I Love My Boss (Chapter 2)

Gambar

Title : I Love My Bos

Author : Miss.Lee

Main Cast :

  • Lee Donghae
  • Im Yoona

Other cast :

  • Kim Taeyeon
  • Choi Sooyoung

Genre: Romance, comedy

Lenght : Chapter

Rating : PG-15

Note    : ini di ambil dari sudut pandang Yoona semua. FF ini trinspirasi dari novel yg pernah aku baca, ada sedikit yang sama tapi kebanyakan aku kemas dengan kata-kataku sendiri. Happy reading^^

2013

© Miss. Lee Story Line

Waktu dua jam ternyata menghadirkan banyak cerita di antara kami, lebih tepatnya dia karena selama dua jam dialah yang bercerita mengenai kehidupannya. Mengenai dirinya yang kesepian dan memiliki tunangan psikopat yang sama sekali tak pernah ia cintai.

Dia sudah memiliki tunangan, perempuan yang sangat cantik, dan juga sangat kaya raya Sandara Park namanya. Kenapa mereka bisa bertunangan? Apa mereka sudah berpacaran sejak lama? Jawabannya tentu TIDAK!!

Mereka sama sekali belum pernah berpacaran. Donghae sejak kecil tinggal di seoul, sedangkan Sandara sejak ia berusia 10 tahun ia sudah tinggal di London. Jadi bagaimana mereka bisa bertemu dan berpacaran?

Pertemuan itu terjadi di Shanghai, ketika sebuah pesta antara beberapa perusahaan di gelar disana. Untuk pertama kalinya Donghae dan Sandara bertemu. Mereka berkenalan, mabuk, tidur bersama, dan terjaga di pagi harinya. Tanpa sadar mereka telah di racuni oleh hasrat yang menggelora, dengan sangat mendadak Sandara meminta Donghae untuk menikahinya. Seperti terhipnotis Donghae hanya mengangguk mengiyakan ajakan Sandara. 2 hari setelah itu mereka melangsungkan pernikahan. Donghae merasa bahagia bisa menikahi gadis Secantik Sandara, itulah pemikirannya dulu. Tapi sekarang, ia sungguh sangat menyesal telah menikahi gadis psikopat seperti Sandara. Itulah yang aku tangkap dari ceritanya, hidupnya sungguh sangat menyedihkan.

««

“Jadi benar tunangannya itu Psikopat?” tanyaku buru-buru saat aku, Sooyoung, dan juga Taeyeon sudah mendarat di kursi cafe hello kitty tempat favorit kami.

Sooyoung mengangguk “Kau tau? Tidak ada yang bisa tahan lebih dari tiga bulan menjadi sekretaris bos-mu itu. Makanya saat kau menjadi sekretaris Donghae kami merasa kasihan padamu. Aku takut jika-“

“Jika apa?”

“Ya seperti yang aku katakan tadi, aku takut jika kau tidak mampu bertahan seperti sekretaris-sekretarisnya yang dulu. Yang hanya mampu bertahan tidak lebih dari 3 bulan”

“Oh ayolah, aku yakin aku pasti bisa bertahan lebih lama. Memangnya apa yang membuat mereka tidak betah?” lama-lama aku jadi penasaran juga dengan cerita dua bocah di hadapanku.

Taeyeon berdehem sebentar lalu melirik ke kanan dan ke kiri “Apa ia sudah bercerita panjang lebar seputar kehidupan pribadinya padamu?” bisik Taeyeon pelan.‘Apa percakapan siang tadi?’

“Dia pasti sudah bercerita panjang lebar bukan padamu? Tentang kisah hidupnya yang bagaikan drama-drama di tv itu. Sekretaris yang pernah bekerja untuknya, rata-rata mengidap penyakit paru-paru basah secara mendadak” sambung Sooyoung

Aku mengernyit heran “Memangnya salah ya jika ada orang yang ingin curhat seputar kehidupannya pada orang lain?”

Taeyeon membulatkan matanya lebar-lebar, sampai-sampai aku heran dengan tingkahnya. Tapi tiba-tiba ia tersenyum penuh arti.

“Ah aku lupa kalau sekarang sekretarisnya adalah gadis cantik luar biasa, tinggi semampai, dan tentunya masih lajang. Tidak seperti dulu yang rata-rata sudah berumur dan berbobot badan sebesar sumo”

Aku hanya melongo “Memangnya kenapa Taeyeon-ah?”

Sooyoung dan Taeyeon berdehem bersamaan “Kau tau? Kau adalah sekretaris paling ‘mengancam’ yang pernah bekerja untukknya” celetuk Sooyoung tiba-tiba yang di barengi anggukan oleh Taeyeon.

“Dulu semua sekretarisnya rata-rata sudah menikah dan berumur, kalaupun belum menikah tapi seorang janda beranak tujuh bahkan ada janda yang punya anak sampai dua belas” tambah Sooyoung. ‘God, dua belas? Bagaimana membuatnya sebanyak itu?’

Taeyeon menyeruput coffee miliknya “Dulu setiap orang yang bekerja disini jika ingin jadi sekretarisnya dia harus di casting terlebih dahulu oleh tunangannya yang rada-rada itu”

“Kau tau tunangannya?” pekikku agak nyaring.

Sooyoung membulatkan matanya menatap tajam padaku ‘kecilkan suaramu’

Taeyeon terdiam sejenak, sebelum akhirnya ia mengangguk tegas.

“Setiap hal dalam hidup Donghae, semuanya diatur oleh tunangannya itu. Ingat!! Ya semuanya S-e-m-u-a-n-y-a, bahkan orang yang bekerja untuk dia harus tunangannya itu yang memilih. Menurut rumor yang aku dengar perusahaan ini milik kakeknya Sandara, jadi Donghae tidak bisa melakukan apapun alis mati kutu” jelas Taeyeon panjang lebar.

“Lalu kenapa aku tidak dipilih oleh tunagannya itu?”

“Itulah, kabarnya mereka sedang dalam masalah besar yang besar sebesar kapal pecah. Sepertinya taakan tertolong lagi, Donghae sudah tidak betah dengan tunangannya yang rada-rada itu” ucap Sooyoung.

Aku mengangguk paham, sepertinya ini lebih menarik dari infotaiment versi televisi manapun.

“Oh iya, aku ingin jus lemon. Karena terlalu banyak bicara aku jadi haus seperti ini, tapi nanti kau yang bayar kan Yoong?” celetuk Taeyeon tiba-tiba.

“Kau ini pelitnya minta ampun, bilang saja kau ingin imbalan setelah bercerita panjang lebar tadi” cibirku meledek, ia hanya tertawa menanggapi celotehku. ‘Jangan-jangan Taeyeon juga rada-rada sinting mungkin’

««

Tiga bulan sudah aku bekerja menjadi sekretaris pribadi Donghae. Entah aku bisa menyebut diriku sendiri sebagai sekretaris atau mungkin pembantunya, karena ya memang pekerjaanku lebih kepada menjadi seorang pembantu ketimbang sekretaris. Entahlah aku juga bingung mendeskripsikannya.

Dan kalian tau? 2 minggu yang lalu akhirnya aku bertemu dengan sosok yang di sebut orang-orang sebagai tunangan seorang namja tampan Lee Donghae.

Aku bertemu dengannya secara tidak sengaja. Saat itu ada perayaan tahunan di perusahaan, dan tanpa di duga ternyata Sandara Park juga hadir dalam acara itu. Dia terlihat cantik dan glamour dengan balutan gaun berwarna merah darah. Aku sangat yakin bahwa wanita itu adalah Sandara Park, karena terlihat dari aura wajah Donghae yang terlihat pucat pasi seperti ada petaka yang mendadak mampir di situ saat melihat wajahnya.

Dilihat secara fisik Sandara Park begitu tinggi menjulang bak tiang listrik di dekat kompleks rumahku, kira-kira tingginya sekitar 175 sentimeter atau bahkan lebih dari itu. Apalagi di tambah sepatu hak tingginya, mungkin tingginya akan bertambah menjadi 180 sentimeter karena hak tingginya itu. Rambutnya entahlah berwarna apa, yang jelas aku bingung mendeskripsikannya, wajahnya bagaikan lady gaga versi indonesia mungkin, sebenarnya ia sangat teramat cantik hanya saja yang perlu di protes adalah taburan bedaknya yang sudah terlampau tebal.

Aku hanya melongo menatapnya yang melewatiku begitu saja, entah berapa sentimeter tebal bedaknya itu. Yang pasti ia lebih terlihat seperti ahjumma-ahjumma girang di usianya yang menurutku masih terbilang muda. Dan kalian tau? Ternyata ia tebar pesona dan tertawa menyeringai bersama kolega-kolega kalangan atas. Aku sekretaris yang terkapar di dekat tunangan bos yang begitu di puja bak tuan putri.

Aku tau apa yang di rasakan Donghae, aku jadi merasa kasihan padanya. Tanpa aku duga ternyata Sandara menghampiriku dengan sebuah senyuman menyeringai.

“Kau sekretaris barunya Donghae? Namamu siapa?” suaranya tipis tapi meringis.

“Yoona, Im Yoona”

Ia mengangguk paham, seperti tidak terlalu tertarik dengan namaku. Tapi aku yakin bahwa otaknya itu sedang menghafalkan namaku. Itu sudah pasti.

Ia tersenyum sekali lagi, lalu melangkah pegi menuju mobil audi putih miliknya. Aku tidak menyangka bahwa gadis seperti Sandara adalah seorang gadis psikopat. Betapa menyedihkannya hidup Donghae, ia namja yang butuh pelepasan. Ia namja kebingungan yang butuh tempat untuk bersandar dan berbagi cerita. Ia anak kecil di balik dasi.

««

Inilah yang akhirnya terjadi, lima bulan setelah aku dan Sandara berkenalan ia sudah berani menghubungiku secara terang-terangan. Kisahnya bersama Donghae semakin berantakan, sepertinya ia sudah frustasi. Ketakutannya akan ancaman Donghae bahwa namja itu akan memutuskan tali pertunangan mereka membuat ia rela melepas gengsinya dan menghubungiku sekarang.

Awalnya ia hanya sekedar menginterogasiku, menanyai berbagai hal mengenai Donghae. Tapi lama-kelamaan tingkahnya semakin menjadi. Ia mengundangku secara personal dengan mengancamku agar aku tidak mengatakan apapun pada Donghae. Seperti sekarang, aku tengah bersama dengannya di ruangan privat sebuah restauran mewah yang sudah di pesan khusus olehnya. Sandara memiliki aura mengerikan yang sulit untuk di jabarkan. Tak terlihat tapi terasa dengan jelas

Tapi tiba-tiba saja ia menangis, menangis di depanku. Ia menangis sesenggukan, dalam kondisi yang tidak lebih baik dari adikku Jihyun saat ia merengek dan meraung minta di belikan tiket SMtown. Sandara gadis super cantik itu kini menangis histeris dengan suara yang memilukan. Matanya menatapku di tengah hujan air mata miliknya. Ini sungguh pengalaman langka bagiku, selama 21 tahun aku hidup di dunia aku tidak pernah menonton boneka hidup seperti ini.

“Yoona-ssi, kau harus mau membantuku. Selama setahun ini aku mencoba untuk tetap tegar dan berusaha sendiri semampu yang aku bisa. Sekarang aku sudah putus asa, kau harus mau menjadi mata-mata untukku..” suaranya serak digerus tangisnya sendiri.

Ia terus saja menangis, bahkan ikatan rambutnya sudah berpindah posisi.

“Tapi saya ti..”

“Aku mohon Yoona, hanya kau yang bisa menolongku”

‘mati aku, bagaimana ini?’

««

“Apa? Kau jadi mata-mata untuk nenek sihir itu?” pekik Sooyoung kaget.

Aku hanya mengangguk lemah “Kenapa kau mau Yoona?” ucap Taeyeon.

Aku menghela nafas berat “Dia mengancamku, jika aku tidak mau dia akan mengeluarkanku dari perusahaan ini”

“Kau ini, kau di gaji oleh perusahaan bukan olehnya” omel Taeyeon sambil menjitak kepalaku pelan

“Kalau saja dia bukan tunangan Donghae, aku juga tidak mau menyetujuinya. Tapi ya apa boleh buat? Dia tunangannya Donghae-bosku” ucapku lalu mulai menggigit roti coklat milikku.

“Tapi kau sekretarisnya Donghae, bukan asisten si Sandara itu” rutuk Sooyoung menambahkan.

Apa yang di katakan Sooyoung ada benarnya juga. Wanita kaya raya itu tidak bisa semena-mena terhadapku, ia tidak boleh memerintahku seperti seorang tuan kepada babunya.

“Jika nenek sihir itu menghubungimu, kau cuekan saja dia kalau bisa berlagak pikun saja. Dan balas kata-katanya seadanya saja” tutur Taeyeon.

“Makin aku cuekan, dia semakan garang. Aku sudah mencoba berbagai cara, tapi hasilnya NIHIL!!”

“Taeyeon-ah, apa istri Siwon juga seperti itu?” ucapku tiba-tiba

Taeyeon tertawa kencang, mengundang orang-orang yang ada di cafe tempat kami sekarang secara serentak melihat kami. Aku hanya tersenyum canggung pada orang-orang yang memperhatikan kami. ‘dasar Taeyeon, gadis ini tidak bisa menjaga image-nya sama sekali’

“Berbeda Yoona, Siwon dan istrinya sama-sama gila. Sama-sama kegatelan, dan suka menggoda lawan jenis, mereka berdua juga suka sekali selingkuh. Pernah istrinya itu bertanya padaku, apa Siwon suka macam-macam lalu aku bilang paling ia hanya seperti itu padaku. Dan kalian tau? Wanita itu hanya tertawa girang mendegar penuturanku, aneh bukan?” jelas Tayeon panjang lebar sambil tertawa kencang. ‘Please Taeyeon, jangan image-mu yang lucu itu’

“Sudahlah kita pergi dari cafe ini, lihatlah orang-orang disini terus saja melihat tingkah Taeyeon” usul Sooyoung, yang di balas anggukan olehku.

“Yak, memangnya ada yang salah denganku? Apa yang salah denganku?” seru Taeyeon.

“TERTAWAMU” ucap kami bersamaan. Dan lihatlah? Gadis itu malah semakin tertawa kencang mendengar teriakan kami. ‘Taeyeo-ah, apa kau gila?’

««

Ini adalah pagi yang mendebarkan, Donghae baru saja pulang kemarin malam dari tugas dinasnya di singapura selama 4 hari. Tadi pagi ia sudah mengirimiku sebuah pesan yang mengabarkan ia akan masuk kerja hari ini. Yang membuatku berdebar adalah melihat wajahnya, 4 hari tak bertemu dengannya membuatku merasa kehilangan sosok dirinya. Diam-diam setiap malam aku selalu merindukan Donghae.

Akhirnya ia datang tepat pukul 9 pagi, dia datang dengan tampang lesu dan jalannya yang agak pincang. Apa dia keseleo?

Aku berdiri saat wangi tubuhnya berada tepat di hadapanku, kopi dengan cangkir yang tepat sudah aku siapkan di atas mejanya. Aku memutuskan untuk keluar, karena pasti ia ingin sendiri tanpa ada yang mengganggu. Tapi langkahku tertahan saat tangannya menahan lengan atasku.

“Kau masuklah ke ruanganku, aku ingin bercerita  sesuatu” ucapnya lalu melepaskan tanganku dan masuk ke ruangannya.

_

Aku melihatnya duduk di sofa dengan gaya berselonjor, wajahnya terlihat kelelahan. Aku duduk di sampingnya, pasti ada yang baru saja terjadi padanya.

“Aku sangat lelah, Yoona” ucapnya lirih.

Aku mendongak menatapnya, yang ia maksudkan pasti bukan hanya lelah fisik tapi juga lelah batin. Sudah sering sekali ia tampak lelah seperti sekarang ini. Tapi sepertinya kali ini berbeda.

Ia menoleh ke arahku, menatapku dengan tatapan seduktif lalu tersenyum manis ke arahku “Kau sangat cantik hari ini” ucapnya pelan, pipiku langsung memerah di buatnya ‘Sial, jangan sampai dia melihatnya’

Dia kembali tersenyum, kali ini wajahnya agak ceria sedikit. Dia lalu berdiri dari duduknya, kemeja kotak-kotak yang di kenakannya jadi berantakan sebagian keluar dari celah celananya. Ia terlihat seperti seorang bad boy daripada seorang di rektutr.

“Yoona, kau tau? Semalam dia mengamuk padaku” ia berjalan ke arah mejanya lalu menyesap kopi yang tadi sudah aku hidangkan.

“Lalu?”

“Kemarin sore aku pulang agak terlambat ke apartement, tanpa aku tau ternyata ia sudah ada di apartement ku terlebih dahulu. Ia mengamuk tidak jelas dan berteriak histeris di depanku”

Aku mengubah posisiku menjadi menatapnya, ceritanya belum selesai.

“Kau tau? Dia memecahkan benda apa saja yang mengganggu penglihatan matanya di depanku, di depanku Yoona!! Dia terus saja berteriak histeris, itu terjadi lebih dari 3 jam” ucapnya dengan nafas terengah-engah menahan emosi.

Aku menelan salivaku, dari hari ke hari aku mendengar kisah dramatis yang keluar dari mulutnya. Kenapa dia tidak memutuskan berpisah saja dengan Sandara?

“Aku sudah tidak tahan lagi Yoona, bahkan tadi pagi saja dia masih membentakku dengan kata-katanya yang kelewat kasar itu. Kemarin malam lampu mati hingga tanpa sadar kakiku menginjak serpihan kaca, entah berapa kaca yang bersarang di kakiku. Yang pasti saat mencabutnya aku mendapat dua serpihan kaca yang menancap di kakiku, sepertinya aku harus periksa ke dokter langgananku”

Dahiku berkerut, akan sangat bahaya bila serpihan kaca dalam daging di biarkan saja begitu apalagi sampai berjam-jam lamanya.

“Jangan buang-buang waktu lagi, sini biar aku lihat kakimu?” aku refleks berjongkok di depannya. Ia menatapku sebentar, lalu menaikan kaki kanannya. Ia melepaskan sepatunya beserta kaus kakinya dengan sekali gerakan saja. Aku bergidik ketika melihat noda merah di bagian telapak kakinya.

“Arrrgh, sakit sekali Yoona” rintihnya saat aku menyentuh pelan lukanya yang sedikit membengkak

Aku menyipitkan mata, sepertinya masih ada serpihan kaca yang tertinggal. Saat aku sentuh tadi, aku bisa merasakan masih ada serpihan  kaca disana. Dengan bantuan pinset aku mulai mencabut serpihan kaca itu dengan amat perlahan, ku tatap wajahnya. Donghae tengah memejamkan matanya dengan bibirnya yang meringis menahan sakit.

“Sakit sekali ya? Maaf, aku akan hati-hati. Seharusnya kau mencabut ini dari tadi pagi, bahaya jika di diamkan seperti ini”

“Semalam aku tidur di mobil, aku tidak tahan mendengar teriakannya. Lalu aku langsung tertidur, hingga aku lupa dengan lukaku ini”

Aku menunduk, tidak menatap matanya lagi ‘ya ampun Donghae, kisah hidupmu layaknya sebuah drama. Coba saja jika kisah hidupnya di jadikan drama di layar televisi pasti akan laku keras’

“Kau bisa tahan sakit sedikit? sebentar lagi serpihan kacanya akan lepas”

Matanya membesar “Kau tidak akan mengatakan  akan merobek kakiku kan?”

“Justru aku akan mengatakan itu padamu”

“Apa?” dia  memekik kaget, aku hanya tertawa mendengarnya “Tenang saja, aku tidak sejahat itu. memangnya kau mau di operasi caesar hingga aku harus robek-merobek? Kau diam saja, sebentar lagi serpihannya akan keluar” ia hanya tersenyum simpul

“Tetap disitu, jangan merubah posisi” ucapku Ia hanya mengangguk paham. Aku berdiri lalu menghampiri meja di samping sofa mencari kotak P3K.

Kembali aku menghampirinya lalu berjongkok lagi di depannya “Tahan sedikit ya..” ucapku lalu mulai mengusapkan alkohol di sekitar lukanya, lama-kelamaan serpihan kaca itu mulai menyembul. Kulihat Donghae meringis kesakitan akibat pergeseran serpihan kaca itu yang aku yakin sangat perih rasanya.

Ia melenguh kesakitan “Jangan panik, nanti akan lebih sakit. Wanita yang melahirkan bahkan jauh lebih sakit dari ini” omelku padanya.

Jemariku mulai memainkan pinset, saat aku menyentuh ujung serpihan aku langsung menariknya dengan pelan. Aku menahan nafasku agar aku bisa fokus menarik serpihan itu. Berhasil, aku berhasil mendapat serpihan kaca itu. Donghae kembali meringis, wajahnya terlihat memerah menahan sakit. Aku melihat kilau di ujung matanya, ia menangis? Sesakit itukah?

“Kamu menangis?” tanyaku ragu

Donghae menggeleng kuat “Tidak, aku dari dulu memang seperti ini. mataku selalu tiba-tiba mengeluarkan air mata jika sedang menahan sakit”

Jantungku tiba-tiba berdetak tak karuan, Donghae memelukku? Dia  sungguh memelukku dengan sangat erat “Biarkan seperti ini sebentar saja, rasanya sungguh sakit sekali” ucapnya pelan.

Beberapa menit kemudian ia melepaskan pelukannya “Apa masih ada yang menganjal?”

Ia menggeleng lalu tersenyum manis padaku “Tidak ada, aku sudah merasa lebih baik sekarang. Memang masih sakit, tapi tidak sesakit saat serpihan itu masih ada”

“Kalau begitu kau istirahatlah dulu. Nanti jika ada yang menelepon, aku harus mengatakan apa?”

“Katakan saja bahwa aku pingsan”

Aku melongo “Jika Sandara yang menelepon bagaimana?”

Ia menatapku sebentar “Katakan saja aku sudah mati” ucapnya  yang di barengi senyuman tipis.

Aku hanya mendengus,  lalu melangkah ke luar ruangannya.

“Yoona..” ia menahan pergelangan tanganku

“Hmm?” aku berbalik ke arahnya, ia menarik kepalaku lalu mengecup pelan dahiku. Apa ? mengecup dahiku? Sungguh apa aku bermimpi?

“Terimakasih, kau sangat baik sekali” ucapnya sesaat setelah mengecup dahiku

Aku hanya mengangguk canggung,  lalu mulai keluar dari ruangannya

‘oh god, jangan buat aku jatuh cinta padanya. Dia sudah memiliki tunangan’

 

TBC

Haloo, aku kembali membakan part 2 nya 😀 gimana apa bikin bosen? Jelek? Semoga engga yah 😀

Maafkan yaa jika banyak typo di mana-mana 😀 itu tentu kesalahan saya J

Di tunggu keritik dan sarannya 😀 jangan jadi silent riders yaa semuanya Jbuat yang udah baca+coment makasih banget *bow

Buat admin makasih banyak udah post ff aku ini *Bow

Okey, sampai ketemu di chapter selanjutnya 😀

69 thoughts on “I Love My Boss (Chapter 2)

  1. makin akrab mereka nihh… donghae juga udah berani skinship sama.sekretarisnya ituhh.
    sandara psikopat??? Ckkkk
    kasian sekali donghae..

  2. hmmm
    yoonhae selalu rumit dalam ff
    semoga ddunia nyata hubungan mereka selalu baik dan lancar
    amiin ^^
    aku lanjuut yaa thor

Komentarmu?