Twin (Chapter 3)

Fireworks

Title : Twin

Author: Lee Hanna

Cast: Im Yoona, Lee Donghae

Other Cast : Seo Joo Hyun(Seo Hyun), Kyuhyun, Yonghwa

Genre : Family, Tragedy, School Life, Romance

Lenght: Chapter

mian kalau lama ngepost nya dan mian kalau ada typo ^^ awalnya mau buat di endingnya yoona sudah dewasa, tapi rasanya author selalu mencepatkan alurnya. jadi author buat ulang dengan membanyakkan yoonhae mommentnya. semoga suka ^^

****

Yoona POV

Bunyi bel memasuki pendengaran di telingaku. Baru lima belas menit aku tertidur dan sekarang sudah masuk. ku tatap bangku kosong di sebelahku yang dari tadi pagi masih kosong itu. Entah lah, tidak ada yang sudi duduk di sampingku. What ever~

Tak bebeapa lama kemudian seosangnim masuk dan kami pun memberikan salam padanya. Pelajaran di mulai dan tak beberapa lama setelah itu, seorang seosangnim yang sedikit tua masuk dengan membawakan seorang namja yang wajahnya tak asing bagiku.

“mianhamnida karena sudah menganggu pelajaran. Ini ada murid baru untuk kelas ini” ucap seosangnim yang tampak tua itu dan di balas senyum oleh seosangnim yang awalnya sedang menjelaskan. Seosangnim yang berparas tua itu lalu keluar dari ruangan ini

“perkenalkan dirimu” ucap seosangnim itu. Namun namja yang kemarin ku temui itu masih menatap ku yang juga menatapnya.

“ah, ne… annyeonghaseyeo… Lee Donghae imnida. Aku pindahan dari Hyundae Senior High School. banggapsambnida” ucapnya sambil bow

“banggapsambnida” jawab murid murid lainnya serempak.

“kau bisa duduk di bangku kosong sebelah yeoja itu” ucap seosangnim sambil menunjukku.

Ku tatap namja yang bernama donghae itu yang sedang mengarah berjalan dan duduk di bangku kosong di sebelahku. Seulas senyuman tak lepas dari bibinya.

“annyeong,” sapanya padaku. Entah lah, aku tidak mengerti dengan kata takdir. Kenapa kami dipertemukan lagi…

 

“ehm… sepertinya sudah saatnya untuk tau namamu” lanjut namja itu lagi

‘annyeong, Im yoona imnida, banggapsambnida’ hatiku sudah menjawab pertanyaannya. Namja ini, hanya terus menatapku sambil tersenyum menunggu jawaban

“seohyun imnida, banggapta” ucapku sambil melontarkan senyumku.

Kami kemudian melanjutkan belajar. Ku lirik sedari tadi ia menatap guru sambil tangannya mencoret coret bagian belakang bukunya. Tanpa melihat. Sepertinya ia sedang menggambar, tapi apa bisa dengan tanpa melihat?  Molla… umurku tidak akan bertambah jika mengetahui itu.

Bel istirahat pun berbunyi. Semua nya pergi untuk membeli makanan dan ada beberapa yang tinggal di kelas seperti ku. bahkan namja itu pun ikut ke kantin. Aku tak tau apa ia akan tersesat atau tidak.

Ku raih buku nya yang ia coret tadi, sebuah lukisan arsiran dari pensil terukir indah di sana. Menggambarkan suasana kelas ini. ku akui bakatnya memang hebat dalam arsir mengarsir hingga gambar tersebut seolah hidup. Tak sadar aku tersenyum sendiri melihat gambar itu dan kembali meletakkan buku tersebut pada tempatnya.

“yak” ucap seseorang tepat di telingaku dengan sedikit berbisik. Ku toleh ke samping dan menemukan seorang yeoja. Aku tak tau namanya, sepertinya ia dari kelas sebelah. Rambutnya hampir menutupi wajahnya.

“im yoona meotji?” tanyanya sambil tersenyum. Mwo? dia tau aku?

“naneun, yuri imnida…” ucapnya sambil tersenyum “ya…. jangan kaget begitu, saat seohyun kecelakaan aku ikut mengantarnya ke rumah sakit. Suatu keajaiban jika seohyun datang dengan keadaan sembuh seperti ini dan otaknya serta sikapnya sedikit berbeda dari seohyun yang aslinya”

“apa yang kau katakan? Sebaiknya kau baca bukumu dari pada berceloteh tak jelas seperti itu” ucap ku sambil membolak balikkan buku yang ada di atas meja

“terserah mu yoon,” yeoja itu kemudian keluar dari kelas ini. nafasku kemudian berjalan tak teratur. Bagaimana jika ia memberi tahu semua orang?

Tiba tiba donghae memasuki kelas dengan membawakan dua buah gelas cappuchino. di letakkannya yang satu tepat di atas meja ku.

“di mana kau membelinya” tanyaku

“di kantin, tadi di beri tahu oleh mereka” ucapnya sembari menunjukkan beberapa orang yeoja yang lewat. Yap, baru sehari ia sudah terkenal karena ketampanannya. Berbeda denganku.

Aku mengangguk dan mengambil segelas cappuchino itu. Entah kebetulan atau selera kami yang sama, aku sangat suka minuman ini sejak lama.

 

***

Setelah tau kalau kami satu sekolah, besoknya aku langsung mengantarkan baju yang ku pinjam waktu itu ke rumahnya. Sebenarnya aku masih sangat betah di rumah yang sangat sepi karna hanya di tempati oleh aku seorang. Tapi mau bagaimana lagi, ini bajunya dan aku juga pernah bilang akan mengembalikannya jika kami bertemu lagi.

Hingga sekarang aku sampai tepat di depan rumah namja itu.masih ku ingat jelas tentang gambaran rumahnya.

Ku langkahkan kakiku memasuki pintu pagar rumah yang tidak di kunci  ini dan menuju pintu rumahnya.

=ting nooong… ting nooong… ting nooong…=  tak ada sahutan dari orang yang di dalam atau di dalam memang tidak ada orang sama sekali.

Ku helakan nafas panjang dan meletakkan tas kecil berisikan baju donghae itu di depan pintu. Saat aku hendak berbalik, ku sadari satu hal

“bau apa ini” ucapku lalu berbalik lagi. Ku coba buka ganggang pintu yang tak terkunci itu dan mulai masuk ke dalam rumah namja yang sekarang sudah pengap oleh bau gas. Aku menutup hidungku dan menahan nafasku mendekati arah dapur untuk mencabut selang tabung gasnya.

Dari kekelaman kabut gas ini, dapat ku lihat seorang ahjumma terbaring di lantai dapur, kaki ku mulai melemah saat bau gas ini mendorong dan mendorong masuk ke pernafasan ku. Alhasil, aku dapat melepaskan selang tabung gas tersebut dan dengan sedikit tergopoh ku bawa ahjumma itu ke dalam mobil ku.

Langsung saja, ku hirup udara segar sebanyak banyaknya, dan menancap kan gas mobilku sadar saat mengetahui ahjumma itu sudah lama pingsan.

***

Bunyi roda tempat tidur itu memenuhi koridor rumah sakit, suara keributan mulai bermunculan saat aku baru masuk ke rumah sakit, di sana, di tempat tidur itu terdapat ahjumma yang ku bawa tadi dengan dikelilingi oleh dokter dan suster yang membantu mendorong benda beroda itu, tabung gas pun mulai di bawakan. Dan saat di depan pintu ICU, aku di tahan untuk tidak memasuki ruangan.

Entah kenapa, saat ini aku mulai merasa khawatir, bahkan tangan ku bergemetaran saat menelpon donghae

“oh, seohyun… wae keure?”

“saat aku kerumahmu, ahjumma itu pingsan karena kebocoran gas”

“ahjumma? Eomma?”

“mungkin, aku tidak tau… datang saja ke rumah sakit ini”

“nde! Kirimkan alamatnya”

***

Di ujung deretan kursi rumah sakit yang kosong ini aku duduk sambil mengepalkan kedua tanganku. Tak beberapa lama kemudian, deruan langkah kaki mulai memasuki pendengaranku. Namja itu, ia berlari ke arahku dengan raut wajah cemasnya.

“eomma eodi?” tanyanya. Ku toleh pintu ruangan ICU itu dan namja itu langsung mengintip melalui cermin di depan pintu tersebut. Wajahnya terlihat sangat cemas, bahkan ia tak duduk karena melihat eommanya.

Perlahan ku hampiri namja itu,  dan menjelaskan semuanya.  Wajahnya tak berubah, hanya tersirat kekhawatiran di sana meski ia tersenyum padaku “gumawo” ucapnya kemudian.

Ku genggam tangannya berharap ia akan tenang dengan kehangatan yang sederhana ini

“gwaenchana… ia pasti bisa melewatinya dengan lancar” ucap ku sambari menatap matanya. Perlahan tatapannya berubah menjadi teduh dan seulas senyum terpampang di bibirnya.

Pintu ruangan ini pun terbuka, dokter tersebut membuka maskernya. Dapat ku rasakan bau  netralisasi keluar begitu saja.

Tangan donghae kemudian menggenggam tanganku erat, sangat erat seakan tak ingin melepaskannya

“sukurlah cepat di selamatkan, pengoperasian menjadi sedikit lebih mudah, pasien masih belum sadar. Ia harus di rawat inap” ucap dokter tersebut dan donghae sontak langsung memelukku erat

“gumawo seo-ah, gumawo ” ucapnya. Kemudian pelukan itu di lepasnya, ia beralih ke dokter tersebut dan menyalami dokter tersebut, “naemu ghambsahambnida”

“nde” jawab dokter itu, perlahan temat tidur itu di keluarkan

“pasien akan di pindahkan ke ruangan nya” ucap suster

“eomma” desis donghae. Selang oksigen masih menempel di hidungnya, selang infus pun menancap di pergelangan tangannya.  Donghae pun mengikuti eommanya dan aku? Aku masih terdiam di sini. Bau tubuh donghae masih merasuk ke hidungku, mengalahkan bau rumah sakit ini. Pelukannya dan genggaman tangannya pun masih membekas.

“seo!” panggilnya, aku lalu berlari kecil mengikutinya yang sudah jauh di ujung koridor.

***

“akhirnya dapat juga ruangan vip,” desis donghae saat baru masuk ke dalam ruangan ini. Namja itu meletakkan kertas kertas tersebut di atas meja lalu beranjak membuka lemari dan kulkas. Lebih tepatnya mencari sesuatu

“cari apa hae?”

“apa tidak ada makanan di ruangan semahal ini?”

“aniyeo…” jawbaku singkat

“aissh, seohyun-ah, tunggu di sini, ne?”

“wae? Kau mau ke mana?”

“pergi sebentar, tunggu di sini, arraesseo?”

“eo” jawabku singkat.  Namja itu pergi keluar ruangan ini.

Tak beberapa lama yeoja paruh baya itu bangun, ia melihat sekitar ruangan seperti menerawang sesuatu.

“nugusaeyeo?” tanyanya setelah menemukanku duduk di atas sofa. Aku langsung berdiri  menghampirinya

“annyeonghaseyeo, im yo… seohyun imnida, aku temannya donghae. Banggapta ahjumma” jawabku sambil sedikit bow

“chingu ? donghae eodiya?”

“donghae? Dia… dia bilang dia ingin ke suatu tempat sebentar” kemudian yeoja itu tersenyum

“kau pasti yeoja chingunya”

“a-ani… aniyeo ahjumma” ucapku

“lalu kenapa ada di sini?”

“tadi saat mau mengantar baju ke rumah donghae aku menemukan ahjumma pingsan karena gas”

“ah, benar… gasnya bocor dan aku tak sempat mematikannya karena terpeleset dan pingsan… aigo… kaki ku masih sakit”

“kaki?” tanyaku lalu meraba kakinya dan memijitnya perlahan

“ah, benar di situ… aigo… ” ku lanjutkan pijitku sambil mendengar ocehan dari yeoja itu. Ia sangat mudah dekat dengan orang lain. Sama seperti anaknya.

“eomma” ucap donghae saat menemukanku sedang memijit kaki eommanya. Namja itu langsung meletakkan dua kantung plastiknya ke atas meja

“seo, duduk saja, biat aku yang pijit” ucap donghae, wajahnya sangat lucu saat ia khawatir

“aniyo… biar aku saja”

“tidak usah, kau kan tamu”

“yak… tidak usah perebutkan eomma, ” ucap eommanya hingga kami berdua tertawa  mendengar ucapan yeoja tersebut.

***

Author POV

“keure… hari itu ia juga pernah aneh, tapi Cuma sehari… dia bahkan menolak cintanya yonghwa” ucap salah seorang yeoja

“yonghwa?” donghae mengerutkan keningnya

“nde.. ah, mungkin kalau kau lihat mading di sana ada gambarnya tentang lingkungan hidup”

“nde, dia sangat terkenal di sekolah ini”

“ah, kembali ke seohyun… aku rasa yeoja itu akan kembali sifatnya hari ini”

“semoga saja,”

Donghae diam mendengar celotehan sekumpulan yeoja itu. “keundae… seohyun itu.. orangnya gimana?”

“seo? Ah… senyum. Ia tak pernah lepas dari senyum di setiap langkahnya. Periang, suka membantu, baik ramah, tidak pernah tidur di kelas, tipe yeoja idaman seluruh namja untuk di jadikan istri” yeoja itu cekikikan bersama chingunya.

“yak yak itu dia” desis salah seorang yeoja.

Langkah kaki yoona terhenti saat dari jauh melihat sekumpulan yeoja dan donghae berkumpul sambil menatapnya. Yeoja itu menghela nafas panjang saat telah menyimpulkan sesuatu. Di lanjutkan nya langkah kakinya hingga ia berpapasan dengan sekumpulan yeoja dan donghae itu

“bukankah sebaiknya pagi pagi kalian belajar? Dari pada bergosip” ujar yeoja itu lalu masuk ke dalam kelas.

“hh! Siapa kali dia!” ucap salah seorang yeoja. Donghae mengerutkan keningnya, mencoba berpikir. Seohyun yang ia lihat selama ini bukanlah seohyun yang di ceritakan oleh yeoja yeoja itu. Bukan seohyun yang periang dan selalu tersenyum di setiap langkahnya. Yeoja yang sulit di tebak.

****

Donghae meletakkan bukunya di atas meja, dilihatnya yeoja yang di sampingnya itu tertidur di atas kamus mandarinnya “Periang, suka membantu, baik ramah, tidak pernah tidur di kelas, tipe yeoja idaman seluruh namja untuk di jadikan istri”

“seo” ucap donghae. Yeoja itu tak menjawab sapaan namja tersebut “seohyun…” masih tak ada jawaban dari nama yang di panggil hingga namja itu menggoyangkan pundak seohyun dan membuat yeoja itu terbangun

“wae?”

“aku memanggilmu dari tadi”

“nde? Aah iya. Wae?” tanya yoona

“aniyo” ucap donghae lalu duduk di kursinya. Namja itu masih terpaku dengan ucapan yeoja tadi, banyak yang ia pikirkan saat ini. Yoona kemudian tersenyum miris lalu melihat jam tangannya

“perkataan yeoja yang tadi… tidak semuanya benar”

“n-nde?” tanya donghae lalu menatap yoona yang sibuk menatap jam tangannya.

“sebentar lagi songsaenim masuk, seharusnya yang kau pikirkan pelajaran, bukan aku” ucap yeoja itu lagi. Donghae terdiam, seolah tak percaya yoona dapat membaca pikirannya

“kang songsaenim tidak masuk hari ini, jadi kita belajar masing masing saja” ucap taeyeon. Dan seketika satu kelas bersorak senang kecuali yoona yang masih terdiam menatap kebahagiaan mereka dan donghae yang masih menatap  yoona.

Seketika kehebohan kelas berhenti saat seorang yeoja masuk ke kelas. Yeoja yang rambutnya hampir menutupi seluruh wajahnya itu. Yuri. Yuri kwon.

Satu kelas menatapnya.kebingungan mulai menghampiri yoona, ada apa dengannya hingga hampir satu kelas menghindarinya di setiap langkah kakinya yang perlahan menghampiri yoona. “neo… ikuti aku” ucap yeoja itu. Tatapan matanya sangat lekat pada yoona di balik rambutnya “atau…” ia tersenyum. Senyuman yang sulit untuk di artikan. Perlahan yeoja itu berbalik dan melangkahkan kakinya. Yoona pun mengikutinya. Dan setelah dua yeoja itu pergi, ke ributan menghampiri kelas tersebut.

“wae?” tanya donghae

“ya kau tau? Yeoja itu tidak pernah berbicara sedikitpun bahkan dengan guru. Dan kau tau?! Kalau ada persentase, ia pun lebih memilih nilai rendah untuk diam dari pada membuka mulutnya. Itu pertama kalinya kami mendengar suaranya setelah sebulan ia pindah di sini, ia pindahan dari jepang”

“n-nde?” tanya donghae tak percaya

“seohyun orang pertama” ucap yeoja itu. “yuk kita ikuti! Aku mulai curiga” mereka berbondong bondong mengikuti yoona dan yuri. Merasa di ikuti, yuri menarik tangan yoona ke belokan di pinggir tangga, tempat meletakkan bola bola olahraga. Kedua yeoja itu masuk di balik lemari dan terdengar langkah kaki yang sedang mencari mereka tanpa menyadari kedua yeoja itu berada di samping lemari tersebut.

 

Yoona POV

 

Yuri menutup mulut ku dengan tangannya dan saat ini jarak kami kurang dari sepuluh senti. Deruan nafas nya terasa hangat di wajahku, tatapan mata tajam nya pun serasa menusuk tepat diujung mata ku.

Aku mencoba mengartikan suatu hal dari wajah yeoja itu. Amarah dan dendam. Hanya itu yang dapat ku lihat dari raut wajah yeoja ini. Dari jarak yang dekat ini, dapat terlihat wajah cantik yeoja itu.

Perlahan yuri melepaskan tangannya dari mulut ku.

“apa maumu?” tanya ku langsung ke sasarannya. Yuri merogoh kantong bajunya dan memberikan sebuah foto pada ku

“yeoja ini… masih sangat muda dan cantik…” ku raih foto tersebut dan terlihat di belakangnya tulisan

=Jae Hee Kang=

“lalu?”

“saat aku enam tahun, ia membunuh eomma tepat di hadapanku” sontak saja aku langsung membelalakkan mataku “tak ada yang percaya padaku, dan membuat ku tak mau berkata kata lagi hingga saat ini, aku berpikir kenapa aku tidak bisu saja saat itu, atau aku berharap agar aku buta hingga mudah untuk di singkirkan dan tidak melihat  kenyataan bahwa appa lebih percaya pada yeoja manis ini” ucap yuri. Matanya tak berubah sedikitpun, menatapku dingin “sebulan yang lalu, ia membawa appa kerumah sakit saat penyakit nya kambuh dan ia… aku tak tau apa yang ia lakukan hingga saat aku sampai di korea, aku dapat melihat ia di ruangan dengan appa. Layar nya menunjukkan garis lurus dan alaram berbunyi detik itu juga. Untuk kedua kalinya, tidak ada yang percaya padaku bahwa yeoja itu yang membunuh appa. Yang aku inginkan hanya kepercayaan dari mereka, bahkan kini… seluruh saham perusahaan menjadi milik yeoja itu. Dengan alasan aku terlalu muda untuk memimpin perusahaan”

“jadi kau—” perkataan ku terpotong oleh yeoja itu “aku meminta geng 2ne1 saat itu dan melihat mereka mengejar seohyun, dan dengan jelas ku lihat keesokannya kau menghabisi geng 2ne1 itu. Aku jadi berpikir, untuk apa aku meminta geng 2ne1 jika ada kau yang lebih?”

“maksudmu?”

“setelah yoeja cantik ini meninggal, seluruh harta akan di wariskan untukku. Dan aku sudah membuat surat wasiat untukku, aku akan menyumbangkan seluruh harta appa ke panti asuhan di seoul. Untuk apa aku hidup lagi? Appa dan eomma tidak ada”

“shireo… aku tidak mau terlibat lebih jauh tentang ini” ucapku

“lalu… im yoona akan terungkap? Penipuan dan pemalsuan, lalu satu sekolah tau kalau kau hanya fake, kau di keluarkan, seohyun asli ketinggalan pelajaran sebulan, lalu… kau tau? Dara 2ne1 luka parah karena ulah mu waktu itu dan ia membutuhkan banyak biaya untuk operasi plastik wajahnya. Mereka bisa saja memintamu untuk menggantinya atau polisi” ucap yuri.

“kau pikir itu bisa mempengaruhi ku?” tanyaku lalu mendorong yeoja itu dan pergi meninggalkan yeoja gila ini. Baru tiga langkah, handphone ku berdering, terdapat pesan masuk. Dara. Yeoja itu mengirimkan gambar wajahnya yang sudah hancur

=kau tau ini karna siapa? Dan kau tau kau harus bayar berapa untuk operasi ini? Satu juta won dan kau bebas dari polisi. Jam 10 malam ini di tempat biasa=

“kau tau kenapa aku memilihmu? Karna kita berada di posisi yang sama, sebulan lagi kau akan pergi dari sini, dan aku setelah menyelesaikan ini, aku akan pergi dari dunia yang menjijikkan ini, setidaknya harta appa ku bisa ku sampaikan untuk anak panti asuhan”

Aku langsung berbalik dan menatap yeoja yang sedang tersenyum itu. Saat ini kami jelas berbeda, tapi aku malah merasakan satu hal yang sama yang membuat kami berasa cocok berdua. Di balik raut wajahnya yang penuh dendam itu, ia juga menyimpan segudang air mata untuk di jatuhkannya di saat ia benar benar menginginkannya.

***

Kulangkahkan kakiku keluar dari ruang kecil ini sebelum aku berhenti melihat seorang namja berdiri mematung. Ia mendengarnya. Lee donghae, namja itu mendengarnya.

Aku berjalan melalui namja itu sebelum kakiku terhenti karna ucapannya

“im yoona? Sejak kapan?” tanya namja itu

“sebaiknya kau tidak usah mencampuri urusanku, aku tak mau ini semua menjadi terlalu jauh” ucapku lalu berlalu meninggalkannya.

***

Ku bolak balik foto tersebut, namun pikiranku terus saja memikirkan yeoja itu “jangan khawatir kau akan tertangkap oleh polisi. Saat ini yeoja itu membangun sebuah pub besar dan gedung itu masih ilegal. Para pemegang saham akan menarik kembali investasi mereka ke perusahaan appa jika mereka tau kalau istri muda appa menggelapkan dana perusahaan untuk membeli gedung yang masih ilegal itu, apa lagi gedung itu adalah pub, tempat para pelacur menjual diri mereka, tempat namja namja hidung belang mencari kepuasan dan tempat yang sangat menjijikkan. Pengacara Kang pasti akan mengubur dalam dalam kasus pembunuhan ini.”

Ku hela nafas panjang lalu melirik ke arah jam yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam

“ku tunggu kau di pub itu setengah delapan malam, ini alamatnya. Datanglah dengan pakaian sexy. Mereka akan mencurigai kita jika mengenakan pakaian biasa.”

Ku lirik handphoneku yang sedari tadi berdering. Aku tau itu siapa. Entahlah, apa aku harus melakukan hal gila ini.

***

 

 

“kau datang lebih awal” ucap yeoja itu. Di tangannya terdapat segelas wisky dan senyum nya mengembang. Yeppeo.  “jangan tatap aku dengan pandangan kasihan seperti itu” ia lalu meneguk minuman itu. “duduklah” ucapnya. Aku duduk di sebelahnya, sedikit kesulitan karena baju yang bisa di bilang ketat ini mempress lekuk tubuhku hingga jelas terlihat. Bahkan gaun milik seohyun yang ku temui di lemarinya ini memperlihatkan sedikit belahan dadaku.

Aish, sangat menjijikkan.

“jalan menuju ruangan yeoja itu naik lift, tapi hanya bisa dengan menggunakan jejak tangannya. Maka dari itu kita lewat tangga.tangga itu ada seribu anak tangga.  Di tangga itu ada sepuluh pengawal di tempat yang berbeda. Di setiap pengawal ada sebuah bel darurat. Jika di pencet, bel itu akan bunyi dan semua pengawal lainnya akan berdatangan.” Aku mengangguk mendengarkan setiap ucapannya. Yeoja itu lalu mengulurkan gelasnya

“minumlah, tujuanku menyuruhmu datang, agar bisa melewati kesepuluh bodyguard itu. Biar bagaimanapun, aku sendiri belum tentu bisa. Dan… aku juga harus menyimpan tenaga untuk membuat yeoja itu mati di tanganku” entah bagaimana, aku mengangguk lagi. Jelas saja ini pembunuhan berencana.

“usahakan jangan sampai tertangkap, kita bisa di jadikan pelayan nantinya” ujarnya lagi. Dan pernyataan kali ini membuatku sulit menelan liur ku. “nanti kau berpura pura mabuk dan menanyakan kamar ke pengawal itu, saat dia akan bantu aku akan memukulnya dari belakang” ucapnya lagi lalu menyiram tubuhku dengan gelas berisikan wisky tadi hingga kini aku harus terkepung dengan bau aneh dari cairan itu.

“yaak!”

“ini biar kau terlihat asli mabuk” ucapnya lalu menarik tanganku pergi dari meja bar ini. Tiba tiba seorang namja menarik tanganku

“yaa sepertinya kau baru di sini,” ucap namja itu “aku akan bayar mahal untuk satu malam, bagaimana  hm?”

“mianhamnida, kami sudah di booking taecyeon-ssi” ucap yuri tegas lalu menarik tanganku

“keure, aku akan tunggu selanjutnya”  ucap namja itu saat kami meninggalkannya.

Perlahan kami masuk ke pintu itu dan tangganya mulai kelihatan. Yuri menyuruk di balik pintu dan aku mulai menjalankan aktingku. yuri berhasil memukul punggung namja itu saat ia benar benar terperangkap olehku, satu bodyguard, dua hingga yang keenam dengan tipuan yang sama hingga ke enam namja itu kini sudah terkapar pingsan karena pernafasannya di berikan sesuatu melalui hidungnya oleh yuri. Aku tak tau pasti apa, yang pasti mereka pingsan saat di pukul lalu di berikan sapu tangan di hidung mereka.

“kali ini harus berhasil, fighting” bisiknya ketika batang hidung namja itu sudah mulai kelihatan. Aku berjalan mendekati nya dan dengan gontainya aku berlagak pingsan di hadapannya

“yak, kenapa kau bisa sampai ke sini?” tanyanya padaku

“aigooo ahjussi… aku mau menemui nyaaa suamiku ada padanyaa”

“agashi, kau pasti mabuk, kau harus pulang” namja itu lalu mulai hendak menggendongku dan dengan cepat yuri memukul pundak namja itu dengan sikunya. Untuk kali ini bodyguard itu melawan tindakan yuri dan mendorong yuri ke tembok. Matanya membelalak ketika menyadari itu adalah yuri. Dengan cepat namja itu hendak menekan bel di sampingnya namun ku tendang kakinya hingga terjadi sedikit perlawanan antara kami berdua di tangga yang curam ini sementara yuri menjaga bel nya agar namja itu tidak menekannya

“YAK!!! ADA YANG DATANG DI SINI!!!! YAAAA!!!” pekiknya. Sontak saja aku dan yuri langsung ke takutan. Pertama, ada empat namja yang harus di lawan. Kedua, ketika bel itu di tekan, maka akan berdatangan bodyguard lainnya, ketiga, mereka namja yang di tugaskan sebagai bodyguard, otomatis berkelahi adalah makanan sehari hari mereka.

Perlahan hentakan kaki mulai mendekat dengan cepatnya. Ku raih tusuk rambut ku dan mulai melukai perutnya lalu menghentakkan kepala namja itu di tembok, namja itu kemudian melawan dengan membekap tanganku ke tembok dan menatap yuri. Ia mendorongku hingga aku terjatuh ke tangga berikutnya, ada sedikit ruang untuk ke tangga selanjutnya, tapi tidak sebesar yang di kira.

Namja itu kemudian beranjak ke yuri, menarik rambut yeoja itu dan menekan belnya.

Berulang kali ia menekan belnya hingga chingunya datang

“belnya tidak berfungsi!” ucapnya, pengawal lainnya pun berdatangkan. Tidak berfungsi?

Yuri bahkan menggelengkan kepala saat ku tatap matanya. Mungkin ini yang di sebut keajaiban, kebetulan atau…

“gwaenchana?” tanya seseorang dengan deruan nafas yang tak beratur. Aku langsung menoleh.

“hae-ah” ucapku. Namja itu tersenyum menatapku dan mendekat ke arahku

“kajja, dua lawan empat tidaklah buruk” jawabnya lagi. Ia memberikan tongkat kayu ke tanganku. Dan yang benar saja, dengan susah payah kami melawan keempat bodyguard itu hingga yuri benar benar menyiram cairan yang membuat pingsan itu dan kami bertiga berlari menaiki tangga paling akhir.

“kalian tunggulah di depan pintu ini, biar aku yang urusi” ucap yuri

“gwaenchana?” tanyaku

“nde, di dalam hanya ada dia seorang” ucap yeoja itu lagi. Aku dan donghae mengangguk dan yeoja itu masuk dengan sendirinya. Ku hela nafas lega sembari menatap donghae. Namja itu juga terlihat berat mengatur nafasnya. Di ujung bibirnya terdapat darah bekas tinjuan itu.

“ternyata kau mendengar semuanya” ucapku

“mian, aku sangat khawatir” jawabnya

“keundae, gumawo… kau kuat juga” jawabku sambil meninju perutnya pelan. Ia menahan tanganku lalu memelukku erat

“sangat… sangat khawatir” ucapnya lagi. Aku terdiam, tak tau harus berbuat apa. Sedetik kemudian aku tersenyum. Pelukannya. Di pundaknya, dapat ku rasakan aroma kyuhyun. Entah kenapa, aku merasakan nya saat ini. Apa ini kutukan karena telah menyakiti hati namja itu hingga aku terus di hantuinya?

Tak beberapa lama kemudian namja itu melepaskan pelukannya.

“ada apa dengan pakaianmu?” ucapnya. Sontak saja aku langsung menutupi dadaku dengan menyilangkan kedua lenganku. Namja itu kemudian melepaskan jacket hoodienya lalu memakaikannya untukku

“kau bisa masuk angin” ucapnya. Tak beberapa lama kemudian yuri keluar. Seulas senyum terpampang di bibirnya.

“kalian pulanglah, aku akan menelpon pengacara Kang kesini” ucapnya

“apa benar tidak apa apa?” tanya ku khawatir

“nde, aku sudah mengirimkan uang ke geng itu tadi sore dan kau bisa bebas dari mereka, gumawo atas bantuannya yoona, dan…”

“donghae” ucap donghae saat ia tau yeoja itu tak tau nama nya

“ah, donghae. Gumawo… ”

“cheonma. Kami pulang dulu, annyeong”

“yuri-ah” ucapku saat yeoja itu hendak masuk “kau tidak berpikir untuk bunuh diri kan?”

“aniyeo hahaa”

“yakso?” tanyaku

“aku tidak bisa janji” jawab yeoja itu “kau harus janji! Kau harus datang ke sekolah besok atau langit akan menhukummu” jawabku

“sejak kapan kau jadi seperti ini, keure… aku janji” ucap yuri lalu masuk ke dalam ruangan itu. Donghae menggenggam tanganku erat

“kajja” ucapnya kemudian.

***

“eomma… shireooo… yaaa aku juga bisa melakukannyaa” desis donghae melalui handphonenya

“wae?” tanyaku padanya tanpa mengeluarkan suara.

“aissh…  yo- ani, seo… ini eomma mau bicara padamu” ucap donghae. Ku raih handphonenya

“yeobseyeo” jawabku

“oh seohyun-aah… hari ini ahjumma pulang dari rumah sakit… bisa bantu ahjumma? Kemarin donghae yang membantu dia memang tidak bisa apa apa, aigooo… ”

“ooh keure ahjumma, na do joehaa”

“ahh baguslah, dan nanti kita masak sama ne?”

“aku… tidak bisa masak” jawabku sambil sedikit tertawa

“baguslah, ahjumma akan ajarkan”

“ooh gumawosamnida”

“ndee annyeong” ku matikan sambungan teleponnya dan melirik donghae yang sedang mengacak acak rambutnya frustasi

“eomammu menyuruhku datang hari ini”

“aish, mian ne… eomma….”

“gwaenchana… appa dan eomma dan seohyun tidak ada di rumah, aku tinggal sendiri dan lama kelaman bosan juga” ucapku lalu menatap sekeliling kelas ini. Seketika ku lihat dari pintu seseorang lewat

“yuri-ah!” pekikku. Yeoja itu berpaling menatapku dengan rambutnya yang hampir menutupi wajahnya. Aku tak mengerti kenapa ia menutupi wajah indahnya itu.

Aku kemudian mendekat dan memberikannya jepit rambut untuk menarik poninya ke tepi.

“kau lebih cantik kalau begini” ucapku sambil tersenyum. Ia membalas senyumku

“gumawo”

“yang kemarin bagaimana? Apa sudah beres?”

“nde, yeoja itu sudah di makamkan”

“keundae, kau jangan sampai bunuh diri. Kau harus kejar cita citamu dan memimpin perusaan appa mu mewakili atas nama appamu, arraesseo?” tanyaku. Ia mengangguk sambil memberikan senyumannya padaku lalu berjalan menuju kelasnya. Saat aku berbalik, sekumpulan umat tengah berdiri menatapku cengo. Apa apaan mereka.

***

Hari ini, aku, donghae dan yuri-aku memaksanya untuk ikut, aku tau ia kesepian juga- pergi kerumah sakit untuk membantu eommanya pulang. Saat sampai di sana aku, yuri dan eommanya donghae membuat kue bersama. Entahlah, mungkin ini yang dinamakan dengan kasih sayang seorang ibu hingga aku tak lepas dari senyumku merasakan aroma kebahagiaan ini, begitu juga yuri. Dan satu hal yang harus kalian tau, yuri itu cerewet. Ia ahli membuat kue dan ia akan memarahiku dan berceramah panjang lebar jika aku melakukan sedikit kesalahan dan itu membuat eommanya donghae tertawa.

Namja itu? Namja itu sibuk di depan tv sambil menggambar sesuatu.

“apa itu aku?” tanyaku lalu berbisik dari belakang tepat di telinganya dan itu langsung membuat namja itu kaget hingga langsung menatapku. Jarak kami sangat dekat saat ini saat ia berpaling menatapku

“a-aniyeo” ucapnya kemudian lalu kembali menghadap ke tv.

“kau mau coba? Ini aku yang buat” ucapku sambil meletakkan sepotong kue di sampingnnya lalu kembali ke dapur.

Entahlah, kebahagiaan ini sangat sulit untuk ku dapati.hari ini sangat menyenangkan.

***

“good morning” sapa donghae padaku. Aku mendongkakkan kepalaku dan menatapnya. Rautnya berubah, sedih. Itu yang ku dapati

“kau… sudah mendengar kabar?” tanyanya lagi

“kabar apa?” tanyaku.

“yuri… ” sontak saja aku langsung berdiri dari kursiku.

“yuri wae?”

“yuri di rumah sakit, dia koma…” ujar namja itu “tadi malam ia mencoba bunuh diri dan sekarang ia di rawat” ucap donghae. Aku langsung meraih tasku dan beranjak meninggalkan kelas, donghae dengan sigap menarik tanganku

“eodi ka?”

“paboya? Tentu saja kerumah sakit” entah kenapa aku sangat cemas saat ini. Baru sehari aku merasakan arti persahabatan, dan sekarang aku harus merelakannya begitu saja? Aniyeo… kami dekat bukan karena saling membantu. Kami dekat karena memang takdir yang mendekatkan kami berdua. Mungkin peramal waktu itu mengatakan takdirku akan berjalan dengan buruk. Tapi akan terasa indah jika aku melalui nya bersama orang orang yang menyayangiku dan ku sayangi. Hubungan timbal balik itu perlu.

“kita masih jam sekolah, tidak mungkin pergi sekarang” ucap namja itu lagi

“aniyeo… dia bisa saja melakukan itu lagi saat sendirian di rumah sakit”

“kalau begitu, lewat belakang” ucap donghae

“m-mwo? Maksudmu cabut?”

“tidak ada guru yang bisa mendengar penjelasan anehmu itu. Yuri hanya sakit di mata mereka, tidak perlu di jenguk saat ini juga, bisa menjenguknya nanti. Berbeda dengan kita… ” aku mengangguk dan kami berdua mulai mengatur rencana untuk pergi keluar dari sekolah ini.

***

Yeoja itu terbaring di sana. Sesuatu di mulutnya hingga menutup mulut dan hidungnya dan lengannya sudah ada selang infus yang mengalirkan darah untuknya

“dia kekurangan banyak darah” ucap seorang namja yang sudah rada tua “ah, aku lupa. Annyeonghaseyeo, Kang Min Chul imnida. Aku wali dari Yuri” ucap namja itu. Aaah mungkin ini dia Pengacara Kang.

“annyeonghaseyeo im yoo-”

“arayeo… ia menempelkan fotomu di meja belajarnya” aku tersenyum mendengarnya.

***

=tik…. tik….=

“apa kau suka memotong kuku orang yang sedang sakit? Kau juga memotong kuku eomma waktu ia tertidur” desis donghae

“aku sangat ingin melakukan ini untuk orang tuaku, maka aku melakukannya saat mereka tertidur” ucapku. Bahagia kedengarannya, tapi yang di lihat orang tuaku paginya adalah seohyun yang telah melakukannya, bukan aku.

“kalau begitu, potongkan kuku ku” ucap donghae sambil mengulurkan tangannya

“kalau begitu kau harus di rawat dulu” ucapku sambil tertawa kecil

“namja itu mengacak rambut belakangnya dan membaringkan tubuhnya di sofa” tiba tiba yuri terbangun

“yuri-ah” ucapku. Donghae langsung bangun juga dan menghampiri ku

“yoona-ah” ucap yeoja itu. Masih dapat ku dengar meski terhalang oleh alat pernafasan nya.

***

Sudah tiga minggu semenjak kejadian itu. Yuri tidak seperti dirinya yang dulu lagi, begitu juga denganku. tapi tetap saja, meski kami tidak lagi sedingin yang dulu, kami tetap berjalan bersama sama. Ani, tambah donghae satu.

“apa yuri tidak datang?” tanya eomma donghae. Aku yang sedang memotong wortel beralih menatapnya

“animnida, dia bilang harus pergi kemakam appanya…. peringatan kematian gitu” ucap ku

“ah jinjja? Seharusnya kita datang” ucap eommanya

“nanti malam saja ahjumma,” jawabku

“ah… keure” jawabnya. Aku kembali memotong wortelnya.

“eomonim,” sapa seorang namja. Suaranya…

“yak donghae, kenapa kau menutup mataku?”

“yaaa apa eommoni belum bisa membedakan aku dan donghae?” aku terdiam kaku. Tanganku berhenti memotong wortel ini. Aromanya, bau farfumnya mulai meruak ke dalam saluran pernafasanku

“aah sejak kapan kau datang?”

“baru tadi, aku harus membawa barang barang ku ke jepang, mungkin tidak lama di sini”

“aigo… eomma pasti merindukanmu kyuhyun-ah” seketika nafasku tercekat.

“na do, di jepang sangat sepi. Eomma dan appa sibuk dengan urusan mereka sendiri… kalau tidak karna kuliah aku tidak akan ke sana” ucapnya lagi

“jangan begitu pabbo”

“setidaknya aku lebih pintar dari ikan mu” seketika namja itu tertawa.

“yeoja itu nugu?” tanyanya akhirnya.

“oh, seohyun… chingu donghae. Yeppeo seo, aku yakin ia lebih cantik dari yeoja mu itu” mataku sukses membulat sempurna. Apa yang harus aku lakukan? Kenapa takdir membawaku kembali padanya?

“seohyun-ah, ini anak angkat ahjumma yang lainnya… kyuhyun” aku perlahan berbalik dan tersenyum kaku. Dapat ku lihat raut wajah kaget namja itu

“cantik kan? Yaaak ajak yeojamu itu kesini dan kita akan lihat siapa yang lebih cantik” ucap eomma

“ne, yeppeo… im yoona. Yeoja itu juga cantik. Mereka mirip, mungkin juga sama” ucap namja itu “im yoona, sepertinya ia sangat mencintaiku. Sampai sampai berpura pura menjadi chingu donghae untuk semakin dekat dengan keluarga ku” ucap kyuhyun lagi.

“apa maksud mu kyu?” tanya eomma donghae.

Tanganku seketika bergetar hebat. Ku cengkram ujung rokku. Apa apaan ini. Apa… aroma donghae dan kyuhyun itu sama? Apa mereka saudara?

Kenapa takdir membawaku kesini? Kenapa jalan ceritaku berputar putar hanya di ruang lingkup ini? Entah lah, aku tak tau betapa sulit untuk merubah takdir hingga aku harus di bolak balikkan oleh nasib buruk yang selalu menghampiriku.

“annyeong Im yoona” ucapnya lagi sambil tersenyum. Senyuman itu…

 

TBC

yaak ! I see you…. RCL…!!! dont be silent reader 😉

80 thoughts on “Twin (Chapter 3)

Komentarmu?