Secret Scandal (2 of 2)

SS cover

Author                                     : misskangen

Tittle                                        : Secret Scandal

Length                                     : 2 Shoots

Genre                                      : Romance

Rating                                     : M

Main Cast                                : Im Yoon Ah, Lee Donghae

Support Cast                           : Kwon Yuri, Kim Jaejoong, Kim Junho, Lee Sungmin

Disclaimer                               : Semua cast meminjam nama idol Korea. Cerita ini fiktif dan hanya karangan belaka. Inspirated by Scandal in Spring by Lisa Kleypas, selebihnya adalah karangan penulis.

 

SECRET SCANDAL : PART 2-END

 

Ketegangan menyelimuti ruangan yang didominasi oleh perabot berbahan kayu jati itu. Tuan Im duduk di sebuah kursi kayu dengan pahatan sedikit kuno, menghadap kepada dua orang pria dan wanita – kedua orang yang baru saja tertangkap basah saat mereka bermesraan di ruang tertutup.

 

Tidak ada reaksi berlebihan yang tergambar dari wajah pria paruh baya itu, hanya saja matanya menatap tajam pada pria yang berdiri di hadapannya. Sedangkan Donghae, pria yang ditatap itupun sama sekali tidak memperlihatkan sorot takut dari matanya. Bahkan ia terlihat sangat santai layaknya tidak ada sesuatu yang buruk baru saja terjadi. Sementara Yoona, si wanita terlihat meremas-remas gaunnya, ia merasa gugup setelah ketahuan melakukan tindakan yang dianggapnya di luar kesadaran dan logika.

 

“jadi, kalian sudah berani bertindak sejauh itu? Sungguh mengejutkan! Aku tak menyangka kau punya langkah lebih cepat dari dugaanku, Donghae-ssi.” Ujar Tuan Im memberikan sindiran tajam.

“Aku tahu apa yang baru saja kau lihat sungguh diluar dugaanmu, Tuan Im. Tapi, aku harus mengakui bahwa kejadian itu murni di luar kendali. Aku pikir sebuah ketertarikan fisik sangat tepat dijadikan alasan asal mula tindakan tersebut,” jawab Donghae dengan tenang. Yoona menoleh menatap pria yang berdiri di sebelahnya. Yoona melebarkan matanya seolah pria itu baru saja mengaku ia memenangkan lotre.

‘Ketertarikan fisik? Jadi dia sudah mempermainkanku, pria ini sungguh keterlaluan. Dasar pria dingin tak punya perasaan!’ umpat Yoona dalam hati. Kini wajahnya berubah kesal dan tak lagi melihat kepada pria itu.

 

“Lantas apa pembelaanmu Im Yoona? Bukankah suara protesmu sangat besar saat aku berniat menjodohkanmu dengan Donghae. Kenapa sekarang kau malah merasa senang dalam pelukannya? Jangan katakan alasan ketertarikan fisik sehingga kau terpesona padanya!” hardik Tuan Im pada putrinya. Yoona tersentak kaget dengan suara keras ayahnya. Ia tampak ragu ingin menjawab.

 

“Appa… aku tidak tahu setan apa yang sudah merasukiku hingga aku begitu saja bermesraan dengan pria di sebelahku ini. Aku tak pernah merencanakan apapun dan berniat melakukan apapun! Tidak pernah dan aku tidak mau….” Yoona mencoba membela diri.

 

“Sudahlah Tuan Im. Ini hanya kecelakaan sesaat. Jangan terlalu memberi tekanan pada Nona Im. Jika memang ia ingin melakukannya, ia pasti mengakuinya. Aku rasa kau harus memberinya kesempatan untuk mendapat apa yang diinginkannya. Kim Junho sepertinya memperlihatkan ketertarikan yang besar pada Nona Im, jadi tidak ada salahnya untuk mendekatkan diri. Siapa tahu Nona Im merasakan hal yang berbeda dengan yang ia rasakan ketika bersamaku.” Ujar Donghae yang ditanggapi senyuman miring Tuan Im. Sedangkan Yoona merasa sakit di dadanya. Ia merasa Donghae serius mempermainkannya.

 

“Memangnya kau tak merasa rugi, Lee Donghae-ssi? Kau ingin mengumpankan wanita yang kau sukai kepada orang lain?” Donghae tersentak mendengar pertanyaan Tuan Im, ia seolah merasa rahasianya baru saja terbongkar.

“Tuan Im… aku…,” Yoona melirik kepada Donghae yang tergagap menjawab pertanyaan ayahnya. Ini pertama kalinya Yoona mendapati pria itu terkungkung dalam situasi canggung.

“ah sudah, lupakanlah. Aku tahu persis gelagatmu itu. Kau tak perlu menyembunyikan ketertarikan terhadap sesuatu. Aku sudah hapal betul bagaimana karaktermu.” Donghae hanya menghela napas pelan, tidak bergeming untuk melawan argumen Tuan Im.

 

secret scandal—

 

Pagi itu Yoona bangun dengan sejuta kekesalan dan juga rasa penasaran setelah kejadian yang menimpanya semalam. Ia bahkan tak bisa tidur nyenyak mengingat tingkah Donghae yang membuatnya kesal setengah mati. Pria itu sudah berani menyentuhnya bahkan perilaku romantis nan mengejutkan yang diberikannya kemarin malam sungguh membuatnya semakin bingung. Yoona tidak tahu apa rasa suka Donghae padanya benar-benar nyata. Apakah pria itu mencintainya atau hanya sekedar memainkannya seperti halnya mencari kesenangan dari tarik ulur kesepakatan bisnis yang biasa dijalani pria itu.

 

Yuri masuk begitu saja ke kamar Yoona, menghampiri sang adik yang masih betah terpekur di atas ranjang. Bahkan Yoona tidak ikut sarapan bersama pagi hari ini, salah satu alasannya mungkin karena ia tak mau beratatap muka dulu dengan Donghae.

 

“Yoona-yah, apa ayah menghukummu hingga kau dilarang sarapan dibawah bersama yang lainnya?” tanya Yuri begitu ia duduk diranjang, berhadapan dengan Yoona yang masih lengkap dengan piamanya.

“Aniya… aku hanya tidak ingin bertemu dengan Lee Donghae.”

“Kenapa begitu? Apa kemarin terjadi sesuatu hingga ayah melarangmu bertemu Lee Donghae?” Yuri beringsut mendekati Yoona. “Yak, kenapa diam? Apa Lee Donghae yang kini berubah mesum menuntut untuk secepatnya menikahimu?” Yoona menggeleng menjawab pertanyaan kakaknya.

“Bukan begitu. Kau tidak akan menyangka, justru Lee Donghae malah menyarankan pada ayah agar aku mendekati Kim Junho..” Yoona bersungut-sungut sambil memeluk bantalnya.

“Mwo? Saran yang aneh! Aku rasa Lee Donghae sudah gila, sama parahnya dengan ayah!” pekik Yuri merasa kesal mendengar keterangan Yoona.

 

Yoona sendiri merasa heran mengapa pemikiran bahwa Lee Donghae jatuh cinta kepadanya bisa membuat dunianya jungkir balik. Tetapi begitulah kenyataannya tanpa mampu dicegah oleh Yoona. “Kalau benar ia jatuh cinta kepadaku, lalu mengapa ia begitu ingin menggadaikanku pada Kim Junho? Bukankah lebih mudah baginya untuk menuruti rencana Ayah? Dengan demikian ia akan mendapat banyak hadiah. Di atas semua itu, dia sebenarnya peduli padaku. Kenapa dia jadi ragu-ragu?” tanya Yoona gugup.

“Mungkin ia ingin mencari tahu apakah kau juga cinta padanya?”

“Tidak, cara kerja otak Lee Donghae tidak seperti itu, sama seperti Ayah. Mereka pria pebisnis. Pemangsa. Kalau Lee Donghae menginginkan aku, dia tidak akan berhenti dulu untuk minta izin, tak ubahnya seperti hewan buas yang takkan minta izin dulu untuk menyantap mangsanya.”

 

Yuri menghela napas, “hah… sulit bila kau mencampur ego dan logika, sementara hatimu juga berkata lain lagi. Aku rasa kau sudah jauh menyukai pria aneh itu. Mau bagaimana lagi, sebaiknya kalian berdua berbicara secara terbuka,” Yuri menyimpulkan.

“Oh, Lee Donghae hanya akan menghindar dan tidak mengatakan yang sebenarnya, seperti biasa yang  dilakukannya. Kecuali…”

“Kecuali?”

“…aku bisa mencari cara untuk membuat dia menurunkan pertahanan dan memaksanya berkata jujur apakah dia menyimpan perasaan terhadapku atau tidak.”

“Bagaimana caramu melakukannya?” tanya Yuri penasaran.

“Hmm.. aku ingin tahu apakah Lee Donghae bisa dipancing agar cemburu.” Yuri menepuk keningnya mendengar ide sang adik. Kemudian ia menggeleng-geleng kepala lemah.

“Yah, terserahmulah. Asal kau tidak membuat skandal baru saja…” gerutu Yuri sambil ngeloyor pergi.

 

–secret scandal–

 

Sore itu, Yoona sengaja datang ke salah satu kantor milik keluarga Kim, berniat menemui Kim Junho untuk melakukan rencananya. Ia berhasil memaksa Kim Junho hingga tersudut dan mau tak mau mengikuti Yoona ke sebuah coffee shop di dekat kantornya. Yoona juga sengaja mengatur situasi bila ada kemungkinan Donghae lewat kantor itu dan melihatnya dengan Junho.

 

“Apa kabar Junho-ssi? Sepertinya aku mengganggu kesibukanmu…” sapa Yoona dengan ceria pura-pura tidak melihat kilatan khawatir dari mata pria itu. Yoona semakin melebarkan senyumnya mengingat Lee Donghae yang sudah mempromosikan dirinya, jadi pasti Junho yang malang sekarang merasa seperti domba yang sedang dikejar-kejar.

 

Junho dengan cepat menguasai diri, “Kabarku baik, Yoona-ssi. Jangan khawatir kau menggangguku, jam kerjaku sudah selesai.” Jawabnya canggung sekali. Dari situ Yoona berinisiatif berbicara basa-basi dengan Kim Junho. Ia bersiasat untuk selama mungkin membuat Junho membuka diri hingga ia bisa memahami karakter pria itu. Mereka berbicara tentang banyak hal, mulai dari hobby, pekerjaan, bahkan buku yang gemar dibaca. Padahal kemarin malam mereka sempat membicarakan hal itu, tetapi saat itu Yoona sedang memfokuskan pikirannya pada Lee Donghae.

 

“Bagaimana bila kita melanjutkan obrolan ini sambil berjalan-jalan di taman kota dekat sini? Lihatlah, sore ini kelihatan indah dan menyenangkan sekali,” sungguh suatu sikap yang agak ekstrim bagi Yoona mengajak seorang pria berjalan-jalan dan bukan kebalikannya. Meskipun begitu sikap gentleman Kim Junho tidak mengizinkan dirinya untuk menolak.

“Tentu saja, Nona Im. Mungkin besok…”

“Sekarang saja lebih bagus..” Yoona menarik tangan Junho bahkan sebelum pria itu menjulurkannya menuju pintu café. Disana mereka secara mengejutkan berpapasan dengan Lee Donghae, namun Yoona dengan sikap arogan yang dibuat-buat terlihat cuek seolah ia tak melihat ada Donghae disana.

 

Kim Junho yang tidak punya pilihan selain mengikuti ajakan Yoona tak lama kemudian mendapati dirinya berada di sebuah taman tak jauh dari café tersebut. Yoona membawanya duduk di sebuah bangku panjang, dan mulai memandang Junho dengan tatapan sedikit mengintimidasi. “Junho-ssi, ada sesuatu yang ingin kuberitahu. Aku merencanakan sesuatu dan aku butuh bantuanmu.”

 

“Merencanakan sesuatu. Bantuanku? Ehm…” ulang Junho gugup.

“Ini bukan sesuatu yang berbahaya. Aku hanya ingin menarik perhatian seorang pria karena tampaknya dia ragu-ragu untuk mendekatiku,” susul Yoona.

“Apa yang membuatmu berpikir seperti itu, Yoona-ssi?” Junho mulai gelagapan. “kalau aku pernah mengatakan sesuatu atau berbuat sesuatu yang membuatmu…”

“Bukan kau yang kumaksud!” tukas Yoona blak-blakan.

“Bukan aku? Lalu siapa?”

“Yang kumaksud adalah Lee Donghae.”

Rasa lega begitu terlihat dari wajah Junho, “Oh… Tuan Lee. Ya ya, dia selalu memujimu di depan semua orang.” Yoona memutar bola matanya, merasa tidak aneh dengan gerutuan itu.

 

“Aku khawatir Tuan Lee yang aneh satu itu akan terus ragu-ragu sampai sesuatu membuatnya berlari ketakutan menjauhiku. Tapi kalau kau tak keberatan untuk memberi kesan bahwa kau menyukaiku – mungkin dengan melakukan kegiatan-kegiatan romantis misalnya – maka dia bisa menyatakan perasaannya.” Rayuan Yoona pada Junho tampak membuat pria itu sedikit mengerutkan kening, tapi tak lama keduanya tersenyum.

 

“Dengan senang hati, Yoona-ssi. Aku menjamin bisa berperan secara meyakinkan menjadi kekasihmu.” Junho merasa bersekongkol dengan Yoona jauh lebih baik daripada menjadikannya istri.

 

-secret scandal-

 

“kau yakin akan pergi sendirian melakukan survey dan observasi di beberapa perusahaan di Seoul?” tanya Jaejoong pada Donghae setelah mendengar gagasan itu dari Tuan Im. Donghae terlihat berpikir sejenak, berniat memberikan jawaban paling tepat pada Jaejoong.

 

“Tidak usah khawatir, aku yakin bisa melakukan yang terbaik selama melakukan observasi ini, Jaejoong-ssi.”

 

“Aku pikir akan lebih baik kau memulai observasi di perusahaan milikku terlebih dahulu. Itu akan mempermudah langkahmu selanjutnya. Kau tidak perlu merasa tertekan dengan kebijakan yang dibuat oleh ayah mertuaku. Aku akan merekomendasikan ini langsung padanya, kau tinggal melakukan sisanya.” Ujar Jaejoong seraya menatap lekat Donghae, pria itu berniat melakukan observasi sendiri terhadap Donghae terkait permintaan istrinya. Yuri meminta Jaejoong untuk menyelidiki lebih jauh maksud tindakan tak terduga dari Donghae yang membuat adiknya uring-uringan.

 

“kau tak perlu repot membuat kesepakatan dengan Tuan Im, Jaejoong-ssi. Sebelum ini aku akan ke Busan untuk menjadwal ulang pertemuan-pertemuan. Aku yakin bisa melakukannya dengan baik. Ini bukan pertama kalinya aku membuat kesepakatan bisnis dengan klien Tuan Im.” Sergah Donghae berharap Jaejoong berhenti memprovokasinya.

 

Jaejoong tahu persis apa yang sedang dipikirkan Donghae. Pria itu pasti sedang berusaha memikirkan alasan yang tepat untuk menjauh sementara dari keluarga Kim dan keluarga Im selama ia masih harus tinggal di Korea. Yoona, adalah alasan utama bagi Donghae untuk melakukan itu. Entah hal apa yang membuat Donghae dan Yoona menjalani interaksi yang tidak diharapkan, padahal jelas keduanya tertarik satu sama lain. Hal ini membuat Yoona sering menggerutu dan bersungut-sungut tidak jelas hingga membuat Yuri turut kesal. Oleh karena itu Yuri memaksa Jaejoong untuk menengahi permasalahan absurd di antara mereka. Jaejoong pun tak kuasa menolak keinginan istrinya itu yang sangat menyayangi adiknya bahkan sampai memiliki ide untuk memerangi ayahnya sendiri bila sang ayah tetap kekeuh ingin membuat hidup Yoona sengsara.

 

“Aku paham mengapa kau begitu terburu-buru. Dan berdasarkan pengalamanku, masalah ini tidak dapat diselesaikan dengan menghindar. Kau tidak akan bisa berlari terlalu jauh, Donghae-ssi.”

 

Donghae membeku, menatap Jaejoong. Donghae berpikir kalau pria itu sedang membicarakan tentang Yoona atau malah tentang masa lalunya. Apakah Kim Jaejoong sudah mengetahui sesuatu tentang rahasia masa laluku hingga ia ingin mengaitkannya dengan Yoona dan Tuan Im? pikir Donghae kritis. Kemudian Donghae menggeleng pelan, berharap dapat memusnahkan kecurigaan dalam hatinya.

 

“Kadang kala lari adalah satu-satunya pilihan,” gerutu Donghae sambil berlalu meninggalkan Jaejoong dari ruang kerjanya.

 

-secret scandal-

 

Dan ternyata, Donghae tidak jadi pergi ke Busan… akhirnya ia mau tak mau menerima ide Jaejoong untuk melakukan observasi di perusahaan miliknya. Sepertinya Jaejoong berhasil meyakinkan ayah mertuanya untuk menahan Donghae tetap di Seoul. Donghae sendiri yakin ia akan menyesali keputusan ini, hanya saja ia tidak tahu seberapa besar yang akan ia rasakan.

 

Donghae akan mengingat seminggu itu sebagai hari yang penuh dengan siksaan. Bagaimanapun ia harus melihat perkembangan hubungan Junho dan Yoona. Tampaknya benih-benih yang ia semaikan ke dalam benak Junho mengenai daya tarik Yoona mulai membuahkan hasil. Junho terus menerus beada di sisi Yoona, bercakap-cakap, merayu, membiarkan tatapannya menelusuri Yoona dengan kurang ajar. Yoona tampak sama tertariknya, mempercayai semua perkataan pria itu, dan meninggalkan segala kesibukannya saat Junho datang menghampirinya.

 

Hari Senin, mereka berjanji makan siang bersama. Selasa, mereka belajar berkuda bersama. Rabu, mereka pergi ke Namsan Tower. Kamis, mereka pergi memancing dan pulang dalam keadaan baju basah dan kulit terbakar matahari, tertawa-tawa dengan gurauan yang tak mereka bagi dengan orang lain. Jumat, mereka  menghadiri pesta dan berdansa begitu mesra sampai terdengar celetukan salah seorang tamu bahwa mereka adalah pasangan yang serasi. Sabtu, Donghae bangun di pagi hari dengan keinginan membunuh seseorang.

 

Suasana hati Donghae semakin buruk saat Tuan Im menegurnya ketika selesai makan siang. “Kau tahu Kim Junho itu berduaan dengan Yoona selama berjam-jam, menebarkan pesona dan mengatakan segala omong kosong soal wanita. Kalau kau berniat menikahi putriku, kesempatanmu telah turun hingga nyaris nol. Kau berusaha keras menghindar darinya, kau bersikap dingin dan menjaga jarak, sepanjang minggu kau memasang tampang yang bisa membuat takut anak kecil dan binatang. Caramu menarik perhatian wanita sungguh aneh, Donghae-ssi!”

 

“mungkin Junho pasangan yang terbaik untuk Yoona. Tampaknya mereka saling menyukai,” kata Donghae keras kepala.

“Ini bukan tentang perasaan, ini tentang pernikahan. Kau tidak tahu berapa banyak yang kupertaruhkan?” wajah Tuan Im sedikit memerah karena marah.

“Selain taruhan finansial?”

“Memangnya taruhan apa lagi?”

Donghae melirik Tuan Im dengan kesal “Cinta putri anda, Tuan Im. Kebahagiaan dimasa mendatang…”

“Orang menikah bukan mencari kebahagiaan. Atau kalaupun ada, mereka akan mendapatinya kalau itu hanya omong kosong!” amuk Tuan Im, membuat Donghae sedikit tegang. Lalu Tuan Im merogoh sesuatu dari dalam kantongnya. Kemudian ia mengeluarkan sekeping uang logam yang terbuat dari perak dan menjentikkannya ke udara dengan ibu jari. Koin berputar ke arah Donghae dan secara otomatis ia menangkapnya lalu menggenggamnya dalam telapak tangan. “Nikahi Yoona. Dan kau akan mendapatkan lebih banyak koin itu. Lebih banyak daripada yang pernah kau habiskan seumur hidupmu!”

 

“Bagus sekali!” Ternyata itu adalah suara Yuri. Wanita itu sejak tadi mendengar pembicaraan mereka tanpa disadari oleh keduanya. Matanya tampak hitam dan gelap, sekelam langit malam tanpa bintang. “Apakah ada orang dalam hidupmu yang nilainya lebih dari pada sekedar uang, Appa?”

 

“Ini pembicaraan antarpria. Ini bukan urusanmu,” sergah Tuan Im membela diri, wajahnya merona karena merasa bersalah dan marah.

 

“Yoona adalah urusanku.” Jawab Yuri dengan suara lembut namun mengancam. “Dan aku akan membunuh kalian berdua sebelum kalian membuatnya tidak bahagia.” Sebelum ayahnya dapat menjawab, ia telah berbalik dan berjalan menuju kamarnya. Sambil mengumpat, Tuan Im meninggalkan ruangan dan berjalan ke arah berlawanan dengan Yuri. Sementara Donghae yang tinggal sendiri, membanting koin itu ke atas meja dengan emosi.

 

-secret scandal-

 

Malam itu, Yoona tidak tampak di meja makan bersama anggota yang lainnya. Ia sengaja tidak ikut makam malam bersama karena sedang merasa kesal dengan kejadian yang menimpanya sejak beberapa hari yang lalu. Yoona sengaja menyendiri di perpustakaan kota hingga menjelang malam, mencoba menghilangkan diri dan menghilangkan kekesalannya.

 

Sudah seminggu ini ia mencoba bekerja sama dengan Kim Junho untuk membuat Donghae cemburu hingga akhirnya mengakui perasaannya pada Yoona. Tapi yang ada Yoona semakin kesal karena pria itu hanya memperlihatkan wajah suntuk seolah tak peduli padanya. Padahal Yoona yakin kalau pria itu merasa gerah, hanya saja pertahanan dirinya sangat baik untuk tidak mengumbar amarahnya.

 

Dan masalah jadi rumit ketika dua hari yang lalu Junho menyerah untuk bersekongkol dengannya. Junho mengaku mulai memiliki ketertarikan sendiri terhadap Yoona, sehingga sulit baginya untuk berpura-pura hanya menyukainya. Justru Junho kini menginginkan lebih dari Yoona. Tidak ingin situasi ini berlarut-larut, Yoona bergegas menjauh dari Junho. Ia mengatakan pada Junho kalau rencana bersama ini tak perlu lagi diteruskan, Yoona tak lagi membutuhkan bantuan pria itu untuk menarik Donghae. Keputusan Yoona itu sedikit membuat Junho berang hingga terjadi perdebatan diantara mereka.

 

Setelah cukup lama merasa bosan, akhirnya Yoona memutuskan untuk pulang, ia bahkan melewatkan makan malamnya. Sampai dirumah Jaejoong yang super besar itu, Yoona langsung menuju kamarnya tanpa berniat menyapa siapapun yang ia temui – karena memang tak seorangpun terlihat di rumah itu selain pembantu. Sebelum sampai ke kamarnya, ia berpapasan dengan Donghae di lorong rumah. Pria itu terlihat berwajah muram dan masam berjalan berlawanan arah dengannya. Awalnya ia hanya ingin diam saja, tapi kerinduannya pada pria itu membuatnya memaksakan diri untuk menyapa.

 

“Donghae-ssi,” sapanya dengan suara bergetar.

“Yoona-ssi,” Donghae seperti ingin berada dimanapun asalkan tidak bersama Yoona. Tubuh Yoona semakin terlihat gugup saat Donghae melihat buku gambar di tangannya, Yoona pun membiarkan Donghae mengambil buku gambar itu.“Kau menggambar wajahku? Kenapa ada janggutnya?” Donghae mencoba mencairkan suasana kaku itu.

 

Yoona menerjang maju dan memukul dada Donghae dengan bukunya. Ia benci harus selalu merasa lebih hidup bila berada di dekat pria itu. “kau percaya diri sekali kalau aku sedang menggambar wajahmu!” Keduanya tersenyum lama, masih sedikit kikuk, hingga pandangan Donghae tertuju pada rok gaun yang dipakai Yoona yang terlihat sedikit robek.

 

“Apa yang terjadi dengan gaunmu?”

“Eh.. tidak apa-apa, hanya sedikit… perkelahian kecil dengan Junho.” Jawab Yoona ragu. Namun definisi Donghae soal ‘perkelahian kecil’ itu lebih luas, tiba-tiba saja wajahnya berubah gelap dan menakutkan, matanya berkilat marah.

“Aku akan membunuhnya. Berani-beraninya dia melakukan…”

“Tidak, tidak. Kau salah paham. Tidak seperti itu…” Yoona menjatuhkan buku gambarnya, ia memeluk tubuh Donghae, ia mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menahan pria itu agar tidak pergi. “Tunggu! Apa hakmu untuk melakukan segala sesuatu untuk diriku?”

Dengan napas memburu Donghae berhenti bergerak dan menatap Yoona, “Apa dia menyentuhmu? Apa dia memaksamu untuk melakukan sesuatu?”

“Kenapa kau malah mengamuk! Kau tidak menginginkan aku, mengapa kau harus peduli kalau orang lain menyukai aku? Tinggalkan aku sendiri dan kembalilah dengan rencanamu membangun perusahaan yang menyedihkan dan mendirikan gunung emas! Kuharap kau bisa menjadi pria terkaya di dunia. Sehingga kau bisa mendapatkan apa yang kau mau. Namun jangan harap bila selanjutnya kau akan melihat orang-orang disekitarmu peduli padamu dan…”

 

Kalimatnya dibungkam oleh ciuman Donghae. Bibirnya begitu lembut bergerak-gerak mencari tempat yang paling pas. Jantung Yoona berdetak dengan cepat, tangan Yoona mencengkeram tangan Donghae. Yoona merasa lemas pada kakinya sampai ia takut akan jatuh ke lantai.

Sambil menjauhkan bibir mereka, Yoona berhasil berbisik pelan, “Donghae-ssi… bawa aku ke suatu tempat.”

“Tidak.”

“Ya, aku butuh berduaan denganmu…”

Bernapas terengah-engah, Donghae melingkarkan lengannya ke seluruh tubuh Yoona, menariknya hingga merapat ke dadanya yang keras. Yoona dapat merasakan tekanan bibir frustasi dari pria itu di kulit wajahnya.

“Aku tak dapat mempercayai diriku sendiri bila sejauh itu,” gerutu Donghae.

“hanya untuk mengobrol. Kita tak bisa terus berada disini sehingga banyak orang yang melihat. Kau tenang saja, aku tidak akan…merayumu,” kata Yoona ragu dengan semburat merah di pipinya.

Sambil mengerang pelan Donghae menarik tangan Yoona dan menarik gadis itu menuju kamarnya. “Semoga Tuhan melindungi kita kalau sampai ada orang yang melihat.”

 

Yoona nyaris menimpali bahwa kalau ada orang yang melihat, maka Donghae terpaksa harus segera menikahinya, tapi Yoona urung mengatakan itu dan bergegas mengikuti Donghae ke kamarnya.

 

Ruangan itu sedikit remang dengan pendaran cahaya berwarna jingga. Ketika melewati pintu barulah Yoona menyadari bahwa itu adalah kamar Donghae. Tiba-tiba saja tubuhnya merinding tidak jelas. Donghae menutup pintu dan berbalik menghadap Yoona. Pria itu tampak begitu besar di ruangan yang sempit ini, bahunya yang bidang membuat semua barang yang ada disini tampak kecil.

“Jadi apa yang terjadi antara kau dengan Junho?” desak Donghae.

“Tidak ada, kami hanya berteman. Menurutku seperti itu,” jawab Yoona asal-asalan.

“Benarkah? Kalau menurutku tidak begitu. Meskipun aku tidak tahan berdekatan dengan pria itu, aku juga tak dapat menyalahkannya bila ia menginginkanmu. Apalagi setelah kau menggoda dan merayunya sepanjang minggu.” Balas Donghae ketus.

“Kalau yang kau maksud aku bertindak seperti wanita penggoda kau sudah salah besar!” rutuk Yoona kesal.

“Jangan menyangkal! Aku melihat bagaimana kau menggoda dia, bagaimana kau mendekatkan tubuhmu padanya kalau berbicara, senyummu… dan caramu berpakaian…” gerutuan Donghae membuat Yoona tersenyum.

“Ahhh… jadi aku berhasil. Selama berhari-hari aku berusaha membuatmu cemburu, kau bisa menghemat tenagaku kalau kau mau mengaku sejak awal.” Kata Yoona sambil melirik Donghae.

“Kau sengaja membuatku cemburu? Astaga, apa sebenarnya yang kau inginkan, eoh? Apa membuatku menderita menjadi hobi barumu?”

Wajah Yoona kemudian berubah merah merona, “Aku pikir kau memiliki perasaan tertentu padaku, dan aku harap dengan begitu kau akan mengakuinya.” Yoona memperhatikan ekspresi wajah Donghae yang kini berubah tegang dan agak kaku. “Apa kau marah?”

“Sepuluh persen dari diriku marah!”

“Bagaimana yang sembilan puluh persennya?”

“Yang itu tinggal seujung rambut lagi ingin melemparmu ke tempat tidur dan …” susah payah Donghae menelan ludahnya. “Yoona, tahukah kau bahwa aku harus mengerahkan segenap kendali untuk menjauhkan tanganku dari tubuhmu. Jangan menyiksaku, Nona Im. Aku bahkan sudah berada diambang batas kesabaranku. Aku cemburu pada setiap pria yang berdekatan satu meter denganmu. Aku cemburu pada setiap waktu yang kau habiskan saat kau jauh dariku.”

Yoona terkesima dengan pengakuan Donghae, lalu berkata agak berbisik “lalu mengapa kau tidak menunjukkan hal itu?”

“Selama bertahun-tahun aku mengumpulkan ribuan kenangan tentang dirimu, setiap kelebat, setiap kata yang kau ucapkan kepadaku. Semua kunjunganku ke rumahmu, setiap pertemuanku denganmu membuatku selalu tidak sabar untuk terus melihatmu. Tapi seperti yang pernah ku katakan kepadamu, aku tetap tak bisa menikahimu walau apapun yang terjadi. Tapi itu semua tak ada hubungannya dengan seberapa besar aku menginginkanmu.” Mata Donghae berbinar saat ia menatap Yoona.

“Jadi apa sebenarnya masalahmu? Apa kau… sudah menikah?” tanya Yoona ragu.

“Tidak sama sekali.” Jawab Donghae sambil memotar bola matanya.

“Kalau begitu segala hal bisa diselesaikan selama kau mau menceritakannya padaku!” pekik Yoona membuat Donghae menatapnya tajam. Sesaat kemudian ketegangannya sedikit mencair. Donghae menghela napas dan mulai mengeluakan keluh kesahnya.

 

“Dulu sekali, aku punya musuh. Orang yang jadi berkuasa karena kesalahan yang tak kulakukan. Karena pengaruh kekuasaan yang dimilikinya aku dipaksa meninggalkan Seoul. Dan aku punya alasan untuk percaya dendam pria ini akan kembali mengahantuiku suatu saat nanti. Selama bertahun-tahun hidupku berada dibawah ancaman pisau. Aku tak ingin kau berada didekatku bila suatu saat pisau itu jatuh menimpaku.”

 

“Tapi pastinya ada sesuatu yang bisa kita lakukan.” Ujar Yoona. “Kalau kau mau kau bisa menjelaskan lebih detail, mengatakan padaku siapa namanya dan…”

 

“Tidak. Aku sedapat mungkin telah jujur kepadamu, Yoona. Aku harap kau tidak mengkhianati kepercayaanku. Sekarang sudah saatnya kau kembali ke kamarmu sendiri.” Kata Donghae sambil melambai ke pintu.

“Begitu saja? Setelah apa yang kau ceritakan padaku kau ingin aku pergi?”

“Ya. Dan usahakan agar tidak ada yang melihatmu!” sungut Donghae melihat Yoona berlalu. Namun Yoona berhenti di depan pintu. Ia sejenak memperhatikan kunci yang tergantung pada kenop pintu. Pikiran itu muncul begitu saja. Dengan sigap Yoona mengunci pintu dan melemparkan kuncinya entah kemana. Yoona kemudian berlari menghampiri Donghae dan memeluk pria itu.

 

“Apa yang kau inginkan dengan aksimu itu?!” Yoona menggeleng pelan, ia mempererat pelukannya pada Donghae.

“Aku hanya ingin disini bersamamu. Memelukmu seperti ini membuatku merasa nyaman. Aku tidak peduli dengan berita buruk yang kau bawa dari masa lalumu. Aku ingin terus melihatmu, berbagi rasa denganmu. Masa bodoh dengan semua keburukanmu!” Tubuh Donghae sedikit menegang. Tangannya terangkat hendak melepaskan pelukan Yoona. Ia mencengkeram lengan Yoona dan menatap wanita itu jauh ke dalam matanya.

“Tidak boleh seperti, Yoona. Aku tidak bisa..”

“Apa lagi yang kau ragukan. Baiklah bila kau tak ingin mengatakannya lebih dulu, maka aku akan melakukannya. Kau, Lee Donghae… aku, Im Yoona mencintaimu. Aku telah jatuh cinta padamu!”

“Kau…” Donghae tak mampu melanjutkan kata-katanya karena bibir Yoona telah mendarat di bibirnya. Donghae tak kuasa menolak dan akhirnya membalas ciuman itu.Ciuman itu lembut dan dalam, berbagi rasa yang sama-sama telah lama disimpan. Tangan Yoona beringsut ke dada Donghae, mencoba membuka kancing kemeja pria itu satu persatu. Donghae menahan kembali tangan itu, Yoona melepaskan ciuman mereka dan menatap pria itu sambil tersenyum.

 

“Bisakah kau katakan apa permintaanmu di sumur permohonan waktu itu?” tanya Yoona, sedangkan Donghae mengerutkan keningnya dengan pertanyaan yang mengintimidasi itu.

 

“Aku memohon agar kau mendapatkan pria yang menginginkanmu sebesar aku. Tapi sepertinya hal itu tak mungkin terjadi.” Jawab Donghae sambil menciumi jari Yoona.

“Kenapa tidak?”

“karena aku tahu tidak akan ada pria yang menginginkan dirimu sebesar yang aku inginkan.” Donghae membelai rambut Yoona yang berkilau. “Lalu kau, apa permohonanmu?”

“Aku memohon agar menemukan pria yang tepat untuk menikah denganku,” Yoona tersenyum lebar. “Lalu kau pun muncul disana.” Jantung Donghae seakan berhenti berdetak saat Yoon amengatakan itu semua, lalu pria itupun ikut tersenyum bersama Yoona.

“Kau mungkin marah karena aku telah mengunci kita berdua di dalam sini,” celoteh Yoona selanjutnya.

“Amat marah.” Donghae mengiyakan. “Aku berkeras kau melakukannya setiap malam setelah kita menikah.”

“Apakah kita akan menikah?” bisik Yoona seraya mengangkat kepalanya. Mata Donghae tampak hangat, tapi kemudian suaranya sama sekali tak terdengar senang.

“Ya, kita akan menikah. Meskipun kemudian kau akan membenciku.” Yoona teringat pada perkataan Donghae bahwa masa lalunya kelak akan datang lagi.

 

“Aku tidak akan dapat membencimu. Aku tidak takut pada rahasiamu, Donghae-ssi. Apapun jadinya aku akan menghadapinya bersamamu. Karena itu kau tetaplah di sisiku.” Setelah itu Donghae mempererat pelukannya. Kedua insan itu akhirnya menghabiskan malam bersama di dalam kamar yang terkunci itu. Walau menjelang pagi mereka sibuk mencari kemana kunci itu dilemparkan oleh Yoona.

 

-secret scandal-

 

Paginya seluruh keluarga Kim dan Im makan bersama, duduk mengelilingi sebuah meja lonjong yang panjang di ruang makan dengan berbagai jenis masakan tersaji di atasnya. Yoona memaksakan diri untuk makan, tertawa dan bercakap-cakap senormal mungkin. Tapi ternyata itu tidak mudah karena Donghae duduk di beberapa kursi di seberang mejanya, tiap kali mereka bersitatap Yoona nyaris tersedak makanan yang sedang dikunyahnya.

 

Percakapan terus mengalir di sekelilingnya, dan Yoona nyaris tidak menyadari semua itu, ia masih terpaku pada kejadian beberapa jam yang lalu yang ia habiskan bersama Donghae. Orang yang mengenalnya dengan baik, yaitu kakaknya, tampak menyadari perubahan pada dirinya. Bahkan Jaejoong beberapa kali meliriknya dengan penuh tanda tanya.

 

“aku rasa mereka berdua telah melakukannya,” gerutu Yuri saat membantu suaminya bersiap-siap sebelum berangkat ke Busan.

“Siapa melakukan apa?” tanya Jaejoong santai.

“Yoona dan Donghae. Aku menerka-nerka mungkin mereka sudah mengenal lebih jauh hingga melakukan sesuatu yang emm… lebih intim. Kau ingat skandal yang mereka ciptakan di malam acara keluarga itu kan?”

“Mengapa kau berpikiran seperti itu, Jagiya?”

Muka Yuri lalu berubah cemberut, “Tidakkah kau lihat saat makan tadi. Semuanya jelas terlihat, seolah Lee Donghae melompat ke atas meja dan membuat pengumuman.”

“Aku rasa Lee Donghae tidak vulgar seperti yang kau katakan itu, Sayang.” Jaejoong berbalik dan menatap wajah istrinya yang kini semakin ditekuk.

“Huh.. apa yang tejadi dengan kata-kata ‘aku tak akan bahagia menjadi istri pengusaha yang tidak berperasaan’? Sialan, aku tak percaya Yoona berani melakukan ini!” celotehan Yuri yang sedang kesal itu membuat Jaejoong memutar bola matanya.

“Tenanglah, Sayang. Aku akan coba mengorek informasi sebanyak-banyaknya kepada Donghae selama perjalanan bisnis ke Busan ini. Kau tunggu saja dengan nyaman di rumah. Jangan stress, ingatlah kau sedang mengandung. Aku tak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada calon bayi kita.” Jaejoong memegang kedua bahu Yuri seraya mengguncangnya pelan, seakan memberi peringatan ringan kepada istrinya. Kemudian Yuri pun mengangguk mengerti.

 

-secret scandal-

 

“apa yang sedang kau pikirkan?” suara Donghae mengejutkan Yoona yang sedang berdiri melamun di balkon rumah sambil memandang kosong ke arah taman. Donghae melingkarkan tangannya di pinggang hingga ke perut Yoona – memeluknya dari belakang.

“Ah, tidak ada.” Jawab Yoona seraya sedikit bergerak-gerak tak nyaman dengan perlakuan Donghae. Ia merinding merasakan hembusan napas Donghae di lehernya. “Kau sendiri sedang apa disini? Sengaja menemuiku?”

 

Donghae tersenyum, “ya. Aku ingin menyapamu sebelum aku berangkat ke Busan dan mengatakan padamu…” Yoona melepaskan pelukan itu dan berbalik memandang Donghae dengan sorot mata bertanya-tanya. Donghae cepat-cepat menciumnya, memberi kecupan dibibir seakan tak dapat menahan diri. “….kau tidak perlu cemas, aku takkan berubah pikiran untuk menikahimu. Malah kau sekarang akan sulit melepaskan diri dariku.”

“Ya. Aku tahu kau bisa diandalkan.” Ucap Yoona sambil tersenyum, kemudian menghambur memeluk Donghae kembali. “Donghae-ssi… aniya, Donghae Oppa..” panggil Yoona.

“ya?”

“Kembalilah padaku secepatnya.” Donghae mengangguk singkat dan pergi meninggalkan Yoona untuk melakukan perjalanan bisni ke Busan bersama Jaejoong. Donghae sadar kepergiannya kali ini mempertaruhkan banyak hal, termasuk memanggil kembali masa lalunya. Donghae khawatir dengan siapa yang akan ditemuinya saat bernegosiasi di Busan nanti – orang-orang dari masa lalunya.

 

-secret scandal-

 

“jadi sudah sejauh apa hubunganmu dengan Lee Donghae, Yoong?” pertanyaan Yuri seolah tidak tahu peristiwa yang terjadi antara Yoona dan Donghae.

 

“ya… begitulah. Aku mulai mengenalnya secara pribadi dan aku juga menyukainya ani…lebih tepatnya aku mencintainya,” jawaban Yoona membuat Yuri membelalakkan matanya kemudian wanita itu menggeleng-gelengkan kepalanya.

 

“Apa yang sudah dilakukan Lee Donghae hingga membuatmu berbalik memberi perhatian khusus padanya?” tanya Yuri tajam. Yoona menghela napas, sangat mengerti kalau kakaknya sedang menginterogasinya panjang lebar.

 

“Dia hanya membuatku jatuh cinta dengan segala yang dimilikinya saat ini, Eonni. Oh ayolah… memangnya apa yang kau pikirkan saat kau kau pertama kali merasa tertarik pada Jaejoong Oppa? Kau tahu, dia sudah bersedia menikahiku nanti”

 

“Mwo?? Yak, apa yang kau pikirkan, eoh!! Menikah dengan pria itu? Bukankah kau dulu menolaknya mati-matian, kenapa sekarang kau jadi idiot begini?” pekik Yuri membuat Yoona meringis mendengar suara melengkingnya.

 

“Eonni… kau kan tahu bagaimana cinta mengubah segalanya!! Kau bahkan dulu tak menyukai Jaejoong Oppa, apalagi berada dekat-dekat dengannya. Dan sekarang lihatlah… kau berperan sebagai istri yang berbahagia!!” Yoona seolah menyerang balik kakaknya dengan mengungkit kejadian lalu. “ya sudahlah, Eonni. Dengan begitu aku kan dianggap melakukan yang benar, sesuai keinginan Appa. Setidaknya Appa akan berhenti menyebutku parasit. Bukankah kau ingin aku bahagia?”

Yuri mengangguk mantap, “tentu saja aku ingin kau selalu bahagia.”

 

“Kalau begitu terimalah Donghae, karena kebahagiaanku adalah bersamanya.” Yuri menghela napas berat, menyadari bahwa Yoona memang telah mengambil keputusannya sendiri. Adiknya itu sudah dewasa, dan tak seharusnya ia terus menerus menginterupsi setiap keinginan dan keputusan yang dimiliki Yoona.

 

-secret scandal-

 

Genap seminggu sudah Donghae pergi ke Busan. Pria itu tampaknya sangat sibuk hingga ia hanya sempat menghubungi Yoona beberapa kali. Yoona sempat kesal namun tak bisa berbuat apa-apa mengingat seperti apa karakter pria itu sendiri. Ia hanya berusaha memahami sebaik mungkin situasi yang sedang dialami pria itu disana.

 

Saat Donghae kembali bersama Jaejoong, Yoona tak lagi sanggup menahan diri untuk tidak memperlihatkan kerinduannya pada pria itu. Ia bahkan langsung memeluk pria itu bagitu Donghae muncul di depan pintu rumah Jaejoong. Tuan Im sempat mengerutkan dahinya melihat kejadian itu, dan pria paruh baya itu selanjutnya memasang sikap masa bodohnya. Hanya saja Tuan Im menyadari kalau sudah terjalin sesuatu yang lebih di antara putrinya dan pegawai kepercayaannya itu.

 

Suatu siang di akhir pekan akhirnya kejadian yang ditakutkan Donghae itu pun datang. Tiba-tiba dua orang pria yang asing bagi keluarga kim hadir tanpa diundang. Bahkan kedua pria itu membawa serta beberapa orang polisi bersama mereka.

 

“Sepertinya kami kedatangan tamu tak terduga. Aku tak pernah berurusan dengan anda. Mengapa datang ke rumahku dengan membawa polisi?” tanya Jaejoong saat menemui mereka di ruang tamu. Saat itu keluarga Kim dan keluarga Im sedang berkumpul bersama. Mereka mulai serius membicarakan kelanjutan rencana perjodohan Yoona dan Donghae, seperti pembicaraan soal pesta pertunangan yang akan dilangsungkan bulan depan.

 

“oh, kami memang datang kesini bukan untuk menemui anda, tapi kami ingin bertemu dengan pria bernama Lee Donghae yang kau tampung di rumahmu.” Jawab seorang pria dengan sorot mata yang tajam.

 

“Tindakan kalian yang seenaknya masuk ke rumahku dan berniat membawa tamuku tidak bisa dibenarkan. Aku bahkan tak mengenal kalian dan sama sekali tidak tahu apa motif kalian.” Jawab Jaejoong sambil menyipitkan matanya, tidak ada keramah tamahan kepada tamu tak diundang itu. Jaejoong sama sekali tak menyukai ide untuk bersikap baik layaknya tuan rumah yang melayani tamu.

 

“Kalau begitu aku akan memperkenalkan diriku. Namaku Lee Sungmin dari Lee-Jeong Group di Busan. Aku kesini datang untuk mengadili pria bernama Lee Donghae atas perbuatan kejinya beberapa tahun yang lalu.” Jawab pria berwajah kalem itu dengan sangat dingin dan penuh kepercayaam diri.

 

“Perbuatan keji apa yang kau maksud?” tiba-tiba Tuan Im datang menghampiri pembicaraan kaku itu. Dibelakangnya Donghae menyusul bersama Yoona dan Yuri.

“Itu pria yang kumaksud, segera tangkap dia untuk diadili untuk kejahatannya!” teriak Lee Sungmin kepada polisi yang dibawanya. Serta merta polisi itu mendekati Donghae dan meringkusnya. Donghae yang masih terkejut justru terlambat memberikan reaksi saat polisi itu telah berhasil memborgol tangannya.

“Yak! Apa yang kalian lakukan padanya, cepat lepaskan dia!” teriak Yoona sambil berusaha menghalangi kerja polisi itu, namun semua usahanya sia-sia.

“Hei..memangnya apa yang telah dilakukan Donghae sebelumnya?! Kau tidak bisa berlaku seenaknya tanpa bukti!” hardik Tuan Im.

 

“Tentu saja aku datang kesini dengan segenap bukti yang dibawa oleh pengacaraku, termasuk surat penahanan resmi dari kepolisian Busan. Lee Donghae bersalah karena telah melakukan tindakan kriminal di masa lalu. Dia dengan sengaja mencuri dokumen perusahaan milik Lee-Jeong Group untuk dijadikan milik dan kemudian menghilangkannya. Dia bahkan sempat berlaku curang untuk membuat Lee-Jeong Group kolaps hingga menggelapkan dana perusahaan untuk kepentingan pribadinya.” Ujar Lee Sungmin dengan nada tenang yang dipaksakan.

 

“Benarkah begitu, Lee Donghae-ssi?” tanya Tuan Im sambil menoleh pada Donghae yang berdiri diapit oleh polisi.

“Apakah aku bisa memberikan pembelaan disini?” Donghae balik bertanya, kepada siapapun yang berada diruangan itu.

“Tentu saja kau memiliki hak untuk itu. Aku rasa aksi tuan Lee Sungmin ini benar-benar cacat hukum! Semua ini prosedurnya salah…” umpat Jaejoong.

“Tidak ada yang salah dalam hal ini, Tuan Kim!” sanggah Sungmin. “Aku sudah menghabiskan banyak waktu dan biaya hanya untuk melacak keberadaan pria sialan ini! Dan ketika aku menemukannya datang sendiri ke Busan, aku merasa keberuntungan akhirnya datang padaku. Pria ini pantas menerima hukuman dengan aksi kotornya yang telah membuat kerugian besar pada Lee-Jeong Group.”

 

“kau masih saja bertahan pada rencana licikmu itu Hyung! Memangnya kau belum puas menikmati semua kemewahan dan kenyaman yang diberikan Lee-Jeong Group padamu!” Donghae akhirnya membuka suara untuk membela diri. Semua mata kini tertuju padanya, sementara Lee Sungmin menatapnya dengan penuh kebencian.

“Jelaskan pada kami tentang hal ini, Donghae-ssi!” pekik Tuan Im, merasa ada yang mengganjal dengan kasus ini.

 

“Aku memang mengambil dokumen rahasia milik Lee-Jeong Group untuk menyelamatkannya sebagai aset berharga milik keluargaku. Tapi kau dan ayahmu malah mengkhianati kepercayaan ayahku yang sekarat untuk mengurus perusahaan. Kau dan ayahmu dengan mudahnya mengambil alih perusahaan dan membalikkan atas namamu. Kau menuduhku melakukan konspirasi, padahal akulah yang paling pantas untuk mendapatkan semuanya.” Ujar Donghae mencoba untuk tetap tegar.

“Kau jangan mengarang cerita!” teriak Sungmin dengan suara menggelegar.

 

“aku tidak perlu mengarang cerita, tapi justru kau yang membuatku harus mengakui kenyataan lain. Kau dan ayahmu adalah dalang dibalik merosotnya Lee-Jeong Group di ranah bisnis, kalian tidak becus untuk menjalankan perusahaan. Dan kalian membuatku terpuruk dengan membuangku sebagai gembel ke jalanan bahkan membuatku sebagai buronan untuk hal yang tidak sepantasnya dituduhkan kepadaku. Aku adalah pemilik sah Lee-Jeong Group, tapi kalian telah membuatku sebagai pecundang dan menuduhku sebagai penipu!”

 

“Benarkah begitu? Aku rasa tidak akan ada seorangpun yang akan percaya padamu. Kau bahkan tidak memiliki segelintirpun bukti untuk membenarkan semua perkataanmu barusan!” Lee Sungmin kembali menjatuhkan Donghae dengan kata-kata tajam dan senyuman miringnya yang licik. “Cepat bawa dia! Aku sudah tidak sabar menyaksikan dia membusuk di penjara!”

 

Saat Donghae mulai diseret oleh polisi-polisi itu, Yoona berusaha menghentikan kembali. Yoona menarik-narik tubuh Donghae, meskipun polisi itu mencoba menjauhkannya. “Tidak! Kalian tidak boleh membawanya pergi!! Dia tidak bersalah… Oppa!! Kau jangan tinggalkan aku, tidak boleh!!” teriak Yoona di depan polisi-polisi itu.

 

“Yoona-yah, kau percaya padaku kan?” tanya Donghae sejenak menghentikan langkahnya bersama polisi itu. Yoona awalnya ragu tapi kemudian ia mengangguk. “kalau begitu kau harus menungguku. Aku akan menyelesaikan semua ini secepatnya, dan aku akan kembali padamu.”

 

Yoona menggeleng-geleng pasrah saat Donghae meninggalkannya keluar rumah Jaejoong, “Maldo Andwee… Oppa…” kini Yoona tengah menangis meronta-ronta dalam pelukan Yuri yang mencoba menenangkannya. “Eonni…eothokke…

“sshhh… tenanglah, Yoong. Tenang… yang sekarang harus dilakukan adalah kita harus pikirkan cara untuk menyelesaikan masalahnya…” kata Yuri sambil mengguncang-guncang tubuh Yoona.

 

“kalau begitu aku akan menyusul ke Busan. Yoona, aku mohon kurangi kekhawatiranmu. Aku akan melakukan segala cara untuk membawa pulang Donghae kepadamu lagi. Pecayalah!” kata Jaejoong setelah melihat raut kecemasan di wajah istrinya yang melihat kondisi Yoona begitu histeris seperti saat ini.

“Aku akan ikut denganmu!” sahut Tuan Im dan mendapat anggukan dari Jaejoong.

 

-secret scandal-

 

Sudah sebulan semenjak kejadian penangkapan paksa Donghae oleh polisi dan orang asing di rumah Jaejoong. Selama itu pula Yoona terus merasa cemas. Ia tak berselera makan ataupun melakukan hal-hal yang digemarinya. Wanita itu lebih banyak melamun di kamranya atau di taman. Yuri dan ibunya tidak bisa berbuat banyak untuk membantunya keluar dari keterpurukan akibat ditinggal Donghae.

 

Beberapa kali Jaejoong dan Tuan Im pulang ke Seoul, tapi Yoona tidak sedikitpun merasa tenang karena wajah kedua orang itu sama sekali tak meyakinkan bahwa semua baik-baik saja. Menurut berita yang mereka bawa, memberi kesimpulan bahwa proses negosiasi untuk kasus ini berjalan alot dan rumit. Yoona semakin putus asa, harapan demi harapannya mulai menipis untuk kembali bersama dengan Donghae. Ia sempat nekat ingin menyusul ke Busan, tetapi Yuri melarangnya karena khawatir itu hanya akan memperburuk situasi dan memperburuk keadaan Yoona sendiri.

 

Suatu hari Tuan Im memutuskan pergi ke Tokyo dengan dalih mengurus perusahaannya yang telah ditinggal lama. Yoona merasa bahwa ayahnya sudah melepaskan tanggung jawabnya untuk Donghae dan kasus yang menimpanya. Bahkan disaat seperti ini ayahnya tetap memikirkan bisnis. Yoona mulai berpikir untuk membenci ayahnya, Yoona mulai berpikir untuk mencari jalan keluarnya sendirian.

 

Suatu hari, Yoona duduk di kursi santai di taman belakang rumah. Ia duduk sambil menekuk lututnya, pandangannya yang kosong terlempar pada tanaman Baby Breath di depannya. Wajahnya tampak tirus dan cekung, pucat tak bergairah. Ia bisa digambarkan seperti zombi.

 

“jadi ini yang kau lakukan selama aku tak ada, Nona Im?” Yoona tersentak dari lamunannya setelah mendengar suara seseorang yang amat dirindukannya saat ini. Ia mendongak dan mendapati pria itu berdiri di hadapannya, tersenyum dengan lembut sambil menatapnya. Yoona hanya menganga, ia masih tidak mempercayai matanya yang melihat langsung pria itu.

 

“Lihatlah, kau jelek sekali seperti ini. Wajahmu benar-benar kusut seperti pakaian yang baru dicuci.” Gurau pria itu sambil berjongkok di depan Yoona.

Yoona mulai bergerak, ia menjulurkan tangannya untuk menyentuh wajah pria itu. Tangannya benar-benar merasakan kulitnya bersentuhan dengan kulit wajah pria itu. “Oppa… ini benar kau. Benarkah kau sudah kembali?”

“ya, aku sudah kembali, sayang. Seperti janjiku padamu.” Yoona langsung menghambur memeluk Donghae. Ia memeluk erat seakan Donghae adalah benda licin yang mudah jatuh terpeleset.

 

“hahhh… Oppa syukurlah.. Aku rasanya ingin mati saja bila tak bisa lagi bertemu denganmu. Kenapa kau lama sekali kembali padaku?” gerutu Yoona dalam pelukan Donghae.

“Ne… maafkan aku, Sayang. Semuanya memang sangat sulit, tapi percayalah semua sudah berakhir dan aku baik-baik saja seperti yang kau lihat.” Yoona melepaskan pelukannya, lalu ia memandang Donghae, tidak hanya wajah tapi ke seluruh tubuhnya. Pria itu sempurna tidak ada cacat sedikitpun padanya. Lalu Yoona berusaha tersenyum dengan keadaan Donghae.

 

“lalu bagaimana ini akhirnya selesai, Oppa?”

“Semuanya rumit, hingga aku memutuskan untuk mengeluarkan dokumen rahasia itu kembali. Aku meminta bantuan ayahmu untuk mengambil dokumen yang aku simpan rapat di Jepang.” Terang Donghae.

“Ya ampun, padahal aku mengira Appa sudah tak peduli lagi padamu. Memangnya apa isi dokumen rahasia itu?”

“Isinya tentang semua hal yang menjelaskan seluk beluk perusahaan termasuk cantuman nama pemilik sah dan pewaris perusahaan itu. Sebenarnya aku tak begitu terobsesi lagi dengan perusahaan saat ini. Tetapi kasus yang kualami akibat rekayasa sepupu dan pamanku membuatku yang sudah berusaha menghindar terpaksa membuka kembali kenyataan yang sulit dibuktikan.” Cerita Donghae membuat Yoona menaikkan alisnya.

“Aku tak mengerti maksudmu, Oppa…”

Donghae tersenyum lalu mengacak rambut Yoona, “Dulu aku hanya sendirian, aku tak punya siapa-siapa untuk membelaku. Aku ditindas oleh paman dan sepupuku, bahkan mereka ingin menyingkirkanku atau membunuhku hanya untuk mendapatkan perusahaan. Aku harus terlunta-lunta di jalan meninggalkan semua yang kumiliki untuk menyelamatkan hidupku, hingga aku bertemu dengan ayahmu…”

Yoona menggeser duduknya untuk memberi ruang dan menepuk kursi itu agar Donghae duduk disana. Donghae bangkit dari posisi jongkoknya dan menuruti keinginan Yoona, “…sejak bertemu ayahmu, aku mulai bisa merasakan bagaimana memiliki seseorang yang bisa kita jadikan rekan sekaligus berpihak pada kita.”

 

“ya, kau benar. Bahkan Appa lebih menyayangimu dari pada anaknya sendiri,” gerutu Yoona. Donghae tergelak dengan ucapan tunangannya itu. “jadi bagaimana dengan Lee-Jeong Group? Apa kau berniat mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi milikmu?”

 

“aku belum mengambil keputusan. Entahlah aku sama sekali tak berpikir atau bernafsu untuk menguasai Lee-Jeong lagi. Kau tahu aku merasa telah memiliki segalanya disini, aku memilikimu dan juga keluargamu. Aku merasa sudah terikat pada itu semua.” Kata Donghae sambil mengelus pipi Yoona membuat wajah gadis itu merona lagi, semburat merah yang lama tak tampak dari pipinya.

 

“tentu saja. Kau kini pria yang memiliki segalanya, termasuk cintaku untukmu!!” seru Yoona.

“kau benar. Dan aku mencintaimu, Nona Im.” Donghae memegang kedua pipi Yoona yang melebar karena senyuman Yoona.

“aku juga mencintaimu, Tuan Lee.” Balas Yoona kembali memeluk Donghae.

“Aku rasa sudah saatnya kita membicarakan pernikahan, aku tak sabar untuk berduaan lagi denganmu di kamar yang terkunci!” Yoona memukul punggung Donghae dengan manja.

“Yak! Kau ini mesum sekali…” kata Yoona sambil terkikik. Dalam hati ia juga menginginkan hal yang sama dengan pria itu, prianya yang sangat dicinta dan diinginkannya.

 

FIN

 

Finish!!! Akhirnya…. Cerita ini selesai. Soooo… mereka akhirnya bersatu, menikah, hidup bahagia… ya begitulah balada author malas buat sekuel hehehehe….

Terima kasih buat readers yang telah membaca lanjutan FF abal-abal ini… walaupun mungkin endingnya tidak memuaskan tapi saya tetap mengapresiasi setiap komentar dari readers….

 

 

 

72 thoughts on “Secret Scandal (2 of 2)

  1. kerennn bener deh TT
    alurnya menarik. konfliknya juga teratur.
    bagian akhirnya bikin senyum-senyum 🙂
    ‘aku tak sabar untuk berduaan lagi denganmu di kamar yang terkunci’ donghaenya mesum juga ternyata #ehh
    itu yang lucunya pas paginya mereka nyariin kunci yang dibuang sembarang sama yoona -__-
    yoona yoona berbuat sesuatu tanpa berfikir panjang terlebih dahulu, jadinya repot kan 😀
    pokonya keren deh, aku tunggu ff YH selanjutnya ya ^^

  2. keren bnget cerita ny.,konflik,romance bahkan lucu ny juga dpet….akhir ny mereka bersatu,,,suka bnget waktu moment mereka di dlam kamar,dan lawak ga tau kenapa yg waktu pagi ny mereka nyari kunci…hahaha..keren lah..
    Good job Author..

  3. Finish….wooooahhh,,,ternyat rahasia yg dsimpan hae ppa ttg PHny dulu…
    Daebak…Keren chingu.. 🙂

  4. CINTA

    apapun bisa dikalahkan dg cinta.. termasuk ego seorang yoona.. takluk dihadapan donghae yg dulu sama sekali tdk dilirik.

    *PLakkkkk* sok tehuuuuuuu

    Happy ending
    beneran ga da sequel nihhh???

  5. kenapa pas bacanya jadi pikirannya kemana mana yah.. euhh i belive Yoonhae is real god! lol
    suka banget! entah mau ngomong apa.. so boleh gak aku minta sequenya? muahahaha *kedip kedip manis*
    Banzai author! moah~

Komentarmu?