Twin (Chapter 5)

 twin

Title : Twin

Author: Lee Hanna

Cast: Im Yoona, Lee Donghae

Other Cast : Seo Joo Hyun(Seo Hyun), Kyuhyun, Yonghwa

Genre : Family, Tragedy,  Romance

Lenght: Chapter

Note : seharusnya ini bukan sepanjang ini….  harusnya sudah TBC waktu di rumah sakit. tapi rada nggak tega, nanti kalian penasaran padahal hal yang di penasarankan itu bukan hal yang besar. 🙂 jadi authors sambungin, makanya panjang. ^^ enjoy your reading yaa ^^

 

TWIN

“di hari eonni pergi ke incheon, ia baru tau paginya dariku dan langsung menyusulmu” ucap seohyun.

“nde?” tanyaku . apa… karena itu ia menjadi seperti sekarang ini? Jangan jangan ia melihat apa yang kyuhyun lakukan padaku…. maldeo andwae!

“apa.. kau yakin dia menyusulku?” tanyaku mulai memastikan lagi. Yeoja itu mengangguk pelan.

***

Aku langsung keluar dari taxi begitu sampai di depan kantor dan berlari masuk ke dalamnya setelah memastikan mobil donghae ada di parkiran kantor ini.

Nafasku tersenggal senggal saat berada di dalam lift dan akhirnya aku sampai ke lantai delapan. Dari sini, dari depan pintu lift ini dapat ku lihat donghae sedang mengunci pintu ruangannya dan berbalik. Suasana lantai delapan yang sepi karena karyawannya sudah pulang ini membuat donghae dengan mudahnya melihatku. Ia menatapku seolah bingung dengan sikapku yang tiba tiba hadir di depannya dengan tersenggal senggal dan persetan dengan penampilanku saat ini yang aku rasa sudah sangat kacau balau.

Perlahan ku langkahkan kakiku mendekat ke arahnya. Jantungku kembali berdegup kencang meski aku tau ini baru beberapa meter jauh darinya.

“donghae-ah…” namja itu diam menatapku. “k-kau sudah melihat nya kan? Makanya…. maka dari itu kau seperti ini padaku” ujarku saat jarak kami sudah semakin mendekat. Tatapan matanya berubah seketika.dapat ku lihat Ia memautkan alisnya.

“melihat apa?” tanyanya kemudian tersenyum padaku. Aku tau, itu bukan senyumannya. Seolah ada beban tertentu di senyumannya yang itu. seolah ia sedang menutupi sesuatu

“kau marah padaku kan? Ani, kau memang seharusnya marah padaku…” lanjutku. Tanganku perlahan memegang lengan atasnya dan menatapnya. Entah kenapa ada aura lain dari sosok Lee Donghae. ia kemudian melepaskan tanganku perlahan dan seulas senyum terukir indah di bibirnya

“waeyeo? Tidak ada salahnya aku melihatnya. Dan tidak ada yang bisa di sesali saat aku melihat nya.” Ujarnya,

“berhentilah bersikap seperti ini Lee donghae, jaebal. Katakan kau marah jika kau memang marah. Jangan membebaninya sendiri, aku bisa jelaskan semua”

“tidak perlu. itu sama sekali tidak bisa mengembalikan semuanya. jujur, aku ingin sekali melupakannya dan berharap saat itu aku kecelakaan dan amnesia. Tapi semuanya tidak berubah. Aku hanya seperti orang bodoh yang selalu melihat ke arahmu. Meski aku tau…” perlahan ku rasakan panas di pipiku karena air mataku mulai merambat turun melalui pipiku. Bibirku bergetar seketika.

“donghae-ah” desisku pelan. Namja itu kemudian tersenyum padaku

“gwaenchana. Itu hanya lima tahun yang lalu. Sekarang sama sekali tidak. Im Yoona benar benar sudah hilang perlahan,” jawabnya lalu beranjak meninggalkanku. Tanganku ku topangkan ke meja untuk menyandarkan tubuhku yang entah kenapa aku merasa tak sanggup lagi berdiri. Air mataku terus keluar hingga aku terduduk di sana. sendiri, di sini. Meringkuk meluapkan tangisku .

***

FLASH BACK ‘-‘)//

=drrrrt drrrrt= ku hentikan langkahku lantas merogoh kantong jas ku. Terpampang sebuah nama di sana. entahlah, aku ragu untuk menjawabnya.

“yeobseyeo” ucapku akhirnya

“yoona kau dimana? Masih di Incheon kan?” tanya namja itu

“ne, wae?”

“tunggu aku di sana” ucapnya lalu sambungannya terputus. Ku hela nafas panjang sambil terus menarik koperku.

Aku memilih untuk duduk di ujung ruang tunggu di bandara sambil menatap kosong ke depan.

Memikirkan suasana rumah sebelum kepergianku. Appa. Namja itu bahkan tidak  mengucapkan kata perpisahan sedikitpun padaku padaku. ‘jaga dirimu’ ‘jangan terlambat makan’ ‘hati hati di jalan’ ‘kalau sudah sampai kabari appa’ perkataan itu tak muncul sedikitpun dari bibirnya

“apa kau yakin akan pergi?” “seharusnya kau dengar appa, dasar keras kepala” hanya itu. hanya itu yang ia ucapkan hingga membuatku mempercepat langkahku keluar dari rumah itu dan alhasil, aku datang terlalu cepat ke bandara ini.

Tiba tiba seorang namja datang ke arahku.

“sudah datang?” tanyaku berbasa basi.

***

Ia menawariku sarapan bersama. Kami makan sambil berbagi cerita, ‘chingu, kita bisa berteman bukan?’ pertanyaan itu yang ia ucapkan hingga membuatku tak mampu menyeka nya lagi. Dan alhasil kami menjadi dekat kembali hanya dalam hitungan menit.

“ada yang ingin ku berikan padamu oppa” ucap yoona lalu mengobrak abrik isi tasnya. Di raihnya beberapa amplop itu dan memberikannya pada kyuhyun “mian. Selama kita pacaran, kembaranku menyukaimu dan menitipkan ini padaku untuk ku berikan padamu” ucap yoona. Kyuhyun melihat amplop amplop itu

“yoong, aku tidak mau kembaranmu. Aku mau nya kau” ucap kyuhyun lagi dengan nada melemas

“sepertinya sudah mulai, nanti aku telat. Yoong pergi ne” ucap ku tanpa menghiraukan perkataannya sebelumnya sambil menarik koperku sebelum ia menarik tanganku

“wae?” tanyaku

“bisakah aku memelukmu?” tanyanya. Aku berpikir sejenak. Ada apa dengannya? Bukankah ia seharusnya membenci ku? Tanpa menunggu jawaban dariku, ia langsung memelukku

“seharusnya aku membencimu” ucapnya kemudian “gumawo untuk hari ini. Aku tak akan melupakanmu” lanjutnya. Perlahan ia melepaskan pelukannya dan sedetik kemudian namja itu mencium bibirku. Mengecupnya lembut hanya dalam hitungan detik hingga ia melepaskannya lagi.

“wae? Kaget? mian” ucapnya. Aku tersenyum mendengarnya

“na kalkae” ucapku lalu berbalik dan pergi meninggalkannya.

END OF FLASHBACK’-‘)//

 

Ku tatap pantulan wajahku di cermin. Dan sedikit mengerang kesal melihat mataku yang sedikit bengkak karena menangis. Entah kenapa aku menangisi namja bodoh itu.

Namja yang biasanya memberikanku kehangatan dan sekarang sudah tidak ada lagi.

“keure, kau tidak boleh larut di masa lalu im yoona” desisku sambil meraih kaca mata full frame-ku.

***

Aku berjalan melewati lobi kantorku sambil memegang handphone yang ku letakkan di telingaku

“mian, eonni tadi malam ada urusan” bohongku

“arraesseo. Nanti siang bisa kan?” ku lirik jam tanganku

“kalau bisa nanti ku kirim pesan”

“nde, gumawo. Keurom annyeong” sambungan teleponnyapun di putuskan. Ku hela nafas panjang saat berada di dalam lift. Pintu perlahan tertutup hingga ada yang menahannya. Pintu itupun kembali terbuka. Namja yang menahan pintu itu menatapku dan sedikit membungkukkan punggungnya kemudian masuk ke dalam lift bersama ku.

Beberapa orang yang berada di dalam lift ini cukup banyak hingga membuatku mau tak mau harus berdempetan dengan namja yang ada di sebelah ku ini, dongae. Ia mengabaikanku. Tanpa merasa ada yang ku sembunyikan di balik kaca mataku ini.

***

Sudah lama sejak aku datang kesini namun appa hanya diam mengalihkan pandangannya, tak mau atau bahkan tak sudi hanya untuk menatap anaknya ini. Atau mungkin aku sudah bukan anaknya lagi?

“kenapa kau datang lagi?” tanyanya akhirnya. Ku hela nafas panjang. Aku sudah tau itu pertanyaan pertama yang akan ku dengar. Bukan sambutan yang manis layaknya keluarga yang lainnya

“hanya ingin menampakkan diriku padamu. Ingin memberitahu kalau aku bisa hidup dalam kurun waktu lima tahun tanpa sedikitpun uang darimu” jawabku seadanya. Dapat ku tangkap dari ekor mataku seohyun tengah menganga kaget dengan ucapanku

“mwo?!!” tanya appa geram

“wae? Apa aku salah? Yoona rasa tidak sedikitpun ada kata yang salah”

“kau menggunakan uang ibumu! Itu titik salahnya”

“itu bukan uangnya . itu uang suaminya” ucapku dengan penekanan di kalimat terakhirnya dan sukses membuat appa terdiam.

“keurom, na kalkae” ucapku lalu berdiri hendak keluar dari rumah ini

“makan lah di sini dulu” ucapan appa membuatku menghentikan langkahku. Aku tersenyum penuh kemenangan meski mereka tak melihatnya. Sudah ku duga.

***

Author POV

 

Suasana meja makan sangat sepi sebelum appa bertanya sesuatu pada yoona

“sekarang yoona tinggal di mana?”

“di perumahan Angelduty” jawab yeoja itu singkat. Sontak saja appa yoona sedikit shock mendengarnya. Dapat terlihat dari ekspresi namja itu yang terpampang jelas di wajahnya

“apa pekerjaanmu?”

“manager di perusahaan KP Group bagian perancangan”

“mwo? KP Group?! Uhuk uhuk ” seohyun dengan segera memberi appa minum. Yoona menatap appanya dengan senyum penuh kemenangan. Seolah ingin menyiksa namja tua itu perlahan

“aku selesai” jawab yoona. “sepertinya aku harus pulang. Apa makanan ini harus di bayar juga tuan Im?” tanyanya dengan nada melecehkan “bayar ke siapa? Seohyun? Seo… berapa kau beli semua bahan makanan ini?” tanya yeoja itu lagi sambil mengembangkan smirk nya.

Namja paruh baya itu terlihat shock dengan perilaku anaknya itu.

“kau benar benar keterlaluan”  pekik appa. Mendengar kata ‘keterlaluan’ senyuman yoona berubah  seketika. Ia menatap sinis kepada appanya tanpa menghiraukan siapa namja tua itu.

“keterlaluan? tsk” desis yoona pelan. Ia melirik ke arah segelas air di samping piringnya dan menumpahkannya di meja makan

“eonni…”

“yak! Apa yang kau lakukan?!” pekik appa

“air  ini tumpah dan mengotori meja makan… air  ini sangat keterlaluan. Tapi bukankah lebih keterlaluan aku, orang  yang menumpahkannya?” ucap yoona penuh dengan makna. Ia meletakkan gelas tersebut kemudian pergi meninggalkan suasana meja makan yang panas itu. sementara appanya masih sibuk mencari makna dari setiap kata yang di ucapkan yoona tadi.

***

“menangislaah… kau sudah seperti mayat hidup hanya diam di sini dari tadi” ucap yuri

“aku tak mau menyisihkan air mataku untuk mereka,” jawab yoona. Yeoja itu sudah tiga puluh menit duduk termenung di rumah yuri dalam diam dan menatap kosong ke depan

“kalau begitu ceritakan lah, apa yang membuatmu begini?” yoona kemudian menceritakan semuanya. yuri hanya menarik nafas panjang di akhir cerita yoona. Ia berpikir sejenak. Wajar yoona begitu. Tapi apa boleh buat, keadaan memaksa. Di liriknya yeoja di sampingnya itu. yeoja yang masih dengan tatapan kosongnya.

“lalu, kalau kau memang manager di perusahaan itu kenapa kau masih mencari rumah yang murah?”tanya yuri “bukannya kau pemegang saham kedua terbesar di sana?”

“benar” jawab yoona singkat

“lalu?”

“dulu waktu aku di Amerika dan bersekolah di Hardvard ada seorang dosen yang menyukai ku karena semangat ku. Ia sudah ku anggap seperti appa sendiri”  seketika yoona tersenyum mengingat masa lalunya “ia sudah tua dan memiliki perusahaan besar. Kedua anaknya tidak ada yang masuk ke kejuruan bisnis dan ia mengangkatku menjadi manager di salah satu cabang perusaannya. Tiga bulan aku kerja di sana hingga ia mengangkatku menjadi CEO. Aku memimpin dan memiliki perusahaan itu. ia memberikannya padaku dan berpesan untuk membeli saham juga di korea, suatu saat pasti berguna. Maka dari itu aku membeli nya di salahsatu perusahaan terbesar di Korea”

“lalu?”

“sembilan bulan kemudian ia meninggal. Anaknya tidak terima dengan aku yang memimpin perusahaan, jadi mereka menuntutku dengan alasan aku yang membunuh ayahnya. Aku tidak bisa apa apa. Aku tidak punya orang yang percaya padaku. Biar bagaimana pun aku adalah orang asing bagi mereka. Tentu saja mereka mencabut semua kewenanganku dan mengambil uangku dengan membawa pihak kepolisian sana. aku di bebaskan dan tak jadi di penjara,  tapi aku pulangkan ke Korea tanpa apapun.”

“lalu kenapa kau bisa bekerja di sini?”

“kau lupa? Anak anak nya itu adalah orang bodoh yang tidak tau apa apa tentang bisnis. Mereka bahkan tidak tau kalau aku mempunyai bayak saham di KP Group. Mereka memberikanku biaya pulang. Aku langsung menelpon KP Group menggunakan telepon kantorku di Amerika. Mengatakan kalau ada pekerja yang akan di pindahkan. KP group percaya dengan kebohonganku” jawab yeoja itu. seketika wajah yuri berubah. Tampak kekhawatiran di sana

“jika mereka tau kalau kau bukan resmi di pindahkan lalu kau bisa apa?”

“Mengancam.” aku memiliki saham. Ucap yoona. Yuri menghela nafas panjang

“aku tidak mengerti jalan pikiranmu”

“setiap manusia pasti melakukan hal hal seperti ini kalau terdesak”

“arra… sama seperti aku membunuh yeoja itu. jika ku ingat lagi, saat itu aku masih sangat muda untuk melakukan perbuatan senista itu” ucap yuri. Kali ini yoona beralih menatap sahabatnya itu

“kau tidak salah,” desisnya pelan

***

Setumpuk buku di meja kerja yeoja itu masih terletak rapi di sana. sementara yoona masih sibuk membaca tiap laporan yang di berikan karyawannya sambil memakan sallad-nya.

=drrrrt drrrt= tangan yeoja itu kemudian meraih handphone di sampingnya dan melihat panggilan masuk “donghae…” desisnya pelan.

“yeobseyeo?”

“…” tak ada jawaban dari namja itu

“hae, waeyeo?” tanya yoona lagi, kali ini dengan nada khawatir

“mau… temani aku?” tanyanya

***

“wae? Kau sudah banyak minum. Kau pasti lagi ada masalah”

“aniyaa” jawabnya sembari menuangkan isi botol soju tersebut ke sebuah gelas kecil dan meneguknya.

Yoona menarik nafas panjang sambil melirik tiga botol soju yang sudah kosong karena namja itu dan menyusul satu botol lagi

“ahjummaa!!!!” pekiknya

“nde?”

“bawakan satu lagi! ppalliii” pekik donghae

“hae… kau pasti sedang ada masalah. Cerita lah,” pujuk yoona lagi

“pabboya? Sudah ku bilang aku tidak ada masalah, aish…” namja itu kemudian menuangkan segelas di botol yoona

“minum! Minumlah…” dengan terpaksa yeoja itu menurutinya.

***

Yoona menghentikan mobil donghae tepat di depan rumah namja itu. di lihatnya rumah itu gelap gulita. Sepertinya sudah tidak berpenghuni lagi.

“apa dia sudah pindah?” tanya yoona. Ia melirik namja yang sedang tertidur pulas di kursi sebelah itu sambil memikirkan langkah apa yang akan ia ambil.

Hingga yeoja itu memutuskan untuk membawa donghae kerumahnya.

Dengan perlahan yoona menggopoh donghae menuju kamarnya dan menidurkan namja itu di kasurnya. Ia bernafas lega setelah beban berat donghae sudah tidak ada lagi

“kau berat juga ternyata” yeoja itu kemudian membuka sepatu dan kaos kaki donghae lalu membuka jas namja itu dan menggantungkannya.

=drrrrrt drrrrrt= yoona meraba kantong jas donghae dan mencari sumber suara hingga ia menemukan sebuah handphone. Terlihat jelas di depannya ada panggilan masuk dari kyuhyun.

Yoona menatap layar handphone itu lama hingga panggilan masuknya berakhir. Dengan lantangnya yeoja itu mengacak acak isi pesan dari kyuhyun hingga ia melihat pesan terakhirnya

‘hae, aku sudah mengkonfirmasi dari seseorang kalau Yoona ada di Korea, apa itu benar? Coba kau carikan ne? Kalau iya aku akan pergi ke Korea minggu depan’

“jadi karena ini” desis yoona pelan. Seketika ia tersenyum miris.

Ia kemudian memasukkan kembali handphone itu dan merasakan ada yang menganjal di kantong jas donghae. di ambilnya benda itu dan mulai memperhatikan bentuknya. Botol kecil dengan tablet tablet di dalamnya

“obat apa ini?” tanya yoona. Bahkan tidak ada nama obat dan jenisnya tercantum di botol tersebut.

“apa kau sakit hae?” desis yoona pelan sambil melirik ke arah donghae yang sedang tertidur pulas itu.

***

“kau sudah bangun?” sapa yoona saat donghae keluar dari kamarnya. Terlihat di sana yoona sedang merapikan meja makan dengan celemek kuningnya.

“makan lah, aku buatkan sup ikan” lanjut yeoja itu lagi. Donghae menyipitkan matanya

“bagaimana bisa aku ada di rumahmu?”

“kau mabuk tadi malam. Makan lah, katanya sup ikan sangat cocok untuk orang mabuk seperti mu” lanjut yoona lalu mengambil kursi di depan meja makan. Donghae beranjak menuju meja makan dan ikut serta makan bersama yoona.

***

“wae yoong?” tanya yuri saat baru sampai di sebuah cafe dengan membawakan sebotol coffee latte

“aku mau minta tolong padamu”

“tolong apa?”

“bisa cari tau ini obat apa?” tanya yoona sembari memberikan sebuah tablet di dalam plastik putih kecil. Yuri meraih obat itu dan melihatnya dengan seksama

“kau pasti punya kenalan untuk hal hal seperti ini”

“ne. Aku punya. Tapi ini obat siapa?”

“aku menemukannya di jas donghae”

“keure. Aku akan bantu” jawab yuri “tapi bagaimana kau bisa bertemu dengannya hingga kau memeriksa jasnya?” tanya yuri. Yoona langsung menceritakan semuanya.

Tanpa sadar, yuri sudah menjadi teman curhatnya selama ini. Beban Yang biasanya ia tanggung sendiri kini ia selalu berbagi cerita dengan yuri, chingunya.

***

Sepulang dari pertemuannya dengan yuri, yoona langsung pergi ke kantor. Tepat saat ia membuka pintu ia menemuka donghae sedang meletakkan beberapa map di atas meja yoona.

“donghae-ssi”

“oh, yoona-ssi. Aku hanya meletakkan desain desain yang sudah ku pilih dan sudah ku tambahkan. Dan juga ada pemesanan dari beberapa perusahaan”

“keure?” jawab yoona

“ne. Keurom” donghae berjalan melalui yoona

“donghae-ssi” panggil yoona lagi membuat langkah kaki namja itu terhenti “neo gwaenchana? Setelah mabuk kemarin apa keadaanmu baik?”

“ne” jawab donghae singkat tanpa menghadap ke arah yoona

“apa kau sakit?” tanya yoona dengan hati hati

“animnida” jawabnya lagi dan kini ia berbalik menatap kedua mata yoona “satu lagi” namja itu kemudian mengeluarkan sesuatu dari jas nya

“kita mendapatkan undangan ke acara peresmian perusahaan ini. Berhubung karena bangunan itu adalah rancangan dari perusahaan kita, makanya kita di undang. ” yoona meraih undangan itu “nanti malam jam tujuh aku akan menjemputmu” lanjut donghae kemudian membungkukkan badannya dan berbalik untuk meninggalkan yoona

“tunggu,” sergah yoona lagi dan langkah kaki donghae terhenti seketika “kau dan aku pergi bersama? Ke acara ini? Kita?”

“ne” jawab donghae singkat. Mendengar jawaban itu yoona langsung tersenyum bahagia. Mengingat ini momen bagus untuknya mendekatkan diri dengan donghae lagi.

Tanpa sadar donghae pun ikut tersenyum tanpa diketahui oleh yoona

“apa ini bisa di bilang date?” tanya yoona. Donghae dengan cepat merubah ekspresinya menjadi datar dan berbalik menatap yoona

“kau ingin nge-date denganku?” tanya donghae dengan tatapan datarnya

“ne?” sontak saja yeoja itu kaget karena tidak percaya. Perlahan donghae mendekatkan tubuhnya dengan melangkah perlahan ke arah yoona

“malam ini kita pergi bersama bukan?” tanya donghae dan jarak mereka sudah sangat dekat saat ini. Donghae tersenyum simpul dan mendekatkan wajahnya ke wajah yeoja itu. melihat hal ini yoona seolah tau apa yang akan di lakukan oleh namja yang ada dihadapannya ini. Ia langsung gelagapan.

Dengan cepat di tutupnya matanya, menghilangkan semua rasa kecemasannya.

“hilangkan dulu keriput di pipi kananmu” ucap donghae sambil berbisik dan membuat yoona membelalakkan matanya

“n-nde?” tanya yoona tak percaya saat donghae sudah menjauhkan jarak mereka

“aku tidak mau saat kita pergi bersama nanti aku membawa yeoja sepertimu” ujarnya lagi membuat yoona diam seribu bahasa. Bahkan untuk menelan salivanya saja sulit.

“ikuti aku” ajak donghae sembari keluar dari ruangan itu. yoona terdiam sejenak memikirkan maksud dari namja itu sebelum ia benar benar mengikuti langkah kaki donghae

***

Donghae berjalan dengan kedua ice cream di tangannya. Ia berjalan menuju sebuah bangku taman dan memberikan satu untuk yeoja yang sedang duduk dengan cermin kecil di hadapannya. Yeoja itu tak henti hentinya menatap wajahnya di kaca tersebut

“sudah hilang kan?”

“bagaimana kau bisa melihat benda sekecil itu? tsk. Aku yakin tidak ada yang akan menyadari nya, lagi pula itu wajar untuk wanita karir seperti ku, dan… dan kau membiarkan ku di sana, di salon itu. kau tau? Itu pertama kalinya aku facial seperti itu bahkan aku tak pernah sempat ke salon, itu hanya membuang buang waktu berhargaku dan saat aku di sana mereka menekan nekan mukaku seolah ingin  menghancurkannya. Aish… jika aku tid… mpph!!” donghae dengan cepat menyumbat mulut yoona dengan menyodorkan ice cream tepat di bibir yeoja yang sedang mengomel ngomel tak jelas itu.

“berhentilah bicara. Kan sudah hilang, lagi pula untuk wanita karir sepertimu kau harus sering ke salon, kulitmu juga butuh perawatan” ucap donghae

“kau menyebalkan” jawab yoona sambil membersihkan bibirnya. Tanpa sadar donghae tersenyum melihat tingkah yoona, begitu juga dengan yeoja itu. ia tersenyum merasakan bahwa hatinya telah kembali. Benar benar bahagia saat berada di samping namja itu.

Seketika senyumnya memudar melihat pemandangan di depannya. ia terdiam sejenak seolah memastikan apa yang ia lihat di hadapannya.

“cepat keluarkan dia! Emosinya bisa menggugah segalanya! Dia hanya membawa kesialan! Hidupnya jauh dari kata suram!”

kata kata itu terulang kembali di memorinya. Seketika ia sulit bernafas, serasa ada yang menyumbat paru parunya dan mebuat seluruh tubuhnya kaku seketika

“waeyeo?” tanya donghae yang menyadari tingkah aneh yoona.

Tanpa menghiraukan pertanyaan donghae, yoona berjalan menuju yeoja paruh baya itu, memegang pundaknya hingga yeoja paruh baya itu berbalik

“ahjumma” sapa yoona sambil mengulum senyumnya

“nde?”

“apa kau seorang peramal?” yeoja paruh baya itu menyipitkan matanya

“nde” jawabnya lagi. Yoona tersenyum kecut mendengar jawaban singkat itu

“bisakah kau meramalku?…”

***

Donghae menatap aneh pada yoona yang tiba tiba menjauh darinya dan duduk berdua bersama yeoja paruh baya itu. perlahan donghae mendekati kedua yeoja itu. Melihat apa yang mereka lakukan dari jarak dekat karena yeoja paruh baya itu melihat telapak tangan yoona dengan seksama.

Yeoja paruh baya itu sedikit kaget melihat nya

“mungkin kau masih ingat, yeoja pembawa sial yang hidupnya lebih dari kata suram, saat itu yeoja itu masih kecil dan belum mengerti apapun” ucap yoona, sontak yeoja paruh baya itu membelalakkan matanya karena kaget

“k-kau?”

“ne, sudah lama tidak bertemu” sapa yoona sambil tersenyum miris “aku mau kau meramal sekali lagi. Akan ku bayar” seketika yeoja paruh baya itu kembali menatap telapak tangan yoona

“tanpa ada yang kurang dan di tutupi” lanjut yoona

“keure. Aku akan katakan semua. Kau sudah berhasil membelokkan takdir” ucap yeoja itu “hanya saja sebaiknya kau hentikan semuanya, kau tidak bisa terus berjalan dengan emosi dan dendammu seperti ini. Kau juga butuh penenangan.” Yoona menatap yeoja paruh baya itu dengan serius  sembari mengartikan tiap bait kata yang di lontarkan yeoja itu  “eomma dan appa mu berpisah bukan? Satukan mereka. Itu satu satunya cara agar kau bisa menjadi kebanggaan mereka dan mereka saling memberikan kasih sayang padamu. Suatu kebanggaan bagi mereka saat melihatmu sukses saat ini, tapi percayalah. Kesuksesan ini tak bertahan lama. Buat kedua orang tua mu percaya bahwa kau benar benar ada sebelum kau benar benar hancur. Itu satu satunya cara” yeoja itu berdiri dan memukul pelan pundak yoona “kau sangat gigih… kau bahkan sudah melewatkan takdir takdir burukmu” ucapnya lalu berjalan meninggalkan yoona yang sedang terdiam menatap kosong ke depannya

“apa bisa takdir buruk di lewatkan? ” desisnya pelan. Melihat itu donghae langsung duduk di samping yoona

“wae? Waeyeo?” tanya donghae.

“a-aniya…” jawab yeoja itu “donghae-ssi, antarkan aku pulang, aku harus bersiap siap. Sejam lagi kita akan pergi bukan?” tanya yoona mengalihkan pembicaraan

***

Yoona masih diam di depan meja kerjanya. Di hadapannya terdapat beberapa kertas kertas yang baru saja ia print, ia masih sedikit shock melihat isi dari beberapa lembaran kertas tersebut. “Satukan mereka. Itu satu satunya cara agar kau bisa menjadi kebanggaan mereka dan mereka saling memberikan kasih sayang padamu” tiba tiba perkataan peramal itu kembali terlintas di otaknya “apa harus ku ganggu pernikahan mereka?” desis yoona pelan.

Yoona menghela nafas panjang lalu meraih handphonenya

“yeobseyeo”

“yeobseyeo yoona-ssi” jawab kibum, chingu yoona selama ia tinggal di Amerika. Ia pernah tinggal di korea, jadi ia sedikit bisa berbahasa korea saat berbicara

“kibum oppa, aku mau minta bantuan mu”

“apa itu?” tanya namja itu

“apa kau sudah membaca pesanku tadi?”

“ne sudah, sudah ku kirim kan berkasnya kan?”

“ne, aku sudah menerimanya. Apa itu benar?”

“aku juga tidak percaya. Tapi dari beberapa info yang ku dapat dari meng-hack beberapa situs, itu sepertinya benar. Keundae, apa yeoja itu ibumu?”

“nde” jawab yoona singkat

“sebaiknya ia tidak dekat dengan namja itu, eommamu sudah jadi yeoja yang kesekian untuk menjadi istrinya. Aku yakin tak beberapa lama lagi ibumu akan tidak tahan dan bercerai”

“tapi mereka belum bercerai setelah tujuh tahun menikah”

“benarkah? Ehm… apa perlu aku selidiki?”

“apa kau bisa?”

“untuk mu aku bisa yoona,”

***

Mobil donghae berhenti tepat di depan pekarangan rumah yoona. Di lihatnya langit yang sudah gelap ini. Namja itu berjalan sambil membenarkan jasnya.

Di tekannya bel rumah yoona untuk yang kesekian kalinya namun pemilik rumah tak kunjung menampakkan dirinya hingga sebuah mobil masuk ke pekarangan rumah tersebut.

Pintu mobil terbuka dan keluar seorang yeoja dengan gaun pink pudar yang indah hingga membuat namja yang berada di hadapannya tercengang melihat nya (bajunya yang ada di Poster ya -_-v)

“w-wae?” tanya yoona khawatir namun donghae tak kunjung mengeluarkan suaranya. Ia masih memilih diam menatap keindahan yang ada dihadapannya

“aish, sudah ku duga baju ini kurang bagus. Seharusnya aku pilih–”

“yeppeo” ucap donghae memotong perkataan yoona, sekarang yoona yang mati kata. Berusaha sekuat mungkin memikirkan apa yang baru saja yang ia dengar “yeppeo” ulang donghae. seketika pipi yoona memerah dan senyumnyapun keluar

“mian lama menunggu, tadi aku kesalon dulu”

“salon? haha” donghae tertawa seolah mengejek,  yeoja yang tadinya mengatakan kalau ke salon hanya membuang buang waktu kini malah ia yang datang sendiri ke sana

“yaaa jangan ketawa”

“arra arra” donghae berhenti dari ketawanya, ia kemudian menyodorkan lengannya “kajja”

Tanpa ragu ragu yoona langsung menggaet lengan namja itu yang memawanya ke mobil.

***

Lagu klasik di putarkan, beberapa orang sibuk saling membicarakan perusahaan. Begitu juga dengan yoona dan donghae yang ikut berbaur dengan kalangan yang lainnya. hingga waktu berakhir dan acarapun di tutup. Donghae membisikkan sesuatu tepat di telinga yoona

“malam ini mau pergi denganku?” yoona tersenyum mendengar bisikan itu

“keure” jawabnya. Mereka berdua lalu keluar dari ball room itu.

Donghae berhenti untuk membeli beberapa minuman kaleng, melihat itu yoona tau ia akan di bawa kemana.

***

“jamkaman… aish, kakiku” desis yoona. Ia lalu membuka high heelnya

“gwaenchana?”

“gwaencahan, hanya karna tangganya terlalu banyak jadi sedikit lelah” ucap yoona

“naiklah” tawar donghae sambil menyodorkan punggungnya

“kau gila, aku pakai gaun seperti ini juga” ledek yoona sambil memukul pelan punggung donghae

“ah, benar juga” jawab namja itu lalu melanjutkan perjalanan. Tangannya tak lepas dari genggaman tangan yoona hingga tak beberapa lama akhirnya mereka sampai. Donghae menghirup udara sebanyak banyaknya, sedangkan yoona hanya bisa mengatur nafasnya yang tersenggal senggal karena kecapean. Mereka berdua lalu duduk di sana

“banyak yang belum berubah” ucap yoona

“nde” jawab donghae sambil membuka minuman kaleng itu dan menyodorkannya ke yeoja yang ada di sebelahnya.

Sudah cukup lama mereka di sana tanpa ada percakapan, hingga akhirnya donghae mulai angkat bicara

“kenapa dari tadi kau senyum senyum?”

“nde? Aniya”  elak yoona

“aku melihatnya”

“molla, aku juga tidak tau kenapa begini” ucap yoona. namja itu melebarkan senyumnya sambil meneguk minuman di tangannya. Seolah tau apa yang di bahagiakan oleh yoona.

“tadi sore itu siapa?”

“peramal…” jawab yoona sambil menghela nafas panjang  “waktu aku mengatakan kalau keluarga ku bahagia seperti keluarga lainnya, aku berbohong” ucap yoona

“yang lima tahun lalu itu?”

“nde” jawab yoona lalu tersenyum miris “eomma dan appa berpisah, dan tak ada satupun yang mau membawaku. Keduanya memilih seo, kehidupan keluargaku jauh dari pada keluargamu” ucap yoona lagi lalu meneguk airnya. Ia kemudian menceritakan kehidupannya selama ini pada donghae.

“aku menyembunyikannya, aku takut kalau kau akan menjauhiku, apa lagi setelah apa yang aku lakukan pada kyuhyun” jawab yoona setelah menceritakan semuanya

“aniya, aku tak akan menjauhimu” jawab donghae. yoona hanya dapat mengulum senyumnya mendengar jawaban itu

“gwaenchana?” tanya donghae

“gwaenchana” jawab yoona. Mereka kembali diam dalam pikiran masing masing. Hanya angin malam yang menjawab semuanya. donghae kemudian melepaskan jasnya dan memakaikannya ke tubuh yoona

“kau pasti kedinginan”

“gumawo”  jawab nya, “bagaimana hari harimu setelah aku pergi?” tanya yoona. Matanya menatap donghae dengan penuh harapan. Berharap apa yang ia rasakan sama seperti apa yang donghae rasakan.

“seperti biasa,” jawab donghae sambil meneguk airnya

“apa… kau tidak merindukanku?” tanya yoona, kali ini ia mencoba bertanya lebih dalam, tak menghiraukan apa yang akan terjadi selanjutnya

“dulu,” jawab donghae lagi

“sekarang?”

“mungkin tidak, aku sudah menguburnya dalam dalam” jawab donghae sambil meneguk airnya. Namja itu, ia mengatakan sudah melupakan nya, sudah melupakan yoonanya, jauh sudah melupakannya. Yoona berpikir apa hanya dia yang selalu merindukan sosok namja itu di sampingnya selama ini? Berharap jika bertemu lagi semua akan kembali dengan keadaan yang  baik baik saja? Tapi nyatanya tidak, namja itu sudah melupakannya.

kemudian ia teringat soal SMS kyuhyun yang membuat donghae mabuk mabukan seperti itu.

“apa… kau masih mencintaiku?” tanya yoona kali ini. Dan namja itu kali ini beralih menatap yoona

“sudah ku bilang, itu sudah lama” jawab donghae.

“bohong,” yoona menyipitkan matanya dan menatap curiga pada donghae

“wae?”

“kau mengajak ku minum kemarin karna kyuhyun mau ke korea kan? ” tanya yeoja itu lagi langsung pada poinnya. Donghae masih diam menatap kedua bola mata yoona lekat. Masih berpikir apa yang akan ia jawab pada pertanyaan yeoja ini

“aku benar kan? Kau masih mencintaku?” tanya yeoja itu lagi, donghae mengalihkan pandangannya dan meneguk munuman beralkohol tersebut hingga habis sebelum ia melemparkan botol tersebut ke tong sampah

Donghae langsung menatap yoona yang masih menunggu jawaban dari namja itu.

tiba tiba donghae langsung mengecup pelan bibir yoona membuat yeoja itu kaget dengan sikapnya

“keure, aku tidak bisa melupakanmu, sekeras apapun usahaku” jawabnya. Seketika bibir yoona melengkung membentuk senyuman yang indah, begitu juga namja yang ada di hadapannya.

Kini donghae perlahan memajukan wajahnya. melihat itu yoona langsung memejamkan matanya. Mencoba merasakan apa yang akan donghae berikan.

“uhuk!!”  yoona sontak membuka matanya dan melihat donghae yang sudah mengalihkan pandangannya “uhuk!” namja itu menutup mulutnya dan terdengar batuk keras dari sana.

“gwaenchana?” tanya yoona khawatir, ia melihat jelas wajah donghae yang di mulutnya sudah ada darah meski donghae menutupnya dengan tangannya

“darah…” desis yoona sedikit shock, begitu juga donghae yang sama shocknya saat melihat telapak tangannya sudah berisikan darah

“k-kau sakit hae?” tanya yoona lagi

“a-ani, m-mungkin hanya kecapean” donghae segera beranjak pergi meninggalkan yoona

“yak! Lee donghae!” kejar yoona, namja itu dengan sedikit terburu buru turun dari tangga yang panjang ini, begitu pula yoona yang terpaksa membuka high heelnya dan mengejar  namja itu. donghae meraih handphonenya dan menelpon seseorang

“yuri-ah, yoona sedang bersama ku, tolong jemput dia. Aku kirimkan alamatnya” ucap donghae, setelah mematikan telponnya, ia kembali batuk dan mengeluarkan banyak darah dari mulutnya

“shireo! Aku mau pulang denganmu!”

“aku tidak bisa” bantah donghae sambil menatap yoona tajam sebelum ia benar benar beranjak meninggalkan yeoja itu

“donghae-ah!” pekik yoona sambil terus menuruni tangga mengejar namja itu.

Dari jauh sudah mulai tampak mobil donghae terparkir di ujung gang

“donghae, tunggu! Jangan tinggalkan aku eoh?! Kau harus ku bawa kerumah sakit!”

“aku akan kesana, kau pulanglah dengan yuri” bantah donghae, saat tangannya hendak membuka pintu mobil, tiba tiba namja itu terjatuh.  Yoona mempercepat langkahnya dan langsung menyadarkan namja yang sudah tersungkur di tanah itu

“donghae! lee donghae!” pekik yoona sembari memukul pelan pipi namja itu.

***

Yoona menyeka air matanya untuk kesekian kalinya. Tangannya sibuk mengepal satu sama lain. Suasana rumah sakit ini serasa dingin mencekam tubuhnya, rasa kekhawatirannya pun tak kunjung hilang.

=drrrrt drrrrt= yoona dengan tergesa gesa meraba handphonenya

“oh, wae yuri ah?”

“kau di mana? Aku sudah di sini”

“aku bersama donghae, mian.”

“aish… aah, yang obat itu, aku sedikit shock mengingat donghae memiliki obat itu”

“obat apa? Katakan obat apa itu yuri!”

“sulit ku jelaskan, kau bicara saja sama yesung oppa”

“ne, berikan handphonenya ke yesung”

“yoona-ssi,”

“yesung-ssi, katakan semuanya tanpa tersisa sedikitpun!”

“itu painkiller dengan dosis tinggi. Biasanya di gunakan untuk menahan sakit yang sangat kuat. Biasanya orang memakan painkiller dengan dosis rendah untuk penyakit pusing atau sebagainya, tapi obat ini dosisnya sangat tinggi”

Yoona masih terdiam. Kalut dalam pikirannya, apa maksud donghae ‘sekeras apapun usahaku’ itu adalah ini? Selama ini yoona hanya mengira kalau donghae sudah melupakan segala hal tentangnya, tak perduli dengan kepergiannya, terutama karena tau donghae sudah melihat perilaku kyuhyun di bandara, membuat yeoja itu berpikir kalau donghae benar benar membencinya, tapi apa yang dipikirkan yeoja itu bertolak 180 derajat. Namja itu lebih tersiksa dengan menahan segala sakit hatinya dengan caranya, cara gilanya

“yoona-ssi? Kau masih di sana?”

 “nde” jawab yoona, air matanya tak dapat diseka lagi  kini . perlahan pintu ICU itu terbuka, “nanti kutelpon lagi” ucap yoona lalu mematikan sambungan teleponnya dan berhambur mendekati dokter tersebut

“apa dia sering meminum obat obatan?”

“nde?” tanya yoona sedikit bingung. Apa yang harus ia jawab? Ia tidak tau apa yang di lakukan donghae selama ini dan ia baru bertemu dengan namja itu kurang dari seminggu

“seperti obat penenang” ucap dokter itu lagi

“n-ne”

“seharusnya ia tidak meminumnnya secara berlebihan”

“apa ia ada penyakit?”

“opso. Dia tidak memilikinya, tapi jika ia terus berkelanjutan meminum itu, mungkin akan kena ke hati dan ginjalnya. Dan kenapa ia bisa pingsan? Apa ia kecapean?”

“tadi ia batuk dan setelah itu ia mungkin kecapean karena menuruni banyak anak tangga” dokter itu menghela nafas panjang

“baiklah. Dia akan di rawat di sini dulu. Sesudah efek obatnya benar benar hilang, maka ia bisa keluar”

Dokter itu berlalu meninggalkan yoona, sementara yeoja itu masih diam kaku sambil menggigit bibir bawahnya, menahan isakan tangis yang mungkin akan meledak jika tidak di kontrol.

Perlahan ia terduduk di lantai rumah sakit yang dingin itu, bahkan kakinya tak mampu hanya sekedar memopang tubuhnya.

Yeoja itu terus saja menangis sambil mencengkram erat gaun yang ia kenakan.

***

Yoona berdiri di depan pintu ruangan donghae. ia menarik nafas panjang menetral pikirannya.

Di bukanya pintu itu perlahan dan terlihat di sana, di atas tempat tidur itu seorang namja yang sedang berusaha untuk duduk .

Yoona menatap namja itu miris,

“apa kata dokter?” tanya donghae

“wae?” tanya yoona tanpa mendengar pertanyaan dari donghae. donghae memautkan alisnya, berpikir maksud dari pertanyaan yeoja itu  “apa kau sakit? Apa kau mengidap penyakit?”

“ani, dokter bilang aku sakit apa?”

“KAU… KENAPA KAU MINUM OBAT PENENANG ITU KALAU KAU MEMANG TIDAK SAKIT? PABBO CHEOROM!” bentak yoona, air matanya terus saja membasahi pipinya

“aku hanya sedikit sakit kepala, makanya aku meminumnya”

“BOHONG!” seka yoona tanpa mau mendengarkan sedikitpun penjelasan dari namja itu “untuk apa dosis tinggi kalau kau memang hanya sakit kepala?!”

“aniya, aku ha–”

“KAU PIKIR DENGAN BEGITU KAU BISA TENANG? BISA SEMBUH? DONGHAE-AH… KATAKAN SAKIT JIKA KAU BENAR BENAR SAKIT, KATAKAN KAU TAK MAMPU JIKA KAU BENAR BENAR TAK MAMPU,”

“KEURE! AKU SAKIT! Semenjak kau pergi aku terus merasakan sesak di dadaku dan pikiranku terus saja sakit seperti itu”

“LALU KAU PIKIR OBAT ITU BISA MENGEMBALIKAN SEMUANYA?!”

“setidaknya aku bisa melupakanmu sejenak”

“PABBOYA! Apa sekarang kau bisa melupakanku? Tidak kan?! Kau hanya perlu menjalankan kehidupanmu sendiri! Jangan menyakiti dirimu seperti ini! Kau membenciku kan?! Seharusnya kau menghukumku!!! Bukan dirimu!”

“apa yang harus ku hukum? Aku tidak berhak yoong! Kau bukan siapa siapa ku! Untuk apa aku marah padamu dan bagaimana bisa aku marah padamu?!” seketika bibir yoona bergetar mendengarkan jawaban dari namja itu, ia menangis tersedu sedu hingga jatuh ke lantai ruangan ini. Berulang kali ia menghapus air matanya namun tetap jatuh ke lantai itu dengan derasnya,

Sementara Donghae masih diam di atas tempat tidurnya, matanya berkaca kaca saat ini

“aku hanya tidak mau melihat orang lain khawatir dengan sikap ku, aku ingin tetap tersenyum untuk mereka,” ucap donghae “kita berbeda yoong, kau selalu menghumbarkan kemarahanmu dengan cara cara mu yang kekanakan itu untuk meluapkan kekesalanmu, tapi aku sungguh tidak bisa, aku tidak bisa melakukan itu” lanjut donghae lagi. Perkataan itu seolah tusukan tajam yang langsung menancap di jantung yoona hingga membuat ia sulit untuk bernafas saat ini.

“kau hanya menyiksa dirimu” jawab yoona di tengah tangisnya. Donghae perlahan mendekati yeoja itu dan mengangkat pundaknya untuk berdiri. Yeoja itu masih menundukkan kepalanya, larut dalam tangisannya

“aku takut hae” desisnya nanar

“aku tak akan mati, percayalah ” ucap donghae sambil mengangkat dagu yeoja itu “mian, sudah membentakmu” yoona masih terisak, masih takut dan shock dengan tingkah laku donghae sebenarnya selama lima tahun terakhir ini. “percayalah… aku tak akan meninggalkanmu” lanjut donghae lalu mencium kening yeoja yang ada di hadapannya ini. Memberikan sedikit ketenangan untuk yeoja itu.

****

Hari semakin malam, namun dua insan itu tak kunjung tidur. Masih sibuk dalam pikiran mereka masing  masing. Mereka tengah duduk berdua di atas tempat tidur sambil menyandarkan punggung mereka ke headboard tempat tidur rumah sakit itu dengan yoona menyandarkan kepalanya di pundak donghae. jemarinya terpaut di antara jemari donghae, tangan mereka saling menggenggam.

“kau bahkan belum mengganti gaun mu” desis donghae sambil melirik baju yoona

“itu bukan lah hal yang penting saat situasi seperti tadi,” jawab yoona “selama aku pergi… bagaimana seohyun” tanyanya lagi

“seohyun? baik”

“ne, dia sangat baik, cantik, lebut, ramah… kenapa kau tidak suka padanya?”

“entahlah. Aku tidak tau kenapa aku hanya menyukaimu”

“jinjja?” tanya yoona, tanpa ia sadari ia tersenyum mendengar jawaban dari namja itu

“lalu kau? Bukankah kyuhyun itu lebih tampan? Lebih pintar? Lebih…” yoona mencengkram tangan donghae kuat hingga membuat namja itu berhenti dari ucapannya dan memilih menatap yoona yang juga menatapnya

“aku hanya menyukaimu, jadi jangan takut lagi aku pergi padanya. Aku akan percaya kau tak akan mati jika kau percaya aku tak akan pergi, arraesseo?” tanya yoona sambil menatap mata donghae tajam. Donghae tersenyum dan mengecup bibir yoona pelan

“saranghae,” ucapnya setelah itu.

***

Yoona membuka matanya perlahan, ia sudah tertidur di atas tempat tidur rumah sakit ini, sendiri. Tanpa donghae di sampingnya.  Ia melihat sekitar dan menemukan donghae sedang berdiri menatap luar jendela dengan selang infus yang selalu menemaninya

“kau sudah bangun?” tanyanya

“ne, sejak kapan bangun?”

“dari tadi”

“jeongmal? Kenapa tidak membangunkanku?” tanya yoona, donghae hanya menjawabnya dengan sedikit tertawa

“basuh mukamu dulu” jawab donghae sambil sedikit tertawa. Yoona bergegas menuju kamar mandi dan membasuh wajahnya. Di lihatnya pantulan wajahnya dalam cermin itu dan mulai tersenyum sendiri seperti orang gila. Entah apa yang membuatnya tersenyum sendiri seperti ini

=drrrt drrrrt= yoona merogoh kantong  jas donghae yang masih melekat di bajunya. Di raihnya handphonenya yang ada di dalam sana

“yeobseyeo?”

“yoona-ssi, ini kibum.”

“kibum-ah, sudah dapat?”

“ne, aku sudah mengirimkan mata mata ke sana dan mengumpulkan beberapa gambar, dan sekarang aku sudah mengumpulkan semua bukti buktinya. Eomma mu tidak akan bersalah jika kau mengancam namja itu. berkasnya ku kirim lewat faxs ne?”

“ne. Gumawo kibum-ah”

“ne, semoga rencana mu berhasil”

“ne gumawo” jawab yoona. Yeoja itu sedikit bernafas lega dan keluar dari kamar mandi. Ia menemukan donghae masih tetap menatap luar jendela

“donghae-ah”

“ne?”

“hari ini, besok dan lusa aku sepertinya tidak bisa menemanimu. mian”

“wae?” tanya donghae yang langsung berbalik menatap yoona

“aku harus ke paris”

“paris?”

“kau tau eommaku kan? Aku akan mengikuti perkataan peramal itu,”

“maksudmu… membuat mereka bercerai?” tanya donghae, namja itu langsung mendekati yoona dengan tatapan mata yang sulit di jelaskan “jangan seutuhnya dengar apa kata peramal itu yoong”

“aniya, memang seharusnya mereka bercerai. Eomma telah di bohongi selama ini. Aku hanya ingin memberi taunya, jadi aku harus ke sana” ucap yoona

“aku temani”

“aniya, jangan temani. Aku bisa sendiri. Kau harus mendapatkan perawatan dari rumah sakit lebih lama lagi”

“aniya, kau tidak bisa pergi sendiri” ucap donghae masih kekeuh dengan ungkapannya, tangannya hendak melepaskan selang infus yang menempel di pergelangan tangannya sebelum yoona benar benar menahan tindakannya

“kumohon kali ini dengarkan lah apa kataku” ucap yoona

***

Yoona segera menaiki tangga pesawat. Hari itu juga ia bergegas pergi ke paris meski harus membayar mahal untuk tiketnya.

Yeoja itu duduk di kursi yang sudah di sediakan. Pesawat belum jalan karena masih menunggu penumpang, melihat keadaan ini yoona meraih handphonenya dan langsung menelepon yuri

“yul, gimana?” tanya yoona

“kau yakin nomer kamarnya 144?”

“ne”

“orangnya tidak ada, kamarnya pun masih bersih”

“mwo?!” pekik yoona, tanpa memperdulikan penumpang sekitarnya yang kini sudah menatap aneh padanya “a-apa kau yakin? Sudah kau tanyakan suster?”

“ne, ini lagi ku tanyakan” yoona masih menunggu dalam keadaan cemas “katanya donghae sudah keluar  dari rumah sakit” jawab yuri

“n-nde?”

annyeong sapa seorang namja dan langsung duduk di sebelah yoona membuat mata yeoja itu terbelalak

“dia… disini” ucap yoona “sudah dulu yul, annyeong

“mian, aku tidak bisa menuruti pintamu kali ini” ucap nya lagi, yoona masih menatapnya dengan penuh kecemasan

“aish, setelah pulang dari paris kau harus ke rumah sakit arraesseo?”

“nde arra” jawab namja itu. senyumnya tak pernah lepas dari bibirnya.

***

Mereka sampai di Paris saat malam tiba dan langsung menginap di Hotel dengan memesan dua kamar. paginya,  yoona langsung bergegas pergi ke sebuah kantor. Kantor suami eommanya sekarang, hanya sebentar di sana .Ia lalu kembali ke Hotel dan menemukan donghae duduk di lobi hotel, menatap layar handphonenya berkali kali

“donghae-ah” sapa yoona

“dari mana saja? Ku telpon berkali kali handphonemu tidak aktif” ucap donghae khawatir

“hanya mencari udara segar. Sudah lama aku tak di sini” bohong yoona

***

Donghae dan yoona turun dari taxi dan berjalan masuk ke pekarangan rumah tersebut.

“karena kau tidak mau di rawat di rumah sakit, kali ini kau harus menuruti permintaanku” ucap yoona

“apa itu?”

“apa pun yang terjadi, jangan ikut campur” ucap yoona. Donghae berpikir sejenak, bingung mau menjawab apa

“diam berarti iya” jawab yoona lalu beranjak meninggalkan donghae. ia menekan bel di samping pintu tersebut.

“memangnya apa yang akan terjadi? Aku tidak bisa diam kan kalau terjadi macam macam?”

“aniya, pokoknya kau jangan ikut campur, ne?” tanya yoona. Pintu perlahan terbuka dan terdapat seorang yeoja paruh baya di sana

“sudah ku duga kau ada di Paris” ucap yoja itu dengan tatapan dingin lalu meraih tangan yoona dan menariknya paksa masuk ke dalam rumah tersebut. Pintu tertutup dengan kerasnya membuat donghae sedikit kaget dengan tingkah eomma yoona.

=plak!!= satu tamparan berhasil mendarat di pipi yoona dan membuat pipi yeoja itu sedikit memerah

“SUDAH PUAS?!!! SUDAH KAU CERITAKAN SEMUANYA?!!! DIA BARU SAJA MENELPONKU DAN MEMINTA BERCERAI!!! SUDAH PUAS?!!” pekik eommanya tepat di wajah yoona, namun yeoja itu sedikit menahan takutnya dan tanpa henti menatap yeoja yang melahirkannya itu datar. Ia membuka berkas yang ia bawa lalu meletakkannya di atas meja

“aku hanya tak ingin eomma di tipu lagi olehnya, dia ini bukan pria baik baik. Dia mempunyai banyak simpanan wanita dan eomma entah yang ke berapa kalinya, dan dia seora-”

“arra!” jawab eommanya sambil menatap kosong ke depan. Wajahnya tampak depresi kali ini, seolah menyimpan banyak penderitaan. Yoona langsung beralih menatap eommanya seolah tak percaya

“lalu eomma masih diam saja? Masih bisa bertahan?”

“LALU APA YANG BISA KU LAKUKAN EOH? KEMBALI KE APPAMU? Itu sama saja dengan menjilat liurku kembali!”  mata yeoja paruh baya itu mulai berkaca kaca saat ini

“jadi itu alasan eomma selalu menelpon appa meski tak di jawab dan mengirimkan sms seperti orang gila? Eomma tau? Kalian itu hanya bersembunyi di balik ke gengsian kalian, bagaimana eomma bisa bertahan selama ini?”

“KAU TIDAK MENGERTI YOONA!!!”

“APA YANG TIDAK KU MENGERTI?!! Jelaskan!” pekik yoona. Teriakan mereka berhasil menembus pintu itu dan membuat donghae merinding mendengarnya. Namja itu menahan kepalan tangannya kuat. Mulai dari suara tamparan, suara cacian dan berbagai suara lainnya berhasil membuatnya sedikit kesal, apa yang ia pikirkan bahwa sikap yoona lah yang membuat kedua orang tuanya seperti ini telah salah, orang tuanya lah yang seperti itu hingga membuat yeoja itu merubah sikapnya.

Tangan donghae perlahan menggenggam pintu rumah itu,hendak membukanya. “apa pun yang terjadi, jangan ikut campur” kata kata yoona itu terulang kembali di pikirannya. Donghae perlahan menggerakkan tangannya membuka pintu itu, menyingkirkan segala perkataan yoona untuk tidak ikut campur dengan urusannya yang kali ini, tanpa memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Mungkin yoona akan marah, tapi namja itu, Ingin rasanya ia membawa yoona pergi jauh dari yeoja yang mengerikan itu. kali ini ia benar benar menggerakkan tangannya membuka pintu tersebut.

\(^0^TBC^0^)/

mian kalau edisi kali ini kurang, author sudah sebisa mungkin usahain supaya readers suka ^^

seharusnya ff ini di post dua hari yang lalu, tapi author keseringan kerumah sakit dan tidur .__. jadi author minta maaf karna ff ini agak lambat /bow/

segala kekurangan bisa di beri tau dan akan author perbaiki di cerita selanjutnya ^^

Untuk yadongers readers yang nungguin ff Like A Dream mohon sabar sampai selesai puasa ne J

Author sadar kalau itu FF berunsukan… ehm, kita sebut saja PG+15 ^^ dan kalau mendadak sikap sikap dan chapter selanjutnya kalau boleh jujur itu rada yadong *pasang tampang polos*

Ada eunhyuk yang ceritain soal CD nya lah -_-“ duuuuh author -_-“

Jadi karena ini sudah mau puasa, author minta maaf jika ada kesalahan selama ini, membuat kalian kesal ^^

Di chapter TWIN selanjutnya author akan usahain perbanyak hikmah nya (?)
gumawo sudah mau dengerin cerita panjang author ini
J ghambsahambnida ^^ 

69 thoughts on “Twin (Chapter 5)

  1. Kehidupan keras Yoongie benar2 mengharukan, Kisah cinta’a bersama Donghae juga bnar2 membuatku terharu stelah lama penantian akhir’a dipertmukan kembali ,sungguh kisah cinta yng sempurna 🙂 ..

  2. Demi apa aja deh thor ikutan emosi jiwa baca ini ff *lebeh*
    setidak’nya sedikit mengurangi penderitaan yoong 🙂 apa’pun alur k’depan nya jangan sampe pisahin YoonHae lagi 😦 5 tahun uda sangat lama thor 😦 sekarang mereka uda bersatu dan semoga dg itu masalah yoong bisa d’seleikan dengan mudah cause hae oppa ada d samping dy 🙂 next chap jangan lama” ^^

  3. Omoooooooo omomomo
    plis plis jangan pisahin yoonhae lagi thooor 😦 5 taun udah cukup:(
    donghae akan baik baik ajakan ya thoor:(
    dan apa yang akan terjadi selanjutnya?
    semoga yoona bisa cepet hidup bahagia.. Kasian bgt selama ini hidupnya 😦

  4. eonnie! Semua FFmu daebak.. Ahaha =D jalan ceritanya semuanya daebak xD termasuk yang ini^^
    Cepet lanjut chapter 6nya jangan lama-lama jeball 😦
    Dan satu lagi, happy ending please dengan YoonHae bersatu ne? 😀

    *mian banyak maunya:D

  5. ceritanya keren dari awal ampe skrng ngga’ ngebosenin..
    apalagi tbc-nya pas banget bikin penasaran..
    eonnie, cpet lanjut jngan lama”

    eonnie trus b’karya “hwaiting”. : ).

    ( dukunganku selalu bersamamu )

  6. kocak bgt pas yoona eonni panik gara-gara hae oppa gak ada di rumah sakit tapi ternyata hae oppa malah cengar cengir dateng ke yoona eonni dalem pesawat hahaha..
    ish.. eomma yoona eonni nyebelin bgt sih.. kasian bgt eonniku punya eomma kayak gitu ckckckck..

    lanjut thor.. penasaran sama apa yg bakal hae oppa lakuin ^^

  7. daebak banget thor ceritanya..
    benar2 selalu buat penasaran ceritanya..
    lanjutnya jangan lama2 y thor..
    ditunggu kelanjutannya secepatnya..

Komentarmu?