooyoung, yang di balas gelengan oleh Yoona. Ya tuhan, kenapa gadis ini begitu bodoh? Pikirnya.

“Dengarkan aku baik-baik. Belum semua yang kau dengar itu benar, lagipula kau tidak mendengarkan Donghae sampai selesai bicara. Siapa tau lanjutan dari perkataan Donghae bukanlah itu, seharusnya kau mendengarkan baik-baik. Kau tidak mendengarkan baik-baik malah menangis tersedu-sedu seperti itu. kau bodoh sekali” gerutunya panjang lebar.

Yoona kembali menangis “Lalu aku harus bagaimana sekarang? Saat itu aku sungguh tidak sanggup mendengar kelanjutannya lagi. Jadi aku cepat-cepat pergi darisana”

“Nah inilah kebodohanmu. Kurangilah kebodohanmu itu. jika Donghae tidak mencintaimu, lalu semua sikapnya selama ini kau artikan sebagai apa?”

“Sudahlah, lebih baik sekarang kau mandi dan juga makan. Kau ingin tubuhmu semakin mengenaskan?”

#

“Iya aku masih mencintaimu, tapi-“

“Tapi apa?”

“Tapi itu hanya berlaku beberapa tahun yang lalu. kau tau sendiri bukan sekarang bagaimana perasaanku? Aku mencintai Yoona sangat mencintainya”

Sandara kembali teringat kata-kata Donghae tempo lalu. ia pikir, ia bisa membawa Donghae kembali ke pelukannya. Tapi ternyata itu tidak akan pernah bisa ia lakukan. Sampai kapanpun tidak akan pernah bisa.

“Sepertinya kau akan sangat bahagia bersama Yoona”

Sandara meneguk segelas air putih dalam genggamanya. Ia mendudukan dirinya di sofa putih elegan miliknya.

“Sepertinya semua telah berakhir. Donghae bersama Yoona, dan Kyuhyun… bersama Yuri”

Sandara-gadis itu tertawa miris. Sedih rasanya mengingat dua lelaki yang dulu pernah mengisi hatinya kini sudah memiliki pasangan masing-masing. Lalu bagaimana dengannya? Setelah semua yang telah terjadi akankah ada seseorang yang mau mencintainya?

Sekarang dia harus pergi, pergi sejauh mungkin. Ia tidak mau mengganggu Donghae lagi. Bukankah ia telah berjanji jika ia gagal mendapatkan Donghae, ia akan melepaskan namja itu? dan sekarang ia telah gagal dan itu artinya ia harus segera pergi menjauh dari kehidupan Donghae.

“Aku sudah yakin sekarang. Baiklah aku akan pergi, Yoona-Donghae semoga kalian bahagia”

#

Yoona mengayunkan kakinya dengan asal. Naik ayun-ayunan seperti sekarang yang tengah ia lakukan seakan mengingatkannya pada kenangan masa kecilnya. Di taman ini, di ayunan ini ia selalu menghabiskan semua waktunya bersama keluarga tercintanya.

“Ternyata kau disini”

Yoona terkejut saat mendengar suara yang begitu familiar di telinganya. Suara khas seseorang yang begitu ia rindukan. Ia yakin itu adalah suara Donghae, Yoona mendongakkan kepalanya dan hatinya berdegub kencang ternyata ia tidak salah lelaki di hadapannya adalah Donghae.

“Hei, ini sudah malam kenapa kau masih disini?” tanyanya, Donghae mendudukan dirinya di ayunan sebelah Yoona.

Yoona hanya diam, lidahnya terasa kelu hanya untuk sekedar menjawab pertanyaan yang Donghae lontarkan.

Donghae tersenyum kecil “Kau tidak ingin bertanya kenapa aku bisa ada disini?”

Yoona kembali terdiam, tidak berniat sama sekali untuk menjawab pertanyaan Donghae. Donghae-namja itu kembali tersenyum sepertinya Yoona-gadisnya sedang dalam keadaan yang kurang baik.

“Kau sedang marah padaku? Begitu?”

“Tidak, untuk apa aku marah padamu” jawab Yoona cepat.

“Tidak menjawab semua panggilan telepon dariku, tidak masuk kantor selama beberapa hari, tidak ingin bertemu denganku. Apa arti semua itu? itu karena kau marah padaku bukan?” jawab Donghae santai, manik mananya meneliti garis wajah gadis yang begitu ia rindukan beberapa hari belakangan ini.

“I-itu, sebenrnya bu-bukan seperti itu. A-aku-“

“Bwhahahahaha” Donghae tertawa kencang, membuat perkataan Yoona terhenti. Gadis itu mengernyitkan dahinya bingung. “Kenapa kau malah tertawa, memangnya ada yang lucu?”

“Hfff, ada. kau yang lucu” jawabnya sambil menahan tawanya yang sebentar lagi akan meledak

“Aku? Ish kau menyebalkan” dengan gerakan cepat Yoona memukuli pundak Donghae. Lelaki itu tidak mencoba untuk mengindarkan.

“Aku mencintaimu”

#

“Aku mencintaimu”

Yoona menghentikan aksi pukul-memukulnya. Apa tadi yang Donghae katakan? Dia mencintai gadis itu? kenapa rasanya ia baru sekarang mendengar kata-kata itu? apa memang kenyataan begitu?

“Yoona, aku mencintaimu” ulang Donghae.

Yoona meletakan tangannya di atas dada, merasakan bagaimana jantungnya berdegub kencang sekali. Jangan katakan jantungnya ini ingin sekali melompat dari tempatnya.

“Hei kau mendengarku tidak? Aku mencintaimu, sangat mencintaimu” ulang Donghae kembali. Yonna-gadis itu hanya menundukan kepalanya, tidak berani melihat Donghae.

“Sandara” gumamnya.

Donghae menaikan sebelah alisnya “Sandara? Ada apa dengan Sandara? Kenapa kau memanggil namanya?”

“Bukankah kau masih mencintainya” jawab Yoona cepat. Sebenarnya ia tidak mau membicarakan tentang Sandara tapi bibirnya dengan lancang malah mengatakan hal itu.

“Oh jadi ini yang yang membuatmu menghindariku? Menangis setiap malam dan tidak mau makan? Hanya karena ini?” goda Donghae seraya menahan tawanya.

Yoona membulatkan matanya, darimana lelaki itu tau? Ia meremas kencang tangannya, pasti dari Sooyoung gadis tengik itu awas saja jika ia bertemu dengannya. Akan ku kubur hidup-hidup kau Choi Sooyoung, batinya.

Tiba-tiba Donghae menggenggam lembuat tangannya, memberikan senyuman yang sangat manis untuknya. Beruntung sekarang hanya ia yang melihatnya.

“Yoona dengarkan aku, perasaan cinta untuk Sandara sungguh tidak ada dalam hatiku. Walaupun aku masih peduli padanya, itu bukan karena aku mencintai Sandara sama sekali bukan. Yang aku tau sekarang aku mencintaimu” ucapnya, lalu mencium mesra kedua tangan Yoona.

“Kau mencintaiku tapi tidak pernah memintaku menjadi kekasihmu, babo!” gumamnya lirih tapi masih dapat di dengar oleh Donghae, terbukti lelaki itu tengah terkekeh pelan menanggapinya.

“Jadi kau ingin aku memintamu menjadi kekasihku?”

Yoona tersentak dengan pertanyaan Donghae, lelaki ini benar-benar aish. Ia malu sekali, ternyata Donghae si bodoh itu mendengar kalimatnya. Menyebalkan!

“Mwo? Kapan aku me-mengatakan seperti itu? kegeeran sekali, cih”

Donghae tertawa pelan “Bukankah selama ini kau kekasihku? Lalu semua perlakuanku padamu, ciumanku padamu kau artikan sebagai apa?”

Yoona menunduk malu, kenapa si bodoh ini malah mengungkit soal ciuman? Memalukan!. Yoona terdiam sejenak, lalu menoleh dengan tajam “Kekasih apanya? Kau tidak pernah memintaku menjadi kekasihmu. Aku juga butuh kepastian” ujarnya spontan, beberapa detik kemudian ia membekap mulutnya, sepertinya bibirnya itu telah salah berbicara lagi.

“Hahaha, jadi begitu. Kalau begitu mulai sekarang kau adalah kekasihku”

Yoona mendengus kesal “Apa-apaan itu? sungguh tidak romantis” ujarnya lalu melangkah pergi meninggalkan Donghae.

Donghae terlonjak kaget “Hei, kau mau kemana? Yak! Kau tidak mau menungguku? Yoona, hei jalan pelan-pelan jangan berlari seperti itu” teriak Donghae yang berlari kecil mengikuti Yoona yang berada jauh di depannya. Donghae mendengus kesal karena gadis itu sama sekali tak menggubris perkataanya.

“Aish gadis itu. dia tuli atau apa. Yak! Tunggu aku”

#

Donghae kembali meneliti undangan cantik itu. Undangan yang baru saja di berikan Yoona tadi pagi. Ia berjalan menuju kursi kerjanya. Membuka perlahan undangan itu. bodoh sekali gadisnya itu baru memberikan undangan ini hari ini. Matanya terbelalak saat melihat sepasang nama dalam surat undangan itu.

“Cho Kyuhyun-Kwon Yuri?” gumamnya.

Ia tidak habis pikir ternyata lelaki jutek itu memiliki kekasih. Dan sekarang faktanya mereka akan menikah, akhir bulan ini? Oh ayolah apa lelaki itu akan mendahuluinya?

“Tunggu, apa Sandara tau berita ini? Aku penasaran bagaimana ekpresinya”

Seharusnya ia yang lebih dulu menikah bukan malah si jutek-Kyuhyun. Dilihat dari umurpun ia yang seharusnya menikah lebih dulu. Arrrgh, sialan kau-Cho kyuhyun. Kenapa kau harus menikah terlebih dahulu?

“Bagaimana kabar Sandara, semenjak kejadian di sungai han waktu itu aku tidak pernah melihatnya lagi”

Apa gadis itu akan datang ke pernikahan Kyuhyun-mantan kekasihnya? Donghae mengernyit bingung, tadi Yoona menyampaikan bahwa saat menyerahkan undangan pernikahan itu Kyuhyun menyampaikan kata maaf untuknya. Apa maksudnya itu?

“Minta maaf…… untuk apa? Dia bisa minta maaf juga ternyata”

Donghae berpikir sejenak, ah iya dia ingat kenapa Kyuhyun meminta maaf padanya. Pasti ini ada hubungannya dengan Sandara di masa lalu. Ah sudahlah lupakan saja masa lalu, sekarang dirinya sedang mencoba bangkit untuk menggapai masa depan bersama seseorang yang sangat ia cintai.

#

Sandara menyeret kopernya keluar dari kediaman mewahnya. Di depan sana sopir pribadinya telah menunggu untuk mengantarkannya ke bandara dengan tujuan Swiss. Yah sepertinya ia akan menghilang dan pergi dari Korea. Negara yang begitu mengandung banyak kenangan manis maupun pahit baginya.

“Kau yakin akan pergi? Kau yakin tidak akan menyesal?”

“Iya haraboeji, aku tidak akan menyesal. Lagipula memang seharusnya aku berada di luar negeri bukan disini” lirihnya tercekat. Kenapa ia jadi cengeng seperti ini?

“Jika kau ingin kembali, maka kembalilah. Rumahku selalu terbuka untukmu”

Sandara menatap wajah kakeknya lekat-lekat. Di wajahnya terlihat beberapa lapisan yang berkerut, ia baru sadar bahwa sekarang kakeknya sudah tidak sekuat dulu lagi. Kemana ia selama ini.

“Eoh, jaga diri Haraboeji baik-baik. Lihatlah, kau sudah semakin tua” ucapnya sedikit bercanda. Ia tau, kakeknya ini pasti sedang bersedih sekarang.

Lelaki paruh baya yang di panggil Haraboeji itu tertawa kecil, sekarang ia seperti melihat sosok Sandara 10 tahun yang lalu. Saat gadis itu masih polos dan manja padanya. Ia merindukan kenangan lama itu.

“Aku pergi. Jangan bersedih saat aku tak ada, aku pasti akan sering menghubungi Haraboeji” ujarnya, kemudian ia masuk kedalam mobilnya di bantu oleh pelayan-pelayannya.

Lelaki paruh baya itu tersenyum tulus lantas mengangguk, ia melambaikan tangannya saat mobil itu melaju meninggalkan kediamannya.

Di dalam mobil Sandara segera memakai kacamata hitamnya untuk menutupi matanya yang kini tengah mengeluarkan air mata. Ia tidak ingin pergi dari sini, tapi takdir berkehendak lain. Lagipula jika ia masih disini itu sama saja membunuhnya secara perlahan. Ia tidak sanggup melihat kebersamaan Donghae dan Yoona-belum siap maksudnya.

“Sudah sampai nyonya. Anda ingin saya antar sampai ke dalam?” ujar sang supir yang langsung membuyarkan lamunan Sandara.

“Ah tidak usah aku bisa kesana sendiri. Ahjussi langsung pulag ke rumah saja. Temani Haraboeji”

Supir itu mengangguk paham, ia melajukan mobilnya saat Sandara sudah benar-benar keluar dari dalam mobil itu. gadis itu menoleh ke belakang, beberapa menit lagi ia sudah akan meninggalkan kota seoul.

“Untuk Lee Donghae dan Im Yoona, berbahagialah. Sampai jumpa di tahun-tahun berikutnya”

#

Yoona menatap langit malam diatasnya. Kenapa rasanya ia baru kembali menghirup udara yang begitu segar seperti sekarang ini? Perasaannya sekarang lega, ia lega karena sekarang faktanya Sandara sudah mengikhlaskan Donghae untuknya.

Ia tersenyum manis mengingat bagaimana awalnya ia dan Donghae saling mengenal. Donghae yang dulu dia kenal adalah sosok lelaki kesepian seperti seorang bocah di balik dasi kantornya. Dan sekarang ia tidak akan pernah membuat lelaki itu kesepian lagi.

“Sedang memikirkanku?”

Yoona terlonjak kaget saat tiba-tiba saja ada suara seseorang menyapa gendang telinganya. Donghae-namja itu seperti hantu saja, selalu saja mengagetkannya. Lelaki itu duduk di samping Yoona yang tengah duduk di ayunan belakang rumahnya.

“Oppa, kau membuatku kaget. Kupikir kau hantu”

Donghae tertawa lebar mendengarnya. Gadisnya benar-benar lucu. Masih saja percaya yang namanya hantu. “Yoona, kau sudah menerima pesan dari Sandara?”

Yoona mengangguk “Dia benar-benar tidak akan kembali lagi?”

“Entahlah aku tidak tau. Mungkin Sandara ingin menata kembali hidupnya yang sempat berantakan”

Yoona kembali mengangguk, seharusnya ia dan Donghae mengantarkan saat gadis itu pergi ke bandara. Tapi bodohnya gadis itu memberitahunya dan Donghae bahwa ia pergi ke Swiss saat gadis itu sudah sampai di Swiss. Ada sedikit rasa kecewa karena ia tidak bisa menyaksikan kepergian Sandara, entahlah ia hanya merasa begitu.

“Tidak usah dipirkan, mungkin Sandara begitu karena tidak ingin hatinya lebih sakit lagi. Aku mengerti perasaannya” ujar Donghae. Lelaki itu menarik kepala Yoona agar menyandar di bahunya.

“Aku bahagia Yoona, aku bahagia akhirnya kita bisa bersama”

Yoona memeluk erat lengan kiri Donghae, ia tersenyum bahagia “Aku juga sangat bahagia Donghae”

“Bagaimana kalau kita menikah?” ujar Donghae tiba-tiba.

Dengan cepat Yoona mengangkat kepalanya dari bahu Donghae. Mata gadis itu membulat sempurna “Kau gila? Menikah? Ish jangan mengarang”

“Yak! Aku serius, untuk apa kita lama berpacaran? Lebih kita resmikan saja dengan pesta pernikahan. Bagaimana?”

“Kau sedang melamarku sekarang?”

Donghae tersenyum lebar “Anggap saja begitu. Anggap saja aku sedang melamarmu sekarang”

Yoona mendengus sebal “Dimana-mana jika melamar itu harus membawa cincin. Kau bahkan tidak membawa benda itu”

“Aku tidak mau menikah denganmu”

#

“Sayang lihatlah kemari, hei jangan membelakangiku seperti itu”

Tanpa Donghae ketahui pipi gadis itu tengah merona. Baru kali ini Donghae memanggilnya dengan sebutan sayang. Kenapa rasanya senang sekali?

“Bukankah tadi sudah kukatakan? Aku tidak mau menikah denganmu” ketusnya.

Donghae terkekeh geli “Kau yakin? Nanti kau menyesal jika tidak mau menikah dengan lelaki setampan aku”

“kau tidak lihat di drama? Di drama-drama itu jika seorang lelaki mau melamar kekasihnya ia pasti akan mengatakannya dengan romantis. Lah kau? Jauh dari kata romantis”

“Mwo? Kau itu korban drama. Lagipula ini kehidupan nyata bukan di drama-drama yang sering kau tonton itu” cetus Donghae tak mau kalah.

“Tapi setidaknya kau berkata romantis padaku. ‘bagaimana kalau kita menikah saja?’ apa itu romantis? Aish, jinja menyebalkan”

“Arra. Kalau begitu berbaliklah. Aku akan mengatakan kata-kata yang akan membuatmu tidak akan pernah berhenti mencintaiku” dengan cepat Donghae membalikan tubuh gadis itu ke hadapannya, mengakitbakan ayunan yang mereka duduki sedikit berdecit.

Donghae mendekatkan wajahnya, mengetahui itu Yoona malah menjauhkan wajahnya tapi dengan cepat Donghae menahan tengkuknya “Pejamkan matamu sekarang”

“Kau tidak berniat menciumku kan?” tanyanya was-was

“”Memangnya kenapa? Aku kekasihmu, jika aku ingin menciummu itu sama sekali bukan masalah” protesnya. Membuat Yoona mendencak kesal. Ia segera memejamkan matanya, membayangkan apa yang akan Donghae lakukan selanjutnya.

“Oke kau boleh membuka matamu sekarang” perintah Donghae saat di rasanya benda yang akan ia tunjukan pada Yoona sudah benar-benar ada di genggamannya.

“Tidak ada apa-apa, kupikir kau akan membuat kejutan untukku” renggutnya kecewa.

“Eish, lihatlah ke bawah”

Yoona mengikuti arah pandang Donghae, ia terkejut melihat benda berkilau di hadapannya. Sebuah cincin berlian berkepala rilakkuma.

“Ini cincin?” Donghae menoyor kepala gadisnya pelan “Tentu saja. Ini bukanlah kue ulangtahun, tapi cincin. Untuk kekasihku tercinta”

Yoona hendak mengambil cincin itu, tapi Donghae malah menahan tangannya “Kau tidak ingin aku yang memasangkannya?”

Yoona tersenyum manis “Kalau begitu pasangkanlah”

Donghae ikut tersenyum lalu memasangkan cincin itu di jari manis Yoona. Begitupun sebaliknya. Donghae menggenggam kedua tangan gadis itu, menciumnya sejenak dengan penuh rasa cinta.

“Sepertinya semua kata-kata romantisku tiba-tiba hilang. Aku lupa bagaimana berkata romantis. Jadi mulai sekarang kau resmi menjadi calon istri Lee Donghae”

Yoona tertawa geli “Lamaran macam itu? bahkan aku belum memutuskan menerima lamaranmu. Aku hanya menerima cincin ini saja”

“Yak cincin ini adalah simbol. Jika kau menerima cincin ini itu artinya kau menerima lamaranku. Kau sudah tidak bisa mengelak lagi, mulai sekarang kau calon istriku dan akhir bulan ini kita harus menikah”

Yoona mendengus, sedikit heran pada sikap Donghae. Kenapa lelaki ini jadi suka memaksa seperti ini? “Aish, baiklah-baiklah aku mau menikah denganmu. Puas kau?”

Donghae tersenyum lebar, lalu mencium kilat bibir mungil Yoona “Aku mencintaimu”

Yoona tersenyum dibuatnya “Aku juga mencintaimu Lee Donghae”

Donghae menarik Yoona kedalam pelukannya. Menghirup feromon gadis dalam dekapannya itu. rasa bahagia membuncah dalam dirinya. Ia berharap kebahagian selalu turut menyertainya bersama Yoona “Mulai sekarang kau milikku. Aku tidak akan pernah melepaskanmu pada siapapun. Saranghae”

 

The END

Ya allah akhirnya kelar juga nih ff *fiuh~ setelah sekian lama ni ff menjamur di laptop akhirnya bisa rampung juga. Jujur susah banget nyari ide buat endingnya, jadi ya beginilah mohon maaf jika endingnya tidak sesuai dan terkesan maksa. Maaf jika di part terakhir ini banyak mengecewakan para readers sekalian. Dan maaf juga jika kalian menemukan beberapa typo dalam ff ini. Biasalah typo itu adalah seni dalam penulisan ff hehehe 😀

Oke tetap di tunggu komentar, kritik dan sarannya. Bagaimanapun tulisan yang saya tulis saya harap readers sekalian tidak menjadi silent readers dan tetap menjadi good readers dengan memberikan komentar kalian. Terimakasih dan sampai jumpa~

 

 

 

 

 

 

 

58 thoughts on “I Love My Bos (Chapter 6-END)

Komentarmu?