Together (Chapter 9)

BjFSx_tCQAA-Y-p

Title : Together

Author : Lee Hanna (Gakuena)

Cast : Im Yoona, Lee Donghae

Genre : Family, Marriage Life, Romance

Chategory : Chapter

Lenght : +5000 words

Note : sesuai permintaan, aku ngepost ini dulu baru beberapa minggu setelahnya Samsara 😀

soooo happy reading ^^

*

*

*

Together

 

Semenjak kepergiannya, kami lebih sering beradu agrumen. Bukan untuk masalah sepele lagi, tapi untuk masalah besar.But it Matter of life and death.

 

Donghae memojokkan dirinya di tepi lorong rumah sakit. Punggungnya bersandar di tembok dingin dan tangannya memijit-mijit pelipisnya yang sedikit berharap sakit dikepalanya akan hilang. Lelaki itu baru saja ingin mengeluarkan air matanya sembari mengatur nafasnya yang tercekat di kerongkongannya. Ia benar-benar tak tau harus bersandar pada siapa lagi dan sebuah derap langkah kaki yang menuntutnya untuk mendongakkan kepalanya melihat si pemilik suara yang tengah berteriak padanya “Dimana Yoona?!” Tanya pria paruh baya itu. Donghae menarik nafas panjang kemudian melangkah mendekati pria paruh baya itu “Appa… Yoona masih belum sadarkan diri” ujarnya.

“Anaknya?”  Kali ini gantian Ibunya yang melontarkan pertanyaan tersebut, Donghae beralih kemudian menggeleng pelan.

***

“Ada hentakan cukup keras hingga rahimnya sedikit terganggu. Aku tidak yakin tapi akan sulit baginya untuk memiliki anak lagi mengingat cidera itu menimbulkan radang yang cukup parah. Untuk mencari jalan amannya, kita harus segera mengangkat rahim Nyonya Lee” ujar pria berbalut jas putih itu. Dan perkataan itu terusa saja menari-nari di telinga Donghae, enggan untuk benar benar masuk dan lenyap atau pergi bersama angin dan menghilang.

“Ia sudah sadar” ujar Ayahnya, menyadarkan Donghae yang lagi-lagi hanya dapat menyandarkan punggung nya di dinding rumah sakit yang dingin itu. Langkah kakinya menuju arah pintu dan membukanya, memperlihatkan gadis rapuh itu menangis di pelukan Ibunya dan menangis tersedu-sedu di sana.  Tidak biasanya Yoona menangis seperti itu di hadapan Ibunya…

 

“Aku tidak mungkin memperlihatkan air mataku di depan Eomma jika masih ada kau di sampingku”

“Kenapa kau tidak datang tadi?… Saat Appa memarahiku, Aku ingin menangis”

 

Donghae mendekat dan menggenggam tangan Yoona. Hanya itu yang bisa dilakukannya oleh seorang wanita yang gagal menjadi Ibu dan kini harus mengulang kembali semuanya.

***

Yoona terlelap di kasurnya setelah tiga hari kejadian itu. Ia sudah bisa di pulangkan telebih karena paksaannya yang tak nyaman dengan rumah sakit. Dan mau tak mau Donghae harus membawanya pulang ke rumah yang mungkin tak berpenghuni selama tiga hari ini karena lelaki itu akan balik ke kantor jika di suruh pulang ke rumah. Mengerjakan apa yang mungkin akan terbengkalai jika tak di kerjakannya. Ia membuka sebuah pintu yang beberapa bulan lalu di buat untuk menghubungkan kamarnya dengan kamar sebelah, tepat di mana barang-barang lucu tersusun rapi bernuansa biru dengan plastik yang masih belum di buka. Lelaki itu menarik nafas panjang sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. Ia gagal. Ia gagal merawat gadis itu hingga tak dapat mewujudkan cita-citanya menjadi seorang Ibu.

 

 “Kau mengesalkan, kalau begitu Aku ingin punya sepuluh anak”

“Im Yoona… Kau tau melahirkan itu menyatkitkan”

“Aku tidak mau tau. Selagi kau ada di sampingku”

 

Mian…” ujar seseorang. Lelaki itu berbalik melihat apa yang baru saja Ia pikirkan sudah berada di belakangnya, menatapnya penuh harap dan penuh penyesalan “Aku gagal” ujarnya pelan. Donghae melangkah maju dan merengkuh tubuh gadis itu dalam pelukannya

“Tidak, Aku yang terlalu sibuk dan tak memperhatikanmu” ujarnya pelan, membiarkan gadis itu kembali meneteskan air matanya hingga pundaknya bergetar. Melihat itu, Donghae langsung membekap gadis itu dalam pelukannya, memeluk nya erat dan mengelus kepala gadis itu sebelum mengecupnya pelan dan penuh perasaan.

“Dokter bilang kemungkinan kecil Aku bisa melahirkan lagi” ujarnya pelan “Kemungkinan kecil itu… Bisa ku-”

Andwae” potong Donghae. Ia melepaskan pelukannya dan menatap kedua bola mata gadis itu lekat “Aku tidak mau terjadi sesuatu yang buruk padamu. Kita masih bisa mengadopsi. Banyak anak yang dibuang orang tuanya” ucap Donghae

Oppa… Aku tidak bisa memberi keturunan”

Gwaenchana” ujar Donghae sambil tersenyum hangat pada gadis itu, Ia segera menggendong Yoona ke kasur dan menarik selimut untuk mereka. “Tidurlah, kau pasti lelah”  ujarnya kemudian menyelimuti Yoona. Membelai pucuk kepala gadis itu lembut sebelum Ia benar-benar melihatnya tertidur pulas. Apakah ini cara Tuhan menguji mereka? Mereka yang terlalu lama larut dalam kebahagiaan.

“Apapun itu, tetaplah disampingku” bisik Donghae, seolah memberi sugesti tersendiri bagi alam bawah sadar Yoona dan mengecup kening gadis itu setelahnya. “Tetaplah menjadi Yoona yang dulu, Aku sedih melihatmu seperti ini” lanjutnya. Sebuah rangkaian kata yang tersimpan sangat erat di pikiran Yoona hingga membuat hari-harinya menjadi lebih terbebani. Ia tak bisa tampak sedih dihadapan suaminya, Lee Donghae.

“Kau sudah bangun?” Tanya Donghae sambil perlahan bangkit dari tidurnya, melihat Yoona yang berdiri di tepi jendela, menatap juntaian mobil yang berusaha mengedepankan kecepatan demi sebuah ikatan, hingga bisingnya klakson di tengah kota yang memuakkan. Selama ini Ia bahkan tak pernah menatap hal-hal semacam itu.

Good morning” sapa Yoona. Ia berbalik menatap Donghae dan tersenyum, cahaya menghalangi pandangan Donghae pada wajah Yoona yang menggelap karena berada di belakang cahaya. Tapi lelaki itu dapat melihat samar-samar sebuah senyuman yang Ia rindukan, menutup mata dan membalas senyuman itu.

“Kau harus berangkat ke kantor atau kau terlambat, Oppa” panggil Yoona dan mendengar kata terakhir, mata Donghae terbuka, menyadari jika Yoona sudah berada di hadapannya, tepat di depan wajahnya

Oppa?” Delik Donghae dengan nada mencemooh

“Oh baiklah, atau perlu Aku panggil chagi? Yeobo?” Goda Yoona dan detik selanjutnya bibir gadis itu mengecup pelan bibir Donghae

“Aku anggap itu sogokan untuk sesuatu yang Aku tak tau” lanjut Donghae. Jarang sekali Yoona memulai untuk memberikan morning kiss.

“Aku sudah siapkan sarapan” elak Yoona kemudiam melangkahkan kaki keluar kamar, meninggalkan Donghae dengan segenap kebingungannya,

“Manis sekali” desis Donghae dengan nada sinis kemudian menurunkan kakinya dan beranjak ke kamar mandi sebelum Ia berteriak setelah melihat cermin yang memantulkan wajahnya dengan coretan-coretan aneh bertuliskan ‘aku ingin anak’ di beberapa bagian dan berulang-ulang,  yang Donghae tau dengan pasti siapa pelakunya.

“IM YOONAAAAAAA!!!”

***

=kau masih marah? Ayolaah… Jangan bilang kau menghabiskan waktu luangmu dengan wine bersama sekretarismu itu=

Donghae tertawa kecil melihat pesan yang sudah masuk untuk kesekian kalinya itu. Mengingat ini sudah dua jam setelah kepulangannya dari kantor namun pria itu masih belum sampai ke rumah. Mungkin setelah ini Yoona akan berpikir berulang kali untuk menjahili suaminya. Tapi Yoona tetaplah Yoona. Kapok tidak ada dalam kamusnya.

-Waiting for…-

Donghae meraih buku yang baru saja Ia lihat dan membaca synopsis belakangnya, di kata-kata terakhir tertulis jelas, –apapun akan dilakukan oleh seorang Ibu-

Buku yang bercerita tentang penantian seorang Ibu untuk menunggu kelahiran anaknya, dibuat sendiri oleh istrinya, Im Yoona. Tapi sayang, penantian itu tidak membuahkan hasil manis seperti yang Ia harapkan. Donghae meraih buku kecil itu dan membelinya, sebuah kebiasaan yang sering Ia lakukan tanpa sepengetahuan Yoona. Sekeras apapun gadis itu menyembunyikan karyanya dari Donghae, lelaki itu tak akan pernah berhenti mencari tau secara diam-diam. Mungkin setiap buku yang dirilis Yoona sudah ada di tangan Donghae saat ini lagi-lagi tanpa sepengetahuan Yoona. Membaca kata-kata yang tertera begitu saja dari ketikan jemari Yoona membuat Donghae dapat membaca gadis itu dan terkadang tersenyum sendiri setelah menyadari sebagian cerita yang tertera adalah bagian dari kisah mereka, kisah manis mereka bersama.

“Sudah lama menunggu?” Sapa seseorang saat Donghae dengan santainya duduk cafe terdekat dari toko bukunya itu.

“Silahkan duduk, ” Donghae berdiri menyambut kedatangan seorang pria yang cukup dekat dengannya itu

“Aku baru saja dari bandara dan tadi ada sedikit masalah,”

No problem” jawab Donghae lagi lagi dengan senyuman yang tetap tertera di bibirnya

“Langsung saja karena setelah ini Aku ada janji lagi Donghae-ssi” ujarnya sambil membuka tas yang dibawanya dan mengeluarkan beberapa berkas

“Sepertinya kau cukup sibuk Kibum-ssi” jawab Donghae, sedikit tak menyangka teman dekatnya dulu kini bisa menjadi dokter terkenal.

A lot on my plate” ujar Kibum sedikit kesal mengingat janji-janji yang Ia miliki sambil menyodorkan beberapa berkas pada Donghae “Ini yang kudapati dari rahim istrimu. Ada daging yang menyebabkan miom. Mungkin ini belum berbahaya sebelum dia hamil, dan kalian tidak pernah memeriksa hal sepele ini hingga membahayakan bagi janin”

“Lalu?” Tanya Donghae, matanya menatap kedua bola mata Kibum tajam, namun pria itu menggeleng lemah

“Ini akan berjalan terus menerus saat Yoona hamil. Kecuali kalian bersedia untuk pengangkatan rahim.”

“Pengangkatan?” tanya Donghae, atau lebih tepatnya Ia shock dengan perkataan Kibum yang kurang lebih sama dengan apa yang dikatakan dokter kemarin. “Apa tak ada cara lain?” tanya Donghae

No two ways about it, Donghae-ssi

***

Donghae melangkahkan kakinya menuju pintu rumah mereka, rasanya sangat berat untuk menatap kedua bola mata gadis itu mengingat apa yang baru saja dikatakan dokter tersebut. Mulanya Ia tak pernah percaya apa yang dikatakan oleh dokter saat Yoona berada di rumah sakit, tapi setelah Kibum sendiri yang mengatakannya langsung, rasanya Ia terlempar keras jauh ke dasar jurang yang berduri. Ingin menangis, tapi tak sanggup. Siapa yang akan menenangkan Yoona jika Ia juga ikut melemah seperti ini?

“Kau sudah pulang?” Tanya Yoona saat pintu itu terbuka, Donghae menarik kedua ujung bibirnya saat Yoona memeluknya erat “Ku kira kau marah” ujar gadis itu.

“Bersiaplah, Aku ingin membawamu ke suatu tempat” ujar Donghae, Yoona mendongakkan kepalanya menatap wajah pria itu dan tersenyum riang,

“Kemana?”

“Nanti kau juga tau” jawab Donghae kemudian tersenyum kecil setelah mendapat anggukan dari Yoona yang sudah beranjak ke kamar. Sedikit diliriknya kotak tissue yang sangat jelas tadi pagi terisi penuh kini sudah kosong.

Donghae menghela nafas berat, gadis itu benar-benar menyembunyikan perasaannya.

***

“Panti asuhan?” Tanya Yoona masih ragu. Donghae hanya membalasnya dengan sebuah senyuman aneh –menurut Yoona- kemudian mengacak pelan rambut gadis itu

“Ada banyak anak diluar sana yang tidak memiliki orang tua” ujarnya pelan kemudian keluar dari mobil. Tentu saja Yoona masih tak percaya, dengan sedikit kasar Ia membuka pintu mobil dan mengikuti Donghae

“Aku tak percaya, apa maksudmu? Kita mengadopsi mereka?” Tanya Yoona masih tetap menyetarakan langkah kakinya dengan suaminya itu, tapi toh akhirnya Donghae berhenti dan sedikit berbicara dengan pengasuh anak-anak panti itu, sepertinya mereka Ibu pengasuh yang memang memilih untuk bekerja disini.

“Korean? Kami baru saja didatangi bayi korea kemarin. Sangat lucu dengan mata sipitnya” ujar wanita itu, mendengarnya mata Donghae berbinar dan dengan langkah yang ringan Ia mengikuti wanita paruh baya itu ke kamar bayi yang baru saja diceritakannya. Sedangkan Yoona? Gadis itu lebih memilih berdiri mematung tak terima dengan perkataan Donghae menganggapnya gagal sebagai istri yang seharusnya memberikannya keturunan.

“Lihatlah, matanya sipit seperti-” Donghae menoleh, tapi tak dilihatnya Yoona dibelakangnya. Jelas Ia tau kemana gadis keras kepala itu.

“Kita urus suratnya dulu. Bisa secepatnya?” Tanya Donghae pada wanita paruh baya itu

“Bayinya bisa di ambil besok”

“Tidak bisa hari ini?” Tanya Donghae lagi

***

“Ayo masuuk” pria itu masih tetap bersikap konyol pada ‘anak’ nya. Tentu saja, melihat bayi yang baru berumur lima bulan menurutnya sangat menyenangkan. Ibu dari si bayi meninggalkannya di depan pintu panti dan meletakkan tanggal lahir si bayi, dan bayi mungil ini masih tak bernama.

“Kau bahkan menyiapkan semuanya, rencana yang cukup bagus” desis Yoona sembari melirik tempat bayi yang dibawa Donghae dari rumah untuk diletakkan di mobil belakang.

“Kita beri nama siapa?” Tanya Donghae sambil duduk di kursi kemudi

“Beri saja sendiri” jawab Yoona ketus. Ia lebih memilih untuk melihat kearah jendela demi menutupi air mata yang sudah mengalir sedari tadi. Kenapa Ia menjadi secengeng ini?

***

Meski berusaha untuk tak melihat kesedihan Yoona, Donghae terkadang masih kerap merasakan apa yang Yoona tangiskan. Tapi bukankan ini demi istrinya sendiri? Lebih baik kehilangan anakanya dari pada harus kehilangan Yoona. Ia tak serela itu.

“Jangan gunakan kamar anakku!” Pekik Yoona. Ia menutup pintu kamar yang mereka rancang berdua. Menutupnya rapat dan segera masuk ke dalam sana, mengunci pintu itu dan terduduk di dalamnya. Sedangkan Donghae, pria itu masih berdiri termangu menatap pintu kamar yang kini sudah tertutup rapat. Pria itu berjalan meletakkan bayi mungil yang tengah tertidur lelap di atas kasur mereka dan membuka pintu lain yang menghubungkan kamar mereka dengan kamar bayi itu, bahkan Yoona tak menguncinya. Gadis itu tampak kaget melihat Donghae yang sudah meletakkan bayinya ke dalam baby crib nya dan kini berjalan ke hadapan Yoona, duduk mensejajarkan wajahnya dengan wajah pria itu

“Ini tidak seperti yang kau kira” ujarnya, kedua tangannya menakup wajah Yoona yang sudah berlumuran air mata, mata rusa yang biasa ceria itu kini melayu. Tak henti hentinya mengeluarkan cairan bening yang sangat di benci Donghae. Ia tak bisa, rasanya ingin menangis bila melihat Yoona serapuh ini

“Aku minta maaf tidak mengatakannya sebelumnya. Tidak perlu menjadi orang tua sempurna” ujarnya

“Tapi kenapa harus mengadopsi? Tidak bisa kah kau bersabar? Aku akan mengandungnya lagi! Itu hanya kecelakaan, Lee Donghae!” Pekik Yoona hingga bayi yang tadinya berada di atas kasur itu menangis kencang

“Apa salahnya mengadopsi? Toh Aku juga di adopsi oleh kedua orang tua mu” Yoona tertunduk, bahunya bergetar dan sekuat tenaga Ia mengutarakan pembicaraan ini

“Kita tak tau orang tuanya…” Ucap gadis itu sedikit melemah. Kedua suami istri ini mulai beradu agrumen jika Donghae tidak menghentikannya, biar bagaimanapun Yoona masih dalam keadaan belum stabil dan ini terlalu dini. Donghae berdiri dan melangkah pergi meninggalkan Yoona, mengabil berkas berkas yang diberikan Kibum. Mungkin sebaiknya Yoona tau.

***

“Bodoh! Istrimu baru saja kehilangan anaknya dan kau melakukan ini? Kau gila” pekik Zhoumi sambil sedikit melirik botol susu yang dibawa Donghae

“Dan biarkan orang gila ini masuk sebelum Aku dan anakku mati membeku diluar” ujar Donghae sambil menerobos Zhoumi yang berusaha menutup pintu sedari tadi, dan apa yang dilihatnya?

“Victoria?”

***

“Sekarang jelaskan mengapa kau disini? Oh kau tau kan ini sudah malam?” Tanya Donghae tak percaya, seingatnya Victoria teman Yoona itu masih melajang dan… “Tunggu, kalian tidak bersaudara kan?” Tanya Donghae

“Aku tak akan kesini jika eomma tidak memaksaku. Dan Aku tidak akan pernah mau memiliki saudara sepertinya, catat itu” ujar Victoria dengan tegas “Dan kau, Lee Donghae! Bukankan anak kalian… Tidak, maksudku…”

“Bukankah anak kalian sudah mati?” Tanya Zhoumi sedikit memperbaiki satu kaya yang sulit di katakan Victoria

“Hei, tidak bisa kah kau berkata sedikit lembut?” Protes Victoria

“Tidak bisa kah kalian berhenti? Aku bingung kenapa anakku menangis sedari tadi” berontak Donghae yang mulai resah melihat kedua orang di hadapannya ini bertengkar sedari tadi. Ia lalu mengopor bayi itu pada Victoria

“Manis sekali, siapa namanya?”

“Jeno, Yoona ingin anaknya bernama Jeno.” Jawab Donghae

“Lalu dimana Yoona sekarang?” Kali ini Zhoumi lah yang menimpali pertanyaan itu

“Di rumah” jawab Donghae

“Mwo?!” Pekik mereka berdua tak percaya. Yah, kedua umat ini sudah salah sangka dan sepertinya Donghae harus menjelaskan alasannya hingga bayi itu tertidur dan dibawa pulang oleh Donghae. Meletakkannya kembali di atas kasur dan tertidur bersamanya karena Ia sadar jika Yoona masih berada di kamar bayi yang mereka rancang bersama. Sepertinya gadis itu shock. Mau bagaimana lagi, Itu sudah kenyataan dan sebuah perasaan tersangkut disana. Mungkin setiap Ibu akan berusaha agar anaknya tetap hidup meski harus menghancurkan raganya sendiri, tapi Donghae tak ingin itu terjadi. Yoona hanya ada satu di dunia ini dan Ia tak ingin kehilangannya lagi.

Jam sudah menunjukkan pukul tiga malam, tapi Yoona masih tetap dengan matanya yang tak ingin terpejam sedari tadi. Sedikit di dengarnya suara bayi tengah bermain sendiri di samping Donghae hingga suara itu berubah menjadi tangisan.

Kini Ia mengerti mengapa Donghae melakukannya meski rasa tak terima masih terus saja  menghantui. Terdengar olehnya Donghae ikut bangun dan menggendong bayi itu. Rasa tak tega mulai melupakan segala keluh kesah Yoona tadi hingga gadis itu bangkit dan mendekati Donghae yang terlihat kewalahan menjaga bayinya

“Mungkin Ia masih menyesuaikan tempat” ujar Yoona. Donghae berbalik, wajah kantuknya sangat lucu terlebih lagi raut cemasnya itu

“Aku tidak tau mengapa dia menangis lagi” keluh Donghae

“Kau sudah memberinya susu?” Tanya Yoona sambil memindahkan bayi itu dari tangan Donghae ke tangannya. Pria itu malah tersenyum sambil mengacak pelan rambut Yoona

“Namanya Jeno, bukan -nya” ujar Donghae. Hening sejenak, hanya suara bayi yang memecahkan keheningan ini

“Aku tidak tanya namanya, Aku tanya apa Ia sudah diberi susu?”

“Sudah, tadi di rumah Zhoumi”

“Zhoumi?” Tanya Yoona tak percaya “Susu apa yang Ia punya?”

Nde?” Tersadar akan sesuatu. Donghae menyadari satu hal. Pertama, Zhoumi tidak memiliki bayi dan pastinya dia tidak punya susu untuk bayi dan Ia beserta Zhoumi harus ditinggal Victoria karena urusan mendadak, ini berarti tidak ada yang mengerti tentang bayi diantara nya dan Zhoumi. Kedua, Zhoumi tidak punya anak kecil dan ketiga… Zhoumi seorang pria

Pabbo” desis Yoona kemudian mengambil jacketnya “Temani Aku ke supermarket 24jam” ujarnya. Dengan masih tersenyum bodoh, Ia segera mengambil kunci mobil untuk pergi bersama Yoona. Secepat ini Yoona merubah pikirannya. Apa yang Ia sukai dari seorang Im Yoona.

***

Rasanya Yoona sudah mulai terima dengan keberadaan Jeno. Dan lihatlah, pagi-pagi sekali Ia terbangun untuk sekedar merapikan selimut Jeno di kamarnya.

“Lee Jeno, kau beruntung” desis Yoona sambil mengusap jemarinya di pipi bayi itu dengan sangat perlahan. Ia tertidur sangat lelap, matanya tertutup rapat dan kelopaknya menghilat menunjukkan semburat merah. Bibirnya merah merekah dengan ukuran yang sangat kecil, sangat mirip dengan Donghae.

“Baiklah, Aku rasa tidak ada lagi yang membangunkanku” ujar Donghae yang entah sejak kapan sudah berada di belakang Yoona. Gadis itu berbalik dan menatap wajah suaminya yang berada sangat dekat dengannya saat ini. Yoona berusaha sekuat mungkin menahan senyumnya dan menatap Donghae masih dengan wajah cemberut yang sangat menggemaskan, biar bagaimanapun Ia masih kesal pada suaminya itu

“Ku kira kau sudah bangun saat memelukku jam lima pagi sambil bergumam tak jelas”

“Aku kelelahan, sayang. Jadi mungkin mengigau” ujar Donghae diiringi tawa kecilnya dan saat bayi itu sedikit bergerak dalam tidurnya, mereka berdiam dan memilih untuk berbicara di luar.

Mungkin saja semua akan berjalan normal seperti biasa. Dan Donghae harus menahan rasanya untuk tidak mengajak Yoona melakukan operasi pengangkatan rahim itu saat ini karena Ia tau, Ia akan sangat melukai perasaan gadis itu. Dan Yoona…

“Minggu ini masa suburku” desisnya pelan sambil melihat kepergian Donghae dari mobilnya. Terlihat egois memang, tapi ini yang Ia inginkan. Gadis keras kepala itu masih bersikekeuh untuk memiliki anak dari hasil kandungannya sendiri hingga melakukan apapun untuk ini. Ia merawat Jeno seperti anaknya sendiri, pria kecil itu sangat penurut dan tak banyak menangis.

Setelah kepulangan Donghae, Yoona menyodorkan sebuah brosur.

“Aku butuh refreshing. Aku akan bawa Jeno untuk di titip ke tempat eomma berhubung kursus ini ada di pulau Nami” ujarnya. Donghae mengusap pelipisnya dan melirik Jeno yang berada di gendongan Yoona

“Ini terlalu lama, kau tau?” Tanya Donghae “Empat bulan? Tsk”

“Kau bisa mengunjungiku jika mau. Tapi untuk waktu tertentu”

“Lalu membiarkan Jeno berada pada neneknya selama empat bulan?”

“Apa salahnya? Setelah itu Aku janji akan melakukan operasi pengangkatan rahim seperti yang kau inginkan” ujar Yoona. Suaranya sedikit tercekit mengatakannya. Rasanya Ia tak ingin, tapi inilah sebuah perjuangan kecil yang harus dilakukannya. Terdengar helaan nafas Donghae. Dan rasanya makanan yang tersaji di meja makan tidak menjadi  seenak tadi. Makan malam ini ditutup dengan terletaknya sumpit itu kembali di atas meja dan Dengan perlahan Donghae meninggalkan meja makan, meninggalkan Yoona dan Jeno yang masih menatapnya penuh harap.

Yoona mendudukkan Jeno di kursinya dan sedikit memaksakan senyum, “Makan ya, aaak” ujarnya sambil menyodorkan bubur bayi. Rasanya Ia ingin menangis, tak dapat tertahan lagi saat air matanya kini keluar. Jeno mengulurkan tangannya memegang dagu Yoona yang kini sudah dibasahi air mata. Mata sipit pria kecil itu menatap Yoona dengan lekat, matanya tampak bercahaya saat ini. Yoona tersenyum setelahnya, Ia tau Jeno mengerti perasaannya, Jeno sangat tampan, tapi ada perasaan lain yang terus saja memberontak dihatinya untuk melakukan hal gila ini. Bukan berarti Ia membenci kehadiran Jeno sebagai anaknya, hanya saja Ia ingin berusaha. Setidaknya itu yang biasa orang dewasa lakukan, berkorban.

“Segini cukup?” Tanya Donghae sambil meletakkan uang di atas brosurnya “Ini untuk pendaftarannya” lanjutnya. Yoona menoleh dan tersenyum kemudian berhambur memeluk suaminya, tak ada senyum dari Donghae. Ia membalas pelukan itu dengan erat, “Aku akan merindukanmu”

Seminggu sebelum kepergian Yoona dan mereka benar-benar menghabiskan waktu bersama setelahnya.

***

“Apa Aku bisa mengunjungimu?” Tanya Donghae sambil mendorong kereta bayi. Aroma musim gugur mulai tercium, rasanya sangat cepat berlalu hari demi hari mereka lalui.

“Bisa, tapi tidak sering” jawab Yoona. Bibirnya merekah membuat sebuah senyuman. Maka Ia pergi meninggalkan Donghae demi impian kecilnya yang Ia yakini jika Donghae mengetahuinya, maka pria itu akan marah besar dan sesuatu yang tak diinginkan akan terjadi. Yoona melambaikan tangannya saat memasuki bandara. Donghae melihatnya dan berbalik ke mobilnya membawa Jeno. Ia akan jadi Ayah tunggal untuk empat bulan kedepan.

“Kau mau tinggal dengan haraboji? Appa shireo” ujar Donghae pada Jeno. Pria itu tak ingin anaknya kehilangan kasih sayang dari kedua orang tuanya.

***

Apa yang anak umur lima bulan butuhkan? Tentu saja seorang wanita dan kasih sayang seorang Ibu.

“Terkutuk lah kau Im Yoona” sungut Donghae sambil menuangkan air hangat pada botol bayi, niatnya membuat formula bayi dengan air hangat penuh. Tentu saja seorang pria tak pernah mengerti hal seperti ini, dan Donghae salah satunya.

“Aku memberinya susu dan dia menangis seharian!!” Protes Donghae sambil menggendong Jeno dengan tangan yang satunya memegang handphone. Terdengar helaan nafas disana,

“Cukup memberi sedikit air panas dan setelahnya air mineral sedang, kau kira lidahnya seperti lidahmu?!” Jawab Yoona tak kalah sengit

“Yak! Kalau begitu, Cepat pulang!” Perintah Donghae kemudian mematikan sambungan telponnya, belum sempat Ia mendudukkan Jeno, panggilan lainnya masuk

“Hari ini meeting untuk membahas produk minuman yang sudah di-”

“Batalkan semua meeting hari ini, anakku sakit dan Yoona sedang pergi” perintah Donghae. Ia melempar handphone nya begitu saja kemudian meletakkan Jeno yang tengah menangis histeris di atas sofa. Donghae segera berlari menuju dapur untuk membuat susu baru dengan takaran seperti apa yang Yoona katakan.

Bugh!

Donghae menoleh pada suara benda jatuh itu kemudian tak mendapati putranya tertidur di atas sofa

“Lee Jeno!!!” Pekiknya kemudian berlari dan menemukan Jeno yang sudah menangis tersungkur di lantai. Untung saja ada karpet dibawah sana, meskipun begitu, Donghae tak pernah berniat untuk meninggalkan Jeno sendiri lagi setelahnya. Ia menggendong pria kecil itu sambil memberinya susu, menidurkannya perlahan sambil menyanyikan beberapa lagu untuknya dengan kaki terus berkeliling rumah milik mereka berharap Jeno larut dalam buaiannya

Ting tong

Bunyi bel melengking memasuki pendengaran Donghae saat Ia baru saja meletakkan Jeno pada baby crub biru miliknya. Belum ada aba-aba untuk menyuruh si tamu masuk, pria bertubuh tinggi itu segera menghampiri Donghae sambil menatapnya kesal

“Kau tau berapa besar kerugian yang kau buat dengan membatal- mpph” perkataan pria itu terhenti lantas mulutnya tertutup dan tubuhnya di dorong keras keluar dari kamar Jeno. Donghae menyeretnya sampai menemukan titik aman untuk mereka berdebat

“Anakku sakit” ujar Donghae

“Sakit apa lagi?”

“Aku tanpa sengaja memberinya susu dengan air panas”

You dumb as a rock. Dan sekarang lupakan meeting itu dan pikirkan bagaimana dengan rancangan produk perusahaan kita yang sama persis dengan milik Cho Corp

“Kalau begitu adakan rapat dirumahku, suruh mereka kaesini” ujar Donghae sambil membolak balik map yang baru saja diberi oleh Leeteuk, sebuah map tentang produk lain yang akan mereka terbitkan bulan depan. Semua masih dalam rancangan setelah mendapat persetujuan dari Donghae

“Selusin orang saat ini sedang menunggu persetujuan masuk dari tuan rumah, boss

“Sial, mereka sudah didepan?” Tanya Donghae. Dan rapat itu pun dilaksanakan tepat ruangan kerja milik Donghae. Ia terpaksa menyediakan beberapa kursi dan membiarkan sekitar sepuluh pria memasukinya dengan wajah tegang.

“Oke, mari kita mulai” ujar Donghae memulai meeting yang kali ini diadakan berbeda dari tempat biasanya

“Begini, Aku dengan jelas menyimpan data produk itu dalam laptopku sebelum Mr. Joseph memintanya” ujar tuan Mark memulai

“Aku memintanya untuk memindai ulang data kemarin yang sungguh sangat jauh dari permintaan Mr. Lee” balas pria yang namanya baru saja disebut, tentu saja Ia tak menerima tuduhan itu

“Tapi kau bertemu dengan salah satu karyawan cho corp malamnya, You are in catch someone red-handed, Mr Joseph! Don’t pass the buck!” kali ini pria itu menunjukkan telunjuknya pada pria yang dimaksudnya dan ruangan menjadi tambah sengit dan panas. Leeteuk yang mengerti keadaan pun kini menurunkan suhu air conditioner diruangan ini

For the god’s sake! Aku hanya diajak untuk bertemu teman lamaku, is it wrong?!”

Wait, Mr Mark, don’t pull the wool over someone’s eyes” ujar Donghae sambil sedikit menggaruk alis matanya ragu. Ia pun kini dalam keadaan bimbang, “And Mr Joseph… teman lama katamu?” Kali ini Donghae mulai angkat bicara setelah sedari tadi Ia hanya memantau keadaan ruangan ini yang tampak memanas “Lalu untuk apa kau tarik kembali hasil produk itu? Kau tau kan berapa kerugian yang kita dapati karena ini? Kehilangan ide sama saja dengan kehilangan gaji untuk kalian tiga bulan kedepan” ujar Donghae “Dan Mr. Mark, apa Aku membenarkan untuk memindah tangani file penting itu tanpa persetujuan?”

“Ia mengatakan padaku untuk meminjam dalam waktu lima menit dan saat it-” Donghae mengangkat tangan kanannya dan menutup matanya untuk menghentikan pembelaan itu, Ia seperti mendengar suara tangisan bayi dari ruangan ini. Maka dengan segera Ia berlari seperti orang kesetanan keluar dari ruang kerjanya menuju kamar Jeno. Menggendong putranya yang mengangis kencang itu kini kembali terlelap dalam pelukannya

“Jeno mau Appa gendong?” Kini pria itu berjalan perlahan keluar kamar Jeno dan kembali memasuki ruang kerjanya. Tentu saja para karyawan tampak menaikkan alisnya kaget melihat Donghae tengah menggendong bayi. Setau mereka, Donghae kehilangan bayinya saat Yoona melahirkan dan tak ada kabar jika anak itu masih hidup. Dan anehnya lagi, bayi itu sudah tampak bukan bayi berumur satu bulan.

Carry on” perintah Donghae sambil sesekali mengelus pundak Jeno yang terlelap di pelukannya

“Kita bisa bawa kasus ini ke kantor polisi dan lihat siapa yang salah” ujar salah satu anggota yang sedari tadi tampak resah dengan perdebatan ini. Mereka juga pasti sudah enggan untuk angkat bicara takut-takut di salah artikan karena pemeran utama dari perdebatan ini termasuk pada orang-orang penting di perusahaan

“Aku setuju!” Ujar mark “Aku setuju padamu!!” Ulangnya sambil menunjuk pria itu. Donghae menggigit bibir bawahnya dengan mata yang di besarkan menandakan pada mereka agar bisa mengecilkan suara

“Tidak, kalian tau ‘kan polisi itu akan dengan cepat meredarkan masalah ini pada publik?” Ujar Donghae

“Atau ada penyusup yang mengambil langsung file nya pada data tuan Mark?” ujar salah seorang pria yang sudah tampak tua dengan rambut hitam legam hasil produk rambut yang terlihat tak aslinya

If You don’t know a fact, silence will be the best way, Mr Kang. Siapa yang tak tau Aku? Aku selalu menjaga ketat semua data di Komputerku” ujar pria bernama Mark itu tak mau kalah

Don’t blow your own trumpet, Mr. Mark. Setiap orang memiliki titik kelemahan and who’s know apa yang dikatakan Tuan Kang mutlak benar”

“Lalu kita harus bagaimana? Kita juga tak bisa membiarkan duri di dalam daging” ujar Mark

Cat got your tongue!!” Berontak Joseph dan mereka tampak akan melanjutkan adu mulut itu sebelum Donghae mengangkat tangan kanannya menyuruh mereka untuk kembali diam

“Anakku sedang tidur” geram Donghae.

***

Sebulan telah berlalu setelah kepergian Yoona. Gadis itu hanya sesekali menelpon Donghae sekedar memberi kabar atau sebagainya. Ia seolah sudah tenggelam bersama apa yang ingin di capainya dan kini menyisakan Donghae di kota Paris sendiri. Ia menjadi Ayah sekaligus Ibu untuk waktu berasmaan mengingat kekerasan kepalanya untuk tidak melepas Jeno yang akan dipindah asuh oleh Ibunya, Ia tak setuju. Mereka sepakat untuk tidak memberi tahu kedua orang tua mereka tentang hal ini. Dan kedua orang tua mereka percaya dengan mudahnya hingga tiba-tiba sebuah ketukan di kala tangisan yang melengking itu mengagetkan si pembuka pintu yang tampak kerepotan dengan barang-barang bayi nya.

“Donghae-ah. Kenapa kau yang merawat Jeno? dimana Yoona?” Tanya wanita paruh baya itu sambil menerobos masuk mencari sesosok wanita yang Ia cari.

“Yoona kemana?” Tanya Ibunya mulai tampak marah

“Yoona…” Donghae menghela nafas panjang. Ia sulit dalam hal seperti ini hingga akhirnya memilih untuk menceritakan semuanya. Ini sebuah keputusan sulit, tapi naluri seorang Ibu selalu benar, “Aku akan menjaga Jeno dan membawanya pulang ke korea” ujar Ibunya sambil menggendong pria mungil itu setelah mengetahui titik permasalahannya.

Eomonim…” Donghae mencoba mencegah, tapi apa dayanya. Kedatangan wanita paruh baya itu menambah luka yang meninggalkan Donghae sendiri lagi disini. Rasa penasaran yang dikatakan oleh Ibunya mengenai Yoona yang mungkin saja membohonginya pun mulai di pecahkan. Donghae memutuskan untuk menyusul dimanapun Yoona berada. Ia tak mengabari gadis itu jika Ia hendak berkunjung ke pelatihannya. Ia akan menjadikan ini sebagai kedatangan secara tiba-tiba atau sureprise yang mungkin akan membuktikan apa Yoona benar atau sekedar membohonginya?

Entahlah, perasaannya pun meronta mengatakan untuk melakukan hal ini sejak lama. Tapi keadaan kantor yang semakin rumit membuatnya harus bertahan untuk beberapa waktu di Paris hingga kini keadaan yang mulai tampak membaik.

“Aku ambil cuti satu minggu. Ya, Aku minta maaf” ujar Donghae pada sambungan telponnya sambil menarik koper hitam kecil miliknya memasuki bandara. Ia langsung berangkat ke pulau Nami, mencari tau kemana perginya istrinya yang keras kepala itu.

Yoona benar-benar keras kepala, ingat saat Ia harus menikahi Kyuhyun, gadis itu malah menangis seharian dan saat Ia harus menyusul Donghae ke luar negri dengan orang tua yang tak mengizinkan, Ia malah pergi sendiri.

“Anak itu” desis Donghae sambil memijit pelan pelipisnya.

***

Donghae menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah kecil minimalis. Sangat cantik dan terletak di dalam komplek. Dari GPS, jelas Yoona berada disini meski Ia mengatakan jika Ia melakukan pelatihan di Nami yang saat Donghae konfirmasi ternyata adalah pelatihan yang dilaksanakan tiga bulan lagi.

Liar” desis pria itu. Lalu apa yang dilakukan Yoona disini? Tinggal bersama lelaki lain? Donghae mengacak rambutnya frustasi jika itu benar terjadi. Maka Ia memilih untuk menelpon gadis itu, setidaknya Ia akan menanyakan kembali tentang keberadaannya.

“Eoh.. Oppa, wae?” Ujar Yoona saat mengangkat telponnya

“Yoona-ya, kau dimana?” Tanya Donghae

Apa itu? Tentu saja sedang di pelatihan” Donghae menarik nafas panjang mendengarnya dan saat itu pula, gadis itu keluar dari rumahnya dengan membawa keranjang sambil meletakkan handphone nya di telinga

“Ah, Aku merindukanmu”

“Ada apa denganmu?” Tanya Yoona dan setelahnya terdengar tawa darinya

“Kau tak masuk kelas?” Tanya Donghae balik, gadis itu tampak menggaruk bagian belakang lehernya

Ya, ini lagi istirahat” ujar Yoona berbohong. Sudah berapa banyak Ia berbohong saat ini?

“Apa istirahatmu cukup?” Tanya Donghae dengan membesarkan suaranya, bukan berbicara pada handphonenya, terlebih pada seseorang yang berdiri disana yang tengah menatap Donghae sambil menangkat kedua alisnya kaget, dengan mata yang membulat

“D-Donghae-ah?”

“Dimana kelas mu?” Tanya Donghae saat keluar dari mobilnya. Tapi sayang, secepat kilat gadis itu memasuki rumahnya dan menutup pintunya sebelum Donghae dengan cepat menahannya. Sayangnya Ia terlambat, maka pria itu membungkuk dan memasukkan tangannya ke celah yang di gunakan untuk memasukkan kucing di bawah pintu

“Yaak im Yoona!!” Pekik Donghae berusaha meraih kaki Yoona

“Aish, anak ini” umpat Donghae kemudian berlari menuju jendela yang tertutup cepat saat baru saja Ia hendak menahannya. Donghae memutari rumah itu namun tak menemukan satu celah pun hingga Ia menemukan pintu dapur milik Yoona tak terkunci dan secepat kilat pula Ia masuk dan menemukan Yoona yang baru saja hendak menutup pintu itu kini tampak ketakutan

“Y-yaak!!!” Pekik gadis itu

“Apa?!”Balas Donghae sambil berkacak pinggang. Sepertinya akan ada pertengkaran lagi

***

Sejak tadi mereka hanya diam tanpa sedikitpun mengeluarkan kata. Donghae dengan sekuat tenaga masih menahan emosinya. Apa yang dipikirkan wanita itu? Apa Ia bersama pria lain?

Tapi masalah ini tak bisa diselesaikan jika Ia haya diam begini saja. Donghae menghela nafas sebelum akhirnya Ia mendongakkan kepalanya menatap Yoona yang duduk di hadapannya

“Im Yoona. Sekarang jelaskan semua” perintah Donghae, lama Yoona masih diam setelah perintah itu terdengar hingga dengan sedikit perlahan Ia mengeluarkan suaranya,

“Aku… Aku merindukanmu” ujar Yoona nanar sambil menundukkan kepalanya pelan. Kening Donghae yang tadinya mengerut kini kembali normal, dengan cepat pria itu merengkuh gadis yang ada di hadapannya, memeluknya erat

“Kau tau kelemahanku” ujarnya. Biar bagaimanapun apa yang Yoona katakan benar, Ia merindukan sosok suaminya saat ini, Ia kesepian seperti ini. Saat tangannya membalas pelukan pria itu, sesuatu yang aneh bergejolak di perutnya seperti biasa,

“Hueek” Yoona menahan mulutnya kemudian berlari menuju toilet

“Kau muntah?- hueek” Donghae yang tak bisa menahan gejolak di perutnya pun ikut ingin memuntahkan apa yang akhirnya tak dapat Ia muntahkan. Rasanya sangat aneh, mengapa Ia menjadi ikut muntah seperti ini?

“Im Yoona… Jangan jangan…”

“Ya, Aku hamil. Lagi”

to be continued…

 

Aaah…  awalnya mau jadiin ini chapter terakhir… tapi udah kepanjangan haha 😀

Jadi yah, ada beberapa kelanjutannya nanti atau justru chapter 10 adalah chapter terakhir? (/_-)/||

Bingung juga sih K dan Yoona, dia memang keras kepala.

Jangan lupa RCL 😀

100 thoughts on “Together (Chapter 9)

  1. Uwaaaa…!!!! Akhirnya muncul lagi… Berapapun chapter nya saya siap baca kok 😊 Ditunggu kelanjutannya yaa…!! Fighting!! 🙌

  2. Akhirnya dipost jugaa.. Udh kutunggu2 lho thor, konyol bgt ngebayangin donghar rapat sambil nggendong Jeno, wkwk.. Lanjut thor, happy ending ya! YoonHae jjang!

  3. Yak!! Apa Yoona beneran hamil lagi?? Anak Donghae kan??
    Aku masih bingung alasan Yoona pergi. Dia bilang itu cita2nya dari kecil?? Emng apa?? Pengen punya anak banyak?? Wkwk
    sukaaa bnget sama part ini. Semua perasaan campur aduk. Dari yg mewek2kan sampe ketawa ngakak. Keren! Keren banget!!
    Ditunggu next partnya. Secepatnya kalo bisa. Hahaha
    fighting!

  4. lucu jga , meskipun ada mslah tpi mereka tetap konyok jg ,
    y0onA hmil lgi dah berapa bulan, pi knapa hae jdi ikut muntah2.

  5. .Yoona hmil lagi..
    Anakny Donghae oppa khan??
    Semoga aja kali ini gk trjadi apa2 sama kandunganya Yoona…

    Next chap. D tnggu…

  6. sekian lama nunggu akhirnya di publish juga…
    Yoona Hamil lagi? Mudah” nggak knapa-knapa.

    part slanjutnya ditunggu ya tapi jangan lama-lama saeng.

  7. Pertama2 part ini tuh keknya sediihhh gitu, gagara Yoong kehilangan anaknya. Emang dasarnya lelaki kebanyakan gk tau urusan perasaan ibu yg baru kehilngan anaknya, eh si Donghae malah udah adopsi anak aja.
    Senengnya tuh pas Yoongie akhirnya bisa nerima Jeno.
    Pas baca bagian“Minggu ini masa suburku”kok aku rada2 curiga ama Yoong yaa… Eh setelah itu sebelum Yoong pergi ke Nami dia ngabisin waktu bersama seminggu. Entah apa yg dilakuin mereka selama seminggu itu aku juga gk tau XD kan mereka udah jadi suami istri pasti yaa,,,, gitu deh kkkk~
    Dan masa Yoong liburan kok sampe 4 bulan? Aku berfikir, mungkin Yoong liburan ke Nami selama 4 bulan untuk menghindar dari Hae dan kalo dia hamil dia akan merahasiakan itu dari suaminya xD
    Dan dugaanku ternyata gk terlalu salah juga (mungkin). Waktu Hae datang dan dia temuin Yoong, eh Yoongie malah muntah2 dan dia bilang kalo dia hamil,,,, kkkk~ gk terlalu meleset juga tebakanku.
    Yoong muntah2 kok Hae ikutan muntah2? Hahahha…

    Ditunggu kelanjutannya~
    Hwaiting!!!

  8. waahh yoona hamil lg??
    syukur deh mdh”an yg kedua lncar smpai melahirkan hehehehe
    itu si donghae jg babo sih udh tau yoona bru aja kehilangan anaknya ehh mlah main lgsung ngadopsi aja -_-
    tp untung scara perlahan yoona bisa nerima jeno jd anaknya 😀
    ditunggu next chapternya
    jgn lma” lg yaaa ntr kburu lumutah hehehehe

  9. Yoona pergi buat nyembunyiin kehamilannya ya min ? aku bingung ff ini genreny sad atau comedy. Aku malah pengen ketawa bacanya, apalagi pas part donghae rapat sambil gendong jeno. Seru seru 😀

  10. Weleh yoona hamil lagi.. tapi ka sama aja.. bukannya nntu dia tetapu keguguran juga ya? Eh tapi ceritanya keren loh.. kasihan donghae kerepotan urusin jeno wkwkwk.. calon ayah yang baik tuh.. konfliknya ringan tapi selalu baru di setiap chaptet. Itu yang aku suka. Well, aku tunggu chapter selanjutnya 🙂

  11. ya moga” ja khamilannya bbisa diselamatkan,,,
    ya pokoknya ngikut ja deh,,,walaupun kmaren sedih”an tpi bca part ini udah g terlalu sedih,,malah lucu, mrka kayak anak kecil,,,:)

  12. akhirnya ff yg aku tunggu publish juga, kasian yoona sama donghae terutama yoona yg belum bisa terima kenyataan dia ga boleh hamil lagi, dan lucu banget pas adegan donghae ngurusin jeno sambil rapat, donghae sayang banget sama jeno begitupun yoona tanpa disadari juga sayang sama jeno, itu yoona hamil sama siapa ya? donghae kah? hubungan mereka up and down banget deh, ditunggu kelanjutannya yaa 🙂

  13. Aku awalnya lupa ceritanya.. haha tapi pas udh kesini sininya udh inget lagi. Aku juga ga ngerti dan masih bingung maksud yoona pergi dan pelatihan itu apa? Trus dia ngapain? Nah itu dia hamil lagi? Anak donge kan berati? Hope you will post it soon! Fighting ^^

  14. Wah…donghae jd single parent, kasian…yoona hamil lg, klo kabur gitu bukannya malah jd bikin donghae salah paham…good story thor. I love it and look forward to the next chapter 🙂

  15. akhirnya dilnjut jg…lcu lht tingkahnya yoona eonni yg coret2 mkanya hae oppa…akhirnya yoona eonni mau nerima jeno jg……
    yoona eonni hamil????? knpa hrs TBC min…bt tmbh pnsran ditunggu nextnya min

  16. Hmnnmm si yoona keras kpla bngd yah,
    awal ny smpat curiga knp yoona mw ke pulau nami slmaa 4 blan itu krna mungkin dy hmil lgi,eh trnyta beneran hmil lgi yoona ny!!
    Yoona nunggu hamil tua dlu mungkin yah bru dy kmbli ke donghae??
    Smoga yoona mw oprasi,dan aq hrap ff ny happy ending yah thor!!hehe

  17. sekian lama aku menunggu/nyanyialaridhorhoma/
    akhirnya ni ff di post juga kelanjutannya.

    next,jebal jangan lama!

  18. Sebener nya Yoona ngebohongin Donghae mau pergi pelatihan itu agar nyegah Donghae untuk mengangkat rahim nya yaa , karna Yoona mau nyembunyiin kehamilan nya agar Donghae tidak mengkhawatirkan keadaan Yoona ya thor ??
    Soalnya msh agak bingung sama alasan Yoona ngebohongin Donghae .

    Thor kalo bisa YoonHae romantis kaya dulu lg dong , terus Yoona bisa ngelahirin anak nya dengan selamat dan mereka jadi keluarga bahagia .
    Chapter selanjut nya jangan end dulu thor , soalnya pengen tau kehidupan YoonHae setelah menjadi ibu dan ayah 🙂
    Selalu berharap ceritanya Happy Ending ^_^

    Ditunggu chapter selanjut nya , jangan lama lama ya thor .

    Di tunggu juga ff Samsara nya 🙂

  19. Oalaahhhh trnyata yoona boong k donghae supaya gaa dsruh ngegugurin kandungannya ,, smoga kehamilan yoona yg skrng lancar ,, dan yoona bisa punya anak dr rahimnya sndiri , lucu ngebayangin repotnya hae ngurus jeno .. :’)

  20. wah akhir ny ff ny ternyata sudah muncul,aku telat baca maaf…
    Seneng loh sama ni chapter awal ny aku pikir bakal mulai bnyak sedih2 eh ternyata masih bnyak lucu2ny..apa lg pas Donghae klo lg repot ngurus Jeno,kekeke..love story..di tunggu part selanjut ny..Fighting!

  21. Hmmmm
    memang susah cy nama’a jg naluri seorang ibu
    mungkn aku jg akan melakukan hal yg sama jika itu terjadi padaku,berusaha terlebih dahulu apa salahnya toh hidup dan mati kita cuma Alloh yg menentukan
    mereka itu kadang kaya’a harmonis n romantis bgt tp kadang konyol,wkwkwkwk
    walau pada awalnya blm bisa menerima mengadopsi anak tp lama kelamaan yoong sayang jg sama jeno walaupun tanpa dia sadari
    udah curiga cy sama rencana yoong pas bilang minggu ini masa suburnya trus minta liburan lama bgt n sebelum pergi mereka menghabiskan waktu bersama n siapa yg tau ketika mereka bersama apa yg terjadi namanya jg suami istri,hehehehe
    semoga kehamilan kali ini bisa memberikan kebahagiaan untuk mereka dan yoong’a akan baik baik saja…
    d tunggu next’a…

  22. yoona hamil lagi ?
    setelah brapa bln dia kehilangan bayinya ?
    ga bgtu ngerti sbenernya …
    alasan yoona pergi (bohong) ?
    tapi scene yg donghae harus ngurusin jeno sendiri itu menarik

  23. tambah lucu dan kereenn…
    pengen sedih awalnya tapi pas baca kelajutannya malah ketwa hahah
    yoona hamil lagi yeeaayy jeno punya ade baru hahaha
    lanjuuutt author kereeennn 😀

  24. eh yoona hamil lagi? emang yoonhae pernah ngelakuin itu/? kirain ngga kan rahim yoona bermasalah…. ahhh makin oenasaran nexttt

  25. Aigo yoona nekat bgt siih, itu kan beresiko kalo dia sampe hamil lagi, aduuh.. Donghae bnr2 sabar yah,, mdh2n hamil yang ini gk knpa2

  26. Akhir.a Y00na hamil lg,,
    Tp apa tujuan.a b0h0ngin D0nghae, dngan bilang kursus d Pulau Nami?
    Sem0ga d kehamilan ke-2 nya ini, Y00na & cal0n baby.a bisa trselamatkn.,
    Dan sem0ga perusahaan.a D0nghae cepat kmbali n0rmal.,

  27. hot daddy, rapat smbl gendong anak ^^

    smga kl ini rahimnya yoona bs lbh kuat dr sblmnya, wlwpn agak pesimis tp ga ada yg ga mungkin selagi kita mau usaha XD

    aku suka quotenya seorang ibu akan melakukan apapun utk anaknya :”

Komentarmu?