Jealous In Love (2 of 3)

Jealous in Love Pic

Author                                     : misskangen

Tittle                                        : Jealous In Love

Length                                     : 3 Shoots

Genre                                      : Romance, Drama, Family

Rating                                     : G

Main Cast                                : Im Yoon Ah, Lee Donghae

Support Cast                           : Kim Jong Woon, Son Eun Seo, Lee Hyukjae, Kim Taeyeon, Kwon Yuri, Lee Haena (OC)

Disclaimer                               : Cerita ini adalah fiktif dan murni karangan penulis. Bila terdapat kesamaan cerita dengan kehidupan nyata maka itu suatu kebetulan semata.

JEALOUS IN LOVE : PART 2

Gadis kecil itu terlihat begitu manis, bergelayut di kaki Jong Woon. Tangan mungilnya memainkan pita biru kecil yang terlihat indah di bagian rok dress yang dipakainya. Mata Donghae masih lekat memperhatikannya, masih tetap mencermati setiap bagian pada diri gadis kecil itu. Baru beberapa detik saja melihatnya, Donghae seakan terhipnotis dengan kehadirannya, hingga perhatian Donghae hanya tertuju pada gadis kecil itu.

“Haena-ah, perkenalkan dirimu pada teman Abeoji,” kata Jong Woon pada Haena, tapi anak itu terlihat ragu.

Is it okay, Abeoji?” tanya Haena sambil mendongak pada Jong Woon.

Don’t worry, he’s my friend. He isn’t a bad guy.” Donghae mengerutkan keningnya melihat gelagat yang ditunjukkan Jong Woon dan Haena. Jong Woon menyadari bila Donghae pasti bingung dengan keadaan itu.

Mianhae, Donghae-ssi. Ibu Haena selalu mengingatkannya tidak boleh sembarangan bergaul dengan orang asing,” perkataan Jong Woon membuat Donghae menoleh pada Yuri, istri Jong Woon. Yuri hanya memberikan senyuman kikuk pada Donghae. “Now, introduce yourself dear!” Jong Woon memegang bahu Haena dan menghadapkannya pada Donghae. Kemudian Haena tersenyum manis, memperlihatkan kedua lesung pipinya. Donghae terkesiap melihat ekspresi wajah Haena yang membuatnya seakan melihat Yoona kecil tersenyum padanya.

Annyeong, Jeoneun Im Haena imnida. I’m 4 years old and I love dancing also singing.” Haena begitu menggemaskan ketika memperkenalkan dirinya pada Donghae.

“Lee Donghae imnida. Kau boleh memanggilku Donghae Ahjussi.” Donghae berjongkok, menyamakan tinggi tubuhnya dengan Haena. Keduanya saling berbagi senyuman, siapapun yang melihatnya pasti mengira mereka akrab sekali seperti telah saling mengenal begitu lama.

Tanpa Donghae sadari, Yuri memandang khawatir pada Jong Woon. “Kau yakin tidak apa-apa?” bisik Yuri pada suaminya. Jong Woon mengangguk pelan menjawab pertanyaan istrinya.

“Haena-ah, what are you doing there? Come to aunty please…” suara melengking Taeyeon tiba-tiba memecah momen akrab Donghae dan Haena. Merasa dipanggil oleh bibinya, Haena mencari asal suara itu dan mendapati bibinya melambaikan tangan di depan sebuah pintu kaca.

Ne aunty, I’m coming. Bye, uncle…” Haena melambaikan tangannya pada Donghae dan segera berlari menuju tempat Taeyeon berdiri. Pandangan Donghae terus mengikutin pergerakan Haena hingga gadis kecil itu masuk ke dalam ruangan bersama Taeyeon.

“Donghae-ssi, maaf kami harus segera menemui Yoona. Lain kali kita bertemu dan ngobrol bersama.” Pamit Jong Woon pada Donghae.

“Ne, sampai jumpa Jong Woon-ssi.” Donghae pun segera keluar dari butik milik Yoona dengan perasaan aneh yang tak dimengertinya.

Yoona POV

 

Aku sungguh terkejut, tiba-tiba melihatnya muncul dihadapanku, di butikku sendiri. Hal ini memang sudah kuperkirakan akan terjadi, tapi seharusnya tidak secepat ini. Baru dua bulan aku kembali dari Paris setelah selama lima tahun berdomisili disana. Kalau bukan ayah tiri dan ibuku yang memaksaku untuk kembali ke Korea, aku akan dengan senang hati tetap tinggal di Paris.

Paris, kota yang berjuluk ‘City of Light’ itu telah menjadi saksi bisu bagaimana perjuanganku memulai kehidupan baru pasca perceraianku dengan Donghae. Aku berusaha keras menata dan menyusun kembali kepingan hatiku yang hancur karena perceraianku yang begitu menyakitkan. Di kota ini juga aku melahirkan dan membesarkan Haena, putriku dari hasil pernikahanku dengan Donghae. Tapi selama itu pula aku tak pernah memberitahunya bahwa ia memiliki anak dariku.

Paris, juga menjadi saksi bagaimana aku memulai karirku sebagai desainer pemula. Setelah melahirkan Haena, aku berjuang mati-matian untuk belajar dan mengembangkan bakatku di bidang desain pakaian. Aku sangat berterima kasih pada ayah kandungku yang begitu gigih memberiku semangat dan dukungan selama masa sulit. Ayahku tak pernah mengungkit kehidupanku di masa lalu, ia bahkan tak pernah menanyakan perihal niatku untuk memberitahu Donghae terkait kelahiran anaknya. Aku merasa cukup nyaman dengan semua itu.

Aku meminta seluruh keluargaku yang tinggal di Korea untuk tutup mulut tentang keberadaanku saat itu. Aku sungguh beruntung karena mendapat dukungan penuh dari seluruh keluargaku. Taeyeon, saudara tiriku bahkan sering mengunjungiku ke Paris. Terkadang ia datang dengan segudang cerita tentang kehidupan Lee Donghae selepas aku pergi. Aku menangkap nada sinis dan ketidaksukaannya dari setiap ceritanya tentang Donghae. Aku paham betul kalau Taeyeon sangat kesal dengan Donghae atas perceraianku.

Dulu Taeyeon sudah seperti suporter garis keras bagi hubunganku dengan Donghae. Bahkan ia sempat berdebat kusir dengan Jong Woon Oppa saat sebagian besar keluarga menolak rencana pernikahanku dengan Donghae. Tapi dengan kejadian perceraian itu dan penyebab yang dianggap terlalu sepele olehnya, sekarang Taeyeon bersikap begitu skeptis pada Donghae. Beberapa kali Jung So Oppa, tunangan Taeyeon, menegurnya agar tak berlarut-larut bersikap seperti itu. Tapi sepertinya Taeyeon masih sulit menghilangkannya, ia mengaku masih bersikap dingin pada Donghae.

Ketika aku kembali ke Korea, ayah tiri dan ibuku sudah mempersiapkan segalanya. Termasuk butik yang mereka bangun sebagai hadiah kepulanganku ke Korea. Awalnya aku ragu untuk kembali karena aku tak ingin berhadapan lagi dengan masa laluku. Tapi kedua orangtuaku bersikeras dan terkesan sangat memaksa agar aku kembali tinggal bersama mereka. Keinginan mereka untuk dekat dengan Haena tak dapat kuabaikan. Mereka beralasan kalau lebih baik Haena tinggal di Korea, dari pada tinggal di luar negeri dan hanya mengenal keluarga Jong Woon Oppa sebagai relasinya.

Akhirnya aku memutuskan kembali ke Korea dengan terus berharap agar aku bisa jauh-jauh dari segala sesuatu yang berkaitan dengan Lee Donghae. Aku merasa takut semua hal yang sudah kutata sebaik mungkin akan kembali rusak dengan kehadirannya dalam hidupku lagi. Aku takut perasaanku yang sudah hampir mati rasa kembali hidup untuknya. Bagaimanapun Donghae adalah ayah kandung Haena, aku tak bisa menolak kenyataan itu. Suatu hari nanti aku harus membuka tabir rahasia itu, tapi tidak sekarang. Tidak dalam waktu dekat, karena satu dan lain hal sehingga aku belum siap untuk melakukannya.

Hari ini, ketika aku bertemu dengannya untuk pertama kali setelah lima tahun berpisah, rasa takut tiba-tiba menjalariku hingga ingin sekali aku berlari dan menyembunyikan diriku darinya. Aku ingin sekali lagi menghilang dari pandangannya, menghindarinya sejauh mungkin. Saat ia menyapaku, lidahku terasa kelu. Aku berusaha bersikap setenang mungkin dan sewajar mungkin. Aku tak ingin dianggap dia berpikir bahwa aku merindukannya atau bahkan ingin bertemu dengannya.

Aku terselamatkan ketika seorang karyawanku memberitahukan kedatangan Taeyeon. Tapi aku teringat bahwa Taeyeon sedang membawa Haena. Aku buru-buru meninggalkan Donghae dan menyusul Taeyeon. Aku memaksanya agar segera masuk ke dalam ruangan pribadiku agar Donghae tidak melihat Haena. Aku takut Donghae menyadari sesuatu bila melihat Haena, apalagi kalau bukan kemiripanku dengan putriku.

“Yak, kau ini kenapa langsung menyeretku ke sini, eoh?” protes Taeyeon ketika dengan sigap aku menariknya dan Haena masuk ke ruanganku.

“Mianhae, aku terpaksa Eonni. Kau tahu di luar ada Donghae, aku tak ingin ia melihat Haena. Tidak untuk sekarang ini.” Jawabku tegas.

“Mwo? Apa yang dilakukan orang itu disini?” tanya Taeyeon dengan nada tinggi. Aku mengangkat bahuku cepat,

“Entahlah. Yang jelas dia terlebih dahulu menyapaku. Aku hanya berbicara beberapa kalimat saja dengannya sebelum kau datang.” Haena terlihat bingung mendapatiku dan Taeyeon berbicara serius dan terkesan panik. Aku membelai rambutnya, berharap ia tak terpengaruh dengan kepanikanku saat ini. “Kenapa kau terlihat kesal begitu, sayang?”

Mommy, I wanna play with Seung Hoon Oppa.” Jawab Haena sambil mengerucutkan bibirnya.

“Ne, sebentar lagi Oppa mu segera datang, okay…” rayuku pada Haena, dan dia menganggukkan kepalanya. Putriku memang penurut, aku juga sangat mengaguminya. Haena adalah segalanya bagiku, kebahagiaan Haena adalah prioritas utama untukku.

“Apa yang akan kau lakukan sekarang Yoong? Donghae sudah tahu kau kembali ke Korea. Kau tahukan selama kau di Paris, dia tidak bosan-bosannya menanyakan keberadaanmu padaku. Padahal aku sudah menyertakan sikap sarkatis tiap kali ia menemuiku, tapi sepertinya ia pantang menyerah.” Taeyeon menatapku intens, sabar menunggu jawaban yang sedang kupikirkan.

“Untuk waktu dekat ini aku akan berusaha menghindarinya. Aku tak ingin sering-sering bertemu dengannya.” Taeyeon terlihat tidak puas dengan jawabanku.

“Bagaimana kau akan menghindarinya? Kau jauh di Paris saja, dia tak lelah mencari informasi. Kini kau ada di depan matanya, jelas ia akan berusaha terus menemuimu. Aku yakin dia masih begitu mencintaimu, tidak… terobsesi padamu lebih tepatnya.” Sebegitu yakinnya Taeyeon jika Donghae masih memiliki perasaan padaku. Aku hanya memandanginya heran, tak juga memberi jawaban. Taeyeon memutar bola matanya, kesal dengan kebisuanku. “Aku tahu kau menganggapku berlebihan soal itu. Tapi bagaimana bila kenyataannya seperti itu, apa yang akan kau lakukan?”

Spontan aku mengedikkan bahuku, “Molla.. aku belum ada bayangan soal itu. Yang jelas aku akan mencegahnya bertemu dengan Haena dulu. Omo! Dimana Haena??” Pandanganku mengitari ruangan itu, mencari keberadaan Haena, dan aku melihat pintu ruangan yag terbuka. “Haena pasti keluar. Oh, tidak.. bagaimana kalau Donghae masih di luar.” Sekarang aku jadi panik lagi.

“Ya sudah, biar aku yang mencarinya…” sahut Taeyeon yang bangkit dari posisi duduknya, keluar ruangan mencari Haena.

-0-

Beberapa saat kemudian, Jong Woon Oppa bersama anak dan istrinya menyusul masuk ke ruanganku setelah Taeyeon kembali membawa Haena. Jong Woon Oppa dapat melihat dengan jelas kepanikan di wajahku. “Aku yakin ekspresi panik itu karena kehadiran Donghae kan..” Jong Woon Oppa mengambil posisi duduk di sebelahku, kemudian menatapku.

“Dengarkan Oppa, kau tidak boleh menunjukkan rasa takutmu di depannya. Kau harus tenang, tak perlu memikirkan masa lalu. Anggap saja bahwa Donghae adalah teman lama yang sudah beberapa tahun tidak bertemu denganmu. Bersikaplah senormal mungkin, Yoona-yah.” Jong Woon Oppa berusaha memberiku nasehat, aku sendiri masih berusaha mencernanya dan berpikir apakah aku mampu melakukannya.

“Itu sulit Oppa. Walaupun lima tahun sudah berlalu, kenangan buruk itu masih saja berputar ulang dalam ingatanku. Sangat sulit untuk menghapus semua kenangan tentang dirinya, sangat sulit Oppa…” suaraku terdengar semakin kecil, ingin sekali aku menangis tapi tidak ada air mata yang keluar.

“Kesulitan menghapus kenangannya tidak berarti kau masih mencintainya atau mengharapkannya kan, Yoong?” aku mendongak melihat Yuri Eonni yang mencecarku dengan pertanyaan yang sulit dijawab.

“Ani… aku tak lagi mencintainya, tidak Eonni…” jawabku tanpa keyakinan.

“Benarkah? Tapi mengapa aku merasakan sesuatu yang berbeda bila melihat ekspresi wajahmu itu?” timpal Taeyeon membuatku terdiam membatu. Aku menelan salivaku dengan susah payah, tapi tak juga menjawab pertanyaan Taeyeon.

“Lantas apa yang kau takutkan, Yoona-yah??”

“Kenyataan bahwa dia adalah ayah kandung Haena yang membuatku cemas. Suatu saat bila dia tahu Haena adalah putrinya, aku takut sekali ia akan mengambil Haena dariku. Hal itu yang membuatku tidak bisa membiarkan Haena berada di dekatnya…” jawabku lirih.

“Kau benar kalau Donghae akan mengenali putrinya. Tadi dia sempat melihat Haena.” Aku kaget dengan pernyataan Jong Woon Oppa barusan.

“Apa maksudmu dia mengenali Haena, Oppa?” Jong Woon Oppa bertukar pandang sejenak dengan istrinya, lalu menghela napas sebelum menjawabku.

“Tadi Donghae sudah bertemu dengan Haena. Dia jelas melihat kemiripan Haena denganmu, hanya saja dia mengira Haena putriku karena memanggilku dengan sebutan Abeoji.”

“kalau begitu biarkan dia terus dalam kesalahpahaman itu, Oppa. Menurutku itu lebih baik,” Taeyeon menyuarakan pendapatnya secara bulat dan aku mengangguk setuju dengannya.

“Bagaimanapun kau tak bisa terus-terusan menyembunyikan fakta ini, Yoona-yah. Suatu saat ia akan mengetahui kebenarannya.” Kembali Yuri Eonni mengingatkanku pada berbagai kemungkinan yang akan terjadi di masa depan.

“Kalau begitu aku kan berusaha menjauhkan Haena darinya, apapun caranya. Kalaupun suatu ketika ia tahu kebenarannya, maka saat itu pula tidak ada yang bisa dilakukannya.” Kataku dengan nada dingin hingga mendapat tatapan dari tiga orang dewasa yang ada di dalam ruangan ini.

“Itu memang hak mu. Tapi apapun yang kau lakukan, Oppa harap tidak akan membuat Haena kecewa.” Sahut Jong Woon Oppa. Aku mengalihkan tatapanku pada Haena yang sedang asyik bermain dengan Seung Hoon. Aku merasa telah berbuat sesuatu yang buruk karena berencana memisahkannya dari ayah kandungnya.

 

Yoona POV End

-0-

Donghae POV

Pertemuan pertamaku dengan Yoona setelah 5 tahun terpisah begitu singkat. Aku kecewa karena hanya sempat berbicara beberapa kalimat saja dengannya. Kami bertatap muka tapi dipenuhi dengan kegugupan dan kekakuan. Aku merasa Yoona sengaja menghindariku dengan tingkahnya yang buru-buru pergi meninggalkanku saat seseorang memberitakan kedatangan saudaranya. Tidak hanya itu yang membuatku penasaran dan terus berpikir pasca kedatanganku ke butik miliknya, Jong Woon dan seorang anak bernama Haena juga.

Ada sesuatu pada anak itu yang membuatku merasa tidak nyaman, seperti ada perasaan aneh yang mendorongku untuk mencari tahu lebih banyak soal Jong Woon dan keluarganya, terutama Haena. Yaa… Im Haena, wajahnya yang begitu mirip dengan Yoona berhasil menarik perhatianku. Entah hal apa yang membuatku begitu ingin berdekatan dengannya. Bukankah dia putri Im Jong Woon? Lantas mengapa hati kecilku meragukan itu… Apa sebenarnya yang kupikirkan, mengapa aku jadi tidak bisa tenang begini?

“jadi bagaimana pertemuanmu dengan mantan istrimu yang cantik itu, Donghae-ssi?” suara Hyukjae mengejutkanku hingga lamunanku pun berakhir. Aku menggeleng lemah tanpa mengeluarkan suara. “Apa itu artinya tidak berjalan seperti yang kau harapkan?” Hyukjae menatapku sambil membulatkan matanya.

“Ya.. begitulah,” jawabku singkat.

“Kenapa ‘begitu’? Ah… apa dia sudah menikah lagi, atau sudah punya pacar baru? Atau kau malah diusir olehnya?” Aku menatap kesal pada Hyukjae.

“Hyukjae-ssi, aku hanya akan menjawab ‘entahlah’.” Jawabku dengan nada dongkol.

“Lantas kenapa kau marah? Aku kan cuma bertanya. Jadi, kau menyerah begitu saja, kalau begitu aku akan mendekatinya..”

“Tidak boleh! Kau jangan seenaknya menyentuhnya, aku tidak akan membiarkanmu melakukannya!” hardikku pada Hyukjae. Mudah sekali dia mengatakan ingin mendekati Yoona, aku benar-benar tak menyukai ide itu.

“Memangnya kau siapa? Kau kan hanya seorang mantan suami. Aku rasa kecemburuanmu pada mantan istri tidak pada tempatnya.” Hyukjae menyertai kata-kata itu dengan suara tawa mengejek. Aku memberinya tatapan mematikan, seketika Hyukjae menyadarinya dan berhenti tertawa. “Daripada kau uring-uringan dan melamun tidak jelas, lebih baik kau pergi menemuinya lagi. Lakukanlah pendekatan lagi, siapa tahu dia masih punya perasaan padamu.”

“Aku juga inginnya seperti itu. Tapi, apa mungkin Yoona mau memaafkanku setelah apa yang kuperbuat 5 tahun yang lalu?”

Hyukjae menepuk bahuku seolah memberi semangat. “Kau tidak akan tahu sebelum mencoba kan? Aku rasa tidak ada salahnya kalau kau berusaha meyakinkannya bahwa kau menyesali perilaku burukmu di masa lalu.” Aku menghela napas panjang. Hyukjae benar, aku memang harus berusaha memperbaiki hubunganku dengan Yoona. Semoga saja aku belum terlambat.

-0-

Aku kembali mendatangi butik milik Yoona setelah menyelesaikan semua pekerjaanku. Kali ini aku memarkirkan mobilku di tempat parkir butik, tidak lagi dari kejauhan. Aku bertekad akan melakukan segala cara agar ia mau memaafkanku dan kalau bisa menerimaku kembali. Aku sadar hal ini tidak akan mudah. Tapi aku tahu Yoona adalah wanita yang berhati lembut dan penyayang. Dia adalah sosok wanita yang sempurna, hanya aku lah pria bodoh yang melepasnya begitu saja dan itu semua adalah kesalahanku sendiri.

Belum sempat keluar dari mobil, aku melihat Yoona keluar dari butiknya bersama seorang pria menuju sebuah mobil SUV yang terparkir tak jauh dari mobilku. Aku membatalkan niatku keluar dari mobil dan tetap mengamati kegiatan mereka. Yoona ikut masuk ke dalam mobil itu. Tanpa pikir panjang aku memutuskan mengikuti mobil itu kemanapun ia pergi. Melihat Yoona pergi bersama seorang pria membuatku merasa tidak nyaman dan tentu saja tidak suka. Apalagi pria itu adalah seseorang yang kukenal, Lee Seung Gi.

Seung Gi, dia adalah temanku semasa SMA. Kami berteman cukup dekat karena berada dalam kelas yang sama maupun kegiatan ekstrakurikuler yang sama. Kami sering berbagi cerita tentang banyak hal termasuk soal gadis yang kami sukai. Tapi justru hal terakhir itu yang menjadi penyebab kerenggangan hubunganku dengannya. Seung Gi menganggapku seorang pengkhianat setelah aku menjadi kekasih dari gadis yang disukainya. Sebelum hal itu terjadi, Seung Gi mengungkapkan padaku bahwa ia menyukai seorang gadis dan meminta bantuanku untuk berdekatan dengan gadis itu. Sayangnya sebelum Seung Gi mengatakan padaku perihal perasaannya, akupun memiliki rasa terhadap gadis yang sama. Aku tak bisa berbuat apa-apa kecuali menyanggupi permintaannya.

Ketika aku mencoba mendekati gadis itu untuk Seung Gi, perasaanku jadi tak karuan. Sulit sekali bagiku untuk melakukannya karena gadis itu juga membuat perhatianku teralih padanya. Gadis itu berpikir bahwa tujuanku mendekatinya karena akulah yang menyukainya, bukan karena permintaan Seung Gi. Aku nekat menyatakan perasaanku sendiri pada gadis itu dan tak disangka ia menerimanya. Aku senang, tapi aku juga merasa bersalah. Aku merasa menjadi teman yang paling jahat di dunia. Aku tak pernah mengatakan pada gadis itu tentang perasaan Seung Gi. Aku juga tak pernah mengungkapkan hubunganku dengan gadis itu pada Seung Gi. Sampai akhirnya Seung Gi sendiri yang mengungkapkan maksud hatinya pada gadis itu. Tentu saja gadis itu menolak dengan alasan telah memiliki kekasih, yaitu aku.

Seung Gi sangat marah padaku karena aku sudah mengambil langkah lebih cepat darinya, dan menusuknya dari belakang. Aku menjelaskan perihal perasaanku yang sama dengannya pada gadis itu, namun ia tak dapat menerimanya. Sejak saat itu hubungan kami memburuk. Kami tak lagi saling bertegur sapa. Setelah tamat SMA aku dengar ia kuliah di luar negeri, jadi aku juga tak pernah bertemu dengannya. Kini kami bertemu lagi dan kali ini sepertinya situasi yang hampir sama kembali menjadi background kisah hidup kami. Entah ini takdir atau karma, yang jelas gadis itu –yang dulu menjadi awal retaknya hubungan kami- akan kembali menjadi pusat perhatian dan permasalahan kami. Karena gadis itu adalah… Im Yoona, mantan istriku yang masih kucintai sekaligus wanita yang sedang berada dalam satu mobil bersama Seung Gi.

Aku masih terus mengikuti mereka. Kepalaku masih terus berpikir tentang hubungan yang mungkin terjalin di antara mereka. Aku benci ketika satu prasangka hadir dalam benakku bahwa mereka telah menikah. Susah payah aku membuang prasangka itu hingga aku harus meremas stir kemudi mobilku. Mobil Seung Gi terlihat berbelok memasuki gerbang yang terbuka menuju sebuah pekarangan rumah mewah. Aku tahu betul bila rumah ini adalah milik orangtua Yoona dan Taeyeon. Aku menghentikan mobilku pada posisi yang aman untuk mengamati mereka dari kejauhan.

Ketika mereka keluar dari mobil, aku melihat Haena keluar dari rumah dan menyambut kedatangan keduanya. Haena terlihat sangat gembira ketika Seung Gi menghadiahkannya sebuah boneka Micky Mouse. Yoona mengelus kepala Haena dan anak itu membalasnya dengan satu pelukan. Aku tidak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan, yang jelas mereka terlihat akrab dan saling melempar senyuman. Hal ini membuat panas dalam hatiku semakin menjadi-jadi. Akhirnya ketiganya masuk ke dalam rumah, aku tak punya pilihan lain selain pergi dari tempatku sekarang. Bagaimanapun aku tak akan bisa masuk ke dalam, karena kini aku adalah orang asing untuk keluarga itu.

Dalam perjalanan satu pikiran muncul di kepalaku, lagi-lagi soal anak yang bernama Haena. Anak itu adalah putri Jong Woon, namun sepertinya sangat akrab dengan kedua bibinya – Yoona dan Taeyeon. Selain itu, Seung Gi juga tampak dekat dengan anak itu. Mungkinkah dengan mendekati Haena maka aku dapat mendekatkan diri kembali dengan Yoona? Aku rasa tidak ada salahnya bila aku mencoba akrab dengan anak itu, lagi pula Haena adalah anak yang manis dan aku seperti punya rasa khusus terhadapnya. Baiklah, itu artinya aku harus punya strategi jitu untuk mewujudkan hal itu.

-0-

Dua hari kemudian aku mendatangi butik Yoona, tentunya aku pergi kesana dengan segudang tujuan dan rencana. Aku beruntung, saat memasuki butik yang terlihat ramai pengunjung itu Haena terlihat sedang duduk memandangi orang-orang yang lalu lalang di antara koleksi pakaian yang dipajang. Haena tampak sangat lucu dengan pose duduk sambil menopang dagunya dengan kedua tangan dan bibirnya yang dikerucutkan, persis seperti Yoona bila sedang kesal. Aku belum melihat keberadaan Yoona, jadi kurasa ini saatnya aku mendekati Haena. Aku berjalan ke arahnya dan berhenti di depannya. Aku menyodorkan boneka Rilakkuma yang sengaja kubawa untuk merayunya. Ia mengambilnya dan tersenyum padaku.

“Oh, You’re coming again uncle..

“Annyeong Haena-ah, kau terlihat kesal. Apa yang terjadi?” Haena menggembungkan pipinya, ia sangat lucu sekali.

Here, My mom is always busy. She has no time to play with me.” Aku berjongkok menyamakan tubuhku dengannya.

“Jadi kau kesal karena ibumu sibuk. Lalu dimana ia sekarang?” Satu tangannya menunjuk ruangan berpintu kaca buram.

She’s in that room with Aunty.” Katanya masih dengan nada kesal.

“Haena-ah, apa kau selalu berbahasa Inggris? Kau bisa berbahasa Korea kan?” tanyaku padanya, dan dia mengangguk.

“Ne, aku bisa berbahasa Korea. Hanya saja aku lebih bagus bila berbahasa Inggris.” Haena tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya yang tersusun rapi.

“Bagaimana kalau uncle yang menemanimu bermain?” Sontak wajahnya menjadi ceria, ia berdiri dari duduknya dan menghambur memelukku.

Thank you uncle! You are mmm… handsome uncle!!” Aku membalas pelukannya yang terasa lembut dan manis,

Handsome uncle, eoh?

Haena melepaskan pelukannya, lalu memegang kedua pipiku. “Yeah, I will call you handsome uncle, because you are handsome, uncle!” aku tertawa mendengar penjelasan Haena.

“Aigoo, how can a little girl like you knows what handsome is?” Aku membelai rambutnya dan lagi-lagi ia tersenyum.

Because my mom said that I’m a smart girl!” kata Haena dengan nada riang, sepertinya rasa kesal anak itu sudah menghilang.

“Haena-ah, what are you doing there? Go and find Hong Ahjumma in my room!” mendengar suara Yoona, Haena segera berlari dan masuk ke dalam ruangan. Anak itu sepertinya penurut sekali, bahkan dengan perintah bibinya. “Apa yang kau lakukan disini, Oppa? Aku rasa kita tidak punya janji bertemu atau urusan apapun!” Aku berdiri ketika ia sampai di dekatku, menatapnya serius.

“Tentu saja aku kesini dengan tujuan tertentu. Ada yang ingin kubicarakan denganmu.”

“Soal apa? Tidak ada lagi masalah di antara kita.”

“masih ada, aku yakin masih ada. Ini soal hati.” Jawabku penuh keyakinan.

“Hati?? Cih, kita sudah berakhir lima tahun yang lalu, tidak ada yang harus diungkit lagi. Aku tidak percaya kau begitu percaya diri datang kesini dan berbicara soal hati, Oppa.” Hardik Yoona dengan nada ketus.

“Aku tahu aku sudah membuat kesalahan sangat fatal dengan perceraian kita lima tahun yang lalu. Dan aku sangat menyesal sampai seandainya aku bisa memilih kematian aku akan dengan senang hati datang padanya. Tapi aku tahu itu bukan jalan keluar. Karena itu aku datang padamu untuk meminta maaf.” Kataku dengan nada setulus mungkin. Aku melihat ekspresi keras terukir di wajahnya. Yoona masih tetap dalam kebisuannya, apakah ia sedang mempertimbangkan untuk memaafkanku?

“Bukankah semua telah berakhir, tidak ada yang perlu disesali. Kita sudah berada pada jalan kita masing-masing. Aku rasa siapapun tak lagi berhak mencampuri urusan kita sendiri. Karena itu aku harap Oppa mengerti, jadi sebaiknya Oppa tak usah menemuiku lagi.” Yoona segera beranjak pergi tapi aku menahan dengan memegang tangannya.

“tidak bisa semudah itu, Yoona-yah. Aku yakin Taeyeon sudah mengatakan padamu bagaimana usahaku selama ini untuk menemukanmu. Aku melakukannya karena aku sangat menyesal hingga aku begitu terpuruk. Aku tak bisa melupakanmu karena aku masih sangat mencintaimu. Tidak bisakah kau merasakannya? Aku masih sangat mencintaimu, Yoona-yah.” Mendengar kata-kataku Yoona berbalik dan memandangku dengan tatapan dingin.

“Kau menyesal? Bukankah aku juga pernah mengatakan lima tahun yang lalu agar jangan ada satupun pihak yang menyesali kejadian ini, tapi ternyata kau malah melakukannya. Apa kau tahu bagaimana hancurnya perasaanku lima tahun yang lalu, setelah dengan mudahnya kau mencampakkan aku hanya karena kehadiran wanita lain? Kau bahkan tidak sedikitpun mau mendengarkan kata-kataku apalagi penjelasanku. Dan sekarang begitu mudahnya kau mengatakan masih mencintaiku. Kau kejam sekali, Oppa… kau tidak punya perasaan!”

“Aku juga hancur, Yoona-yah. Aku hancur ketika aku menyadari aku telah melakukan kekeliruan dan aku malah kehilanganmu. Aku berusaha mati-matian bertahan hidup menit demi menit tanpa kehadiranmu di sisiku. Aku menjalani hidup seperti tanpa tujuan. Aku tahu semua itu takkan pernah cukup untuk menebus semua kesalahanku. Tidak bisakah sedikit saja kau melihatku, melihat bagaimana aku berusaha keras untuk mengubah keadaan. Aku yakin kau masih Yoona yang dulu, Yoona yang lembut dan memiliki hati sebening embun.”

Yoona menyeringai jijik kepadaku, “Yoona yang dulu sudah mati, Oppa. Sudah lama mati ditelan waktu dan keadaan. Kau tidak akan pernah lagi menemukan Yoona yang lembut yang memiliki hati sebening embun. Tidak ada lagi… yang ada hanya Yoona dengan segenap ambisi dan usaha  untuk membuang masa lalu dan melupakannya ibarat ampas yang tak lagi berharga.”

“Aku mohon, Yoona-yah. Aku mohon padamu…” suaraku semakin mengecil menutupi rasa sakit dihatiku dari kata-kata yang baru diucapkannya.

“Aku tidak bisa…” Yoona akhirnya pergi meninggalkanku tanpa aku bisa menanhannya lagi. Aku melangkah berbalik meninggalkan butik dengan langkah lunglai. Kini aku tahu seberapa jauh kebencian Yoona padaku.

Di tempat parkir aku disapa seseorang. Aku memang berharap untuk bertemu dan berbincang dengannya, tapi aku rasa saat ini bukanlah waktu yang tepat. “Donghae-ssi, lama tidak bertemu. Kau terlihat begitu kacau. Apa yang terjadi?” Seung Gi mendekatiku sambil mengumbar senyumnya yang terlihat tidak tulus.

“Seung Gi-ssi, senang melihatmu disini. Tidak terjadi apa-apa, aku hanya merasa lelah. Justru sepertinya kau terlihat bersemangat datang ke sini.” Jawabku malas.

“kau merasa lelah? Apa kau lelah karena usahamu untuk kembali pada Yoona gagal lagi? Tentu aku akan bersemangat datang ke sini, apalagi melihatmu dengan ekspresi seperti itu. Sepertinya langkahku untuk mendapatkan Yoona semakin mendekati kenyataan. Kau sudah kehilangan kesempatanmu untuk berbaikan dengannya.” Aku melemparkan pandangan tidak suka yang dibalas tatapan licik oleh Seung Gi.

“Kata siapa aku sudah kehilangan kesempatan? Kesempatan itu masih ada, dan itu masih terbuka lebar. Karena aku yakin Yoona masih memiliki rasa cinta untukku.” Seung Gi menyeringai sangat kentara sedang mengejekku.

“Benarkah? Aku pastikan itu tidak akan terjadi. Kalau dulu kau pernah merebutnya dariku, maka sekarang giliranku merebutnya darimu. Aku tidak akan membuang kesempatanku begitu saja untuk mendapatkan wanita yang kuinginkan, tidak lagi gagal karena pria tak bertanggung jawab sepertimu.”

Ingin sekali aku memukul wajahnya, tapi aku menahan emosiku sekuat tenaga dengan mengepalkan tanganku di sisi tubuhku. “Silahkan kalau kau ingin berusaha, Seung Gi-ssi. Tapi kau harus menyadari, bila dulu aku bisa selangkah lebih maju darimu dan memenangkan persaingan, maka kali ini aku juga akan mendapatkannya.” Aku bergegas masuk ke mobilku dan meninggalkan pelataran parkir itu.

-0-

Sudah beberapa minggu ini aku menjalankan usahaku dalam mendekati Yoona kembali, salah satunya adalah mendekati Haena. Aku tahu Yoona sangat dekat dengan keponakannya itu. Beberapa kali aku melihat Seung Gi terlihat akrab dengan Haena dan aku sangat tidak suka dengan pemandangan itu. Ingin sekali rasanya aku menarik Haena agar berada sangat jauh dari Seung Gi. Tapi aku tak ingin memperkeruh keadaan dengan muncul dihadapan Haena ketika ada Seung Gi.

Aku sering mendatangi sekolah Playgroup tempat Haena belajar, tentu saja tanpa sepengetahuan siapapun. Hanya beberapa kali aku berpapasan dengan pengasuh Haena, Hong Ahjumma. Aku berhasil meyakinkan wanita paruh baya itu bahwa aku bukan orang yang berniat jahat pada Haena. Aku juga memintanya agar tak mengatakan pada siapapun soal pertemuanku dengannya di sekolah Haena. Dari intensitas pertemuanku dengan Haena, aku merasa semakin dekat dengannya. Tapi aku tak pernah membahas soal Yoona dengannya – belum saatnya. Setiap momen yang aku lewati dengan Haena terasa begitu menyenangkan seolah Haena adalah putriku sendiri yang sudah lama ku tunggu kehadirannya dalam hidupku.

Haena betah sekali memanggilku dengan sebutan handsome uncle, aku tidak pernah keberatan karena Haena mengucapkan kata itu dengan ekspresi paling manis yang pernah kudapati dari seorang anak. Lama kelamaan aku seperti melihat ada diriku dalam diri anak itu, tapi aku buru-buru menepisnya. Bagaimanapun itu tidak mungkin karena Haena adalah putri Im Jong Woon.

-0-

Aku merasa ragu untuk hadir ke acara pesta ulang tahun putra sulung Im Jong Woon di sebuah restoran makanan cepat saji. Disana aku akan bertemu dengan keluarga Im, tentu saja Yoona akan muncul bersama Seung Gi. Satu situasi yang paling ingin kuhindari adalah bertemu saat mereka sedang bersama. Tapi aku tak bisa menolak keinginan hatiku untuk datang ke acara itu.

Aku mendapat sambutan hangat dari Jong Woon dan istrinya, tapi aku juga mendapat tatapan dingin dari keluarga Im yang lainnya. Aku mengambil posisi duduk agak menjauh di belakang tamu-tamu. Aku mengamati dari kejauhan bagaimana kebahagiaan keluarga itu merayakan ulang tahun Im Seung Hoon. Aku membayangkan bila aku memiliki seorang anak pasti aku akan merayakannya juga dengan penuh kebahagiaan seperti itu. Haena terlihat sangat senang ketika mendapat potongan kue dari kakaknya. Aku hanya sedikit merasa aneh karena Haena lebih sering bersama Yoona dan bermanja-manja dengannya daripada berdekatan dengan orang tuanya di pesta itu.

Saat acara hampir selesai aku beranjak ke toilet. Aku masih saja menyendiri di tengah pesta yang harusnya berbagi kebahagiaan dengan siapapun yang diundang. Satu hal yang membuatku sedikit lega adalah aku sama sekali tak melihat kehadiran Seung Gi di acara itu. Apapun alasan ketidakhadirannya aku tak peduli, aku hanya mensyukuri bahwa aku tak perlu menguras hati akibat kecemburuanku padanya.

Saat aku keluar dari toilet, melihat Haena sendirian terlihat kebingungan. Aku menghampirinya, “Haena-ah, what are you doing here?

Haena menatapku dan menghela napas. “What a relief uncle, I lost my way to find mommy.” Aku tersenyum, ternyata Haena hanya kesasar mencari ibunya.

“Haena-ah…” aku mendengar suara Yoona memanggilnya, “Oh, that’s my mom” Haena berlari menuju suara Yoona. Aku bersembunyi dan mencoba mengintip, memastikan bahwa yang barusan datang adalah Yoona. Ternyata benar, Haena sedang memeluk Yoona.

Kejadian itu membuatku semalaman terjaga, aku sulit tidur karena terus terngiang dengan peristiwa itu. Kenapa Haena memanggil Yoona dengan sebutan ‘Mommy’, bukannya ‘Aunty’ seperti Haena memanggil Taeyeon. Aku jadi berprasangka kalau Haena adalah anak Yoona, apalagi kemiripan mereka sangat nyata. Tapi aku jadi memikirkan siapa ayah Haena, mungkinkah Seung Gi? Tidak, tidak mungkin. Atau mungkin Haena adalah putriku, anak yang sengaja disembunyikan Yoona dariku? Aku harus memastikan semuanya.

Keesokan harinya aku sengaja datang menemui Haena di sekolahnya. Aku belum melihat Hong Ahjumma datang menjemputnya jadi aku datang lebih dulu menemui Haena. “Haena-ah, May I ask something?

Haena mengangguk. “Do you know what your mom’s name is?

Haena mengernyitkan dahinya, “of course I know, My mom is Im Yoona..” Aku bagaikan tersambar petir mendengarnya, jelas aku sudah menebak hal ini tapi tetap saja aku terkejut.

So, what is your dad’s name?

Wajah Haena berubah cemberut. “I don’t know, I never meet my dad.” Jawaban ini lebih mengejutkan lagi, Haena bahkan tidak pernah bertemu dengan ayahnya.

So, Im Jong Woon isn’t your dad?” Haena mengangguk mantap.

“Mom told me to call him Abeoji, but grandma said that he is not my dad.” Dari semua kata-kata Haena, semua puzzle seolah bersatu dengan sendirinya. Mulai dari awal pertemuan aku melihat Haena, wajahnya yang mirip Yoona, perasaanku yang begitu bahagia di dekatnya, hingga umur Haena sendiri semuanya begitu cocok. Haena memang putri Yoona, itu artinya kemungkinan besar Haena adalah putriku. Lima tahun yang lalu kemungkinan Yoona pergi dalam keadaan hamil, tapi ia tak memberitahuku karena permasalahan kami. Hatiku ingin sekali melompat kegirangan dengan semua ini. Tapi aku berpikir untuk membuat satu bukti nyata, memastikan jika semuanya memang benar bahwa Haena adalah anak kandungku.

“Haena-ah, Hong Ahjumma isn’t coming yet. What about you’re going out with me?

Haena terlihat sangat gembira dari binar matanya. “Where will we go, handsome uncle?”

Aku tersenyum lebar sambil mengacak pelan rambutnya. “Wherever we will get happiness, dear!

Haena langsung menarik tanganku. “Let’s go, handsome uncle!!

 

Donghae POV End

 

-0-

 

Yoona POV

Masih saja sering terngiang ditelingaku kalimat demi kalimat yang diucapkan Donghae saat dibutik beberapa minggu yang lalu. Ekspresi wajahnya yang begitu tersiksa masih juga terbayang di kepalaku. Aku menjadi gelisah karena semua. Dari dulu ingin sekali aku membencinya, melupakannya dan membunuh rasa cintaku untuknya. Sekuat apapun aku menyangkal aku tak bisa memungkiri bahwa memang rasa itu masih ada. Tapi aku masih dalam proses untuk menghilangkannya.

Seharusnya akan menjadi lebih mudah, sedikit lagi aku berhasil seandainya ia tak lagi muncul dihadapanku dan malah mengungkapkan perasaannya padaku. Semuanya seolah membuka luka lama sekaligus mengetuk kembali pintu yang telah kututup rapat sejak beberapa tahun yang lalu. Bahkan pertemuanku kembali dengan Seung Gi Oppa ketika aku masih tinggal di Paris mulai terasa canggung. Mungkin hanya aku saja yang merasakannya. Padahal aku sudah berusaha menerima kehadirannya disisiku bahkan untuk mengisi posisi sebagai ayah Haena.

Tapi semuanya seakan kacau balau, ayah kandung Haena sendiri telah muncul dan berdiri di hadapannya, walau Haena tak mengetahui itu. Aku belum bisa memberi tahu dan membuka rahasia ini, aku masih dilanda kebimbangan dan kecemasan dengan situasi yang mungkin muncul setelah rahasia itu terbuka. Aku belum siap seandainya Donghae nantinya meminta haknya sebagai ayah Haena dan malah mengambil Haena dariku. Tidak, aku tak bisa kehilangan Haena, lebih baik aku mati jika hal itu terjadi.

“Maaf, nona ada berita buruk,” tiba-tiba Hong Ahjumma datang dengan wajah ketakutan.

“Berita buruk apa? Cepat katakan Hong Ahjumma!!”

Wanita paruh baya itu terlihat ingin menangis, “Haena… Haena hilang, ia tidak ada di sekolah ketika aku datang menjemputnya.” Jantungku tiba-tiba berdetak kencang dan terasa sakit.

“Mwo!! Ahjumma, bagaimana mungkin kau kehilangan pengawasan pada Haena??!!” teriakku yang membuat wanita itu terkejut.

“Kata guru sekolahnya, ia dijemput oleh seorang pria.” Kata-kata Hong Ahjumma membuatku menyipitkan mata.

“Seorang pria, siapa?” aku berpikir keras mungkinkah Jong Woon Oppa atau Seung Gi Oppa??

Aku bergegas menghubungi keduanya, namun aku semakin takut karena keduanya memiliki jawaban yang sama bahwa Haena tidak bersama mereka. “Mungkin Haena sedang bersama pria yang disebutnya sebagai handsome uncle…” Hong Ahjumma mengatakannya dengan nada takut setengah mati.

handsome uncle? Siapa dia??” aku pernah mendengar Haena menyebut nama itu, tapi aku tak pernah mengambil pusing soal itu sebelumnya.

“Ia pria yang kerap mengunjungi Haena ke sekolah, Nona.” Lututku lemas, kepalaku pusing. Aku dilanda kepanikan hingga sulit berpikir. Siapa pria itu dan apa maunya? Apa dia berniat buruk ingin menculik Haena?? Tidak, ini tidak boleh terjadi…. Ya Tuhan, lindungi Haena-ku…

To Be Continued…

85 thoughts on “Jealous In Love (2 of 3)

  1. kyaa suka” sma ni ff.
    haena dbwa kmn tu sma si donghae??
    tp prlhan donghae akhr’a mlai tau klo haena anaknya ^_^
    ga sbar dch nunggu part endingnya..
    bruan dilanjuut chingu

  2. Asikkk, Donghae oppa udah mulai pdkt asikasik! Ayo lanjutkan oppa! Next thor. Keren bgt ff nya ;))

  3. ayo thor lanjut jadi ga sabar next part
    jngn lma lma yah..
    jdi geregetan sma cerita’a hhehehhe…. 🙂

  4. Kyaaaa ceritanya makin seru. Yaampun sebenernya sih pengen yoonhae bersatu lg, tp kalo inget yg dilakuin hae dulu pasti kesel juga. Dan rasanya mau ngasih pelajaran ke haeppa. Tp smg yh bersatu lg. Next thor ^^

  5. mian aku commentnya di part ini..

    ff mu seru sekali thor.. harusnya haena manggil hae oppa jgn ‘handsome uncle’ tapi ‘handsome appa’ hehehe.. semoga akhirnya happy ending ^^
    author.. FIGHTING!! ^^

  6. mkin seru ja ni ff..
    Ak sk sm ff ni..
    Pas bcnya kyk da sengatan listrik *lebayy -.-”
    lanjut thor.. ^^

  7. masih berasa tegang,padahal udh pernah bca sebelum ny…ga tau mau koment apa lg..yg jelas,ff mu ni selalu daebak Author Miss Kangen…
    Ijin next bca yow..gumawo…

  8. ikatan batin ayah terhadap anak bener2 ada sejak awal pertemuan mereka… hingga akhirnya donghae tau kalau haena beneran putrinya.
    uhhh…makin gencar nih mendapatkan hati yoona kembali.

    oppaaa…FIGHTING

  9. wah semakin seru aja…
    akhirnya donghae tau ibu haena yoona???
    kira” apa yg akan dilakukan donghae setelah tau yoona adalah ibu kandung haena…???
    semakin pnasaran aja….

Komentarmu?